efektivitas penggunaan metode pembelajaran …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA MATA PELAJARAN FIQIH
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MTS KHAZANAH
KEBAJIKAN PONDOK CABE
PAMULANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)
Oleh
AKHMAD QOSAY
NIM 109011000287
JURUSAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015
i
ABSTRAK
Nama : Akhmad Qosay
NIM : 109011000287
Fak/Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama
Islam
Judul : Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) Pada Mata Pelajaran
Fiqih Terhadap Hasil Belajar Siswa di Mts Khazanah
Kebajikan Pondok Cabe Pamulang
Kata Kunci : Efektivitas, Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL), Hasil
Belajar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas
pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis masalah (Poblem Based
Learning) untuk meningkatkan hasil belajar pada materi tentang shalat siswa MTs
Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Pamulang. Penelitian ini dilakukan pada
bulan September hingga November 2013 dengan subyek penelitian berjumlah 30
siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pengumpulan
data dilakukan melalui pre test dan post test, observasi dan wawancara.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penerapan metode
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan
efektivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari hasil post test yang
meningkat dibanding pre test, dan juga tercapainya nilai seluruh siswa di atas
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dari hasil penelitian ini disarankan agar
guru dapat menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL), ini dalam
belajar Fiqih.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Efektivitas Penggunaan Metode
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Mata Pelajaran Fiqih
Terhadap Hasil Belajar Siswa ”.
Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW besera
keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia kejalan yang
benar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
dukungan, bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang mendalam kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya,
MA, serta para pembantu dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Dr. Abdul Majid Khon, MA, dan
sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA, beserta
seluruh staffnya.
3. Bapak Tanenji, MA yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing,
memberikan petunjuk dan nasehat kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan
penulis.
4. Bapak Dr. Masan, MA selaku Dosen penasehat akademik yang telah memberikan
bimbingan selama perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan
Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.
6. Bapak H. Suardin, S.Sos.I, sebagai kepala MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir
Pamulang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di
sekolah yang di pimpinnya.
7. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan
rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis tercinta, Ayahanda Fadholi
(Alm) dan Ibunda Hj. Sofati yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis
lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasehat dan petunjuk dari mereka kiranya
merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat
ini.
8. Kakak-kakakku Nurul Fidauh, Nur Rosdiana dan Adik-adikku Ahmad Yordan dan Nella
Adiba yang selalu memberikan dorongan kepada penulis, khususnya kepada kakandaku
Ilfa Yulianda. Terima kasih atas dukungan, doa dan semangat yang sudah diberikan
selama pembuatan skripsi.
9. Senior IMT (Ikatan Mahasiswa Tegal) Ciputat, Zamakhsari Dhifier S. Pd, Fathkhul
Muin, S.Pd, Akib Malik S. Thi, Hendri Pradianto, S. Pd dan Ahmad Nur Saeful, S. Pd
yang selalu setia meluangkan waktunya dan selalu memberikan nasehat, petunjuk serta
dorongan untuk menyelesaikan skripsi penulis, khususnya Ahmad Bahauddin S. Pd.I
yang selalu menyediakan fasilitas dalam menyelesaikan skripsi penulis.
10. Sahabat dan teman-teman yang selalu memotivasi untuk terus dan terus mendorong
dalam menyelesaikan penulisan skripsi, khusunya, Rina Schatzy, Muhammad Darda,
Ulul Azmi dan Rahmat Nur Sofyan, dan seluruh sahabat-sahabat IMT Ciputat yang tidak
bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Karena inilah penulis merasa berada dalam satu
keluarga selama di Ciputat.
11. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009, terutama PAI G yang
sama-sama telah memberikan do’a, saran dan kritik dalam penulisan skripsi.
Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima kasih dari
penulis, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya peneliti berharap
skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca.
Jakarta, Mei 2015
Penulis
Akhmad Qosay
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN …………………… iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI …………………… iv
ABSTRAKSI …………………… v
KATA PENGANTAR …………………… vi
DAFTAR ISI …………………… vii
BAB I PENDAHULUAN …………………… 1
A. Latar Belakang …………………… 1
B. Identifikasi Masalah …………………… 6
C. Pembatasan Masalah …………………… 7
D. Rumusan Masalah …………………… 7
E. Tujuan Penelitian …………………… 7
F. Manfaat Penelitian …………………… 8
BAB II KAJIAN TEORITIK, PENGAJUAN KONSEPTUAL DAN INTERVERSI
TINDAKAKAN …………………… 9
A. Kajian Teori …………………… 9
1. Pengertian Efektivitas …………………… 9
2. Metode Pembelajaran …………………… 13
a. Pengertian Metode Pembelajaran …………………… 13
b. Jenis-jenis Metode Pembelajaran …………………… 14
3. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah …………………… 18
a. Pengertian metode pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) …………………… 18
b. Karateristik metode problem based learning …………………… 18
c. Kelebihan dan kekurangan metode based learning …………… 20
d. Langkah-langkah strategi pembelajaran berbasis masalah …… 22
e. Manfaat menggunakan metode based learning …………… 26
vii
4. Hakikat Belajar …………………… 26
a. Pengertian Belajar …………………… 26
b. Jenis-jenis Belajar …………………… 28
c. Hasil Belajar …………………… 30
5. Pembelajaran Fiqh …………………… 32
a. Pengertian Fiqh …………………… 32
b. Fungsi dan tujuan pembelajaran fiqh …………………… 33
c. Ruang lingkup fiqh …………………… 35
B. Hasil Penelitian Yang Relevan …………………… 39
C. Kerangka Berpikir …………………… 40
D. Hipotesis Penelitian …………………… 40
BAB III METODE PENELITIAN …………………… 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………… 42
B. Metode Penelitian dan Rancangan siklus Penelitian …………………… 42
C. Subyek Penelitian …………………… 43
D. Peran dan Posisi peneliti dalam Penelitian …………………… 44
E. Tahapan Intervensi Tindakan …………………… 44
1. Penelitian pendahuluan …………………… 44
2. Siklus I …………………… 45
3. Siklus II …………………… 46
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan …………………… 47
G. Data dan Sumber Data …………………… 47
H. Instrument Pengumpulan Data …………………… 47
I. Teknik Pengumpulan Data …………………… 48
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan …………………… 50
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data …………………… 51
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan …………………… 52
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN
PEMBAHASAN …………………… 53
viii
A. Deskripsi Data …………………… 53
1. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………… 53
2. Pembelajaran fiqih dikelas VIII MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir
Pamulang …………………… 61
3. Tindakan Pembelajaran Siklus I …………………… 61
a. Tahapan perencanaan …………………… 61
b. Tahapan pelaksanaan …………………… 62
c. Observasi …………………… 64
d. Refleksi …………………… 66
4. Tindakan Pembelajaran Siklus II …………………… 67
a. Tahap perencanaan …………………… 67
b. Tahap pelaksanaan …………………… 68
c. Observasi …………………… 70
d. Tahap refleksi …………………… 71
5. Tindakan Pembelajaran Siklus III …………………… 72
a. Tahap perencanaan …………………… 72
b. Tahap pelaksanaan …………………… 73
c. Observasi …………………… 74
d. Tahap refleksi …………………… 75
B. Pembahasan Penelitian …………………… 76
C. Pemeriksaan Keabsahan Data …………………… 85
D. Analisis Data …………………… 86
1. Tes Objektif …………………… 86
2. Lembar observasi …………………… 86
3. Wawancara …………………… 86
E. Interpretasi Hasil Analisis …………………… 87
F. Pembahasan Temuan Penelitian …………………… 87
G. Keterbatasan Peneliti …………………… 88
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …………………… 89
A. Kesimpulan …………………… 89
ix
B. Implikasi …………………… 89
C. Saran …………………… 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar pada intinya adalah proses memperoleh berbagai pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotrik), dan sikap (afektif). Proses belajar ini
dapat terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai salah satu lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan formal, sekolah mempunyai peranan
penting dalam mendewasakan peserta didik agar menjadi masyarakat yang
berguna. Untuk tujuan tersebut, sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar dan kurikulum sebagai wadah dan bahan mentahnya.
Seorang guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, tetapi tidak bisa dipisahkan juga peranan siswa dalam
pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam hal penerimaan materi
pelajaran. Agar pembelajaran lebih efektif guru dituntut untuk menguasai
manajemen kelas atau sering juga disebut pengelolaan kelas. Guru tidak
hanya bertugas menyampaikan materi saja, tetapi juga harus mampu
mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan. Oleh karena itu, beban
yang diemban sekolah, dalam hal ini guru sangat berat. Karena guru yang
berada pada baris depan dalam membentuk pribadi siswa. Guru juga yang
menentukan berhasil atau tidaknya siswa dilihat dari hasil belajar.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah
Atas (SMA/MA) . Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran Pendidikan Agama
Islam itu memang penting kedudukannya.
Upaya positif pemerintah untuk mencetak generasi berkualitas, beriman,
dan bertaqwa, yang mampu bersaing dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah direalisasikan dalam kurikulum 2013. Niatan ini
tercermin dalam strukutur kurikulum 2013 di mana ada penambahan jam
belajar perminggu untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Pencapaian tersebut dapat tercermin dalam proses kegiatan belajar
1
2
mengajar di kelas yang tidak dapat dilepaskan dari peran guru dalam memilih
dan menentukan jenis strategi dan metode yang digunakan.
Dalam SK Dirjen Pendis Kemenag nomor: 2676 tahun 2013 tentang
Kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
di Madrasah yaitu Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejalan
dengan filosofi progresivisme dalam pendidikan, Kompetensi Inti ibaratnya
adalah anak tangga yang harus ditapaki peserta didik untuk sampai pada
kompetensi lulusan dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai pada jenjang
Madrasah Aliyah.
Kompetensi Inti (KI) meningkat seiring dengan meningkatnya usia
peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui
Kompetensi Inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar (KD) pada
kelas yang berbeda dapat dijaga.
Sebagai rangkaian untuk mendukung Kompetensi Inti (KI), capaian
pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi
dasar. Pencapaian kompetensi inti adalah melalui pembelajaran kompetensi
dasar yang disampaikan melalui mata pelajaran. Rumusannya dikembangkan
dengan memperhatikan karateristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri
dari suatu mata pelajaran sebagai pendukung pencapaian.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang di
terapkan dalam Kurikulum 2013 mempunyai beberapa bidang kajian seperti
Aqidah, Fiqih, Akhlah, dan Sejarah. Agar pengkajian dalam penulisan
skripsi terarah, penulis lebih fokus pada pengkajian ilmu fiqih.
Secara umum fiqih merupakan salah satu sub bidang studi agama yang
banyak membahas tentang hukum-hukum yang mengatur pola hubungan
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan
lingkungannya. Fiqih diharapkan dapat menjadi alat kontrol bagi siswa dalam
mengarungi kehidupannya, sehingga tercapai tatanan kehidupan yang
harmonis. Dan dengan materi fiqih diharapakan aktifitas siswa tidak lepas
dari norma-norma agama yang dimaksudkan sebagai upaya untuk membina
prilaku dan kepribadian siswa normatif.
3
Tentunya harapan-harapan yang ingin dicapai dari pengajaran fiqih ini
harus didukung oleh proses belajar mengajar yang efektif yang dapat
mempermudah pemahaman siswa terhadap bidang studi fiqih itu sendiri.
Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru mengemban tugas dan
tanggung jawab yang sangat berat untuk mengantarkan siswa pada arah dan
tujuan yang telah ditentukan. Sebagai pendidik guru harus mampu
menempatkan dirinya menjadi pengarah dan pembina pengembang bakat dan
kemampuan siswa. Guru mempunyai posisi yang sangat penting dalam
pendidikan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam proses belajar
mengajar seorang guru diharapkan dapat memilih suatu model pembelajaran
yang tepat, karena model pembelajaran merupakan komponen dari proses
pendidikan yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam mengajar.
Adanya kesulitan atau kekurang senangan siswa terhadap pelajaran fiqh
dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari
dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Faktor
internal ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor jasmani, faktor
psikologi, dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar adalah faktor keluarga, faktor
sekolah dan faktor masyarakat.1
Hasil wawancara dengan siswa tentang permasalahan dalam mata
pelajaran fiqh, antara lain: kesulitan dalam memahami dan menghafal
pelajaran fiqh pada materi tentang shalat, kesulitan dalam memahami syarat
dan rukun shalat karena kurangnya latihan soal dan kesulitan mengkaitkan
konsep dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami atau di lingkungan
sekitar.
Pelaksanaan pembelajaran saat ini harus mengalami perubahan, dimana
siswa tidak boleh dianggap objek pembelajaran semata, tetapi harus diberikan
peran aktif serta dijadikan mitra dalam proses pembelajaran sehingga siswa
1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003), h. 54
4
bertindak sebagai agen pembelajar yang aktif sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif.
Strategi merupakan suatu pola yang di rencanakan dan ditetapkan secara
sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan, yang mencakup tujuan
kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi, proses, dan sarana penunjang
kegiatan.2 Pada umumnya kegiatan belajar mengajar di Indonesia selama ini
masih bercorak tradisonal, pengajaran yang dimaksud adalah bentuk
pengajaran klasikal yang umumnya masih berpusat pada guru yakni dengan
menggunakan metode ceramah.
Pada saat ini metode pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh
para guru ada semacam ceramah atau menerangkan apa yang ada di dalam
buku teks. Porsi ini bisa sekitar 80 persen, baru sisanya semacam praktek di
laboratorium, diskusi, dan demonstrasi. Memang untuk beberapa mata
pelajaran porsi metode pembelajaran berbeda-beda, misalnya pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan penelitian di beberapa sekolah,
diperoleh gambaran bahwa sering kali dalam kegiatan pembelajaran guru
menemukan siswa yang kurang semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. Hal itu dapat terlihat dari
banyaknya siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar. siswa
hanya menerima penjelasan dari guru tanpa adanya komunikasi aktif yang
terjadi antara guru dan murid.
Dalam upaya menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karateristik peserta didik, penulis menggunakan metode problem based
learning atau biasa disebut dengan pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah sendiri diartikan sebagai pembahasan
masalah-masalah, di mana setiap siswa di berikan kesempatan sepenuhnya
untuk mengeluarkan pendapat dalam menyelesaikan suatu masaalah.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode pembelajar
yang menantang peserta didik bekerja secara kelompok untuk mencari solusi
2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) cet 1,
hal, 3-4
5
atau peyelesaian dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini
digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan sebelum peserta didik
mempelajari konsep atau materi yang berkenan dengan masalah yang
dipecahkan.
Pembelajaran berbasis masalah juga dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah
yang di hadapi secara ilmiah. Model ini bercirikan penggunaan masalah
kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-
konsep penting. Pendekatan ini mengutamakan proses belajar dimana tugas
guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mecapai keterampilan
mengarahkan diri.
Dalam penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah,
walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa saja yang harus di
bahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan
masalah secara sistematis dan logis. Strategi Pembelajaran yang dipilih guru
selayaknya didasari berbagai pertimbangan sesuai situasi, kondisi dan
lingkungan yang akan dihadapinya.3
Seorang guru dalam menerapkan strategi pembelajaran ini berperan
sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu
menemukan masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru
menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan
inquiri dan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat
terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan
membimbing pertukaran gagasan. Di sini guru berperan sebagai pemberi
rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentu arah belajar siswa.
3 Li Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, Tatik Elisah, Strategi
Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2011) cet, 1, hal, 8
6
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan
masalah adalah memberikan peserta didik masalah yang berfungsi sebagai
batu loncatan untuk proses inquiri dan penelitian. Guru mengajukan masalah,
membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam
memecahkan masalah. Pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah
berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa.
Di lihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka strategi atau
metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan
salah satu strategi yang dapat di gunakan untuk memperbaiki sistem
pembelajaran. Tidak sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, misalnya
dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-
gara tidak sanggup memecahkan masalah.
Perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga
aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan
problem yang di hadapi. Strategi pembelajaran ini di harapkan dapat
memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat
menyelesaikan masalah yang di hadapi.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk menjelaskan salah
satu metode pembelajaran yaitu problem based learning, di mana metode
tersebut lebih memusatkan pada untuk memecahkan sebuah masalah dalam
pembelajaran dan pengaruhnya terhadap para siswa serta perkembangannya
dalam pembelajaran siswa. Oleh karena itu, penulis mengambil judul
Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Pada Mata Pelajaran Fiqh Terhadap Hasil
Belajar Siswa kelas VIII MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe
Pamulang Tangerang Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat
teridentifikasi sebagai berikut:
1. Terdapat kesulitan peserta didik dalam memahami pembelajaran fikih
7
2. Kesulitan siswa dalam menerapkan hasil pembelajaran fikih dalam
kehidupan sehari-hari
3. Rendahnya minat atau motivasi siswa untuk belajar fikih.
4. Terbatasnya model pembelajaran fikih.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan operasional,
penulis membatasi masalah kepada:
1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Pembelajaran
Berbasis Masalah (problem based learning).
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning) digunakan agar
siswa dapat dengan mudah memahami materi fiqh.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning) sebagai metode
yang diterapkan agar hasil belajar siswa lebih optimal
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran fiqh melalui metode
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) di MTs
Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Pamulang?
2. Apakah pembelajaran Fikih melalui metode Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan pemahaman
siswa?
