efek antipiretik ekstrak daun jeruk nipis/efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan...

57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantiifolium L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Amelia Kartika Widowati G0004039 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Upload: buikhanh

Post on 25-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus

aurantiifolium L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Amelia Kartika Widowati

G0004039

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

Page 2: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Efek Antipiretik Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolium L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Amelia Kartika Widowati, NIM/Semester : G0004039, Tahun 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari …., Tanggal ……………..20….

Pembimbing Utama Nama : Nur Hafidha H., dr., M.Clin.Epid NIP : 19761225 200501 2 001 ................................. Pembimbing Pendamping Nama : Eti Poncorini P., dr., M.Pd NIP : 19750311 200212 2 002 ................................. Penguji Utama Nama : Endang S. Hardjanti, dr., P.FarK NIP : 19471007 197611 2 001 ................................. Anggota Penguji Nama : Yulia Lanti Retno D., dr., M.Si NIP : 19610320 199203 2 001 .................................

Surakarta, …………..20…..

Ketua Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes NIP. 19660702 199802 2 001

Dekan FK UNS

Prof. DR. Zainal Arifin A., dr., Sp.PD-KR, FINASIM NIP : 19510601 197903 1 002

Page 3: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2011

Amelia Kartika Widowati

NIM. G0004039

Page 4: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Amelia Kartika Widowati, G0004039, 2011. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolium L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus), Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antipiretik ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.) pada tikus putih yang diinduksi demam menggunakan vaksin DPT. Metode: Subyek berupa 30 ekor tikus putih jantan dengan berat ±200 gram dan berusia ±2-3 bulan. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok sama besar, yaitu kelompok kontrol negatif (2ml akuabides), kontrol positif (6,3mg/100grBB asetaminofen), ekstrak daun jeruk nipis dosis 1 (1,26mg/100grBB), dosis 2 (2,52mg/100grBB), dan dosis 3 (5,04mg/100grBB). Pengukuran suhu dilakukan sebelum pemberian vaksin DPT, 2 jam setelah pemberian vaksin DPT, dan tiap 30’ setelah perlakuan sampai menit ke-120. Data penelitian pada menit ke-120 dianalisis dengan uji one way anova. Hasil: Hasil uji one way anova menunjukkan adanya perbedaan suhu yang bermakna antar kelompok (p<0.05) pada 120 menit setelah perlakuan. Hasil uji post hoc menunjukkan bahwa perbedaan yang bermakna (p<0.05) terdapat antara kelompok kontrol negatif dengan 4 kelompok lainnya dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0.05) antara kelompok kontrol positif dengan 3 kelompok ekstrak daun jeruk nipis. Simpulan: Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L. ) mempunyai efek antipiretik pada tikus putih. Kata kunci: Ekstrak daun jeruk nipis, antipiretik, asetaminofen

Page 5: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Amelia Kartika Widowati, G0004039, 2011. Antipyretic Effect of Key Lime Leaf Extract (Citrus aurantiifolium L.) on White Rats, Medical Faculty of Sebelas Maret University. Objective: The objective of this study is to evaluate the antipyretic effect of key lime leaf (Citrus aurantiifolium L.) on white rats induced fever using DPT vaccine. Methods: Thirty male white rats weighted ±200 gram and aged ±2-3 months old were used to this study. Rats were grouped equally into five, namely negative control group (2ml aquabidest), positive control group (acetaminophen 6,3mg/100gr of body weight), first dose of key lime leaf extract (1,26mg/100gr of body weight), second dose (2,52mg/100gr of body weight) and third dose (5,04mg/100gr of body weight). The measurement of rat temperature was conducted before and 2 hours after getting DPT vaccine, and every 30 minutes post treatment until 120 minutes. Data at minute 120 were analyzed using one way anova test. Result: The results of one way anova test showed that there were significant differences (p<0,05) among treatment groups. The results of post hoc test analysis showed that the significant differences (p<0.05) were found between negative control group and 4 other groups. There was no significant difference (p>0.05) between positive control group and 3 groups of key lime leaf extract. Conclusion: The key lime leaf extract (Citrus aurantiifolium L.) has an antipyretic effect on white male rats.

Keywords: Key lime leaf extract, antipyretic, acetaminofen

Page 6: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Antipiretik Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolium L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR, FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Nur Hafidha H., dr., M.Clin.Epid selaku Pembimbing Utama atas semua bimbingan, saran, motivasi dan masukan dalam penyusunan skripsi.

4. Eti Poncorini P., dr., M.Pd selaku Pembimbing Pendamping atas semua bimbingan, saran, motivasi dan masukan dalam penyusunan skripsi.

5. Endang S. Hardjanti, dr., P.FarK selaku Penguji Utama atas saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.

6. Yulia Lanti Retno D., dr., M.Si selaku Anggota Penguji atas saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.

7. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pelayanan dan kemudahan dalam pelaksanaan skripsi.

8. Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Akhir kata, penulis berharap semoga apa yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi pembaca pada khususnya.

Surakarta, Juli 2011

  Amelia Kartika Widowati

Page 7: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5

1. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) .............................................. 5

2. Demam ....................................................................................... 9

3. Antipiretik .................................................................................. 16

4. Vaksin DPT ................................................................................ 19

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 21

C. Hipotesis .......................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 23

B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 23

Page 8: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

C. Subyek Penelitian ............................................................................ 23

D. Teknik Sampling ............................................................................. 23

E. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 24

F. Definisi Operasional Variabel.......................................................... 25

G. Rancangan Penelitian ...................................................................... 27

H Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 28

I. Cara Kerja ....................................................................................... 29

J. Analisis Data .................................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 33

B. Analisis Data ................................................................................... 36

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 39

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................................................... 43

B. Saran ................................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44

Page 9: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kimia Flavonoid ............................................................ 8

Gambar 2. Pemasukan dan Pengeluaran Panas ............................................. 11

Gambar 3. Ringkasan Patofisiologi Demam ................................................. 14

Gambar 4. Ringkasan Biosintesis Prostaglandin ........................................... 15

Gambar 5. Struktur Kimia Asetaminofen ...................................................... 18

Gambar 6. Kerangka Pemikiran..................................................................... 21

Gambar 7. Rancangan Penelitian................................................................... 27

Gambar 8. Grafik Rerata Suhu Tubuh (dalam 0C) Tikus Putih pada Berbagai

Perlakuan dalam 6 kali Pengamatan ............................................ 35

..

Page 10: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rerata Suhu Tubuh (dalam 0C) Tikus Putih pada Berbagai Perlakuan

dalam 6 Kali Pengamatan ................................................................... 34

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Suhu Menit ke-120 ................................... 36

Tabel 3. Hasil Post Hoc Test dengan LSD Data Suhu Menit ke-120 ............... 38

Page 11: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Suhu Rektal Tikus Putih

Lampiran 2. Hasil Uji Statistik

Lampiran 3. Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan

Lampiran 4. Daftar Volume Maksimum Larutan Obat yang Dapat Diberikan

pada Berbagai Hewan dalam ml

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 7. Foto-foto Penelitian

Page 12: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini dengan meningkatnya taraf pendidikan warga masyarakat yang

menuntut cara berpikir rasional, maka obat dan cara pengobatan tradisional

perlu dikaji secara berkesinambungan. Permasalahan yang ada saat ini adalah

adanya kesenjangan persepsi antarpemerhati obat dan pengobatan tradisional

dengan pengobatan modern. Dalam upaya mempersempit kesenjangan

tersebut maka perlu dilakukan penelitian dan tindak lanjutnya.

