efektivitas model pembelajaran core ditinjau dari ...digilib.unila.ac.id/28094/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DITINJAU DARIPEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 5 BandarlampungTahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh:
CHINTYA MARTANOVI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DITINJAU DARIPEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 5Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh:
Chintya Martanovi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran CORE
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa, Populasi penelitian adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017
yang terdistribusi dalam 12 kelas. Sampel ditentukan dengan teknik purposive
random sampling. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group
design. Analisis data penelitian ini menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh bahwa model pembelajaran CORE tidak efektif ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa. Tetapi, peningkatan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran CORE lebih tinggi daripada
peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
Kata kunci: Efektivitas, Connecting Organizing Reflecting Extending,
Pemahaman Konsep Matematis
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DITINJAU DARIPEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 5Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh:
Chintya Martanovi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 12 September 1995, anak pertama
dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sugianto dan Ibu Marwiah. Penulis me-
nyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Setia Negara pada tahun 2007, pen-
didikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Baradatu pada tahun 2010, dan pen-
didikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning pada tahun 2013.
Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan me-
ngambil program studi Pendidikan Matematika.
Selama menjadi mahasiswa, penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi dari tahun
2013 hingga 2017. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Rantau Jaya Ilir, Kecamatan Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah dan
menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Bangun Cipta Rantau
Jaya Ilir, Kabupaten Lampung Tengah.
Motto
Mimpikan, Inginkan dan Kerjakan
Tidak ada kata “Rugi” dalam belajar
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah
Rasululloh Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada:
Ayah dan Ibuku tercinta, (Bpk. Sugianto dan Ibu Marwiah) yang telah
membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang yang tulus, memberikan semangat
serta selalu mendoakan yang terbaik untuk keberhasilan dan kebahagiaanku, sehingga
aku yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Adik-adikku Wahyu Oktaviansyah dan Adjie Saputra yang telah memberikan dukungan
dan semangatnya padaku.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
Seluruh keluarga besar Pendidikan Matematika 2013, yang terus memberikan doa’nya
untukku, terima kasih.
Semua sahabat yang selalu mendukungku dan tulus menyayangiku dengan segala
kekuranganku serta memberi warna dalam hidupku.
Almamater Universitas Lampung tercinta
ii
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah me-
limpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat dise-
lesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Uswatun
Hasannah Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran CORE Ditinjau dari
Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5
Bandarlampung T.P. 2016/2017) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, terimakasih selalu memberikan dukungan dan
semangat kepadaku serta tidak pernah lelah mendoakan yang terbaik untukku.
2. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., pembimbing akademik dan sekaligus dosen
pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis, sehingga skripsi ini menjadi
lebih baik.
iii
3. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah berse-
dia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi,
dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberi-
kan masukan dan saran-saran kepada penulis.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberi-
kan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam me-
nyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan terima kasih telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis.
9. Kepala SMP Negeri 5 Bandarlampung beserta wakil, staff, dan karyawan
yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.
10. Ibu Silvy Oktora, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dalam penelitian.
11. Siswa/siswi kelas VII-E dan VII-F SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pe-
lajaran 2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
iv
12. Keluarga besar tercintaku, terima kasih selalu menyayangi, mendoakan dan
selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.
13. Sahabat-sahabat KOPLAG tersayang Mbok (Fitri Anita Sari), Tirto (Evi Tirto
Nanda), Unni (Djakia Ulfah), Afria Wulandari, Peggy Nurida Asri, Shinta
Khairunisa Furqoni dan Siti Hotijah yang selama ini memberiku semangat
dan selalu menemani saat suka maupun duka.
14. Muli Baradatu-Bukit Kemuning terkece Dita, Selvi, Dina, Puteri, Nia,
Michel, Ridha, Bella, Nung, Dewi, Nurul, Fidel, Imelda, Uci dan Ani terima
kasih memberi warna dalam hidupku.
15. Sahabat seperjuangan Pungkas, Wayan, Winjuni, Purnama Dewi, Kiki,
Humedi, Hadi, Yuli, Kihar, Maul, Nita, Rahayu, Atin, Wahyu, Ali, Diah,
Dinda, Asri, Dini, Mba Ana, Mba Ayu dan Mba Iis terima kasih selalu
memberi dukungan dan membantuku.
16. Teman-teman seperjuanganku di KKN-PPL Desa Rantau Jaya Ilir, Putra
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah: Illa Maghfiroh, Engrid Septa Reni,
Siska Wiyasa Oktora, Ferdiansyah, Rikko Karendra, Rio Handoyo, Nanik
Rustiana, Tiara Oktaviana, Anggi, Anggun, Meriya, Randa, Merna atas
kebersamaan selama kurang lebih 40 hari yang penuh makna dan kenangan.
17. Teman hidup di rumah keduaku Teteh Heni sekeluarga, Mba Fitri, Diana,
Cici, Fitri, Uus, Etri dan Ranti terima kasih telah menghibur dan menyema-
ngatiku.
18. Sahabat-sahabat rusun Diah, Rika, Intan, Umi, Oktri, Syaroh dan Wulan teri-
ma kasih telah membersamaiku.
v
19. Seluruh Guru dan siswa/siswi SMP Bangun Cipta Rantau Jaya Ilir Tahun
Pelajaran 2016/2017, terima kasih telah memberikan pengalaman yang tak
terlupakan.
20. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika 2013 terima kasih selama
ini telah berbagi ilmu, membagi semangat dan dukungan bersama.
21. Kakak-kakakku angkatan 2010, 2011, 2012 serta adik-adikku angkatan 2014,
2015, 2016 terima kasih atas dukungan dan kebersamaanya.
22. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis men-
dapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini ber-
manfaat.
