efektivitas metode perawatam luka moisture banlance terhadap penyembuhan luka pada pasien ulkus...

8
EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTURE BALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM Salia Marvinia, Widaryati STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta Email: [email protected] Abstract: The objective of this study is to investigate the effectiveness of moisture balance wound care method in healing diabetic ulcers at Wound Care Clinic, Faculty of Health Sciences, UMM. This study is a pre-experimental research with prospective approach. The instrument used in this research was observation sheet. The population in this study was 40 people. The sample was taken by using accidental sampling technique which obtained 12 respondents. The effectiveness of moisture balance wound care method obtained mean of 28.4 before wound care treatment and 19.3 after the treatment. Data analysis using paired sample t-test showed that there was significant differences between pre- and post-treatment with the moisture balance wound care method in patients with diabetic ulcers (t=16.722, > t critic=2.201). It is recommended to set the moisture balance wound care method as the standardized method in wound care of diabetic ulcers. UMM’s Faculty of Health Sciences can develop the related treatment toward other types of wound. Keywords: wound care, moisture balance, diabetic ulcers Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas perawatan luka moisture balance terhadap penyembuhan luka ulkus diabetikum di klinik spesialis perawatan luka FIKES UMM. Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan pendekatan prospektif. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Populasi dalam penelitian ini 40 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling didapatkan sampel 12 orang. Penilaian efektivitas perawatan luka didapatkan kondisi luka sebelum dilakukan perawatan luka moisture balance jumlah rerata 28,4 dan setelah dilakukan perawatan luka moisture balance didapatkan jumlah rerata 19,3. Hasil analisis dengan Paired Sampel T-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perawatan luka dengan metode moisture balance pada pasien ulkus diabetikumnilai (t= 16,722, > t kritik=2,201). Perawatan luka moisture balance dijadikan standar perawatan luka khususnya ulkus diabetikum, dan Klinik FIKES UMM dapat mengembangkan ilmu terkait perawatan luka pada penanganan luka lainnya. Kata kunci: moisture balance, perawatan luka, ulkus diabetikum JKK 9.1.2013 SAY

Upload: asep-purnomosidi

Post on 11-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

siii

TRANSCRIPT

Page 1: Efektivitas Metode Perawatam Luka Moisture Banlance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum

EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTUREBALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA

PASIEN ULKUS DIABETIKUM

Salia Marvinia, WidaryatiSTIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Email: [email protected]

Abstract: The objective of this study is to investigate the effectivenessof moisture balance wound care method in healing diabetic ulcers atWound Care Clinic, Faculty of Health Sciences, UMM. This study is apre-experimental research with prospective approach. The instrumentused in this research was observation sheet. The population in this studywas 40 people. The sample was taken by using accidental samplingtechnique which obtained 12 respondents. The effectiveness of moisturebalance wound care method obtained mean of 28.4 before wound caretreatment and 19.3 after the treatment. Data analysis using paired samplet-test showed that there was significant differences between pre- andpost-treatment with the moisture balance wound care method in patientswith diabetic ulcers (t=16.722, > t critic=2.201). It is recommended toset the moisture balance wound care method as the standardized methodin wound care of diabetic ulcers. UMM’s Faculty of Health Sciencescan develop the related treatment toward other types of wound.

Keywords: wound care, moisture balance, diabetic ulcers

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitasperawatan luka moisture balance terhadap penyembuhan luka ulkusdiabetikum di klinik spesialis perawatan luka FIKES UMM. Penelitianini adalah penelitian pra eksperimen dengan pendekatan prospektif.Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Populasi dalampenelitian ini 40 orang dengan menggunakan teknik accidental samplingdidapatkan sampel 12 orang. Penilaian efektivitas perawatan lukadidapatkan kondisi luka sebelum dilakukan perawatan luka moisturebalance jumlah rerata 28,4 dan setelah dilakukan perawatan luka moisturebalance didapatkan jumlah rerata 19,3. Hasil analisis dengan PairedSampel T-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antarasebelum dan sesudah perawatan luka dengan metode moisture balancepada pasien ulkus diabetikumnilai (t= 16,722, > t kritik=2,201). Perawatanluka moisture balance dijadikan standar perawatan luka khususnya ulkusdiabetikum, dan Klinik FIKES UMM dapat mengembangkan ilmu terkaitperawatan luka pada penanganan luka lainnya.