3. Apakah pembelajaran Fikih melalui metode Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Seberapa besar peningkatan hasil belajar Fikih siswa melalui metode
Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning)
8
2. Keefektivan penerapan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (problem
based learning) dalam pembelajaran Fikih
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik
secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak, sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini
menjadi sumbangan gagasan dan tawaran solusi terhadap pelaksanaan
metode pembelajaran di sekolah.
2. Manfaat praktis kepada berbagai pihak antara lain
a. Guru,
sebagai bahan rujukan dan pedoman dalam pelaksanaan metode
pembelajaran berbasis masalah
b. Siswa,
mengambangkan cara berfikir ilmiah dan sifat demokratis dalam
belajar
c. Penulis,
pengalaman langsung dalam menerapkan metode pembelajaran
berbasis masalah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIK, PENGAJUAN KONSEPTUAL,
DAN INTERVERSI TINDAKAN
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berarti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan mujarab, dapat membawa
hasil.1 Efektivitas menurut Mulyasa adalah adanya kesesuaian antara orang
yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang ditunjukkan dan
memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.2
Sedangkan Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, sebagaiamana yang dikutip
oleh Sucipto dan Kosasih, efektivitas yaitu kegiatan berkenaan dengan
sejumlah sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau
tercapai.3
Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan
pendekatan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas sesungguhnya merupakan suatu
konsep yang lebih luas mencakup faktor di dalam maupun di luar dari
seseorang. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat
penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan
seseorang dalam mencapai sasaran.
Dalam dunia pendidikan, efektivitas dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu
dari segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid.
Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar
yang di rencanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid
terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai
melalui kegiatan mengajar dan belajar yang ditempuh. Fuad Ihsan
1 Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Ketiga, h. 89 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h.
82
3 Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 44-45
9
10
mengatakan, “ pendidikan bagi kehidupan manusia (guru/murid) merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat ”. 4
Untuk tercapainya pembelajaran yang efektif, perlu dipertimbangkan hal-
hal berikut:
a. Penguasaan bahan pelajaran
b. Cinta kepada yang diajarkan
c. Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
d. Variasi metode
e. Seorang guru harus selalu menambah ilmunya agar dapat
meningkatkan kemampuan mengajarnya
f. Guru harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual, sehingga
akan menimbulkan rangsangan yang efektif bagi belajar siswa
g. Guru harus berani memberikan pujian, karena pujian yang diberikan
dengantepat dapat memotivasi belajar siswa dengan positif.
h. Guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara
individual.
Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu diperhatikan beberapa
hal, yang menurut Slameto adalah sebagai berikut ini:
1. Kondisi Internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa
itu sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketentraman, dan
sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-
kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Terdapat tujuh jenjang
kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, yakni:
a) Kebutuhan fisiologis
b) Kebutuhan akan keamanan.
c) Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta
d) Kebutuhan akan status (contohnya keinginan akan keberhasilan)
e) Kebutuhan self-actualization
f) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
g) Kebutuhan estetik
4 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), cet. 7, h. 2
11
2. Kondisi ekternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa.
Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik
dan teratur
3. Strategi Belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat
menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan
untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin.5
Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar.
Dalam belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya.
Untuk tuntutan itu guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai fasilitator
untuk siswa, maka ketika guru mengajar, guru juga harus mengajar dengan
efektif.
Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar
siswa yang efektif pula. Belajar yang dimaksud adalah suatu aktivitas
mencari, menemukan dan melihat pokok masalah.
Untuk melaksanakan Untuk melaksanakan mengajar yang efektif
diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik
b. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar.
c. Guru harus memberikan motivasi pada siswa.
d. Kurikulum yang baik dan seimbang.
e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.
f. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di
sekolah.
g. Pada penyajian bahan pelajaran pada siswa, guru perlu
memberikanmasalah-masalah yang merangsang siswa untuk
berfikir.
h. Semua pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan.
i. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang
5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet, 5 h. 74-76
12
nyata di masyarakat.
j. Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi
kebebasan
pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri,
belajarsendiri, dan mencari pemecahan masalah sendiri.6
Fakta yang terjadi di kelas menuntut guru untuk tidak lagi mengajar
dengan sistem lama (konvensional). Kerena kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka guru harus dapat memanfaatkan kemajuan iptek tersebut
untuk meningkatkan cara mengajar agar lebih efektif.
Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka suatu kegiatan
pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik apabila dapat
mencapai minimal 60% dari tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Efektivitas merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan
seseorang dalam tujuannya atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan yang
ingin dicapai, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta
pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Hasil dari efektivitas
pembelajaran dapat diukur dengan tercapai atau tidaknya Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) mata pelejaran Fiqh yang telah ditetapkan di MTs.
Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Pamulang, yaitu sebesar 70. Tingkat
efektivitas pembelajaran dibuat empat level, yaitu:
a. Di bawah KKM, yaitu < 70 tingkat efektivitasnya rendah.
b. Sesuai KKM, yaitu 70 – 75 tingkat efektivitasnya sedang.
c. Di atas KKM, yaitu 76 – 88 tingkat efektivitasnya tinggi.
d. Di atas KKM, yaitu 89 – 100 tingkat efektivitasnya sangat tinggi.
Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini juga diukur dari hasil pre
test dan post test. Pembelajaran dinilai efektif jika terdapat peningkatan antara
hasil pre test dan post test.
6Ibid,.. h. 92-95
13
2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang di gunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah
disusun tercapai secara optimal. Ini berati, metode di gunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah di tetapkan. Dengan demikian, metode
dalam rangkaian system pembelajaran memegang peran yang sangat
pnting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena
suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan
melalui penggunaan metode pembelajaran.7
Metode pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah
dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran. Dalam
pelaksanaannya tidak dapat di lepaskan dengan teori pembelajaran.
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat di tempuh melalui
berbagai cara, antara lain peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan
kompentensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas
pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar
yang memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari semua cara tersebut
peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik
menduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif.
Dampak positif tersebut berupa: (1) peningkatan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pendidikan dan masalah pmbelajaran yang di
hadapi secara nyata; (2) peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil
belajar; (3) peningkatan keprofesionalan pendidik; (4) penerapan prinsip
pembelajaran berbasis penelitian.
Sesuai dengan pasal 5 SK Dirjen Dikti No. 38 tahun 2002, Direktorat
Jendral Pendidik Tinggi Depdiknas bahwa dalam metodologi
pembelajaran hendaknya:
7 Wina sanjaya, Strategi Pembeajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2008), cet 5, h. 147
14
1. Pendekatan menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan, mitra
dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat, anggota keluarga,
masyarakat dan warga Negara.
2. Metode proses pembelajaran pembahasan secara kritis analitis,
induktif, dedukatif, dan reflektif melalui dialog kreatif yang
bersifat partisipatoris untuk meyakini kebenaran substansi dasar
kajian.
3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: tatap muka secara
bervariasi, ceramah dialog kreatif (diskusi) interaktif, metode
inquiry, study kasus, penugasan mandiri, seminar kecil, dan
berbagai kegiatan akademik lainnya yang lebih menekankan
kepada pengalaman belajar peserta didik secara bermakna.
4. Motivasi menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran
pengembangan kepribadian merupakan kebutuhan hidup.8
b. Jenis jenis Metode Pembelajaran
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang
dewasa dengan segala kemampuan yang di milikinya untuk dapat
mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu
serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus di lakukan
oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting
adalah performance guru di kelas.
Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga
tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didiknya.
“Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode
pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru
8 Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Hermianto, Model Model Pembelajaran
Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 1-3
15
harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang dapat kita
gunakan”.9
1) Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan dan penuturan
secara lisan olh guru terhadap kelas. Dengan kata lain dapat pula diartikan,
bahwa metode ceramah itu adalah suatu cara pnyajian atau penyampaian
informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru
terhadap siswanya. Dalam memperjelas penuturan/penyajiannya, guru
dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti: bendanya, gambarannya, sket,
peta dan sebagainya.10
Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong
timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok
untuk digunakan dalam pembelajaran denan cirri-ciri tertentu. Ceramah
cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika
bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu masalah. Tujuan utama metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi.
Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan
tertentu secara bersama-sama.11
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitianya, dibanding
metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam
pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam
transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat
9 Ibid,.. h. 7
10 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001) cet,
3, h. 133 11
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) cet 1,
hal, 200
16
dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif
untuk meningkatkan kualitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3) Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran
yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana
proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi
sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuai proses. Misalnya bekerjanya
suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue.
4) Metode Tugas atau Resitasi
Metode pembelajaran resitasi adalah suatu upaya membelajarkan
siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan,
pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri atau
menampilkan diri dalam penyampaian suatu (puisi, syair, drama) atau
melakukan kajian maupun uji coba sesuai dengan tuntutan kualifikasi atau
kompetensi yang ingin dicapai.12
5) Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan
pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang di pelajarinya. Dalam
metod ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu
obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang obyek yang di pelajarinya.
12
Ibid, hal 208-209
17
6) Metode Study Tour ((karya wisata)
Metode study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas
pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan
mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan di
damping oleh pendidik.13
7) Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode
mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang
kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan
keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat
sesuatu (misalnya: membuat tas dari eceng gondok). Metode latihan
keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis
pada peserta didik.
8) Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana
pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.
Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai coordinator. Cara
pengujiannya setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika
ujian lisan maka setiap siswa yang di uji harus langsung berhadapan
dengan team pendidik tersebut.
9) Metode Inkuiri
Metode Inkuiri adalah mengajarkan para siswa memahami proses
meneliti dan menerangkan suatu kejadian.14
13
Ramayulis, loc.cit,. h. 190 14
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan konseptual
Operasional, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet, 2, h. 76
18
3. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based
learning)
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau
wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup dimasyarakat,
maka problem solving merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat
penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya
setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah. Dari mulai
masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks, dari
mulai masalah pribadi sampai kepada masalah keluarga, masalah sosial
kemasyarakatan, masalah Negara sampai kepada masalah dunia. “ problem
based learning inilah diharapkan dapat memberikan latihan dan
kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang di
hadapinya.”15
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka problem
based learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Kita menyadari
selama ini kemampuan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah kurang
diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya, manakala siswa menghadapi
masalah itu dianggap sepele, banyak siswa yang tidak dapat
menyelesaikanya dengan baik. Tidak sedikit siswa yang mengambil jalan
pintas, misalnya dengan mengkonsumsi obat-obat terlarang atau bunuh diri
hanya gara-gara ia tidak sanggup memecahkan masalah.
b. Karateristik Metode Problem Based Learning
Problem based learning dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari problem based learning.
Pertama, problem based learning merupakan rangkaian aktifitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi problem based learning ada
15
Wina sanjaya, op.cit. h. 214
19
jumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem based learning tidak
mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian
menghafal materi pembelajaran, akan tetapi melalui problem based
learning siswa dapat aktiv berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah
data, dan akhirnya menyimpulkan.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. Problem based learning menempatkan masalah sebagai kata
kunci dari proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode
ilmiah adalah prose berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan problem based learning, guru perlu
memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat
dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari
sumber-sumber lainnya misalnya dari peristiwa yang terjadi dilingkugan
sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan:
1) Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat
mengingat materi pelajaran, akan tetapi mengetahui dan
memahaminya secara penuh.
2) Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan
berfikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru,
mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
20
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara
objektif.
3) Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4) Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab
dalam belajarnya.
5) Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang
dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara
teori dengan kenyataan).16
c. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning
1. Kelebihan metode problem based learning, sebagai suatu
strategipembelajaran, problem based learning memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya:
a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan tekhnik yang
cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru siswa.
c) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa.
d) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu,
pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f) Melalui Pemecahan masalah (problem solving) bisa
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada
16
Ibid, h. 215
21
dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
dari buku-buku saja.
g) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih
menyenangkan dan disukai siswa.
h) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan siswa mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
i) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata
j) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.17
2. Kekurangan metode problem based learning, di samping
keunggulan, problem based learning juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.18
3. Cara mengatasi kekurangan dari StrategiProblem Based Learning
17
Ibid, h. 220-221 18
Ramayulis, Op.cit., h. 209
22
a) Penanggungjawab kelas (guru) harus berperan aktif dalam
menumbuhkan minat dan rasa percaya diri siswa terhadap
pemecahan masalah yang sedang dipelajari.
b) Mempertimbangkan waktu untuk mempersiapkan strategi
pembelajaran melalui problem solving agar tujuan yang
diinginkan tercapai.
c) Memberikan pemahaman tentang tujuan mereka belajar
memecahkan masalah kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
d. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning)
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan Problem Based
Learning. John Dewey salah satu seorang ahli pendidikan kebangsaan
Amerika menjelaskan enam langkah Problem Based Learningyang
kemudian dinamakan pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
1) Mengemukakan persoalan/masalah. Guru menghadapkan masalah
yang akan dipecahkan kepada murid-murid.
2) Memperjelas persoalan/masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh
guru bersama murid-muridnya.
3) Melihat kemungkinan jawaban murid-murid bersama guru mencari
kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam
pecahan persoalan.
4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah
5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis yang diajukan
23
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah
siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai
rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
7) Penilaian. Cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan
hasil yang diharapkan atau tidak.19
David Johnson & Johnson menemukan ada lima langkah Problem
Based Learning melalui kegiatan kelompok.
1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa
tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas
masalah apa yang akan dikaji, dalam kegiatan ini guru bisa
meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat
yang menarik untuk di pecahkan.
2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya
masalah, serta menganalisis berbagai factor yang dapat mendukung
dalam penyelesaian masalah, kegiatan ini dapat dilakukan dalam
diskusi kelompok kecil hingga pada akhirnya siswa dapat
mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan
sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
3) Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan
yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahap ini siswa
didorong untuk berfikir mengemukakan pendapat dan argumentasi
tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan
keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan
19
Abdul Majid, Op.cit, h. 213
24
pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi
terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.20
Sesuai dengan tujuan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari
beberapa bentuk problem solving yang telah dikemukakan para ahli, maka
secara umum problem solving bisa dilakukan dengan langkah-langkah:
1) Menyadari Masalah
Implementasi problem solving harus dimulai dengan kesadaran
adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan yang dirasakan
oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh
siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan dan menangkap
kesenjangan yang terdiri dari fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini
siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru
dapat mendorong siswa untuk dikaji baik melalui kelompok besar atau
kelompok kecil atau bahkan individual.
2) Merumuskan Masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari
kesenjangan, selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk
dikaji. Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan
berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah
dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
mengumpulkannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa pada langkah
ini adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat
memanfaatkan pengetahuannya untuk mengkaji, merinci, dan menganalisis
masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas,
spesifik, dan dapat dipecahkan.
20
Wina Sanjaya, Op, cit. h. 217-218
25
3) Merumuskan Hipotesis
Sebagai proses berfikir ilmiah yang merupakan perpaduan berfikir
dedktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah
penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari
siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada
akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan
selanjutnya adalah pengumpulan data yang sesuai dengan hipotesis yang
diajukan.
4) Mengupulkan Data
Sebagai proses belajar empiris, keberadaan data dalam proses berfikir
ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai
dengan data yang ada. Proses berfikir ilmiah bukan merupakan poses
berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada pengalaman. Oleh
karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan data
yang relevan. Kemampuan yang diharapakan pada tahapan ini adalah
kecakapan siswa untuk mengumpulkan data dan memilah data, kemudian
memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah
dipahami.
5) Menguji Hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menemukan
hipotesis mana yang diterima dan yang ditolak. Kemampuan yang
diharapkan dari siswa pada tahapan ini adalah kecakapan menelaah data
dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah
yang dikaji. Disamping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
dan kesimpulan.
26
6) Menentukan Pilihan Penyelesaian
Menentkan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses problem
solving. Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan
memilih alternative penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan
serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan
dengan alternative yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat
yang akan terjadi pada setiap pilihan.21
e. Manfaat Menggunakan Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(problem based learning)
Metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada peserta didik. Problem based learning dikembangkan
untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran
orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi, dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri. Dalam
pembelajaran, menjelaskan komponen suatu perangkat material
pembelajaran dan mengembangkan materi secara prosedural haruslah
berdasarkan karateristik siswa. Hal ini dikarenakan material pembelajaran
yang dikembangkan, pada akhirnya dimaksudkan untuk membantu siswa
agar memperoleh kemudahan dalam belajar.22
4. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
21
Ibid, h. 219-220 22
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet 3, h. 95
27
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di
alami oleh murid sebagai anak didik.
Sedangkan dalam perspektif agama islam, belajar merupakan kewajiban
bagi setiap muslim agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka
meningkatkan derajat kehidupan mereka. Baik secara eksplisit maupun
secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, bahwa definisi
manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu.23
Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka
mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu
tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam
arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi Bangkok karena patah
tertabrak mobil, perubahan itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan
dalam arti belajar.24
Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Hasil
belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kababilitas tersebut adalah dari
stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan
oleh pebelajar.25
Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak
didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar
mengajar dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan.
23
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), cet. 9, h. 157 24
Slameto, Op, cit,. h. 99 25
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet,
4, h. 10
28
Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif
individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi
hidup tidak lain adalah hasil belajar dari belajar. Kita pun hidup menurut
hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan
sekedar dari pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil.
Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar
mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.26
Menurut Sumardi Suryabrata (2008) hal-hal pokok belajar sebagai
berikut:
1) Bahwa belajar itu membawa perubahan
2) Bahwa perubahan itu pokoknya adalah di dapatkan kecakapan baru
3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha.27
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan belajar adalah
perubahan tingkah laku yang mencakup aspek pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan secara relatif permanen dan secara potensial terjadi
sebagai hasil praktik atau penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan
tertentu.
b. Jenis-jenis Belajar
Beberapa para ahli dalam pendidikan mengemukakan lima jenis atau
tipe belajar, yakni:
1) Belajar Kemahiran Intelektual (cognitif)
Yang termasuk dalam tipe ini adalah belajar deskriminasi, belajar
konsep, dan belajar kaidah. Belajar deskriminasi yaitu kesanggupan
26
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), cet, 4, h. 39 27
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 232
29
membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Untuk itu
diperlukan pengamatan yang cermat dari ciri-ciri objek tersebut seperti
bentuknya, ukurannya, warnannya dan lain-lainnya.
2) Belajar Informasi Verbal
Pada umumnya belajar berlangsung melalui informasi verbal, apalagi
belajar di sekolah, seperti membaca, menulis, mengarang, bercerita,
mendengarkan penjelasan guru. Kesanggupan menyatakan pendapat dalam
bahasa lisan atau tulisan, berkomunikasi dan kesanggupan memberi arti
pada setiap kata/kalimat.
3) Belajar mengatur kegiatan intelektual
Dalam belajar mengatur intelektual menekankan pada belajar
diskriminasi, konsep, dan kaidah, maka dalam belajar mengatur kegiatan
intelektual yang di tekankan adalah kesanggupan memecahkan masalah
melalui konsep atau kaidah yang telah dimiliki siswa. Hal ini lebih
menekankan pada aplikasi kognitif dalam pemecahan persoalan. Dua aspek
penting dalam tipe belajar ini adalah prinsip pemecahan masalah dan
langkah berfikir dalam pemecahan masalah.
4) Belajar keterampilan Motorik
Belajar keterampilan motorik ini banyak berkaitan dalam kesanggupan
memanfaatkan gerakan badan, memiliki rangkaian urutan gerakan yang
teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancer. Misalnya belajar bersepeda,
computer dan menjahit.
5) Belajar Sikap
Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima
atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah
berati atau tidak berarti baginya. Itulah sebabnya, sikap berhubungan
dengan pengetahuan dan perasaan seseorang terhadap objek. Sikap juga
dipandang sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku
(predisposisi). Maka hasil belajar sikap Nampak dalam bentuk kemauan,
minat, motivasi, perhatian dan perubahan perasaan. Sikap dapat dipelajari
dan dapat diubah melalui proses belajar.
30
Jenis-jenis belajar yang dikembangkan oleh ahli pendidikan dan
psikologi cukup banyak, baik formal atau pun non formal. Sejauh ini
diidentifikasi minimal ada 15 jenis belajar.28
c. Hasil Belajar
Menurut Witerington dalam Ngalim Purwanto bahwa belajar adalah
sesuatu perubahan yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu
pengertian.29
Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi
sudah mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang
terjadi harus secara relative yang bersifat menetap (permanen) dan tidak
hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak, tetapi perilaku yang
mungkin terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu, perubahan-perubahan
terjadi karena pengalaman.30
Belajar diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan
individu dengan lingkungannya.31
Sedangkan hasil belajar adalah pola-pola perubahan nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut
Bloom, hasil belajaradalah mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.32
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan
bukanhanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil
pembelajaran yangdikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana
tersebut diatas tidak dapatdilihat secara fragmentaris atau terpisah,
28
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001), cet. 1, h. 129-130 29
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
h. 84 30
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:
KiziBrother’s, 2006), h.76 31
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995), cet, 6, h. 5 32
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan aplikasi PAIKEM, (Surabaya:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 5-6
31
melainkan komprehensif.33
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksuddengan hasil belajar Fiqh adalah hasil penilaian setelah peserta
didik melakukanpembelajaran. Namun, berdasarkan pembatasan masalah
seperti yang telah diuraikan di Bab 1, maka hasil belajar yang dimaksud
pada penelitian ini hanyaterbatas pada hasil penilaian kognitif.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan
dalam belajar di sekolah itu banyak dan beragam. Penyebab kesulitan
belajar tersebut dapat di kelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu faktor
yang berasaldari diri individu peserta didik yang belajar dan faktor yang
berasal dari luar peserta didik. faktor internal yang ada pada diri peserta
didik adalah faktor kemampuan intelektual seperti perasaan, minat,
motivasi, kematangan untuk belajar, kebiasaan belajar, kemampuan
mengingat, dan kemampuan alat inderanya dalam melihat dan mendengar.
Sedangkan faktor eksternal yang ada di luar diripeserta didik adalah faktor
yang berkaitan dengan kondisi belajar mengajar seperti guru, kualitas proses
belajar mengajar serta lingkungan seperti teman sekelas, keluarga dan
sebagainya.34
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam belajar dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya
perubahan tingkah laku pada seorang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku
memiliki unsur unsur subjektif (rohaniah) dan unsur motoris (jasmaniah).35
Dari pendapat di atas, diketahui bahwa strategi merupakan salah satu
faktor yang menentukan dalam pembelajaran Fiqh. Pembelajaran Fiqh akan
lebih bermakna apabila diimbangi dengan strategi belajar yang tepat, dalam
hal ini pemilihan metode dan penggunaan model pembelajaran yang tepat
sebagai alat hasil belajar peserta didik. pembelajaran harus melibatkan
33
Ibid. h. 7 34
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara), cet. 15, h. 30 35
Thursan Hakim, Op. Cit. hal. 11
32
peserta didik secara aktif dalam belajar, terlebih lagi jika mereka dapat
bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Pembelajaran Fiqh
a. Pengertian Fiqh
Fikih menurut bahasa adalah mengetahui, paham, mengetahui dan
paham disini yang dimaksud adalah mengetahui dan paham tentang
masalah-masalah agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
فرقة منم طآئفة ليتفقهوا ف فلولا نفر من ك واوما كن المٶمنون لينفروا كفة ن ولين اد
لجعوا ا ذا
ونقومهم ا هم ي م لعل ي
“Tak sepatutnya hai orang-orang mu’min pergi semuanya (kemedan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperoleh pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah:
122)
Pengertian Fikih seperti yang tergambar dalam ayat di atas merupakan
pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut dalam perkembangan
selanjutnya mengalami penyempitan makna. Hal ini sebagaimana
dikemukakan Quraish Shihab bahwa “Fikih yang pada mulanya
dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang agama,
mencakup hukum, keimanan, akhlak, Al-Qur‟an dan Hadis. Tetapi istilah
itu kemudian dipakai khusus menyangkut pengetahuan tentang hukum
agama saja”.36
Dalam peristilahan Syar‟i, ilmu fikih dimaksudkan sebagai ilmu yang
berbicara tentang hukum-hukum Syar‟i amali (praktis) yang penetapannya
diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalilnya
36
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1994), cet. 6, h.383
33
yang terperinci dalam nash (Al-qur‟an dan Hadis).37
Secara istilah pengertian fikih sangat beraneka ragam tergantung
terhadap siapa yang memberikan pengertian dan sesuai dengan disiplin ilmu
masing- masing. Menurut para Fuqaha Fikih berarti “ Ilmu yang
menerangkan hukum- hukum syarah yang diperoleh dari dalil-dalil yang
rinci.38
Ulama Hanafiah memberikan batasan bahwa Fikih adalah “ Ilmu yang
menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan
para mukalaf.39
Para pengikut Asy-Syafi‟i memberikan pengertian bahwa
Fikih adalah “ ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang
digali dan ditemukan dan dalil-dalil yang tafsili ”.40
Dikaitkan dengan proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah
adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan
untuk menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati, dan
mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengamalan, dan keteladanan.
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Fiqih
Sebagai bahan pelajaran yang diberikan pada anak didik dalam proses
belajar mengajar, mata pelajaran Fikih tentu memiliki sasaran yang ingin
dicapai sebagai tujuan. Menurut Sidi Nazar Bakry, tujuan Fikih adalah
“menerapkan hukum Islam, terhadap seluruh tindakan maupun perbuatan,
perkataan, tindak- tanduk dan sebagainya, berdasarkan Al-Qur‟an dan
Sunnah Rasul-Nya”.41
Sedangkan rumusan tujuan Fikih menurut Abdul
Wahab Khallaf adalah “Menerapkan hukum-hukum syari’at Islam bagi
37
Alaidin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
cet, 1, h. 2 38
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. 8, h.
17 39
Ibid. h.18 40
H. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), jilid, 1, cet,
5, h. 3 41
Sidi Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2003),
Cet. 4, h. 88
34
seluruh tindakan dan ucapan manusia”.42
Kedua rumusan Fikih tersebut tidaklah berbeda, keduanya menghendaki
penerapan hukum syarah pada setiap tingkah laku dan ucapan mukallaf di
tengah hidup dan kehidupannya.
Fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta
didik agar dapat: (1) Mengetahui, dan memahami pokok-pokok hukum
Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli.
Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup
dalam kehidupan pribadi social. (2) Melaksanakan dan mengamalkan
ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan
dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan
tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosialnya.43
Mengenai fungsi Fikih secara umum dapat disebutkan bahwa Fikih
berfungsi: “Sebagai rujukan bagi para mukallaf untuk mengetahui syariat
Islam sehingga pola tingkah lakunya dapat terkendali pada landasan etik dan
moral yang religius”.44
Mata pelajaran Fikih berfungsi untuk : (a) penanaman nilai-nilai dan
kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT. (b) penanaman
kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan
ikhlas dan prilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah
dan masyarakat. (c) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT. Serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin. (d)
Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan social
melalui Fiqh Islam. (e) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-
kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam
kehidupan sehari-hari. (f) Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami
42
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Terjemah, (Bandung:
Risalah,1985), cet, 2, h. 6 43
Departemen Agama RI, Standar kompetisi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam 2012), h. 3 44
Abdul Wahab khallaf, Op, Cit, h. 7
35
Fiqih/ hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c. Ruang lingkup Fiqh
Menurut Hasbi Ashiddiqy sebagaimana yang dikutip oleh Zakiah
Derajat Bahwa ruang lingkup pembahasan Fiqh itu ada 8 topik (bab) yaitu:
1) Ibadat
Dalam bab ini dibahas masalah yang dapat dikelompokkan antara lain:
a) Thaharah
b) Shalat
c) Puasa
d) Zakat
e) haji
2) Ahwalusy Syakhshiyyah atau Qanun Ailah.
Dalam bab ini dibahas masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam
persoalan pribadi, kekeluargaan, harta warisan, yang meliputi antara
lain:
a) Nikah
b) Thalak
c) Warisan
d) Wasiat
3) Muamalat
Masalahnya dapat dikelompokkan antara lain:
a) Jual beli, khiyar, sewa-menyewa, hutang-piutang, gadai
b) Hibah, hadiah, waqaf
c) Mudharabah, muzara’ah, hiwalah, syarikah, pinjam-meminjam,
wad’iah
d) Ghashab
4) Muamalat Maliyat. Kadang-kadang disebut “Baitul Maal”
Dalam bab ini dibahas masalah tentang persoalan harta kekayaan milik
bersama, baik masyarakat kecil atau besar seperti negara. Seperti cara
pengelolaan baitul maal, macam-macam kekayaan baitul maal,
36
kepengurusan baitul maal.
5) Jinayat dan Uqubat (Pelanggaran dan Hukuman) Pembahasan ini
meliputi: Qishash, diyat, hukuman pembunuhan, hukuman zina,
hukuman pencuri, perampok, qadzaf, pemberontakan.
6) Murafa‟at atau Mukhashamat. Pembahasan ini meliputi: peradilan,
pengadilan, gugatan, saksi, sumpah, pembuktian.
7) Ahkamud Dusturiyyah (Ketatanegaraan). Pembahasan ini meliputi:
kepala negara, syarat menjadi kepala negara, hak dan kewajiban kepala
negara, hak dan kewajiban rakyat.
8) Ahkamud Dauliyah (Hukum Internasional). Pembahasan ini meliputi:
hubungan antar negara, ketentuan untuk perang dan damai, pajak,
perjanjian.
Sedangkan ruang lingkup pembahasan fikih menurut Departemen
Agama RI, Standar kompetisi Madrasah Tsanawiyah, meliputi ketentuan
pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt dan hubungan
manusia dengan sesame manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran
Fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi:
a. Aspek Fiqh Ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara thaharah,
shalat fardhu, shalat sunnah, dan shalat dalam keadaan darurat,
sujud, adzan dan iqomah, berdzikir dan berdoa setelah shalat, puasa,
zakat, haji dan umrah, qurban dan aqiqah, makanan, perawatan
jenazah dan ziarah kubur.
b. Aspek Fiqh Muamalat meliputi: ketentuan dan hukum jual beli,
qiradh, riba, pinjam meminjam, utang piutang, gadai dan borg serta
upah.
37
Tabel. 1
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
MAPEL FIQIH
Kelas VIII, Semester 1
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menerima dan
menghayati ajaran
Agama Islam
1.1 Meyakini adzan merupakan
panggilan dari Allah
1.2 Meyakini hikmah dari panggilan
adzan
1.3 Meyakini hikmah berdo’a setelah
mendengar
1.4 Meyakini shalat merupakan
perintah dari Allah SWT
1.5 Merasakan hikmah setelah
melaksanakan shlat fardu
2. Memiliki akhlak (adab)
yang baik dalam
beribadah dan
berinteraksi dengan diri
sendiri, sesama dan
lingkungannya
2.1 Memiliki sikap rela melakukan
adzan dan iqomah ketika akan
shalat fardu
2.2 Memiliki sikap rela melakukan
shalat ketika ada panggilan adzan
2.3 Membiasakan menyegerakan
salat ketika ada panggilan adzan
3. Memahami pengetahuan
faktual dengan cara
mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan
rasa ingin tahutentang
al-Qur’an, Hadis,
fiqih,akidah, akhlak, dan
3.1 Menghafal bacaan adzan dan
iqamah.
3.2 Mengetahui manfaat dari
panggilan adzan
3.3 Mengengenal ketentuan tata cara
salat fardu
3.4 Mendeskripsikan hal-hal yang
menjadi kesempurnaan salat
38
sejarahIslam
4. Menyajikan
pengetahuan faktual
terkait dengan
pengembangan dari
yang dipelajari di
madrasah
4.1 Mempraktikkan adzan dan
iqamah
4.2 Mempraktikkan gerakan salat
fardu sesuai dengan bacaannya
Kelas VIII, Semester 2
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menerima dan
menghayati ajaran
agama Islam
1.1 Meyakini hikmah salat
berjamaah
1.2 Meyakini hikmah zikir setelah
salat fardu
1.3 Meyakini hikmah doa setelah
salat fardu.
2. Memiliki akhlak (adab)
yang baik dalam
beribadah dan
berinteraksi dengan diri
sendiri, sesama dan
lingkungannya
2.1 Membiasakan melaksanakan
salat berjamaah secara ikhlas
2.2 Menunjukan sikap rela
menerima perintah zikir setelah
salat fardu
2.3 Membiasakan berdoa setelah
salat fardu secaraikhlas
3. Memahami
pengetahuan faktual
dengan cara mengamati
[mendengar, melihat,
membaca] dan
menanya berdasarkan
3.1 Memahami ketentuan tata cara
salat berjamaah
3.2 Mengetahui manfaat zikir
setelah salat fardu.
3.3 Mengidentifikasi manfaat doa
setelah salat fardu
39
rasa ingin tahutentang
al-Qur’an, Hadis, fiqih,
akidah, akhlak, dan
sejarah Islam
3.4 Mengetahui manfaat salat
berjamaah
3.5 Mengidentifikasi hal-hal yang
menjadi kesempurnaan salat
berjamaah
3.6 Menjelaskan hikmah salat
berjamaah
4. Menyajikan
pengetahuan faktual
terkait dengan
pengembangan dari
yang dipelajari di
madrasah
4.1 Mempraktikan shalat berjamaah
4.2 Mempraktikan zikir setelah
shalat fardu
4.3 Mempraktikan doa setelah shalat
fardu
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan hasil penelitian
yang relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan.penelitian tersebut
adalah:
1. Penelitian ini dirujuk pada skripsi yang dilakukan oleh achmad Saifudin
(2010) dalam penelitian yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) di MAN 12 Jakarta Barat. Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa Hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, serta siswa aktif dan berfikir kritis dalam proses
pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dalam pembelajaran Kimia.
2. Penelitian yang dilakukan Suherman dalam skripsi yang berjudul: “Upaya
meningkatkan hasil belajar fisika melalui penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (BPL)” dari penelitian yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
40
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan model pembelajaran
Problem Based Learning secara umum dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Peningkatan ini tidak hanya berupa peningkatan kognitifnya
saja, melainkan peningkatan pada ranah akfektif dan psikomotoriknya juga.
C. Kerangka Berfikir
Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah(Problem Based
Learning), dapat membuka ruang yang luas bagi peserta didik untuk
mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan, dan
menyenangkan. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif
dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa perlu belajar berfikir,
memecahkan masalah dan belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan, serta saling memberitahukan pengetahuan, konsep kepada
siswa yang membutuhkan.
Pembelajaran model Problem Based Learning dalam Fikih diduga dapat
membantu para siswa dalam meningkatkan efektivitas belajarnya. Para siswa
dalam kelompok dapat bekerja sama dalam mengerjakan tugas, memecahkan
masalah, dan dapat saling bertukar pendapat dengan yang lain sehingga siswa
akan termotivasi untuk berperan aktif dalam proses belajar dan pembelajaran.