Bandar Lampung, Agustus 2017Penulis
Chintya Martanovi
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ....................................................................................... 9
1. Efektivitas Pembelajaran .............................................................. 9
2. Model Pembelajaran CORE .......................................................... 10
3. Pemahaman Konsep Matematis .................................................... 13
B. Kerangka Pikir .................................................................................. 15
C. Anggapan Dasar ................................................................................ 18
D. Hipotesis ............................................................................................ 18
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .......................................................................... 20
B. Desain Penelitian ............................................................................... 21
C. Tahap-Tahap Penelitian ..................................................................... 21
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 23
Halaman
vii
1. Data Penelitian ............................................................................... 23
2. Teknik Pengempulan Data ............................................................. 23
E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 23
1. Validitas ......................................................................................... 24
2. Reliabilitas .................................................................................... 25
3. Daya Pembeda ............................................................................... 26
4. Tingkat Kesukaran ........................................................................ 27
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 29
1. Uji Normalitas ................................................................................ 30
2. Uji Homogenitas ............................................................................ 31
3. Uji Hipotesis .................................................................................. 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 35
B. Pembahasan ........................................................................................ 39
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................... 45
B. Saran .................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Data Rata-rata Nilai Mid Semester Matematika ................................. 20
3.2 Desain Penelitian ................................................................................. 21
3.3 Pedoman Penskoran Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis ......... 24
3.4 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ...................................................... 26
3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ........................................................ 27
3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran .................................................. 28
3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ........................................................ 28
3.8 Kriteria Indeks Gain ........................................................................... 29
3.9 Hasil Uji Normalitas Data Gain Pemahaman Konsep Matematis ...... 31
3.10 Hasil Uji Homogenitas Data Gain Pemahaman Konsep Matematis .. 32
4.1 Data Skor Awal Pemahaman Konsep Matematis Siswa ..................... 35
4.2 Data Skor Akhir Pemahaman Konsep Matematis Siswa .................... 36
4.3 Data Gain Pemahaman Konsep Matematis Siswa .............................. 37
4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Gain Pemahaman Konsep
Matematis ............................................................................................ 37
4.5 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ....................... 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Silabus Pembelajaran ........................................................................ 51
A.2 Rencana Pelaksanaan (RPP) Kelas CORE ....................................... 58
A.3 Rencana Pelaksanaan (RPP) Kelas Konvensional ........................... 83
A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ...................................................... 105
B. PERANGKAT TES
B.1 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ...................... 153
B.2 Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ............................. 155
B.3 Pedoman Penskoran Soal Tes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa................................................................................ 156
B.4 Kunci Jawaban Soal Tes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ............................................................................... 157
B.5 Form Penilaian Validitas Tes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ............................................................................... 159
C. ANALISIS DATA
C.1 Analisis Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ............................................................................... 161
C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran
Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ...................................... 163
C.3 Skor Tes Pemahaman Konsep Matematis Kelas
CORE ................................................................................................ 164
C.4 Skor Tes Pemahaman Konsep Matematis Kelas
Konvensional .................................................................................... 168
x
C.5 Data Gain Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kelas CORE ...................................................................................... 172
C.6 Data Gain Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kelas Konvensional .......................................................................... 174
C.7 Uji Normalitas Data Gain Pemahaman Konsep
Matematis Siswa dengan CORE ....................................................... 176
C.8 Uji Normalitas Data Gain Pemahaman Konsep
Matematis Siswa dengan Konvensional ........................................... 179
C.9 Uji Homogenitas Data Gain Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ............................................................................... 182
C.10 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Gain Pemahaman
Konsep Matematis Siswa ................................................................. 184
C.11 Uji Proporsi Pemahaman Konsep Matematis Siswa ........................ 187
C.12 Tabel Analisis Indikator Pemahaman Konsep Matematis
Skor Kemampuan Awal Tes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa Kelas CORE ......................................................... 189
C.13 Tabel Analisis Indikator Pemahaman Konsep Matematis
Skor Kemampuan Awal Tes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa Kelas Konvensional ............................................. 192
C.14 Tabel Analisis Indikator Pemahaman Konsep Matematis
Skor Kemampuan Akhir Tes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa Kelas CORE ......................................................... 195
C.15 Tabel Analisis Indikator Pemahaman Konsep Matematis
Skor Kemampuan Akhir Tes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa Kelas Konvensional ............................................. 198
D. LAIN-LAIN
D.1 Surat Izin Penelitian ......................................................................... 202
D.2 Surat Keterangan Penelitian ............................................................. 203
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, persaingan di era globalisasi semakin ketat. Untuk mengupayakan
agar Indonesia mampu menghadapi persaingan tersebut maka dibutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat
diperoleh dengan menempuh pendidikan. Melalui pendidikan, manusia mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki serta menjadi pribadi yang bermoral dan
bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003
yaitu, tujuan dari pendidikan ialah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani
dan rohani, mandiri, serta dapat bertanggung jawab. Dengan demikian, melalui
pendidikan manusia dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun khalayak banyak.
Pendidikan yang dibutuhkan manusia dapat diperoleh secara formal maupun
nonformal. Pendidikan formal biasanya dilakukan di sekolah. Pendidikan di
sekolah mempunyai pengaruh cukup besar bagi perkembangan siswa. Agar pen-
didikan di sekolah berjalan dengan baik, diperlukan suatu pembelajaran. Sebagai
sarana yang digunakan untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter,
berakhlak, dan berperilaku baik, pembelajaran merupakan inti dari kegiatan yang
2
ada di sekolah. Pembelajaran di sekolah meliputi berbagai macam disiplin ilmu
yang disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Setiap mata pelajaran
memiliki tujuan tertentu, tidak terkecuali pada mata pelajaran matematika.
Tujuan pembelajaran matematika dalam Permendikbud No 22 tahun 2006
(Depdiknas, 2006) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsepdan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran padapola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuatgeneralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataanmatematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan me-mahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model danmenafsirkan solusi yang diperoleh; serta (4) Mengomunikasikan gagasandengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaanatau masalah
Pada kenyataannya, hasil pembelajaran matematika di Indonesia masih cukup
rendah. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian Trends in International Mathe-
matics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 mengenai kemampuan
matematis siswa Indonesia (Rahmawati, 2016), Indonesia memiliki perolehan
skor capaian matematika atau Mathematics Achievement Distribution sebanyak
397. Capaian yang diperoleh Indonesia masih jauh dari rata-rata skor yang
diberikan oleh TIMSS yaitu 500. Keadaan ini menempatkan Indonesia sebagai
salah satu negara dengan skor terendah dan menduduki peringkat ke-45 dari 50
negara yang berpartisipasi. Sedangkan penelitian TIMSS pada tahun 2011
(Mullis, 2012: 114-117) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki perolehan skor
capaian matematika sebesar 386 dan menduduki peringkat ke-38 dari 42 negara
yang berpartisipasi. Padahal di tahun 2007 Indonesia telah mencapai skor 397,
meskipun masih termasuk negara yang memiliki skor terendah. Dalam TIMSS
3
juga dijelaskan bahwa secara umum, siswa di Indonesia lemah di semua aspek
konten maupun kognitif, baik untuk matematika maupun sains. Siswa Indonesia
menguasai soal-soal yang bersifat rutin, komputasi sederhana, serta mengukur
pengetahuan akan fakta yang berkonteks keseharian. Hasil penelitian TIMSS
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan matematis siswa di Indonesia masih
sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah siswa yang kurang terlatih dalam
mengerjakan soal-soal yang bersifat konsep maupun aplikasi.
Menurut Kesumawati (2008: 2) pembelajaran di dalam kelas seringkali meng-
arahkan siswa pada kemampuan menggunakan rumus untuk mengerjakan soal,
serta jarang diajarkan cara untuk menganalisa dan menggunakan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan
kurang diberi kesempatan untuk mengutarakan sendiri pendapatnya serta
menganalisa keterkaitan antarkonsep sehingga materi yang dipahami kurang
begitu mendalam. Padahal, konsep merupakan hal dasar yang nantinya akan
selalu digunakan siswa untuk menyelesaikan masalah baru yang akan ditemui.
NCTM (2000), menyatakan bahwa:
“Learning with understanding is essential to enable students to solve thenew kinds of problems they will inevitably face in the future” (belajardengan pemahaman sangat penting untuk memungkinkan siswa dalammemecahkan masalah baru yang akan mereka hadapi di masa depan).
Dalam hal ini, proses pembelajaran di sekolah sangat berpengaruh bagi pe-
mahaman konsep siswa.