Obat tradisional yang merupakan kekayaan Indonesia, menuntut

masyarakatnya untuk menggalakkan penggunaan obat tradisional. Obat

tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari bahan alam

seperti tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai

penyakit dan digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat (Hargono,

1992). Beberapa keunggulan obat tradisional adalah efek sampingnya yang

lebih ringan jika dibanding obat sintetik. Selain itu, obat tradisional juga

terjangkau oleh semua kalangan masyarakat karena harganya relatif lebih

murah (Afdhal, 1996).

Termasuk penggunaan obat tradisional oleh masyarakat adalah sebagai

obat penurun demam atau antipiretik (Wijayakusuma, 1995). Penggunaan obat

tradisional sebagai antipiretik menduduki urutan kedua setelah penggunaan

obat tradisional untuk pengobatan pusing. Hal ini dikarenakan demam

1

Page 13: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

merupakan suatu gejala penyakit yang sering terjadi. Demam menempati

urutan kedua dari gejala yang sering dikeluhkan masyarakat setelah nyeri

(Notosiswoyo et al., 1998).

Obat kimia yang biasa digunakan untuk menurunkan demam adalah

parasetamol dan asetosal. Sekitar 175 juta tablet parasetamol dikonsumsi

masyarakat Indonesia setiap tahunnya ketika gejala demam muncul karena

cukup aman, mudah didapat dan harganya terjangkau. Beberapa penelitian

tentang parasetamol akhir-akhir ini menemukan bahwa meskipun cukup aman

tetapi parasetamol memiliki banyak efek samping (Sajuthi, 2003).

Salah satu jenis bahan tradisional yang sering digunakan sebagai pereda

demam adalah daun jeruk nipis. Penggunaan daun jeruk nipis sebagai obat

tradisional berhubungan erat dengan kandungan zat aktif yang dimilikinya.

Salah satu zat tersebut adalah flavonoid. Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa flavonoid memiliki efek antipiretik. Flavonoid mampu menghambat

enzim siklooksigenase yang berperan dalam metabolisme asam arakidonat

menjadi prostaglandin (Amili et al., 2008). Meningkatnya prostaglandin akan

menginduksi terjadinya kenaikan set point suhu tubuh sehingga terjadi demam

(Sherwood, 2001; Guyton, 2007). Oleh karena itu, tanaman yang mengandung

flavonoid seperti jeruk nipis berpotensi sebagai antipiretik. Penelitian

mengenai potensi ekstrak daun jeruk nipis sebagai antipiretik belum ada, oleh

karena itu diperlukan suatu pengujian secara ilmiah untuk membuktikan

kebenaran dari dugaan tersebut.

Page 14: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Berdasarkan keterangan di atas, peneliti mencoba melakukan penelitian

untuk mengetahui efek antipiretik ekstrak daun jeruk nipis (Citrus

aurantiifolium L.) pada tikus putih yang diinduksi demam dengan vaksin

DPT. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan asetaminofen atau

parasetamol sebagai pembanding.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian ini, yaitu apakah ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.)

mempunyai efek antipiretik pada tikus putih?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek antipiretik

ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.) pada tikus putih.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan

mengenai manfaat ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.),

terutama sebagai antipiretik.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

penelitian berikutnya untuk pengembangan potensi daun jeruk nipis

(Citrus aurantiifolium L.) sebagai antipiretik.

Page 15: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia)

a. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantiifolia (Christm.) Swing

b. Deskripsi dan Morfologi

Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal

dari Asia. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di

Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Jeruk nipis selalu

tersedia di sepanjang tahun dengan kualitas yang diketahui dari warna,

kejernihan dan tekstur kulit, bukan dari ukuran buahnya.

5

Page 16: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Jeruk nipis (Citrus aurantiifolia) termasuk jenis tumbuhan perdu

yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar 0,5-3,5 m

dengan batang pohonnya berkayu ulet, berduri dan keras. Tanaman ini

memiliki permukaan kulit luar yang berwarna tua dan kusam.

Tanaman jeruk nipis pada umur 2,5 tahun sudah mulai berbuah.

Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5

cm berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan, dan jika sudah

tua rasanya asam. Akar jeruk nipis berbentuk tunggang. Area

pertumbuhan tanaman jeruk umumnya adalah tempat-tempat yang

memperoleh sinar matahari langsung.

Daun jeruk nipis bersifat majemuk, berbentuk elips dengan

pangkal membulat, ujung tumpul dan tepi beringgit. Panjang daunnya

mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm dengan tulang daunnya yang

menyirip dengan tangkai bersayap, hijau dan dengan lebar 5-25 mm.

Bunganya bersifat majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau

di ujung batang dengan diameter 1,5-2,5 cm (Morton, 1987).

c. Kandungan Kimia

Buah jeruk nipis mengandung konstituen yang memiliki efek

penting bagi kesehatan seperti: gula sederhana, vitamin C, karotenoid,

flavonoid, limonoid, serat, asam folat dan kalium. Selain asam, jeruk

nipis juga memiliki rasa yang pahit. Kepahitan dalam buah jeruk dan

jus terutama disebabkan oleh dua keluarga fitokimia yang berbeda,

yaitu flavonoid dan limonoid. Rasa pahit limonoid terjadi secara

Page 17: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

bertahap dalam varietas tertentu jeruk setelah pengolahan jus, dan

setelah buah-buahan mengalami pembekuan atau kerusakan

mekanis. Di sisi lain, kepahitan flavonoid diakumulasikan dalam

jaringan buah (Moriguchi et al., 2003).

Selain flavonoid, buah jeruk nipis (Citrus aurantiifolia) juga

mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, misalnya:

asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral,

limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-

lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak,

kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin B1 dan C (Farmasi UGM,

2008).

Daun jeruk nipis juga mengandung senyawa flavonoid

(Agricultural Research Service USDA, 1999). Tampubolon

menyebutkan bahwa selain flavonoid, bagian daun juga mempunyai

kandungan seperti: sitrat, limonena, lemon kamfer, fellandrena,

geranil asetat, kadinena, linalin asetat, asam sitrat 7 – 7,6 %, damar,

mineral, vitamin B1 dan C (Triayu, 2009).

Flavonoid merupakan senyawa fenol terbesar yang ditemukan di

alam. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan kuning

yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid larut dalam air

dan cukup stabil dalam pemanasan yang mencapai suhu 100˚C

(Harborne, 1996). Senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis

tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-

Page 18: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

diarilpropana yang merupakan struktur dasar flavonoid. Flavonoid

secara garis besar dikelompokkan menjadi empat golongan utama

yaitu flavones, flavanone, catechins, dan anthocyanins. . Struktur

kimia flavonoid dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kimia Flavonoid

Sebagian besar senyawa flavonoid ditemukan di alam dalam

bentuk glikosida dengan unit flavonoidnya terikat pada suatu gula.

Glikosida merupakan kombinasi gula dan alkohol yang saling

berikatan melalui ikatan glikosida (Nijveldt et al., 2001).