Salah satu metode dalam pembelajaran ini yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam belajar adalah model pembelajaran berbasis
masalah(Problem Based learning). Pembelajaran ini diterapkan dalam proses
belajar dan pembelajaran Fikih pada konsep materi di kelas VIII dengan
menggunakan diskusi kelompok sehingga meningkatkan hasil belajar siswa
dalam belajar Fikih.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan hasil penelitian yang relevan di atas,
maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Penggunaan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat
meningkatkan efektivitas dan hasil belajar siswa dalam belajar Fiqh pada
41
materi akhlak (adab) siswa kelas VIII di MTs Khazanah Kebajikan Pondok
Cabe Ilir”.
Efektivitas dapat dijadikan ketercapaian KKM untuk mengukur
keberhasilan pendidikan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas
sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup faktor di
dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas merupakan
suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran
mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasaran.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar salah satunya
ditentukan oleh faktor model pembelajaran yang dipilih dan diterapkan oleh
guru. Model tersebut dapat membantu guru untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan
maksimal. Oleh karena itu guru hendaknya mampu menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dan tepat sebagai upaya mencapai keberhasilan
pembelajaran.
Model pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi tersebut adalah
model pembelajaran Berbasis Malasah(Problem Based Learning). Model
pembelajara PBL merupakan alternatif pengajaran yang memberikan suasana
baru dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar dirancang dalam bentuk
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk saling bekerja sama saling
membantu dalam memahami materi pelajaran dan mengerjakan lembar kerja.
Model pembelajaran PBL yang diterapkan pada pokok bahasan tentang
akhlak (adab) diharapkan mampu meningkatkan efektivitas dan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan pokok pikiran tersebut peneliti mengajukan hipotesis
tindakan sebagai berikut: Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada mata pelajaran fiqih
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII Mts Khazanah Kebajikan Pondok
Cabe Pamulang.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di MTs Khazanah Kebajikan
Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan, penelitian dilakukan pada siswa
kelas VIII semester ganjil selama bulan September sampai bulan November
tahun ajaran 2013-2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas
(classroom action research), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang
dilakukandikelas terhadap proses belajar mengajar Fikih menggunakan
metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan
beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiridari empat tahapan yaitu
perencanaan tindakan (planing), penerapan tindakan (action), mengobservasi
dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observing) dan melakukan
refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan ataupeningkatan yang di
harapkan.1
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) yaitu suatu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian
dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin
inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang
terjadi.2
Dengan demikian, prosedur langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini
akan mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian tindakan yang telah umum
dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas ini berdiri dari empat rangkaian
1 Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet.
5, h. 16 2 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PR Remaja
Rosdakarya, 2006), cet, 2, h. 11
42
43
kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, pada penelitian ini peneliti
menggunakan tiga siklus. Prosedur penelitian tersebut terdiri dari empat tahap
kegiatan setiap siklus, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan menyusun RPP
bersama guru bidang studi.
2. Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan
pada tahap perencanaan
3. Pengamatan (Observing)
Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung dengan lembar observasi
4. Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah
diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang direncanakan. Hal ini kemudian dianalisis dan
akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
C. Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTs Khazanah Kebajikan yang terletak di
Jalan Talas I Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Banten. Penelitian
dilakukan di kelas VIII A yang berjumlah 30 orang.
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini
peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning). Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah guru Fikih dan
siswa kelas VIII MTs Khazanah Kebajikan. Guru bidang studi Fikih dalam
penelitian ini terlibat sebagai observer sedangkan siswa kelas VIII sebagai
objek dari penelitian ini.
44
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam pelaksanaannya, peran dan posisi peneliti dalam penelitian
bertindak sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran Fikih dengan
menerapkan model pembelajaran Problem based learning (PBL). Sedangkan
guru bidang studi Fikih dalam penelitian ini terlibat sebagai kolaborator dan
observer. Dimana guru membantu peneliti dalam hal membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membantu dalam melakukan refleksi dan
menentukan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus
selanjutnya. Selain itu, guru bidang studi sebagai pemberi penilaian terhadap
peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan mengamati seluruh aktivitas belajar Fikih siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti dan guru bidang studi masing-masing memiliki kedudukan yang
setara artinya masing-masing mempunyai peran dan posisi yang saling
membutuhkan satu sama lain dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti melakukan
penelitian pendahuluan (pra penelitian). Kemudian akan dilanjutkan dalam
Tiga siklus pada Mata Pelajaran Fikih. Hal ini dimaksudkan untuk melihat
perkembangan efektivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklus setelah
diberikan tindakan. Bila pada siklus I terdapat masalah dalam tindakan, dan
indikator keberhasilan belum tercapai. Selanjutnya, dilakukan tindakan ulang
melalui siklus berikutnyan (siklus II) lebih banyak diarahkan pada perbaikan
dan penyempurnaan terhadap kekurangan yang terdapat pada siklus I.
Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian Pendahuluan
a. Wawancara antara peneliti dengan guru serta peneliti dengan siswa
tentang tinggi rendahnya aktivitas belajar siswa, Respon siswa
terhadap mata pelajaran Fiqh.
45
b. Observasi proses pembelajaran
Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran Fiqh di kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan Pondok
Cabe. Peneliti mengamati segala aktivitas siswa dan guru dalam
proses pembelajaran Fiqh di kelas tersebut.
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Peneliti dan guru bidang studi Fiqh bekerjasama membuat acuan
program pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning).
2) Guru bidang studi Fiqh menentukan materi yang akan diajarkan
oleh peneliti untuk setiap pertemuan
3) Peneliti membuat instrument-instrumen penelitian, yaitu lembar
observasi guru pada KBM, lembar wawancara untuk guru dan
siswa, lembar kerja siswa (LKS) serta lembar soal pada akhir
siklus ini.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru memberikan penjelasan mengenai materi dan langkah-
langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based
learning) kepada siswa
2) Guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi dengan menggunakan LKS
3) Guru memonitor kegiatan-kegiatan siswa pada saat proses
pembelajaran
4) Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi pembelajaran
5) Guru memberikan tugas kepada siswa pada materi yang akan
dibahas selanjutnya.
c. Tahap Observasi
1) Observer (guru bidang studi ) mencatat secara detail aktivitas
46
guru dan siswa di kelas pada format observasi.
2) Wawancara kepada guru dan beberapa siswa untuk mengetahui
tanggapan tentang proses pembelajaran metode Problem Based
Learning (PBL) yang telah dilaksanakan.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru bidang studi Fiqh melakukan
refleksi. Refleksi dilakukan untuk mengkaji dan memproses data
yang didapat saat dilakukan pangamatan atau observasi tindakan.
Kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap
perencanaan siklus II.
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Guru membuat acuan program pembelajaran rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2) Peneliti membuat instrument-instrumen penelitian, yaitu lembar
observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar
siswa, lembar wawancara untuk guru dan siswa, lembar kerja
siswa (LKS) serta lembar soal pada akhir siklus ini.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru melakukan proses model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) dengan menggunakan metode
diskusi.
2) Peneliti membagikan LKS kepada siswa, untuk dikerjakan
secara kelompok.
3) Setelah semua kelompok mengerjakan LKS, peneliti meminta
hasil kerja setiap kelompok di kemukakan di depan kelas.
Apabila hasil kerja kelompok ada yang berbeda, peneliti
kelompok tersebut mengemukakan alasannya.
4) Pada akhir pelajaran guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi pelajaran.
c. Tahap Observasi dan evaluasi
47
1) Observer (guru bidang studi Fiqh) mencatat secara detail
aktivitas guru dan siswa di kelas pada format observasi
2) Wawancara kepada guru dan beberapa siswa untuk mengetahui
tanggapan tentang proses pembelajaran Problem Based
Learning (BPL) yang telah dilaksanakan
d. Tahap Analisis dan Refleksi
1) Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari siklus II.
2) Menyimpulkan dan merefleksi proses pembelajaran siklus II
dengan melihat perkembangan peningkatan aktivitas siswa, tes
hasil belajar dan wawancara. Jika masih terdapat kekurangan
dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya. Tetapi, jika pada saat
refleksi dari siklus II sudah tidak ditemukan masalah, dan
indikator keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian
diberhentikan.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam penerapan strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), hasil penelitian
yang diharapkan oleh penulis adalah hasil belajar Fiqh siswa semakin
meningkat, sehingga dapat memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang
diharapkan. Penelitian akan dihentikan jika hasil belajar seluruh siswa sudah
tercapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu sebesar 70.
G. Data dan Sumber data
Data dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hasil pre test dan post
test, lembar observasi, serta hasil wawancara terhadap guru kolaborator dan
siswa. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah Guru, siswa, dan
peneliti.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari tes (pre test dan post test), lembar observasi KBM, dan pedoman
wawancara. Berikut penjelasan instrument- instrument tersebut:
1. Tes (Pre Test dan Post Test)
48
Tes tertulis ini berupa test awal (Pre test) dan test akhir (post test). Tes
awal adalah tes yang dilaksanakan awal pembelajaran untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Sedangkan tes akhir dilaksanakan pada akhir
pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran
berlangsung. Soal – soal tes awal dibuat sama dengan soal – soal tes akhir.
Tes tersebut dalam bentuk tes obyektif jenis pilihan ganda sebanyak 15
soal. Tes ini diberikan kepada siswa kelas VIII A sebelum dan sesudah
pembelajaran untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk observasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi digunakan untuk mengevaluasi
kegiatan mengajar peneliti selama tindakan kelas dan juga untuk mengetahui
tingkat efektivitas belajar siswa dalam belajar Fiqh.
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara, tahap analisis dilakukan dengan
menginterpretasikan hasil wawancara guru kolaborator dan subyek. Sehingga
dapat diketahui respon dan kesan guru kolaborator dan subyek pada proses
pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning).
4. Lembar Soal Tes Akhir Siklus
Lembar soal diberikan kepada siswa – siswi untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Lembar soal pada akhir siklus
I, II, dan III berbentuk soal pilihan ganda.
5. Foto
Foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung
pada siklus I dan siklus II.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara – cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkam data, biasa disebut dengan metode
49
pengumpulan data. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini terdiri dari tes (pre test dan post test) sebagai instrument
penelitian, serta lembar observasi dan juga wawancara. Sebelum memulai
proses belajar mengajar, guru sekaligus peneliti memberikan tes kemampuan
awal (pre test) pada siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari,
kemudian disetiap pertemuan guru kolaborator mengisi lembar observasi
yang setiap siklus akan analisis bersama peneliti. Kemudian guru
memberikan tes akhir (post test) kepada siswa setelah mengikuti proses
belajar mengajar dengan menggunakan strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning).
Berikut penjelasan dari teknik pengumpulan data yang digunakan:
1. Pre Test dan Post Test
Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru sekaligus peneliti
memberikan tes kemampuan awal (pre test) pada siswa mengenai pokok
bahasan yang akan dipelajari. Lalu guru memberikan tes akhir (post test)
kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk observasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi digunakan untuk
mengevaluasi kegiatan mengajar peneliti selama tindakan kelas dan juga
untuk mengetahui tingkat efektivitas belajar siswa dalam belajar Fiqh.
3. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh data dengan cara Tanya jawab
secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan responden.
Wawancara sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk
menilai hasil dan proses belajar, bisa berinteraksi langsung dengan siswa
sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan
mendalam.3
3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), cet, 18, h. 68
50
Pada wawancara, tahap analisis dilakukan dengan
menginterpretasikan hasil wawancara guru kolaborator dan subyek.
Sehingga dapat diketahui respon dan kesan guru kolaborator dan subyek
pada proses pembelajaran yang menggunakan strategi Pembelajaran
Berbasis Maalah (Problem Based Learning).
4. Foto
Pengambilan gambar sebagai dokumentasi saat dilakukan tindakan kelas.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
Data yang terkumpul pada siklus pertama dianalisa observer dan
didiskusikan bersama kolaborator, kemudian di deskripsikan sebagai bahan
penyusunan perencanaan pada pembelajaran siklus kedua.
Data yang terkumpul pada siklus pertama dan siklus kedua yang
diperoleh melalui observasi langsung dan tes, kemudian diamati dan dianalisa
oleh observer dan kolaborator, selanjutnya dideskripsikan sebagai bahan
untuk mencari alternatif tindakan lain untuk melakukan siklus berikutnya,
apabila pada siklus kedua ini pelaksanaan proses belajar belum mengalami
kemajuan.
Berdasarkan sifat dan jenis data dalam penelitian tindakan kelas ini,
penulis menganalisa data dengan menggunakan tehnik analisa komparasional.
Tehnik analisa komparasional adalah tehnik analisa statistik yang melakukan
perbandingan antara dua variable.4
Adapun rumus yang penulis gunakan untuk menganalisa data yang telah
didapat adalah rumus Tes “t” untuk dua sample kecil yang saling
berhubungan, secara operasional analisa dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Mencari D (Difference = Perbedaan) antara skor Variabel I dan skor
Variabel II. Variable I diberi lambang X dan Variabel II diberi
lambing Y, maka D = X – Y.
2. Menjumlahkan D, sehingga diperoleh ∑
4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
Cet 15, h, 277
51
3. Mencari Mean dari Difference, dengan rumus MD =
4. Menguadratkan D, setelah itu dijumlahkan sehingga diperoleh ∑ .
5. Mencari Deviasi Standar dari Difference (SDD), dengan rumus:
√
6. Mencari Standard Error dari mean of Difference, yaitu:
√
7. Mencari to dengan menggunakan rumus
8. Memberikan interpretasi terhadap “to” dengan prosedur kerja sebagai
berikut:
a. Menguji signifikansi to dengan cara membandingkan besarnya to
(“t” hasil observasi atau “t” hasil perhitungan) dengan tt (harga
kritik “t” yang tercantum dalam Tabel nilai “t”), dengan terlebih
dahulu menetapkan degrees of freedom nya (df) atau derajat
kebebasannya (db), yang dapat diperoleh dengan rumus: df atau db
= N – 1.
b. Mencari harga kritik “t” yang tercantum pada Tabel Nilai “t”
dengan berpegang pada df atau db yang telah diperoleh, baik dari
taraf signifikansi 5% ataupun taraf signifikansi 1%.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data
Data yang diperoleh dari instrument penelitian dianalisis menggunakan
analisis deskriptif. Data yang diperoleh diubah menjadi kalimat – kalimat
yang bermakna dan ilmiah.
Efektivitas pembelajaran diukur dengan ketentuan KKM mata pelajaran
Fikih di MTs. Khazanah Kebajikan, Pondok Cabe Pamulang, yaitu 70.
Tingkat efektivitas pembelajaran dibuat empat level, yaitu:
1. Di bawah KKM, yaitu < 70 tingkat efektivitasnya rendah.
2. Sesuai KKM, yaitu 70 – 74 tingkat efektivitasnya sedang.
52
3. Di atas KKM, yaitu 76 – 88 tingkat efektivitasnya tinggi.
4. Di atas KKM, yaitu 89 – 100 tingkat efektivitasnya sangat tinggi.
Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini juga diukur dari hasil pre
test dan post test. Pembelajaran dinilai efektif jika terdapat peningkatan antara
hasilpre test dan post test.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Peneliti mengawali penelitian ini dengan dilakukannya penelitian
pendahuluan (pra penelitian), dan akan dilanjutkan dalam tiga siklus. Masing-
masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap
pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah
melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan
belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.
Penelitian ini akan dihentikan jika indikator keberhasilan dalam proses
pembelajaran Fikih dengan menerapkan metode pembelajaran bernasis
masalah (problem based learning) telah tercapai, yaitu efektivitas siswa
meningkat dan hasil yang diharapkan tercapai yaitu tercapainya KKM untuk
seluruh siswa, maka penelitian akan diakhiri atau dihentikan.
53
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
A. Deskrisi Data
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Khazanah Kebajikan Pondok
Cabe Ilir PamulangTangerang Selatan yang beralamat di Jl. Talas I Pondok Cabe Ilir
Pamulang Tangerang Banten. Sedangkan yang dijadikan sebagai kelas pelaksanaan
penelitian adalah kelas VIIIA MTs Khazanah Kebajikan yang berjumlah 30 orang.
Madrasah ini didirikan pada 17 Mei 1999 dan berada di bawah naungan yayasan
Khazanah Kebajikan yang menampung anak-anak Yatim Piatu, Yatim, dan Fakir miskin
yang bertujuan mencetak generasi muda yang Shalih dan Shalihah dengan ditunjang
wawasan pengetahuan yang berkualitas.
Dari sejak berdirinya, ia berusaha mendidik dan membina masyarakat disekitarnya.
Di samping dengan memberikan bantuan secara material juga memberikan sarana
pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi , dengan ketentuan
sekolah untuk kepentingan masyarakat umum, khususnya bagi mereka yang tergolong
yatim piatu, fakir miskin dengan tanpa dipungut biaya operasional pendidikan.1
Adapun para perintis sekaligus pendirinya ialah:
1. Drs. H. Fairuspuadi,
2. Agus Suwarno, M.A,
3. H. Suardin Mukmin, S. Sos.I,
4. H. Muhammad Syafi’i Thohir
5. H. Zulkarnain, S.Ag.
Sebagaimana halnya dengan kehadiran MTs-MTs pada umumnya, MTs. Khazanah
Kebajikan dimaksudkan untuk mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan yang
didasarkan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT. Hal itu
semakin nyata karena pada kenyataannya masyarakat Pondok Cabe Ilir Pamulang dan
1 Buku Pedoman Sekolah MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Pamulang kurikulum tahun 2013/2014
53
54
sekitarnya memang cukup kental dengan nilai-nilai keagamaan Islam, sehingga kahadiran
MTs Khazanah Kebajikan sejalan dengan corak masyarakat Pondok Cabe Ilir-Pamulang
yang religius.