Setiadi (Mufidah, 2016: 5) menyebutkan bahwa model pembelajaran matematika
yang selama ini dilakukan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional
4
yang berpusat pada guru. Pada model pembelajaran ini, guru mempunyai peran
yang cukup banyak dan siswa kurang berperan aktif. Salah satu sekolah yang
mewakili sekolah-sekolah yang ada di Indonesia adalah SMP Negeri 5
Bandarlampung. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru ma-
tematika di kelas VII SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017,
diperoleh informasi bahwa siswa cukup sulit mengerjakan soal yang berupa
aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari. Ini terbukti dari analisis soal mid
semester siswa. Selain itu, pembelajaran yang berpusat pada guru memungkinkan
siswa untuk selalu bergantung pada guru karena terbiasa diberi bukan menemukan
dan berusaha untuk mandiri. Sehingga, di akhir pembelajaran suatu konsep dari
materi yang diajarkan tidak begitu melekat diingatan siswa. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP
Negeri 5 tahun pelajaran 2016/2017 Bandarlampung masih rendah,
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka diperlukan adanya pembelajaran yang
mampu menuntun siswa untuk dapat menafsirkan, memperkirakan, mengerti dan
memahami suatu konsep secara mandiri. Dengan diterapkannya pembelajaran
tersebut mampu mengedepankan keaktifan siswa dalam membentuk suatu konsep
dan guru sebagai fasilitatornya sehingga menunjang peningkatan pemahaman
konsep matematis siswa. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria
seperti ini ialah model pembelajaran CORE.
Model pembelajaran CORE (connecting, organizing, reflecting, dan extending)
adalah model pembelajaran yang mempunyai empat tahapan pengajaran yaitu
connecting, organizing, reflecting, dan extending. Tahapan tersebut dilakukan
5
dengan cara mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok diskusi.
Sehingga, dengan model pembelajaran CORE siswa mampu menghubungkan
(connecting), mengorganisasikan (organizing) pengetahuan baru dengan penge-
tahuan lama, memikirkan kembali konsep yang sedang dipelajari (reflecting),
serta memperluas pengetahuan selama proses belajar mengajar berlangsung
(extending). Dalam model pembelajaran ini, keaktifan siswa dalam belajar sangat
ditekankan, selain itu dengan diterapkannya model pembelajaran ini mampu
melatih daya ingat dan daya pikir siswa, serta memberikan pengalaman belajar
inovatif kepada siswa. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian tentang
“Efektivitas Model Pembelajaran CORE Ditinjau dari Pemahaman Konsep
Matematis Siswa” kelas VII di SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran
2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran CORE efektif ditinjau
dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 5 Bandarlam-
pung tahun pelajaran 2016/2017?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pem-
belajaran CORE ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP
Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi tambahan bagi
perkembangan pembelajaran matematika yang berkaitan dengan model
pembelajaran CORE serta hubungannya dengan peningkatan pemahaman
konsep matematis siswa.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi praktisi pendidikan sebagai
informasi tambahan dalam pembelajaran matematika terkait model pem-
belajaran CORE dan pemahaman konsep matematis siswa. Selain itu, di-
harapkan dapat dijadikan bahan masukkan bagi peneliti yang melakukan
penelitian sejenis di masa akan datang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut, akan
dijelaskan mengenai istilah tersebut agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara
peneliti dan pembaca.
1. Efektivitas adalah ukuran tercapainya suatu hasil kegiatan. Dalam penelitian
ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila peningkatan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran CORE lebih tinggi
daripada peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional dan proporsi siswa yang memahami konsep pada
model pembelajaran CORE lebih dari 60%.
7
2. Model pembelajaran CORE adalah suatu model pembelajaran yang
berlandaskan kontruktivisme dan melibatkan siswa melalui kegiatan connect-
ing, organizing, reflecting dan extending. Model pembelajaran ini menge-
depankan empat tahap.
a. Menghubungkan pengetahuan lama siswa dengan pengetahuan baru.
Dengan demikian, dibutuhkan adanya konsep lama yang dimiliki siswa
untuk membentuk konsep baru yang akan diperolehnya. Pada tahap ini,
siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian guru dapat memberikan
pertanyaan yang menyangkut hubungan pengetahuan lama dan penge-
tahuan baru siswa.
b. Mengorganisasikan informasi-informasi yang diperoleh siswa seperti
konsep apa yang dicari, konsep apa yang diketahui, serta hubungannya
dengan konsep yang telah ditemukan dalam tahap sebelumnya. Dalam hal
ini, siswa mengerjakan soal sebagai informasi untuk membentuk konsep
baru, siswa juga diperbolehkan untuk bertukar pendapat dengan sesama
anggota kelompoknya.
c. Mengulas kembali konsep yang baru saja dimiliki siswa sehingga siswa
dapat memperbaiki jika terdapat kekeliruan dalam suatu konsep.
d. Mengembangkan konsep yang telah diperoleh agar dapat memperluas
pengetahuan siswa sesuai dengan kondisi dan situasi.
3. Pemahaman konsep matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam
mengerti, memahami serta menguasai konsep suatu materi pelajaran dan tidak
hanya sekedar menghafal konsep tersebut, sehingga siswa mampu me-
nyelesaikan masalah matematika dengan baik. Adapun indikator yang akan
8
digunakan dalam penelitian ini yaitu, menyatakan ulang sebuah konsep,
memberikan contoh dan non contoh dari konsep, menggunakan, me-
manfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan
konsep atau alogaritma ke pemecahan masalah.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 352), efektivitas berasal dari kata
efektif yang berarti berhasil guna. Sinambela (Putra, 2013: 10) mengemukakan
bahwa suatu kegiatan pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran
yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang
maksimal. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pem-
belajaran yang efektif merupakan keadaan dimana dalam suatu kegiatan belajar
mengajar guru berperan sebagai fasilitator dan siswa aktif dalam pembelajaran
serta memperoleh pengetahuan juga pengalaman sekaligus, dengan memanfaatkan
segala sumber yang ada. Dengan demikian pembelajaran yang efektif, meng-
indikasikan suatu pembelajaran yang berhasil.
Dalam Depdiknas (2008: 4) dinyatakan bahwa salah satu kriteria pembelajaran
yang efektif adalah peserta didik menyelesaikan serangkaian tes dan mencapai
tingkat keberhasilan rata-rata 60%. Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian
ini dikatakan efektif apabila: a) Peningkatan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran CORE lebih tinggi daripada peningkatan
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional;
10
b) Proporsi siswa yang memahami konsep pada model pembelajaran CORE lebih
dari 60%.
2. Model Pembelajaran CORE
Model pembelajaran CORE adalah model pembelajaran yang tersusun atas empat
kata, yaitu connecting, organizing, reflecting dan extending. Keempat kata ter-
sebut merupakan tahap yang dikerjakan dalam model pembelajaran dan saling
berkaitan satu sama lain. Hal ini sejalan dengan pemaparan Miller & Calfee
(2004: 21) yang menyatakan bahwa:
“The CORE Model incorporates four elements: Connect, Organize, Reflect,and Extend. Students first connect what they already know about a topic tonew science content or experience. Then they organize information frommultiple sources into coherent packages. They then reflect on the collectionof “stuff” by discussing it with others in preparation for the writing task.Finally, completion of the project serves to “stretch” or extend thelearning”.