Flavonoid sebagai antipiretik bekerja seperti aminobenzen yaitu

dengan menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam

metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin (Freddy et al.,

2007). Penghambatan enzim siklooksigenase menyebabkan penurunan

Page 19: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

produksi prostaglandin sehingga set point termostat tubuh di

hipotalamus diturunkan kembali dan demam dapat turun (Sherwood,

2001; Guyton, 2007).

Kandungan flavonoid pada daun jeruk nipis diharapkan mampu

menunjukkan khasiatnya sebagai antipiretik. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa tanaman yang mengandung flavonoid seperti

semak bunga putih (Owoyele et.al., 2008) dan bayam duri (Kumar

et.al., 2009) memiliki efek antipiretik.

d. Manfaat

Dalam praktik pengobatan tradisional, jeruk nipis berkhasiat

sebagai obat batuk, penurun panas, pegal linu, disentri, sembelit,

ambeien, haid tidak teratur, difteri, jerawat, penambah nafsu makan,

pencegah rambut rontok, ketombe anyang-anyangan, radang

tenggorokan, kurap/panu, demam/panas, terkilir, sakit gigi, pelangsing

badan, penambah stamina dan hipertensi.

Untuk demam/panas, tanaman ini sering digunakan pada pasien

yang terinfeksi malaria. Pada demam, 3 lembar daun jeruk nipis dan

beberapa daun tanaman obat lain direbus secara bersamaan, dan

setelah dingin air disaring lalu diminum pagi dan sore (Sudarti, 2010).

2. Demam

a. Definisi

Demam adalah respon yang terkoordinasi akibat adanya stimulus

imun (biologis maupun kimiawi), berupa peningkatan suhu inti tubuh

Page 20: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yang melebihi normal, meliputi tiga fase klinis yaitu: fase dingin

(chill), fase demam (fever) dan fase kemerahan (flush). Fase dingin

merupakan fase di mana terjadi kenaikan suhu tubuh menuju set point

yang baru di hipotalamus. Fase demam terjadi ketika suhu tubuh sudah

mencapai set point baru dan tercapai keseimbangan antara produksi

dan pengeluaran panas. Sedangkan fase kemerahan terjadi ketika set

point suhu tubuh kembali ke normal, ditandai dengan berkeringat dan

kulit kemerahan karena vasodilatasi pembuluh darah. Respon fase akut

yang terlibat dalam proses adaptif ini adalah sistem otonom, tingkah

laku dan neuroendokrin (Thompson, 2005; Dalal dan Zhukovsky,

2006).

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5˚-37,2˚C. Demam pada

umumnya terjadi pada kenaikan suhu di atas 37,2˚C (Nelwan, 2006).

Kenaikan suhu merupakan tanda utama demam, di mana kenaikannya

melebihi 1˚C di atas suhu tubuh harian normal. Tidak ada patokan

suhu absolut untuk mendefinisikan demam. Perubahan set point suhu

tubuh dipertahankan dengan penyimpanan dan pembentukan panas

tubuh sampai agen penginduksi demam hilang dari tubuh.

b. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, suhu tubuh dijaga keseimbangannya

antara produksi dan pengeluaran panas tubuh (Sherwood, 2001).

Pengaturan suhu tubuh ini dilakukan melalui mekanisme umpan balik

dan diatur oleh pusat pengaturan suhu yang terletak di hipotalamus

Page 21: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

(Guyton, 2007). Dua jenis sinyal akan dihantarkan menuju neuron-

neuron pada hipotalamus anterior preoptik dan hipotalamus posterior.

Pertama dari saraf perifer yang mencerminkan reseptor-reseptor untuk

hangat dan dingin, dan yang kedua dari temperatur darah yang

membasahi daerah ini. Pengintegrasian sinyal dilakukan oleh pusat

termoregulasi hipotalamus untuk mempertahankan temperatur normal

(Gelfand, 2005).

Konsep terpenting pengaturan suhu tubuh adalah keseimbangan

antara pemasukan dan pengeluaran panas. Pemasukan panas terjadi

melalui produksi panas internal (terutama dari aktivitas otot dan laju

metabolisme) dan penambahan panas dari lingkungan eksternal.

Sedangkan pengeluaran panas terjadi melalui pengurangan panas dari

permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dengan cara radiasi,

konduksi, konveksi dan evaporasi. Alur termoregulasi tubuh dijelaskan

dalam Gambar 2.

Gambar 2. Pemasukan dan Pengeluaran Panas (Sherwood, 2001)

Produksi panas internal

Pemasukan panas

Pengeluaran panas

Lingkungan eksternal

Suhu inti

Page 22: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Respon demam merupakan reaksi yang melibatkan sitokin

sebagai perantara terjadinya kenaikan suhu tubuh, membangkitkan

reaksi fase akut, dan mengaktifkan sistem imun dan endokrin

(Mackowiak et al., 1997). Sitokin yang tersekresi membuat patokan

(set point) yang lebih tinggi, pada keadaan ini pengaturan suhu tubuh

(termoregulasi) tetap berlangsung (Sherwood, 2001; Thompson, 2005).

Semua mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh terlibat ketika set

point tubuh mulai meninggi, termasuk regulasi penyimpanan dan

pembentukan panas. Perubahan set point menyebabkan aktivasi sistem

saraf simpatis yang menginduksi vasokonstriksi pembuluh darah kulit,

menghambat aktivitas kelenjar keringat, mengaktifkan pusat menggigil

di hipotalamus, sehingga produksi panas meningkat (Sherwood, 2001).

Penyebab kenaikan set point termostat tubuh di hipotalamus

adalah suatu zat pirogenik yang terbentuk sebagai respon dari infeksi

atau inflamasi (Sherwood, 2001; Thompson, 2005; Guyton, 2007).

Pirogen terbagi menjadi eksogen dan endogen, di mana eksogen

berasal dari luar hospes, sedangkan pirogen endogen diproduksi oleh

hospes yang umumnya terbentuk sebagai respon terhadap stimulan

awal yang biasanya timbul oleh karena infeksi atau inflamasi. Pirogen

endogen yang dihasilkan baik secara sistemik maupun lokal kemudian

memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat pusat

termoregulasi di hipotalamus (Gelfand, 2005).

Page 23: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Pirogen endogen menginduksi pembentukan prostaglandin (PG)

terutama prostaglandin E2 (PGE2) yang selanjutnya bekerja di

hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam (Guyton, 2007).

Prostaglandin E2 disintesis melalui tiga langkah, yaitu: (1) konversi

membran fosfolipid menjadi asam arakidonat oleh enzim fosfolipase

A2; (2) asam arakidonat kemudian dikonversi menjadi prostaglandin

H2 (PGH2) dengan enzim siklooksigenase (COX); (3) PGH2

kemudian diisomerisasi menjadi PGE2 oleh enzim PGE sintase

(Murakami dan Kudo, 2004). Ringkasan patofisiologi demam dan

biosintesis prostaglandin dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Page 24: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Keterangan :

: meningkatkan/merangsang

: menghambat

Gambar 3. Ringkasan Patofisiologi Demam (Dalal dan Zhukovsky, 2006)

Pirogen eksogen (agen infeksius, toksin, tumor)

Fagosit mononuklear

Pirogen endogen (IL-1, faktor nekrosis tumor, interferon gamma, IL-6)

Hipotalamus anterior

Pertahanan panas (vasokonstriksi,

tingkah laku)

Produksi panas (kontraksi otot

involunter)

Demam

AntipiretikAINS

Set point termoregulasi

PGE2

Page 25: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Keterangan :

: menghambat

Gambar 4. Ringkasan Biosintesis Prostaglandin (Murakami dan Kudo, 2004)

Asam Arakidonat

Membran fosfolipid

Prostaglandin G2

Prostaglandin H2

Prostaglandin F2

Prostaglandin E2

Prostaglandin D2

Prostasiklin (PGI2)

Tromboksan (TXA2)

Peroksidase

PG sintase

Siklooksigenase (COX) 1/2

Fosfolipase

AINS

Kortikosteroid

Tromboksan sintase

Page 26: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3. Antipiretik

Antipiretik adalah obat yang dapat menekan atau mengurangi

peningkatan temperatur tubuh yang tidak normal (Ganong, 2005). Demam

merupakan gejala yang sering terjadi pada suatu penyakit infeksi dan yang

lain, oleh karena itu obat antipiretik sangat sering digunakan oleh

masyarakat sebagai obat simptomatis (Notosiswoyo et al., 1998).