Namun demikian, sejalan dengan semakin mekarnya wilayah kota ke daerah-daerah
pingggiran DKI Jakarta, Daerah Pondok Cabe Ilir Pamulang kini telah menjadi
penyangga kota DKI Jakarta yang memiliki karakteristik masyarakat yang transisi, yakni
masyarakat yang memiliki shock dalam menghadapi perubahan-perubahan, khususnya
dalam bidang sosio-kultural dan ekonomi.
Ditengah-tengah kehidupan masyarakat seperti itu, MTs Khazanah Kebajikan
Pondok Cabe Ilir-Pamulang terpanggil untuk memberikan warna kehidupan masyarakat
Pondok Cabe Ilir-Pamulang yang disatu sisi mampu mengapresiasi perubahan-perubahan
yang diakibatkan adanya pemekaran wilayah Kota DKI Jakarta, tetapi di sisi lain juga
harus mampu mempertahankan nilai-nilai positif kehidupan budaya pribumi Pondok
Cabe Ilir-Pamulang yang bercorak religius. Atas dasar itulah, kini MTs Khazanah
Kebajikan ingin tampil sebagai Madrasah modern yang berkeinginan memberikan bekal
keagamaan kepada siswa/siswi/siswi MTs Khazanah Kebajikan sehingga mampu menjadi
insan yang modern yang ditandai dengan kecerdasan akal, tetapi disisi lain juga tampil
sebagai insan yang berbudi luhur yang lahir dari penghayatan dan sikap keberagamaan
(religiousitas) yang mendalam.2
1. Identitas Sekolah
a. Nama sekolah : MTs. Khazanah Kebajikan
b. Status : Swasta
c. Nomor NSM : 212.28.04.17.138
d. Alamat sekolah : Jl. Talas I Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Banten
e. Telp./Fax : (021) 74707253 / (021) 7495254
f. Jenjang Akreditasi : A (Unggul)
g. No. Akreditasi : Kw.28/I/Dam.005/006/2005
h. SK Pendirian : Wi/I/PP.00.5/1778/2000
2. Visi, Misi, dan Program Unggulan
2 Ibid
55
a. Visi:
Visi yang dimiliki oleh MTs. Khazanah Kebajikan yaitu: “Terbentuknya anak
didik yang cerdas, berakhlak Islami, dan unggul dalam prestasi”.
b. Misi:
1) Merealisasikan lingkungan pendidikan yang aman, tertib dan disiplin.
2) Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
3) Menyediakan tenaga pendidik yang professional dan berdedikasi tinggi.
c. Program Unggulan
1) Menerapkan kurikulum terpadu yang merupakan ciri khas, pengayaan dan
pendalaman materi Bahasa Asing (Arab-Inggris), Matematika dan Komputer.
2) Menekankan pengajaran keagamaan, al-Qur’an, salat dhuha dan salat
berjama’ah.
3) Mengembangkan minat dan bakat siswa/siswi melalui kegiatan ekstrakurikuler:
olah raga, PMR, Pramuka, Paskibra, UKS, Muhadharah/speech, Qiro’at
Mujawwadah.
Dengan visi, misi dan program unggulan inilah yang membawa MTs ini kepada
kemajuan sehingga sekolah ini mendapat akreditasi A.
3. Dewan Guru dan Karyawan
a. Dewan Guru
Dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan tenaga yang profesional agar
tercipta generasi yang berkompeten dan mempunyai skill yang memadai.
Adapun tenaga pengajar yang tersedia di MTs. Khazanah Kebajikan tahun
pelajaran 2012/2013, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Daftar Nama Dewan Guru MTs. Khazanah Kebajikan
NO NAMA GURU
PENGAMPU MATA PELAJARAN
PEND.
TERAKHIR
TAHUN MULAI
MENGAJAR
1 H. Zulkarnain, S.Ag Al-Qur’an-Hadits S1/KPI 1999
2 Dra. Silmi Yulia Aqidah Akhlak S1/PAI 1999
56
3 Lilik wasliyah, S.Ag Fiqih S1/PBA 2000
4 Drs. Wijianto Sejarah Kebudayaan
Islam
S1/SKI 1999
5 H. Suardin, Sos.I S1/KPI
6 Muslih, S. S
Bahasa Arab
S1/Sastra
Arab 2012
7 H. Junaidi Irwanto,
S.Pd.I S1/PAI 1999
8 Eneng Sumarni, S.S Bahasa Inggris
S1/Sastra 2005
9 Edi Haryono, S.Pd S1/PBI 1999
10 Wahyudin, S.Pd Ilmu Pengetahuan
Sosial
S1/P.IPS 2003
11 Lia Mulyaningsih,
S.Pd S1 2011
12 Sutikyono, M.Pd
Matematika
S2/P.MIPA 2005
13 Syahidah Bela Nisa,
S.Pd S1/P.MTK 2013
14 Ima Nurmilah Syam,
S.Pd Fisika S1/P.Fisika 2011
15 Tatang Setiawan,
S.Pd Biologi S1/P.MTK 2006
16 Suriani, S.Pd Biologi S1/P.Biologi 1999
17 Dra. Ipah Latifah Seni Budaya S1/Tata Boga 2002
18 Sugeng Rahardjo,
S.Pd Bahasa Indonesia
S1/P.Bahasa
& Seni 2002
19 Rodhiatam Mardiah,
S.Pd S1/PBSI 2011
20 Lukmanul Hakim,
S.Ag TIK
S1/Aqidah
Islam 2011
21 Khoeron Najidin,
S.Pd.I S1/PAI 2008
22 H. Thoyib Bachtiar, PKN S2/Manajeme 2010
57
MM n SDM
23 Ahmad Fathi,SE S1/Ekonomi 2012
24 Iswadi Nur, BA PenJasKes S1/P.PenJas 2006
25 H. Iskandar, S. Ag
Mulok Agama
S1/Tafsir
Hadits 2002
26 Dilia Hispanora, MA S2/Syari’ah 2005
27 Adisam S1/KPI 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru-guru MTs. Khazanah Kebajikan
mayoritas lulusan S1, sebanyak 24 orang, lulusan S2 sebanyak 3 orang. Kendatipun
demikian ada beberapa guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya masing-
masing, disebabkan keterbatasannya tenaga guru yang khusus sesuai fakultasnya
masing-masing.3
b. Karyawan
Untuk membantu proses belajar mengajar maka sekolah pun mempunyai beberapa
karyawan. Karyawan termasuk bagian yang penting untuk menentukan keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan KBM di sekolah tidak terlepas dari
administrasi yang baik dan teratur serta terencana, Adapun keadaan tenaga karyawan
MTs. Khazanah Kebajikan yaitu:
Tabel 2
Data Karyawan MTs. Khazanah Kebajikan
No Nama Pendidikan
Terakhir Jabatan
1 Lukmanul Hakim, S.Ag S1 IAIN Kabag. TU
2 Umi Kalsum MAK Bendahara
3 Ibid
58
3 Siti Awalyah SMK Staf TU/ Bendahara BOS
4 Martin SMU Kearsipan
5 Heriyanto SMAN Kabag. Perpustakaan
6 Supriyadi SMA Penjaga/Kebersihan
7 Ali SMA Pembina Osis
8 Hipni D.2 Guru Piket
9 Fathi S1 Guru Piket
4. Keadaan Siswa/siswi
Siswa/siswi merupakan salah satu komponen sekolah yang sangat penting, karena
tidak mungkin suatu sekolah mengadakan pembelajaran jika tidak mempunyai
siswa/siswi.
Siswa/siswi di MTs. Khazanah Kebajikan berjumlah 422 orang. Pada setiap kelas
(VII, VIII dan IX) dibagi dalam beberapa kelas, yaitu kelas VII sebanyak 5 kelas,
kelas VIII sebanyak 2 kelas dan kelas IX sebanyak 3 kelas.
Hal ini disebabkan karena antusias masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke
MTs. Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang ini cukup tinggi, sehingga
pihak sekolah mempunyai kebijakan siswa/siswi yang masuk harus dibatasi. Dengan
pertimbangan sarana dan prasarana belum cukup representatif. Adapun jumlah
siswa/siswi pada setiap kelasnya yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Data Siswa/siswi MTs. Khazanah Kebajikan
Kelas/Tingkat Jumlah Murid
Jumlah L P
59
VII
BP 9 13 22
A 20 24 44
B 16 29 45
C 20 26 46
VIII
BA 9 10 19
A 10 23 33
B 13 21 34
C 13 22 35
D 15 15 30
IX
A 10 26 36
B 10 25 35
C 20 13 33
Jumlah 165 247 412
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan siswa/siswi sebanyak
412 dengan klasifikasi untuk jumlah kali-laki sebanyak 165 orang dan untuk jumlah
perempuan sebanyak 247 orang, jadi jumlah keseluruhan adalah 412 orang.4
5. Sarana dan Prasarana
Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah
tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Suatu kegiatan
tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya sarana dan prasarana tersebut. Adapun
sarana dan prasarana yang ada di MTs. Khazanah Kebajikan diantaranya yaitu:
Tabel 4
Sarana dan prasarana yang ada di MTs Khazanah Kebajikan
No Jenis Jumlah
1 Ruang kantor 2
4 ibid
60
2 Ruang belajar 12
3 Ruang perpustakaan 1
4 Lab. Computer 1
5 Ruang guru 1
6 Ruang Kepala Sekolah 1
7 Ruang Osis 1
8 Lab. IPA 1
9 Mushalla 1
10 Lapangan olahraga 1
11 Kamar mandi/WC 5
12 Gudang 1
13 Televisi 4
14 WC Guru 1
15 WC Putra 2
16 WC Putri 2
17 Gudang 1
18 Kantin 2
19 Ruang BP 1
20 Ruang Tamu 1
21 OHP Proyektor 3
61
2. Pembelajaran Fiqih di Kelas VIII MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir
Pamulang
Peneliti melakukan wawancara sebelum tindakan dengan guru Fikih kelas VIII pada
tanggal 6 September 2013. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui proses
pembelajaran Fikih di kelas VIII dan mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran
Fikih. Berdasarkan wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa pembelajaran Fikih
yang selama ini digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah dan
penugasan/latihan.5
Dari hasil wawancara ini, ditentukan kelas VIIIA sebagai kelas yang cocok untuk
penelitian, terkait dengan permasalahan efektivitas pembelajaran siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Fikih. Penentuan ini didasarkan pada pengamatan yang
dilakukan oleh guru yang dilakukan selama mengajar di kelas tersebut. Dalam
pengamatan ini terlihat efektivitas belajar siswa masih rendah.
Melihat masalah tersebut maka peneliti melakukan penelitian untuk mengatasi
masalah rendahnya efektivitas belajar siswa tersebut. Peneliti menggunakan 3 (tiga)
siklus dalam penelitian ini. Selain wawancara, peneliti juga memberikan pre test dan post
test pada subyek.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan seluruh informasi yang telah diperoleh, pada penelitian ini dilakukan
proses perencanaan penelitian. Adapun proses perencanaannya adalah merencanakan
pembelajaran yang akan di terapkan dengan menggunakan strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning), membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), membuat instrument- instrument penelitian yaitu membuat LKS
5 Lilik Wasliyah (Guru Kolaborator), Wawancara Sebelum Tindakan, MTs Khazanah Kebajikan Pondok
Cabe Pamulang, 6 September 2013
62
untuk setiap pertemuan serta soal tes untuk akhir siklus, lembar observasi guru pada
KBM, dan pedoman wawancara untuk guru dan siswa.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan bersama guru
Fikih yang bertindak sebagai kolaborator sehingga apa yang disusun dalam RPP sesuai
dengan kurikulum yang telah ditetapkan di sekolah tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran siklus I ini terdiri dari 2 pertemuan ( 4x40 menit ) dengan
menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning ). Pada
pertemuan pertama ini siswa yang tidak hadir 3 siswa sedangkan pada pertemuan kedua
siswa hadir semua. Pembelajaran ini terdiri dari tiga bagian yaitu penjelasan materi,
diskusi dengan menggunakan LKS dan pembahasan. Pelaksanaan penerapan dengan
menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) di kelas
VIIIA sebagai berikut:
Tabel 5
Tindakan Siklus I
No Tahapan Tindakan Siswa
1 Orientasi
siswa pada
masalah
a. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran
dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan
siswa dalam diskusi
kelompok.
b. Guru memotivasi
siswa untuk aktif
dalam pembelajaran.
c. Guru menjelaskan
materi pelajaran dan
memberikan masalah
a. Siswa mendengarkan, menyimak
dan mencatat penjelasan guru.
b. Siswa termotivasi untuk aktif
dalam pembelajaran
63
berupa LKS yang
telah dibuat guru.
2 Mengorgani
sasi siswa
untuk
belajar
a. Pada tahap ini guru
membagi siswa
kedalam kelompok
yang terdiri dari
teman sebangku dan
meminta setiap
kelompok untuk
menggunakan ide dari
kelompoknya sendiri
menyelesaikan
masalah yang
diberikan.
b. Guru
menginformasikan
kepada siswa untuk
mempersiapkan diri
menjawab pertanyaan
di depan kelas
a. Siswa bekerjasama dalam kelompok
untuk menyelesaikan LKS yang
diberikan
3 Membimbi
ng
penyelidik
an individu
maupun
kelompok
a. Guru mengaktifkan
diskusi antar
kelompok dan
berkeliling memantau
kerja masing-masing
kelompok serta
membantu kelompok
yang mengalami
kesulitan
a. Siswa menyusun jawaban yang akan
digunakan untuk menjawab didepan
kelas.
b. Siswa melakukan tanya jawab
pada kelompok masing-masing
4 Mengemba
ngkan dan
a. Secara random, guru
menunjuk salah satu
a. Setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya didepan kelas.
64
menyajika
n hasil
karya
kelompok untuk
mempresentasikan
hasil kerja diskusi
kelompok, serta
kelompok lain sebagai
penyangga dan akan
mempersiapkan
pertanyaan.
b. Guru berperan sebagai
fasilitator dan
mediator
b. Siswa diarahkan dan dimotivas
iuntuk membuat atau menjawab
pertanyaan
5 Menganali
sis dan
mengevalu
asi proses
pemecahan
masalah
a. Guru membantu siswa
untuk melakukan
refleksi atau evaluasi
terhadap jawaban
yang dibuat.
b. Guru memberikan
informasi dan
klarifikasi terhadap
pertanyaan dan
jawaban dari siswa
c. Observasi
Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara pada akhir siklus untuk
memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Subyek mulai menyukai pembelajaran Fikih dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis masalah (PBL)
2. Subyek lebih mudah berkonsentrasi dan bersemangat dalam belajar menggunakan
model PBL dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya.
3. Subyek mudah mengingat materi yang disampaikan oleh penelitidengan
65
menggunakan model PBL.
4. Pembelajaran menyenangkan sehingga membuat subyek beraniuntuk bertanya.
5. Subyek merasa pada saat diskusi kelompok, terjadi dominasi tugaspada subyek
yang lebih pintar dan kurangnya kerjasama antarkelompok.
Kriteria ketuntasan maksimal adalah 70 namun pada siklus pertamaini Pre Test
belum memenuhi KKM yaitu 3,11 begitu pula dengan nilai PostTest yaitu 6,37 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Skor Hasil Belajar Pre Test dan Post Tes Siklus I
No Nama Siswa Pre Test Post Test
1 Adam Lazuardy R 2,7 6
2 Ade Muhidin 2 6
3 Ahmad Ardi pratama 2 7,3
4 Aldira Novalita 4 6
5 Alfiansyah 4 7,3
6 Ana Soparina Yasrifa 2 5,3
7 Anita Siti Pamira 2,7 6
8 Aprilyanti 4 6
9 Aulia Mahmudah 4 4,7
10 Chaerunissa 3,3 6,7
11 Erika Oktarizkia 2 6
12 Etin Maryati 4 8
13 Faira Nastiara 2 6
14 Fariha Syakur 2 6,7
15 Feri Permadi 3,3 7,3
16 Fikri Zulfikar Ababil 2 6
17 Hendang Irawan 4 8
18 Lisda Herlina 2 5,3
19 Lukmanul Hakim 2 5,3
20 M. Ichsan Dzajuli 2 6
21 Natasya 3,3 6
22 Noval Nurcahya 4 5,3
23 Rahma Maulana 4,7 8
24 Rifki Faudilah 4,7 6
25 Sinta Rahmawati 2 6
26 Siti Masitoh 2 6,7
27 Syahrul Maulana 4 5,3
28 Wahyu Rahmatullah 3,3 6
66
29 Yahman Suryaman 4,7 8
30 Yandi Novarizal 4 8
Rata-rata 3,11 6,37
d. Refleksi
Secara garis besar kegiatan pembelajaran pada siklus pertama dapat dikatakan masih
kurang. Hasil belajar siswa dalam bentuk Pre Test dan Post Test masih rendah karena
belum memenuhi KKM 70.