Tahapan pembelajaran CORE menurut Miller & Calfee yaitu pertama-tama siswa
menghubungkan apa yang telah mereka ketahui tentang topik yang memuat
pengetahuan baru atau pengalaman baru. Kemudian siswa mengorganisasikan in-
formasi mengenai topik yang akan dibahas dari berbagai macam sumber dan
menjadi sebuah konsep. Selanjutnya siswa merefleksikan konsep yang telah di-
bentuk kemudian didiskusikan dengan teman sekelompoknya untuk mem-
persiapkan penyelesaian masalah. Terakhir, penyelesaian rancangan disajikan de-
ngan mengembangkan atau memperluas pembelajaran.
Sedangkan menurut Suyatno (2009: 67) sintaks model pembelajaran CORE secara
umum meliputi koneksi informasi lama dan informasi baru, organisasi ide untuk
11
memahami materi, memikirkan kembali, mendalami dan menggali konsep, serta
mengembangkan, memperluas, dan menggunakan konsep yang telah ditemukan.
Kemudian, Suyatno (2009: 63) merumuskan langkah-langkah pada model pem-
belajaran CORE yaitu: (1) Membuka pembelajaran dengan kegiatan yang
menarik; (2) Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep
baru (connecting); (3) Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang
dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru (organizing); (4) Pembagian
kelompok secara heterogen; (5) Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali
informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok
(reflecting); (6) Mengembangkan, memperluas, dan menggunakan suatu konsep
melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas (extending).
Berdasarkan pemaparan para ahli, terlihat bahwa pada model pembelajaran CORE
siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk membentuk dan mengembangkan
konsep secara mandiri. Dengan kata lain, CORE merupakan model pembelajaran
yang berlandaskan konstruktivisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Jacob (Putri,
2016: 13) yang menyatakan bahwa model pembelajaran CORE adalah model
pembelajaran yang berlandaskan kontruktivisme.
Adapun pemaparan mengenai CORE secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut:
a) Connecting
Connecting atau menghubungkan merupakan tahap awal dari pembelajaran
CORE. Menurut Katz dan Nirula (Yuniarti, 2013: 4), melalui connecting sebuah
konsep yang akan diajarkan dapat dihubungkan dengan apa yang telah diketahui
siswa dalam sebuah diskusi kelas. Agar siswa dapat berperan aktif, maka siswa
12
harus dapat mengingat informasi dari pelajaran terdahulu untuk dihubungkan
dengan topik yang didiskusikan. Dalam hal ini guru berperan dalam memfasilitasi
diskusi dan mengaktifkan kembali pengetahuan lama siswa. Kemudian, penge-
tahuan lama tersebut dihubungkan dengan konsep yang akan dibentuk. Dengan
hal ini, siswa akan cepat tanggap sehingga siswa dapat melakukan diskusi kembali
dan menambah pengetahuan baru untuk membentuk konsep baru.
b) Organizing
Dalam organizing siswa mengatur dan mengelola informasi-informasi yang telah
diperoleh dari tahap connecting. Menurut Miller & Calfee siswa harus belajar
mengatur dan mengelola informasi yang telah dikumpulkan dengan menuliskan
hasil temuan siswa tersebut. Siswa secara aktif mengatur atau mengorganisasikan
kembali pengetahuannya dengan bertukar pendapat dalam kelompoknya sehingga
simpulan dari hasil diskusi mampu membentuk konsep baru dengan pemahaman
konsep yang lebih baik.
c) Reflecting
Dymock (Kumalasari, 2011: 224) menyatakan bahwa: “Reflect is where students
explain or critique content, structure, and strategies”. Menurut Dymock, refleksi
adalah suatu kondisi dimana siswa mampu menjelaskan atau mengkritik konsep,
struktur, maupun strategi-strategi. Jadi, dalam reflecting guru dan siswa bersama-
sama meluruskan kekeliruan siswa dalam mengorganisasikan pengetahuannya.
d) Extending
Pengetahuan siswa dapat diperluas dengan adanya diskusi antar siswa mengenai
pemecahan masalah baru yang bervariasi. Siswa dengan konsep yang telah
13
diperoleh dari tahap sebelumnya dapat mengembangkan konsep tersebut sesuai
dengan kondisi dan kemampuan yang dimilikinya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
CORE merupakan model dengan tahap connecting, organizing, reflecting dan
extending yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Harmsen (Azizah,
2012: 102) mengemukakan bahwa keempat tahap tersebut digunakan untuk
menghubungkan informasi lama dengan informasi baru, mengorganisasikan se-
jumlah materi yang bervariasi, merefleksikan segala sesuatu yang siswa pelajari
dan mengembangkan lingkungan belajar. Maka dari itu, dengan connecting siswa
mampu menghubungkan pengetahuan lama dan pengetahuan baru, kemudian
siswa mengatur dan mengelola informasi yang telah mereka miliki dengan
organizing, selanjutnya siswa menelaah kembali konsep sementara yang terbentuk
melalui reflecting dan melalui extending siswa mengembangkan konsep baru yang
telah terbentuk.
3. Pemahaman Konsep Matematis
Belajar matematika erat kaitannya dengan pemahaman. Dengan pemahaman sis-
wa mampu menerima materi yang diajarkan guru dengan baik. Hal ini sesuai de-
ngan pendapat Marpaung (Alam, 2012: 150) yang menyatakan bahwa matematika
tidak ada artinya bila hanya dihafalkan, namun lebih dari itu dengan pemahaman
siswa dapat lebih mengerti konsep dari materi. Selanjutnya, Hamalik (2009: 48)
memaparkan bahwa pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan
antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis. Sedangkan
Edmund (Arvianto, 2011: 172) menyatakan bahwa konsep merupakan titik awal
14
dari sekumpulan hubungan atau ide dan semua hal lain yang dihubungkan dengan
ide tersebut. Dengan demikian pemahaman konsep berarti lebih dari sekedar
mengerti tetapi mampu melekatkan suatu konsep ke struktur kognitif siswa.
Menurut Kesumawati (2015: 2), untuk memahami konsep matematika yang rumit
dan kompleks diperlukan adanya kecermatan, yaitu cermat memahami makna
simbol pada suatu konsep, memahami konsep-konsep sebelumnya, dan me-
ngaitkan konsep sebelumnya dengan konsep yang sedang dipelajari. Maka dari
itu, penting bagi guru untuk membuat siswa paham benar bagaimana konsep dari
suatu materi, sebab dengan paham konsep mampu mempermudah siswa dalam
menyelesaikan masalah matematis. Hal ini sejalan dengan pendapat Suprijono
(2009: 9) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa keuntungan melalui kegiatan
belajar konsep yaitu mengurangi beban berat memori, pemahaman konsep me-
rupakan unsur pembangun berpikir, pemahaman konsep juga merupakan dasar
proses mental yang lebih tinggi dan dapat diperlukan untuk memecahkan masalah.