Kata kunci: moisture balance, perawatan luka, ulkus diabetikum

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 2: Efektivitas Metode Perawatam Luka Moisture Banlance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum

30 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

PENDAHULUANJumlah penderita diabetes mellitus di

Indonesia dari tahun ke tahun mengalamipeningkatan. Hal ini berkaitan dengan jumlahpopulasi yang meningkat dan sebagai dampakpembangunan, pola penyakit mengalamipergeseran yang cukup meyakinkan. Peru-bahan pola penyakit ini diduga ada hubung-annya dengan cara hidup yang berubah,contohnya adalah pola makan. Perubahantersebut terlihat banyaknya konsumsi kompo-sisi makanan yang terlalu banyak mengandungkarbohidrat, protein, lemak, gula, garam dansedikit serat. Hal inilah yang berisiko terjadinyabeberapa penyakit, diantaranya adalah diabe-tes mellitus (Suyono, 2006).

Diabetes mellitus adalah penyakit me-tabolik yang kebanyakan herediter, dengantanda-tanda hiperglikemia dan glukosuriadisertai dengan atau tidak adanya gejalaklinik akut maupun kronik, sebagai akibatdari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh,gangguan primer terletak pada metabolismekarbohidrat yang biasanya disertai jugagangguan metabolisme lemak dan protein(Tjokropawiro, 2007).

Organisasi kesehatan dunia (WHO)memperkirakan jumlah pasien diabetesmellitus akan meningkat hingga melebihi 300juta pada tahun 2025. Indonesia merupakannegara dengan penderita penyakit diabetesmellitus cukup tinggi. Saat ini menempatiurutan keempat dengan jumlah penderitaterbesar di dunia setelah India, Cina danAmerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6%dari total penduduk, pada tahun 1995terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitusdan pada tahun 2025 diperkirakan mening-kat menjadi 12,4 juta penderita.

Di wilayah Jawa Tengah penderita dia-betes mellitus mencapai 40% dari jumlahpenduduk 120 ribu jiwa. Komplikasi laindiabetes mellitus adalah kerentanan terhadapinfeksi, tuberculosis paru dan infeksi padakaki, yang kemudian dapat berkembang

menjadi ulkus diabetikum. Ulkus diabetikumadalah luka pada kaki yang merah kehi-taman yang berbau busuk akibat sumbatanyang terjadi di pembuluh darah sedang ataubesar di tungkai. Ulkus diabetikum merupa-kan salah satu komplikasi kronik diabetesmellitus yang paling ditakuti oleh setiappenderita diabetes mellitus (Tjokropawiro,2007).

Dibandingkan non diabetes, penderitadiabetes mellitus lebih sering mengalamiulkus diabetikum, diperkirakan 17 kali lebihsering. Dampak ulkus diabetikum yang lamapenyembuhannya terhadap kelangsungankualitas hidup individu selain membutuhkanbiaya yang cukup banyak dan waktu yangtidak sebentar, berdampak juga padapsikologis pasien. Semakin lama prosespenyembuhan pasien merasa semakin maludengan penyakit yang tidak kunjungsembuh.

Penanganan luka pada pasien ulkusdiabetikum tidak boleh dianggap remeh,namun hingga kini penanganan luka masihdilakukan dengan cara lama. Penangananluka dengan cara lama biasanya disebutsebagai manajemen luka metode konven-sional. Pada luka ringan perawatan dilaku-kan dengan cara membersihkan luka danmengoleskan obat luka yang dikenal denganobat merah atau betadhine. Sementarapada luka berat, langkah yang diambilhampir sama.

Banyak yang tidak memikirkan apakahluka tersebut perlu dibalut atau tidak. Ber-dasarkan data yang didapatkan di BalaiPengobatan dan Konsultasi Dinas Kese-hatan Kabupaten Magelang terdapat 45%warga dengan usia 45-70 tahun menderitadiabetes mellitus dan terdapat 20% dari totaljumlah penduduk 25 ribu warga yangmempunyai diabetes mellitus dan berisikomuncul ulkus diabetikum. Di dunia yangsudah berkembang saat ini, perawatan lukatelah mengalami perkembangan yang sangat

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 3: Efektivitas Metode Perawatam Luka Moisture Banlance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum

31Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

pesat terutama dalam dua dekade terakhir.Di samping itu, isu terkini yang berkait denganperawatan luka ini berkaitan dengan perubahanprofil pasien, dimana pasien dengan kondisipenyakit degeneratif dan kelainan metaboliksemakin banyak ditemukan. Kondisi tersebutbiasanya sering menyertai kekomplekan suatuluka dimana perawatan yang tepat diperlukanagar proses penyembuhan bisa tercapai denganoptimal.