Tahap ini oleh peneliti dan guru bidang studi setelah melakukan analisis pada siklus
I. berdasarkan analisis pada observasi, wawancara dan tes ditemukan beberapa
kekurangan yang ada pada siklus I. hasil tersebut dijelaskan pada tabel 7 berikut:
Tabel 7
Refleksi Tindakan Pembelajaran pada Siklus I
No Kekurangan-kekurangan Perencanaan perbaikan pada
Siklus II
1 Pada awal pembelajaran,
masih ada siswa yang
ngobrol dengan temannya
dalam proses diskusi
Memberikan pengurangan
skor pada siswa yang berbuat
kesalahan
2 Kemampuan bertanya dan
menjawab siswa masih
rendah dilihat dari jumlah
siswa yang aktif
Peneliti mengarahkan siswa
lebih banyak membaca buku
pelajaran dan lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran
dengan memberikan point
plus dalam pembelajaran
3 Siswa masih malu untuk
mengangkat tangannya
ketika akan menjawab
pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti. Siswa sering
Memberikan hadiah pada
siswa yang berani
mengangkat tangannya untuk
menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti
67
menjawab pertanyaan
secara bersamaan
4 Beberapa siswa masih
malu untuk bertanya jika
ada pembahasan materi
yang belum dimengerti
siswa
Mengarahkan siswa untuk
bertanya pada pembahasan
yang belum dimengerti
5 Siswa masih merasa takut
untuk mengerjakan hasil
karyanya didepan kelas,
sehingga siswa hanya
mengandalkan
kelompoknya saja
Memilih satu siswa dari
pasangan yang mendapat
giliran mengerjakan hasil
kerjanya dalam kelompok
6 Siswa mulai merasa bosan
dengan diskusi kelompok
yang dilakukannya
Diadakan sebuah permainan
antar kelompok dan adanya
pemberian reward (hadiah)
pada kelompok yang menang
Dengan melihat hasil refleksi pada siklus I dan belum tercapainya indikator
keberhasilan yang ditetapkan karena masih rendahnya efektivitas dan hasil belajar siswa
dilihat dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sebesar 70 yang belum tercapai, maka
penelitian ini dilanjutkan pada siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang
telah disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I
4. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan metode
pembelajaran (problem based learning) yang mengacu pada hasil observasi siklus I,
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat instrument-instrumen
penelitian yaitu lembar observasi guru pada KBM, pedoman wawancara untuk guru dan
siswa, membuat LKS untuk setiap pertemuan serta soal tes untuk akhir siklus II ini.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan bersama guru
Fikih yang bertindak sebagai kolaborator sehingga apa yang disusun dalam RPP sesuai
68
dengan kurikulum yang telah ditetapkan di sekolah tersebut.
Pada siklus II ini guru mengkondisikan kelas dan meningkatkan kegiatan pada setiap
pembelajaran PBL agar pembelajaran berjalan lebih baik dari pembelajaran siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran siklus II ini terdiri dari 2 pertemuan (4x40 menit) dengan
menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Pada
pertemuan ketiga dan keempat ini semua siswa hadir. Pembelajaran ini terdiri dari 3
bagian yaitu penjelasan materi, diskusi dengan menggunakan LKS dan pembahasan.
Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan tindakan sebagai berikut:
Tabel 8
Tindakan siklus II
No Tahapan Tindakan siswa
1 Orientasi siwa pada
masalah
a. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan siswa
dalam diskusi kelompok
b. Guru memotivasi siswa
untuk aktif dalam
pembelajaran
c. Guru menjelaskan materi
pelajaran dan
memberikan masalah
berupa LKS yang telah
dibuat guru
a. Siswa
mendengarkan,
menyimak dan
mencatat
penjelasan guru.
b. Siswa termotivasi
untuk aktif dalam
pembelajaran
2 Mengorganisasi siwa
untuk belajar
a. Guru mengarahkan siswa
untuk kumpul dalam
kelompoknya
b. Guru menginformasikan
kepada siswa untuk
mempersiapkan diri
Siswa bekerjasama
dalam kelompok
untuk menyelesaikan
LKS yang diberikan
69
untuk melakukan
presentasi didepan kelas
3 Membimbing
menyelidikan individu
maupun kelompok
a. Guru memberikan
bimbingan agar
dilakukan tanya jawab
dalam kelompok sebagai
persiapan presentasi
b. Guru melakukan
bimbingan kepada setiap
kelompok
a. Siswa menjawab
LKS yang
digunakan untuk
presentasi
b. Siswa melakukan
tanya jawab pada
kelompok masing-
masing
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
a. Secara random, guru
menunjuk salah satu
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
kerja diskusi kelompok,
serta kelompok lain
sebagai penyangga dan
akan mempersiapkan
pertanyaan
b. Guru berperan sebagai
fasilitator dan mediator
a. Setiap kelompok
mempresentasikan
hasil diskusinya
didepan kelas
b. Siswa diarahkan
dan dimotivasi
untuk membuat
atau menjawab
pertanyaan
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
a. Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap
jawaban LKS yang
dibuat
b. Guru memberikan
informasi dan klarifikasi
terhadap pertanyaan dan
jawaban dari siswa
Siswa menyimak
penjelasan dari guru
70
a. Observasi
Hasil observasi ditulis pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya.
Adapun dari apa yang peneliti dan kolaborator amati selama kegiatan pembelajaran, data
yang didapat peneliti setelah melakukan pengamatan mengenai proses pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
pada siklus kedua dapat dilihat pada uraian hasil pengamatan berikut ini:
Pada siklus kedua dalam memberikan apersepsi dan motivasi guru sudah sangat baik.
Penyajian materi pun sudah sesuai dengan RPP. Penataan tempat belajar tidak berbeda
dengan suasana siklus pertama nyaman, bersih dan menyenangkan.
Pada saat mengerjakan soal Pre Test dan Post Test siswa sudah mulai mandiri dan
tidak ada lagi yang sibuk bertanya pada temannya serta mampu menyelesaikan soal tepat
pada waktunya. Hasil belajar pada siklus kedua ini telah meningkat dari siklus pertama,
meskipun hasilnya belum memuaskan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 9
Skor Hasil Belajar Pre Test dan Post Test Siklus II
No Nama Siswa Pre Test Post Test
1 Adam Lazuardy R 4 8
2 Ade Muhidin 3,3 6
3 Ahmad Ardi pratama 4 8
4 Aldira Novalita 4,7 7,3
5 Alfiansyah 5,3 8
6 Ana Soparina Yasrifa 4,7 7,3
7 Anita Siti Pamira 4 6,7
8 Aprilyanti 4,7 7,3
9 Aulia Mahmudah 5,3 6,7
10 Chaerunissa 4 7,3
11 Erika Oktarizkia 4 6,7
12 Etin Maryati 5,3 8,7
13 Faira Nastiara 3,3 6,7
14 Fariha Syakur 4 8
15 Feri Permadi 4 8
16 Fikri Zulfikar Ababil 3,3 6,7
17 Hendang Irawan 4,7 8
18 Lisda Herlina 4 7,3
19 Lukmanul Hakim 4 7,3
71
20 M. Ichsan Dzajuli 3,3 7,3
21 Natasya 4 8
22 Noval Nurcahya 4 6
23 Rahma Maulana 4,7 8
24 Rifki Faudilah 5,3 8
25 Sinta Rahmawati 5,3 8,7
26 Siti Masitoh 4,7 7,3
27 Syahrul Maulana 4 7,3
28 Wahyu Rahmatullah 4 8
29 Yahman Suryaman 4,7 7,3
30 Yandi Novarizal 5,3 8
Rata-rata 4,33 7,58
Pada siklus kedua hasil rata-rata Post test sudah mencapai KKM yaitu 7,58. Namun,
nilai tersebut belum memuaskan dan masih ada tujuh orang siswa yang nilainya di bawah
KKM.
b. Tahap refleksi
Secara garis besar kegiatan pembelajaran siswa pada siklus kedua sudah lebih baik
dari siklus pertama. Pengelolaan kelas sudah cukup baik meskipun masih ada dua orang
siswa yang mengobrol di saat proses pembelajaran berlangsung.
Interaksi siswa pada proses pembelajaran pun sudah terlihat aktif dengan bertanya
ataupun menjawab pertanyaan. Pada saat pemberian kesimpulan banyak siswa yang ingin
memberikan kesimpulan.
Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus II, maka peneliti
mengidentifikasikan permasalahan yang ditemukan selama pembelajaran pada siklus II.
Dari hasil observasi dan wawancara ditemukan permasalahan diantaranya:
Tabel 10
Refleksi Tindakan Pembelajaran pada Siklus II
No Permasalahan Rencana perbaikan
1 Saat diskusi berlangsung masih
ada kelompok yang terlihat
main-main.
Siswa yang masih terlihat
main-main tidak diperkenankan
mengikuti pelajaran.
2 Ada siswa yang tertidur pada
saat guru menjelaskan
Memerintahkan siswa yang
terlihat tidur untuk
72
menerangkan materi pelajaran
kepada teman-temannya.
3 Masih ada siswa yang merasa
bingung dan tidak bisa
mengerjakan soal latihan/LKS
Memberikan penjelasan secara
lebih detail tentang soal-soal
yang diberikan dan membahas
bersama-sama untuk soal yang
sulit.
Walaupun mengalami peningkatan, hasil Pre Test pada siklus kedua belum
memuaskan sedangkan hasil rata-rata Post Test telah memenuhi KKM. Namun, masih
ada tujuh orang siswa yang hasilnya belum memenuhi KKM. Berdasarkan musyawarah
antar kolaborator dan peneliti maka diperlukan siklus berikutnya.
5. Tindakan Pembelajaran Siklus III
a. Tahapa Perencanaan
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), membuat
RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat instrument-instrumen penelitian
yaitulembar observasi guru pada KBM, pedoman wawancara untuk guru dan siswa,
membuat LKS untuk setiap pertemuan serta soal tes untuk akhir siklus II ini.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan bersama guru
Fikih yang bertindak sebagai kolaborator sehingga apa yang disusun dalam RPP sesuai
dengan kurikulum yang telah ditetapkan di sekolah tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran siklus III ini terdiri dari 2 pertemuan (4x40 menit) dengan
menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL). Pada pertemuan kelima,
dua orang siswa tidak hadir dan keenam ini semua siswa hadir. Pembelajaran ini terdiri
dari 3 bagian yaitu penjelasan materi, diskusi dengan menggunakan LKS dan
pembahasan. Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan tindakan sebagai
berikut:
73
Tabel 11
Tindakan Siklus III
No Tahapan Tindakan siswa
1 Orientasi siswa pada
masalah
a. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran
dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan
siswa dalam diskusi
kelompok
b. Guru memotivasi siswa
untuk aktif dalam
pembelajaran
c. Guru menjelaskan
materi pelajaran dan
memberikan masalah
berupa LKS yang telah
dibuat guru
c. Siswa
mendengarkan,
menyimak dan
mencatat
penjelasan guru.
d. Siswa termotivasi
untuk aktif dalam
pembelajaran
2 Mengorganisasi siwa untuk
belajar
c. Guru mengarahkan
siswa untuk kumpul
dalam kelompoknya
d. Guru
menginformasikan
kepada siswa untuk
mempersiapkan diri
untuk melakukan
presentasi didepan
kelas
Siswa bekerjasama
dalam kelompok
untuk menyelesaikan
LKS yang diberikan
3 Membimbing menyelidikan
individu maupun kelompok
c. Guru memberikan
bimbingan agar
dilakukan tanya jawab
dalam kelompok
c. Siswa menjawab
LKS yang
digunakan untuk
presentasi
74
sebagai persiapan
presentasi
d. Guru melakukan
bimbingan kepada
setiap kelompok
d. Siswa melakukan
tanya jawab pada
kelompok masing-
masing
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
c. Secara random, guru
menunjuk salah satu
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
kerja diskusi kelompok,
serta kelompok lain
sebagai penyangga dan
akan mempersiapkan
pertanyaan
d. Guru berperan sebagai
fasilitator dan mediator
c. Setiap kelompok
mempresentasikan
hasil diskusinya
didepan kelas
d. Siswa diarahkan
dan dimotivasi
untuk membuat
atau menjawab
pertanyaan
c. Observasi
Pada siklus ketiga ini, berdasarkan pre test dan post test dan juga observasi yang
dilakukan terdapat peningkatan efektivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari
nilai ulangan seluruh siswa yang meningkat dan melebihi KKM. Terdapat peningkatan
pula antara nilai pre test dengan nilai post test siswa.
Hasil belajar pada siklus ketiga ini menunjukkan seluruh siswa memperolehnilai di
atas KKM. Hasil wawancara dengan guru dan siswa pada akhir siklus IIIini menunjukkan
perubahan yang positif, hasil wawancara pada siklus III inidirangkum sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) ini sangat cocok
diterapkan dalam pelajaran Fikih, terutama dalam materi shalat, zakat dll.
2. Keaktifan subyek sangat jauh berbeda dengan pembelajaran sebelumtindakan yang
hanya menggunakan metode ceramah.
3. Subyek terlihat senang saat belajar Fikih
4. Seluruh subyek menyukai pembelajaran dengan menggunakan model PBL
75
5. Subyek mulai menyukai diskusi kelompok yang dilakukan karenamulai ada
perubahan pada kerjasama yang dilakukan.
6. Semua subyek mengatakan lebih mudah menerima pelajaran dansuasana belajar
menjadi lebih menyenangkan.6
Tabel 12
Skor Hasil Belajar Pre Test dan Post Test Siklus III
No Nama Siswa Pre Test Post Test
1 Adam Lazuardy R 6,7 8,7
2 Ade Muhidin 6 8
3 Ahmad Ardi pratama 6 8,7
4 Aldira Novalita 6,7 8,7
5 Alfiansyah 6 8
6 Ana Soparina Yasrifa 6 8,7
7 Anita Siti Pamira 7,3 8
8 Aprilyanti 6 8
9 Aulia Mahmudah 6 10
10 Chaerunissa 7,3 8
11 Erika Oktarizkia 6 9,3
12 Etin Maryati 8 10
13 Faira Nastiara 6 8
14 Fariha Syakur 6 8
15 Feri Permadi 7,3 9,3
16 Fikri Zulfikar Ababil 6,7 8,7
17 Hendang Irawan 6,7 8
18 Lisda Herlina 6 8
19 Lukmanul Hakim 6 8,7
20 M. Ichsan Dzajuli 6 8
21 Natasya 7,3 8
22 Noval Nurcahya 6,7 8,7
23 Rahma Maulana 7,3 9,3
24 Rifki Faudilah 8 10
25 Sinta Rahmawati 6 10
26 Siti Masitoh 6 8,7
27 Syahrul Maulana 7,3 9,3
28 Wahyu Rahmatullah 6,7 8,7
29 Yahman Suryaman 6,7 8
30 Yandi Novarizal 7,3 9,3
Rata-rata 6,60 8,70
6 Lilik Wasliyah (Guru Kolaborator) dan subyek (siswa), Wawancara Setelah Tindakan, MTs Khazanah
Kebajikan Pondok Cabe, 23 Oktober 2013
76
Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya efektifitas dan hasil
belajar siswa dalam belajar Fikih dilihat dari nilai post test subyek yang meningkat dan
melebihi KKM oleh seluruh subyek, maka penelitian ini dihentikan pada siklus III dan
dianggap model pembelajaran PBL dapat meningkatkan efektivitas dan hasil belajar
siswa dalam belajar Fiqh.
d. Tahap Refleksi
Secara garis besar kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada siklus ketiga telah
berhasil. Antusias siswa dalam proses pembelajaran pada siklus ketiga sudah sangat baik,
siswa terlihat aktif dari awal proses pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran.
Keadaan kelas juga sudah menunjukkan hasil memuaskan, pada siklus ketiga ini suasana
kelas lebih tenang dari pada siklus sebelumnya karena siswa sudah bisa menghargai
ketika temannya sedang menyajikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Ketika
mengerjakan soal Post Test pun siswa sudah mulai serius dan tidak ada lagi yang sibuk
bertanya pada temannya.
Hasil belajar siswa dalam bentuk Post Test sudah lebih baik dari siklus pertama dan
kedua serta telah memenuhi KKM dan hasil belajar seluruh siswa telah memenuhi
standar KKM.
Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan informasi bahwa
siswa sangat antusias terhadap pembelajaran Fiqh menggunakan metode pembelajaran
berbasis masalah (PBL). Dan guru bidang studi mengatakan bahwa penerapan model
pembelajaran ini telah dilaksanakan dengan baik, sehingga benar-benar meningkatkan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil refleksi siklus III ini, yaitu bahwa kedua indikator keberhasilan
telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampaidengan siklus ketiga.
B. Pembahasan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Setiap siswa dituntut untuk
mendapatkan hasil yang terbaik dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan nyata.
Sehingga hasil belajar tidak hilang begitu saja ketika proses pembelajaran selesai, namun
bisa bertahan dan dapat digunakan ketika diperlukan.
77
Perbandingan hasil belajar yang signifikan sebelum dan sesudah diterapkannya metode
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) terhadap materi dan siklus yang
sama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13
Perhitungan Memperoleh “t” Untuk Menguji Perbandingan Hasil
Belajar Fiqh Antara Sebelum dan Sesudah Diterapkannya
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Siklus I
No
Nama Siswa
Skor Hasil Belajar
D =
(X.Y)
=
Sebelum
(x)
Sesudah
(y)
1 Adam Lazuardy R 4 6 -2 4
2 Ade Muhidin 4 6 -2 4
3 Ahmad Ardipratama 6 7,3 -1,3 1,7
4 Aldira Novalita 4 6 -2 4
5 Alfiansyah 6 7,3 -1,3 1,7
6 Ana SoparinaYasrifa 4 5,3 -1,3 1,7
7 Anita Siti Pamira 4,7 6 -1,3 1,7
8 Aprilyanti 5,3 6 -0,7 0,5
9 Aulia Mahmudah 6 4,7 +1,3 1,7
10 Chaerunissa 6 6,7 -0,7 0,5
11 Erika Oktarizkia 4 6 -2 4
12 Etin Maryati 7,3 8 -0,7 0,5
13 Faira Nastiara 4 6 -2 4
14 Fariha Syakur 6 6,7 -0,7 0,5
15 Feri Permadi 6 7,3 -1,3 1,7
16 Fikri ZulfikarAbabil 4 6 -2 4
17 Hendang Irawan 6 8 -2 4
18 Lisda Herlina 4 5,3 -1,3 1,7
19 Lukmanul Hakim 4,7 5,3 -1,3 1,7
20 M. Ichsan Dzajuli 7,3 6 +2 4
21 Natasya 4 6 -2 4
22 Noval Nurcahya 4 5,3 -1,3 1,7
23 Rahma Maulana 4 6 -2 4
24 Rifki Faudilah 6 8 -2 4
25 Sinta Rahmawati 4 6 -2 4
26 Siti Masitoh 6 8 -2 4
27 Syahrul Maulana 4 6 -2 4
28 WahyuRahmatullah 4 6 -2 4
78
29 Yahman Suryaman 6 8 -2 4
30 Yandi Novarizal 6 8 -2 4
30 = N - - -39,9
∑D
85,3
Mean dari Difference:
Deviasi Standar Perbedaan Skor antara Variabel X dan Variabel Y:
√
√
√
√
√
Standar Error dari Mean Perbandingan Skor antara Variable X dan Variabel Y:
√
√
=
√
79
= -5,32
Df = N-1
30 - 1= 29
Dengan df sebesar 29 pada Tabel Nilai “t” taraf signifikansi 5% diperoleh harga
“t” sebesar 2,04 sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga “t” sebesar
2,76.
Perbandingan besarnya “t” yang diperoleh dari hasil perhitungan setelah
penelitian sebesar (to = 5,32) dengan besarnya “t” pada Tabel Nilai “t” Taraf
signifikansi 5% dan 1% (tt = 2,04 dan 2,76) maka dapat diketahui bahwa to adalah
lebih besar daripada tt, yaitu:
2,04 < 5,32 > 2,76
Tabel 14
Perhitungan Memperoleh “t” untuk Menguji Perbandingaan Hasil
Belajar Fiqh antara Sebelum dan Sesudah Diterapkannya
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Siklus II
No Nama Siswa Skor Hasil Belajar
D =
(X.Y)
=
Sebelum
(x)
Sesudah
(y)
1 Adam Lazuardy R 6 8 -2 4
2 Ade Muhidin 4 6 -2 4
80
3 Ahmad Ardipratama 6 8 -2 4
4 Aldira Novalita 6 7,3 -1,3 1,7
5 Alfiansyah 6 8 -2 4
6 Ana SoparinaYasrifa 4 6 -2 4
7 Anita Siti Pamira 4,7 6,7 -2 4
8 Aprilyanti 6,7 7,3 -0,6 0,4
9 Aulia Mahmudah 6 6,7 -0,7 0,5
10 Chaerunissa 6 7,3 -1,3 1,7
11 Erika Oktarizkia 6 8 -2 4
12 Etin Maryati 6,7 8,7 -2 4
13 Faira Nastiara 7,3 6,7 +0,6 0,4
14 Fariha Syakur 6 8 -2 4
15 Feri Permadi 5,3 8 -2,7 7,3
16 Fikri ZulfikarAbabil 4,7 6,7 -2 4
17 Hendang Irawan 7,3 8 -0,7 1,3
18 Lisda Herlina 7,3 6,7 +0,6 0,4
19 Lukmanul Hakim 6 7,3 -1,3 1,7
20 M. Ichsan Dzajuli 5,3 7,3 -2 4
21 Natasya 6 8 -2 4
22 Noval Nurcahya 4 6 -2 4
23 Rahma Maulana 6 8 -2 4
24 Rifki Faudilah 6,7 8 -1,3 1,7
25 Sinta Rahmawati 6,7 8,7 -2 4
26 Siti Masitoh 6,7 7,3 -0,6 0,4
27 Syahrul Maulana 6 7,3 -1,3 1,7
28 WahyuRahmatullah 6 8 -2 4
29 Yahman Suryaman 6 8 -2 4
30 Yandi Novarizal 6 8 -2 4
30 = N - - -44,5 ∑D
86,4
Mean dari Difference:
Deviasi Standar Perbedaan Skor antara Variabel X dan Variabel Y:
81
√
√
√
√
√
Standar Error dari Mean Perbandingan Skor antara Variable X dan Variabel Y:
√
√
=
√
Df = N-1
30 – 1 = 29
Dengan df sebesar 29 pada Tabel Nilai “t” taraf signifikansi 5% diperoleh harga
“t” sebesar 2,04 sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga “t” sebesar
82
2,76.
Perbandingan besarnya “t” yang diperoleh dari hasil perhitungan setelah
penelitian sebesar (to = 7,53) dengan besarnya “t” pada Tabel Nilai “t” Taraf
signifikansi 5% dan 1% (tt = 2,04 dan 2,76) maka dapat diketahui bahwa to adalah
lebih besar daripada tt, yaitu:
2,04 < 7,53 > 2,76
Tabel 15
Perhitungan Memperoleh “t” Untuk menguji Perbandingan Hasil
Belajar Fiqh Antara Sebelum dan Sesudah Diterapkannya
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Siklus III
No Nama Siswa Skor Hasil Belajar
D =
(X.Y)
=
Sebelum
(x)
Sesudah
(y)
1 Adam Lazuardy R 8 8,7 -0,7 0,5
2 Ade Muhidin 6 8 -2 4
3 Ahmad Ardipratama 7,3 8,7 -1,4 2
4 Aldira Novalita 7,3 8,7 -1,4 2
5 Alfiansyah 6 8 -2 4
6 Ana SoparinaYasrifa 6 8,7 -2,7 7,3
7 Anita Siti Pamira 6 8 -2 4
8 Aprilyanti 6,7 8 -1,3 1,7
9 Aulia Mahmudah 8 10 -2 4
10 Chaerunissa 6 8 -2 4
11 Erika Oktarizkia 8 7,3 -1,3 1,7
12 Etin Maryati 8 10 -2 4
13 Faira Nastiara 6 8 -2 4
14 Fariha Syakur 6 8 -2 4
15 Feri Permadi 6 9,3 -3,3 10,9
16 Fikri ZulfikarAbabil 6 8,7 -2,7 7,3
17 Hendang Irawan 8 8 0 0
18 Lisda Herlina 8,7 8 +0,7 0,5
19 Lukmanul Hakim 6 8,7 -2,7 7,3
20 M. Ichsan Dzajuli 6 8 -2 4
21 Natasya 8,7 8 +0,7 0,5
22 Noval Nurcahya 6 8,7 -2,7 7,3
23 Rahma Maulana 8 9,3 -1,3 1,7
83
24 Rifki Faudilah 8 10 -2 4
25 Sinta Rahmawati 8 10 -2 4
26 Siti Masitoh 8 8,7 +0,7 0,5
27 Syahrul Maulana 6 9,3 -3,3 10,9
28 WahyuRahmatullah 6 8,7 -2,7 7,3
29 Yahman Suryaman 6 8 -2 4
30 Yandi Novarizal 6 9,3 -3,3 10,9
30 = N - - -52,7 ∑D
128,3
Mean dari Difference:
Deviasi Standar Perbedaan Skor antara Variabel X dan Variabel Y:
√
√
√
√
√
Standar Error dari Mean Perbandingan Skor antara Variable X dan Variabel Y:
√
√
84
√
Df = N-1
30 - 1= 29
Dengan df sebesar 29 pada Tabel Nilai “t” taraf signifikansi 5% diperoleh harga
“t” sebesar 2,04 sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga “t” sebesar
2,76.
Perbandingan besarnya “t” yang diperoleh dari hasil perhitungan setelah
penelitian sebesar (to = 8,75) dengan besarnya “t” pada Tabel Nilai “t” Taraf
signifikansi 5% dan 1% (tt = 2,04 dan 2,76) maka dapat diketahui bahwa to adalah
lebih besar daripada tt, yaitu:
2,04 < 8,75 > 2,76
Pada siklus pertama to yang diperoleh lebih besar dari pada tt yaitu 5,32, peningkatan
hasil belajar tiap individu belum terlihat begitu jelas walaupun nilai yang diperoleh siswa
lebih besar dibandingkan sebelum menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning). Siswa belum seluruhnya berperan aktif dalam proses
pembelajaran baru sebatas siswa yang pintar dan berprestasi saja.
Pada siklus kedua to yang diperoleh juga lebih besar daripada tt dan meningkat dari
siklus pertama yaitu 7,53, peningkatan hasil belajar tiap individu pun sudah semakin jelas,
hampir seluruh siswa nilainya meningkat dibandingkan sebelum menggunakan pembelajaran
problem based learning. Siswa mulai berperan aktif pada saat proses pembelajaran.
Pada siklus ketiga to yang diperoleh juga lebih besar dari pada tt dan semakin
85
meningkat dari siklus pertama dan kedua yaitu 8,75, peningkatan hasil belajar tiap individu
pun sudah semakin terlihat jelas, secara keseluruhan nilai yang diperoleh siswa meningkat
dibandingkan sebelum menggunakan problembased learning. Semua siswa sudah berperan
aktif pada saat proses pembelajaran dan kelas menjadi sangat produktif.
Berdasarkan hasil data dari uji coba pada siklus I, II dan III dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) terbukti efektif
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe
Pamulang.
Tabel 16
Nilai Rata-rata Sebelum dan Sesudah Diterapkannya
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Nilai Rata-rata Siklus I Siklus II Siklus III
Sebelum (X) 5,04 5,91 6,89
Sesudah (Y) 6,44 7,46 8,33
Dari keterangan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas VIIIA
dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran problem based learning.
Pada siklus I hasil rata-rata sebelumnya 5,04 sedangkan sesudah 6,44 , siklus II hasil
sebelum 5,91 dan sesudah 7,46 , karena hasil belajar siswa berangsur-angsur meningkat.
Maka, penelitian dicukupkan pada siklus III dengan hasil sesudah diterapkannya metode
pembelajaran berbasis masalah (PBL) 8,33.
C. Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu
instrumen tes dan non test. Untuk instrument tes yang digunakan adalah tes formatif yang
diberikan setiap akhir siklus, dan tes submatif diberikan setiap akhir pembelajaran berupa
soal latihan pada LKS (Lembar Kerja Siswa). Tes ini bertujuan untuk menganalisis
peningkatan hasil belajar Fikih siswa pada setiap pertemuan dari tiap siklus sebagai
implikasi dari PTK. Sedangkan untuk instrument non tes berupa lembar observasi dan
wawancara yang ditujukan untuk guru dan siswa.
86
D. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai
sumber. Diantaranya sebagai berikut:
1. Tes Objektif
Hasil dari pre test dan post test subyek dianalisis dan terlihat peningkatan hasil belajar
yang menunjukkan bahwa metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
terbukti dapat meningkatkan efektivitas dan hasil belajar siswa.
2. Lembar Observasi
Pada setiap pelaksanaan tindakan, peneliti didampingi oleh guru kolaborator. Lembar
observasi digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas belajar siswa. Data tersebut
dianalisis pada setiap siklus dan lembar observasi untuk menilai kualitas guru untuk
mendapatkan data mengenai kesiapan dan pelaksanaan mengajar guru.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan pertama kali pada saat pra penelitian dansetelah dilakukannya
tindakan pada akhir siklus. Wawancara dilakukan terhadap guru bidang studi Fikih dan
siswa.
Dari hasil wawancara saat pra penelitian diperoleh informasi bahwasebagian siswa
cukup antusias dengan pelajaran Fikih, siswa masih takutbertanya jika ada materi
pembahasan yang belum dipahami, cara mengajar guru cenderung ceramah sehingga
membuat siswa merasa bosan dalam pembelajaran Fikih.7
Dari hasi wawancara saat siklus I diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran
berbasis masalah (PBL) cukup baik digunakan sehingga siswa dapat memecahkan masalah
dengan teman kelompoknya, sebagian siswa sudah tidak malu untuk bertanya, meskipun
masih ada beberapa siswa yang masih malu.8
Adapun dari hasi wawancara saat akhir siklus II dan siklus III diperoleh informasi
bahwa siswa cukup antusias dengan pembelajaran Fiqh khususnya dengan metode
pembelajaran berbasis masalah (PBL), dan guru kolaborator mengatakan bahwa metode
pembelajaran berbasis masalah (PBL) sudah dilaksanakan cukup baik sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.9
7 Hasil wawancara guru dan siswa pada pra penelitian pada tanggal 6 September 2013
8 Hasil wawancara guru dan siswa pada siklus I tanggal 21 September 2013
9 Hasil wawancara guru dan siswa pada siklus III tanggal 23 Oktober 2013
87
E. Interpretasi Hasil Analitis
Berdasarkan hasil analisis, data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa menyenangi
pelajaran Fikih dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL).
Dengan adanya rasa senang terhadap suatu pembelajaran akan memudahkan siswa dalam
memahami materi sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan hasil belajar siswa.
Meskipun pada siklus I dan siklus II masih terdapat beberapa siswa yang mendapatkan nilai
dibawah KKM. Dan beberapa orang siswa saja yang berani bertanya, sedangkan yang
lainnya lebih senang bertanya kepada teman. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa malu-
malu dan takut jika mengajukan pertanyaan langsung kepada guru.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis
masalah (PBL) siswa lebih aktif dalam belajar Fiqh. Selain itu adanya kerjasama dan saling
membantu antar siswa, sehingga siswa yang sulit dalam memahami pelajaran akan terbantu
dengan adanya kerjasama tersebut. Karena dalam proses pembelajaran siswa terlibat secara
aktif untuk mengatasi kesulitan dan memecahkan masalah dalam keadaan senang sehingga
proses pembelajaran tidak membosankan.
Di awal pembelajaran, yaitu di siklus I siswa mulai mengenal proses pembelajaran
dengan menggunakan model PBL. Sehingga pada siklus II dan siklus III siswa sudah dapat
menguasai materi yang diajarkan, jika dilihat dari banyaknya jawaban soal yang benar. Pada
siklus II, dilakukan pula perbaikan atas kekurangan dari siklus I, sedangkan pada siklus III
dilakukan perbaikan atas kekurangan dari siklus II, sehingga indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Keaktifan belajar siswa ternyata memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan
efektivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada meningkatnya hasil belajar siswa
pada materi tentang shalat dimana seluruh siswa telah mencapai KKM.
F. Pembahasan Temuan Penelitian
1. Pembelajaran model PBL meningkatkan efektivitas dan hasil belajarsiswa.
Rasa senang terhadap pelajaran Fikih melalui metode pembelajaran berbasis masalah
(PBL) membuat siswa bersemangat menerima pelajaran dan hal ini berpengaruh pada
pemahaman materi siswa, yang pada akhirnyaberpengaruh positif pada hasil belajar siswa.
88
Hal ini terbukti:
a. Hasil post test lebih besar dari pre test, baik pada siklus I, siklus II maupun siklus III.
b. Terjadi peningkatan hasil belajar dilihat dari tercapainya KKM oleh seluruh siswa.
2. Dengan diterapkannya metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) terdapat respon
yang positif bagi siswa.
Dalam penerapan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
dapat memberikan respon yang positif bagi siswa, karena siswa dapat saling membantu dan
mengajarkan dalam memahami materi yang diajarkan sehingga memudahkan siswa dalam
menyerap materi yang diajarkan. Selain itu, respon positif dari model pembelajaran ini dapat
menumbuhkan solidaritas dan tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan soal serta
memecahkan masalah pada LKS.
3. Pemberian hadiah dapat meningkatkan efektivitas siswa pada aspek keberanian siswa
(mengajukan pertanyaan dan menjawab/menanggapipertanyaan).
Pemberian hadiah berupa makanan kecil (seperti cokelat, wafer) dan alat-alat tulis
(seperti pensil, pulpen) bagi siswa yang berani mengungkapkan pendapat/jawabannya
terhadap kelompok lain atau guru dapat meningkatkan efektivitas siswa pada aspek
keberanian siswa (mengajukan pertanyaan dan menjawab/menanggapi pertanyaan) terhadap
guru atau siswa lainnya. Dalam hal ini siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan
berusaha untuk mendapatkan hadiah sebanyak-banyaknya. Pemberian hadiah ini hanya
dilakukan kadang-kadang saja.
G. Keterbatasan Peneliti
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna, meskipun usaha yang dilakukan
peneliti telah maksimal, namun penelitian ini masih banyak kekurangan. Kekurangan
tersebut disebabkan kurang meratanya pembagian siswa yang pintar dengan siswa yang
kurang pintar dalam setiap kelompok. Sehingga masih terdapat kelompok yang pasif dan
kurang berpartisipasi dalam pembelajaran.
89
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
terbukti dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa, hal ini dilihat dari
nilai seluruh siswa yang melebihi KKM dan juga nilai post test siklus III
yang meningkat dibandingkan dengan post test siklus I dan siklus II.
Dilihat dari hal tersebut jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL
dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) berpengaruh positif dalam
mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan sikap siswa serta
merangsang dan meningkatkan kepedulian siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar dengan efektif.
3. Berdasarkan hasil data dari uji coba pada siklus I, II dan III dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) terbukti efektif dapat meningkatkan pemahaman dan
hasil belajar siswa.
Dengan demikian penerapan metode pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) dianggap berhasil dalam meningkatkan efektivitas
dan hasil belajar siswa, kerena telah mencapai indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan. Sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
B. Implikasi
Implikasi penelitian yang dapat ditarik adalah: metode pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) menjadikan siswa lebih aktif,
kreatif, berani mengemukakan pendapatnya, tanya jawab antar peserta didik,
89
90
mampu memecahkan masalahnya sendiri, mampu bersikap professional
dalam memecahkan masalah, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan,
dan saling bekerja sama untuk membantu (mengajarkan) temannya satu sama
lain sehingga terjadi transfer ilmu pengetahuan (Transfer of Knowledge),
serta mampu mengambil keputusan yang tepat.
Implikasi yang positif ini akan menjadi bekal dasar dalam menghadapi
masalah-masalah selanjutnya sampai mereka dewasa.
C. Saran
1. Sekolah hendaknya dapat menerapkan metode pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) karena model pembelajaran ini dapat
meningkatkan efektivitas dan hasil belajar siswa.
2. Guru bidang studi hendaknya menunjuk satu siswa secara acak dari salah
satu kelompoknya dalam mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas,
sehingga lama-kelamaan siswa akan terbiasa mengerjakan hasil kerjanya
di depan kelas.
3. Siswa hendaknya lebih aktif lagi ketika sharing dengan kelompoknya
dalam memecahkan masalah.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai referensi untuk
melakukan penelitian sejenis dalam pembelajaran berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003) cet 5.
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
cetakan pertama.
Li Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, Tatik Elisah, Strategi
Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2011) cet, 1, hal, 8
Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Ketiga.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005).
Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) cetakan
pertama.
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), cet. 7.
Wina sanjaya, Strategi Pembeajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana, 2008), cet 5.
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Hermianto, Model Model Pembelajaran
Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2011).
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001)
cetakan ketiga
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan konseptual
Operasional, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet, 2.
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet 3
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), cet. 9.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
cetakan ke empat.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), cet, 4
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)
cetakan pertama.
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), cet. 1
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
cet. 1
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:
KiziBrother’s, 2006).
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995), cet, 6.
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan aplikasi PAIKEM, (Surabaya:
Pustaka Pelajar, 2009).
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara), cet. 15.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1994), cet. 6.
Alaidin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
cet, 1.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. 8.
H. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), jilid, 1, cet,
5.
Sidi Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2003),
Cet. 4
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Terjemah, (Bandung:
Risalah,1985), cet, 2
Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
cet. 5
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PR Remaja
Rosdakarya, 2006), cet, 2
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), cet, 18.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), Cet 15.
Buku Pedoman Sekolah MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Pamulang
kurikulum tahun 2013/2014
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : MTs Khazanah Kebajikan
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : VIII/ I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Melaksanakan tata cara shalat
Kompetensi Dasar : Menjelaskan ketentuan shalat wajib dan sunnah
A. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian shalat dan dalilnya
2. Menyebutkan macam-macam shalat
3. Mengetahui ketentuan-ketentuan shalat
B. Tujuan Pembelajaran :
1. siswa dapat menjelaskan pengertian shalat dan dalilnya
2. siswa dapat menyebutkan macam-macam shalat wajib dan sunnah
3. siswa dapat mengetahui ketentuan-ketentuan shalat
C. Karakter siswa yang diharapkan :
Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggungjawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya
diri, kerja keras dan peduli.
D. Materi Pembelajaran : Shalat Wajib dan Shalat Sunnah
E. Metode Pembelajaran : 1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Diskusi kelompok dan Penugasan
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal (10 Menit)
1. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dangan doa
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memberikan uji tes sebelum pembelajaran (Pre test) kepada siswa
5. Guru menjelaskan kepada siswa tentang metode pembelajaran PBL
B. Kegiatan Inti (55 Menit)
1. Siswa menyimak penjelasan guru tentang pembahasan yang diajarakan
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota masing-
masing 6 orang
3. Guru merencanakan kegiatan kelompok dengan memilih ketua kelompok
dalam diskusi
4. Guru memberikan soal atau permasalahan (LKS) kepada kelompok untuk
didiskusikan dalam diskusi
5. Siswa berdiskusi berdasarkan permasalahan dari guru
6. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dan ditanggapi oleh siswa dan guru.
C. Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Bersama-sama membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan atau dikoreksi oleh guru
2. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya baik
3. Guru memberikan tes belajar siswa setelah pembelajaran
4. Guru memberikan tugas rumah untuk membaca materi selanjutnya
G. Sumber dan Media Pembelajaran :
LKS Fiqh, Spidol, Whiteboard, dan Buku Paket Fiqh
H. Penilaian :
1. Teknik Penilaian:
a. Tes untuk kerja
2. Bentuk instrument:
a. Uraian singkat
b. Pertanyaan lisan
3. Soal/instrument: terlampir
Pamulang, 6 september 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fiqh Peneliti
(Ibu Lillik Wasliyah) (Akhmad Qosay)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : MTs Khazanah Kebajikan
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : VIII/ I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Melaksanakan tata cara shalat
Kompetensi Dasar : Menjelaskan orang yang wajib melakukan shalat
A. Indikator : 1. Menjelaskan orang-orang yang wajib melakukan shalat
2. Menyebutkan macam-macam shalat wajib dan sunnah
3. Menyebutkan orang yang boleh meninggalkan shalat wajib
B. Tujuan Pembelajaran :
1. siswa dapat menjelaskan orang-orang yang wajib melakukan shalat wajib
2. siswa dapat menyebutkan macam-macam shalat wajib dan sunnah
3. siswa dapat menyebutkan orang yang boleh meninggalkan shalat wajib
C. Karakter siswa yang diharapkan :
Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggungjawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya
diri, kerja keras dan peduli.
D. Materi Pembelajaran : Shalat Wajib dan Shalat Sunnah
E. Metode Pembelajaran : 1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Diskusi kelompok dan Penugasan
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal (10 Menit)
1. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dangan doa
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memberikan uji tes sebelum pembelajaran (Pre test) kepada siswa
5. Guru menjelaskan kepada siswa tentang metode pembelajaran PBL
B. Kegiatan Inti (55 Menit)
1. Siswa menyimak penjelasan guru tentang pembahasan yang diajarakan
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota masing-
masing 6 orang
3. Guru merencanakan kegiatan kelompok dengan memilih ketua kelompok
dalam diskusi
4. Guru memberikan soal atau permasalahan (LKS) kepada kelompok untuk
didiskusikan dalam diskusi
5. Siswa berdiskusi berdasarkan permasalahan dari guru
6. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dan ditanggapi oleh siswa dan guru.
C. Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Bersama-sama membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan atau dikoreksi oleh guru
2. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya baik
3. Guru memberikan tes belajar siswa setelah pembelajaran
4. Guru memberikan tugas rumah untuk membaca materi selanjutnya
G. Sumber dan Media Pembelajaran :
LKS Fiqh, Spidol, Whiteboard, dan Buku Paket Fiqh
H. Penilaian :
1. Teknik Penilaian:
a. Tes untuk kerja
2. Bentuk instrument:
a. Uraian singkat
b. Pertanyaan lisan
3. Soal/instrument: terlampir
Pamulang, 17 september 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fiqh Peneliti
(Ibu Lillik Wasliyah) (Akhmad Qosay)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : MTs Khazanah Kebajikan
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : VIII/ I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Melaksanakan tata cara shalat
Kompetensi Dasar : Mempraktikan pelaksanaan shalat wajib dan sunnah
A. Indikator : 1. Menyebutkan akibat-akibat bagi orang yang meninggalkan
shalat wajib
2. Mengetahui hikmah dan manfaat shalat
3. Mempraktikan tata cara shalat wajib
B. Tujuan Pembelajaran :
1. siswa dapat menyebutkan akibat-akibat bagi orang yang meninggalkan shalat wajib
2. siswa dapat mengetahui hikmah dan manfaat shalat
3. siswa dapat mempraktikan shalat wajib
C. Karakter siswa yang diharapkan :
Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggungjawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya
diri, kerja keras dan peduli.
D. Materi Pembelajaran : Shalat Wajib dan Shalat Sunnah
E. Metode Pembelajaran : 1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Diskusi kelompok dan Penugasan
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal (10 Menit)
1. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dangan doa
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memberikan uji tes sebelum pembelajaran (Pre test) kepada siswa
5. Guru menjelaskan kepada siswa tentang metode pembelajaran PBL
B. Kegiatan Inti (55 Menit)
1. Siswa menyimak penjelasan guru tentang pembahasan yang diajarakan
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota masing-
masing 6 orang
3. Guru merencanakan kegiatan kelompok dengan memilih ketua kelompok
dalam diskusi
4. Guru memberikan soal atau permasalahan (LKS) kepada kelompok untuk
didiskusikan dalam diskusi
5. Siswa berdiskusi berdasarkan permasalahan dari guru
6. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dan ditanggapi oleh siswa dan guru.
C. Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Bersama-sama membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan atau dikoreksi oleh guru
2. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya baik
3. Guru memberikan tes belajar siswa setelah pembelajaran
4. Guru memberikan tugas rumah untuk membaca materi selanjutnya
G. Sumber dan Media Pembelajaran :
LKS Fiqh, Spidol, Whiteboard, dan Buku Paket Fiqh
H. Penilaian :
1. Teknik Penilaian:
a. Tes untuk kerja
2. Bentuk instrument:
a. Uraian singkat
b. Pertanyaan lisan
3. Soal/instrument: terlampir
Pamulang, 5 Oktober 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fiqh Peneliti
(Ibu Lillik Wasliyah) (Akhmad Qosay)
Soal Pre Test dan Post Test
Pilihlah salah satu jawaban yang paling
benar !
1. Diterimanya shalat jika sudah
memenuhi syarat … dan …
a. Wajib dan rukun
b. Wajib dan sah
c. Sah dan rukun
d. Rukun dan sah
2. Diantara contoh shalat yang harus di
laksanakan oleh laki-laki dan
perempuan adalah ..
a. Shalat Tahajud
b. Shalat Subuh
c. Shalat Taraweh’
d. Shalat Tahiyatul Masjid
3. Shalat wajib sebagai pengganti shalat
wajib dhuhur yang di lakukan pada
hari jumat adalah …
a. Shalat Jama’
b. Shalat Qasshar
c. Shalat Jumat
d. Shalat Dhuha
4. Hukum melakukan shalat jumat bagi
laki-laki adalah..
a. Fardhu ‘Ain
b. Fardhu Kifayah
c. Sunnah Muakad
d. Sunnah Ghoiru Muakad
5. Ada berapa jumlah rakaat dalam
shalat isya’ ..
a. Dua
b. Empat
c. Tiga
d. lima
6. Diantara contoh shalat sunnah yang
disunahkan mengerjakannya dengan
berjamaah yaitu …
a. Shalat Idhul Fitri
b. Shalat Tahiyatul Masjid
c. Shalat Shalat Rawatib
d. Shalat Dhuha
7. Hukum mengerjakan shalat lima
waktu adalah ..
a. Fardu Ain’
b. Fardu Mughaladah
c. Sunnah
d. makruh
8. Dibawah ini adalah rukun shalat,
kecuali ...
a. Takbiratul Ihram
b. Membaca Surat al-Fatihah
c. Tuma’ninah
d. suci
9. diantara syarat sah shalat adalah ...
a. membaca do’a qunut
b. menghadap kiblat
c. ruku’
d. sujud
10. Jika seseorang tidak mampu untuk
melaksanakan shalat dengan berdiri,
maka boleh melakukan shalat dengan
cara ..
a. Duduk
b. Berbaring
c. Berdiri
d. Telentang
11. Gerakan shalat pada waktu shalat
dengan berbaring adalah ...
a. Isyarat
b. Gerakan kepala
c. Gerakan tangan
d. Gerakan kaki
12. Makmum yang tertinggal shalat
disebut …
a. Imam
b. Masbuq
c. Muadzin
d. makmum
13. Seorang yang mengumandangkan
adzan di sebut ..
a. Imam
b. Muadzin
c. Adzar
d. makmum
14. Anggota Badan yang sunnah di
tutupi bagi seorang muadzin ketika
adzan adalah …
a. Telinga
b. Mata
c. Hidung
d. Mulut
15. Seorang muadzin ketika adzan
disunnahkan menghadap ..
a. Utara
b. Timur
c. Selatan
d. kiblat
16. Di bawah ini adalah orang-orang
yang harus melaksanakan shalat
jumat ..
a. Laki-laki yang merdeka
b. Perempuan yang sehat
c. Laki-laki dan perempuan
d. Hamba sahaya
17. Hukum melaksanakan shalat jenazah
adalah …
a. Fardhu kifayah
b. Fardhu ‘ain
c. Sunnah muakad
d. Sunnah ghairu muakad
18. Shalat jenazah yang dilakukan
apabila jenazahnya tidak ada di
tempat adalah …
a. shalat mayat
b. shalat ghaib
c. shalat sunnah
d. shalat jenazah
19. Yang tidak terrmasuk rukun shalat
jenazah adalah …
a. Niat
b. Mendoakan mayat
c. Memandikan mayat
d. Memberi salam
20. Shalat yang dalam memenuhi
sebagian rukun dan tata caranya
disesuaikan dengan keadaan yang di
peroleh karena keterpaksaan yang
dibenarkan oleh syariah merupakan
pengertian dari …
a. Shalat dalam keadaan darurat
b. Shalat jama’
c. Shalat whasar
d. Shalat rawatib
21. Shalat sunnah yang dilaksanakan
pada malam hari dengan jumlah
bilangan rakaat ganjil disebut …
a. Shalat witir
b. Shalat tarawih
c. Shalat tahajud
d. Shalat rawatib
22. Waktu yang dilarang untuk
melaksanakan shalat sunnah adalah
…
a. Setelah shalat magrib
b. Setelah shalat dhuhur
c. Setelah shalat isya’
d. Setelah shalat subuh
23. Orang sedang bepergian jauh boleh
mengerjakan dua shalat fardhu dalam
satu waktu dengan mengumpulkan
keduanya adalah pengertian dari ..
a. Shalat jama’
b. Shalat qashar
c. Shalat jama’ qhasar
d. Shalat qhasar jama’
24. Shalat sunnah dua rakaat untuk
menghormati masjid yang dikerjakan
ketika masuk masjid sebelum duduk,
disebut …
a. Shalat rawatib
b. Shalat tahiyatul masjid
c. Shalat tarawih
d. Shalat tahajud
25. Berikut ini adalah hikmah
melaksanakan shalat sunnah, kecuali
…
a. Menutup kekurangan-
kekurangan shalat fardhu
b. Ditempatkan pada tempat yang
terpuji
c. Memperoleh ketentraman hidup
lahir dan batin
d. Menghabiskan waktu
26. Shalat berjama’ah paling sedikit
diikuti oleh ... orang
a. 2 orang
b. 3 orang
c. 4 orang
d. 5 orang
27. Makmum yang tertinggal dalam
shalar wajib disebut ...
a. Makmum
b. Masbuq
c. Imam
d. Muazin
28. Ketentuan seorang imam dalam
melaksanakan shalat jamaah adalah
...
a. Minta bayaran
b. Disenangi jamaah
c. Belum baligh
d. Alkhlaq tercela
29. Golongan sunnah shalat yang boleh
diganti dengan sujud sahwi jika
terlupa adalah ..
a. Sunnah ab’adh
b. Sunnah qobliyah
c. Sunnah ba’diyah
d. Sunnah haiat
30. Hal-hal yang membatalkan shalat
adalah sebagai berikut, kecuali, ..
a. Meninggalkan shalat satu rukun
b. Banyak bergerak dengan sengaja
c. Membaca shalawat nabi
dibawah tahyat awal
d. Menambah satu rukun dari
rukun shalat
31. Shalat yang wajib dalam sehari
semalam adalah ...
a. 4 waktu
b. 5 waktu
c. 6 waktu
d. 7 waktu
32. Sekurang-kurangnya jamaah yang
akan mengerjakan shalat fardu
juma’at menurut ulama adalah ...
a. 40 orang dewasa
b. 50 orang dewasa
c. 60 orang dewasa
d. 70 orang dewasa
33. Mengerjakan shalat fardu dengan
cara meringkas yaitu shalat yang
empat rakaat diringkas menjadi dua
rakaat, ini merupakan pengertian dari
...
a. Shalat khasar
b. Shalat fardhu
c. Shalat sunnah
d. Shalat jama’
34. Yang menjadi syarat imam dalam
shalat jamaah adalah dibawah ini,
kecuali ...
a. Laki-laki makmum kepada
laki-laki
b. Perempuan makmum kepada
laki-laki
c. Laki-laki makmum kepada
perempuan
d. Perempuan makmum kepada
perempuan
35. Berikut ini adalah hikmah
melaksanakan shalat sunnah, kecuali
…
36. Menutup kekurangan-kekurangan
shalat fardhu
37. Ditempatkan pada tempat yang
terpuji
38. Memperoleh ketentraman hidup lahir
dan batin
39. Menghabiskan waktu
Kunci Jawaban soal Pre Test dan
Post Test
1 A
2 D
3 C
4 B
5 D
6 A
7 B
8 B
9 D
10 C
11 B
12 A
13 D
14 B
15 D
16 A
17 B
18 C
19 A
20 B
21 A
22 A
23 D
24 B
25 D
26 A
27 B
28 B
29 A
30 D
31 A
32 A
33 B
34 C
35 A