Terdapat beberapa indikator pemahaman siswa terhadap konsep matematika
menurut Kesumawati (2015: 4) antara lain: (1) Menyatakan ulang sebuah konsep,
(2) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya); (3) Memberikan contoh dan non contoh dari konsep; (4) Menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; (5) Mengembangkan
syarat cukup dan syarat perlu suatu konsep; (6) Menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur atau operasi tertentu serta (7) Mengaplikasikan konsep atau
alogaritma ke pemecahan masalah.
15
Berdasarkan uraian dan beberapa definisi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan
siswa dalam mengerti, memahami serta menguasai konsep suatu materi pelajaran
dan tidak hanya sekedar menghafal konsep tersebut, sehingga siswa mampu
menyelesaikan masalah matematika dengan baik. Adapun indikator yang akan
digunakan dalam penelitian ini yaitu, menyatakan ulang sebuah konsep, mem-
berikan contoh dan non contoh dari konsep, menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau
alogaritma ke pemecahan masalah.
B. Kerangka Pikir
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu satu variabel bebas
dan satu variabel terikat. Adapun variabel bebas dari penelitian ini yaitu model
pembelajaran CORE sedangkan variabel terikatnya berupa pemahaman konsep
matematis siswa.
Pemahaman konsep merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa.
Melalui pemahaman konsep, siswa mampu mengaitkan suatu konsep ke konsep
lain, menjelaskan kembali suatu konsep dengan bahasanya sendiri, sehingga
konsep tersebut benar-benar melekat diingatan siswa dan bukan hanya sekedar
menghafal. Dengan paham konsep juga, dapat membantu siswa dalam me-
nyelesaikan berbagai masalah matematika.
Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa, dibutuhkan model
pembelajaran yang membuat siswa mandiri dan aktif dalam menemukan suatu
16
konsep. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan efektif untuk me-
ningkatkan pemahaman konsep matematis siswa ialah model pembelajaran
CORE. Dengan menggunakan model pembelajaran CORE, siswa diajarkan untuk
mencari, menemukan dan mengolah konsep-konsep, baik yang sudah diperoleh
maupun yang akan diperoleh. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan
tahap-tahap tertentu.
Tahap pertama siswa menghubungkan pengetahuan lama dan pengetahuan baru.
Di awal pembelajaran siswa dibentukkan kelompok heterogen yang terdiri dari
5-6 orang, kelompok heterogen dipilih berdasarkan nilai awal yang telah di-
peroleh siswa. Kemudian, setiap kelompok diberikan suatu masalah. Untuk me-
nyelesaikan masalah tersebut pertama-tama siswa diajak untuk mengingat kembali
konsep materi yang telah diperoleh sebelumnya. Konsep lama tersebut di-
tuangkan dalam bentuk kata-kata siswa sendiri. Lalu, konsep dihubungkan de-
ngan materi yang akan dipelajari. Konsep tersebut dapat berupa pengetahuan-
pengetahuan yang berfungsi sebagai informasi awal dalam membangun konsep
baru yang akan diperoleh.
Tahap kedua yaitu mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi. Penge-
tahuan yang telah diolah dari konsep sebelumnya, diatur, disusun dan disaring
sedemikian sehingga informasi tersebut mampu mendukung konsep baru yang
akan dibentuk. Dalam hal ini, siswa bersama kelompoknya mendiskusikan in-
formasi yang telah diperoleh dari tahap pertama, kemudian mendiskusikan pe-
nyelesaian masalah baru yang diberikan guru, hasil penyelesaian masalah tersebut
merupakan informasi baru guna membentuk konsep baru. Untuk membentuk
17
konsep baru, siswa dihadapkan dengan masalah yang merupakan contoh dan
bukan contoh dari materi. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar paham
konsep dari materi tersebut. Dengan terbentuknya konsep baru, maka siswa dapat
menyelesaikan masalah yang lebih bervariasi.
Tahap selanjutnya ialah mengulas kembali pengetahuan yang telah diperoleh.
Setelah konsep baru terbentuk, siswa memilih dan menggunakan prosedur atau
cara yang benar-benar sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang lebih
bervariasi. Dengan demikian, untuk melakukan kegiatan tersebut siswa harus
melihat kembali konsep yang baru saja diperoleh. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara perwakilan setiap kelompok mempresentasikan konsep yang telah mereka
temukan. Kemudian, siswa bersama guru membahas konsep tersebut dan
memperbaiki konsep jika ada yang salah.
Terakhir, mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh. Setelah konsep
baru ditelaah dan diperbaiki, selanjutnya siswa diminta untuk mengembangkan,
memperluas, dan menggunakan informasi-informasi yang telah diperoleh dengan
mengaplikasikan konsep tersebut untuk menyelesaikan permasalahan baru yang
lebih bervariasi. Apabila siswa mampu memecahkan masalah yang bervariasi dan
memberikan solusi terkait materi, maka siswa dikatakan telah mengembangkan
pengetahuan yang diperolehnya. Dalam hal ini, dapat terlihat matang atau
tidaknya pemahaman konsep seseorang.
Berdasarkan tahap-tahap tersebut, terlihat bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran CORE siswa dituntut untuk aktif dalam suatu kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, pembelajaran juga mengedepankan siswa untuk
18
memperoleh suatu konsep secara mandiri dengan guru sebagai fasilitator. Hal ini
berbeda dengan pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan guru.
Pada pembelajaran yang berlangsung selama ini, guru lebih aktif memberikan
informasi sedangkan siswa hanya bertugas untuk menerima informasi, sehingga
siswa kurang diberikan kesempatan untuk aktif dalam membentuk suatu konsep.
Ini terjadi karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Dengan demikian, di-
perkirakan model pembelajaran CORE efektif ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa.
C. Anggapan Dasar
Adapun anggapan dasar dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun
pelajaran 2016/2017 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain
model pembelajaran CORE dianggap memberikan kontribusi yang sangat
kecil dan tidak diperhatikan.
D. Hipotesis
1. Hipotesis Penelitian :
Model pembelajaran CORE efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis
siswa kelas VII SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017.
19
2. Hipotesis Kerja :
a. Peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model
pembelajaran CORE lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman
konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Proporsi siswa yang memahami konsep pada model pembelajaran CORE
lebih dari 60%.