Hampir semua obat analgesik perifer (non opioid) bersifat

antipiretik. Oleh sebab itu, istilah analgesik-antipiretik sering dipakai

sebagai satu kesatuan. Obat analgesik-antipiretik bekerja dengan

menghambat enzim siklooksigenase (COX) yang berperan dalam

biosintesis prostaglandin (Tjay dan Rahardja, 2002).

Perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin akan dibantu oleh

enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase memiliki dua isoform yaitu

enzim siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). COX-

1 berfungsi dalam menyediakan prekursor prostaglandin untuk sintesis

tromboksan yang berfungsi dalam homeostasis. Tromboksan yang

terbentuk berperan dalam agregasi dari trombosit. Enzim COX-1 terdapat

dalam hampir semua jaringan tubuh. Di lambung, COX-1 memproduksi

prostaglandin yang berperan menjaga aliran darah pada mukosa lambung.

Pemberian obat antiinflamasi non-steroid (AINS) akan menghambat fungsi

COX-1, sehingga aliran darah pada mukosa lambung terganggu dan

menyebabkan iskemia mukosa lambung yang dapat menjadi ulkus (Dubois

et al., 1998).

Page 27: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Kenaikan temperatur tubuh pada keadaan demam diinisiasi oleh

sitokin- pirogen seperti interleukin-1, interleukin-6 dan faktor nekrosis

tumor α (TNF α). Sitokin pirogen tersebut menstimulasi enzim

siklooksigenase-2 (COX-2) yang terdapat dalam sel endotel perivaskuler

di hipotalamus. Setelah terstimulasi, produksi prostaglandin E2 (PGE2)

meningkat dan menyebabkan naiknya set point suhu tubuh sehingga terjadi

demam. Penghambatan aktivitas COX-2 oleh obat antipiretik akan

menurunkan prostaglandin E2 tersebut sehingga set point suhu tubuh

kembali normal (Simmons et al., 2004).

Obat analgesik-antipiretik dikelompokkan menjadi beberapa

golongan yaitu:

a. Golongan para amino fenol

Preparat terpenting dan paling banyak digunakan dalam

golongan ini adalah asetaminofen atau parasetamol (Gambar 5).

Asetaminofen adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak

digunakan sebagai analgesik. Setelah diketahui bahwa asetaminofen

bersifat nefrotoksik dan karsinogenik, penggunaannya diawasi dan

dikurangi. Penggunaan asetaminofen dalam jangka panjang dapat

menyebabkan nefropati analgesik.

Asetaminofen mempunyai khasiat analgesik-antipiretik, tetapi

efek antiinflamasinya sangat lemah. Asetaminofen dianggap sebagai

obat analgesik-antipiretik yang paling aman dan dijual bebas untuk

swamedikasi karena jarang menimbulkan efek samping. Asetaminofen

Page 28: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dapat digunakan oleh ibu hamil dan menyusui. Absorbsi asetaminofen

di usus bersifat cepat dan tuntas sementara secara rektal lebih lambat.

(Tjay dan Rahardja, 2002).

Gambar 5. Struktur Kimia Asetaminofen (Katzung dan Payan, 1998)

Asetaminofen bekerja dengan menginhibisi enzim

siklooksigenase (COX) yang berperan dalam sintesis prostaglandin E2,

sehingga set point suhu tubuh akan menurun (Wilmana dan Gan,

2007). Senyawa alami seperti flavonoid sebagai antipiretik bekerja

dengan cara yang sama seperti asetaminofen (Sitompul, 2003).

Asetaminofen memiliki selektivitas penghambatan siklooksigenase

pada sistem nervus sentral dan memiliki efek yang lemah pada saluran

gastrointestinal sehingga asetaminofen jarang menimbulkan efek

samping pada lambung (Lucas, 2005).

b. Golongan asam salisilat

Contoh dari preparat golongan salisilat adalah aspirin (asetosal)

yang merupakan obat standar untuk analgesik, antipiretik dan

antiinflamasi. Secara sistemik, aspirin digunakan sebagai analgesik,

Page 29: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

antipiretik, antiinflamasi dan antigout. Efek samping penggunaan

aspirin yang sering adalah iritasi lambung dan reaksi alergi.

c. Golongan pirazolon

Preparat golongan pirazolon yang umum digunakan adalah

dipiron (antalgin). Dipiron digunakan hanya sebagai analgesik-

antipiretik karena efek antiinflamasinya lemah. Penggunaan dipiron

dapat menimbulkan efek samping berupa agranulositosis, anemia

aplastik dan trombositopenia.

d. Golongan AINS lainnya

Obat antiinflamasi non steroid (AINS) lainnya yang cukup sering

digunakan adalah asam mefenamat, diklofenak dan ibuprofen. Asam

mefenamat adalah derivat dari asam fenamat. Penggunaan asam

mefenamat sering menimbulkan efek samping berupa iritasi lambung.

Diklofenak merupakan derivat asam fenilasetat, sedangkan ibuprofen

adalah derivat asam propionat. Diklofenak dan ibuprofen tidak

dianjurkan untuk wanita hamil (Wilmana dan Gan, 2007).

4. Vaksin DPT (difteri, pertusis dan tetanus)

Vaksin DPT terdiri dari difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin difteri

berasal dari toksin kuman difteri yang dilemahkan (toksoid). Vaksin difteri

biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam

bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk

vaksin DPT. Reaksi imunisasi yang mungkin terjadi adalah demam ringan,

pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Unsur

Page 30: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pertusis dalam vaksin yang berasal dari semua kuman sel (whole cell)

sering menyebabkan efek samping berupa demam tinggi atau kejang.

Bagian pertusis inilah yang berperan sebagai bahan yang meningkatkan

terbentuknya sitokin pirogen seperti interleukin-1. Peningkatan

interleukin-1 (IL-1) menginduksi pembentukan PGE2 di hipotalamus dan

menaikkan set point termostat tubuh sehingga menimbulkan demam

(Ganong, 2005).

Vaksin DPT dikemas dalam bentuk flakon 5 ml, 10 dosis.

Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lf toksoid difteri, 15 Lf toksoid tetanus,

24 (OU) Bordetalla pertusis (mati) diserapkan ke dalam aluminium fosfat

dan mertiolat. Secara fisik vaksin DPT berupa cairan tidak berwarna,

berkabut dengan sedikit endapan putih, dan rusak jika terkena panas atau

sinar matahari langsung. Vaksin DPT disimpan dalam lemari es bersuhu 2-

8°C dengan masa kadaluarsa 2 tahun (Mansjoer et.al., 2000).

Pada penelitian ini digunakan vaksin DPT untuk menginduksi

demam pada tikus. Selain vaksin DPT, induksi demam pada tikus juga

dapat dilakukan dengan menggunakan pepton. Pemberian vaksin DT

(difteri dan tetanus) saja tidak akan menimbulkan efek samping berupa

demam (Katzung dan Payan, 1998; Markum, 2002).

Page 31: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

B. Kerangka Pemikiran

Membran fosfolipid

Gambar 6

Keterangan :

: menghasilkan/merangsang : menghambat

Pirogen eksogen, dehidrasi dan

faktor-faktor lain yang

menyebabkan demam

Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus

aurantiifolium L.)

Flavonoid

Fagosit mononuklear terangsang

Pirogen endogen

Asam arakidonat

PGE2

Enzim siklooksigenase

(COX) 2

Asetaminofen

Gugus aminobenzen

Set point suhu tubuh

DEMAM

Page 32: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

C. Hipotesis

Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.) memiliki efek

antipiretik pada tikus putih yang telah diinduksi demam menggunakan vaksin

DPT.

Page 33: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kuasi eksperimental dengan rancangan the post test

only with control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Universitas Setia

Budi Surakarta.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) yang dipilih

berdasarkan kriteria sebagai berikut: jenis kelamin jantan, galur Wistar, berat

badan ±200 gram, berumur 2-3 bulan, sehat dan tidak kawin.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling menggunakan metode purposive sampling untuk

menentukan subyek penelitian. Jumlah sampel ditentukan menggunakan

rumus Federer yaitu: (k-1) (n-1) > 15 (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998).

Terdapat 5 kelompok pada penelitian ini, dengan demikian perhitungan

dengan rumus Federer dalam menentukan jumlah sampel tiap kelompok

sebagai berikut:

(k-1) (n-1) ≥ 15

(5-1) (n-1) ≥ 15

23

Page 34: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

4 (n-1) ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 5

Keterangan:

k : jumlah kelompok

n : banyak sampel dalam tiap kelompok

Dari perhitungan rumus Federer didapatkan jumlah sampel tiap

kelompok sebanyak 5 sampel. Dengan demikian jumlah sampel pada

penelitian ini adalah 25 sampel. Namun untuk mengantisipasi jika terdapat

tikus yang mati di tengah percobaan berlangsung, maka penulis menyediakan

30 ekor tikus, dengan 5 ekor tikus sebagai cadangan.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.)

2. Variabel terikat : penurunan suhu tubuh

3. Variabel luar :

a. Terkendali :

Karakteristik tikus putih (jenis kelamin, galur, berat badan, umur),

makanan dan minuman serta suhu ruangan

b. Tak terkendali :

zat pirogen endogen, pH lambung dan stres

Page 35: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

F. Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.)

Ekstrak daun jeruk nipis adalah ekstrak yang dibuat dengan metode

maserasi dengan pelarut etanol 70%, pelarut sempurna untuk flavonoid.

Ekstrak yang dihasilkan merupakan ekstrak kental. Ekstrak diberikan per

oral kepada tikus putih jantan. Ekstraksi dilakukan di Universitas Slamet

Riyadi Surakarta.

Daun jeruk nipis yang digunakan berupa daun utuh dan dibuang

tangkai daunnya, diambil di bagian tengah (mulai daun ke-4 sampai 6),

sehingga tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Jumlah ekstrak didapat

dari daun dengan dosis empiris yang biasa digunakan secara tradisional

dan diujikan terlebih dahulu dengan orientasi dosis.

Skala pengukurannya adalah ordinal.

2. Penurunan suhu tubuh

Penurunan suhu tubuh merupakan efek yang ditimbulkan oleh obat

atau zat antipiretik. Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk setiap tikus

pada tiap kelompok. Pengukuran suhu dilakukan per-rektum tiap 30’

selama 120’.

Pengukuran suhu dilakukan dengan termometer digital dan

menggunakan skala derajat Celcius (ºC). Penggunaan termometer digital

dikarenakan termometer digital lebih sensitif terhadap perubahan suhu dan

lebih objektif dalam pembacaan hasil pengukuran dibanding termometer

Page 36: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

air raksa. Termometer digital yang digunakan untuk masing-masing

kelompok bermerk dan bertipe sama dengan baterai baru.

Skala pengukurannya adalah rasio.

3. Karakteristik tikus putih

a. Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan sebagai sampel

disebabkan tikus putih jantan mempunyai kecepatan metabolisme obat

yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil

dibandingkan dengan tikus putih betina. Selain itu tikus putih jantan

juga tidak mengalami siklus menstruasi, sehingga tidak terjadi ovulasi

yang dapat meningkatkan suhu tubuh ± 1oC.

b. Jenis tikus yang dipilih adalah galur Wistar. Tikus galur Wistar dipilih

karena dapat tinggal sendirian dalam kandang asal dapat mendengar

dan melihat tikus lain, tenang dan mudah ditangani serta lebih besar

daripada mencit.

c. Berat badan tikus yang dipilih adalah ±200 gr.

d. Umur tikus pada penelitian ini adalah 2-3 bulan.

4. Makanan dan minuman

Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari air PAM.

Semua tikus yang digunakan untuk percobaan mendapat makanan dan

minuman yang cukup dan jumlah kurang lebih sama.

Page 37: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

5. Suhu ruangan

Ruangan yang digunakan untuk mengandangkan tikus putih

dikondisikan pada suhu kamar sekitar 250C.

6. Variabel luar yang tak terkendali

Zat pirogen endogen, keadaan pH lambung tikus dan stres

merupakan beberapa di antara banyak faktor yang dapat mempengaruhi

hasil percobaan. Kondisi psikologis tikus dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar. Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian perlakuan

yang berulang kali dan perkelahian antartikus dapat mempengaruhi

kondisi psikologis tikus.

G. Rancangan Penelitian

Gambar 7

Keterangan :

K1 : Kelompok kontrol negatif

K2 : Kelompok kontrol positif

2 jam 5’ 30’

2 jam 5’ 30’

2 jam 5’ 30’

2 jam 5’ 30’

2 jam 5’ 30’

A

K1 K1U1 V K1U2 K1M1 K1U3

K2 K2U1 V K2U2 K2M2 K2U3

K3 K3U1 V K3U2 K3M3 K3U3

K4 K4U1 V K4U2 K4M4 K4U3

K5 K5U1 V K5U2 K5M5 K5U3

Page 38: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

K3 : Kelompok uji dosis 1

K4 : Kelompok uji dosis 2

K5 : Kelompok uji dosis 3

U1 : Pengukuran awal suhu rektal

V : Pemberian vaksin DPT 0,4 cc

U2 : Pengukuran suhu rektal 5 menit sebelum perlakuan

M1 : Pemberian aquadest

M2 : Pemberian asetaminofen

M3 : Pemberian ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium

L.) dosis 1

M4 : Pemberian ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium

L.) dosis 2

M5 : Pemberian ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium

L.) dosis 3

U3 : Tiga puluh menit setelah perlakuan, suhu rektal diukur

lagi, sampai percobaan pada menit ke 120 dengan

interval 30 menit.

