efektivitas metode berdzikir dalam penanganan...

187
i EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh FAIZATUN 11111196 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

Upload: lammien

Post on 22-Aug-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA

DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2015

SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

FAIZATUN

11111196

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2015

ii

iii

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA

DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

FAIZATUN

11111196

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2015

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:

Nama : Faizatun

NIM : 11111196

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosyah skripsi guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Salatiga, 12 September 2015

Pembimbing

Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag NIP. 19570812 198802 2001

v

SKRIPSI

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN

PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN

SURYABUANA DESA BALAK, KECAMATAN PAKIS,

KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015.

DISUSUN OLEH :

FAIZATUN

NIM : 111 11 196

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agam Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.

Susunan Panitia Ujian

Ketua Penguji : Achmad Maimun, M.Ag. __________________

Sekretaris Penguji : Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. __________________

Penguji I : Drs. H. Imam Baihaqi, M.Ag. __________________

Penguji II : Drs. Juz’an, M.Hum. __________________

Salatiga, 21 September 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1 002

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Faizatun

NIM : 11111196

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri Di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Magelang, 12 September 2015

Yang menyatakan,

Faizatun 11111196

vii

MOTTO

$pkçJ­ƒr'»tƒ ߧ øÿZ9$# èpZÍyJôÜ ßJø9$# ÇËÐÈ ûÓÉëÅ_ ö‘$# 4’n<Î) Å7 În/u‘ ZpuŠÅÊ #u‘ ZpŠÅÊ ó�£D ÇËÑÈ

’Í?ä{ ÷Š$$sù ’Îû “ ω »t6Ïã ÇËÒÈ ’Í?ä{ ÷Š$#ur ÓÉLZy_ ÇÌÉÈ

Artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada

Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka

masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan

masuklah ke dalam surga-Ku”. (Q.S. Al Fajr: 28-30)

viii

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Allah

SWT. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu memberikan kasih

sayang, motivasi, dan dorongan dalam mengarungi lika-liku kehidupan ini. Yaitu

teruntuk:

1. Ibunda Sriyati dan Ayahanda Ahmad tercinta yang selalu mendo’akan penulis

dengan tulus, memberikan nasehat, pengorbanan yang tak terhingga baik

secara materiil maupun spiritual, you are my everything.

2. Guru-guruku semua khususnya Ibu Ny. H. Siti Zulaikho Al Hafidzoh, Bpk

Ky. H. Muhsin Al Hafidz dan Ibu Ny. H. Nur Laela Al Hafidzoh terimakasih

atas segala Ilmu yang telah diberikan.

3. Kakakku Muhammad Abdul Qofin dan adik-adikku Uswatun, Mahmudah,

Abdurrohman yang senantiasa memberikan semangat dan dukungannya.

4. Semua keluarga besarku yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan

khususnya tanteku Siti Salbiyah dan ponakanku Amalia.

5. Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag yang telah memberikan pengarahan serta

bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan segala Ilmu Pengetahuan yang

sangat berharga.

7. Staf karyawan-karyawati IAIN Salatiga.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 khususnya PAI E yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

9. Kakak-kakak kelas dan adik-adik kelas yang turut membantu dalam segala

hal.

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang

membawa kita kepada jalan yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan

hingga zaman yang penuh dengan Ilmu Pengatahuan.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, motivasi,

dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan ketulusan hati

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

memberikan motivasi, pengarahan, dukungan, bimbingan serta meluangkan

waktu dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan Ilmu Pengatahuan dan

pengalaman yang sangat berharga serta Staf-staf karyawan akademik IAIN

Salatiga yang selalu memberikan layanan dan bantuan kepada penulis.

x

6. Pihak Pondok Pesantren Suryabuana Magelang yang telah memberikan izin

dan meluangkan waktunya untuk penelitian skripsi.

7. Ibunda Sriyati dan Ayahanda Ahmad yang senantiasa mendo’akan,

mengarahkan dan mendukung baik secara materil maupun spiritual dengan

penuh keikhlasan dan kasih sayang.

8. Kakakku Muhammad Abdul Qofin, adik-adikku Uswatun, Mahmudah,

Abdurrohman serta semua keluarga besar yang senantiasa memberikan

semangat dan motivasi.

9. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya penulisan skripsi ini baik

secara langsung maupun tidak langsung hingga pada tahap selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat

membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan.

Selanjutnya semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca yang

budiman, bagi Nusa, Bangsa dan Agama, khususnya untuk penulis. Amiin.

Magelang, 11 September 2015 Penulis

Faizatun NIM. 11111196

xi

ABSTRAK

Faizatun. 2015. Efektifitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag.

Kata Kunci: Metode Berdzikir dan Problem Psikologis.

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang bernuansa Islam tidak hanya berkiprah dalam pendidikan dan keberagamaan saja, namun fungsi-fungsi lain juga sering menjadi tanggung jawabnya. Fungsi tersebut misalnya tindakan psikologis sekaligus religius untuk terapi berbagai gangguan kejiwaan remaja. Bertitik tolak dari situ, penulis bermaksud meneliti tentang Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Fokus penelitian yang ingin dikaji yaitu: (1) Bagaimana deskripsi tentang metode berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? (2) Bagaimana efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? apa saja faktor-faktor penghambat dan faktor pendukungnya?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen untuk mengecek validitas data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Metode berdzikir yang diterapkan di Pondok Pesantren Suryabuana adalah dzikir ala Thareqot Qodariyah wa Naqsabandiyah dengan mengamalkan dzikir Jahr (suara keras) dan dzikir Khoffi (dalam hati). Dengan dzikir tersebut dimaksudkan untuk melunakkan hati santri supaya menjadi lembut dan selalu ingat kepada Allah. (2) Metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat dikatakan efektif karena banyaknya perubahan yang terjadi pada santri setelah melewati masa-masa penanganan ditempat tersebut bahkan santri yang pernah ditangani oleh pihak pondok pesantren tersebut dapat sembuh total namun, ada sebagian dari mereka yang tidak dapat sembuh total karena penyakitnya yang sudah parah. Dalam prakteknya ditemui sejumlah hambatan yaitu sarana prasarana tempat khusus santri yang mengalami problem psikologis belum ada, terbatasnya dukungan dari orang tua, lemahnya motivasi untuk sembuh dari sebagian santri itu sendiri, dan belum maratanya kemampuan devisi Inabah dalam menangani santri. Sedangkan daya dukungnya adalah letak geografis yang relatif sejuk, adanya devisi Inabah yang menangani santri tersebut, sarana prasarana berupa masjid, pendopo, dan kolam untuk mandi taubat, dukungan masyarakat pada umumnya.

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vi

MOTTO ............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

ABSTRAK ......................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis ...................................................................... 7

2. Secara Praktis ....................................................................... 7

E. Penegasan Istilah

1. Efektivitas ............................................................................. 7

xiii

2. Metode Berdzikir .................................................................. 8

3. Penanganan ......................................................................... 10

4. Problem Psikologis ............................................................. 10

5. Santri ................................................................................... 11

6. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang .......................... 12

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 15

2. Kehadiran Peneliti .............................................................. 15

3. Lokasi Penelitian ................................................................ 16

4. Sumber Data ....................................................................... 16

5. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 17

6. Analisis Data ...................................................................... 18

7. Pengecekan Keabsahan Data .............................................. 19

8. Tahap-tahap Penelitian ....................................................... 20

G. Sistematika Penulisan ................................................................ 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Berdzikir

1. Pengertian Metode Berdzikir .............................................. 24

2. Macam-macam Dzikir ........................................................ 28

3. Tujuan Dzikir ...................................................................... 33

4. Kelebihan dan Keutamaan Berdzikir .................................. 39

B. Problem Psikologis

1. Pengertian Problem Psikologis ........................................... 45

xiv

2. Macam-macam Problem Psikologis ................................... 47

3. Karakteristik Orang yang Mengalami Problem

Psikologis ........................................................................... 55

4. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan

Problem Psikologis ............................................................. 60

BAB III PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana ............ 66

2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana .............................. 77

3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana ..... 84

4. Gambaran Informan ............................................................ 87

B. Temuan Penelitian

1. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang .......................................................... 88

2. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang .......................................................... 91

3. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ................. 100

4. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam

Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok

xv

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan

Pakis Kabupaten Magelang .............................................. 101

BAB 1V PEMBAHASAN

A. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang ............................................................... 104

B. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang ............................................................... 106

C. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ........................ 113

D. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam

Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang ............................................................... 115

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 117

B. Saran ........................................................................................ 120

C. Penutup .................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xvii

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. xvii

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I Jadwal Kegiatan Harian ............................................ 79

Tabel II Jadwal Kegiatan Khusus ............................................ 80

Tabel III Sarana Prasarana ............................................ 81

Tabel IV Susunan Pengurus ............................................ 82

Tabel V Mubaligh ............................................ 84

Tabel VI Daftar Nama Informan ............................................ 85

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi telah memberikan dampak yang beragam bagi

kehidupan manusia. Pada satu sisi era tersebut telah banyak memberi

kemudahan melalui penemuan-penemuan terkini, namun pada sisi lain era ini

juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan remaja. Terlebih karena

remaja dikenal sebagai usia yang masih labil sehingga kerusakan moral di

kalangan remaja semakin hari semakin meningkat dan semakin banyak terjadi

penyimpangan-penyimpangan perilaku dan perubahan tata nilai dalam

kehidupan masyarakat. Hal ini ternyata banyak menimbulkan degradasi moral

yang sudah sangat sulit untuk ditangani oleh para pakar pada umumnya.

Oleh karena itu banyak ditemukan problem-problem psikologis yang

terjadi pada remaja, seperti; depresi, stres atau penggunaan zat-zat adiktif dan

hilangnya semangat hidup. Kondisi tersebut tentu tidak hanya akan

membebani kehidupan remaja yang masih panjang, namun juga menjadi

problem tersendiri bagi orang tua. Hal itu dikarenakan anak adalah harta dan

kebanggaan bagi setiap orang tua yang tidak bisa di ukur nilainya. Karenanya

setelah orang tua mengetahui putra-putri mereka mengalami problem-

problem psikologis seperti yang tertulis diatas, orang tua akan mencari jalan

keluar bagi kesembuhan putra-putri mereka. Salah satu diantara solusi itu

adalah dengan memasukkan anak yang mengalami problem-problem

psikologis tersebut kedalam pondok pesantren.

2

Pondok pesantren Suryabuana adalah salah satu pondok pesantren

yang menangani orang-orang yang mengalami problem-problem psikologis.

Pondok Pesantren Suryabuana ini terletak di Desa Balak, Losari, kecamatan

Pakis, Kabupaten Magelang. Pondok Pesantren Suryabuana putri berada di

daerah rumah/ndalem (istilah pesantren) Kyai di Pondok Pesantren tersebut

dan di sebelah pendopo pondok tersebut. Santri yang menetap di pondok

pesantren ini kurang lebih ada 25 santri, akan tetapi jama’ah yang ada di

pondok pesantren ini ada ribuan orang dari berbagai manca negara. Santri-

santri di pondok pesantren ini biasa memanggil kyainya dengan sebutan

Kanjeng Syekh Sirullah. Karena Beliau masih keturunan kerajaan Mataram.

Beliau adalah Pengasuh di pondok pesantren tersebut serta termasuk salah

satu murid dari Pangersa Abah Anom atau Pengasuh pondok pesantren

Suryalaya Jawa Barat (Profil Pondok Pesantren Suryabuana).

Masjid yang berada di Pondok Pesantren Suryabuana di dirikan oleh

Ahmad Sirullah. Masjid tersebut diberi nama Masjid Surya Mustika Rahmat.

Masjid tersebut digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan seperti

beribadah, mengaji, berdiskusi, berthareqoh, dll. Masjid Surya Mustika

Rahmat merupakan mustika bagi para ikhwan khususnya dan masyarakat

pada umumnya. Selang beberapa bulan setelah pembangunan Masjid tersebut,

ada beberapa ikhwan dari beberapa daerah yang memasrahkan anaknya

kepada Ahmad Sirrulloh untuk mendapatkan pembinaan keagamaan yang

intensif. Satu anak, dua anak dan terus bertambah sehingga memerlukan

pemikiran untuk menempatkan mereka. Dengan pertimbangan yang masak

3

akhirnya dibangunlah kamar-kamar sederhana sebagai asrama bagi santri-

santri Putra di dekat Masjid Surya Mustika Rahmat.

Dekat pintu masuk menuju Masjid Surya Mustika Rahmat terdapat

sebuah menara yang masih dalam tahap pembangunan. Ahmad Sirrulloh

merencanakan pembangunan satu menara tersebut sebagai simbol keimanan

yang kuat dan kokoh serta tingginya cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai

oleh para ikhwan dan yang paling pokok adalah sebagai mi’rojul washiliin.

Dan atas saran dan perintah dari Pangersa Abah Anom maka menara tersebut

akan dibangun dengan ketinggian 27 M sebagai simbol hakekat. Peletakan

batu pertama pembangunan menara tersebut dilakukan oleh Ahmad Sirrulloh

pada tanggal 27 Juli 2003 M bertepatan dengan 23 Jumadil Ulaa 1424 H pada

pukul 21.00 WIB. Ahmad Sirrulloh memberi nama pada menara tersebut

“Menoro Kalimosodo” atau dalam bahasa Indonesia “Menara Kalimat

Syahadat”, yaitu tempat ditemukannya dan juga tempat bersinarnya

Laailahaillallah Muhammadurrosulullah. Adapun penggarapan dan

pembangunan menara, sampai saat ini baru sampai selesai tahap fondasi

(Profil Pondok Pesantren Suryabuana).

Selain menara, di sebelah barat masjid juga terdapat kolam/kamar

mandi yang biasa digunakan untuk mandi/kungkum (dalam bahasa jawa)

taubat kurang lebih pada jam 02.00 khusunya untuk santri-santri yang

mengalami problem-problem psikologis. Dalam keadaan kungkum tersebut,

dalam hati mereka diharuskan untuk berdzikir.

4

Pondok Pesantren Suryabuana menggunakan metode Penyadaran Diri

dalam menangani remaja-remaja yang mengalami problem-problem

psikologis seperti tersebut di atas. Maksud penyadaran diri disini yaitu

menanamkan kesadaran akan hubungan seorang hamba dengan Allah SWT.

Kesadaran diri tersebut dapat ditanamkan dengan berdzikir kepada Allah

SWT. Berdzikir adalah ibadah sunnah yang teramat mulia dan utama. Dzikir

adalah peringkat do’a yang paling tinggi, yang di dalamnya tersimpan

berbagai keutamaan dan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Bahkan

kualitas diri seseorang dihadapan Allah sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan

kualitas dzikir seseorang tersebut kepada-Nya (Munir dan Al-Fandi, 2008:

15).

Metode berzikir yang digunakan di pondok pesantren ini ada dua

macam, yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dimana dzikir jahr yaitu dzikir

yang melafalkan Laailahaillallah secara lisan dan lebih diutamakan untuk

mengeraskan lafal tersebut karena lafal yang keras dan dapat menyentuh hati,

berarti dapat menghapus kotoran-kotoran yang berada dalam hati. Sedangkan

dzikir khofi yaitu membaca Allahu Allah yang dilakukan secara terus menerus

dalam qalbu santri di setiap nafasnya.

Dalam perspektif Agama telah diajarkan “bahwa orang yang

melupakan Allah menyebabkan seseorang lupa akan dirinya dan segala

potensi kebaikan dirinya”. Dengan kata lain, jika kita lalai dari mengingat

Allah maka hal itu akan menyebabkan kita lupa akan fitrah kemanusiaan yang

agung dan mulia, lupa akan nilai kemanusiaannya, lupa akan tugas dan

5

tanggung jawab kita sebagai hamba. (Munir dan Al-Fandi, 2008: 19). Namun,

apabila selalu mengingat Allah, maka hatinya akan menjadi tenang dan

tentram sehingga orang tersebut tidak lupa dengan tanggung jawabnya

sebagai hamba Allah.

Hal itu sejalan dengan firman Allah SWT.

tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ’ûÈõuKôÜ s?ur Oßgç/qè=è% Ì�ø.É‹Î/ «! $# 3 Ÿw r& Ì�ò2 É‹Î/ «! $# ’ûÈõyJôÜs? Ü> qè=à)ø9$# ÇËÑÈ

Artinya:“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.” (ar-Ra’d :28)

Ayat diatas menjelaskan bahwa kedekatan kita kepada Allah akan

menghilangkan perasaan dari rasa takut. Sehingga apabila kita selalu

mengingat Allah dan berusaha untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya,

maka hati merasa tenang, tentram dan jauh dari kecemasan sehingga tidak

akan timbul problem-problem psikologis.

Untuk itu penulis menganggap bahwa masalah kaitan agama dan

ketenangan jiwa penting untuk diteliti dan di publikasikan sebagai motivasi

bagi mereka yang mempunyai masalah supaya dapat menyelesaikannya

secara mudah karena keunikan di Pondok Pesantren tersebut, berdasarkan

latar belakang dan sedikit paparan pendek diatas penulis mengambil judul

sebagai berikut, “EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM

PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK

PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS

KABUPATEN MAGELANG”.

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Metode Berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?

2. Bagaimanakah efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? apa saja faktor-faktor

penghambat dan faktor pendukungnya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,

1. Mengetahui Bagaimanakah metode berdzikir di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.

2. Mengetahui Bagaimanakah Efektivitas Metode Berdzikir dalam

Penanganan Problem Psikologis di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan mengetahui apa saja

yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung dalam

penanganan tersebut.

7

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Memberikan kejelasan secara teoritis tentang efektifitas metode

berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di pondok

pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang.

b. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan di dunia pendidikan

dalam hal penanganan problem psikologis.

c. Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di

IAIN Salatiga.

2. Secara Praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis mengenai efektivitas metode

berdzikir pada penanganan problem psikologis santri di pondok

pesantren Suryabuana Pakis, Magelang.

b. Untuk memberikan masukan atau motivasi dalam penanganan

problem psikologis pada masyarakat sekitar.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam

penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah

pokok, yakni:

1. Efektivitas

Efektivitas yaitu suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Dengan kata lain bahwa sesuatu dapat dikatakan efektif apabila terdapat

8

keberhasilan yang maksimal dalam menjalankannya. Efektivitas dalam

penelitian ini yaitu suatu keberhasilan dalam menangani orang-orang

yang mengalami problem-problem psikologis dengan metode berdzikir.

Sehingga mereka dapat sembuh seperti semula bahkan tingkat

keagamaan mereka menjadi lebih baik.

2. Metode Berdzikir

Terdapat beberapa pengertian tentang dzikir. Dzikir adalah

ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan

dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Tuhan

dan membersihkannya dari pada sifat-sifat yang tidak layak untuknya,

selanjutnya memuji dangan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan

dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan

kebesaran dan kemurnian (Aboe Bakar, 1996: 276).

Sedangkan Subandi berpendapat dalam bukunya “ Psikologi

Dzikir” bahwasannya dzikir adalah suatu bentuk kesadaran yang

dimiliki oleh seorang makhluk akan hubungan yang menyatukan

seluruh kehidupannya dengan Sang Pencipta (Subandi, 2009: 33).

Amaliah dzikir dapat dibagi menjadi dua. Pertama, dzikir yang

dipahami dan dilaksanakan oleh orang muslim pada umumnya. Disini

dzikir dianggap sebagai ibadah sunnah yang dilaksanakan setelah

sholat lima waktu dalam bentuk kegiatan pengajian berjamaah. Kedua,

amalan dzikir yang dilaksanakan oleh umat Islam yang tergabung

9

dalam kelompok tarekat atau sufi sebagai kelompok “mistik” dalam

Islam (Subandi, 2009: 34).

Firman Allah S.W.T dalam Al Qur’an :

�ä.øŒ$#ur š� ­/§‘ ’Îû š�Å¡ øÿtR %Yæ•Ž|Ø n@ Zpxÿ‹Åz ur tbrߊur Ì�ôgyf ø9$# zÏB ÉA öqs)ø9$#

Íir߉äóø9$$Î/ ÉA $|¹ Fy $#ur Ÿw ur `ä3s? zÏiB tû,Î#Ïÿ»tóø9$# ÇËÉÎÈ

Artinya: “Dan berdzikirlah (Ingatlah Rabb-mu) dalam hatimu dengan rendah hati penuh rasa takut, dengan suara perlahan – lahan di waktu pagi dan petang hari, dan janganlah menjadi orang – orang yang lalai” (Q.S. Al A’raf : 205)

ى ى ب بد ع ن د ظ ن نا ع ى, ا ن كر اذ ذ ھ ا ع نا م ا و

Artinya: “Aku senantiasa berada di samping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat kepada-Ku” (H.R. Bukhori dan Muslim) (Hawari, 1998: 8).

Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, do’a dan dzikir

mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Psikoreligius

tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik,

karena ia mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang

membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme (harapan

kesembuhan). Dua hal ini yaitu rasa percaya diri (self confident) dan

optimisme, merupakan dua hal yang sangat esensial bagi

penyembuhan suatu penyakit disamping obat-obatan dan tindakan

medis yang diberikan (Hawari, 1998: 8).

Metode atau suatu cara yang digunakan dalam penanganan

problem psikologis dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan

Metode Dzikir khofi dan Dzikir Jahr. Dimana dzikir jahr yaitu dzikir

yang melafalkan Laailahaillallah secara lisan dan lebih diutamakan

10

untuk mengeraskan lafal tersebut karena lafal yang keras dan dapat

menyentuh hati, itu berarti dapat menghapus kotoran-kotoran yang

berada dalam hati. Sedangkan dzikir khofi yaitu membaca Allahu

Allah yang dilakukan secara terus menerus dalam qalbu individu itu

sendiri di setiap nafasnya.

3. Penanganan

Suatu cara yang dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah.

Penanganan dalam penelitian ini mempunyai maksud untuk

menyembuhkan orang-orang atau santri yang mengalami gangguan

kejiwaan seperti setres, depresi, gila, pecandu narkoba dan obat-

obatan terlarang menurut syariat Islam.

4. Problem Psikologis

Definisi-definisi Problem Psikologis menurut para ahli, yaitu:

1. Menurut Jaelani, problem psikologis/gangguan kejiwaan berarti

kumpulan dari keadaan tidak yang normal, baik yang

berhubungan dengan kejiwaan maupun jasmani (Jaelani, 2001:

81).

2. Menurut Fattah, problem psikologis adalah sifat dan sikap dalam

hati yang buruk, yang cenderung mendorong pribadi melakukan

perbuatan-perbuatan tercela dan merusak serta merintangi pribadi

memperoleh keridhaan Allah SWT (Fattah, 1984: 11).

3. Menurut Zakiyah, problem psikologis adalah kumpulan dari

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan

11

dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan ini dapat

dibagi menjadi dua golongan, yaitu gangguan jiwa (neurose) dan

sakit jiwa (psychose) (Daradjat, 1983: 33). gangguan jiwa

(neurose) dan sakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak

mampunya orang menghadapi kesukaran – kesukarannya dengan

wajar, atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi

yang dihadapinya (Daradjat, 1983: 24).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa Problem Psikologis adalah kumpulan dari suatu keadaan-

keadaan yang tidak normal, baik secara fisik maupun mental

seseorang. sehingga orang tersebut tidak mampu untuk mengendalikan

dirinya sendiri ketika bertingkah laku dan segala aktivitas-aktivitas

individu tersebut terganggu karena tidak seperti kehendaknya sendiri.

Sehingga dengan keadaan seperti itu bisa membahayakan dirinya

sendiri dan orang lain yang berada di sekitarnya.

5. Santri

Kata santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Cantrik yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru

kemana guru ini menetap (Madjid, 1997 : 20). Maksud dari mengikuti

seorang guru yaitu untuk menuntut ilmu keagamaan yang lebih

mendalam seperti halnya mempelajari Al Qur’an dan kitab-kitab

kuning. Santri-santri tersebut biasanya tinggal bersama dengan

12

gurunya di suatu lembaga tertentu yang sering disebut dengan Pondok

Pesantren.

6. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang

a. Pondok Pesantren

Dalam pemakaian sehari-hari, istilah peantren bisa disebut

dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok

pesantren. Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna

yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi

penginapan santri sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda

antara pondok dan pesantren.

Terdapat beberapa definisi pondok pesantren menurut para

ahli, diantaranya yaitu,

1. Menurut zamakhsyari, Pondok Pesantren adalah sebuah

asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya

tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau

lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”

(zamakhsyari, 1978: 44).

2. Menurut M Arifin, Pondok Pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui oleh

masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana

santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem

pengajian atau madrasyah yang sepenuhnya berada di bawah

kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang

13

kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta

independen dalam segala hal (Abd. Muin, dkk, 2007: 16).

3. Menurut Madjid, Pondok Pesantren yaitu lembaga yang bisa

dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan

sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak

hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga

mengandung makna keaslian indonesia (indigenous). Sebab,

lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada

sejak pada masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam

tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan

yang sudah ada (Madjid, 1997: 3).

4. Menurut lembaga research Islam (pesantren luhur), pesantren

adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam

menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat

berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar, 2010: 2).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa

pondok pesantren merupakan sebuah asrama atau tempat tinggal

santri-santri yang sedang menuntut ilmu keagamaan kepada kyai

atau ustadz/ustadzahnya di lingkungan kediaman kyainya.

Sehingga memberi kemudahan kepada kyai untuk pemantaun

santri-santrinya dalam perkembangan pembelajarannya dan

tingkah laku santri tersebut.

14

b. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang

Pondok Pesantren Suryabuana Magelang merupakan suatu

lembaga keagamaan pondok pesantren yang berada di Desa

Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Di Pondok

Pesantren ini yang telah mengajarkan santri-santrinya untuk

mendalami ilmu keagamaan seperti halnya pondok-pondok

lainnya. Akan tetapi terdapat keunggulan tersendiri di pondok

pesantren Suryabuana karena seorang kyai di pondok pesantren

ini dapat membantu menyembuhkan orang-orang yang

mengalami gangguan kejiwaan hingga sembuh seperti semula. Di

pondok pesantren ini tidak mengajarkan teori-teori pembelajaran

keagamaan seperti di pondok-pondok pesantren yang lain, akan

tetapi langsung praktek syariat Islam dengan menggunakan

metode thariqoh qodariyah wanaqsabandiyah dari ilmu-ilmu

agama Islam yang telah di dapat pada waktu sebelumnya.

Kyai atau kanjeng (sebutan kyai di pondok tersebut)

mengunakan beberapa metode dalam proses penyembuhan orang

yang mengalami problem-problem psikologis tersebut. Salah

satunya dengan menggunakan metode berdzikir.

Penyembuhan dengan metode seperti inilah yang menjadi

menarik untuk diteliti dan dikembangkan sebagai pengetahuan

dalam penanganan problem-problem psikologis sehingga tidak

15

terdapat kesalah pahaman dalam penanganan orang-orang yang

mengalami problem-problem psikologis.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(Moloeng, 2011: 4).

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam

hal ini penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan

sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-

buku yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif

kualitatif maka kehadiran peneliti di kancah menjadi mutlak adanya.

Karena dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi “key instrumen” atau

alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau

wawancara. Selain itu guna menunjang perolehan informasi yang valid,

peneliti menggunakan alat rekam atau kamera, dan peniliti tetap

memegang peranan utama sebagai alat penelitian.

16

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Suryabuana Pakis,

Magelang dengan alasan belum pernah ada yang melakukan penelitian

serupa di Pondok Pesantren tersebut. Alasan lain yaitu ketertarikan

penulis terhadap fenomena keagamaan yang terjadi pada santri di pondok

pesantren tersebut yang notabene adalah bukan santri-santri yang normal

seperti yang lainnya.

4. Sumber Data

Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”.

Penulis mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar

sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yakni:

a. Sumber Data Primer (utama)

Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung

mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan

dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42). Merupakan sumber pokok

yang memuat ide-ide awal tentang suatu bahan kajian. Dalam hal ini

yang menjadi sumber data utama adalah pengasuh, pengurus dan

santri di Pondok Pesantren Suryabuana. Untuk menggali data tentang

kegiatan keagamaan santri, metode yang dipakai dalam penanganan

problem-problem psikologis, serta hambatan dan daya dukung dalam

proses penanganan problem-problem psikologis santri di Pondok

Pesantren Suryabuana tersebut.

17

b. Sumber Data Sekunder (pendukung)

Sumber data pendukung merupakan data-data yang

digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang

didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Sumber

data pendukung di sini adalah buku-buku yang terkait

keefektivitasan, metode berdzikir, dan penanganan problem-problem

psikologis. Selain itu, alumni santri yang mengalami problem

psikologis di pondok pesantren tersebut juga menjadi sumber data

pendukung yang akan melengkapi kajian pustaka di atas.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara :

a. Wawancara

Wawancara yaitu suatu proses interaksi dan komunikasi yang

bertujuan mendapatkan informasi dengan cara bertanya jawab

langsung kepada responden. Penulis akan melakukan wawancara

kepada pengasuh, pengurus dan santri di pondok pesantren

Suryabuana. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi tentang

model keefektivan metode berdzikir dalam penanganan problem

psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Magelang.

Secara garis besar terdapat dua macam pedoman wawancara,

yaitu Pedoman wawancara tidak terstruktur dan terstruktur. Pedoman

wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya

membuat garis besar yang akan ditanyakan sedangkan Pedoman

18

wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun

secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara

tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai

(Arikunto, 2010: 270). Penelitian ini menggunakan kedua pedoman

wawancara tersebut sebagai validitas temuan penelitian.

b. Observasi atau pengamatan

Pengamatan terhadap situasi yang terjadi di lokasi penelitian.

Pengamatan dilakukan sebagai pembuktian atas keterangan atau

informasi yang didapatkan dari wawancara.

c. Dokumentasi

Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta dan data

tersimpan dalam bahan penelitian yang bisa berbentuk gambar foto,

video atau rekaman wawancara, naskah, atau berkas-berkas dan

dokumentasi pendukung lainnya. Seluruhnya dapat digunakan

sebagai penguat seluruh informasi.

6. Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor 1992) adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

19

a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya

dalam bentuk uraian atau laporan terinci.

b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk

dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja,

difokuskan pada hal-hal yang penting.

c. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari

makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk

menjawab tujuan penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah

benar-benar valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperoleh untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut

(Moleong, 2008: 330). Ada empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

triangulasi dengan sumber. Yaitu peneliti akan mengecek kebenaran data

atau informasi yang diperoleh dengan data-data atau informasi dari

sumber yang lain sehingga data yang diperoleh peneliti terdapat dari

berbagai pihak agar terhindar dari subyektivitas.

20

8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melalui empat tahap

sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok

pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada

pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian, dilanjutkan

penyelesaian perijinan lokasi penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi penelitian. Pada tahap ini

penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian tersebut di

lakukan.

c. Tahap analisis data

Meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi,

dokumentai dan wawancara mendalam dengan pengasuh, pengurus,

dan santri di pondok pesantren.

d. Tahap penulisan laporan

Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian makna.

Selain itu peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing guna

penyusunan laporan selengkapnya.

21

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka

dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang

dimaksud adalah:

Bab I : Pendahuluan, Meliputi:

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Penegasa Istilah

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka, Meliputi:

A. Metode Berdzikir yang pembahasannya meliputi:

1. Pengertian Metode Berdzikir

2. Macam-macam Dzikir

3. Tujuan Dzikir

4. Kelebihan dan Keutamaan Berdzikir

B. Problem Psikologis

1. Pengertian Problem Psikologis

2. Macam-macam Problem Psikologis

3. Karakteristik orang yang mengalami problem psikologis

22

4. Efektivitas metode berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis

Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

A. Paparan Data:

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana

2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana

3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana

4. Gambaran Informan

B. Temuan Penelitian

5. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten

Magelang

6. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang

7. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

8. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam

Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten

Magelang

23

Bab IV: Pembahasan, yang berisi tentang :

1. Bagaimana Metode Berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana

Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.

2. Bagaimana efektivitas metode berdzikir dalam penanganan

Problem Psikologis di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Apa saja faktor-

faktor penghambat dan faktor pendukungnya.

Bab V : Penutup, Meliputi:

A. Kesimpulan

B. Saran

C. Penutup

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Berdzikir

1. Pengertian Metode Berdzikir

Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasa Yunani

methodos. Kata methodos merupakan gabungan dari kata depan meta

yang berarti “menuju, melalui, mengikuti, sesudah” dan kata benda hodos

yang artinya “jalan, perjalanan, cara, arah” (Kesuma, 2007: 1). Secara

harfiah, metode berarti “cara atau jalan” (Hasan dan koentjaraningrat,

1979:16).

Sedangkan menurut terminologi, terdapat beberapa definisi metode

menurut para ahli, Menurut Widyatmini dan Izzati, metode berarti suatu

tata kerja yang dapat mencapai tujuan secara efisien (Widyatmini dan

Izzati, 1991: 1). Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian.

Metode dapat pula dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap

permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian (Maslikhah, 2013:

66). Metode adalah seperangkat pendekatan yang menyeluruh untuk

mengumpulkan data dan menganalisis masalah-masalah tertentu

(Mikkelsen, 2003: 313). Metode adalah suatu aturan dan tata cara serta

kaidah-kaidah dalam mencapai tujuan (Daniel, 2002: 36).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

metode adalah jalan atau cara-cara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

25

Metode dalam penelitian ini yaitu suatu cara untuk mencapai penanganan

problem-problem psikologis yang efektive dengan berdzikir.

Dzikir secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab ر ك yang ذ

berarti mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,

mengenal atau mengerti (Syukur, 2004: 45). Sedangkan secara

terminologi dzikir sering dimaknai sebagai suatu amal ucapan atau amal

qauliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah.

Berdzikir kepada Allah adalah suatu rangka dari rangkaian Iman dan

Islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa dari Al Qur’an dan

sunnah. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyaknya ayat Al Qur’an dan

hadis Nabi SAW yang menyinggung dan membahas masalah dzikir.

Al Qur’an memberi petunjuk bahwa dzikir itu bukan hanya ekpresi

daya ingatan yang ditampilkan dengan bacaan-bacaan lidah sambil duduk

merenung, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif dalam

berbagai variasi yang aktif dan kreatif (Munir dan Al-Fandi, 2008: 11).

a. Al Qur’an menjelaskan dzikir berarti membangkitkan daya ingatan:

Dengan mengingat Allah, hati orang-orang yang beriman menjadi tenang. Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. (QS Ar-Ra’d: 28)

Sebagaimana diketahui bahwa dengan hati yang tenang secara

otomatis akan membangkitkan daya ingat.

26

b. Dzikir berarti pula ingat akan hukum-hukum Allah:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran, dan kemungsuhan. Dan memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dzikir (mengambil pelajaran). (QS An-Nahl: 90)

c. Dzikir juga mengambil pelajaran atau peringatan:

Allah memberikan hikmah kepada orang atau siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal (ulul albab). (QS Al-Baqarah: 269)

d. Dzikir bisa diartikan meneliti proses alam:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan saling bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan

27

mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka. (QS Ali Imran: 190-191)

Demikian kurang lebih arti dzikir yang dapat ditangkap dari Al

Qur’an. Allah membentuk akselerasi mulai dari renungan, sikap,

aktualisasi sampai pada kegiatan memproses alam.

Selain definisi-definisi tersebut, banyak para ahli yang

mendefinisikan dzikir, diantaranya: Dzikir adalah senantiasa dan terus

menerus mengingat Allah, sebagai metode paling efektif untuk

membersihkan hati dan mencapai kehadiran Ilahi (Valiuddin, 1997: 84).

Dzikir adalah setiap aktivitas yang dapat mengantarkan kita untuk teringat

dan mengingat Allah (Munir dan Al-Fandi, 2008: 15). Dzikir artinya

mengingat Allah atau menyebut nama Allah (Syafi’i, 2011: 34). Dzikir

adalah upaya untuk selalu mengingat Allah SWT dengan mengucapkan

kalimat thayibah (Subhanallah, Alhamdulillah, la ilaha illallah dan

Allahu Akbar) (Jamil, 2005: 67). Dzikir adalah ucapan yang dilakukan

dengan lidah atau mengingat akan Tuhan dengan hati, dengan ucapan atau

ingatan yang mempersucikan Tuhan dan membersihkannya dari pada

sifat-sifat yang tidak layak untuknya, selanjutnya memuji dangan puji-

pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-

sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian (Aboe Bakar, 1996:

276).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

dzikir adalah upaya untuk mengingat Allah dengan mengucapkan amalan-

28

amalan tertentu menuju hati yang bersih. Dzikir dalam penelitian ini yaitu

upaya untuk selalu mengingat Allah dengan mengucap Asma Allah dan

do’a-do’a yang lainnya guna membersihkan hati dan jiwa sehingga

terhindar dari gangguan kejiwaan.

2. Macam-macam Dzikir

Dzikir kepada Allah ada dua macam: wajib dan sunnah. Kita wajib

mengingat Allah dalam tiga situasi.

Yang pertama adalah ketika kita melihat makhluk, kita harus

mengingat khaliknya. Apabila kita melihat ciptaan, kita harus menyadari

kekuatan dan kebijaksanaan Tuhan yang tidak terbatas. Kita harus

memandang Allah sebagai sumber segala anugerah dan seharusnya kita

tidak menyia-nyiakan cinta-Nya yang ditanamkan ke hati kita. Sebagai

tingkatan pertama mengenal Allah, dzikir seperti ini adalah kewajiban.

Yang kedua apabila manusia telah mengenal Allah pada tingkat wajib dan

mulai mencintai-Nya dan mengabdi kepada-Nya maka dzikir yang terus

dilakukan menjadi sunnah baginya. Artinya, di sunnahkan kepadanya agar

setiap kali melihat makhluk, ia selayaknya mengingat Penciptanya. Setiap

kali ia melihat suatu karunia, haruslah ia menganggapnya sebagai hadiah

dari Allah. Dan dengan begitu, ia tak akan melupakan Allah. Dzikir

semacam ini tergolong ibadah yang paling baik. Banyak ayat Al Qur’an

yang menekankan ibadah ini, seperti dalam Qur’an Surat Ali Imran: 191

yang telah dijelaskan diatas.

29

Dzikir tidak hanya yang diucapkan dengan lidah saja, tetapi

kondisi mengingat Allah sepanjang waktu. Sejalan dengan itu Al Qur’an

menyebutkan:

وا ر ك اذ و ذ إ م ك ل ع اء ج ف ل ن خ م ع اد د ب ع م ك أ و ب ي و ف ض ر ون األ ذ خ ن تت ا م ھ سھول

ا ور ص ون ق ت ح تن ال و ب ج ا ال بیوت وا ر ك اذ آالء ف ال هللا ا و و ث في تع ض ر ین األ د س ف م

Artinya: “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan” (QS Al A’raaf: 74)

Ayat ini menunjukkan jika ada dzikir kepada Allah dilakukan

maka tak ada kejahatan dan apabila tak ada dzikir maka tentulah ada

kejahatan. Kehancuran itu pasti, dan lalai dalam mengingat Allah adalah

kehancuran itu sendiri (Shirazi, 2009: 206-207).

Bagi umat Islam yang mengikuti suatu kelompok tarekat atau

kelompok sufi atau kelompok mistik yang lain, amalan dzikir dipandang

sebagai suatu bentuk latihan rohani atau spiritual untuk dapat

mendekatkan diri kepada Allah. Dalam pengertian itu, amalan dzikir

dilaksanakan dengan menggunakan teknik tertentu yang mirip dengan

latihan meditasi di dalam tradisi agama lain.

Ada dua macam metode berdzikir yang umum dilakukan

dikalangan sufi, yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dzikir jahr juga disebut

sebagai dzikir lisan, di mana orang membaca kalimat-kalimat dzikir

secara lahiriah dengan suara yang jelas (kadang cukup keras). Sebaliknya,

30

dzikir khofi atau disebut juga dzikir qolbi dilakukan dengan menyebut

nama Allah berulang-ulang secara batiniah di dalam hati, jiwa, dan ruh.

Sebagian kelompok sufi melaksanakan dzikir jahr disertai dengan

gerakan-gerakan tubuh yang ritmis seperti yang dilaksanakan oleh

pengikut tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Pesantren Suryalaya di

Tasikmalaya. Sementara itu dalam melaksanakan dzikir khofi sebagian

menggunakan konsep badan halus (latifah) yang mirip dengan konsep

chakra dalam tradisi meditasi (Subandi, 2009: 35).

Dzikir terbagi atas tiga tingkatan (Mustafa, 1976: 65-66):

a. Dzikir lisan : Laa Ilaha Illallaah.

Setelah terasa meresap pada diri, terasa panasnya dzikir itu ke

tiap-tiap helai bulu roma di badan, dzikir itu mulanya pelan-pelan

makin lama makin cepat.

b. Dzikir Qalbu atau hati : Allah, Allah.

Mula-mulanya mulut berdzikir diikuti hati, kemudian dari ke

mulut, lalu lidah berdzikir sendiri, dengan dzikir tanpa sadar, akal

pikiran tidak jalan lagi, melainkan terjadi sebagai Ilham yang tiba-tiba

Nur Ilaahi dalam hati memberitahukan : Innany Anal Laahu, yang

naik ke mulut mengucapkan: Allah, Allah.

c. Dzikir Sir atau Rahasia: “Hu”

Biasanya sebelum naik ke tingkat dzikir ini orang sudah “fanna”.

Bentuk dzikir yang lain yaitu dengan aktifitas sosial, yakni

dengan menginfakkan sebagian harta untuk kepentingan sosial,

31

melakukan hal-hal yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara

serta agama. Dzikir ini merupakan refleksi dari dzikir lisan dan dzikir

hati. Dzikir sosial ini manfaatnya lebih kelihatan daripada bentuk dzikir

lisan dan hati. Jika dzikir lisan dan hati hanya bersifat individual, maka

dzikir ini lebih bersifat sosial, mempunyai kepedulian dan kepekaan sosial

kemasyarakatan. Dan model dzikir ini yang paling banyak disinggung

dalam al-Qur’an (Amin, 2004: 49).

Dengan demikian, maka dzikir kepada Allah secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi empat bentuk atau macam, hal ini di dasarkan

pada aktivitas apa yang digunakan untuk mengingat Allah SWT:

a. Dzikir Pikir (Tafakkur)

Al Qur’an menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang

paling unggul, paling mulia derajat dan kedudukannya , yang telah

diciptakan dengan bentuk dan susunan tubuh yang sangat baik dan

sempurna (sebaik-baik bentuk).

Allah berfirman dalam Surat At-Tin ayat 4:

Artinya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At-Tin: 4).

Sebagai makhluk yang paling baik dan unggul, maka Allah

menganugerahinya berbagai potensi yang luar biasa. Dan salah satu

dari sekian banyak potensi manusia adalah potensi kecerdasan yaitu

kemampuan untuk berfikir. Sesungguhnya kecerdasan merupakan

32

potensi yang hanya dimiliki oleh manusia, sebagai karunia Allah

kepada manusia. Oleh karena itu, melalui Al Qur’an Allah

memerintahkan agar manusia memelihara dan memanfaatkan potensi

tersebut dengan sebaik-baiknya, untuk memahami, berfikir dan

memikirkan tentang segala sesuatu, termasuk untuk berfikir dan

memikirkan tentang fenomena alam, merenungkan, dan menelaah Al

Qur’an dan diri manusia sendiri.

Berfikir dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi,

bahtera yang luas dan membawa berbagai hal yang bermanfaat bagi

kehidupan kita, memikirkan tentang diri kita sendiri sebagai sosok

makhluk dan hamba Allah yang diciptakan dengan teramat indah dan

sempurna, merenungkan dan memikirkan makna serta kandungan Al

Qur’an adalah bentuk dari dzikir kepada Allah, yakni dzikir fikir.

b. Dzikir dengan Lisan atau ucapan

Dzikir lisan dapat dimaknai dengan dzikir yang diucapkan

dengan lisan dan dapat didengar oleh telinga. Menyebut dan

mengingat Allah dengan lisan dapat dibedakan menjadi dua macam,

yakni dzikir yang dilakukan dengan suara yang pelan (sirr) atau

berbisik (hams) dan dzikir yang dilaksanakan dengan suara yang keras

dan bersama-sama (jahr). Dzikir dengan cara ini sangat baik bagi

pemula sebab dengan menyebut dan mengingat nama Allah dengan

lisan, maksudnya diucapkan dengan lisan dan dapat didengar telinga

orang yang bersangkutan dapat membantunya untuk menghilangkan

33

dan menghapuskan hal-hal lain yang melintas dalam pikiran selain

Allah.

c. Dzikir dengan Hati atau Qalbu

Dzikir qalbu adalah aktivitas mengingat Allah yang dilakukan

dengan hati atau qalbu saja, artinya sebutan itu dilakukan dengan

ingatan hati. Dzikir qalbu juga dapat dimaknai melaksanakan dzikir

dengan lidah dan hati, maksudnya lidah menyebut lafal tertentu lafazh

dzikir, dengan suara yang pelan dan hati mengingat dengan meresapi

maknanya. Dzikir dengan hati adalah dzikir yang sangat baik dan

utama, karena dzikir dengan cara ini dapat mengantarkan kita untuk

lebih khusyuk, terhindar dari bahaya riya’ dan akan memberikan

kesan yang mendalam.

d. Dzikir dengan Amal Perbuatan

Yang dimaksud dengan dzikir amal disini adalah setiap

perbuatan atau aktivitas seseorang yang baik dan dapat

mengantarkannya untuk teringat kepada Allah SWT. Dzikir amal juga

dapat diartikan sebagai tindakan yang didasarkan pada aturan dan

ketentuan Allah (Munir dan Al-Fandi, 2008: 22-32).

3. Tujuan Dzikir

Tujuan utama dalam melakukan dzikir adalah untuk mendekatkan

diri kepada Allah melalui pencapaian kondisi jiwa yang penuh dengan

kepasrahan, penyerahan diri, atau ikhlas kepada Allah. Kondisi ini dapat

dicapai ketika seseorang dapat melaksanakan dzikir diseluruh tubuh. Hal

34

itu berarti bahwa seluruh bagian tubuh, bahkan seluruh sel-sel dalam

tubuh ikut mengucapkan nama Allah (Subandi, 2009: 42).

Ada banyak cara yang dilakukan untuk berdzikir dalam

pencapaian tujuan tersebut. Membaca ayat-ayat dalam kitab suci Al

Qur’an merupakan bentuk dzikir yang paling umum. Sebagian kaum

muslim berdzikir dengan menyebut nama Allah berulang-ulang, baik ismu

dzat (nama Allah), maupun nama-nama yang baik dan indah (asma-ul-

husna) (Subandi, 2009: 34). Adapun bacaan-bacaan dzikir yang sering

diamalkan oleh Rasulullah saw. Dan telah masyhur di kalangan para

ulama serta paling banyak diamalkan umat Islam diseluruh belahan dunia,

diantaranya adalah lafal-lafal Al-Baqiyyatush-Shalihah, Istighfar,

Isti’adzah, Basmalah, Hasbalah, Asma’ul Husna dan dzikir dengan

membaca serta memikirkan ayat-ayat Allah, baik ayat qauliyah (Al

Qur’an) maupun ayat kauniyah (alam semesta) (Munir dan Al-Fandi,

2008: 67-105).

a. Al-Baqiyyatush-Shalihah

Al-Baqiyyatush-Shalihah merupakan bacaan dzikir yang sangat

mulia dan memiliki banyak keistimewaan, setengah diantara

keutamaan dan keistimewaan bacaan ini telah dijelaskan Nabi saw.

Dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar

katanya, bahwa Rasulullah pernah bersabda:

Al-Baqiyyatush-Shalihah adalah “La ilaha illallah wa subhanallah wallahu akbar wal hamdulillah wa la hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim” (Tiada Tuhan selain Allah. Maha Suci Allah. Allah Maha Besar. Segala Puji Bagi Allah tiada

35

daya kekuatan selain dengan (izin) Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung). Tidak seorangpun yang mengatakannya (membacanya) melainkan akan diampuni dosa-dosanya walaupun seperti buih di lautan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dikatakan dalam hadist di atas bahwa siapapun diantara

kita yang bersedia berdzikir dengan membaca Al-Baqiyyatush-

Shalihah maka Allah akan mengampuni segala dosa dan kesalahan

yang pernah kita perbuat sebanyak dan sebesar apapun dosa itu.

Bahkan seandainya dosa kita itu lebih banyak dari banyaknya pasir

dan buih dilautan, namun jika kita bersedia berdzikir kepada Allah

dengan membaca Al-Baqiyyatush-Shalihah, maka Allah akan

melimpahkan ampunan kepada kita.

Lafazh Al-Baqiyyatush-Shalihah terdiri atas lima bacaan

dzikir, yaitu bacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan al-hauqalah.

Berikut bacaan-bacaannya:

1) Membaca Tasbih

هللا ان بح س

Subhanallah

Artinya: “Maha Suci Allah”

2) Membaca Tahmid

د م ح ال

Alhamdulillah

Artinya: “Segala puji bagi Allah”

36

3) Membaca Tahlil

هللا ال إ ھ ل الإ

Laa ilaaha illallaahu

Artinya: “ tiada Tuhan kecuali Allah”

4) Membaca Takbir

ر ب ك أ هللا

Allahu Akbar

Artinya: “ Allah Maha Besar”

5) Membaca Hauqollah

ا ب ال ة إ و الق و ل و الح

Laa haula walaa quwwata illaa billaah

Artinya: “Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali kepunyaan Allah”.

b. Istighfar (mohon ampunan)

Istighfar dapat dimaknai dengan menundukkan hati, jiwa, dan

pikiran kepada Allah seraya memohon ampunan terhadap-Nya dari

segala dosa dan salah yang telah kita lakukan, baik dosa dan kesalahan

yang dilakukan dengan sengaja maupun dosa yang disebabkan karena

lupa. Istighfar atau memohon ampun kepada Allah merupakan bacaan

dzikir yang sangat baik, yang sekaligus sebagai do’a kepada Allah,

yakni permohonan agar segala salah dan dosa yang telah kita lakukan

dapat diampuni oleh Allah. Adapun lafazh istighfar cukup beragam, di

antaranya:

37

1) یم ظ ع ال هللا ر ف تغ س أ

Astaghfirullaahal’adziim.

Artinya: “ Saya mohon ampun pada Allah yang Maha Agung”

یم (2 ح ر ر و ف غ هللا إن هللا ر ف تغ أس

Astaghfirullah Innallaha Ghofuurur Rahiim

Artinya: “Aku mohon ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

یھ (3 إل ب و أت و م یو ق ال ي ح ال ھو إال ھ ى ال إل ذ ال یم ظ ع ال هللا ر ف تغ أس

Astaghfirullah al-Azhim alladzi laailaha Illaa Huwal Hayyul Qoyyuum wa Atuubu Illayhi Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung sesungguhnya tiada Tuhan selainAllah, yang Maha Kekal dan mengurusi makhluk-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya. Atau dengan membaca”.

ى (4 ل ر ف اغ ھم الل

Allahummaghfirlii

Artinya: “ Wahai Tuhanku ampunilah dosa-dosaku”.

c. Isti’adzah (Mohon Perlindungan)

Isti’adzah atau Isti’adzah Billah memiliki makna meminta atau

memohon perlindungan Allah dari segala hal yang tidak

menyenangkan hati, dan meminta perlindungan kepada Allah agar

terhindar dari segala sesuatu yang tidak baik, dan dari segala hal yang

dapat merintangi serta menghalangi kita pada jalan ketaatan kepada

Allah SWT.

38

Rasulullah saw. Senantiasa berdo’a kepada Allah untuk

meminta perlindungan dari berbagai hal, Hadist riwayat Al-Bukhori

dan Muslim yang bersumber dari ‘Aisyah ra. Menyatakan:

Bahwasannya Nabi saw. Sering berdo’a ketika shalat dengan berkata:

ك ب ذ و أع و ال الدج یح س م ال نة ت ف ن ك م ب ذ و أع و بر ق اب ال ذ ع ن ك م ب ذ و ى أع إن ھم الل

م ر غ م ال و م اث م ال ن ك م ب ذ و ى أع إن ھم ات الل م م ال ا و ی ح م ال نة ت ف ن م

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah Dajjal. Aku juga memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah semasa hidup dan selepas mati. Ya Allah! Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari segala dosa dan hutang”. Aisyah berkata lagi: Seseorang telah berkata kepada Rasulullah saw.: Alangkah banyaknya kamu memohon perlindungan dari beban utang wahai Rasulullah! Lalu Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seseorang yang sudah terkena beban utang, apabila dia berkata-kata dia akan dusta dan apabila berjanji dia akan mengingkari”. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

d. Basmalah

Basmalah adalah bacaan dzikir yang sangat baik dan sangat

dianjurkan diamalkan untuk diucapkan setiap saat. Dan lebih baik lagi

jika dibaca pada saat dan memulai sesuatu pekerjaan. Adapun lafazh

dari bacaan basmalah adalah:

یم ح الر ن م ح الر هللا م س ب

Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

e. Membaca Hasballah

Bacaan Hasbalah adalah bacaan dzikir yang menunjukkan

pengakuan bahwa sesungguhnya tidak ada tempat untuk bergantung

39

dan berlindung selain hanya kepada Allah SWT. Lafazh dari bacaan

hasbalah yang ma’tsur adalah:

یل ك و ال م ع ن و هللا ي ب س ح

Hasbiyallaahu wa ni’mal wakiil.

Artinya: “Cukuplah Allah dan sebaik-baiknya pelindung”

f. Membaca lafadh Baaqiyaatush shaalihat

هللا ان بح , س د م ح ال , و هللا ال إ ھ ل الإ ر,و ب ك أ وهللا

Subhaanallaah, wal hamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah,

wallaahu akbar.

Artinya: “ Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak

ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar” (Hawari, 1998:

28-30).

4. Kelebihan dan Keutamaan Dzikir

Ulama menafsirkan, bahwa dzikrullah ingat kepada Allah dalam

menjauhkan diri daripada pekerjaan yang munkar, sesungguhnya lebih

besar artinya daripada sembahyang yang dikerjakan sunyi daripada

mengingat Allah. Karena orang yang mengingat Allah itu, tatkala hatinya

tergetar dan lidahnya bergerak, Allah menganugerahi cahayanya, Allah

menambah imannya dan keyakinannya kepadanya, maka bergeraklah

hatinya itu menuju kebenaran dan menetap dengan tenang di sana,

sebagaimana firmannya dalam Al Qur’an: “Orang-orang mu’min ialah

orang-orang yang tetap hatinya ingat kepada Allah. Ketauhilah bahwa

40

ingat kepada Allah itu meneguhkan ketetapan di dalam hati” (Aboe

Bakar, 1996: 278).

Dzikir membawa harapan bagi manusia yang mengamalkannya

sebagaimana kutipan dari karya sufi kuno dari persia, yaitu Kasyf al-

Mahjub dari Hujwiri: ”Masih Sari al-Saqoti yang pernah berkata, wahai

Tuhan apapun hukuman yang Engkau timpakan kepadaku, namun

janganlah Engkau hukum aku dengan memasang tabir pemisah antara

Engkau dan aku. Karena jika tiada tabir antara-Mu denganku, maka siksa

hukuman yang ku sandang tetap disinari oleh dzikir dan ingatku kepada-

Mu. Tetapi apabila Kau pasang penghalang, maka kasih sayangpun akan

mematikanku. Dan tidak akan ada siksa yang lebih berat dari neraka yang

sukar ditanggung kecuali apabila terpasang hijab (penutup) antara Engkau

dan aku. Apabila Tuhan berkehendak menampakkan diri di neraka, maka

orang-orang beriman yang berdosa tidak akan lagi memikirkan surga,

karena pandangan Tuhan akan segera mengisi mereka dengan

kebahagiaan, sehingga tidak lagi dirasakan pedihnya tubuh. Dan di surga,

tiada kebahagiaan yang lebih tinggi, melainkan tiadanya jarak antara

insan dengan Tuhan (Reynold Nicholson, 1997: 53).

Keutamaan-keutamaan dzikir yang lain, yaitu:

a. Memantapkan iman

Lawan dzikir adalah ghaflah (lupa). Jiwa manusia akan terawasi oleh

apa dan siapa yang selalu melihatnya. Ingat kepada Allah berarti

lupa kepada yang lain. Sedangkan ingat yang lain berarti lupa kepada

41

Allah. Oleh karena itu, dzikir dapat menjadi medium agar manusia

ingat kepada Allah. Jika manusia selalu ingat kepada Allah, maka

dengan sendirinya iman yang dimiliki menjadi mantap. Sehingga

dzikir kepada Allah SWT baik lisan maupun melalui mata hati dapat

memantapkan keimanan kepada Allah SWT.

b. Energi Akhlak

Kehidupan modern yang ditandai juga dengan dekadensi

moral, akibat dari berbagai rangsangan dari luar, khususnya melalui

mass media. Pada saat seperti ini, dzikir dapat menjadi sumber

energi akhlak. Dzikir yang demikian tidak hanya dzikir substansial,

namun dzikir fungsional, yakni dzikir yang berfungsi pendidikan diri

menuju akhlak mulia. Hal ini dapat dipahami dari hadits Nabi saw.

Yang artinya: “Tumbuhkan dalam dirimu sifat-sifat Allah sesuai

dengan kemampuan sifat kemanusiaan (proporsional)”.

Dengan demikian, betapa penting mengetahui (ma’rifat) dan

mengingat (dzikir) Allah, baik terhadap nama-nama maupun sifat-

sifat-Nya, kemudian maknanya ditumbuhkan dalam diri seseorang

secara aktif. Karena sesungguhnya iman adalah keyakinan dalam

hati, diucapkan dengan lisan dan direalisasikan dalam amal

perbuatan.

c. Terhindar dari Bahaya

Dalam kehidupan ini, khususnya kehidupan modern,

seseorang tidak bisa terlepas dari kemungkinan datangnya bahaya.

42

Ingat kepada Allah, yang berarti konsentrasi terhadap ketentuan

Allah, dia akan serius dalam melakukan sesuatu, maka ia akan

terhindar dari bahaya, sebagai akibat dari kelengahan dan

penyimpangan dari sunnatullah.

Bahaya yang akan timbul dalam diri seseorang di kehidupan

modern ini bisa berupa banyaknya kenakalan remaja yang memakai

obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif, minum-minuman

keras yang memabukkan, dll. Hal tersebut bisa terjadi karena salah

pergaulan akibat dari lalai kepada Allah. Sehingga apabila diri

seseorang selalu ingat (dzikir) kepada Allah maka ia akan terhindar

dari bahaya dunia dan akhirat.

d. Terapi Jiwa

Berangkat dari kenyataan masyarakat modern, khususnya

masyarakat Barat yang dapat digolongkan the post industrial society

telah mencapai puncak kenikmatan materi itu justru berbalik dari apa

yang diharapkan, yakni mereka dihinggapi rasa cemas, sehingga

tanpa di sadari integritas kemanusiaannya tereduksi, dan

terperangkap pada jaringan sistem rasionalitas teknologi yang sangat

tidak manusiawi. Akhirnya mereka tidak mempunyai pegangan

hidup yang mapan. Lebih dari itu muncul dekadensi moral dan

perbuatan brutal serta tindakan yang dianggap menyimpang.

Dalam kenyataannya, filsafat rasionalitas tidak mampu

memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai

43

transendental. Manusia mengalami kehampaan spiritual, yang

mengakibatkan munculnya gangguan kejiwaan. Islam sebagai agama

yang membawa rahmatan lil’alamin (rahmat bagi alam semesta)

menawarkan suatu konsep dikembangkan nilai-nilai Ilahiyah dalam

batin seseorang. Shalat misalnya yang didalamnya penuh dengan

do’a dan dzikir, dapat dipandang sebagai malja’ (tempat berlindung)

di tengah-tengah badai kehidupan modern. Dan disinilah misi Islam,

untuk memberi ketentraman rohani manusia.

Dzikir yang fungsional akan mendatangkan manfaat bagi

kita, antara lain mendatangkan manfaat bagi seseorang,

menentramkan jiwa dan obat penyakit jiwa (Amin, 2004: 50-54).

e. Dzikrullah mendatangkan pertolongan Allah

Sungguh beruntung orang yang selalu bersedia mengisi hari

dan hatinya dengan mengingat Allah (dzikrullah), baik ketika siang

maupun malam, dalam keadaan susah maupun senang. Sebab

mengingat Allah merupakan kunci utama agar kita mendapatkan

pertolongan Allah, baik pertolongan dalam kita menjalani kehidupan

di dunia dan pertolongan di kehidupan akhirat kelak (Munir dan Al-

Fandi, 2008: 158).

Ayat-ayat yang menunjukkan tentang keutamaan dzikir, antara

lain, firman Allah SWT:

44

Artinya: “... maka ingatlah kamu akan Aku (Allah), niscaya Aku pun mengingat kamu....” (Al-Baqarah: 152).

Berkenaan denga ayat ini, Tsabit Al-Banani (rahimullah) pernah

berkata: “Aku tahu bilamana Tuhanku SWT ingat kepadaku (menyebut

namaku).” Beberapa orang terkejut ketika mendengar ucapannya itu, lalu

bertanya: “Bagaimana Anda dapat mengetahuinya?” Maka ia

menjelaskan: “Setiap kali aku ingat kepada-Nya (menyebut nama-Nya) Ia

pun ingat kepadaku (menyebut namaku).”

Dan firman-Nya:

“.... Dan sesungguhnya mengingat Allah (terutama dalam shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari pada ibadat lainnya)...” (Al-‘Ankabut: 45).

Berkata Ibn Abbas: “Ayat ini mengandung dua pernyataan; yaitu

bahwa ingatnya Allah SWT kepada kamu, jauh lebih utama daripada

ingatnya kamu kepada-Nya, dan bahwa dzikir adalah lebih utama

daripada semua ibadat selainnya.”

Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya tentang keutamaan dzikir.

Demikian pula cukup banyak hadis Nabi saw. Yang menyebutkan tentang

keutamaan dzikir. Antara lain (Al-Ghazali, 1994: 13-15):

45

ھ ال سط ى و ف اء ر ض خ ل ا ة ر ج الش ك ین ل اف غ ى ال ف هللا ر اك ذ یم ش

“Orang yang mengingat (atau menyebut nama) Allah SWT di antara orang-orang yang lupa kepada-Nya, (kedudukannya) adalah seperti sebatang pohon yang hijau segar di antara tanaman kering yang telah hancur luluh.”

(Dalam riwayat lain):

ف هللا ر اك ین ذ ار ف ال ین ب ل ات مق ال ك ین ل اف غ ى ال

“Orang yang mengingat (atau menyebut nama) Allah SWT di antara orang-orang yang lupa kepada-Nya, adalah seperti seorang pejuang yang tetap berperang, di antara orang-orang yang lari dari medan pertempuran.”

B. Problem Psikologis

1. Pengertian Problem Psikologis

Krisis moneter yang melanda Indonesia menimbulkan dampak

yang luas. Salah satu dampak yang muncul berkaitan dengan krisis ini

adalah meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa. Terlebih untuk

kaum remaja. Semakin meningkatnya teknologi di Indonesia,

menjadikan para remaja berlomba-lomba untuk mengikuti zaman

modern. Mereka telah melakukan berbagai cara untuk menggapai apa

yang mereka inginkan. Keadaan seperti ini yang kadang membuat

mereka salah jalan untuk mencapai apa yang mereka inginkan.

Sehingga timbul problem-problem psikologis/gangguan kejiwaan pada

diri mereka.

Problem psikologis adalah gangguan atau penyakit yang

menghalangi seseorang hidup sehat seperti yang diinginkan baik oleh

diri individu itu sendiri maupun oleh orang lain (Yustinus, 2006:7).

46

Definisi-definisi Problem Psikologis yang lain menurut para

ahli, yaitu:

4. Menurut Jaelani, problem psikologis/gangguan kejiwaan berarti

kumpulan dari keadaan yang tidak normal, baik yang

berhubungan dengan kejiwaan maupun jasmani (Jaelani, 2001:

81).

5. Menurut Fattah, problem psikologis adalah sifat dan sikap dalam

hati yang buruk, yang cenderung mendorong pribadi melakukan

perbuatan-perbuatan tercela dan merusak serta merintangi pribadi

memperoleh keridhaan Allah SWT (Fattah, 1984: 11).

6. Menurut Zakiyah, problem psikologis adalah kumpulan dari

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan

dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan ini dapat

dibagi menjadi dua golongan, yaitu gangguan jiwa (neurose) dan

sakit jiwa (psychose) (Daradjat, 1983: 33). gangguan jiwa

(neurose) dan sakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak

mampunya orang menghadapi kesukaran – kesukarannya dengan

wajar, atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi

yang dihadapinya (Daradjat, 1983: 24).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

Problem Psikologis adalah kumpulan dari suatu keadaan-keadaan yang

tidak normal, baik secara fisik maupun mental seseorang. sehingga

orang tersebut tidak mampu untuk mengendalikan dirinya sendiri

47

ketika bertingkah laku dan segala aktivitas-aktivitas individu tersebut

terganggu karena tidak seperti kehendaknya sendiri. Sehingga dengan

keadaan seperti itu bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang lain

yang berada di sekitarnya.

Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah apa yang sering disebut

sebagai gangguan psikosomatik. Gangguan psikosomatik merupakan

bentuk gangguan jiwa yang agak unik, karena muncul dalam bentuk

keluhan-keluhan sakit secara fisik sehingga sering kali mendapatkan

perlakuan yang kurang tepat (Siswanto, 2006: 102).

2. Macam-macam Problem Psikologis

Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri menyebabkan

individu mengalami gangguan mental/problem-problem psikologis.

Secara tradisional, gangguan mental dapat dibagi menjadi dua, yaitu

gangguan mental organik dan gangguan mental fungsional

(Siswanto,2006: 71).

a. Gangguan mental organik (psikosis organis)

Gangguan mental organik ini disebabkan karena faktor

dari luar, antara lain (Sundari, 2005: 82-83):

1) Toxic psychosis, Psikosis karena keracunan, misalnya

keracunan alkohol. Penderita mengalami gerakan gemetar

pada otot-otot khususnya pada muka, lidah, jari-jari, atropi

pada sel-sel otak, hati, dan lain-lain. Diikuti halusinasi, sukar

tidur, kalau tidur sering mimpi yang menakutkan, daya

48

orientasi pada lingkungan semakin berkurang. Ada

kecenderungan untuk membunuh. Drug psychosis, psikosis

karena obat-obatan/obat bius. Penderita mengguanakan

antara lain: ganja, morphine, heroin, candu dan sejenisnya

dengan cara menghisap, suntikan, dan mengkonsumsi dengan

cara lainnya.

2) Syphilitic psychosis, akibat infeksi bakteri syphilis.

Diantaranya general paralysis, karena terjadi kelumpuhan

umum, degenerasi yang progresif pada sel-sel otak.

Kerusakan persendian dan otot sulit di koordinasi, tremor,

reflek-reflek terganggu disertai kekejangan. Tidak mampu

berfikir dan menimbang, immoral, menipu, mencuri, tidak

dapat bertanggung jawab, ingatannya menipis, sangat

impulsif. Penderita yang berat bisa mengalami kelumpuhan.

3) Senile psychosis, psikosis karena usia tua, sekitar 60 tahun.

Terjadi perubahan-perubahan jasmani dan mental yang

generatif, sehingga ada kemunduran pada semua fungsi

mental dan fisik. Jika perubahan secara cepat terjadi penyakit

jiwa umur lanjut. Pada dasarnya kejadian disertai rasa sakit

dan nyeri pada anggota badan. Gelisah, menderita insomnia,

mudah tersinggung dan mudah marah. Pergi tanpa pamit dan

tidak tahu jalan pulang, lekas cemas dan menangis. Tidak

49

menghiraukan dirinya, mengalami ketegangan, ada gangguan

fungsi berfikirnya, kadang mengganggu anak-anak.

b. Gangguan Mental Fungsional

1) Psikosis

Label psikosis digunakan untuk menyebutkan

gangguan mental yang sudah berupa disorganisasi jiwa yang

berat sekali sehingga penderitanya seringkali sulit untuk

disembuhkan. Dalam spektrum gangguan jiwa, gangguan

yang tergolong psikosis tertinggi, karena tingkat

gangguannya sudah sangat berat. Ada 3 macam bentuk

psikosis (Siswanto,2006: 72-86):

a) Gangguan Afektif (Depresi)

Menurut National Institut of Mental Health

(1994), gangguan depresi dimengerti sebagai suatu

penyakit “tubuh yang menyeluruh” yang meliputi tubuh,

suasana perasaan, dan pikiran.

Berdasarkan studi leteratur (schneiderman &

Tapp, 1985) dapat disimpulkan bahwa stres yang tidak

dapat dikontrol dapat memunculkan depresi yang parah

dan bahwa faktor genetis tampaknya memainkan peranan

yang penting alam perkembangan depresi.

50

Button (1988) menyebutkan bahwa depresi

berhubungan dengan pengalaman kehilangan, seperti

kematian, perceraian, dan kehilangan pekerjaan.

b) Schizofrenia

Istilah Schizofrenia berasal dari bahasa Yunani

yang berarti “Jiwa yang terbelah”. Schizofrenia adalah

ketidakmampuan untuk melihat realita, kebingungan

dalam membedakan mana yang realita dan mana yang

bukan realita.

Gangguan jiwa ini dicirikan dengan gangguan

dalam proses berfikir dimana terjadi distorsi yang berat

terhadap kenyataan/realita. Misalnya penderitanya

seolah-olah melihat atau mendengar sesuatu padahal

dalam kenyataannya tidak ada (mengalami halusinasi).

Ini yang menyebabkan penderitanya seolah-olah

berbicara, marah-marah, atau tertawa-tawa sendiri

padahal tidak ada orang lain disekitarnya. Dia juga sering

tidak bisa diajak berkomunikasi karena kata-katanya

menjadi kacau dan tidak sesuai dengan isi pembicaraan.

c) Paranoid

Dicirikan dengan adanya sistem delusi yang kuat

sekali, yaitu: Persekusi, dimana orang merasa selalu

diawasi, yakin bahwa dirinya diikuti, yakin bahwa

51

dirinya diracuni atau dipengaruhi. Grandiouse, dimana

orang memiliki keyakinan bahwa dia adalah orang yang

terkenal atau orang yang besar atau tokoh tertentu seperti

Nabi dan lain sebagainya.

Yang membedakan paranoid dengan

schizophrenia adalah kalau paranoid ialah tes realitanya

masih ada tapi yang terganggu pada sistem delusi dan

masih dapat berfungsi dalam tingkat tertentu. Sedangkan

schizophrenia adalah distorsi realita benar-benar berat

sehingga tidak bisa membedakan kenyataan dan

imajinasi dan tidak dapat berfungsi sama sekali. Gejala

halusinasinya sangat nyata.

2) Neurosis

Orang yang mengalami neurosis, tingkat gangguannya

masih tergolong ringan, sehingga orang tersebut masih bisa

berfungsi biasa dalam kehidupan keseharian. Dia bisa

bekerja, belajar, dan menjalankan kehidupan sosial dan

pribadi secara wajar. Hanya saja fungsinya tidak bisa

optimal. Orang yang mengalami neurosis sadar akan

gangguannya ini, tapi karena gangguan/konfliknya ini

bersifat terjadi dibawah sadar, dia sendiri tidak bisa

mengatasinya tanpa bantuan dari ahlinya. Contohnya, orang

yang mengalami kecemasan. Dia bisa menjalankan aktifitas

52

sehari-hari dengan cukup baik, tapi dibanding orang lain dia

sering mengalami perasaan cemas yang tidak pada tempatnya

sehingga mengganggu pekerjaannya pada tingkat tertentu

(Siswanto, 2006: 86-95).

Ada berbagai macam neurosis, yaitu:

a) Kecemasan

Kecemasan bisa menjadi akut apabila terjadi

secara tiba-tiba dan intensitas kecemasannya tinggi. Ini

sering disebut sebagai serangan panik. Kalau mendapati

individu yang mengalami hal tersebut harus diwaspadai

karena bisa menjadi tanda-tanda awal dari gangguan

yang lebih berat, yaitu psikosis.

b) Disosiasi

Disosiasi merupakan gangguan mental yang

dicirikan dengan gangguan ingatan atau pikiran karena

tidak terintegrasi dengan baik dalam kepribadian.

Individu yang mengalami disosiasi menjadi lupa atau

tidak mengenali lagi sesuatu yang dulu pernah dikenali,

dan merasa asing dengan hal yang dikenali tersebut.

c) Konversi

Rekasi konversi disebut juga sebagai histeria.

Tanda-tanda reaksi dari konversi ini adalah subjek yang

mengalaminya menderita gejala-gejala sakit secara fisik,

53

tapi tanpa diketemukan sebab-sebab organiknya, seperti

misalnya mengalami mati rasa pada bagian tubuh

tertentu, kebutaan, ketulian, dan kelumpuhan pada

tangan dan kaki.

d) Pobia

Pobia dipahami sebagai ketakutan yang dialami

oleh individu terhadap sesuatu (bisa benda, binatang

maupun situasi), tapi jelas sesuatu yang ditakuti tersebut.

e) Obsesif Kompulsi

Gangguan obsesif terjadi bila individu merasa

dipaksa untuk berfikir mengenai sesuatu secara terus

menerus. Dan individu tersebut tidak berdaya untuk

melawan arus pikiran yang muncul terus menerus dan

berulang-ulang, seolah-olah pikiran tersebut memiliki

kekuatan sendiri dan tidak bisa dikendalikan.

3) Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian dicirikan dengan kegagalan

dalam mendapatkan kebiasaan penyesuaian diri yang

efektif dengan lingkungan dan kegagalan dalam menjalin

hubungan sosial yang memadai.

54

Ada beberapa tipe gangguan kepribadian diantaranya:

a) Kepribadian Paranoid

Orang yang memiliki kepribadian paranoid tidak bisa

mempercayai orang lain dan bila tidak disadari oleh

lingkungan sosial sekitarnya, orang ini berpotensi

membuat relasi sosial menjadi renggang.

b) Kepribadian Pasif-Agresif

Orang yang memiliki kepribadian pasif-agresif

dicirikan dengan ketidak mampuan untuk menjalin

relasi interpersonal.

c) Kepribadian Antisosial

Orang yang memiliki gangguan ini biasanya

mengalami masalah dibidang sosial maupun hukum.

Orang yang didiagnosa mengalami gangguan

kepribadian antisosial ini juga tidak memiliki lagi

suara hati atau hati nurani. Dia selalu memiliki alasan

pembenar untuk setiap tingkah laku yang

dilakukannya dan orang lainlah yang bersalah.

d) Kecanduan

Kecanduan yang dimaksud disini adalah kecanduan

alkohol atau obat-obatan. Orang yang mengalami

gangguan kecanduan apabila tidak mengonsumsi

obat atau bahan yang dicandui, akan menimbulkan

55

reaksi tidak menyenagkan pada dirinya (Siswanto,

2006: 95)

Hal semacam ini memicu seseorang melakukan

berbagai cara untuk dapat memenuhi kecanduannya

tersebut, bahkan dengan cara-cara yang dilarang oleh

norma dan agama.

3. Karakteristik Orang yang Mengalami Problem Psikologis

Problem psikologis sama halnya dengan neurosis. Bentuk

neurosis beraneka ragam dan setiap penderita neurosis sangat unik

dalam memperlihatkan simtom-simtom tertentu, tetapi beberapa ciri

umum dapat ditemukan dalam semua bentuk neurosis. Ciri-ciri umum

tersebut yaitu:

a. Adanya Kecemasan

Penderita neurosis selalu dibayangi oleh perasaan ngeri dan

takut. Ia selalu gelisah walaupun berada dalam keadaan yang biasa.

Kecemasan neurosis harus dibedakan dengan ketakutan. Ketakutan

adalah respons emosional yang seimbang dengan bahaya yang

dihadapi dalam kenyataan, sedangkan kecemasan neurosis

merupakan reaksi yang tidak seimbang dengan besarnya bahaya

yang ada (Yustinus, 2006: 316).

Individu-individu yang tergolong normal kadang kala

mengalami mengalami kecemasan yang menampak, sehingga

dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik

56

maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang

mengalami gangguan mental lebih jelas lagi bagi individu yang

mengidap penyakit mental yang parah.

Gejala-gejala yang bersifat fisik di antaranya: jari-jari

tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin,

kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tak nyenyak, dada

sesak nafas. Gejala yang bersifat mental: ketakutan, merasa akan

ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tentram,

ingin lari dari kenyataan.

Kecemasan itu terjadi karena individu tidak mampu

mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri di dalam

lingkungan pada umumnya. Kecemasan timbul karena manifestasi

perpaduan bermacam-macam proses emosi, misalnya orang sedang

mengalami frustasi dan konflik. Kecemasan yang disadari misalnya

rasa berdosa. Kecemasan diluar kesadaran dan tidak jelas misalnya

takut yang sangat, tetapi tidak di ketahui sebabnya lagi (Sundari,

2005: 50-51).

b. Tidak Dapat Berfungsi Sesuai dengan Kapasitas

Biasanya penderita neurosis tidak dapat mewujudkan

potensinya dan gagal mencapai keberhasilan. Ia bekerja tetapi

selalu mengalami simtom-simtom yang melemahkan, selalu

merasa cemas dan takut-takut, waktu dihabiskan hanya dengan

memikirkan dirinya sendiri, dan tidak mampu menjalin hubungan

57

yang sehat. Kadang-kadang reaksi neurotik akan memacu

dorongan yang kuat untuk mengerjakan sesuatu dengan baik pada

suatu bidang kehidupan yang sempit sebagai kompensasi terhadap

perasaan tidak adekuat atau kegagalan. Tetapi, ia mungkin berhasil

karena ia memusatkan perhatiannya pada bidang kehidupan yang

dipilihnya itu dan mengabaikan bidang-bidang lain dalam

kehidupannya. Hasil akhirnya ialah tidak bisa mencapai hasil yang

benar-benar lengkap meskipun ia bekerja sangat baik sekali pada

bidang yang dipilihnya itu.

c. Pola Tingkah Laku yang Kaku atau Diulang-ulang

Ciri tingkah laku neurosis kadang-kadang disebut

kebodohan neurotik (neurotic stupidity). Penderita tersebut

rupanya tidak mampu mempelajari cara-cara baru untuk

menyesuaikan diri dengan masalah-masalah kehidupan. Ia

menganut pola-pola kaku yang digunakannya secara tidak tepat

untuk berbagai situasi (selalu membuat respons yang sama dan

tidak tepat). Tingkah laku yang tetap dan diulang-ulang berarti

individu tidak mengadakan respons terhadap faktor kenyataan yang

selalu berubah, melainkan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang

kompleks dan tidak disadari dalam dirinya sendiri dan yang

dibawanya ke dalam semua situasi hidup.

58

d. Sikap Egosentrik

Orang yang neurotik selalu mengutamakan dirinya sendiri.

Kesadaran akan dirinya sendiri lebih kuat dibandingkan dengan

orang yang normal dan akibatnya ia selalu membanding-

bandingkan dirinya sendiri dan situasinya dengan orang lain dan

situasi mereka. Ia sering menuntut kepada orang lain hanya karena

ia ingin mementingkan dirinya sendiri.

e. Hipersensitif

Karena tingginya tingkat ketegangan yang dialami, maka

penderita neurotik secara khas mengadakan reaksi yang berlebihan

terhadap situasi kehidupan. Sifat ini diperlihatkan dengan sikap

mudah tersinggung, tidak mampu menahan kritik, bereaksi secara

berlebihan terhadap pujian atau sanjungan, sering mengeluh

tentang perasaan fisik yang tidak enak walaupun hanya kecil, dan

bereaksi dengan hebat terhadap situasi-situasi stres yang normal.

f. Tidak Matang

Para penderita neurotik pada umumnya adalah orang-orang

yang telah gagal mengembangkan pola-pola emosi dan motivasi

yang dewasa.

g. Tidak bahagia

Karena menderita banyak gangguan, maka mudah dipahami

mengapa penderita menjadi orang yang tidak bahagia. Merasa

kesepian, merasa sakit, atau kehilangan hal-hal yang enak dan

59

menyenangkan dalam hidup. Suasana hati yang secara umum

terdapat pada penderita neurosis adalah perasaan depresi, putus

asa, dan pesimistik terhadap masa depan. Kesengsaraannya

bermata dua: selain dirinya merasa terbebani, ia juga merasa

terjerat pada jaring yang dibuatnya sendiri. Jarang sekali ia merasa

bahagia (Yustinus, 2006: 317-319).