20
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Bandarlampung pada semester genap
tahun ajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Negeri 5 Bandarlampung, yang terdistribusi dalam dua belas kelas yaitu
kelas VII-A hingga VII-L. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak
atas dasar pertimbangan dengan memilih kelas yang diasuh oleh guru yang sama
dan memiliki kemampuan matematis siswa yang setara. Kelas yang me-
mungkinkan untuk dipilih sebagai sampel adalah kelas VII-C, VII-D, VII-E, dan
VII-F. Rata-rata nilai mid semester siswa pada kelas tersebut disajikan pada
Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Data Rata-rata Nilai Mid Semester Matematika
No Kelas Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai1. VII-C 36 58,152. VII-D 40 68,173. VII-E 39 42,674. VII-F 40 37,58
Jumlah 206,57Rata-Rata 51,64
Berdasarkan Tabel 3.1 maka dipilihlah kelas VII-E sebagai kelas eksperimen dan
kelas VII-F sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen guru menggunakan
21
model pembelajaran CORE sedangkan pada kelas kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional yakni guru menyampaikan materi, kemudian
memberikan contoh soal, lalu memberikan latihan soal kepada siswa.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan quasi experiment (eksperimen kuasi) yang terdiri dari
variabel bebas yaitu model pembelajaran CORE, serta variabel terikatnya yaitu
pemahaman konsep matematis siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pretest-posttest control group design. Fraenkel dan Wallen (2009: 248)
menyajikan desain pretest-posttest seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
KelompokPerlakuan
Pretest Pembelajaran PosttestEksperimen (E) Y1 CORE Y2
Kontrol (K) Y1 Konvensional Y2
Keterangan :Y1 = Skor pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrolY2 = Skor posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
C. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahapan-tahapan persiapan dalam penelitian ini adalah.
a. Melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika untuk
mengetahui karakteristik populasi yang ada, serta proses pembelajaran
yang biasa dilakukan guru matematika di SMP Negeri 5 Bandarlampung.
22
b. Menentukan sampel penelitian. Pemilihan sampel penelitian dilakukan
dengan teknik purposive random sampling.
c. Menentukan materi yang akan digunakan pada saat penelitian dan waktu
penelitian.
d. Menyusun proposal penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes untuk kelas eks-
perimen dan kelas kontrol.
f. Mengurus perizinan penelitian.
g. Melakukan validasi dan uji coba soal tes.
h. Melakukan perbaikan instrumen penelitian bila diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam penelitian ini adalah :
a. Mengadakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol guna
mengetahui kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa
sebelum diberi perlakuan berbeda.
b. Memberikan perlakuan pada eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran CORE. Sedangkan, untuk
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
c. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol guna
mengetahui kemampuan akhir pemahaman konsep matematis siswa
setelah diberi perlakuan berbeda.
3. Tahap Analisis Data
Tahapan-tahapan analisis data pada penelitian ini adalah :
a. Mengumpulkan data hasil penelitian.
23
b. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
c. Menyimpulkan hasil penelitian.
d. Menyusun laporan penelitian.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data penelitian ini berupa data kuantitatif yang terdiri dari data hasil tes pe-
mahaman konsep siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes digunakan
untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa yang dilaksanakan sebelum
dan sesudah pembelajaran, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes berbentuk uraian
yang terdiri dari lima butir soal. Materi yang diujikan adalah pokok bahasan
himpunan. Soal-soal pretest dan posttest yang diberikan pada setiap kelas
merupakan soal yang sama. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator
pemahaman konsep matematis. Sebelum melakukan penyusunan soal, telebih
dahulu membuat kisi-kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan
indikator-indikator pemahaman konsep beserta penyelesaian dan pedoman
penskorannya.
24
Adapun pedoman penskoran soal tes pemahaman konsep matematis siswa yang
diadaptasi dari Mulyadi (2016: 30-31) yang disajikan sebagai berikut.
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis
No Indikator Ketentuan Skor1. Menyatakan
ulang sebuahkonsep
a. Tidak menjawab 0b. Hanya sedikit dari menyatakan ulang suatu
konsepyang benar1
c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benartetapi salah, ketika mendapatkan solusi
2
d. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benardan mendapatkan solusi dengan benar
3
2. Memberi contohdan bukancontoh
a. Tidak menjawab 0b. Memberikan contoh dan bukan contoh tetapi
tidak sesuai dengan konsepnya1
c. Memberikan contoh dan bukan contoh tetapitidak sesuai dengan konsepnya
2
3. Menggunakan,memanfaatkan,dan memilihprosedur atauoperasi tertentu
a. Tidak menjawab 0b. Hanya sedikit dari menggunakan, memanfaatkan,
dan memilih prosedur atau operasi tertentu1
c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilihprosedur atau operasi tertentu tetapi salah dalammendapatkan solusi
2
d. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilihprosedur atau operasi dan mendapatkan solusidengan benar
3
4. Mengaplikasikankonsep
a. Tidak menjawab 0b. Hanya sedikit dari mengaplikasikan konsep yang
benar1
c. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 2d. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 3
Untuk memperoleh data yang akurat maka tes yang digunakan dalam peneilitian
ini harus berupa tes yang memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu valid, reliabel,
serta memiliki daya pembeda dan tingkat kesukaran yang memadai.
1. Validitas
Validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi instrumen tes da-
pat diketahui dengan membandingkan isi yang terkandung dalam tes pemahaman
25
konsep matematis dengan indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan.
Agar validitas isi yang diperoleh baik, maka dilakukan konsultasi dengan guru
mata pelajaran matematika kelas VII. Dengan asumsi bahwa guru kelas VII SMP
Negeri 5 Bandarlampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP dan
mengenai evaluasi pembelajaran. Maka validitas instrumen tes ini didasarkan
pada penilaian guru terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
Tes dikatakan valid apabila sesuai dengan indikator serta kompetensi dasar yang
telah ditentukan kemudian diukur berdasarkan penilaian terhadap kesesuaian isi
tes dengan kisi-kisi serta kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan
kemampuan bahasa siswa. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan
daftar ceklis (√) oleh guru. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes
yang digunakan telah memenuhi validitas isi dapat dilihat selengkapnya pada
Lampiran B.5 halaman 159.
Setelah semua soal dinyatakan valid, maka soal diujicobakan pada siswa yang
berada di luar sampel yaitu kelas VIII F. Kemudian, data yang telah diperoleh
diolah menggunakan bantuan Software Microsoft Excel 2010 untuk mengetahui
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
2. Reliabilitas
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini soal tes yang berbentuk uraian.
Menurut Sudijono (2007: 208) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) bentuk
uraian dikenal dengan rumus Alpha sebagai berikut:
26
Keterangan:r11 = Koefisien reliabilitas tesn = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
= Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item
Si2 = Varians total
Menurut Sudijono (2007: 209) koefisien reliabilitas diinterpretasikan seperti yang
disajikan pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien relibilitas (r11) Kriteriar11 < 0,70 Un-reliabler11 ≥ 0,70 Reliable
Berdasarkan hasil perhitungan uji instrumen tes diperoleh bahwa koefisien re-
liabilitas soal sebesar 0,734 yang berarti instrumen tes yang digunakan memiliki
kriteria reliable. Oleh karena itu, instrumen tes layak digunakan. Hasil per-
hitungan reliabilitas uji coba instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran C.1 .
3. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan kemampuan soal untuk membedakan
siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dan rendah. Arifin, (2011: 133)
menjelaskan bahwa untuk menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:
Keterangan :DP : Nilai daya pembeda suatu butir soal
: Rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok atas: Rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok bawah
Skor maks : Skor maksimum suatu butir soal
27
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang
tertera dalam tabel berikut.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP) Kriteria
0,40 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat baik
0,30 ≤ DP ≤ 0,39 Baik
0,20 ≤ DP≤ 0,29 Sedang
-1,00 ≤ DP≤ 0,19 Jelek
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh bahwa nilai daya pembeda tes adalah
0,30 sampai dengan 0,80 yang berarti instrumen tes memiliki kriteria baik dan
sangat baik. Hasil perhitungan daya pembeda uji coba instrumen tes dapat dilihat
pada Lampiran C.2.1 halaman 163.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Sudijono (2007: 372) mengungkapkan bahwa untuk menghitung tingkat ke-
sukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut.