A : Analisis data dengan uji statistik anova dan post hoc

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian

a. Kandang

b. Timbangan

c. Termometer digital

d. Arloji/stopwatch

e. Jarum suntik

f. Spuit pencekok

g. Bekkerglass

Page 39: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

h. Pengaduk kaca

2. Bahan penelitian

a. Ekstrak daun jeruk nipis

b. Akuabides

c. Asetaminofen tablet

d. Vaksin DPT

e. Alkohol 70%

f. Kapas

I. Cara Kerja

1. Penentuan dosis ekstrak daun jeruk nipis

Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada tikus

putih adalah 5 ml/100 gr BB. Disarankan takaran dosis tidak sampai

melebihi setengah kali volume maksimalnya (Imono dan Nurlaila, 1986).

Takaran daun jeruk nipis yang biasa digunakan adalah 10 gr. Uji

pendahuluan atau orientasi dosis perlu dilakukan karena belum ada riset

tentang dosis baku daun jeruk nipis untuk pengobatan per oral.

Faktor konversi dosis untuk manusia dengan berat badan 70 kg pada

tikus putih dengan berat badan 200 gr adalah 0,018. Sedangkan berat rata-

rata manusia Indonesia adalah 50 kg (Ngatidjan, 1991).

Dosis daun jeruk nipis untuk tikus adalah:

= ( 10 x 1000 mg x 70/50 x 0,018)/200 gr BB

= 252 mg/200 gr BB

= 126 mg/100 gr BB

Page 40: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Persentase dari daun jeruk nipis segar ke ekstrak daun jeruk nipis

dengan kandungan yang sama adalah sebesar 2%.

Dosis ekstrak untuk tikus putih jantan yaitu:

= ( 126 x 2% )/100 gr BB = 2,52/100 gr BB/2 ml

a. Dosis I = 1,26 mg ekstrak/100 gr BB/2 ml

b. Dosis II = 2,52 mg ekstrak/100 gr BB/2 ml

c. Dosis III = 5,04 mg ekstrak/100 gr BB/2 ml

2. Penentuan dosis asetaminofen

Dosis lazim asetaminofen pada manusia adalah 500 mg. Konversi

dosis dari manusia dengan berat badan 70 kg ke tikus 200 gr adalah 0,018.

Sedangkan berat rata-rata manusia Indonesia adalah 50 kg (Ngatidjan,

1991). Maka dosis untuk tikus adalah = (500 mg x 70/50 x 0,018)/200 gr

BB = 12,6 mg/200 gr BB = 6,3 mg/100 gr BB.

3. Membuat ekstrak daun jeruk nipis

Ekstrak dibuat dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70 %,

pelarut sempurna untuk flavonoid. Ekstrak yang dihasilkan merupakan

ekstrak kental.

4. Langkah penelitian

a. Sebelum perlakuan

Setelah diadaptasikan selama 6 hari di tempat percobaan, tikus

putih dipuasakan 6 jam sebelum perlakuan. Tikus putih kemudian

dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5

ekor tikus putih.

Page 41: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Temperatur rektal tikus putih diukur terlebih dahulu untuk

mengetahui temperatur normal kemudian tikus putih disuntik vaksin

DPT 0,4 cc intramuskuler. Penentuan ini berdasarkan hasil orientasi

dosis pada tikus putih jantan.

Untuk mengetahui berapa derajat peningkatan suhu tubuh setelah

penyuntikan vaksin, maka 2 jam setelah dilakukan penyuntikan, suhu

rektal tikus putih diukur terlebih dahulu.

b. Pemberian perlakuan

Dua jam setelah pemberian vaksin, masing-masing kelompok

mendapat perlakuan sebagai berikut:

Kelompok 1 mendapat 2 ml larutan akuabides peroral.

Kelompok 2 mendapat larutan asetaminofen peroral.

Kelompok 3 mendapat ekstrak daun jeruk nipis dengan dosis 1,26

mg/100 gr BB/2 ml.

Kelompok 4 mendapat ekstrak daun jeruk nipis dengan dosis 2,52

mg/100 gr BB/2 ml.

Kelompok 5 mendapat ekstrak daun jeruk nipis dengan dosis 5,04

mg/100 gr BB/2 ml.

c. Setelah perlakuan

Tigapuluh menit setelah perlakuan, suhu rektal diukur lagi,

sampai percobaan pada menit ke 120 dengan interval 30 menit.

.

Page 42: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

J. Analisis Data

Data ditabulasi dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Data yang

diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik dengan uji anova dan uji

post hoc. Uji anova adalah uji untuk membandingkan perbedaan rerata suhu

pada kelima kelompok, sedangkan uji post hoc adalah uji untuk

membandingkan perbedaan mean antara 2 kelompok dengan nilai α = 0,5

(Murti, 1994).

Page 43: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian efek antipiretik ekstrak daun jeruk nipis (Citrus

aurantiifolium L.) dilakukan terhadap 5 kelompok perlakuan, terdiri dari 3

kelompok dengan pemberian ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium

L.) dosis 1,26 mg/100 gr BB/2 ml, dosis 2,52 mg/100 gr BB/2 ml dan dosis

5,04 mg/100 gr BB/2 ml. Satu kelompok dengan pemberian 2 ml larutan

akuabides peroral sebagai kontrol negatif dan satu kelompok dengan

pemberian larutan asetaminofen peroral sebagai kontrol positif. Pengamatan

dilakukan sebanyak 6 kali. Pengamatan pertama dilakukan sebelum

eksperimen untuk mengetahui suhu normal tikus putih. Pengamatan kedua

dilakukan 2 jam setelah pemberian vaksin DPT 0,4 cc untuk mengetahui

peningkatan suhu. Empat pengamatan yang lain adalah pengukuran suhu

untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan 30 menit, 60 menit, 90

menit dan 120 menit setelah perlakuan.

Tabel 1 berikut adalah hasil pengamatan suhu tubuh tikus putih untuk

mengetahui perbandingan efek antipiretik ekstrak daun jeruk nipis dengan 3

macam dosis dan dua jenis kontrol yaitu larutan akuabides dan asetaminofen.

33

Page 44: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel 1. Rerata Suhu Tubuh (dalam 0C) Tikus Putih pada Berbagai Perlakuan

dalam 6 Kali Pengamatan

No Suhu Awal Suhu 2 Jam

Setelah Vaksinasi

Suhu Setelah Perlakuan

30 menit 60 menit 90 menit 120 menit

I 36,517 ± 0,426 37,000 ± 0,341 37,900 ± 0,283 38,317 ± 0,264 38,633 ± 0,393 38,783 ± 0,214II 36,583 ± 0,160 37,883 ± 0,538 38,017 ± 0,319 37,900 ± 0,400 37,400 ± 0,297 36,933 ± 0,423III 36,267 ± 0,463 37,583 ± 0,479 37,917 ± 0,462 38,133 ± 0,367 37,750 ± 0,259 37,333 ± 0,234IV 36,367 ± 0,280 37,567 ± 0,408 37,883 ± 0,371 37,767 ± 0,361 36,983 ± 0,407 36,700 ± 0,358V 36,233 ± 0,408 37,517 ± 0,426 37,833 ± 0,480 37,900 ± 0,390 37,483 ± 0,293 36,883 ± 0,556

Sumber: Data primer, 2011 Keterangan :

I = Kelompok kontrol negatif diberi 2 ml larutan akuabides peroral

II = Kelompok kontrol positif diberi larutan asetaminofen peroral

III = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun jeruk nipis dosis 1,26

mg/100 gr BB/2 ml

IV = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun jeruk nipis dosis 2,52

mg/100 gr BB/2 ml

V = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun jeruk nipis dosis 5,04

mg/100 gr BB/2 ml

Untuk melihat dan membandingkan rerata suhu tubuh dalam 6

pengamatan pada masing-masing kelompok akan lebih jelas bila dilihat pada

Gambar 8 berikut.

Page 45: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

35.0

35.5

36.0

36.5

37.0

37.5

38.0

38.5

39.0

Suhu Awal Suhu 2 jam Setelah Vaksinasi

Suhu 30 menit Setelah 

Perlakuan

Suhu 60 menit Setelah 

Perlakuan

Suhu 90 menit Setelah 

Perlakuan

Suhu 120 menit Setelah 

Perlakuan

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

Gambar 8. Grafik Rerata Suhu Tubuh (dalam 0C) Tikus Putih pada

Berbagai Perlakuan dalam 6 Kali Pengamatan

Berdasarkan Gambar 8 diketahui perubahan suhu tubuh tikus putih

dalam 6 waktu pengamatan. Kelompok tikus putih yang mendapat perlakuan

kontrol negatif (diberi 2 ml larutan akuabides peroral) mengalami peningkatan

suhu tubuh sejak awal (kondisi normal sebelum eksperimen) hingga

pengamatan terakhir (120 menit setelah perlakuan). Adapun 4 kelompok tikus

putih yang lain secara umum tampak mengalami peningkatan suhu tubuh dari

awal hingga 30 dan 60 menit setelah perlakuan. Setelah itu penurunan suhu

tubuh mulai tampak pada menit ke- 90 dan kemudian 120 menit setelah

perlakuan.

Data pengamatan terakhir suhu tubuh (120 menit setelah perlakuan)

selanjutnya dianalisis dengan anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

Page 46: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

signifikan antarkelompok (yang dengan kata lain meneliti ada tidaknya

pengaruh perlakuan terhadap suhu tubuh). Apabila terdapat perbedaan yang

bermakna maka dilakukan uji lanjut (post hoc test) untuk mengetahui letak

perbedaan dalam masing-masing pasangan kelompok.

B. Analisis Data

Uji Anova dilakukan untuk membandingkan rerata suhu tubuh antar 5

perlakuan. Anova merupakan metode komparasi parametrik yang

mensyaratkan asumsi normalitas dan homogenitas variansi. Uji normalitas

dilakukan terhadap data pada masing-masing kelompok sedangkan uji

homogenitas variansi dilakukan terhadap variansi antarkelompok. Hasil uji

normalitas disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Suhu Menit ke-120

Kelompok Nilai p

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

0,331

0,126

0,421

0,619

0,865

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil uji normalitas dengan

menggunakan metode Shapiro-Wilk. Metode ini dipilih karena ukuran sampel

yang sangat kecil (n = 6). Shapiro-Wilk biasanya digunakan pada ukuran

sampel kecil (n < 25). Terlihat bahwa pengujian terhadap data 5 kelompok

Page 47: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

menghasilkan p > 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa data

pengamatan berdistribusi normal.

Hasil uji homogenitas variansi data suhu pada menit ke-120 dengan uji

Levene menunjukkan p = 0.453 (Lampiran 2a), berarti p > 0,05 sehingga

disimpulkan bahwa variansi antarperlakuan termasuk homogen.

Dengan terpenuhinya syarat normalitas dan homogenitas variansi maka

dapat dilakukan analisis dengan anova kemudian dilanjutkan dengan post hoc

test menggunakan teknik Least Significant Different (LSD) bila hasil anova

menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Hasil uji anova data suhu pada menit ke-120 memberikan nilai p <

0,05 (Lampiran 2b) sehingga H0 ditolak atau Ha diterima. Dengan demikian

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna antar

kelompok pada 120 menit setelah perlakuan. Maka dilanjutkan dengan post

hoc test, dan hasilnya disajikan pada Tabel 3 berikut.

Page 48: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 3. Hasil Post Hoc Test dengan LSD Data Suhu Menit ke-120

* terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik (p < 0,05)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui hasil perbandingan antar dua perlakuan

dari 5 perlakuan dalam eksperimen. Kelompok dengan perlakuan kontrol

negatif (diberi larutan akuabides) adalah satu-satunya kelompok yang berbeda

signifikan dengan 4 kelompok lainnya (p < 0,05). Dosis 1 berbeda secara

bermakna dengan dosis 2 dan 3. Dosis 2 dan 3 tidak ada perbedaan rerata suhu

yang bermakna. Namun demikian, ketiga kelompok yang diberi ekstrak daun

jeruk nipis tidak berbeda signifikan dengan kontol positif (p > 0,05).

Perbandingan Kelompok

Perbedaan

Rerata Suhu

(0C) Signifikansi

Interval

Keyakinan

95%

Kontrol Negatif vs Kontrol Positif

Kontrol Negatif vs Dosis 1

Kontrol Negatif vs Dosis 2

Kontrol Negatif vs Dosis 3

1,850

1,450

2,083

1,900

0,000*

0,000*

0,000*

0,000*

1,400 - 2,300

1,000 - 1,900

1,633 - 2,534

1,450 - 2,350

Kontrol Positif vs Dosis 1

Kontrol Positif vs Dosis 2

Kontrol Positif vs Dosis 3

0,400

0,233

0,050

0,079

0,296

0,821

-0,850 - 0,500

-0,217 - 0,684

-0,400 - 0,500

Dosis 1 vs Dosis 2

Dosis 1 vs Dosis 3

0,633

0,450

0,008*

0,050

0,183 - 1,084

0,000 - 0,900

Dosis 2 vs Dosis 3 0,183 0,410 -0,634 - 0,267

Page 49: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 44

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengukuran suhu rektal tikus putih, suhu awal pada

semua kelompok tampak relatif sama. Setelah dilakukan induksi demam dengan

vaksin DPT, suhu meningkat pada setiap kelompok. Hal tersebut mendukung teori

bahwa pemberian vaksin DPT dapat menimbulkan demam. Menurut Tumbelaka

dan Hadinegoro (2005), vaksin DPT terdiri atas kuman difteri yang dilemahkan

atau toksoid difteri (alumprecipitated toxoid), toksoid tetanus dan vaksin pertusis

dengan menggunakan fraksi sel (selular) yang berisi komponen spesifik dari

Bordettella pertusis. Komponen itulah yang kemudian memicu terjadinya demam.

Hasil pengamatan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1 menunjukkan

adanya variasi suhu rata-rata pada setiap kelompok setelah diberikan perlakuan.

Selain terdapat variasi suhu antarkelompok (yang disebabkan oleh perbedaan

perlakuan), juga terdapat variasi dalam masing-masing kelompok.

Variasi dalam suatu kelompok perlakuan menunjukkan adanya faktor

endogen masing-masing tikus putih jantan yang bersifat individual terhadap agen

pencetus demam dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor non fisik dan

lingkungan. Stres pada tikus karena pengukuran suhu rektal yang berulang-ulang

mungkin merupakan salah satu faktor pengganggu yang menyebabkan kenaikan

suhu tikus.

Menurut Aiache (1993), variasi suhu hasil pengukuran dapat dimengerti

karena terdapat keragaman kepekaan setiap hewan uji yang merupakan akibat dari

39

Page 50: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

perbedaan biologik yaitu ketersediaan hayati dan perubahan hayati suatu obat.

Penurunan efek obat mungkin merupakan akibat dari penyerapan yang jelek pada

saluran cerna, pembuluh darah atau peningkatan ekskresi melalui ginjal.

Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 8, suhu meningkat dengan

signifikan dari pengamatan awal hingga 2 jam setelah pemberian vaksin DPT.

Secara umum, peningkatan suhu terus terjadi hingga pengamatan keempat yaitu

pada menit ke-60 setelah perlakuan, meskipun tidak sedrastis sebelum diberi

perlakuan. Peningkatan ini mungkin karena efek antipiretik kelompok perlakuan

belum bekerja dan atau efek pirogen dari vaksin DPT masih bekerja lebih

dominan. Efek antipiretik mulai terlihat pada pengamatan kelima yaitu pada 90

menit setelah perlakuan. Suhu terus mengalami penurunan hingga pengamatan

terakhir yaitu menit ke-120 setelah perlakuan. Analisis variasi suhu (anova)

dilakukan dengan data pengamatan terakhir ini.

Pada kelompok perlakuan yang diberi asetaminofen, penurunan suhu sudah

mulai tampak pada menit ke-60 namun sangat kecil, baru pada menit ke-90 terjadi

penurunan suhu yang cukup bermakna. Hal ini sesuai menurut Ganiswara (2003),

bahwa kadar puncak parasetamol dalam plasma darah dicapai dalam waktu 60-90

menit.

Pada kelompok perlakuan yang diberi larutan akuabides, kenaikan suhu

terjadi sejak sebelum diberi vaksin DPT hingga pengamatan terakhir. Berarti pada

penelitian ini akuabides dianggap tidak memiliki efek antipiretik dan digunakan

sebagai kontrol negatif.

Page 51: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Anova dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang

bermakna antarlima kelompok perlakuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang bermakna antarkelompok pada akhir waktu penelitian

(menit ke-120). Selanjutnya, letak perbedaan diketahui berdasarkan uji lanjut

setelah anova, yaitu post hoc test. Maka terlihat bahwa perbedaannya terletak

pada suhu kelompok kontrol negatif dengan empat kelompok yang lain. Apabila

dibandingkan satu persatu memang ada beberapa yang menunjukkan perbedaan

signifikan, namun secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan

ekuipotensi (daya antipiretik yang setara/sebanding) antara ketiga dosis ekstrak

daun jeruk nipis dengan asetaminofen.

Perbedaan yang signifikan terlihat antara kelompok yang diberi ekstrak

daun jeruk nipis dosis 1 dengan dosis 2, di mana dosis 2 lebih efektif dalam

menghasilkan efek antipiretik dibandingkan dosis 1. Hal tersebut mungkin

disebabkan perlakuan dengan dosis 1 masih belum optimal, sehingga reseptor-

reseptor dari tubuh belum semua terikat. Selain itu, teknik pemberian peroral yang

kurang tepat, daya serap obat peroral yang lambat dan terhambatnya tahapan pada

penyerapan obat sampai ke pembuluh darah juga dapat mempengaruhi hasil

percobaan.

Hasil uji post hoc menunjukkan bahwa dosis 3 tidak berbeda signifikan

baik dengan dosis 2 maupun dosis 1. Dosis 3 adalah perlakuan yang memberikan

hasil paling mirip dengan asetaminofen. Pada penelitian ini, dosis 2 yaitu 2,52

mg/100 gr BB dapat dikatakan sebagai dosis yang memberikan hasil optimal,

karena memberikan rerata suhu yang paling mendekati normal. Dan secara umum,

Page 52: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

semua kelompok perlakuan dapat mengembalikan suhu tubuh dalam batas normal

(36,5oC-37,2oC), kecuali kelompok kontrol negatif.

Adanya efek antipiretik tersebut mungkin disebabkan kandungan senyawa

flavonoid dalam daun jeruk nipis. Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat

menghambat enzim siklooksigenase khususnya siklooksigenase-2 yang berperan

dalam biosintesis prostaglandin sehingga demam terhambat.

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang

membuktikan bahwa tanaman yang mengandung flavonoid memiliki efek

antipiretik seperti tanaman bayam duri (Kumar et.al., 2009), semak bunga putih

(Owoyele et.al., 2008), umbi bawang merah (Setiyawan, 2005) dan brotowali

(Ernitawati, 2004).

Pada penelitian tidak terlihat adanya efek samping ekstrak daun jeruk nipis

terhadap tikus percobaan. Meskipun daun jeruk nipis bersifat asam, tidak ada tikus

yang mengalami diare atau muntah, kemungkinan karena dosisnya sudah tepat.

Keterbatasan penelitian ini adalah tidak dilakukan randomisasi (pembagian

kelompok secara acak).

Page 53: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.) memberikan efek

antipiretik pada tikus putih yang telah diinduksi demam menggunakan

vaksin DPT.

2. Efek antipiretik yang ditimbulkan oleh ekstrak daun jeruk nipis (Citrus

aurantiifolium L.) setara dengan efek antipiretik asetaminofen.

3. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.) dosis II (2,52 mg/100

gr BB) merupakan dosis yang paling efektif dibandingkan dosis I (1,26

mg/100 gr BB) dan dosis III (5,04 mg/100 gr BB).

B. Saran

1. Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka diperlukan

penelitian lebih lanjut, yaitu suatu penelitian serupa dengan sampel,

kontrol dan metode yang lebih baik (seperti pengambilan sampel secara

random) serta penelitian uji klinis untuk mengetahui secara lebih

terperinci efek antipiretik ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium

L.).

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi komponen-

komponen kimia daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolium L.) yang

berperan dalam menimbulkan efek antipiretik.

Page 54: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 44

DAFTAR PUSTAKA

Afdhal A. 1996. Pengembangan dan prospek industri jamu di Indonesia. Warta

Tanaman Obat Indonesia. Vol.3(1).

Agricultural Research Service USDA. 1999. Survey of Phenolic Compounds Produced in Citrus. http://www.ars.usda.gov/is/np/phenolics/tab2/caura.htm?pf=1 (6 Desember 2010)

Aiache J.M. 1993. Farmasetika 2. Airlangga University Press, hal: 87-89 Amili, Rusnaidi, Lukmayani Y. 2008. Uji Efek Antipiretik Jus Jeruk Nipis pada

Tikus Putih Galur Sprague Dawley Sel kelamin. MIMBAR Vol. XXIV, No. 1:27-35.

Dalal S. and Zhukovsky D.S. 2006. Pathophysiology and management of fever. J Support Oncol 2006. 4: 009–016.

Dubois R.N., Abramson S.B., Crofford L., Gupta R.A., Simon L.S., van de Putte L.B.A., Lipsky P.E. 1998. Cyclooxygenase in biology and disease. Faseb J. 12: 1063-73.

Ernitawati, B. 2004. Efek antipiretik air rebusan batang brotowali (Tinospora crispa Miers.) pada tikus putih. