efektivitas larutan air laut steril dr ade
DESCRIPTION
larutanTRANSCRIPT
![Page 1: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/1.jpg)
Efektivitas larutan cuci hidung air laut steril pada penderita rinosinusitis kronis
Ade Rahmy Sujuthi, Abdul Qadar Punagi, Muhammad Fadjar PerkasaBagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas HasanuddinMakassar - Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang: Penatalaksanaan standar rinosinusitis kronis pada orang dewasa saat ini yang
direkomendasikan oleh kelompok studi Rinologi PERHATI-KL meliputi pemberian antibiotik, dekongestan
oral, kortikosteroid dan mukolitik disertai terapi tambahan irigasi hidung. Penilaian patensi hidung dan
kualitas hidup penderita dapat menilai efektivitas terapi rinosinusitis. Sampai saat ini belum ada laporan
hasil penelitian yang konsisten tentang prioritas pilihan cairan cuci hidung yang digunakan, maka
penelitian yang berkaitan dengan efektivitas hasil terapi cuci hidung larutan air laut steril sebagai terapi
tambahan pada terapi standar rinosinusitis kronis perlu dilakukan. Tujuan: Menilai efektivitas larutan cuci
hidung air laut steril pada penatalaksanaan rinosinusitis kronis berdasarkan patensi hidung dan kualitas hidup
(SNOT-20). Metode: Penelitian uji klinis terbuka (open trial) pada penderita rinosinusitis kronis yang
berobat di poliklinik THT RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna nilai
NIPF sebelum dan setelah intervensi antara kelompok air laut steril (p<0,05) dengan kelompok terapi standar
(p>0,05) juga terdapat perbaikan nilai SNOT-20 secara bermakna (p<0,05) pada kelompok air laut steril
setelah intervensi. Kesimpulan: Pemberian larutan cuci hidung air laut steril sebagai terapi tambahan akan
memperbaiki patensi hidung dan kualitas hidup penderita rinitis kronis dibandingkan dengan hanya terapi
standar saja.
Kata kunci: larutan cuci hidung air laut steril, rinosinusitis kronis, NIPF, SNOT-20
ABSTRACT
Background: The current standard management for chronic rhinosinusitis in adult which recommended
by study group for rhinology, Indonesian ENT Association, was included antibiotics, oral decongestan,
corticosteroids and mucolitics associated with nasal irrigation. The patients’ nasal patency and quality of life
evaluation may be used as a tool to evaluate the effectiveness of rhinosinusitis therapy. Up till now, there
was no consensus of study reports regarding priority choice of nasal rinse solution to be used, so the
Laporan Penelitian
![Page 2: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/2.jpg)
study for the effectiveness of sterile sea water nasal rinse as an adjuvant therapy for chronic
rhinosinusitis is needed. Purpose: To evaluate the effectiveness of sterile sea water nasal rinse in
rhinosinusitis therapy based on nasal patency and quality of life (SNOT-20). Method: A clinical open trial
was performed in chronic rhinosinusitis patients who came to ENT outpatients clinic, Wahidin
Sudirohusodo Hospital Makassar. Result: There is a significant difference of nasal inspiratory peak flow
meter value before and after intervention, between sterile sea water groups (p<0.05) and standard
therapy groups (p>0.05). Also there is an improvement of SNOT-20 value in sterile sea water groups
significantly after intervention (p<0.05). Conclusion: Sterile sea water nasal rinse as an adjuvant
therapy will improve nasal patency and quality of life in chronic rhinosinusitis patients than standard
therapy alone.
Key words: sterile sea water nasal rinse, chronic rhinosinusitis, NIPF, SNOT-20
Alamat korespondensi: Ade Rahmy Sujuthi, Bagian Ilmu Kesehatan THT FK UNHAS, Makassar. E-mail:
PENDAHULUAN
Rinosinusitis kronis (termasuk dengan
polip nasi) menurut konsensus internasional
european position paper on rhinosinusitis and
nasal polyps (EP3OS) adalah: inflamasi
hidung dan sinus paranasal yang ditandai
dengan adanya dua atau lebih gejala
dengan salah satu gejala harus mencakup
hidung tersumbat/obstruksi/kongesti atau
adanya sekret hidung (anterior/posterior
nasal drip), dengan atau tanpa nyeri
wajah/tekanan daerah sinus, dengan atau
tanpa penurunan atau hilangnya daya
penghidu. Disertai salah satu temuan
endoskopi: 1) polip; dan atau 2) sekret
mukopurulen terutama berasal dari meatus
medius dan atau edema/obstruksi mukosa
terutama pada meatus medius, dan atau
pada gambaran tomografi komputer
terdapat perubahan mukosa di daerah
kompleks osteomeatal dan atau sinus, dan
sudah berlangsung minimal 12 minggu.1
Penatalaksanaan standar rinosinusitis
kronis pada orang dewasa saat ini yang
direkomendasikan oleh kelompok studi
Rinologi PERHATI-KL meliputi pemberian
antibiotik seperti amoksisillin klavulanat,
golongan sefalosporin atau antibiotik
golongan makrolid. Dapat dikombinasikan
dengan pemberian terapi tambahan berupa
dekongestan oral, kortikosteroid oral atau
![Page 3: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/3.jpg)
topikal, selain itu dapat juga diberikan
mukolitik, dan irigasi hidung.2
Penggunaan air laut steril sebagai semprot
hidung diteliti oleh Taccariello.3 Ia
membandingkan efek iritasi hidung dengan
cairan basa tradisional dan air laut steril pada
pasien rinosinusitis kronis sebagai tambahan
terapi standar. Pemberian cuci hidung
memperbaiki gambaran endoskopi dan
skoring kualitas hidup. Pada kelompok kontrol
yang hanya mendapat terapi standar cuci
hidung, tidak didapatkan perbaikan tersebut.
Perbedaan bermakna antara kedua cairan
adalah di mana cuci hidung basa hanya
memperbaiki gambaran endoskopik,
sedangkan air laut steril semprot hidung
memperbaiki gambaran endoskopik dan
skoring kualitas hidup.
Penilaian efektivitas terapi rinosinusitis
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara
lain nasal peak flow measurement,
rhinomanometry, acustic rhinometry,
mucocilliary clearance, nasal sitogram dan
kualitas hidup penderita. Kuesioner QoL
memberikan penilaian kesehatan secara
umum maupun secara spesifik. Salah satu
instrument yang dapat digunakan untuk
menilai QoL adalah sinonasal outcome test
20 (SNOT-20).4
Sebelumnya juga telah dilakukan
penelitian multisenter oleh KODI Rinologi
(2008) mengenai efektivitas larutan cuci
hidung air laut steril pada rinosinusitis
bakterial akut yang menilai perubahan waktu
transpor mukosilia, perubahan patensi
hidung dengan menggunakan alat ukur nasal
inspiratory peak flow meter dan juga menilai
perbaikan kualitas hidup berdasarkan
SNOT-20 setelah dua minggu penggunaan
larutan cuci hidung air laut steril.
Sampai saat ini belum ada laporan hasil
penelitian yang konsisten tentang prioritas
pilihan cairan cuci hidung yang digunakan,
maka penelitian yang berkaitan dengan
efektivitas hasil terapi cuci hidung sebagai
terapi tambahan pada terapi standar
rinosinusitis kronis perlu dilakukan.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang
masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan
sebagai berikut: Bagaimanakah efek larutan
cuci hidung air laut steril terhadap patensi
hidung dan kualitas hidup penderita
rinosinusitis kronis?
Tujuan dari penelitian ini adalah menilai
efektivitas larutan cuci hidung air laut steril
pada penatalaksanaan rinosinusitis kronis
berdasarkan patensi hidung dan kualitas hidup
dengan mengukur nilai patensi hidung pada
rinosinusitis kronis sebelum dan sesudah
![Page 4: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/4.jpg)
terapi dengan terapi standar dengan dan tanpa
cuci hidung air laut steril kemudian menilai
kualitas hidup pasien dengan rinosinusitis
kronis sebelum dan sesudah terapi dengan
terapi standar dengan dan tanpa cuci hidung
air laut steril, selanjutnya membandingkan
nilai patensi hidung penderita rinosinusitis
kronis sebelum dan sesudah terapi standar
dengan dan tanpa cuci hidung air laut steril,
selanjutnya membandingkan kualitas hidup
penderita rinosinusitis kronis sebelum dan
sesudah terapi standar dengan dan tanpa cuci
hidung air laut steril.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian uji
klinis acak terkontrol pada dua kelompok
dengan menggunakan desain paralel.
Berdasarkan ketersamarannya, uji klinis ini
merupakan uji klinis terbuka (open trial) di
mana baik peneliti maupun subjek
mengetahui pengobatan yang diberikan.
Penelitian ini dilakukan pada 30 penderita
rinosinusitis kronik yang berobat di poliklinik
THT RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Semua penderita rinosinusitis kronis
berdasarkan kriteria European position paper
on rhinosinusitis and nasal polyps 2007, usia
18–45 tahun, bersedia ikut dalam penelitian
(informed consent), tidak bekerja di pabrik
dengan pajanan alergen yang tinggi seperti
pabrik kayu, kapas, industri kimia, bukan
perokok berat, tidak sedang dalam pemakaian
obat tetes hidung jangka panjang, tidak ada
massa atau tumor hidung/sinus paranasal,
tidak memiliki riwayat operasi hidung/sinus
sebelumnya, tidak ada septum deviasi berat
bukan penderita rinosinusitis atrofi dan tidak
terdapat sinekia. Teknik pemilihan sampel
pada penelitian ini dengan cara berurutan
sampai tercapai jumlah sampel yang telah
ditentukan. Pasien dimasukkan ke kelompok
air laut steril atau kelompok terapi standar.
Pada penelitian ini seluruh sampel
dianamnesis dan mengisi kuesioner, yang
berisi skor gejala nasal berupa pertanyaan
mengenai gejala sekret hidung, hidung
tersumbat, nyeri wajah/tekan daerah sinus
berkurang atau hilangnya daya penghidu.
Dilakukan pemeriksaan fisis THT berupa
pemeriksaan rinoskopi anterior untuk
menyingkirkan adanya sinekia, rinitis atrofi,
septum deviasi berat, sinekia, polip atau tumor
yang mengisi kavum nasi, sehingga
mempersulit evaluasi nasal inspiratory peak
flow (NIPF) sebagai bahan uji. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan nasoendoskopi untuk
mengevaluasi adanya polip, sekret
terutama berasal dari meatus medius,
edema mukosa terutama pada meatus
![Page 5: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/5.jpg)
medius dan perubahan mukosa pada
daerah kompleks ostiomeatal dan sinus.
Pengukuran NIPF dilakukan pada seluruh
sampel untuk mengukur patensi hidung
dengan cara pasien diminta untuk ekspirasi
maksimal, sungkup hidung dari NIPF
diletakkan menutupi hidung dan mulut dengan
rapat kemudian sampel diminta untuk
menutup mulut dengan rapat dan melakukan
inspirasi maksimal melalui hidung selama satu
detik. Hasil dicatat dengan melihat posisi
kursor yang berwarna merah di skala.
Pemeriksaan diulang sebanyak tiga kali,
kemudian hasilnya dipilih yang paling tinggi.
Selanjutnya sampel diminta untuk mengisi
kuesioner (SNOT-20) yang berhubungan
dengan terapi. Skor masing-masing
pertanyaan berkisar antara 0–5 dengan nilai
tertinggi menunjukkan gejala terberat. Data
yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan
tujuan dan jenis data kemudian dipilih metode
statistik yang sesuai, yaitu data yang diperoleh
diolah dengan program statistik SPSS for
Windows. Uji Mann-Whitney U digunakan
untuk menguji adanya perbedaan antara kedua
kelompok yang tidak berhubungan. Batas
kemaknaan yang digunakan adalah pada nilai
α=0,05. Hasil yang diperoleh ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik.
HASIL
Karakteristik subjek penelitian meliputi
umur, jenis kelamin dan pendidikan. Umur
dibagi menjadi lima kategori, dari total jumlah
sampel frekuensi terbesar pada kelompok
umur 24–29 tahun, yaitu 18,8% pada
kelompok air laut steril dan kelompok umur
42–47 tahun, yaitu 12,5% pada kelompok
terapi standar. Pada tabel 1 terlihat frekuensi
dan persentase sampel berdasarkan jenis
kelamin pada keseluruhan sampel. Hasilnya
menunjukkan 12 sampel berjenis kelamin laki-
laki atau sebanyak 37,5% dari jumlah total
sampel dan 20 sampel berjenis kelamin
perempuan atau sebanyak 62,5% dari jumlah
total sampel.
Tabel 1. Data karakteristik umum subjek penelitian
Karakteristik Kelompok air laut steriln (%)
Kelompok standarn (%)
Totaln (%)
Subjek penelitian 22(68,75) 10(31,25) 32(100)
![Page 6: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/6.jpg)
Umur18 – 23 tahun24 – 29 tahun30 – 35 tahun36 – 41 tahun42 – 47 tahun
5(15,6)6(18,8)4(12,5)4(12,5)3(9,4)
1(3,1)1(3,1)2(6,3)2(6,3)4(12,5)
6(18,7)7(21,9)6(18,7)6(18,7)7(21,9)
Jenis kelaminLaki-laki
Perempuan8(25)
14(43,8)4(12,5)6(18,7)
12(37,5)20(62,5)
PendidikanSMA
DiplomaS1S2
5(15,6)5(15,6)8(25)
4(12,5)
3(9,4)1(3,1)4(12,5)2(6,3)
8(25)6(18,7)12(37,5)6(18,7)
Pendidikan subjek penelitian dibagi
menjadi empat kategori, yaitu: SMA,
Diploma, sarjana S1 dan sarjana S2. Frekuensi
terbanyak subjek penelitian memiliki
pendidikan sarjana S1, yaitu 12 kasus atau
37,5% dari jumlah total sampel menyusul
masing-masing subjek penelitian yang
memiliki pendidikan SMA, yaitu sebanyak 8
sampel (25%), kemudian Diploma dan sarjana
S2, yaitu 6 sampel (18,7%).
Pada penelitian ini, hasil yang didapatkan
setelah perlakuan yaitu rerata nilai hasil
pengukuran NIPF antara sebelum dilakukan
semprot hidung, minggu ke-1 dan minggu ke-
2 sesudah dilakukan semprot hidung pada
kelompok air laut steril dan kelompok terapi
standar dapat dilihat pada tabel 2 dan grafik 1.
Tabel 2. Rata-rata nilai NIPF
Nilai NIPF Kelompok Air Laut Steril (liter/menit )
Kelompok Terapi Standar(liter/menit)
Sebelum perlakuan 73,40 74,50Mgg 1 sesudah perlakuan 80,45 76,50Mgg 2 sesudah perlakuan 96,59 76,50
Rata-rata nilai NIPF pada kelompok terapi
standar sebelum perlakuan, yaitu 74,5
liter/menit dengan nilai terendah 70 liter/menit
dan nilai tertinggi 80 liter/menit. Setelah
![Page 7: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/7.jpg)
minggu ke-1 perlakuan didapatkan perbaikan
rata-rata sebesar 2 liter/menit (dari rata-rata
nilai NIPF 74,50 liter/menit menjadi 76,50
liter/menit), namun setelah minggu ke-2
perlakuan tidak didapatkan perbaikan rata-rata
nilai NIPF dari minggu ke-1 setelah
perlakuan. Dengan demikian, pada kelompok
standar ini perbaikan rata-rata nilai NIPF dari
sebelum perlakuan sampai minggu ke-2
setelah perlakuan hanya sebesar 2 liter/menit.
Pada kelompok air laut steril, perbaikan
rata-rata nilai NIPF dari sebelum perlakuan
sampai minggu ke-1 sesudah perlakuan adalah
sebesar 7,05 liter/menit (dari rata-rata nilai
PNIF 73,40 liter/menit menjadi 80,45
liter/menit), kemudian dari minggu ke-1
sesudah perlakuan sampai minggu ke-2
perlakuan, didapatkan perbaikan nilai rata-rata
NIPF sebesar 16,14 liter/menit (dari 80,45
liter/menit menjadi 96,59 liter/menit). Dengan
demikian, pada kelompok air laut steril ini
didapatkan perbaikan rata-rata nilai PNIF dari
sebelum perlakuan sampai minggu ke-2
sesudah perlakuan sebesar 23,19 liter/menit
(dari 73,40 liter/menit menjadi 96,59
liter/menit)
Gambar 1. Grafik perbandingan rata-rata nilai NIPF kelompok air laut steril
dengan kelompok terapi standar
Pada tabel 3, dapat dilihat rata-rata
persentase perbaikan nilai NIPF dari sebelum
sampai sesudah minggu ke-1 perlakuan dan
dari sebelum sampai sesudah minggu ke-2
perlakuan, di mana didapatkan rata-rata
persentase perbaikan nilai NIPF pada
kelompok terapi standar dari sebelum
perlakuan sampai minggu ke-1 sesudah
perlakuan adalah sebesar 3,17% dan nilai ini
tidak mengalami perbaikan dari sebelum
![Page 8: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/8.jpg)
perlakuan sampai minggu ke-2 sesudah
pelakuan. Pada kelompok air laut steril,
perbaikan nilai rata-rata persentase NIPF dari
sebelum perlakuan sampai minggu ke-1
sesudah perlakuan adalah sebesar 8,62%,
kemudian mengalami perbaikan lagi dari
sebelum perlakuan sampai minggu ke-2
sesudah pelakuan sebesar 23,07%.
Tabel 3. Rata-rata persentase perbaikan nilai NIPF
Nilai NIPF Kelompok air laut steril(%)
Kelompok terapi standar(%)
Sebelum perlakuan – Mgg I sesudah perlakuan
8,62 3,17
Sebelum perlakuan – Mgg II sesudah perlakuan
23,07 3,17
Nilai SNOT-20 yang didapatkan setelah
perlakuan dapat dilihat pada tabel 4 dan grafik
2, yaitu nilai tengah skor SNOT-20 sebelum
perlakuan dan minggu ke-2 sesudah perlakuan
pada kelompok terapi standar dan kelompok
air laut steril.
Tabel 4. Nilai SNOT-20
Median SNOT-20 Kelompok air laut steril Kelompok terapi standar
Sebelum43,50 41,40
Minggu 233,50 41,50
Terdapat perbaikan selisih nilai tengah
skor SNOT-20 dari sebelum perlakuan sampai
minggu ke-2 sesudah perlakuan pada
kelompok air laut steril, yaitu sebesar 10 (dari
43,5 menjadi 33,5) sedangkan pada kelompok
terapi standar tidak ditemukan adanya
perbaikan skor SNOT-20. Dengan kata lain,
skor SNOT-20 kelompok air laut steril jauh
lebih baik dibandingkan dengan kelompok
terapi standar.
Hal tersebut juga dapat dilihat pada
perbandingan nilai SNOT-20 sebelum dan
sesudah minggu ke-2 perlakuan pada kedua
kelompok berdasarkan uji statistik Wilcoxon
sign range test, didapatkan perbaikan yang
bermakna nilai skor SNOT-20 (p<0,05) pada
![Page 9: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/9.jpg)
kelompok air laut steril sesudah minggu ke-2
perlakuan.
Perbedaan kedua kelompok perlakuan
dalam memperbaiki kualitas hidup penderita
rinosinusitis kronis dapat dibuktikan dengan
uji statistik Mann-Whitney U yang
menunjukkan bahwa sebelum perlakuan, nilai
skor SNOT-20 antara kedua kelompok
penelitian tidak terdapat perbedaan yang
bermakna, namun sesudah minggu ke-2
terdapat perbedaan yang bermakna antara
kedua kelompok perlakuan (p<0,05).