Keterangan:TK : Tingkat kesukaran suatu butir soalJT : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperolehIT : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Interpretasi dari tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat dari klasifikasinya
menurut Sudijono (2007: 372) seperti yang disajikan pada tabel berikut.
28
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran (TK) InterpretasiTK < 0.30 Terlalu Sukar
0.30 ≤ TK ≤ 0.70 Cukup (Sedang)0.70 < TK Terlalu Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan instrumen tes diperoleh bahwa tingkat kesukaran
tes sebesar 0,53 sampai dengan 0,70 yang berarti instrumen tes yang digunakan
memiliki kriteria cukup (sedang). Hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran C.2.2 halaman 163.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
terhadap soal tes pemahaman konsep matematis siswa diperoleh rekapitulasi hasil
tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
NoSoal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat
KesukaranKesimpulan
1a
0,734(Reliabel)
0,67 (sangat baik) 0,70 (sedang) Dipakai
1b 0,60 (sangat baik) 0,68 (sedang) Dipakai
2a 0,35 (baik) 0,61 (sedang) Dipakai
2b 0,30 (baik) 0,68 (sedang) Dipakai
3a 0,35 (baik) 0,70 (sedang) Dipakai
3b 0,35 (baik) 0,53 (sedang) Dipakai
4a 0,50 (sangat baik) 0,59 (sedang) Dipakai
4b 0,40 (sangat baik) 0,69 (sedang) Dipakai
4c 0,67 (sangat baik) 0,57 (sedang) Dipakai
4d 0,80 (sangat baik) 0,55 (sedang) Dipakai
5 0,42 (sangat baik) 0,70 (sedang) Dipakai
Dari Tabel 3.7 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,734 yang berarti
soal memiliki kriteria reliabel. Daya pembeda untuk soal nomor 2a, 2b, 3a dan 3b
29
dikategorikan baik dan untuk nomor soal 1a, 1b, 4a, 4b, 4c, 4d dan 5 di-
kategorikan sangat baik, sedangkan tingkat kesukaran untuk nomor 1a sampai
dengan 5 dikategorikan sedang. Dengan demikian, semua soal dikatakan valid
dan memenuhi kriteria reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang
telah ditentukan maka soal tes pemahaman konsep matematis yang disusun layak
digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman konsep matematis.
F. Teknik Analisis Data
Setelah dilakukan perlakuan berbeda pada kedua kelas, data yang diperoleh dari
tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dianalisis untuk mendapatkan skor
peningkatan (gain) pemahaman konsep matematis siswa. Menurut Hake (1998:
65) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized
gain) yaitu :
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kla-
sifikasi dari Hake (1998: 65) sebagai berikut.
Tabel 3.8 Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain (g) Kriteriag 0,7 Tinggi
0,3 g 0,7 Sedang
g 0,3 Rendah
Hasil perhitungan skor gain pemahaman konsep matematis siswa selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C.5 dan C.6 halaman 172-175.
30
Data skor pemahaman konsep matematis siswa di kelas eksperimen dan kontrol,
dianalisis dengan uji statistik untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
CORE ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Sebelum melakukan uji
statistik perlu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data gain yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan
uji chi kuadrat. Uji chi-kuadrat menurut Sudjana (2005: 272-273) sebagai
berikut:
a. Hipotesis
Ho : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data gain tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf signifikan : α = 0,05
c. Statistik uji
Keterangan:= Frekuensi pengamatan= Frekuensi yang diharapkan= Banyaknya pengamatan
d. Keputusan Uji
Terima H0 jika dengan dan derajat ke-
bebasan dk = k-3 dan tolak Ho dan hal lainnya.
31
Hasil uji normalitas data gain pemahaman konsep matematis disajikan dalam
Tabel 3.9 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7 dan C.8.
Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Gain Pemahaman Konsep Matematis
SumberData Pembelajaran Keputusan
uji H0
Kesimpulan
PemahamanKonsepMatematisSiswa
CORE 6,5082 7,81 Diterima Normal
Konvensional 7,2212 7,81 Diterima Normal
Berdasarkan Tabel 3.9 diperoleh bahwa kedua data gain berdistribusi normal
sehingga dilakukan langkah selanjutnya yaitu uji homogenitas.
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan untuk melihat apakah kedua
kelompok data gain memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana
(2005: 249-250) untuk menguji homogenitas data dapat digunakan ketentuan
sebagai berikut.
a. Hipotesis
Ho : (kedua kelompok data gain memiliki varians yang homogen)
H1 : (kedua kelompok data gain memiliki varians yang tak homogen)
b. Taraf signifikan : α = 0,05
c. Statistik Uji
Keterangan:= Varians terbesar
= Varians terkecil
32
d. Keputusan Uji
Tolak H0 jika dengan yang diperoleh
dari daftar distribusi F dengan taraf signifikan sebesar 0,05 dan dk pembilang =
n1 – 1 dan dk penyebut = n2 – 1.
Hasil uji homogenitas data gain pemahaman konsep matematis disajikan pada
Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Hasil Uji Homogenitas Data Gain Pemahaman Konsep Matematis
Kelas Varians FKritis Keputusan Uji Kesimpulan
CORE 0,051,667 1,71 H0 Diterima
Kedua kelompokdata gain
memiliki variansyang homogenKonvensional 0,03
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pemahaman konsep matematis
pada kelas CORE dan kelas konvensional memiliki varians yang homogen. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.9 halaman 182-183.
2. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat, langkah berikutnya dilakukan uji hipotesis. Adapun uji
hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Uji kesamaan dua rata-rata
Karena data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai
varians yang homogen, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji
kesamaan dua rata-rata, yaitu uji-t dengan hipotesis uji sebagai berikut.
33
Ho: μ1 = μ2, (rata-rata skor peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti model pembelajaran CORE sama dengan rata-rata skor
peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional)
H1: μ1 > μ2, (rata-rata skor peningkatan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran CORE lebih tinggi daripada
rata-rata skor peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional)
Rumus yang digunakan untuk pengujian hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan Uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut:
dengan 2
11
21
222
2112
nn
snsns
Keterangan:1 : Rata-rata nilai siswa di kelas eksperimen
2 : Rata-rata nilai siswa di kelas kontroln1 : Banyaknya siswa kelas eksperimenn2 : Banyaknya siswa kelas kontrol
: Varians pada kelas eksperimen: Varians pada kelas kontrol: Varians gabungan
Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan α = 0,05, dengan kriteria uji:
terima H0 jika , dimana diperoleh dari
daftar tabel dengan peluang dan dk = ( 221 nn ).
b. Uji proporsi
Untuk mengetahui proporsi siswa yang memahami konsep pada model pem-
belajaran CORE lebih dari atau sama dengan 60% maka dilakukan uji proporsi.