Selain ciri-ciri penderita neurosis atau problem psikologis

diatas, terdapat gejala-gejala yang terjadi pada umumnya. Semakin

berat penderitaan semakin menampak lebih jelas adanya suatu

perbedaan berdasarkan keadaan fisik, mental, dan emosi. Gejala-gejala

umum tersebut yaitu (Sundari, 2005: 70-73):

a. Keadaan fisik

Gejala fisik yang dapat disaksikan bagi yang bersangkutan,

kadang-kadang dapat disaksikan orang lain. Seperti contoh: suhu

badan berubah, denyut nadi menjadi cepat, berkeringat banyak,

nafsu makan kurang, gangguan sistem organ dalam tubuh.

b. Keadaan Mental

Orang yang normal mempunyai kemampuan berfikir teratur,

dapat menarik kesimpulan secara sehat. Bagi orang yang sedang

mengalami gangguan mental, misalnya mengalami kekecewaan

yang mendalam, kemampuan berfikir menjadi kacau, karena

diselingi rangsangan-rangsangan lain. Bila berfikir secara baik

karena memakan waktu yang lama.

60

Keadaan berikut akan nampak adanya tanda-tanda: ilusi,

halusinasi, obsesi, kompulsi, phobia, delusi.

c. Keadaan emosi

Emosi merupakan bagian dari perasaan yang bergejolak, sehingga

dapat disaksikan. Penampakan itu berupa perubahan tingkah laku,

sikap sedih atau sebaliknya gembira.

1) Sering Merasa Sedih

Nampak gejala emosinya merendah, merasa tidak berguna,

mengalami kehilangan minat dan gairah.

2) Sering Merasa Tegang

Yang bersangkutan selalu diliputi rasa tegang, artinya tidak

dapat santai/relaks, maka sulit beristirahat. Bila ketegangan

memuncak, nampak tangannya bergetar, gelisah dan akhirnya

lesu.

3) Sering Merasa Girang

Yang bersangkutan sulit mengendalikan emosinya. Bila

berbicara, tertawa sulit dihentikan, bahkan menyanyi-nyanyi

dan menari-nari tidak mengingat tenpat dan waktu.

4. Efektivitas metode berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis

Penderita gangguan mental dan pecandu narkoba sebenarnya

memiliki kesamaan dalam pemenuhan kebutuhan yang semestinya

mereka dapatkan. Keduanya sangat berkaitan erat, karena keduanya

61

sama-sama mengalami gangguan mental pada diri mereka. Banyak

cara dapat dilakukan oleh pihak yang bersangkutan untuk melakukan

pembinaan mental secara teratur sesuai tingkat kesehatan mental

seseorang. Dengan penyesuaian dan pengenalan gejala sejak awal,

maka proses pemulihan mental akan berjalan lebih efektif.

Berdzikir dengan membaca kalimat istighfar, tasbih, tahmid,

takbir, dan tahlil merupakan hal yang sudah lazim kita kenal. Tidak

jauh beda dengan dzikir-dzikir yang lain, dzikir ini pun mempunyai

kolerasi terhadap kecerdasan manusia. Berikut penjelasan bacaan-

bacaan dzikir yang mampu mencerdaskan manusia:

a. Istighfar

Kalimat Istighfar adalah kalimat dzikir yang digunakan untuk

memohon ampun kepada Allah. Ucapan istighfar dalam dzikir

harus dilandasi bahwa dirinya selalu dalam keadaan salah dan lupa.

Hanya Allahlah yang Maha Benar yang tak pernah salah apalagi

lupa. Dengan kesadaran ini, dalam diri kita akan tumbuh niat untuk

bertaubat kepada Allah. Inilah dimensi kecerdasan spiritual (SQ)

dari energi istighfar ini. Dengan taubat, secara otomatis kita akan

tumbuh niat berbuat baik sebagai “penebus” kesalahan atau dosa

kita terdahulu. Sehingga hidayah dan petunjuk-Nya akan selalu

mengiringi hidup kita. Inilah dimensi intelektual (IQ) yang muncul

dari kalimat istighfar tersebut. Dengan kesadaran tersebut maka

kita tidak akan mudah menyalahkan orang lain dan lebih

62

menghargai jerih payah orang lain. Inilah dimensi kecerdasan

emosional (EQ). Adapun kecerdasan makrifat (MaQ) dari berdzikir

dengan kalimat istighfar adalah keberanian untuk menyeru pada

kebaikan dan mencegah yang mungkar (Suyadi, 2008: 91).

b. Tahlil

Kalimat tahlil berbunyi “Laa ilaaha illallah” merupakan

kalimat dzikir yang paling utama. Mentauhidkan Allah yang

memang Dia Maha Tunggal dan tidak ada sesuatu pun mampu

menyamai-Nya, apalagi menandingi-Nya. Semua “yang banyak”

ini berasal dari yang Tunggal; dan semua yang tampak ini berasal

dari yang tak tampak. Yang Tunggal dan Yang Tak Tampak” tidak

lain adalah Allah sendiri. Manusia, sebagai bagian dari yang

banyak dan tampak, sudah menjadi kewajaran untuk mengakui

bahwa kita (yang disini) memang diciptakan oleh-Nya.

Dengan demikian, menjadi kewajiban hamba Tuhanlah

menyembah-Nya, mengesakan-Nya, menaati segala perintah-Nya,

dan menjauhi segala larangan-Nya (Suyadi, 2008: 93).

c. Tasbih

Kalimat tasbih berarti Allah Maha Suci. Dengan menyadari

bahwa Allah Maha Suci, maka dalam dzikir yang khusyuk akan

muncul rasa terkagum-kagum terhadap kesempurnaan Allah yang

serba sempurna tersebut. Inilah dimensi kecerdasan spiritual (SQ)

dalam dzikir melalui kalimat tasbih tersebut.

63

Kalimat tasbih ini semakin banyak diucapkan, disadari, dan

direnungkan arti dan maknanya, maka kalimat tersebut akan

terinteralisasi ke dalam alam kesadaran dan kecerdasan orang yang

bersangkutan. Semakin dalam makna kalimat itu, semakin

mengakar dalam alam kesadaran kita, maka kecerdasan kita akan

mencakup keluasan pengetahuan tentang ciptaan Allah. Pada titik

inilah dimensi kecerdasan makrifat (MaQ) itu mulai tumbuh.

Sementara, dimensi kecerdasan intelektual kalimat tasbih

ditunjukkan Allah melalui hamba-hamba-Nya yang berfikir

(Suyadi, 2008: 95-96).

d. Tahmid

Mengucap tahmid berarti bersyukur kepada Allah atas segala

nikmat-Nya. Memang, kita diwajibkan bersyukur hanya kepada

Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh berterima kasih

kepada orang yang menjadi perantara Allah untuk menyampaikan

nikmat-Nya kepada kita. Misalnya, suatu saat ada yang

memberikan anda sedikit uang. Sebagai orang yang mempunyai

kecerdasan emosional (EQ), tentu anda akan bersyukur kepada

Allah dan mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut. Inilah

yang disebut dimensi kecerdasan emosional.

Disamping itu, dalam konsep ajaran Islam, menjadi pemberi

lebih mulia daripada yang diberi. Oleh karena itu, orang yang

mempunyai EQ tinggi akan membalas pemberian orang tersebut

64

dengan sesuatu yang lebih baik. Dengan demikian akan timbul

sistem “timbal balik” dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Inilah

konsep kecerdasan makrifat (MaQ) melalui dzikir dengan kalimat

tahmid (Suyadi,2008: 97).

e. Takbir

Dimensi kecerdasan intelektual (IQ) dalam dzikir takbir ini

adalah kesadaran bahwa manusia adalah kecil dan lemah.

Berangkat dari kesadaran ini maka untuk mengemban tugas

kemanusiaan (sebagai khalifah), maka manusia perlu bersatu untuk

membuat kekuatan baru yang mampu membangun peradaban yang

lebih besar. Dalam prosesnya, manusia tidak boleh egois sehingga

saling menindas, mengalahkan manusia yang lain, apalagi merasa

dirinya lebih kuat dari yang lain. Inilah dimensi kecerdasan

emosional (EQ) dalam kalimat takbir ini. Sementara itu dimensi

kecerdasan spiritual (SQ) terletak pada kesadaran penuh akan

pengakuan jiwa yang tulus terhadap kebesaran Allah. Ketika

kalimat takbir dihayati secara khusyuk sehingga ia merasa bahwa

dirinya berada sangat dekat dengan Allah Yang Maha Besar, maka

disitulah kecerdasan makrifat (MaQ) seseorang mulai tersingkap.

Dzikir adalah penentram hati dan penenang jiwa serta pencerdas

akal pikiran. Maka, wajar apabila dalam menghadapi kehidupan yang

serba kompleks ini jika tanpa peran dzikir akan menimbulkan

permasalahan dan kekacauan (Suyadi,2008: 120). Seperti halnya

65

timbulnya problem-problem psikologis. Dzikir berfungsi sebagai

pendingin jiwa, sehingga dengan jiwa yang dingin akan mampu

berfikir secara rasional dan tidak akan berbuat sesuatu yang merugikan

dirinya dan orang lain. Dengan demikian akan lebih efektif apabila

dalam penanganan problem-problem psikologis yang terjadi di

masyarakat ini dengan menggunakan metode berdzikir kepada Allah

SWT. Sehingga dapat menjadikan hati mereka menjadi tentram dan

damai dunia akhirat.

66

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana

Pondok Pesantren Suryabuana adalah salah satu Pondok Pesantren

di Indonesia tepatnya di Jawa Tengah yang mengajarkan ilmu-ilmu ke-

Islaman secara terpadu baik ilmu-ilmu Syareat maupun ilmu-ilmu Hakekat

dengan ciri khasnya Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Jauh

sebelum Pondok Pesantren Suryabuana dibuka secara resmi , kegiatan

mujahadah dzikir telah dirintis oleh Ahmad Sirrulloh, baik secara pribadi

maupun dengan teman-teman dekatnya. Apa yang didapat dan diperoleh

dari bertemunya Ahmad Sirrulloh dengan Waly Mursyid Pangersa Abah

Anom di PP.Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat, memberikan inspirasi

dalam dada Ahmad Sirrulloh untuk menata kembali kondisi keagamaan

masyarakat Balak-Pakis Magelang khususnya dan menyebarkan ajaran

thoreqot yang merupakan ruh Islam ke seluruh masyarakat. Pertemuan itu

juga menambah kemantapan Ahmad Sirrulloh melangkahkan kaki di

wilayah kebenaran.

Seiring perjalanan waktu, Ahmad Sirrulloh mulai mengenalkan

dzikir yang beliau terima dari Pangersa Abah Anom kepada rekan-

rekannya, kepada para kerabatnya, dan kepada anggota keluarganya,

Beliau juga mencari kesamaan-kesamaan antara thoreqot yang telah

berjalan cukup lama di dusun Balak dan thoreqot yang baru diterimanya.

67

Beliau juga mencari sebab mengapa thoreqot yang telah berjalan sekian

lama tidak mampu menjadi benteng kemerosotan moral dan terkesan tidak

bisa memberikan kontribusi dalam membangun pola pikir dan sikap dalam

hidup bermasyarakat.

Mulailah Ahmad Sirrulloh mengajak anak-anak kecil dan rekan-

rekan sebayanya untuk melakukan dzikir ala thoreqot sebagai wirid,

walaupun mereka belum mendapatkan talqin dzikir dari seorang Waly

Mursyid. Beberapa anggota keluarganya yang memang telah mengenal

dzikir dan pernah mendapat talqin dzikir dari Guru Mursyid (Mbah

Nawawi Berjan Purworejo), beliau berikan pengertian dan pengenalan

akan dzikir yang diajarkan di PP. Suryalaya. Diantara anggota keluarga

yang memahami metode dzikir Suryalaya adalah bapaknya sendiri Said

bin Muhtar dan mertuanya Kyai Ahmad, serta beberapa anggota keluarga

yang lain. Pada akhirnya mereka mau mengikuti mengambil pelajaran

dzikir dari Pangersa Abah Anom dan mengamalkannya dan turut

membantu Ahmad Sirrulloh mengembangkan Thoreqot Qodiriyyah wa

Naqsyabandiyah.

Dzikir dengan metode pengamalan khusus dari Pangersa Abah

Anom ini ternyata cepat sekali dapat dirasakan manfaatnya oleh mereka

yang mengamalkan. Berbekal pengalaman, perasaan dan penghayatan

yang diperoleh dari dzikir ala Suryalaya ini, Ahmad Sirrulloh dan Kyai

Ahmad mencoba mensosialisasikan metode ini kepada jamaah yang

dibinanya.

68

Ahmad Sirrulloh dengan semangat yang luar biasa mencoba

mencari celah dan cara untuk menanamkan pengertian, khususnya kepada

para remaja akan dasar dan tujuan dari thoreqot tersebut.

Diawal aktifitasnya, Ahmad Sirrulloh lebih mendahulukan

berdakwah dan mengajak para remaja dan pemuda untuk masuk dan

mengamalkan thoreqot, mengingat merekalah tunas-tunas dan tulang

punggung masyarakat. Dengan langkah yang demikian ini thoreqot di

Balak khususnya dan Magelang pada umumnya, tidak hanya diikuti

generasi yang telah tua, tetapi generasi muda pun bersemangat

mengamalkannya.

Dengan bantuan Allah S.W.T., akhirnya banyak remaja yang

menyadari betapa mereka memerlukan satu metode untuk meluruskan

keyakinan mereka, memupuk semangat juang keagamaan mereka dan

meraih cita-cita mereka dengan penuh ridho Alloh S.W.T., para remaja ini

akhirnya juga mengambil talqin dzikir dari Pangersa Abah Anom, yang

kemudian diikuti generasi tua laki-laki dan perempuan. Bahkan orang-

orang yang dahulunya jahat, banyak berbuat dosa, tidak malu-malu untuk

bergabung dengan Ahmad Sirrulloh sekaligus jadi orang yang bersungguh-

sungguh dalam berthoreqot serta mengajak yang lain untuk bersatu

bergabung mengumandangkan kalimat Laa ilaha illallah.

Begitu juga Kyai Ahmad, tidak begitu sukar memberikan

pengertian akan thoreqot dari PP. Suryalaya ini kepada jamaahnya, karena

pada dasarnya apa yang diamalkannya sama dengan apa yang mereka

69

terima dari Mbah Nawawi Berjan. Mereka hanya memerlukan sedikit

argumentasi akan keharusan mencari Waly Mursyid lagi setelah Mursyid

mereka meninggal dunia. Dan pada akhirnya jamaah Kyai Ahmad juga

banyak yang memperbaharui talqin dzikir mereka kepada Pangersa Abah

Anom.

Barokah Dzikir yang diamalkan sebagian masyarakat Balak ini

terasa sekali manfaatnya dan dapat dirasakan secara langsung oleh pribadi

masing-masing, maupun secara kolektif dalam masyarakat. Walaupun

disatu sisi ada sebagian lagi dari masyarakat dusun Balak yang tidak bisa

menerima dan mau mengerti akan metode dzikir Suryalaya ini. Kegiatan

tetap berjalan terus dan gaung pun bersambut, layar terkembang, kabarpun

terbawa angin sampai ke dusun sekitar.

Terdorong untuk menyebarluaskan thoreqot di dusun Balak dan

upaya membangkitkan kembali amaliyah thoreqot yang telah dirintis oleh

Kyai Samudi (saudara ipar Kyai Ahmad), dan mengajak masyarakat yang

kurang peduli dengan kondisi keagamaan untuk bersama-sama bergabung

mengharumkan agama Islam, Ahmad Sirrulloh mencoba mengadakan

sosialisasi thoreqot dengan sarana pengajian umum di Masjid Al-Falah,

yang merupakan masjid kampung tempat Mbah Mangli menyelenggarakan

pengajian tiap kamis kliwon dan Kyai Samudi pernah membina

masyarakat dengan amaliyah Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah

dari Berjan Purworejo. Tercatat beberapa kali pengajian umum pernah

70

dilakukan di masjid tersebut. Pengajian umum dan manaqib untuk pertama

kali juga dilakukan di mushola al-akbar.

Allah menghendaki jamaah/ikhwan yang ikut kegiatan amaliyah

thoreqot ini semakin hari semakin banyak, bahkan dari dusun-dusun

sekitar mulai banyak yang ikut bergabung dan pada akhirnya ikut pula

mengambil talqin dzikir, semakin banyak pula jamaah/ikhwan yang

memerlukan pembinaan. Dan untuk bisa menampung jamaah yang banyak

dalam acara bulanan yaitu manaqib Syeh Abdul Qodir Al-Jailani, acara

yang semula dilaksanakan di mushola Al-Akbar tersebut dipindahkan

tempatnya ke mushola Al-Husain, mushola tempat Kyai Ahmad membina

masyarakat dengan amaliyah keagamaan sehari-hari, tercatat beberapa kali

acara manaqib dilaksanakan di mushola Al-Husain ini.

Dengan kekuasaan Allah S.W.T., thoreqot ini terus berkembang

karena memang dapat dirasakan manfaatnya dan diperlukan untuk

kemajuan pendekatan diri kepada Allah, menggapai ridha-Nya.

Perkembangan ini menjadikan mushola Al-Husain tidak lagi mampu

menampung jamaah acara manaqib dan memberikan inspirasi kepada

Ahmad Sirrulloh untuk membuka satu tempat baru di ujung barat laut

dusun Balak untuk dijadikan pusat pembinaan dan pengembangan

Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Maka dengan memohon

kekuatan kepada Allah S.W.T., yakin akan pertolongan dan kuasa-Nya

dibukalah areal baru tersebut dengan nama: “SURYABUANA”.

71

Secara harfiyah Suryabuana terdiri dari dua kata dari bahasa jawa,

yaitu Surya yang berarti sinar atau matahari dan Buana yang berarti bumi

atau dunia. Suryabuana kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

berarti sinar yang menerangi dunia. Dengan nama Suryabuana tersebut

Ahmad Sirrulloh menaruh harapan yang sangat tinggi dari keseluruhan

kegiatan pembangunan dan pembinaan yang dilakukan di lokasi tersebut.

Diantara harapan yang senantiasa dimohonkan kepada Alloh S.W.T.,

adalah terangnya keadaan rohani semua orang yang pernah mengunjungi

Suryabuana, bersinar dengan pancaran nur ma’rifat Illahy sehingga

mampu memberikan penerangan kepada jalan hidupnya sendiri, untuk

senantiasa dalam jalan yang diridhai Allah S.W.T., juga mampu

memberikan penerangan kepada jalan hidup keluarganya dan masyarakat

luas, untuk senantiasa hidup penuh dengan keharmonisan, penuh ridha

Allah S.W.T., bahkan mampu memberikan penerangan kepada mereka

yang hidup dalam kegelapan untuk bisa kembali pada jalan hidayah Illahi.

Tentunya maksud yang terkandung dalam pemberian nama

Suryabuana sangat banyak dan hanya Ahmad Sirrulloh dan Pangersa Abah

Anom yang lebih mengetahui hakekatnya secara rinci.

Secara umum Suryabuana merupakan satu paket rencana

pembangunan sarana dan prasarana yang akan dijadikan basis atau pusat

pembinaan dan pengembangan agama Islam yang lebih sempurna melalui

pengamalan Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah di kabupaten

Magelang, tepatnya di dusun Balak Losari kecamatan Pakis. Adapun

72

prioritas utama dan pertama dari pembangunan adalah masjid serta

menara.

Secara lahiriyah, dibukanya areal baru tersebut memang karena

mushola Al-Husain dipandang tidak akan mampu menampung

jamaah/ikhwan yang mengikuti kegiatan Thoreqot Qodiriyyah wa

Naqsyabandiyyah yang terus bertambah. Tetapi pada hakekatnya,

pembukaan tersebut merupakan “amanah” yang diterima dari Allah

S.W.T.

Sebagaimana thoreqot yang tidak hanya mengembangkan sisi

lahiriyah manusia, tetapi juga mengedepankan sisi bathiniahnya, maka

Ahmad Sirrulloh dengan “Suryabuana”nya yang dijadikan pusat

pembinaan dan pengembangan Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah

pun senantiasa merambah dua sisi tersebut secara bersamaan dalam

pembangunan dan pemakmurannya.

Setiap tahap dari pembangunan Suryabuana senantiasa diimbangi

dengan serangkaian dzikir dan mujahadah sebagai wujud permohonan

kepada Alloh, sekaligus sebagai wujud rasa syukur karena telah dijadikan

tangan-tangan-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya.

Secara historis, persiapan pembukaan areal Suryabuana oleh

Ahmad Sirrulloh dimulai pada tanggal 27 Dzulhijjah 1419 H bertepatan

dengan 14 April 1999 M, dimulai dengan pengangkatan sebuah batu

bersejarah yang sudah ratusan tahun berada di lokasi itu, diteruskan sehari

kemudian dengan penataan calon lokasi masjid, bertepatan dengan hari

73

kamis kliwon. Penataan dimaksud termasuk penentuan arah Kiblat dan

rencana bangunan sebagai awal pembangunan sebuah masjid.

Selang tiga hari setelah persiapan tersebut, pada hari sabtu pahing,

bertepatan dengan tahun baru Islam yaitu 01 Muharom 1420 H atau

tanggal 17 April 1999 M, setelah pemancangan benang persegi empat

dilokasi yang benar-benar masih alas (masih ditanami pohon ketela),

dengan taqdir dan ridha-Nya, Ahmad Sirrulloh mengumumkan

diresmikannya masjid tersebut dan dinamakan “Masjid Surya Mustika

Rahmat”.peresmian dilakukan bertepatan dengan isyroq, pukul 05.37 WIB

tepat saat terbit sang Surya.

Dalam perjalanan waktu, fungsi masjid Surya Mustika Rahmat

tidak hanya digunakan untuk keperluan ibadah dan amaliyah rutin jamaah

thoreqot saja, namun digunakan juga untuk keperluan ibadah yang bersifat

sosial, seperti musyawaroh tentang perencanaan dan pekerjaan proyek,

pelaksanaan akad nikah, bersihan (acara pemberian nama seorang bayi

yang baru lahir), dan sebagainya.

Masjid Surya Mustika Rahmat merupakan mustika bagi para

ikhwan khususnya dan masyarakat pada umumnya, selang beberapa bulan

kemudian ada beberapa ikhwan dari beberapa daerah yang memasrahkan

anaknya kepada Ahmad Sirrulloh untuk mendapatkan pembinaan

keagamaan yang intensif. Satu anak, dua anak dan terus bertambah

sehingga memerlukan pemikiran untuk menempatkan mereka. Dengan

74

pertimbangan yang masak akhirnya dibangunlah kamar-kamar sederhana

sebagai asrama bagi santri-santri di dekat Masjid Surya Mustika Rahmat.

Sementara pembangunan fisik dan pembinaan rohani terus berjalan,

terus bertambah pula kemantapan para ikhwan dalam mendukung dan ikut

berpartisipasi dalam pengembangan Suryabuana.

Menyadari kian hari kian bertambah mereka yang memerlukan

bimbingan Ahmad Sirrulloh, dan juga semakin banyak mereka yang

bersilaturahmi kepada beliau, rumah yang menjadi tempat tinggal beliau

terkadang tidak mampu menampung tamu saat-saat sehabis pengajian,

maka atas perintah Pangersa Abah Anom dibangunlah satu pendopo untuk

menerima tamu dibelakang rumah beliau dengan ukuran 12 X 12 M2.

Pada perjalanan pengembangan selanjutnya, Ahmad Sirrulloh

merencanakan membangun satu menara sebagai simbol keimanan yang

kuat dan kokoh serta tingginya cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai

oleh para ikhwan dan yang paling pokok adalah sebagai mi’rojul washiliin.

Menara tersebut rencana akan dibangun 15 M sebelah selatan Masjid

Surya Mustika Rahmat. Dan atas saran dan perintah dari Pangersa Abah

Anom maka menara tersebut akan dibangun dengan ketinggian 27 M

sebagai symbol hakekat. Peletakan batu pertama pembangunan menara

tersebut dilakukan oleh Ahmad Sirrulloh pada tanggal 27 Juli 2003 M

bertepatan dengan 23 Jumadil Ulaa 1424 H pada pukul 21.00 WIB.

Ahmad Sirrulloh memberi nama pada menara tersebut “Menoro

Kalimosodo” atau dalam bahasa Indonesia “Menara kalimat Syahadat”,

75

yaitu tempat ditemukannya dan juga tempat bersinarnya Laa ilaha illalah

Muhammadur rosululloh. Adapun penggarapan dan pembangunan menara,

sampai saat ini baru sampai selesai tahap fondasi.

Dengan adanya pembangunan menara ini, pembangunan masjid

dihentikan sementara waktu walau belum sempurna, karena dianggap

sudah biasa dipergunakan untuk kegiatan rutin baik harian, mingguan,

maupun bulanan.

Seiring perkembangan jamaah dan berjalannya kegiatan, para tokoh

ikhwan dengan arahan dan bimbingan Ahmad Sirrulloh, bahkan juga

beliau sendiri memberikan pengertian kesadaran kepada jamaah / ikhwan

TQN bahwa proyek yang sedang dilaksanakan tersebut adalah proyek

untuk mengagungkan Asma Allah sendiri dan Rasul-Nya, hidup yang

hanya sekali ini haruslah dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk

berkarya dalam rangka mengagungkan Allah dan Rasulullah.

Sehingga dengan pengertian tersebut para ikhwan dengan

kesadaran sendiri memberikan tenaga, pikiran, bahkan harta benda untuk

kelancaran pembangunan. Dengan kiat-kiat semacam inilah secara tidak

disadari para ikhwan digiring masuk kedalam nuansa kehidupan para

sahabat Nabi oleh Ahmad Sirrulloh.

Setelah berkembangnya TQN yang dirintis oleh Ahmad Sirullah,

kemudian pada tahun 2005 terdapat kasus seorang ikhwan yang membawa

temannya dan minta tolong untuk dapat disembuhkan dari gangguan jiwa

yang telah dialaminya. Setelah melalui beberapa pembinaan dari wali

76

mursyid akhirnya orang tersebut bisa sembuh seperti sedia kala dan tingkat

keagamaannya menjadi semakin kuat. Berawal dari situlah mulai dari

ikhwan-ikhwan lainnya membawa orang-orang yang mengalami problem

psikologis ke Suryabuana untuk mendapatkan terapi spiritual supaya dapat

kembali kepada jalan Allah SWT dan lebih dekat dengan-Nya.

Metode dan tehnik terapi-spiritual Thoreqot Qodiriyyah wa

Naqsyabandiyah PP. Suryabuana dalam penyembuhan atas ketergantungan

narkoba dan stress menggunakan metode-metode sufistik sebagai metode

psikoterapi (penyembuhan) dengan merujuk pada konsep metode

penyadaran diri, komponen-komponen dalam sistem penyadaran diri, dan

teknis penyadaran diri. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa inti dari

perubahan sikap, pola pikir dan tingkah laku seseorang sangat tergantung

pada kualitas dan tingkat kesadaran dirinya.

Perkembangan masyarakat yang bergabung mengikuti Thoreqot

Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) di PP. Suryabuana saat ini

ternyata tidak hanya berasal dari Kabupaten Magelang saja, banyak

jamaah / ikhwan dari beberapa daerah disekitar Magelang secara rutin

mengikuti kegiatan dan program pembinaan yang dilakukan Ahmad

Sirrulloh. Ada diantaranya dari daerah Kabupaten Boyolali, Kendal,

Pekalongan, Tegal, Purworejo, Wonosobo, Salatiga, Surakarta, Nganjuk,

Surabaya, Jakarta, bahkan ada yang dari Palembang, dan Makasar serta

setiap Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Oleh Ahmad Sirrulloh, mereka

dengan seksama diberikan pengertian bahwa dalam rangka mendekatkan

77

diri dan berjalan menuju Allah sangatlah memerlukan seorang penuntun

(Waly Mursyid).

Dalam benak pemikiran Ahmad Sirrulloh sebetulnya tidak hanya

yang mukim di komplek PP. Suryabuana saja yang menjadi santri, namun

keseluruhan ikhwan yang bergabung dianggap santri dan diharapkan betul-

betul akan menjadi santri dalam makna yang sesungguhnya, yaitu menjadi

muridin yang benar-benar selalu haus memasuki wilayah kebenaran.

Keseluruhan ikhwan TQN yang saat ini bergabung, senantiasa diharapkan,

diarahkan untuk menjadi satu komunitas yang Islami, Imani, dan Ihsani,

bersatu padu hidup dimedan kebenaran, sebagaimana nuansa masa-masa

para sahabat Nabi Muhammad S.A.W. dan tidak mungkin akan sampai

kepada target yang diharapkan selain melalui bimbingan Pangersa Abah

anom dan ketaatan ikhwan PP. Suryabuana dalam melaksanakan

bimbingan Waly Mursyid tersebut.

2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana

Jiwa merupakan inti dari kehidupan setiap manusia. Tatkala jiwa

seseorang tidak stabil, maka kehidupan seseorang menjadi tidak seimbang

dan kebahagiaanpun sulit didapatkan. Hal itu terjadi karena beberapa

faktor. Diantaranya, bisa disebabkan karena faktor genetik, sosial

ekonomi, dan psikososial. Dengan keadaan serba terbatas, ternyata masih

ada orang-orang yang peduli terhadap kehidupan orang lain dan

membantunya kembali pada kehidupan yang semestinya dan kembali pada

78

jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah SWT. Hal ini yang dilakukan

oleh pihak Pondok Pesantren Suryabuana.

Proses kembali dari kesesatan menuju jalan yang telah diridhoi

oleh Allah SWT bagi santri yang mengalami problem psikologis disebut

dengan istilah Inabah. Inabah adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab,

anaba; yunibu yang berarti kembali. Istilah ini digunakan pula dalam Al

Qur’an yakni dalam surat Luqman ayat ke-15; Surat Al Syura ayat ke-10.

Dalam literatur kajian ilmu tasawuf Islam dikenal pula istilah inabah yang

berarti kembali kepada Allah maksudnya mengembalikan orang dari

perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada

perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau berperilaku ta’at (Anang,

2000: 81).

Inabah sebagai sebuah sistem penyadaran diri memiliki komponen

yang saling terkait satu sama lain. Semua komponen ini sangat

berpengaruh terhadap proses “penyembuhan “ bagi anak bina. Komponen-

komponen yang terkait tersebut meliputi: Waly Mursyid atau Syekh, para

pembina, kurikulum, sarana dan prasarana, dan anak bina (murid).

a. Waly Mursyid atau Syeh

Waly Mursyid atau Syeh adalah pemimpin sekaligus “guru

besar” dalam jam’iyyah thoreqot. Ia adalah penentu semua aktifitas

kesufian bagi setiap pribadi murid pada khususnya, bahkan bagi

seorang murid dihadapan Waly Mursyidnya laksana seorang mayit

dihadapan orang yang memandikannya. Peran seorang Waly Mursyid

79

dalam proses penyadaran diri adalah sebagai central figure dan

sekaligus simbol kharisma kebesaran pondok pesantren. Dengan

kharisma yang dimiliki oleh Waly Mursyid apa saja yang menjadi

kebijaksanaan dalam proses terapi memiliki nilai sugestif yang sangat

membantu bagi penyembuhan seorang anak bina. Peran sentral Waly

Mursyid yang kharismatik tersebut juga menempati peran tranverensi

(figur kharismatik) yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan

kepribadian anak bina (murid).

Waly Mursyid memiliki peran khusus yang sangat menentukan,

yaitu peran sebagai pengajar dzikir pertama kali (Talqin). Kegiatan ini

merupakan proses terapi yang pertama, karena kharisma dan

karomahnya orang yang menerima talqin itu kebanyakan akan

mengalami kanalisasi (katartis), merasa keterharuan yang sangat luar

biasa (biasanya sampai menangis) sehingga terjadi proses penyadaran

diri secara tiba-tiba. (insight). Peran pentalqinan ini biasanya juga

diemban oleh para wakil talqin.

b. Para Pembina

Para pembina adalah pelaksana operasional pembinaan para

anak bina, mereka adalah orang-orang yang memang dipersiapkan

oleh Waly Mursyid untuk menjadi pembina. Kebanyakan dari mereka

adalah murid-murid senior yang telah dibekali dengan ilmu-ilmu

khusus untuk dapat membina orang-orang yang mengalami gangguan-

gangguan kejiwaan.

80

Pembina berperan sebagai dokter atau seorang analisis yang

melakukan diagnosa terhadap anak bina yang baru datang, dia

bertugas untuk mengetahui gangguan-gangguan yang diderita anak

binanya, sekaligus mengetahui bagaimana atau terapi apa yang harus

diterapkannya terhadap anak binanya. Untuk mendiagnosa para

korban narkoba guna mengetahui tingkat ketergantungannya seorang

pembina lebih banyak menggunakan feeling daripada jawaban-

jawaban verbal anak bina. Penilaian dari tanda-tanda fisik dan sikap

anak bina dirasa lebih akurat daripada jawaban anak bina yang bersifat

verbal, karena jawaban verbal jauh lebih banyak bohongnya daripada

jujurnya.

Sedangkan diagnosa untuk gangguan-gangguan jiwa lainnya

dilakukan dengan cara interview (tanya jawab) terhadap anak bina

yang bersangkutan maupun terhadap keluarganya. Dari wawancara

dan tatap muka secara langsung tersebut akan diketahui beberapa

penyebab gangguan kejiwaan tersebut, apakah gangguan kejiwaan

tersebut bersumber dari faktor psikologis, anatomis ataukah mistis.

Khusus untuk gangguan yang bersifat anatomis, terapinya akan

dikirim kepada bagian medis (dokter).

Untuk pelaksanaan tugas-tugas yang bersifat praktis seperti

menjaga katertiban anak bina dalam mengikuti kegiatan-kegiatan

ibadah, membangunkan anak bina dimalam hari, menyuruh mandi dan

lain-lain, pembina dibantu oleh para pembantu pembina.

81

c. Kurikulum

Kurikulum yang dimaksudkan disini adalah kegiatan-kegiatan

yang berupa aktifitas peribadatan yang harus diikuti oleh para anak

bina. Adapun kurikulum dan jadwal selengkapnya adalah sebagai

berikut:

TABEL I

Jadwal Kegiatan Harian

waktu Jenis Ibadah Rakaat/Salam

09.00 Sholat Dhuha 8 rakaat/4 salam Dzikir 1jam

12.00

Sholat sunnah qobla Dhuhur 2 rakaat sholat Dhuhur 4 rakaat Sholat sunnah ba'da Dhuhur 2 rakaat Dzikir 1 jam

15.00

Sholat Sunnah Lidaf’il Bala 2 rakaat Sholat Ashar 4 rakaat Dzikir dan Khotaman 1,5 jam Sholat Sunnah Qobla Maghrib 2 rakaat Sholat Maghrib 3 rakaat Dzikir dan khotaman

18.00

Sholat Sunnah Ba’da Maghrib 2 rakaat Sholat Sunnah Awwabin 6 rakaat/3 Salam Sholat Sunnah Taubah 2 rakaat Sholat Sunnah Birulwalidain 2 rakaat Sholat Sunnah Lisyukrin Ni’mat 2 rakaat Sholat Sunnah Qobla Isya 2 rakaat

19.00 Sholat Isya 4 rakaat Sholat Sunnah Ba’da Isya 2 rakaat Dzikir Minimal 165 X

21.00 Sholat Sunnah Mutlak 2 rakaat Sholat Sunnah Istikharoh 2 rakaat

82

Sholat Sunnah Hajat, Dzikir 2 rakaat

02.00

Mandi Taubat Sholat Sunnah Tahajut 12 rakaat/6 salam Sholat Sunnah Tasbih 4 rakaat/2 salam Sholat Sunnah witir 3 rakaat Dzikir Sampai Menjelang Subuh

Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus

TABEL II

Jadwal Kegiatan Khusus

No Kegiatan Waktu Keterangan

1 Khotaman 2 Minggu 1 X 2 Minggu Setelah Manakib

2 Manakib 1 Bulan 1 X Kondisional

3 Dzikir Bersama Setiap Hari Sesudah Sholat Fardhu Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus

Jadwal dan pelaksanaan kurikulum tersebut dilaksanakan

secara berjamaah dengan penuh kedisiplinan, karena inilah yang

dijadikan “obat” bagi terlaksananya proses penyembuhan

(psikoterapi).

d. Sarana dan Prasarana

Merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dengan

komponen-komponen lainnya. Sarana dan prasarana sangat penting

artinya untuk mengkondisikan anak bina agar ia lebih mudah untuk

“melupakan” permasalahan-permasalahan hidup yang mengganggu

ketentraman jiwanya, atau melupakan kebiasaan-kebiasaan jelek yang

merusak kepribadiannya, dan dengan demikian dapat mendukung

83

terlaksananya kurikulum yang telah ditetapkan. Sarana Prasarana

tersebut meliputi:

TABEL III

Sarana dan Prasarana

No Uraian Jumlah 1 Masjid 1 Unit 2 Pendopo 1 Unit 3 Ruang Belajar 3 Unit 4 Ruang Pengurus 2 Unit 5 Ruang Guru 1 Unit 6 Ruang Tata Usaha 1 Unit 7 Ruang Redaksi 1 Unit 8 Ruang Perpustakaan 1 Unit 9 Ruang Toilet Guru 6 Unit 10 Ruang Toilet Murid dan Jama'ah 30 Unit 11 Koperasi 2 Unit 12 Asrama Putra 12 Unit 13 Asrama Putri 8 Unit

Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus

e. Anak bina (murid)

Dalam sistem psikoterapi di PP. Suryabuana bertindak sebagai

anak bina (murid) adalah pengamal ajaran Thoreqot Qodoriyyah wa

Naqsyabandiyah, karena kurikulum yang diterapkan sebagai metode

psikoterapi disini adalah ajaran Thoreqot Qodiriyyah wa

Naqsyabandiyah, dengan demikian mereka (anak bina) diharapkan

tidak hanya sembuh secara medis atau psikologis pada umumnya,

tetapi juga bisa menjadi manusia yang “Arif Billah” atau menjadi

84

manusia yang mengenal Alloh, manusia yang berkepribadian religius

dan transendentalis.

Keberhasilan proses psikoterapi disini juga tidak terlepas dari

kondisi dan keterlibatan anak bina secara positif. Kesungguhan dan

keinginan mereka untuk “sembuh” cukup penting bagi suksesnya

proses psikoterapi, bagi mereka yang malas dan tidak ada semangat

(ghiroh) untuk sembuh, proses ini akan berjalan lebih lambat.

3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana

a. Pengurus Yayasan

TABEL IV

Susunan Pengurus

No Jabatan Nama Usia 1 Pembina Ahmad Sirullah MQD 47 th 2 Dewan Pengawas Syafi’i, STP 60 th Dr. H. David Ernawan 30 th H. Arif Sudarsono, SH 72 th Drs. H. Ali Dimyati, 75 th 3 Ketua Umum H. M. Akib Ali Atmo 54 th Ketua I Ky. Subhan, S.Ag 44 th Ketua II Ky. Zainal Muttaqin 42 th Ketua III Ky. A. Khadziq, S.Pd.I 44 th 4 Sekretaris Jendral M. Lukman, SE. 51 th Sekretaris I Rofi’i Zainuddin 48 th Sekretaris II Asri Puji Hariyanto, S.Pd. 53 th Sekretaris III H. Husnu Panuju 51 th 5 Bendahara Umum Mukhyar 50 th Bendahara I Zaenal Abidin 44 th Bendahara II Rudi Hartono, SIP. 39 th Bendahara III Rif’an Said 34 th 6 Kepala Dept/Divisi : Ilmu – Dakwah Drs. Budiarso 53 th

85

Anggota KH. Isyono 40 th Anggota Ky. Abdul Qodir, BA 58 th Anggota KH. Taufiq Martoyo 59 th Anggota Drs. H. Nurzaman Asyidiqi 50 th 7 Kepala Dept/Divisi : Kepesantrenan M Badrul Munir Al Hafidz 31 th Anggota M Muaddibul Umam, S.S 33 th

Anggota Habib Said Al-Jufri, SE.I, S.Th.I 36 th

Anggota M. Munif Sarjono, S.Pd. 42 th Anggota Nuril Anwar 40 th 8 Kepala Dept/Divisi : Amal Usaha Yuwono Al-Hidayat, SE 45 th Anggota Nano Sudaryono, SE 53 th Anggota Sumyani 55 th Anggota M. Syarif 55 th Anggota Suroso A.Md 47 th Muhammad ‘Abdul Irfani 46 th 9 Kepala Dept/Divisi : Pendidikan Saiful Anshori, S.Pd.I 35 th Anggota Syamsul Bahri, S.Pd.I 31 th Anggota Nuriyah Hijriyanti SP, S.S 32 th Anggota Fahrur, S.Pd 51 th Anggota Ky. Su’ud Hasyim, S.Ag 31 th

10 Kepala Dept/Divisi : Informasi Asy’ ari, SH.I 42 th Anggota Ari Sulistyono Adi, SH. 39 th Anggota Bambang Susanto, AMd.TE 41 th Anggota Sri Wahnida, M.Pd.I 48 th Anggota Thamrin Yudhi Ananto 52 th

11 Kepala Dept/Divisi : Infrastruktur Edi Winartyo, S.Sos 55 th Anggota Sabar 40 th Anggota Agus Riyanto 54 th Anggota Muhdhori 49 th Anggota Nano Sugiyatno 45 th

12 Kepala Dept/Divisi : Keamanan/Ketertb Joko Tetuko (Pelda TNI) 38 th Anggota Muhammad Sobri (Sertu. TNI) 47 th

86

Anggota Darsono (Peltu TNI) 41 th Anggota Heri Purnomo 49 th Anggota Harsoyo (Serka TNI) 51 th

13 Kepala Dept/Divisi : Perancanaan Prgrm Thoha Mutasak, SH 57 th Anggota Drs. B Joko Setyo Utomo, MM 57 th Anggota H. M. Burhanuddin, B.Sc 52 th Anggota Ir. H. KRT. Bambang Sutanto 45 th Anggota Wiwik Ekawati, SE 45 th

14 Dept/Divisi Inabah : A. Ikhda’ Sufiyana S.Pd.I 33 th Anggota Aswin Mulyadi 43 th Anggota Ramijan (Serka Purn. TNI) 66 th Anggota Murtadho 44 th Anggota Ky. Muhyiddin 56 th Anggota H. Abdulloh MH Mahasin 42 th

Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus

b. Mubaligh

TABEL V

Mubaligh

No Nama Alamat Keterangan

1 Kyai. Sidiq Luthfi Balak, Pakis Magelang

2 Kyai. Zaenal Mutaqien

Banyu biru Kab. Semarang

3 Kyai. Abdul Kodir Suruh, Kab Semarang

4 Kyai. M. Khadzik Randu kuning Muntilan Magelang

5 Kyai. Isyono Humam Sawangan Muntilan, Magelang

6 Kyai. Drs. Budiarso Semampir Purwokerto

7 KH (Letda) Eko Kutoarjo, Purworejo

87

Surahmanto

8 Kyai. A.Ikhda Sufiyana. S Pd.I

Karang Banyubiru. Kab Semarang

9 Kyai. Muhammad Badrul Munir

Nganjuk. Jawa Timur

Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus

4. Gambaran Informan

Untuk mengetahui efektivitas metode berdzikir dalam penanganan

problem psikologis santri di pondok pesantren Suryabuana Balak, Pakis,

Magelang, dapat didasarkan pada informasi yang berhasil dihimpun

melalui beberapa sumber yang penulis rasa dapat mewakili informasi

keseluruhan tentang pondok pesantren Suryabuana.

TABEL VI

Daftar Nama Informan

No. Nama Informan Kode

Informan Usia Keterangan

1 H. M. Akib Ali Atmo AA 53 th

Ketua Yayasan Bakti Umat P.P. Suryabuana

2 A. Ikhda Sufiyana, S.Pd.I AI 33 th Kepala Devidi Inabah

3 Muhammad 'Abdul Irfani MA 48 th Anggota Devisi Amal Usaha

4 Ky. Zaenal Muttaqin ZM 42 th Wakil Talqin

5 Syaiful Anshori, S.Pd.I SA 35 th Kepala Devisi Pendidikan

6 Trihatmoko Yulianto TY 40 th Ikhwan/mantan Pecandu Narkoba

7 Habib Said Dedi Rahman HS 35 th Penjaga Pendopo

88

8 Syarif S 37 th Ikhwan/mantan Pecandu Narkoba

9 Sarmo Sa 47 th Ikhwan/mantan Pecandu Narkoba

10 Agus Rianto AR 30 th Sakit Jiwa Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus

B. Temuan Penelitian

9. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Data yang diperoleh penulis berdasarkan wawancara lapangan

menunjukkan bahwa terdapat beberapa problem psikologis yang

dialami oleh santri/ikhwan di pondok pesantren Suryabuana Balak,

Pakis, Magelang tersebut.

Seperti yang telah dikemukakan oleh AI selaku pengurus Kepala Devisi Inabah, “Banyak ya mbk, banyak sekali problem yang dihadapi oleh santri terutama dalam kaitannya pencarian jati diri. Kebanyakan yang datang ke suryabuana itu karena cemas dan khawatir dalam pencarian jati diri dan jati Illahi. Namun di Suryabuana ini juga terdapat santri-santri yang mengalami gangguan jiwa seperti stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, peminum minuman keras, dan juga ada yang terkena gangguan jin”, tutur beliau.

Selain AI, pengurus yang lain juga mengemukakan tentang

banyaknya problem psikologis santri yang terdapat di tempat tersebut, “Ada mantan peminum, narkoba, maling, selingkuh, dan permasalahan rumah tangga”. Kata SA selaku Pengurus Kepala Devisi Pendidikan. Kemudian AA selaku Ketua Yayasan juga menambahi, “Problem psikologis yang dialami ikhwan di podok ini biasanya, Narkoba, setres, peminum dan depresi juga ada”.

Selain pengurus, penulis juga membuktikan pada mantan-

mantan pasien/santri di pondok pesantren tersebut. Salah satunya yang dituturkan pada TY mengenai problem psikologis yang pernah dialaminya, “Sebenarnya saya dulu itu nakal, tapi nakalnya saya itu bukan kriminal mbk. Saya tergoda dengan narkoba mbk. Awalnya

89

saya menggunakan narkoba itu untuk stimulan meditasi, namun pada satu titik tanpa saya sadari saya menjadi kecanduan mbk”. Selain TY, AR juga menuturkan, “ awalnya saya tidak paham mbk dengan diri saya sendiri. Setiap ada masalah saya merasa bingung-bingung seperti orang setres. Lama-lama masalah yang saya hadapi semakin rumit dirasakan dan sering teriak-teriak. Kalau orang-orang mengatakan saya sudah gila. Hehehe. Biasanya mbk, masalah kehidupan rumah tangga. He.e”

Berdasarkan temuan data tersebut dapat disimpulkan bahwa

problem psikologis yang dialami oleh santri/ikhwan di pondok

pesantren tersebut adalah cemas karena pencarian jati diri, setres,

depresi, pecandu narkoba, peminum minuman keras, maling, dan

gangguan jin.

Problem psikologis yang terdapat pada santri di tempat

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Dari setiap santri

mempunyai faktor penyebab sendiri-sendiri dan mereka belum bisa

menyelesaikan masalah mereka sehingga suatu permasalahan itu

membawa mereka pada kegelapan.

Seperti yang telah dikemukakan oleh AI, “Biasanya mereka karena mencari kebahagiaan yang ternyata salah jalan. Atau sama halnya mereka mencarian kebahagiaan sejati yang belum ketemu. Kebetulan jalan yang mereka temukan adalah jalan penyelewengan sehingga mereka terjerat narkoba dan semacamnya. Sedangkan yang mengalami gangguan jiwa seperti stres dan depresi biasanya karena faktor pekerjaan yang gagal, problem kehidupan rumah tangga, diputus pacar, dan karena pikirannya sering kosong sehingga faktor luar bisa dengan mudah memasuki jiwanya”. Selain AI, pengurus lain juga menuturkan, “Biasanya mereka itu karena mengalami suatu permasalahan dan mereka tidak dapat menangani atau menyelesaikan suatu permasalahan tersebut. Sehingga mereka merasa buntu dan kebuntuan pola pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau mereka sampai sangat tinggi itukan membuat mereka sampai gila dan bisa juga mereka mencari kesenangan yang salah dalam artian mereka menggunakan hal-hal yang terlarang”. Kata ZM. MA juga

90

menambahkan, “Karena pergaulan yang salah, dan orang-orang yang tidak kuat dalam menghadapi masalah hidupnya”.

Selain paparan pengurus tersebut, santri-santri yang pernah

mengalami problem psikologis tersebut juga mengakuinya. Seperti yang dituturkan oleh S, “saya memakai obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif itu dulunya hanya untuk senang-senang saja. Ya biasa ketika masih muda pengen coba-coba saja karena teman-teman pada makai. Dan setiap punya masalah saya larinya pada hal-hal yang seperti itu. Tanpa disadari ternyata saya menjadi kecanduan mbk”. Tidak hanya untuk memuaskan hawa nafsu belaka, ada seorang santri mantan pecandu narkoba yang disebabkan untuk meditasi, “Sebenarnya saya dulu itu nakal, tapi nakalnya saya itu bukan kriminal mbk. Saya tergoda dengan narkoba mbk. Awalnya saya menggunakan narkoba itu untuk stimulan meditasi, namun pada satu titik tanpa saya sadari saya menjadi kecanduan mbk”. Kata TY.

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas dapat disimpulkan

bahwa kebanyakan santri/ikhwan yang berada di pondok pesantren

Suryabuana Balak, Pakis, Magelang disebabkan oleh suatu

permasalahan yang mereka belum bisa menanganinya seperti halnya

permasalahan dalam kehidupan rumah tangga, percintaan,

perekonomian, dan pencarian kesenangan belaka yang salah jalan

sehingga menjadi kelam. Inti dari semua permasalah itu sebenarnya

karena kosongnya hati orang tersebut.

Seperti yang telah dituturkan oleh SA, “Mengapa problem psikologis itu terjadi sebenarnya berawal dari masing-masing orangnya. Kalau kita menilik dalam sebuah hadis Rasulullah bahwa dalam diri manusia itu ada segumpal daging. Apabila daging itu busuk, maka busuklah semua jasad, namun apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad. Jadi semua permasalahan yang timbul pada manusia itu ya tergantung daging pada manusia itu, daging itu yaitu hati manusia. Sehingga apabila hati mereka itu kotor, maka mereka akan masuk dalam masalah-masalah yang telah menjerumuskan mereka sendiri. Seperti contoh adanya permasalahan rumah tangga, mereka belum mampu mengatasinya sehingga membuat mereka stres, dan lain-lain”.

91

10. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten

Magelang

Temuan data penelitian di lapangan menunjukkan bahwa

metode yang digunakan dalam penanganan problem psikologis

santri/ikhwan di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang adalah metode berdzikir.

Karena dengan berdzikir akan membantu kita untuk selalu ingat

kepada Allah sehingga kita bisa dekat dengan Allah SWT. Dalam

ayat-ayat Al Qur’an juga telah dijelaskan bahwa dengan berdzikir

kepada Allah akan membuat hati kita menjadi tenang.

Seperti yang telah dijelaskan oleh salah satu pengurus di pondok pesantren tersebut, “Penanganannya melalui metode pendekatan Dzikrullah. Dzikir ini lebih spesifik ala Tareqat Qodarih wa Naqsabandiyah. Dimana disitu mencangkup dzikir jahr dan dzikir khoffi. Disamping itu juga ada ritual lainnya seperti mandi malam (mandi taubat) dan lain- lain nanti saya kasihkan bukunya mbk. Disitu sudah ada lengkap kurikulumnya dan lain-lain”. Jelas AI. Kemudian SA juga menjelaskan, “Dengan metode berdzikir. Dimana dulu syaidina Ali bertanya pada Rasulullah “ ya Rasul, ajari saya amalan yang mudah, yang ringan, tapi cepat mengusul saya pada Illallah/ma’rifatullah dan amalan itu paling utama disisi Allah”. Kemudian Sayidina Ali di ajari/ditalqin oleh Rasulullah kalimat Laailahaillallaah itu”.

Berdzikir merupakan metode yang paling utama dalam proses

penyembuhan santri-santri yang mengalami problem psikologis,

namun terdapat langkah-langkah lain yang harus dilakukan dalam

penanganan tersebut. Tehnik yang dipraktekkan oleh Thoreqot

Qodariyah wa Naqsyabandiyah di PP. Suryabuana, khususnya yang

92

dipergunakan sebagai sarana untuk penyembuahan atas

ketergantungan narkoba adalah dengan memperbanyak amalan-

amalan berikut ini (Profil PP. SB. Magelang Indonesia, 1999:19-26):

a. Mandi Taubat

Mandi taubat termasuk amalan sunnah yang biasa dilakukan

oleh para sufi dan ahli thoreqot. Mandi taubat dilakukan dengan

niat bertaubat atau menghilangkan dosa seluruh anggota tubuh,

mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, caranya dengan

mengalirkan air pada seluruh anggota tubuh mulai dari ubun-ubun

sampai ke ujung kaki disertai niat bertaubat sebagai ekspresi dari

keinginan untuk membersihkan diri dari dosa anggota tubuh secara

keseluruhan, dengan demikian mandi taubat dapat dikatakan

sebagai taubat dalam bentuk perilaku atau taubat yang bersifat aktif

dan ekspresif. Kegiatan ini dimulai sekitar pukul 02.00 dini hari.

Mandi taubat ini sebagai metode yang sangat ampuh untuk

meningkatkan kesadaran diri (self conciousness) dan penyembuhan

dari berbagai macam penyakit, demikian pula kondisi-kondisi

psikologis lain yang diakibatkan adanya pengaruh syaitan, seperti

lemas, gelisah, susah, stress dan lain-lain. Selain manfaat

psikologis, mandi taubat juga memiliki manfaat tereupatik terhadap

penyakit atau gangguan-gangguan biologis fisik yang bersifat

psikosomatif. Mandi taubat ini juga dapat dipandang sebagai

Hydroterapy atau pengobatan dengan memanfaatkan air sebagai

93

sarananya. Menurut Simon Baruch (1840-1921), seorang dokter

Amerika bahwa air memang memiliki daya penenang jika suhu air

sama dengan suhu kulit, dan memiliki daya rangsang jika suhu air

tidak sama dengan suhu kulit. Sedangkan menurut Ewalt, pasien

yang mengalami delirium alkohol dan pasien yang menunjukkan

keresahan, agitasi, overitik dan kecemasan yang akut, dan tumor

akibat keracunan obat-obatan menunjukkan respon yang baik

terhadap hydroterapi.

Disamping dengan niatan taubat, mandi yang dilakukan itu

juga memiliki nilai meditasi dan sugesti, karena disana diajarkan

doa khusus ketika melakukan mandi taubat, yaitu:

ن رب انزلنى منزال مباركا وانت خیر المنزل

“ya Alloh, tempatkanlah kami ditempat yang berkah, karena Engkau adalah sebaik-baik dzat yang memberi tempat/kedudukan”. (Q.S. Al-Mukminun: 29)

Doa ini akan membuka secercah harapan untuk

mendapatkan lingkungan dan dunia baru yang lebih baik sehingga

frustasi dan segala bentuk pelampiasannya akan dapat dicegah

laksana pohon layu yang kini mulai bersemi kembali.

b. Sholat

Penerapan sholat sebagai salah satu metode penyadaran diri

(tazkiyatun nafsi) didasarkan atas pemikiran bahwa sholat

mempunyai hikmah yang dapat mempengaruhi pribadi seseorang

untuk tidak bertindak keji (perzinaan, perjudian, minum-minuman

94

keras, dan sejenisnya) dan mungkar (yaitu segala macam tindakan

yang bersifat destruktif dan anarkhis). Hal ini didasarkan atas

firman Alloh

والمنكر الفحشاء عن تنھى الصالة ان

“ Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Q.S. Al-Ankabut: 45)

Sedangkan tata cara pekerjaannya yang dilakukan secara

berjamaah didasarkan pada aspek edukatif, dan bertujuan

mendapatkan manfaat pembersihan jiwa (tazkiyatun nafsi) yang

lebih efektif.

Dengan metode sholat ini, akhirnya seseorang akan malu

dan takut untuk berbuat maksiat, khususnya yang keji (fakhsya’)

dan anarkhi (mungkar). Ia juga akan senantiasa ingat kepada Alloh

yang pada gilirannya akan terselamatkan dari godaan iblis yang

senantiasa membisikkan dorongan untuk berbuat maksiat kepada

Alloh.

Selain manfaat psikologis yang bersifat terapeutik, sholat

juga mempunyai manfaat somatis atau psikosomatif. Hal ini

disebabkan karena secara mekanis gerakan dalam sholat memiliki

aspek olah raga dan akupuntur yang bersifat teraupetik, mulai dari

gerakan pra sholat yaitu wudhu atau mandi dan seluruh gerakan

dalam kegiatan sholat itu.

Berwudhu akan memberikan suasana relaksasi bagi

seseorang disamping gerakannya untuk menggososk dan mengusap

95

wajah, tangan dan kaki. Semua itu berdasarkan tinjauan pijat

refleksi dan akupuntur, sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik.

Karena dengan gosokan itu akan merangsang simpul-simpul syaraf

yang ada pada anggota tubuh yang terkena air wudhu tersebut.

Demikian juga halnya dengan gerakan sholat, mulai dari takbir,

berdiri, ruku, sujud dan duduknya sangat baik untuk penunjang

kesehatan fisik.

Sedangkan bacaan-bacaan yang bersifat meditatif dan doa

sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa karena ia mengandung

kekuatan spiritual dan kekuatan ruhaniah yang dapat

membangkitkan rasa percaya diri (self confident) dan optimisme;

keduanya sangat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit.

c. Dzikir

Ajaran dzikir merupakan ajaran pokok dalam Thoreqot

Qodiriyyah wa Naqsyabandiyah, karena Thoreqot Qodiriyyah wa

Naqsyabandiyyah adalah thoreqot dzikir. Hal ini karena adanya

keyakinan akan kebenaran firman Alloh dan sabda Nabi tentang

manfaat-manfaat dzikir dalam upaya tazkiyatun nafsi seperti dalam

Q.S. Al-Ra’d:28 dan hadist yang berarti:

“ Sesungguhnya bagi setiap segala sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan sesungguhnya alat pembersih hati (jiwa) itu adalah dzikir kepada Alloh. Dan tidak ada sesuatu yang lebih dapat menyelamatkan dari siksa Alloh daripada dzikrullah.” (H.R. Baihaqi)

96

Dzikir adalah komitmen seseorang untuk senantiasa

menyebut dan mengingat akan asma Alloh, menanamkan suatu

kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Alloh, tiada yang dituju selain

Alloh, dan tiada yang wujud kecuali Alloh. Jenis dan bentuk dzikir

yang dipraktekkan di Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyah di

PP. Suryabuana adalah Dzikir Jahr (dzikir dengan suara keras),

“Laa illaha illoloh” dan Dzikir Ismu Dzat atau dzikir khofi

“Allohu-Alloh” di dalam hati

Jika santri telah melalui proses Mandi Taubat dan dianggap

telah mulai timbul kesadarannya, ia dapat melanjutkan proses

selanjutnya dengan diarahkan agar mengenal, mengesankan dan

mencintai Allah SWT. Pengarahan itu dilakukan dengan merawat

kalbunya melalui proses dzikir yang disebut talqin dzikir.

Metode dzikir akan menjadi autoterapi atas ketergantungan

narkoba pada diri seseorang. Orang yang melakukan dzikir dengan

serius dan berulang-ulang akan merasakan sebagai katarsis

(kanalisasi psikologis), bahkan insight. Khususnya ketika seseorang

telah atau sedang menerima talqin (pengajaran dzikir) oleh Waly

Mursyid, karena saat menyaksikan kebesaran kharisma sang Waly

Mursyid, seseorang yang sedang menerima talqin tidak jarang

menjadi terharu dalam penyadaran yang luar biasa sampai

menangis tersedu-sedu.

97

Dzikir yang dilaksanakan dalam Tharekat Qodariyah

Naqsabandiyah ada dua macam yaitu :

1) Dzikir jahr

Dzikir jahr yaitu mengucapkan kalimat tauhid yang

terdiri dari pernyataan nafi (negasi) dan itsbat (menetapkan).

Pernyataan nafi adalah Laa ilaaha dan pernyataan istbat

adalah Illallaah. Jika dilakukan berkesinambungan, dzikir ini

dapat berfungsi menghilangkan syirik jali dan khofi

mendatangkan sifat ikhlas, melepaskan qalbu dari segala yang

menghalangi hubungannya dengan Allah, membersihkan jiwa

dari segala sifat tercela, mendatangkan pengetahuan diperoleh

dari Allah (Al-ulum al-laduniyyah), mendatangkan

pengetahuan tentang rahasia dan menampakkan keagungan

Allah.

Teknis pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk Rasul

yang disampaikan oleh seorang mursyid kepada muridnya

yakni sebagai berikut:

Mengucapkan Laa dari bawah pusar yang dibarengi

dengan bantuan kepala merunduk ke arah pusat, kalimat Laa

itu terus ditarik dan dirasakan mengalir dari pusat hingga

meningkat kebagian otak, maka ucapkan Ilaaha secara pelan-

pelan sambil disalurkan ke bawah bahu kanan kemudian

dengan ucapan Ilallaah yang disalurkan pelan dari bahu kanan

98

sambil ditururnkan secara perlahan-lahan disertai gerakan

kepala ke arah pangkal dada sebelah kiri dan berkesudahan

pada hati sanubari di bawah tulang rusuk lambung dengan

menghembuskan lafaz Allah. Sekuat mungkin hingga terasa

gerakan pada seluruh badan seakan-akan seluruh bagian badan

yang rusak itu terbakar dan memancarkan cahaya kebenaran

dari Allah disekujur tubuh.

2) Dzikir Khofi

Dzikir khofi yaitu dzikir yang dilakukan oleh kalbu (hati),

dalam hal ini hati harus selalu ingat dan menyebut nama Allah.

Dzikir khofi adalah metode untuk menanamkan dan membina

komponen keimanan yang pertama dan utama.

Teknik dzikir khofi harus ditalqin oleh mursyid

sebagaimana Rasul mentalqin sahabatnya, Abu Bakar Al-

Shidiq.

Dengan demikian melalui dzikir santri dialihkan dari

kelezatan yang bersifat halusinasi kepada kelezatan yang

bersifat hakiki, yakni “melihat” Allah dengan cermin di

hatinya.

d. Qiyam al-lail

Seluruh kegiatan qiyam al-lail dilakukan mulai pukul 02.00

sampai dengan masuk waktu subuh, kegiatan ini sangat bermanfaat

sekali bagi tubuh karena memiliki aspek olah raga yang baik sekali

99

untuk memperlancar peredaran darah dan kebugaran tubuh,

khususnya pada gerakan-gerakan sholat dan mandi taubat. lagi pula

kegiatan qiyam al-lail dilaksanakan pada waktu yang paling tepat,

yaitu waktu keadaan suhu dan kepekatan udara sedang dalam

kondisi yang paling jernih (titik jenuh), sehingga kecepatan suara

bathin (menurut perhitungan metafisika) paling cepat, maka

munajat pada saat-saat itu juga paling baik dan paling mudah

terkabul (mustajab).

e. Puasa

Dengan memperbanyak puasa, seseorang akan terlatih secara

psikologis untuk berprilaku disiplin dan meningkatkan kemampuan

untuk mengendalikan diri. Puasa juga sangat bagus untuk

memperhalus perasaan kesetiakawanan sosial, karena dengan

latihan merasakan lapar dan dahaga akan menurunkan ambisi,

kerakusan dan egoistis. Dengan lemahnya fisik maka ambisi dan

semangat untuk mencapai keinginan hawa nafsunya akan melemah

dan ia akan lebih banyak merenungkan hakekat hidup daripada

bergerak menuruti hawa nafsunya.

Selain manfaat-manfaat psikologis tersebut, puasa juga

sangat berguna untuk kesehatan fisik atau psikosomatik seperti

terciptanya keseimbangan asam-basa lambung karena stress,

tekanan darah tinggi, terlalu banyak kolesterol dan lain-lain.

100

11. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Data yang berhasil dihimpun oleh penulis terkait Efektifitas

Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Pskologis Santri di

Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang, didapatkan melalui wawancara ke beberapa

sumber dari pengurus dan mantan pasien.

Menurut salah satu pengurus, AI menuturkan terkait dengan efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di pondok pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, “Saya mengatakan efektif mbk. Sebab induk dari semua penciptaan hidup manusia, induk psikologis yang akhirnya beraneka warna itukan berawal dari mereka lupa kepada Allah. Karena hatinya lupa kepada Allah maka hatinya menjadi gelisah. Nah dzikir ini dikatakan efektif karena akan menyadarkan kembali orang-orang tersebut kepada Allah SWT. Sehingga kami membuktikan salah satu firman Allah, “Allabidzikrillahi tanmainal qulub” “ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati kalian akan menjadi tenang”. Dan itu terbukti”. ZM juga menuturkan bahwa metode berdzikir itu efektif, “Sangat efektif mbk, karena orang berdzikir itu segala sesuatunya akan kembali kepada Allah dan dengan berdzikir maka akan menjadikan orang itu berserah diri kepada Allah secara sempurna.” Jelas ZM.

Keyakinan keefektivan metode berdzikir tersebut didasarkan

pada beberapa indikator, seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa pengurus, “Adanya perubahan pada orang yang mengalami problem psikologis tersebut”. Jelas AA. “Indikatornya adanya perubahan sikap pasien yang awalnya cenderung bersikap melakukan hal-hal negatif setelah melakukan metode dzikir, dia lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti yang dulu tidak sholat sekarang sholat, yang dulu minum sekarang malu kepada Allah untuk minum.” Tutur SA.

Bukti keefektivan tersebut juga diperoleh dari santri yang

dulunya mengalami problem psikologis, “Kalau menurut saya sangat luar biasa mbk. Karena terbukti secara nyata mbk”. Kata TM.

101

Kemudian santri lainnya juga menuturkan pendapatnya, “menurut saya sangat efektiv mbk, karena saya dapat membuktikannya sendiri. Dan setelah melakukan dzikir tersebut saya sudah tidak punya keinginan lagi untuk memakai obat-obatan terlarang itu”. Jelas Sa.

Manusia menurut keyakinan Islam tercipta dari ‘alaq (sesuatu

yang tergantung), sejak masa embrional ia tergantung di dinding

rahim pada suatu jaringan yang disebut placenta. Selanjutnya manusia

semakin jauh dari tempat ia bergantung (secara biologis dan

psikologis) yaitu orang tuanya. Dengan demikian dari alam bawah

sadarnya (secara psikologis) manusia memang membutuhkan tempat

ia bergantung, sedangkan tempat bergantung yang absolud (al-

shomad) adalah Allah SWT. Untuk merasa lebih dekat dengan Allah

maka dengan selalu berdzikir kepada Allah SWT.

Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

metode berdzikir dalam penanganan santri yang mengalami problem

psikologis dikatakan efektif karena terjadinya banyak perubahan pada

santri yang tadinya mengarungi kehidupan yang kelam berubah

menjadi baik dan terang kembali.

12. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam

Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Kegiatan akan berjalan dengan lancar dan mulus apabila tidak

ada hambatan. Namun yang terjadi tidaklah begitu. Dalam setiap

kegiatan atau aktifitas tak lain selalu ada hambatannya, tak terkecuali

pada proses penanganan problem psikologis santri di Pondok

102

Pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang. Hambatan itu datang

dari berbagai segi.

Seperti keterangan pengurus terkait dengan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses penanganannya, “Faktor penghambatnya kadang dari orang tua santri yang kurang mendukung. Artinya kadang mereka itu hanya memasrahkan anaknya saja disini, kemudian sembuh gak sembuh disini begitu, padahal disini berbeda dengan rumah sakit. Kalo di pondok pesantren orang tua juga harus ikut mendukung, dalam artian tidak hanya anaknya yang berdzikir disini, akan tetapi juga kedua orang tuanya yang harus ikut berdzikir mendo’akan anaknya karena antara anak dengan orang tua itukan ada ikatan yang sangat kuat”. Tutur AI.

Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh AA, “Kurang

dukungan dari orang tua. Cara mengatasinya dengan memberikan pengarahan kepada orang tua ketika mereka memasrahkan anaknya”. Dan yang telah diutarakan oleh MA, “Kurangnya kepercayaan dari pihak keluarga. Dan cara mengatasinya seperti halnya memberikan sosialisasi”.

Hambatan lain terdapat pada sarana dan prasarana dalam

proses penanganan santri. Persoalan tersebut diutarakan oleh HS, “hambatannya belum ada sarana tempat yang khusus untuk anak yang mengalami gangguan jiwa mbk. Jadi mereka digabung dengan santri-santri normal yang lain dan pasien-pasien tersebut kadang bermain kesana kemari sehingga kami kesulitan mengawasi mereka”. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh SA, “Kendalanya belum ada sarana prasarana untuk tempat khusus bagi mereka yang mengalami problem psikologis. Karena belum ada tempat yang khusus untuk mereka, jadi harus ada yang mengawasi/memantau orang-orang yang mengalami problem psikologis tersebut”.

Tidak hanya dukungan keluarga dan sarana prasarana saja

yang menjadi kendala, namun santri itu sendiri juga menjadi kendala yang sangat utama. Karena kesungguhan dari santri tersebut yang sangat penting. Seperti yang telah dipaparkan oleh ZM, “Kendalanya ada pada orang itu sendiri. Kadang mereka itu mau sembuh akan tetapi tidak ada kesungguhan dalam proses penanganannya. Cara menanganinya ya dengan terus menerus memberikan arahan kepada mereka yang mengalami problem tersebut”.

Kemauan untuk sembuh dari penyakit-penyakit yang ada pada

santri adalah sebuah tekat yang kuat pada awal dari penyembuhan.

103

Tanpa adanya niat untuk sembuh, maka tidak akan sembuh santri

tersebut dari penyakitnya. Dengan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa dengan kemauan yang kuat, berusaha keras, dan pasrah kepada

Allah SWT. Maka segala hambatan yang melintas dapat teratasi.

Disetiap hambatan-hambatan yang melintas, tetap ada daya

dukung yang kuat dari pengasuh dan pengurus dalam penanganan

problem psikologis tersebut. Selain itu, lingkungan di Pondok

Pesantren Suryabuana juga menjadi daya dukung yang paling utama

karena letaknya yang sangat strategis.

Seperti yang telah dituturkan oleh AI, “Faktor pendukung yang paling utama yaitu lingkungan. Lingkungan disana sangat mendukung baik masyarakatnya yang mendukung, menerima dengan adanya mereka yang begitu warna kan. Kemudian faktor alamnya, disana kan dekat dengan pegunungan jadi sangat mendukung untuk terapi. Untuk sarana dan prasarana yang lebih utama adanya masjid, pendopo, dan kolam untuk mandi taubat yang ada disana sebagai sarana dalam proses penyembuhan. Akan tetapi yang paling mendukung lagi adalah dari dzikirnya itu yang akan menjadikan mereka lebih baik”. Kemudian ZM menambahkan, “Faktor pendukungnya karena ada berkah dari seorang guru. Dalam artian berkah yang menuju pada tempatnya yang ada di Suryabuana. Kemudian kasih sayang dari orang-orang yang berada di Suryabuana”.

104

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Penulis berhasil menghimpun dari berbagai kumpulan data di

lapangan bahwa terdapat beberapa macam problem psikologis yang dialami

oleh santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis,

Kabupaten Magelang.

Seperti yang telah dikatakan oleh AI, “Banyak ya mbk, banyak sekali problem yang dihadapi oleh santri terutama dalam kaitannya pencarian jati diri. Kebanyakan yang datang ke suryabuana itu karena cemas dan khawatir dalam pencarian jati diri dan jati Illahi. Namun di Suryabuana ini juga terdapat santri-santri yang mengalami gangguan jiwa seperti stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, peminum minuman keras, dan juga ada yang terkena gangguan jin”, tutur beliau.

Selain AI, penulis membuktikan dengan Informan yang berbeda yang

tidak lain adalah pengurus di pondok pesantren tersebut, “Ada mantan peminum, narkoba, maling, selingkuh, dan permasalahan rumah tangga (setres)”. Kata SA selaku Pengurus Kepala Devisi Pendidikan. Kemudian AA selaku Ketua Yayasan juga menambahkan, “Problem psikologis yang dialami ikhwan di podok ini biasanya, Narkoba, setres, peminum dan depresi juga ada”.

Berdasarkan perolehan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

macam-macam problem psikologis yang terdapat di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang yaitu cemas

dan khawatir, stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif,

peminum minuman keras, terkena gangguan jin, dan pencuri.

Jika merujuk pada tulisan Siswanto (2006: 71) di sebutkan bahwa

Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri menyebabkan individu

105

mengalami gangguan mental/problem-problem psikologis. Secara tradisional,

gangguan mental dapat dibagi menjadi dua, yaitu gangguan mental organik

dan gangguan mental fungsional. Gangguan mental organik adalah kegagalan

dalam penyesuaian diri yang disebabkan karena adanya faktor dari luar

seperti halnya keracunan alkohol, pemakai obat-obatan yang mengandung

zat-zat adiktif, kecelakaan atau ada kesalahan pada jaringan otaknya yang

disebabkan oleh sesuatu. Sedangkan gangguan mental fungsional adalah

kegagalan dalam penyesuaian diri yang disebabkan karena faktor intern pada

pasien tersebut. Seperti problem Psikokis, Neurosis, dan gangguan

kepribadian.

Dengan adanya rujukan tersebut maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa macam-macam problem psikologis yang terdapat di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat di

polakan menjadi dua macam yaitu gangguan mental organik yang berupa

pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, pencuri (maling), peminum

minuman keras, dan gangguan jin, dan gangguan mental fungsional yang

berupa cemas dan khawatir, stres, dan depresi.

Berbagai problem psikologis yang beragam tersebut diatas, terjadi

karena beberapa faktor. Dari setiap santri mempunyai masalah yang

berberanekaragam sehingga membuat mereka terjatuh dalam kegelapan dan

tidak bisa mengendalikan dirinya.

Kenyataan diatas sesuai dengan pernyataan AI, “Biasanya mereka karena mencari kebahagiaan yang ternyata salah jalan. Atau sama halnya mereka mencarian kebahagiaan sejati yang belum ketemu. Kebetulan jalan yang mereka temukan adalah jalan penyelewengan sehingga mereka terjerat

106

narkoba dan semacamnya. Sedangkan yang mengalami gangguan jiwa seperti stres dan depresi biasanya karena faktor pekerjaan yang gagal, problem kehidupan rumah tangga, diputus pacar, dan karena pikirannya sering kosong sehingga faktor luar bisa dengan mudah memasuki jiwanya”. Selain AI, pengurus lain juga menuturkan, “Biasanya mereka itu karena mengalami suatu permasalahan dan mereka tidak dapat menangani atau menyelesaikan suatu permasalahan tersebut. Sehingga mereka merasa buntu dan kebuntuan pola pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau mereka sampai sangat tinggi itukan membuat mereka sampai gila dan bisa juga mereka mencari kesenangan yang salah dalam artian mereka menggunakan hal-hal yang terlarang”. Kata ZM. MA juga menambahkan, “Karena pergaulan yang salah, dan orang-orang yang tidak kuat dalam menghadapi masalah hidupnya”.

Paparan pengurus tersebut menjadi referensi bagi penulis untuk

melakukan wawancara langsung dengan mantan santri yang mengalami

problem psikologis, merekapun dengan baik dan ramah menerima kedatangan

penulis dan mengakui problem psikologis yang pernah dialaminya.

Seperti yang dituturkan oleh S, “saya memakai obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif itu dulunya hanya untuk senang-senang saja. Ya biasa ketika masih muda pengen coba-coba saja karena teman-teman pada makai. Dan setiap punya masalah saya larinya pada hal-hal yang seperti itu. Tanpa disadari ternyata saya menjadi kecanduan mbk”. Tidak hanya untuk memuaskan hawa nafsu belaka, ada seorang santri mantan pecandu narkoba yang disebabkan untuk meditasi, “Sebenarnya saya dulu itu nakal, tapi nakalnya saya itu bukan kriminal mbk. Saya tergoda dengan narkoba mbk. Awalnya saya menggunakan narkoba itu untuk stimulan meditasi, namun pada satu titik tanpa saya sadari saya menjadi kecanduan mbk”. Kata TY.

B. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Temuan data di lapangan menunjukkan bahwa cara yang digunakan

dalam proses penanganan santri yang mengalami problem psikologis di

tempat tersebut adalah metode berdzikir.

Seperti yang telah dijelaskan oleh salah satu pengurus di pondok pesantren tersebut, “Penanganannya melalui metode pendekatan Dzikrullah. Dzikir ini lebih spesifik ala Tareqat Qodarih wa Naqsabandiyah. Dimana

107

disitu mencangkup dzikir jahr dan dzikir khoffi. Disamping itu juga ada ritual lainnya seperti mandi malam (mandi taubat) dan lain- lain nanti saya kasihkan bukunya mbk. Disitu sudah ada lengkap kurikulumnya dan lain-lain”. Jelas AI. Kemudian SA juga menambahkan, “Dengan metode berdzikir. Dimana dulu syaidina Ali bertanya pada Rasulullah “ ya Rasul, ajari saya amalan yang mudah, yang ringan, tapi cepat mengusul saya pada Illallah/ma’rifatullah dan amalan itu paling utama disisi Allah”. Kemudian Sayidina Ali di ajari/ditalqin oleh Rasulullah kalimat Lailaahaillallaah itu”.

Metode berdzikir menjadi metode paling pokok dalam proses

penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut, namun

terdapat terapi-terapi lainnya sebagai langkah dalam proses penanganan

tersebut. Langkah pertama ketika orang tua atau wakil yang membawa

anaknya datang ke Pondok Pesantren Suryabuana, mereka harus ditalqin

terlebih dahulu dalam artian supaya mereka mendapat pengajaran tentang

metode dzikir yang diajarkan oleh wali mursyid. Dengan begitu mereka telah

resmi menjadi santri di pondok pesantren tersebut. Kemudian setelah

mendapat talqin, orang tua harus mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di

pondok pesantren Suryabuana minimal mengikuti acara manaqib yang

diselenggarakan setiap satu lapan sekali. Sedangkan santri yang mengalami

problem psikologis tersebut mendapat terapi-terapi rohani yang di bimbing

oleh wali mursyid dan pengurus-pengurus yang lain supaya dapat sembuh

seperti sebelumnya.

Langkah-langkah dalam penanganan problem psikologis santri di

pondok pesantren tersebut yaitu:

1. Mandi Taubat

Mandi taubat ini dilakukan pada tengah malam sekitar jam 02.00

dan dengan niat bertaubat atau menghilangkan dosa-dosa diseluruh tubuh

108

mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Caranya yang pertama niat

mandi terlebih dahulu dengan membaca:

ى ال تع ب ن ذ ر ف ت ف ل ل س غ ال یت .نو

ل ق و ب ي ر ن ل نز أ ال نز ا م ك ار ب نت م أ یر و ین خ ل نز م الArtinya: “saya niat mandi taubat karena Allah SWT. Ya Allah,

tempatkanlah kami di tempat yang berkah, karena Engkau adalah sebaik-baik dzat yang memberi tempat/kedudukan” (Q.S. Al-Mukminun: 29).

kemudian menyiramkan air keseluruh tubuh atau dengan berendam

didalam air sambil mengucapkan “Subhanallaah ya Nuur” artinya: Maha

Suci Allah yang Bercahaya.

Seperti yang telah dikatakan oleh AI, “Kalau secara amaliyahnya metode berdzikir untuk yang umum dengan santri yang mengalami problem psikologis itu sama. Hanya saja yang membedakan kalau secara umum itu mereka mengamalkan dzikir yang harian setiap ba’dan sholat fardhu, amalan mingguan atau khataman, dan yang bulanan manakiban. Akan tetapi mereka yang mengalami gangguan psikologis ada jam tambahannya dan amalan-amalan yang lain. Yang pertama dilakukan dengan mandi taubat terlebih dahulu dengan niat “nawaitul ghusla liftifaridhunubi lillahita’ala. Rabbia’zilni munzalamubarakau waantakhairulmunzilin” itu do’a sebelum mandi begitu setiap kali menyiramkan air ke tubuh itu membaca “subhanallah yanuur” artinya Maha Suci Allah yang bercahaya bahwasannya secara fisik kita mandi membersihkan raga kita, dan secara batin sebenarnya kita sedang mandi cahaya untuk membersihkan hati. Dan setelah itu sholat-sholat sunnah, berdzikir dan puasa”.

Pada langkah mandi malam ini dapat meningkatkan kesadaran diri

(self conciousness) dan penyembuhan dari berbagai macam penyakit dan

kondisi-kondisi psikologis yang lain karena adanya pengaruh syaitan,

lemas, gelisah, susah, stres, dan lain-lain. Selain itu mandi juga

mengandung manfaat tereupatik. Terhadap penyakit atau gangguan-

gangguan biologis fisik yang bersifat psikosomatif. Menurut Ewart, pasien

yang mengalami delirium alkohol dan pasien yang mengalami keresahan,

109

agitasi, overitik dan kecemasan yang akut menunjukkan respon yang baik

terhadap hydroterapi.

2. Sholat

Sholat merupakan gerakan fisik dan mental dalam rangka

berkomunikasi dengan Pencipta Alam Semesta yaitu Allah SWT. Dari

setiap gerakan sholat memiliki aspek olah raga dan akupuntur yang

bersifat terapi mulai dari pra sholat atau wudhu sampai dengan gerakan

sholat itu sendiri.

Sedangkan bacaan-bacaan dalam sholat yang bersifat meditatif dan

do’a sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa karena do’a-do’a tersebut

mengandung kekuatan spiritual dan kekuatan rohaniah yang dapat

membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme. Dengan begitu sangat

esensial bagi penyembuhan suatu penyakit. Paparan tersebut senada

dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ankabut ayat 45 berikut:

ن ة إ ال الص ھى تن اء عن ش ح ف ال نكر م ال و

Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Q.S. Al-Ankabut: 45).

3. Dzikir

Berdzikir merupakan suatu komitmen dari setiap orang untuk

senantiasa menyebut Asma Allah dan selalu mengingat-Nya. Jenis dan

bentuk dzikir yang dipraktekkan di Pondok Pesantren Suryabuana Balak,

Pakis, Magelang adalah dzikir Jahr dan dzikir Khoffi.

Dzikir Jahr yaitu mengucap kalimat Laa Ilaaha Illallaah dengan

suara yang kuat. Hal itu dimaksudkan untuk melunakkan hati santri yang

110

sangat keras sehingga dengan kalimat tersebut hati santri diharapkan bisa

lembut dan menghidupkan hati supaya dekat dengan Allah. Sedangkan

dzikir Khoffi yaitu mengucapkan kalimat Allahu Allah didalan hati secara

terus menerus supaya hati santri selalu ingat dan menyebut nama Allah

disetiap nafasnya. Sehingga akan tertanam keimanan kepada Allah.

4. Qiyam al-lail

Qiyam al-lail atau bangun malam merupakan waktu yang paling

efektif untuk beribadah kepada Allah terutama pada waktu sepertiga

malam karena pada waktu itu Allah turun ke bumi untuk melihat apa yang

dikerjakan oleh umatnya pada saat itu. Sehingga menjadi waktu yang

paling mustajab untuk berdo’a kepada Allah SWT.

Apabila mandi taubat dan memperbanyak sholat sunnah pada

waktu tersebut selain mengandung unsur rohani juga bermanfaat bagi

tubuh santri. Karena memiliki aspek olah raga yang baik untuk

memperlancar peredaran darah dan kebugaran tubuh. Disamping itu,

dalam perspektif Al Qur’an, sholat tahajud mampu menjadi amalan ibadah

dan akan menambah pahala kita, sebagaimana ayat berikut:

ن م و یل د الل ج تھ ھ ف ب ة ل ك ناف ل سى ن ع ك أ ث بع بك ی ا ر قام ودا م م ح م

Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (Q.S. Al-Isra’:79).

5. Puasa

Puasa berarti menahan diri dari makanan, minuman, dan hawa

nafsu dari berhubungan seks. Sehingga akan melatih seseorang secara

111

psikologis untuk berperilaku disiplin dan meningkatkan kemampuan

mengendalikan diri. Dengan begitu seseorang yang mempunyai masalah

mampu menyelesaikannya dengan baik-baik.

Selain manfaat-manfaat psikologis tersebut, puasa juga berguna

untuk kesehatan fisik seperti terciptanya keseimbangan asam-basa

lambung karena stres, tekanan darah tinggi, terlalu banyak kolestrol, dan

lain-lain (Profil PP.Suryabuana. 1999). Sebagaimana sabda Nabi:

“Berpuasalah kamu sekalian agar tubuhmu sehat”.

Berdasarkan Temuan data tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis di

Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten

Magelang adalah Mandi Taubat, Sholat, Dzikir, Qiyam al-lail, dan puasa.

Namun yang menjadi metode utama adalah berdzikir. Hal ini dikarenakan

metode berdzikir merupakan ajaran pokok dalam Thoreqot Qodariyah wa

Naqsyabandiyah dan manfaat-manfaat dari berdzikir tersebut dapat dirasakan

oleh para santri yang mengalami problem psikologis tersebut separti halnya

mereka merasa tenang dan nyaman.

Temuan data tersebut senada dengan pengertian dzikir menurut

Valiuddin (1997: 84), dzikir adalah senantiasa dan terus menerus mengingat

Allah, sebagai metode paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai

kehadiran Ilahi. Dengan hati yang bersih karena selalu mengingat Allah maka

akan menjadikan hati kita tenang, merasa dekat dengan Allah dan hati kita

akan bercahaya. Seperti dalam firman Allah SWT:

112

ین ذ وا ال ن آم ن ئ م تط وبھم و ل ق ر ك ذ ب هللا ◌ ال أ ر ك ذ ب هللا ن ئ م وب تط ل ق ال

Artinya: “Dengan mengingat Allah, hati orang-orang yang beriman menjadi tenang. Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang”. (QS Ar-Ra’d: 28)

Mengapa kita perlu dzikir kepada Allah? Hal itu dikarenakan hanya

Allahlah yang mampu memberikan perasaan tenang dan nyaman, jauh dari

rasa cemas dan takut, sebagaimana firmannya dalam Q.S. Quraisy: 4 :

ف و خ ن م نھم آم و

Artinya: “dan hanya Allah yang mengamankan mereka dari rasa takut”. Ketenangan hati yang ada pada santri, mampu membuatnya untuk

berfikir secara jernih dan rasional. Dengan begitu santri tersebut dapat

memilih mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah untuk dilakukan.

Sehingga mereka akan tetap pada jalan Allah dan akan dipermudah oleh

Allah dalam menyelesaikan segala permasalah yang dihadapinya.

C. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis

Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang

Temuan data yang berhasil penulis kumpulkan di lapangan

menunjukkan bahwa metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis

santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis,

Kabupaten Magelang dapat dikatakan efektif karena banyaknya perubahan

yang terjadi pada santri yang mengalami problem psikologis setelah melewati

masa-masa penanganan ditempat tersebut. Mereka yang dulunya peminum

113

minuman keras, pecandu narkoba, pencuri (maling), dan kena gangguan Jin

sekarang hal-hal tersebut telah ditinggalkan oleh mereka dan tidak diulangi

lagi. Bahkan mereka berubah menjadi santri yang lebih baik dan selalu taat

kepada Allah SWT dalam artian mereka selalu sholat lima waktu, Qiyamul

lail, dzikiran, dan sering berbuat baik pada orang lain.

Sedangkan santri yang mengalami cemas dan khawatir, stres, dan

depresi setelah menjalani penanganan-penanganan di tempat tersebut mereka

merasa lebih tenang. Sehingga tingkat kesembuhan pada pasien yang pernah

ditangani di tempat tersebut antara 80% sampai 100% tergantung dari tingkat

keseriusan penyakit yang dialaminya.

Kenyataan tersebut dapat dibuktikan dari pernyataan salah satu pengurus yang menangani permasalahan tersebut, “Efektif mbk. Karena kebanyakan 80% bahkan 100% mereka dapat sembuh”. Kata SA ketika di Pendopo. Kemudian pengurus yang lain juga menambahkan, “Saya mengatakan efektif mbk. Sebab induk dari semua penciptaan hidup manusia, induk psikologis yang akhirnya beraneka warna itukan berawal dari mereka lupa kepada Allah. Karena hatinya lupa kepada Allah maka hatinya menjadi gelisah. Nah dzikir ini dikatakan efektif karena akan menyadarkan kembali orang-orang tersebut kepada Allah SWT. Sehingga kami membuktikan salah satu firman Allah, “Allabidzikrillahi tanmainal qulub” “ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati kalian akan menjadi tenang”. Dan itu terbukti”. Jelas AI selaku ketua Devisi Inabah. Kemudian, ZM juga menuturkan bahwa metode berdzikir itu efektif, “Sangat efektif mbk, karena orang berdzikir itu segala sesuatunya akan kembali kepada Allah dan dengan berdzikir maka akan menjadikan orang itu berserah diri kepada Allah secara sempurna.” Jelas ZM.

Selain pengurus, penulis juga membuktikan keefektivan metode

berdzikir kepada mantan pasien di tempat tersebut, “Kalau menurut saya sangat luar biasa mbk. Karena terbukti secara nyata mbk”. Kata TM. Kemudian mantan pasien lainnya juga menuturkan pendapatnya, “menurut saya sangat efektiv mbk, karena saya dapat membuktikannya sendiri. Dan setelah melakukan dzikir tersebut saya sudah tidak punya keinginan lagi untuk memakai obat-obatan terlarang itu”. Jelas Sa.

114

Paparan diatas membuktikan bahwa Sa dulunya pecandu narkoba dan

peminum minuman keras karena selama hidupnya dia lupa kepada Allah, dia

tidak pernah sholat, ngaji, dzikir, apalagi sholat malam, dan Sa juga sering

berbuat tidak baik dengan anak dan Istrinya. Akan tetapi dalam hubungannya

dengan orang lain baik. Kemudian ada seorang temannya yang mengajak Sa

ke Pondok Pesantren Suryabuana tersebut. Setelah di Talqin dan melewati

beberapa penanganan di tempat tersebut selama 40 hari Sa sembuh total dia

tidak pernah memakai narkoba dan meminum-minuman keras lagi sampai

sekarang bahkan kehidupan keluarganya menjadi lebih baik dan sekarang Sa

beserta Istri dan anaknya tinggal di Pondok Pesantren Suryabuana karena

mereka merasa lebih nyaman.

Allah SWT juga menjelaskan dalam Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 28

bahwa barang siapa yang selalu mengingat Allah (berdzikir) maka Allah akan

menenangkan hatinya. Sehingga telah jelas bahwa dengan hati yang tenang

akan membawa kepada pemikiran yang benar dan dengan begitu jiwa raga

santri akan merasa sehat dan segala persoalan yang dihadapi dapat diatasinya

dengan baik.

D. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam Penanganan

Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Hambatan dan dukungan menjadi faktor utama dalam setiap kegiatan

yang dijalankan oleh suatu lembaga. Tidak lain hambatan-hambatan yang

terdapat dalam proses penanganan problem psikologis santri di Pondok

115

Pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang. Hambatan-hambatan tersebut

yaitu Pengurus merasa kesulitan mengawasi santri yang mengalami problem

psikologis karena belum adanya kamar atau tempat yang khusus untuk

mereka. Sehingga mereka campur dengan santri-santri normal pada biasanya

dan bebas kemana-mana. Selain kamar khusus untuk santri yang belum ada,

pihak keluarga juga menjadi kendala bagi santri yang mengalami problem

psikologis karena kurang dukungan dari orang tuanya sendiri. Meskipun tidak

semua orang tua dari santri tersebut, namun ada beberapa pihak

keluarga/orang tua yang hanya memasrahkan anaknya ke Pondok Pesantren

Suryabuana untuk memperoleh terapi dan penanganan problem psikologis

yang dialami oleh anaknya sendiri. Namun setelah mereka memasrahkan

anaknya tersebut, mereka kemudian hanya melepaskan anaknya di Pondok

Pesantren tersebut. Padahal anak tersebut juga membutuhkan dorongan do’a

dari kedua orang tuanya dengan cara berdzikir seperti yang telah dilakukan

oleh anaknya. Supaya santri tersebut bisa lebih cepat dalam proses

penyembuhannya. Hal itu dikarenakan ikatan antara seorang anak dengan

orang tua itu sangat kuat. Terlebih do’a dari seorang ibu. Akan tetapi lain

dengan kenyataan bahwa sebagian dari mereka hanya menyerahkan

semuanya kepada pengasuh dan pengurus di Pondok Pesantren tersebut.

Sarana prasarana yang kurang mendukung juga menurunnya

kontribusi orang tua bukanlah hambatan satu-satunya dalam proses

penanganan problem psikologis di tempat tersebut karena terdapat hambatan

116

lain yaitu dari santri itu sendiri. Kurangnya semangat dan kesungguhan untuk

sembuh dari santri menjadikan lambannya proses penyembuhan pada dirinya.

Hambatan yang begitu banyak dalam proses penanganan problem

psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana tersebut tidak menjadikan

berhentinya pengasuh dan pengurus melakukan proses penyembuhan. Karena

dengan niat dan tekat yang kuat mereka untuk membantu menyembuhkan

santri-santrinya, semua hambatan tersebut dapat teratasi. Ditambah lagi

adanya faktor-faktor pendukung yang dapat membantu mereka dalam proses

penyembuhannya.

Temuan data di lapangan menunjukkan bahwa faktor pendukung yang

terdapat di tempat tersebut yaitu Lingkungan yang sangat mendukung, hal

tersebut dapat dilihat, secara alami Pondok Pesantren Suryabuana dekat

dengan pegunungan sehingga sangat bagus untuk terapi, selain itu terdapat

sarana prasarana yang berupa masjid, pendopo, dan kamar mandi (kolam)

yang khusus untuk mandi taubat, dan masyarakat pada umumnya yang dapat

menerima apa adanya santri-santri yang beranekaragam tersebut.

117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan temuan data di lapangan, penulis dapat

menyimpulkan bahwa efektivitas metode berdzikir dalam penanganan

problem psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak,

Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut:

1. Macam-macam problem psikologis yang terdapat di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat di

polakan menjadi dua yaitu gangguan mental organik yang berupa

pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, maling, peminum

minuman keras, dan gangguan jin, dan gangguan mental fungsional yang

berupa cemas dan khawatir, stres, dan depresi dari para santri.

2. Terdapat beberapa langkah dalam penanganan problem psikologis santri di

Pondok Pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang. Langkah-langkah

tersebut yaitu Talqin, mandi taubat, sholat, dzikir, Qiyam al-lail, dan

puasa. Namun dari berbagai langkah-langkah tersebut, yang menjadi

metode paling utama yaitu metode berdzikir. Metode berdzikir yang

diamalkan di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan

Pakis, Kabupaten Magelang adalah berdzikir ala Tareqat Qodariyah wa

Naqsabandiyah. Mereka menggunakan dzikir jahr dan dzikir khoffi.

Dzikir Jahr yaitu mengucap kalimat Laa Ilaaha Illallaah dengan suara

yang kuat. Hal itu dimaksudkan untuk melunakkan hati santri yang

118

sangat keras sehingga dengan kalimat tersebut hati santri diharapkan bisa

lembut dan menghidupkan hati supaya dekat dengan Allah. Sedangkan

dzikir Khoffi yaitu mengucapkan kalimat Allahu Allah didalan hati secara

terus menerus supaya hati santri selalu ingat dan menyebut nama Allah

disetiap nafasnya. Sehingga akan tertanam keimanan kepada Allah.

3. Metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten

Magelang dapat dikatakan efektif karena banyaknya perubahan yang

terjadi pada santri setelah melewati masa-masa penanganan ditempat

tersebut. Mereka yang dulunya peminum minuman keras, pecandu

narkoba, pencuri (maling), dan kena gangguan Jin sekarang hal-hal

tersebut telah ditinggalkan oleh mereka dan tidak diulangi lagi. Bahkan

mereka berubah menjadi santri yang lebih baik dan selalu taat kepada

Allah SWT dalam artian mereka selalu sholat lima waktu, Qiyamul lail,

dzikiran, dan sering berbuat baik pada orang lain.

Sedangkan santri yang mengalami cemas dan khawatir, stres, dan

depresi setelah menjalani penanganan-penanganan di tempat tersebut

mereka merasa lebih tenang bahkan santri yang pernah ditangani oleh

pihak pondok pesantren tersebut dapat sembuh total.

119

4. Faktor pendukung keberhasilan dalam penanganan problem psikologis

santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis,

Kabupaten Magelang antara lain:

a. Lingkungan/letak geografis yang relatif sejuk karena pondok

pesantren ini letaknya di lereng Gunung Balak.

b. Adanya devisi Inabah yang khusus menangani problem-problem

psikologis santri.

c. Terdapat sarana prasarana yang berupa masjid, pendopo, dan kolam

(kamar mandi) yang khusus untuk mandi taubat para santri

d. Dukungan masyarakat pada umumnya terhadap keberadaan santri

yang beranekaragam.

Sedangkan hambatan-hambatan yang ada dalam penanganan

problem psikologis santri di tempat tersebut yaitu:

a. Sarana Prasarana terkait tempat khusus untuk santri yang mengalami

problem psikologis belum ada.

b. Terbatasnya dukungan dari orang tua pasien, hal itu dikarenakan

mereka sekedar memasrahkan dan kemudian pulang.

c. Lemahnya motivasi untuk sembuh dari sebagian para santri itu

sendiri.

d. Belum meratanya kemampuan devisi Inabah dalam penanganan

santri yang mengalami problem psikologis.

120

Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menangani

keterbatasan-keterbatasan tersebut, misalnya:

a. Untuk sementara waktu, santri yang mengalami problem psikologis

tersebut ditempatkan dengan santri-santri yang lainnya.

b. Memberikan pengarahan tentang langkah-langkah penanganan baik

yang melibatkan santri yang bersangkutan maupun keterlibatan

orang tua.

c. Memberikan dukungan secara terus menerus kepada santri yang

bersangkutan.

B. Saran

1. Bagi pihak Pondok Pesantren Suryabuana

a. Akan lebih baik jika Pondok Pesantren mengadakan kerjasama

dengan para psikolog dalam penanganan problem-problem psikologis.

b. Mengadakan latihan secara periodik tentang kemampuan menangani

problem psikologis

2. Bagi keluarga santri, agar lebih peduli dengan kerabatnya yang sedang

dalam penanganan problem psikologis yang dialaminya di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten

Magelang. Terutama dalam mengamalkan dzikir yang telah diajarkan oleh

wali mursyid untuk mendo’akan anggota keluarganya yang sedang dalam

proses penyembuhan.

3. Bagi santri, tindakan preventif terhadap diri sendiri lebih bagus dari pada

mengobati.

121

C. Penutup

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Sang Maha

Penyelaras Jiwa, Allah SWT atas segala nikmat dan kekuatan yang

dilimpahkan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dalam

bentuk skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi ini belum

sampai pada tahap kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis.

Oleh karena itu demi kesempurnaan penelitian skripsi ini, penulis sangat

mengharap kritik dan saran dari para pembaca. Semoga dengan kritik dan

saran yang pembaca berikan dapat membangun skripsi ini sampai mendekati

tahap kesempurnaan.

Penelitian skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan dengan baik tanpa

adanya bimbingan, arahan, dan motivasi dari semua pihak terutama dosen

pembimbing. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya

kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan sumbangsihnya

dalam proses penyelesaian penelitian skripsi ini sehingga mencapai tahap

selesai. “Jazakillahu Ahsanal Jaza”, semoga Allah membalas dengan

sebaik-baiknya balasan.

Akhirnya penulis mengharap semoga skripsi ini menjadi

sumbangansih pikiran, menambah wawasan, bermanfaat bagi penulis dan

para pembaca pada umumnya.

122

DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Abubakar. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani.

Subandi. 2009. Psikologi Dzikir: Studi Fenomenologi Pengalaman Transformasi

Religius. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hawari, Dadang. 1998. Do’a dan Dzikir: Sebagai Pelengkap Terapi Medis.

Jakarta: Dana Bhakti Primayasa.

Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Kosdakarya.

Suharsini, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik – bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan.

Jakarta: Paramadina.

Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju

Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Amin, Samsul Munir dan Al-Fandi, Haryanto. 2008. Energi Dzikir. Jakarta:

Amzah.

Fahmi, Musthofa. 1977. Kesehatan Jiwa: dalam Keluarga, Sekolah, dan

Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang.

Dhofier, Zamakhsyari. 1978. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

Kyai. Semarang: LP3ES.

123

Muni M, Add, dkk. 2007. Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat. Jakarta:

CV.Prasasti.

Fattah, M. Sa’dullah. 1984. Prinsip – prinsip Islam dalam Upaya Menyehatkan

Kehidupan Masyarakat. Pekalongan: T.B. Bahagia.

Jaelani, A. F. 2001. Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Amzah.

Daradjat, Zakiah. 1983. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Widyatmini dan Amperaningrum, Izzati. Pengantar Organisasi dan Metode.

Jakarta: Gunadarma.

Kesumo, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.

Yogyakarta: Caraswatibooks.

Hassan, Fuad dan Koentjaraningrat. 1979. Metode-metode Penelitian Masyarakat.

Jakarta: PT. Gramedia.

Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.

Yogyakarta: Trust Media.

Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya

Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Valiuddin, Mir. 1997. Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka

Hidayah.

Syukur, Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daniel, Moehar. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi: Dilengkapi Beberapa

Alat Analisa dan Penuntun Penggunaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Qomar, Mujamil. 2010. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

124

Masykur, Muhammad Syafi’i. 2011. Dzikir for Muslimah: Tetap Berpahala

Ketika Haid. Yogyakarta: Shira Media.

Zahri, Mustafa. 1976. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu.

Nicholson, Reynold. A. 1997. Aspek Rohaniah Peribadatan Islam di dalam

Mencari Keridhoan Allah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Al-Ghazali, Abu Hamid. 1994. Rahasia Zikir dan Do’a. Bandung: Karisma

Siswanto. 2006. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya.

Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Siti, Sundari. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Suyadi. 2008. Quantum Dzikir: Interkoneksi Dzikir dan Optimalisasi Kecerdasan

Manajemen Dzikir Berorientasi Sempurnanya SQ, EQ, IQ. Jogyakarta:

Diva (Anggota IKAPI).

Profil PP.SB. Magelang Indonesia. 1999.

125

Lampiran-lampiran.

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk pengurus Pondok Pesantren Suryabuana

I. Identitas Informan :

1. Nama :

2. Usia :

3. Pekerjaan :

4. Hari/tanggal wawancara :

5. Waktu :

II. Sasaran Wawancara :

1. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

2. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

3. Cara-cara Penanganan (operasionalisasi metode berdzikir) Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

4. Faktor-faktor Pendukung dan penghambat dalam Penanganan

Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan cara

penanganannya

126

III. Butir-butir Pertanyaan :

1. Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok

pesantren suryabuana?

2. Mengapa problem psikologis itu terjadi?

3. Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem

psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan

lain dengan mengguanakan metode apa?

4. Adakah metode tersebut efektif?

5. Apa indikator dari efektivitas tersebut?

6. Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?

7. Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami

problem psikologis tersebut?

8. Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami

problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

9. Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-

kembangkan metode berdzikir?

10. Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami

problem psikologis atau berlaku umum?

11. Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir

sebagai metode dalam terapannya?

127

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk santri Pondok Pesantren Suryabuana

IV. Identitas Informan :

6. Nama :

7. Usia :

8. Pekerjaan :

9. Hari/tanggal wawancara :

10. Waktu :

V. Sasaran Wawancara :

5. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

6. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

7. Cara-cara Penanganan (operasionalisasi metode berdzikir) Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

8. Faktor-faktor pendukung dan Penghambat dalam Penanganan

Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan cara

penanganannya

128

VI. Butir-butir Pertanyaan :

1. Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok

pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?

2. Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis

tersebut?

3. Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda

mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus

memberi terapi pada problem psikologis anda?

4. Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari

pengurus?

5. Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan

efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis

tersebut?

129

YAYASAN BAKTI UMAT -PUSAT-

PONDOK PESANTREN SURYABUANA Akte Notaris : No 26 Tanggal 9 Juli 1999

NPWP NO : 01.821.103.7-524.000 Alamat : Jl. Magelang Kopeng KM 15, Balak Losari

Pakis Magelang 56193

Surat Keterangan No : 165/37/YBUP.PP.SB/2015

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : H. M. Akib Ali Atmo

Jabatan : Ketua Umum Pondok Pesantren Suryabuana

Alamat : Balak, 04/01, Losari Pakis Magelang

Menerangkan dengan sesungguhnya :

Nama : Faizatun

Nim : 11111196

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : PAI (Pendidikan Agama Islam)

Yang bersangkutan telah melaksanakan penelitian pada pengurus dan santri untuk menyusun skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang”.

Demikian surat keterangan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pakis, Agustus 2015 Ketua Umum Ponpes Suryabuana

(H. M. Akib Ali Atmo)

130

RESPONDEN PENGURUS

I. Identitas Informan :

1. Nama : Ahmad Ikhda Sufiyana

2. Usia : 33 Tahun

3. Pekerjaan : Kepala Devisi Inabah

4. Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 5 Agustus 2015

5. Waktu : 16.07

II. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

Banyak ya mbk, banyak sekali problem yang dihadapi oleh santri terutama dalam kaitannya pencarian jati diri. Kebanyakan yang datang ke suryabuana itu karena cemas dan khawatir dalam pencarian jati diri dan jati Illahi. Namun di Suryabuana ini juga terdapat santri-santri yang mengalami gangguan jiwa seperti stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, peminum minuman keras, dan juga ada yang terkena gangguan jin.

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Biasanya mereka karena mencari kebahagiaan yang ternyata salah jalan. Atau sama halnya mereka mencarian kebahagiaan sejati yang belum ketemu. Kebetulan jalan yang mereka temukan adalah jalan penyelewengan sehingga mereka terjerat narkoba dan semacamnya. Sedangkan yang mengalami gangguan jiwa seperti stres dan depresi biasanya karena faktor pekerjaan yang gagal, problem kehidupan rumah tangga, diputus pacar, dan karena pikirannya sering kosong sehingga faktor luar bisa dengan mudah memasuki jiwanya.

3 Bagaimana penanganan pada

Penanganannya melalui metode pendekatan Dzikrullah. Dzikir ini lebih spesifik ala Tareqat

131

santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?

Qodarih wa Naqsabandiyah. Dimana disitu mencangkup dzikir jahr dan dzikir khoffi. Disamping itu juga ada ritual lainnya seperti mandi malam (mandi taubat) dan lain- lain nanti saya kasihkan bukunya mbk. Disitu sudah ada lengkap kurikulumnya dan lain-lain.

4 Adakah metode tersebut efektif?

Saya mengatakan efektif mbk. Sebab induk dari semua penciptaan hidup manusia, induk psikologis yang akhirnya beraneka warna itukan berawal dari mereka lupa kepada Allah. Karena hatinya lupa kepada Allah maka hatinya menjadi gelisah. Nah dzikir ini dikatakan efektif karena akan menyadarkan kembali orang-orang tersebut kepada Allah SWT. Sehingga kami membuktikan salah satu firman Allah, “Allabidzikrillahi tanmainal qulub” “ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati kalian akan menjadi tenang”. Dan itu terbukti.

5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?

Adanya perubahan dari yang bersangkutan menjadi lebih baik.

6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?

Pelaksanaannya ada dua cara, yang pertama setiap setelah shalat fardhu kemudian ada juga khataman mingguan, dan dzikir bulanan. Yang dzikir harian tadi dzikir jahr dan khoffi, kemudian mingguan itu khotaman dan yang bulanan manakiban. Khotaman itu kumpulan do’a-do’a dan shalawat Nabi yang sudah dirangkum dan dikumpulkan oleh wali Mursyid atau Guru kami.

7

Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?

Faktor pendukung yang paling utama yaitu

lingkungan. Lingkungan disana sangat

mendukung baik masyarakatnya yang

mendukung, menerima dengan adanya mereka

yang begitu warna kan. Kemudian faktor

alamnya, disana kan dekat dengan pegunungan

jadi sangat mendukung untuk terapi. Untuk

sarana dan prasarana yang lebih utama adanya

132

masjid, pendopo, dan kolam untuk mandi taubat

yang ada disana sebagai sarana dalam proses

penyembuhan. Akan tetapi yang paling

mendukung lagi adalah dari dzikirnya itu yang

akan menjadikan mereka lebih baik.

8

Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

Faktor penghambatnya kadang dari orang tua

santri yang kurang mendukung. Artinya kadang

mereka itu hanya memasrahkan anaknya saja

disini, kemudian sembuh gak sembuh disini

begitu, padahal disini berbeda dengan rumah

sakit. Kalo di pondok pesantren orang tua juga

harus ikut mendukung, dalam artian tidak

hanya anaknya yang berdzikir disini, akan

tetapi juga kedua orang tuanya yang harus ikut

berdzikir mendo’akan anaknya karena antara

anak dengan orang tua itukan ada ikatan yang

sangat kuat.

Cara mengatasinya ketika orang tua itu

memasrahkan anaknya maka kami beritahu

terlebih dahulu bahwasannya harus ada

hubungan yang harmonis antara orang tua dan

anaknya.

9

Upaya apa saja yang

dilakukan pengurus

dalam meningkat-

kembangkan metode

berdzikir?

Upayanya yaitu kami mengirim mubaligh-

mubaligh ke beberapa wilayah untuk membuka

majelis-majelis dzikir. Karena kalo yang datang

orang-orang yang mempunyai problem

psikologis seperti pecandu narkoba, peminum,

setres, dan depresi itu kan hal-hal yang wajar

133

dan terlihat secara jelas. Akan tetapi

bahwasannya yang namanya manusia itu kan

mempunyai penyakit jiwa yang tidak terlihat

oleh kasap mata, seperti halnya penyakit iri,

dengki, pemarah, dan lain-lain. Nah itu yang

menjadi target utama kami untuk mengajak

mereka ayo berdzikir bersama untuk

mendekatkan diri kepada Allah.

10

Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

Khusus dan umum. Kalau untuk yang

mempunyai penyakit psikologis yang nyata itu

tentu dengan yang khusus. Akan tetapi kita juga

memberikan kepada yang umum melalui

metode talqin. Talqin itu tuntunan,

ajaran/ajarkan, menanamkan bibit

Lailaahaillallah untuk masyarakat umum agar

tidak berdzikir dalam lisan saja tetapi juga bisa

merasakannya sampai ke hati. Dan siapa yang

menginginkan itu bisa mengambil ijazah

tersebut.

11

Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?

Kalau secara amaliyahnya itu sama. Hanya saja

yang membedakan kalau secara umum itu

mereka mengamalkan dzikir yang harian setiap

ba’dan sholat fardhu, amalan mingguan atau

khataman, dan yang bulanan manakiban. Akan

tetapi mereka yang mengalami gangguan

psikologis ada jam tambahannya dan amalan-

amalan yang lain. Yang pertama dilakukan

dengan mandi taubat terlebih dahulu dengan

niat “nawaitul ghusla liftifaridhunubi

lillahita’ala. Rabbia’zilni mungzalamubarakau

134

waantakhairulmunzilin” itu do’a sebelum

mandi begitu setiap kali menyiramkan air ke

tubuh itu membaca “subhanallah yanuur”

artinya Maha Suci Allah yang bercahaya

bahwasannya secara fisik kita mandi

membersihkan raga kita, dan secara batin

sebenarnya kita sedang mandi cahaya untuk

membersihkan hati. Dan setelah itu sholat-

sholat sunnah dan berdzikir seperti yang ada

pada kurikulum di buku ini.

135

RESPONDEN PENGURUS

III. Identitas Informan :

6. Nama : Muhammad ‘Abdul Irfani

7. Usia : 48 Tahun

8. Pekerjaan : Anggota Divisi Amal Usaha

9. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 17 Agustus 2015

10. Waktu : 18.45 WIB

IV. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1 Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

Ada yang pecandu narkoba, gangguan jiwa, dan anak-anak nakal lainnya.

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Karena pergaulan yang salah, dan orang-orang yang tidak kuat dalam menghadapi masalah hidupnya.

3

Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?

Dengan metode berdzikir dan nanti disuruh mandi taubat.

4 Adakah metode tersebut efektif? Oh, sangat efektif itu mbk.

5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?

Karena adanya perubahan. Oh perbedaannya itu cepet sekali mbk.

6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?

Pertama-tama itu di talqin, kemudian mengikuti apa yang telah di pandu oleh wali mursyid dan setelah itu mandi taubat, shalat taubat dan shalat-shalat sunnah lainnya, kemudian baru berdzikir kepada Allah.

136

7

Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?

Faktor pendukungnya yaitu lingkungan atau tempat yang ada di Suryabuana sangat mendukung.

8

Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

Kurangnya kepercayaan dari pihak keluarga. Dan cara mengatasinya seperti halnya memberikan sosialisasi.

9 Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?

Dengan berdakwah kemana-mana dan mengajak masyarakat sekitar.

10

Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

Berlaku untuk umum.

11

Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?

Sama mbk. Secara amaliyahnya sama akan tetapi kalau yang mengalami problem psikologis tersebut ada do’a-do’a tambahannya.

137

RESPONDEN SANTRI

V. Identitas Informan :

11. Nama : Agus Riyanto

12. Usia : 30 Tahun

13. Pekerjaan : Santri

14. Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 22 Agustus 2015

15. Waktu : 17.00 WIB

VI. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?

awalnya saya tidak paham mbk dengan diri saya sendiri. Setiap ada masalah saya merasa bingung-bingung seperti orang setres. Lama-lama masalah yang saya hadapi semakin rumit dirasakan dan sering teriak-teriak. Kalau orang-orang mengatakan saya sudah gila. Hehehe. Biasanya mbk, masalah kehidupan rumah tangga. He.e

2 Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?

Ketika saya berumur 26 tahun sampai 28 tahunnan mbk.

3

Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?

Dengan cara terus berdzikir kepada Allah mbk. Saya di talqin atau diajari cara berdzikir ala Tareqat Qodariyah wa Naqsabandiyah dan diberi amalan untuk membaca dzikir sebanyak 165x setiap ba’da sholat fardhu. Selain itu saya juga disuruh bangun malam untuk mandi taubat, sholat-sholat sunnah dan berdzikir.

4 Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan Saya merasa tenang dan tentram

138

dari pengurus? dalam melakukan aktifitas sehari-hari

5

Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?

Menurut saya efektif mbk, karena saya membuktikan sendiri bahwa setiap kali selesai berdzikir, saya merasa hidupnya tentram.

139

RESPONDEN PENGURUS

VII. Identitas Informan :

16. Nama : Habib Said Dedi Rahman

17. Usia : 35 Tahun

18. Pekerjaan : Penjaga Pendopo

19. Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 22 Agustus 2015

20. Waktu : 14.15 WIB

VIII. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

Narkoba, stres , depresi dan peminum minuman keras

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Biasanya mereka itu karena mengalami suatu permasalahan dan mereka tidak dapat menangani atau menyelesaikan suatu permasalahan tersebut. Sehingga mereka merasa buntu dan kebuntuan pola pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau mereka sampai sangat tinggi itukan membuat mereka sampai gila dan bisa juga mereka mencari kesenangan yang salah dalam artian mereka menggunakan hal-hal yang terlarang.

3

Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?

Dengan metode berdzikirmbk.

140

4 Adakah metode tersebut efektif?

Sangat efektif mbk, karena sudah ada buktinya dan tidak hanya satu dua orang saja, tapi sudah banyak yang dapat ditangani.

5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?

Terjadinya perubahan pada santri yang mengalami problem psikologis

6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?

Setiap ba’da shalat fardhu membaca dzikir sebanyak 165x, kataman setiap dua minggu sekali, dan manakiban tiap satu lapan sekali. Untuk santri yang mengalami gangguan psikologis ditambah dzikiran setiap sepertiga malam.

7

Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?

Lingkungan yang mendukung

8

Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

hambatannya belum ada sarana tempat yang khusus untuk anak yang mengalami gangguan jiwa mbk. Jadi mereka digabung dengan santri-santri normal yang lain dan pasien-pasien tersebut kadang bermain kesana kemari sehingga kami kesulitan mengawasi mereka

9

Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?

Dengan cara berdakwah, mengajak masyarakat untuk senantiasa berdzikir kepada Allah.

10

Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

Berlaku umum bagi siapa saja yang mau.

11

Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?

Untuk amalannya sama, akan tetapi terdapat terapi-terapi tambahan untuk santri yang mengalami gangguan psikologis.

141

RESPONDEN PENGURUS

IX. Identitas Informan :

21. Nama : H.M. Akib Ali Atmo

22. Usia : 53 Tahun

23. Pekerjaan : Ketua Yayasan Bakti Umat PP.

Suryabuana

24. Hari/Tanggal Wawancara : 19 Agustus 2015

25. Waktu : 14.00 WIB

X. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1 Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

Problem psikologis yang dialami ikhwan di podok ini biasanya, Narkoba, setres, peminum dan depresi juga ada.

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Karena kebanyakan dari mereka hatinya sedang kosong, sehingga mereka mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak benar.

3

Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?

Dengan menggunakan metode berdzikir.

4 Adakah metode tersebut efektif? Sangat efektif

5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?

Adanya perubahan pada orang yang mengalami problem psikologis tersebut.

6 Bagaimana pelaksanaan metode Yang pertama dengan talqin. Talqin

142

(berdzikir) tersebut? itu sama halnya dengan baiat. Talqin dzikir berarti mereka belajar berdzikir. Setelah itu orang tersebut harus mandi taubat. Kemudian orang tersebut mempunyai kewajiban berdzikir 165 X setiap ba’da shalat. Dan kegiatan seterusnya yaitu mandi taubat pada malam hari kemudian sholat sunnah dan berdzikir.

7

Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?

Faktor pendukungnya lingkungan sekitar.

8

Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

Kurang dukungan dari orang tua. Cara mengatasinya dengan memberikan pengarahan kepada orang tua ketika mereka memasrahkan anaknya.

9 Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?

Dengan berdakwah untuk mengajak orang-orang berdzikir kepada Allah.

10

Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

Untuk umum.

11

Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?

Kalau amaliyahnya sama dengan yang umum akan tetapi ada tambahan untuk orang-orang yang secara kasap mata telah diketahui mempunyai gangguan psikologi.

143

RESPONDEN PENGURUS

XI. Identitas Informan :

26. Nama : Saefullah Ansori, S.Pd.I

27. Usia : 35 Tahun

28. Pekerjaan : Kepala Devisi Pendidikan

29. Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 19 Agustus 2015

30. Waktu : 11.00 WIB

XII. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

Ada mantan peminum, narkoba, maling, selingkuh, dan permasalahan rumah tangga.

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Mengapa problem psikologis itu terjadi sebenarnya berawal dari masing-masing orangnya. Kalau kita menilik dalam sebuah hadis Rasulullah bahwa dalam diri manusia itu ada segumpal daging. Apabila daging itu busuk, maka busuklah semua jasad, namun apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad. Jadi semua permasalahan yang timbul pada manusia itu ya tergantung daging pada manusia itu, daging itu yaitu hati manusia. Sehingga apabila hati mereka itu kotor, maka mereka akan masuk dalam masalah-masalah yang telah menjerumuskan mereka sendiri. Seperti contoh adanya permasalahan rumah tangga, mereka belum mampu mengatasinya sehingga membuat mereka stres, dan lain-lain.

3 Bagaimana penanganan pada santri yang

Dengan metode berdzikir. Dimana dulu syaidina Ali bertanya pada Rasulullah “ ya Rasul, ajari saya amalan yang mudah, yang

144

mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?

ringan, tapi cepat mengusul saya pada Illallah/ma’rifatullah dan amalan itu paling utama disisi Allah”. Kemudian Sayidina Ali di ajari/ditalqin oleh Rasulullah kalimat Lailaahaillallaah itu.

4 Adakah metode tersebut efektif?

Efektif mbk. Karena kebanyakan 80% bahkan 100% mereka dapat sembuh.

5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?

Indikatornya adanya perubahan sikap pasien yang awalnya cenderung bersikap melakukan hal-hal negatif setelah melakukan metode dzikir, dia lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti yang dulu tidak sholat sekarang sholat, yang dulu minum sekarang malu kepada Allah untuk minum.

6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?

Memang ada pengkhususan untuk orang-orang yang mengalami gangguan jiwa dan pecandu narkoba, yaitu dengan bangun malam, mandi taubat, sholat malam dan sholat taubat, trus melakukan dzikir itu dan dzikirnya juga dilakukan setiap ba’da sholat.

7

Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?

Lingkungannya sangat mendukung

8

Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

Kendalanya belum ada sarana prasarana untuk tempat khusus bagi mereka yang mengalami problem psikologis. Karena belum ada tempat yang khusus untuk mereka, jadi harus ada yang mengawasi/memantau orang-orang yang mengalami problem psikologis tersebut.

9

Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?

Jadi dalam yayasan ponpes Suryabuana ini sudah ada devisi-devisi tersendiri yang tugas mereka juga ada yang berdakwah atau mengajak untuk melakukan dzikir kepada Allah.

145

10

Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

Berlaku untuk umum.

11

Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?

Tidak ada perbedaan. Semuanya sama, Cuma yang mungkin yang membedakan yaitu intensitasnya. Kalau mungkin yang umum atau jama’ah-jama’ah yang kesini sekedar mengamalkan dzikir setelah shalat fardu dan tambahan mujahadah. Tapi kalau orang-orang yang mengalami problem psikologis harus ada pengawasan lebih khusus untuk berdzikir ditempat yang khusus dan diperbanyak lagi dalam berdzikir dan kalau mereka gak mau tetap dipaksa.

146

RESPONDEN SANTRI

XIII. Identitas Informan :

31. Nama : Sarmo

32. Usia : 47 Tahun

33. Pekerjaan : Santri

34. Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 6 Agustus 2015

35. Waktu : 21.00 WIB

XIV. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?

Jujur aja mbk, saya dulunya memakai narkoba dan sudah menjadi kecanduan. Saya memakai obat-obatan itu untuk mencari kesenangan semata.

2 Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?

Sejak saya masih remaja sampai saya berumur 37 tahunan mbk.

3

Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?

Ketika masuk di Pondok Pesantren ini saya di Talqin oleh wakil talqin di Pendopo kemudian suruh menginap disini dan setiap malamnya saya di suruh bangun setiap malam untuk mandi taubat dan sholat-sholat sunnah kemudian dzikiran sampai fajar. Dan mengamalkan dzikir setiap ba’da sholat fardhu sebanyak 165x

4 Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari pengurus?

Sangat senang dan tenang sehingga saya mengabdikan diri di Pondok ini dengan istri dan anak saya mbk.

5

Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?

Menurut saya sangat efektif mbk, karena saya dapat membuktikannya sendiri. Dan setelah melakukan dzikir tersebut saya sudah tidak punya keinginan lagi untuk memakai obat-obatan terlarang itu

147

RESPONDEN SANTRI

XV. Identitas Informan :

36. Nama : Syarif

37. Usia : 37 Tahun

38. Pekerjaan : Santri

39. Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 19 Agustus 2015

40. Waktu : 16.00 WIB

XVI. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?

saya memakai obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif itu dulunya hanya untuk senang-senang saja. Ya biasa ketika masih muda pengen coba-coba saja karena teman-teman pada makai. Dan setiap punya masalah saya larinya pada hal-hal yang seperti itu. Tanpa disadari ternyata saya menjadi kecanduan mbk

2 Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?

Ketika saya masih muda mbk, sekitar 3 tahunan saya memakai hal-hal seperti itu.

3

Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?

Pertama saya di Talqin sama pak Zen mbk, kemudian disuruh bangun malam sekitar jam 02.00nan untuk mandi taubat dan sholat setelah itu dzikir sampai waktu sholat shubuh mbk. Sampai 40 hari saya disiruh menjalan aktivitas seperti itu.

4 Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari pengurus?

Saya merasa senang, tenang dan tidak punya keinginan untuk mengulangi perbuatan-perbuatan saya yang seperti itu.

5

Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?

Menurut saya efektif mbk, karena saya membuktikan sendiri bahwa setiap kali saya berdzikir, saya merasa tenang dan nyaman.

148

RESPONDEN SANTRI

XVII. Identitas Informan :

41. Nama : Trihatmoko Yulianto

42. Usia : 40 Tahun

43. Pekerjaan : Ikhwan

44. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 17 Agustus 2015

45. Waktu : 21.00 WIB

XVIII. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?

Sebenarnya saya dulu itu nakal, tapi nakalnya saya itu bukan kriminal mbk. Saya tergoda dengan narkoba mbk. Awalnya saya menggunakan narkoba itu untuk stimulan meditasi, namun pada satu titik tanpa saya sadari saya menjadi kecanduan mbk.

2 Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?

Dari tahun 2010 sampai 2013 mbk.

3

Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?

Saya langsung ditangani oleh pengasuhnya mbk. Jadi pertama kali yang dilakukan ketika saya sampai disana yaitu saya ditalqin. Setelah itu saya mandi taubat, sholat taubat dan shalat sunnah, kemudian berdzikir mbk. Saya dibimbing oleh beliau itu lewat mimpi mbk, tapi mimpi-mimpi itu membawa suatu perubahan dan tindakan yang nyata gitu lo mbk.

4 Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari pengurus?

Saya merasa nyaman mbk. Bahkan setelah saya di talqin, selama 40 hari itu saya seperti habis makai narkoba padahal saya tidak menggunakan.

149

Dan setelah itu saya sudah sembuh sampai sekarang mbk.

5

Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?

Kalau menurut saya sangat luar biasa mbk. Karena terbukti secara nyata mbk.

150

RESPONDEN PENGURUS

XIX. Identitas Informan :

46. Nama : Ky. Zaenal Muttaqin

47. Usia : 42 Tahun

48. Pekerjaan : Wakil Talqin

49. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 17 Agustus 2015

50. Waktu : 22.00 WIB

XX. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

Narkoba, stres karena diputus pacar dan

karena kehidupan berumah tangga.

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Biasanya mereka itu karena mengalami

suatu permasalahan dan mereka tidak

dapat menangani atau menyelesaikan

suatu permasalahan tersebut. Sehingga

mereka merasa buntu dan kebuntuan pola

pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau

mereka sampai sangat tinggi itukan

membuat mereka sampai gila dan bisa

juga mereka mencari kesenangan yang

salah dalam artian mereka menggunakan

hal-hal yang terlarang.

3 Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem

Ya dengan metode dzikir. Tapi kadang-

kadang mereka itu hanya di ajak jalan-

151

psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?

jalan mbk, dan anehnya itu dia bisa

sembuh itu mbk. Seperti contoh dulu pas

ada korban gempa di Jogya mbk, ada

orang yang mengalami setres to trus sama

Kanjeng Syech di ajak jalan-jalan untuk

melihat-lihat bangunan yang sudah

berantakan itu mbk, mereka bisa sembuh

itu mbk. Karena kalau melihat ekonomi

itukan mereka dikasih tahu bahwa ada

yang keadaannya lebih parah dibawah kita

sehingga akan muncul perasaan syukur.

Dan dari Rasulullah telah dijelaskan

bahwa “kalau kau pengen mudah dalam

urusan dunia ya kau lihat dibawahmu”.

4 Adakah metode tersebut efektif?

Sangat efektif mbk, karena orang berdzikir itu segala sesuatunya akan kembali kepada Allah dan dengan berdzikir maka akan menjadikan orang itu berserah diri kepada Allah secara sempurna.

5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?

Terjadinya perubahan pada si penderita.

6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?

Ya, yang sesuai dengan yang di ajarkan oleh mursyidnya. Yaitu dengan aturan tareqoh Qodariyah wa Naqsabandiyah. Yaitu dengan di talqin terlebih dahulu karena kalau tidak di talqin itu tidak bisa mbk.

7

Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?

Faktor pendukungnya karena ada berkah dari seorang guru. Dalam artian berkah yang menuju pada tempatnya yang ada di Suryabuana. Kemudian kasih sayang dari orang-orang yang berada di Suryabuana.

8 Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem

Kendalanya ada pada orang itu sendiri. Kadang mereka itu mau sembuh akan tetapi tidak ada kesungguhan dalam proses

152

psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

penanganannya. Cara menanganinya ya dengan terus menerus memberikan arahan kepada mereka yang mengalami problem tersebut.

9

Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?

Dengan cara berdakwah, mengajak masyarakat dan setiap kegiatan yang ada di Suryabuana di adakan disetiap daerah yang ada ikhwannya.

10

Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

Berlaku umum bagi siapa saja yang mau.

11

Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?

Tidak ada, Cuma untuk yang mengalami gangguan psikologis itu biasanya ada dzikir tambahan.

153

154

155

156

157

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Faizatun Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Nim : 111-11-196 Jurusan : Pendidikan Agama Islam No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai

1

OPAK “ Revitalisasi Gerakan Mahasiswa Di Era Modern Untuk Kejayaan Indonesia” (DEMA)

20-22 Agustus 2011 Peserta 3

2

Membangun Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual, Dan Intelektual Melalui Achievement Motivation Training (AMT)

23 Agustus 2011 Peserta 2

3

Menemukan Muara Sebagai Mahasiswa Rahmatan Lil Alamin (ODK)

24 agustus 2011 Peserta 2

4 Seminar Entrepreneurship dan Koperasi (Auditorium STAIN Salatiga)

25 Agustus 2011 Peserta 2

5

Seminar Pendidikan HMI " Menuju Pendidikan Indonesia yang Ideal” Oleh HMI

28 Desember 2011 Panitia 3

6 SK Pengesahan Mengajar TPA Al Muttaqien Pancuran, Salatiga

Tahun 2012-sekarang Ustadzah 4

7

STAIN ARABY “Bahasa Arab Sebagai Penunjang Perkuliahan Mahasiswa” Oleh ITTAQO STAIN Salatiga

17 Maret 2012 Peserta 2

8

Seminar Nasional Entrepreneurship “ Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika Sebagai Wujud Pasar Modern” Oleh Kopma Fatawa

21 April 2012 Peserta 8

9

Seminar Regional “Peran Mahasiswa dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran”

03 Mei 2012 Peserta 4

158

Oleh DEMA

10

Gorah Masal Oleh Divisi Tilawah Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadz (JQH)

12 Mei 2012 Peserta 2

11

Seminar Nasional Kristologi dan Tabligh Akbar “Membangun Pemahaman Agama Menuju Khoirul Ummah” Oleh DISDIKPORA

20 Mei 2012 Peserta 8

12

Bim.Bel Menghadapi UAS SIBA Bhs. Inggris dan Bhs. Arab “ Meningkatkan Khazanah Keilmuan Mutakhir Dengan Bhs. Inggris dan Bhs. Arab” Oleh CEC dan ITTAQO STAIN Salatiga

29 Juni 2012 Peserta 2

13

Sarasehan Nasional “ Talk Show Peran Mahasiswa dalam Realita dan Idealita Bangsa” Oleh DEMA STAIN Salatiga

1 Juli 2012 Peserta 8

14

Bedah Buku “ 24 Cara Mendongkrak IPK” UPT Perpus STAIN Salatiga

2 Desember 2012 Peserta 2

15

Public Hearing “Optimalisasi Kinerja Lembaga Melalui Kritik dan Saran Mahasiswa” Oleh SEMA STAIN Salatiga

21 Maret 2013 Peserta 2

16

SK Pengesahan Pengurus Hasil Reshuffle HMI Cabang Salatiga Komisariat walisongo Periode 2011-2012

27 Juni 2013 Pengurus 4

17

“Workshop Pengembangan Wawasan Kependidikan Ustadz/Ustadzah TPQ Angkatan II”

13-16 September 2013 Peserta 2

159

Oleh Kemenag Provinsi Jawa Tengah

18

Bakti Sosial Pengobatan Gratis. Oleh HMI Cabang Salatiga Komisariat Walisongo

05 November 2013 Panitia 3

19

SK Pengesahan Susunan Panitia Pelaksana Pelantikan Pengurus HMI Komisariat Walisongo Periode 2013-2014

18 Desember 2013 Panitia 3

20

SK Susunan pengurus HMI Cabang Salatiga Komisariat Walisongo Periode 2013-2014

11 Januari 2014 Pengurus 4

21

Sarasehan Akbar Bersama Tokoh Nasional “ Komitmen Politik Islam dalam Menata Arah Masa Depan Bangsa Indonesia” Oleh LDMI Pengurus Besar PB HMI

15 Maret 2014 Peserta 8

22

Sosialisasi Penanggulangan HIV/AIDS “ Pelajar Berkualitas Tanpa HIV/AIDS, Pelajar Berakhlak Tanpa Diskriminasi Pelaku HIV/AIDS” Oleh PR-NU Salatiga

6 April 2014 Peserta 2

23

Pesantren Kilat SMP NEGERI 7 SALATIGA. Oleh LDMI HMI Cabang Salatiga

15-18 Juli 2014 Pemateri 4

24 SK Kelulusan Praktikum BTQ. Oleh STAIN Salatiga

22 Juli 2014 Peserta 2

25

Seminar Nasional “ Peran Mahasiswa dalam Mengawal Masa Depan Indonesia Pasca Pilpres 2014” Oleh DEMA STAIN Salatiga

29 September 2014 Peserta 2

26 Scholarship Forum from 15 November 2014 Peserta 2

160

Communicative English Club (CEC)

27 Seminar Nasional Entrepreneurship Oleh Racana

16 November 2014 Peserta 8

28

Kajian Intensif Mahasiswa “Fenomena Islam di Salatiga” Oleh LDK

28 November 2014 Peserta 2

29

Seminar Nasional “ Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Menghadapi Pasar Bebas Asean” Oleh HMPS-AS

Desember 2014 Peserta 8

30

Pengajian Akbar “ Silaturahmi Masyarakat Udanwuh dan Tasyakuran Lomba TPQ Desa Udanwun” oleh KKN Desa Udanwuh

13 April 2015 Panitia 3

31

Seminar Nasional “Understanding the world by Understanding the language and the culture” Oleh CEC

4 Juni 2015 Peserta 8

32

Pesantren Ramadhan Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP NEGERI 9 SALATIGA

9-11 Juli 2015 Pembimbing 4

33 Pesantren Kilat di MAN Salatiga Oleh LDK

29-4 Juli 2015 Pemateri 4

Jumlah 127

Salatiga, 10 September 2015 Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama

Achmad Maimun, M.Ag. NIP. 19700510 199803 1003

161

Power Point

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Faizatun

NIM : 11111196

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/PAI

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 08 Maret 1993

Alamat : Sajen, RT 05 RW 14, Trenten, Candimulyo, Magelang

Nama Ayah : Ahmad

Nama Ibu : Sriyati

Agama : Islam

Pendidikan : - MI Semen Trenten lulus tahun 2002

- SMP N 3 Candimulyo lulus tahun 2008

- SMA Al Husain Krakitan lulus tahun 2011

- IAIN Salatiga lulus tahun 2015

Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Magelang, September 2015

Penulis,

Faizatun 111 11 196