Gambar 2. Grafik perbandingan rata-rata nilai SNOT
pada kelompok terapi standar dan kelompok air laut
steril
DISKUSI
Pada penelitian ini, perbandingan antara
peserta perempuan dan laki-laki adalah 1:1,67.
Ottaviano11 telah melakukan pengukuran
patensi hidung dengan menggunakan nasal
inspiratory peak flow meter pada populasi
orang dewasa sehat berdasarkan umur, jenis
kelamin dan tinggi badan. Tidak ditemukan
hubungan antara jenis kelamin dengan umur
atau tinggi badan. Ditemukan berbagai variasi
nilai NIPF pada setiap individu yang tidak
dapat dijelaskan berdasarkan setiap variabel
pada penelitian tersebut.
Frekuensi terbanyak subjek penelitian
memiliki pendidikan sarjana S1, yaitu 12
kasus atau 37,5% dari jumlah total sampel
menyusul masing-masing subjek penelitian
yang memiliki pendidikan SMA, yaitu
sebanyak 8 sampel (25%), kemudian diploma
dan sarjana S2, yaitu 6 sampel (18,7%).
Seorang yang mempunyai pendidikan tinggi
biasanya lebih banyak memperhatikan tentang
kesehatan, sehingga begitu mengalami
gangguan/keluhan segera memeriksakan diri,
apalagi jika sampai mengganggu kehidupan
sehari-harinya.
Dari perbandingan rata-rata nilai NIPF
antara kedua kelompok perlakuan didapatkan
bahwa pada minggu ke-1 setelah perlakuan,
terdapat perbaikan nilai NIPF pada kedua
kelompok perlakuan, namun pada minggu ke-
2 sesudah perlakuan didapatkan perbaikan
nilai yang lebih baik pada kelompok air laut
steril dibandingkan dengan kelompok terapi
standar.
![Page 10: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/10.jpg)
Berdasarkan uji statistik Wilcoxon sign
range test, perbandingan nilai NIPF sebelum
dan sesudah pemberian larutan cuci hidung air
laut steril didapatkan perubahan nilai yang
bermakna antara sebelum perlakuan dengan
minggu ke-1 dan minggu ke-2 sesudah
pemberian larutan air laut steril (p<0,05),
sedangkan pada kelompok terapi standar tidak
menunjukkan perubahan yang bermakna
(p>0,05).
Perbaikan nilai persentase peningkatan
aliran udara dalam rongga hidung yang
didapatkan pada minggu ke-2 sesudah
pemberian larutan cuci hidung air laut steril
adalah lebih dari 20%, hal ini sesuai dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Anggraeni,6 yang menggunakan kriteria RAK
dengan penurunan NIPF sebesar 20% dari
nilai baseline.
Dari hasil seperti yang disebutkan di atas
dapat dilihat bahwa irigasi dengan semprot
hidung air laut steril dapat memperbaiki
keadaan klinis hidung. Perbaikan yang tampak
sesudah penyemprotan selama dua minggu,
yaitu keadaan rongga hidung bersih, keluhan
obstruksi hidung berkurang sampai hilang,
lendir berkurang, tidak ada krusta, serta edema
berkurang. Adanya perbaikan nilai NIPF
sesudah minggu ke-1 dan minggu ke-2 terapi
menunjukkan bahwa larutan cuci hidung
larutan air laut steril efektif digunakan
sebagai terapi tambahan pada terapi standar
rinosinusitis kronis. Penelitian mengenai
irigasi hidung dengan air laut steril masih
belum terlalu banyak, sehingga kami tidak
bisa lebih banyak membandingkan hasil
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Pada penelitian ini terlihat bahwa
pemberian semprot hidung larutan cuci hidung
air laut steril, dapat mengurangi keluhan
penderita rinosinusitis kronis, seperti hidung
tersumbat, hidung berlendir, berkurangnya
keluhan bersin, serta pasien merasa lebih enak
dibandingkan sebelumnya, sehingga kualitas
hidup penderita menjadi lebih baik.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pemberian larutan cuci hidung air laut
steril sebagai terapi tambahan lebih efektif
dibandingkan dengan terapi standar saja dalam
memperbaiki patensi hidung dan kualitas
hidup pada penderita rinosinusitis kronis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fokkens W, Lund V, Mullol J. European
position paper on rhinosinusitis and nasal
polyps. Rhinology 2007; l20:5-111.
2. Soetjipto D. Penatalaksanaan baku sinusitis.
Dalam: Kumpulan naskah lengkap kursus
pelatihan dan demo BSEF. Makassar, 2000.
![Page 11: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Taccarielo M. Nasal douching as a valuable
adjunct in the management of chronic
rhinosinusitis. Rhinology 1999; 37(1):29-32.
4. Enhage A. Nasal bronchial testing as well as
treatment of patients with airway hiper-
responsiveness and inflamation focusing on
the united airway concept [homepage on the
internet]. Sweden, Stockholm: Dept. Clinical
Science, Intervention and Technology Div. of
Otorhynolaryngology, Karolinka Institute.
c2008 [updated 2008 Jan 15; cited 2008 Sept
18]. Available from:
http://www.emedicine.com.
5. Adam P, Stiffman M, Blake R. A clinical trial
of hypertonic saline nasal spray in subject
with common cold rhinosinusitis. Arch Fam
Med 1998; 7:39-43.
6. Anggraeni D. Prevalensi rinitis akibat kerja
dan faktor risiko yang berhubungan. Studi
pada pekerja yang terpajan bahan kimia
surfaktan di PT X. Jakarta: FKUI; 2008.
7. Anthoni JF. The chemical composition of
seawater [homepage on the internet]. c2006
[updated 2006 Mar 23; cited 2007 Oct 11].
Available from:
http:// www.seafriends.org.nz/oceano/seawate
r.htm.
8. Jay F, Piccirillo MD. Sinonasal outcome test
20 (SNOT-20). St. Louis, Missouri:
Washington University School of Medicine;
1996.
9. Clement Clark International. Introduction to
in-check nasal [homepage on the internet].
c2006 [updated 2006 May 21; cited 2007
Nov 15]. Available from:
http://www.clementclarke.com/product/peak_
flow/index.html.
10. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis.
Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD, eds. Buku ajar
ilmu kesehatan THT-KL. Edisi ke-6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2007. h. 150-4.
11. Ottaviano GK, Scadding S, Coles VJ. Peak
nasal inspiratory flow, normal range in adult
population. Rhinology 2006; 44:32-5.
12. Pidwirny M. Physical and chemical
characteristics of seawater. Fundamentals of
physical geography. 2nd ed. Okanagan:
University of British Columbia; c1999-2006
[updated 2006 Sept 15; cited 2009 Jul 5].
Available from:
http://www.physicalgeography.net/fundament
als/8p.html.
13. Punagi Q. Pola penyakit Sub-bagian Rinologi
di RS Pendidikan Makassar periode 2003-
2007. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL.
Makassar: FK UNHAS; 2008.
14. Soetjipto D, Wardhani RS. Penatalaksanaan
sinusitis. Dalam: Guideline penyakit THT-
KL. Jakarta: PERHATI-KL Indonesia; 2007.
15. Talbot AR, Herr TM, Parsons D.
Muccociliary clearance and buffered
hypertonic saline. Laryngoscope 1997;
107:500-3.
16. Walsh WE, Kern RC. Sinonasal anatomy,
function and evaluation. Dalam: Bailey BJ,
![Page 12: Efektivitas Larutan Air Laut Steril Dr Ade](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082612/563dbb71550346aa9aad392f/html5/thumbnails/12.jpg)
Johnson JT, editors. Head and neck surgery-
otolaryngology. 4th ed. Philadephia:
Lippincott Williams&Wilkins; 2006. p. 307-
18.