Beberapa hal yang perlu diperhatikandalam perawatan ulkus diabetikum yaitupengaturan makan yang baik denganmengurangi makanan yang mengandung gula,mengkonsumsi makanan dengan kadarprotein tinggi misalnya daging tanpa lemak,telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhimakanan dengan kandungan tinggi karbo-hidrat serta melakukan latihan fisik secarateratur (Nurhasan, 2002).

Metode konvensional atau metodeyang sering diterapkan sejak dahulu telahdikembangkan untuk membantu penyem-buhan luka, seperti dengan menjahit luka,menggunakan antiseptik dosis tinggi, danpembalutan dengan menggunakan bahanyang menyerap. Namun ketika diteliti lebihlanjut, ternyata cara tersebut sama sekalitidak membantu penyembuhan luka bahkanberisiko memperburuk kondisi luka.

Antiseptik seperti hydrogen peroxide,povidone iodine dan acetic acid selaludigunakan untuk menangani luka padametode konvensional. Walaupun alasanpenggunaan antiseptik pada luka bertujuanuntuk menjaga luka tersebut agar menjadisteril, masalah utama yang justru timbuladalah antiseptik tersebut tidak hanyamembunuh kuman-kuman yang ada, namunjuga membunuh leukosit yaitu sel darah yangdapat membunuh bakteri pathogen danjaringan fibroblast yang membentuk jaringankulit baru. Hal ini dapat menyebabkangangguan pada proses penyembuhan luka.“Allah SWT telah menurunkan penyakit

dan penawarnya dan Dia telah menen-tukan setiap penawar untuk setiap pe-nyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri de-ngan menggunakan obat-obatan sekuat-mu, tetapi jangan menggunakan sesuatuyang jelas-jelas dilarang.” (HR. AbuDawud dari Abu Al Darda).

Perkembangan perawatan luka(wound care) berkembang dengan sangatpesat di dunia kesehatan. Metode pera-watan luka yang berkembang saat ini adalahperawatan luka dengan menggunakanprinsip moisture balance. Perawatan lukatersebut dikenal sebagai metode moisturebalance dan memakai alat ganti balut yanglebih modern. Turner dan Hartman (2002)menyatakan bahwa perawatan luka dengankonsep lembab yang dilakukan secarakontinyu akan mempercepat penguranganluka dan mempercepat proses pembentukanjaringan granulasi dan reepitelisasi.

Menurut Ovington (2002) bahwapenggunaan kasa baik dengan cara keringatau dilembabkan memiliki beberapakekurangan yaitu dapat menyebabkan rasatidak nyaman saat penggantian balutan,menunda proses penyembuhan terutamaepitelisasi, meningkatkan risiko infeksi dankurang efektif serta efisien dalam hal peng-gunaan waktu dan tenaga.

Hasil riset Winter (1962) menyatakankelembaban pada lingkungan luka akanmempercepat proses penyembuhan luka.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitingkat efektivitas perawatan luka moisturebalance terhadap penyembuhan luka padapasien ulkus diabetikum di Klinik SpesialisPerawatan Luka FIKES UMM.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian pre-

experiment (pra-eksperimen) dengan onegroup pretest-postest design. Populasidalam penelitian ini berjumlah 40 orangdengan menggunakan teknik accidental

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 4: Efektivitas Metode Perawatam Luka Moisture Banlance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum

32 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

sampling didapatkan sampel 12 orang.Pengambilan data menggunakan lembarobservasi baku yang digunakan untuk meng-observasi kondisi luka di Klinik PerawatanLuka FIKES UMM berdasarkan pedomandari Certified Wound Care Clinician(CWCC) yang terdiri dari 10 item obser-vasi. Sepuluh item tersebut adalah luas luka,kedalaman, tepi luka, goa, tipe eksudat,jumlah eksudat, warna kulit sekitar luka,jaringan yang edema, jaringan granulasi, danepitelisasi.