34
Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, kelas yang mengikuti model
pembelajaran CORE populasinya berdistribusi normal maka dilakukan uji
proporsi satu pihak. Menurut Sudjana (2005: 234) rumusan hipotesis untuk uji ini
adalah:
H0 : = 60% (proporsi siswa yang memahami konsep sama dengan 60%)
H0 : > 60% (proporsi siswa yang memahami konsep lebih dari 60%)
Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:
Keterangan:x = banyaknya siswa yang tuntas belajar dengan model COREn = banyaknya siswa pada kelas eksperimen0,6 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan α = 0,05, dengan kriteria uji: tolak
H0 jika , dimana diperoleh dari daftar normal
baku dengan peluang = Kemudian untuk H0 diterima.
45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa model
pembelajaran CORE tidak efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis sis-
wa, karena proporsi siswa yang memahami konsep pada model pembelajaran
CORE belum mencapai kriteria proporsi efektif yang ditetapkan, yaitu lebih dari
60%. Akan tetapi, peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang meng-
ikuti model pembelajaran CORE lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman
konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:
1. Kepada guru, disarankan untuk menggunakan alternatif pembelajaran lain yang
lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, apabila guru ingin meng-
gunakan model pembelajaran CORE, maka guru harus memahami tahap-tahap
pada model pembelajaran CORE dengan baik dan benar. Selain itu, guru juga
harus mengelola kelas seefektif mungkin agar suasana belajar kondusif,
terutama pada saat diskusi berlangsung. Penerapan pembelajaran secara rutin
juga perlu dilakukan agar pembelajaran menjadi efektif.
46
2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang model pem-
belajaran CORE disarankan untuk melakukan penelitian secara rutin agar
subjek penelitian terbiasa dengan model pembelajaran CORE dan mem-
perhatikan efisiensi waktu agar proses pembelajaran berjalan secara optimal.
Disarankan pula menggunakan subjek yang sama dalam penelitian ini, sebab
pada penelitian ini subjek penelitian mengalami peningkatan pemahaman kon-
sep matematis yang cukup signifikan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Burhan Iskandar. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemahaman danKomunikasi Matematika Siswa SD Melalui Pendekatan RealisticMathematics Education (RME). Jurnal. Prosiding Seminar NasionalPendidikan Matematika FMIPA UNY, ISBN 978-979-16353-7-8. [online].Diakses di http://respository.upi.edu pada tanggal 27 September 2016.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arvianto, I. R., Budi Murtiyasa dan Masduki. 2011. Penggunaan MultimediaPembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa denganPendekatan Instruksional Concrete Representational Abstract (CRA).Jurnal. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika UniversitasMuhammadiah Surakarta, 24 Juli 2011. [online]. Diakses di http://res-pository.upi.edu pada tanggal 24 Oktober 2016.
Azizah, L., Mariani S, dan Rochmad. 2012. Pengembangan Perangkat Pem-belajaran Model CORE Bernuansa Konstruktivistik untuk MeningkatkanKemampuan Koneksi Matematis. Jurnal. Unnes Journal of MathematicsEducation Research (UJMER), ISSN 2252-6455. [online]. Diakses dihttp://journal.unnes.ac.id pada tanggal 20 September 2016.
Depdiknas. 2006. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006.Jakarta: Depdiknas.
________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
________. 2008. UU NOMOR 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Jakarta.
________. 2008. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian BerbasisKompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas.
Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 2009. How to Design and EvaluateResearch in Education 7th Edition. New York: Mcgraw-hill Inc.
Hake, Richard R. 1998. Interactive-Engagement Versus Ttraditional Methods.Jurnal. American Journal of Physics. [online]. Diakses diwww.montana.edu pada tanggal 29 Januari 2017.
48
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar (edisi revisi). Bandung: BumiAksara.
Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam PembelajaranMatematika. Bahan Materi Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika2008. [online]. Diakses di http://univpgri-palembang.ac.id pada tanggal 1Oktober 2016.
Kesumawati, Nila. 2015. Kemampuan Pemahaman Konsep MatematikaMahasiswa pada Mata Kuliah Struktur Aljabar. Jurnal. KNPM 2015.[online]. Diakses di http://univpgri-palembang.ac.id pada tanggal 27September 2016.
Kumalasari, Ellisia. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Model CORE.Jurnal. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIPSiliwangi Bandung Volume 1, ISBN 978-602-19541-0-2. [online]. Diaksesdi http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id pada tanggal 27 September 2016.
Miller, Roxanne Greitz & Robert C. Calfee. 2004. Making Thinking Visible: AMethode to Encourage Science Writing In Upper Elementary Grade.Education Faculty Articles and Research. Chapman University. [online].Diakses di http://digitalcommons.chapman.edu/education_aricles padatanggal 15 Oktober 2016.
Mufidah, Arum Dahlia. 2016. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe COREterhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Skripsi.Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.
Mullis, Ina V. S., Michael O. Martin, Pierre Foy, dan Alka Arora. 2012. TIMSS2011 International Result in Mathematics. TIMSS and PIRLS InternationalStudy Center : Boston College. [online]. Diakses di http://timssand-pirls.bc.edu pada tanggal 29 September 2016.
Mulyadi, Zachra Dilya. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Problem BasedLearning Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep dan DisposisiMatematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.
National Council of Teacher Mathematics. 2000. Communication on Imperativefor Change. Virgina: The NCTM. [online]. Diakses di http://www.nctm.org.pada tanggal 12 Juni 2016.
Putra, Yuwana S.W. 2013. Keefektifan Pembelajaran CORE berbantuan CabriMotivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Dimensi Tiga. Skripsi.Semarang: Unnes. [online]. Diakses di http://lib.unnes.ac.id pada tanggal 3Oktober 2016.
49
Putri, Agata Intan. 2016. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe COREterhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Lampung:Unila. Tidak diterbitkan.
Rahmawati. 2016. Hasil TIMSS 2015. Makalah pada Seminar Hasil PenilaianPendidikan untuk Kebijakan 14 Desember 2016. [online]. Diakses dihttp://puspendik.kemdikbud.go.id pada tanggal 20 Maret 2017.
Relawati dan Nurasni. 2016. Perbandingan Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Melalui Model Pembelajaran CORE dan PembelajaranLangsung pada Siswa. Jurnal. MENDIDIK:Jurnal Kajian Pendidikan danPengajaran Volume 2, No 2, Oktober 2016, P-ISSN: 2443-1435, E-ISSN:2528-4290. [online]. Diakses di http://ojs.ejournal.id pada tanggal 20 April2017.
Subarjo, M. Pradana., I Wayan Romi Sudhita, dan I Made Suarjana. 2014.Pengaruh model CORE terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V digugus I NAkula Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana. MIMBAR PGSD2014 Volume 2 No 1. [online]. Diakses di http://ejournal.undiksha.ac.idpada tanggal 20 April 2017.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia BuanaPustaka.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosda Karya.
Yuniarti, Santi. 2013. Pengaruh Model Core Berbasis Kontekstual terhadapKemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa. Jurnal. [online].Diakses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id pada tanggal 09 Mei 2016.