Penilaian dilakukan sebelum diberikanperawatan moisture balance dan setelahdilakukan perawatan moisture balanceselama tujuh hari. Setiap item mempunyaiskala penilaian 1–5 yang bersifat unfa-vorable (negatif) sehingga semakin tingginilai setiap item, maka semakin burukkondisi luka diabetikum. Data respondendisajikan berupa skor luka, sehingga skaladata berupa skala interval.

Perawatan luka yang diberikan berupaperawatan luka moisture balance. Caranyadengan membersihkan luka dengan airhangat kemudian dibersihkan dengan sabun,setelah dibersihkan menciptakan dasar lukadengan cara debridement atau pengambilanjaringan mati (nekrosis) dan slough kemu-dian dilakukan penilaian terhadap luka.Perawatan luka pada pasien ulkus dia-betikum dilakukan selama tujuh hari dansetiap pasien dengan ulkus diabetikummendapatkan perlakuan perawatan lukadengan moisture balance tiga kali pera-watan dalam tujuh hari.

Analisis data dilakukan denganmenggunakan statistic parametric karenadata berupa skala interval. Sebelum diana-lisis, dilakukan uji normalitas. Setelah datadinyatakan terdistribusi normal, datakemudian dianalisis menggunakan PairedSample t-Test.

HASIL DAN PEMBAHASANData yang diambil pada bulan Januari

2013, diperoleh 12 orang sebagai respon-den penelitian. Responden dalam penelitianini adalah pasien dengan ulkus diabetikumyang melakukan pemeriksaan di klinikperawatan luka FIKES UMM. Jumlahsampel dalam penelitian ini adalah 12 orangdengan karakteristik responden berda-sarkan umur, jenis kelamin, personalhygiene dan status nutrisi (tabel 1).

Tabel 1 menunjukkan bahwa respon-den dalam penelitian ini sebagian besarberusia 45-54 tahun sebanyak 5 orang(41,7%) dan hanya 1 responden yang ber-usia lebih dari 74 tahun (8,3%). Berdasarkanjenis kelamin, jumlah responden laki-lakisebanyak 8 orang (66,7%). Berdasarkanstatus nutrisi, responden dalam penelitian inimemiliki status nutrisi yang baik dan sedangmasing-masing sebanyak 6 orang (masing-masing 50%) dengan tingkat personalhygiene baik sebanyak 7 orang (58,3%).

Tabel 1. Karakteristik RespondenPenelitian

Karakteristik Frekuensi

(F) Persentase

(%) Umur

45 - 54 th 55 – 64 th 65 – 74 th > 74 th Jumlah

5 4 2 1

12

41,7 33,3 16,7 8,3

100,0 Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan Jumlah

8 4

12

66,7 33,3

100,0 Status Nutrisi

Baik Sedang Buruk Jumlah

6 6 0

12

50,0 50,0 00,0

100,0 Personal Hygiene Baik Sedang Buruk Jumlah

7 5 0

12

58,3 41,7 00,0

100,0

Sumber: Data Primer 2013

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 5: Efektivitas Metode Perawatam Luka Moisture Banlance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum

33Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

babkan penurunan sirkulasi migrasi sel darahputih pada luka dan fagositosis terlambatdapat menganggu proses penyembuhan.Faktor nutrisi misalnya menghambat responimun dan opsonisasi bakteri.

Defisiensi asam askorbat merupakanpenyebab gangguan penyembuhan luka yangpaling sering. Asam askorbat merupakansuatu kofaktor dalam hidroksilasi prolinmenjadi asam aminohidroksi prolin padasintesis kolagen dalam penambahan molekuloksigen. Jaringan parut lama, memilikiaktifitas kolagenase yang lebih tinggi daripada kulit normal. Zat besi merupakan unsuryang penting untuk penyembuhan luka. Zatbesi juga diperlukan untuk berlangsungnyahidroksilase residu prolin. Kalsium dan mag-nesium dibutuhkan untuk aktivasi kolage-nase dan sintesis protein secara umum.Faktor esensial lain untuk penyembuhan lukaadalah suplai oksigen yang adekuat. Keba-nyakan penyembuhan luka yang kronikdapat diatasi secara efektif dengan mening-katkan oksigenasi jaringan.

Berdasarkan data yang peneliti dapat-kan bahwa dari 10 item mengalami

Penilaian kondisi luka ulkus diabetikumsebelum dan setelah dilakukan perawatanmoisture balance yang didapatkan daripenjumlahan 10 item penilaian pada lembarobservasi dengan hasil ditampilkan padatabel 2. Hasil penelitian didapatkan kondisiluka ulkus diabetikum sebelum dilakukanperawatan luka dengan metode moisturebalance memiliki nilai rerata 28,4 (kriteriakondisi luka sedang) dan setelah dilakukanperawatan moisture balance nilai reratamenjadi 19,3 (kriteria kondisi luka ringan).

Gejala yang menyertai timbulnya ulkusdiabetikum adalah kemerahan yang makinmeluas, rasa nyeri makin meningkat, panasbadan dan adanya nanah yang makinbanyak serta adanya bau yang makin tajam(Gitarja, 2000).

Berdasarkan tabel 2 terdapat satupasien dengan kondisi luka sedang. Faktoryang menghambat penyembuhan luka padapasien ulkus diabetikum yaitu status nutrisiyang tidak adekuat dan pasien berumur >65 atau tua juga mengalami penurunanrespon inflamatari yang memperlambatproses penyembuhan. Usia tua menye-

Responden Pre test Kategori Post test Kategori 1 32 Sedang 22 Baik 2 29 Sedang 19 Baik 3 36 Sedang 25 Sedang 4 5 6 7 8 9

10 11 12

19 28 27 31 30 32 30 22 25

Baik Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Baik Sedang

14 17 18 22 20 22 19 15 18

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Rerata 28,4 Rerata 19,3 Baik

Tabel 2. Data Kondisi Luka Sebelum dan Setelah Dilakukan Perawatan MoistureBalance

Sumber: Data Primer 2013

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 6: Efektivitas Metode Perawatam Luka Moisture Banlance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum

34 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

keterlambatan dalam item pertama yaitu luasluka, karena untuk menciptakan luas lukadapat berkurang secara signifikan penelitimembutuhkan waktu yang cukup lama. Epi-telisasi dan granulasi dapat berkembangdengan sempurna apabila didukung denganjumlah eksudat dan goa pada luka berku-rang. Mayoritas responden memiliki ke-mampuan respon tubuh yang sama, didu-kung juga dengan kadar gula yang terkontrolmaka kecepatan kesembuhan cepat.

Luka dikatakan mengalami prosespenyembuhan jika mengalami fase responinflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif,fase proliferatif dan fase maturasi (Morison,2004). Kemudian disertai dengan berkurangnyaluasnya luka, jumlah eksudate berkurang,jaringan luka semakin membaik, sedangkan lukasedang bisa dikategorikan dalam kondisi lukayang tidak mengalami infeksi.

Sebelum analisis data dilakukan, sudahdilakukan uji normalitas data dan hasilpretest-posttest berdistribusi normal sehing-ga analisis data selanjutnya uji statistikparametrik. Berikut akan disajikan deskripsidata penelitian yang akan memberikaninformasi tentang nilai maksimum, nilaiminimum, mean dan standar deviasiberdasar subyek penelitian (Tabel 3.)

Tabel 3. Deskripsi Data Kondisi LukaSebelum dan Setelah Dilaku-kan Perawatan Luka MoistureBalance

Deskripsi Data Pretest Posttest

Nilai minimum Nilai maksimum Rerata Standar Deviasi Mean

19 36

28,4 4,7 28,4

14 25

19,3 3,2

19,3

Sumber: Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 3 untuk menga-nalisis efektivitas metode perawatan

moisture balance pada luka ulkusdiabetikum dilakukan uji statistik denganmenguji perbedaan kondisi luka ulkusdiabetikum sebelum dan setelah dilakukanperawatan moisture balance.

Tabel 4. Data Uji Statistik PairedSampel T-test

Nilai t Nilai P

Pretest dan posttest 16,722 0,000

Sumber: Data Primer 2013

Uji statistik menggunakan Paired Sam-pel T-test dan didapatkan nilai p sebesar0,000 (p<0,05), maka hipotesis nol ditolakdan hipotesis alternatif diterima, dengan katalain ada perbedaan yang signifikan secarastatistik kondisi luka antara sebelum dansesudah perawatan luka ulkus diabetikum.

Gambaran secara umum didapatkandata bahwa mayoritas pasien dengan ulkusdiabetikum mempunyai luas luka < 36 cm,dalam stage tiga, produksi pus atau nanahmasih banyak dan purulent, belum ada per-tumbuhan granulasi dan epitelisasi, warnasekitar kulit putih, pucat atau hipopigmentasi.

Beberapa faktor yang dapat meng-hambat proses penyembuhan diantaranyakurang maksimalnya pengendalian variabelpengganggu seperti status nutrisi, yaitu polamakan yang tidak teratur serta personalhygiene pasien yang kurang memperhatikankebersihan diri, terutama menjaga kondisiluka. Berdasarkan data yang peneliti dapat-kan, penilaian terhadap kondisi luka ber-dasarkan dari 10 item mengalami keterlam-batan dalam item kesepuluh yaitu epitelisasi.

Epitelisasi pada tepi luka memerlukanperhatian khusus terhadap adanya pertum-buhan kuman dan hipergranulasi yang dapatmenghambat epitelisasi dan penutupan lukakarena untuk menciptakan epitelisasi dapattumbuh secara signifikan peneliti membutuh-

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 7: Efektivitas Metode Perawatam Luka Moisture Banlance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum

35Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

kan waktu yang cukup lama. Epitelisasidapat berkembang dengan sempurna apa-bila didukung dengan jumlah eksudat dangoa pada luka berkurang. Mayoritas respon-den memiliki kemampuan respon tubuh yangsama, didukung juga dengan kadar gulayang terkontrol maka kesembuhan dapatdicapai.

Luka dikatakan mengalami prosespenyembuhan jika mengalami proses faserespon inflamasi akut terhadap cedera, fasedestruktif, fase proliferatif dan fase maturasi(Morison, 2004). Kemudian disertai denganberkurangnya luasnya luka, jumlah eksudatberkurang, jaringan luka semakin membaik,sedangkan luka sedang bisa dikategorikandalam kondisi luka yang tidak mengalamiinfeksi. Penyembuhan luka merupakan sua-tu proses yang kompleks karena proses pe-nyembuhan luka adalah kegiatan bio-seluler,bio-kimia yang terjadi berkesinambungan.

Penanggungan respon vaskuler,aktifitas seluler dan terbentuknya bahankimia sebagai substansi mediator di daerahluka merupakan komponen yang salingterkait pada proses penyembuhan luka.Besarnya perbedaan mengenai penyem-buhan luka dan aplikasi klinis saat ini telahdapat diperkecil dengan pemahaman danpenelitian yang berhubungan dengan prosespenyembuhan luka dan pemakaian bahanpengobatan yang berhasil memberikankesembuhan (Gitarja, 2000).

Kondisi fisiologis jaringan adalahdengan kondisi hidrasi yang seimbang untukmempertahankan kelembaban. Kondisiyang lembab memfasilitasi pertumbuhanjaringan yang baru (granulasi). Keadaan inibiasanya dapat terjaga dengan baik bilakondisi kulit utuh. Namun inilah masalahnyadimana kulit sudah mengalami kerusakan dangagal melakukan fungsinya. Untuk itubagaimana mempertahankan kondisi hidrasiluka yang sudah kehilangan perlindunganyaitu kulit.

Penelitian eksperimen menggunakanluka superfisial pada babi (Rainey, 2002)pernah dilakukan dengan setengah dari lukaini dilakukan teknik perawatan luka keringdan sebagian ditutupi polythene sehinggalingkungan luka lembab. Hasil menunjukkanbahwa perawatan luka dengan polytheneterjadi epitelisasi dua kali lebih cepat daripada perawatan luka kering. Hal tersebutmenunjukkan bahwa lingkungan luka yangkering menghalangi sel epitel yang migrasidi permukaan luka, sedangkan denganlingkungan lembab sel-sel epitel lebih cepatmigrasinya untuk membentuk prosesepitelisasi (Carville, 2007).

Lingkungan luka yang lembab dapatdiciptakan dengan occlusive dressing/semi-occlusive dressing. Menurut Carville(2007) manajemen luka yang dilakukan ti-dak hanya melakukan aplikasi sebuah ba-lutan atau dressing tetapi bagaimanamelakukan perawatan total pada kliendengan luka.

Manajemen luka ditentukan dari peng-kajian klien, luka klien dan lingkungannya.Tujuan dari manajemen luka yaitu men-dukung pengendalian infeksi, membersihkan(debridement), membuang benda asing,mempersiapkan dasar luka, mempertahan-kan sinus terbuka untuk memfasilitasi draina-se, mempertahankan keseimbangan kelem-baban, melindungi kulit sekitar luka, mendo-rong kesembuhan luka dengan penyem-buhan primer dan penyembuhan sekunder.

Menjaga kelembaban atau metodemoisture akan melindungi permukaan lukadengan mencegah kekeringan (desiccation)dan cedera tambahan. Selain itu, balutantertutup juga dapat mengurangi risiko infeksi.Alasan perawatan luka dengan lingkunganluka yang lembab dapat membentuk fibri-nolisis yaitu fibrin yang terbentuk pada lukakronis dapat dengan cepat dihilangkan (fi-brinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalamsuasana lembab, kemudian juga terjadi

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 8: Efektivitas Metode Perawatam Luka Moisture Banlance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum

36 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

angiogenesis yaitu keadaan hipoksi padaperawatan tertutup akan lebih merangsanglebih cepat angiogenesis dan mutu pembuluhkapiler.

Angiogenesis akan bertambah denganterbentuknya heparin dan tumor nekrosisfaktor-alpha (TNF-alpha), kejadian infeksilebih rendah dibandingkan dengan pe-rawatan kering (2,6% vs 7,1%), pem-bentukan growth factors yang berperanpada proses penyembuhan dipercepat padasuasana lembab dan percepatan pemben-tukan sel aktif; invasi netrofil yang diikuti olehmakrofag, monosit, dan limfosit ke daerahluka berfungsi lebih dini. Berdasarkan pene-litian Winter tahun 1962, kelembaban padalingkungan luka akan mempercepat prosespenyembuhan luka. Dengan perawatan lukatertutup (occlusive dressing) maka keadaanyang lembab dapat tercapai. Dengandemikian, untuk menciptakan lingkunganyang lembab maka diperlukan pemilihanbalutan yang tepat.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanKondisi luka ulkus diabetikum

sebelum dilakukan perawatan moisturebalance dalam kategori sedang sebanyak(83,3%) dengan rerata 28,4 sedangkansetelah dilakukan perawatan moisturebalance dalam kategori baik (91,7%)dengan rerata 19,3, sehingga perawatan lukadengan metode moisture balance efektifterhadap penyembuhan luka ulkusdiabetikum (t hitung = 16,722 (> 2,201); pvalue 0,000 (< 0,005).

SaranPerawatan luka moisture balance

dijadikan standar perawatan lukakhususnya ulkus diabetikum, dan Klinik

FIKES UMM dapat mengembangkan ilmuterkait perawatan luka pada penangananluka lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Carville, K. 2007. Wound Care Manual(Terjemahan). Edisi 3. Silver:Australia.

Depkes, RI. 2000. Profil KesehatanIndonesia. Jakarta: DepartemenKesehatan RI.

Gitarja. 2000. Perawatan Luka Diabeti-kum. Edisi 2. Wocare Publising:Bogor.

Hadits Rasulullah SAW. Hadits riwayat AbuDawud dari Abu al Darda.

Morison, Moya, J. 2004. ManajemanLuka. (Alih Bahasa Tyasmono).EGC: Jakarta.

Nurhasan. 2002. Prosedur Penelitian. PTRineka Cipta: Jakarta.

Ovington LG. 2002. Evolusi ManajemenLuka: Asal-Usul Kuno dan Kema-juan dalam 20 Tahun Terakhir.Healthc Perawat Rumah, 20 (10).

Rainey, Joy. 2002. Wound Care: A Hand-book for Community Nurses.Whurr Publisher: Piladelphia.

Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam Jilid III. Edisi 4.Ilmu Penyakit Dalam FK-UI:Jakarta.

Tjokropawiro, A. 2007. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. AirlanggaUniversity Press: Surabaya.

Winter, GD. 1962. Formation of the scaband the rate of epithelializationsuperficial wounds in the skin of theyoun domestic pig. Nature, 193:293-294.

JKK 9

.1.2

013

SAY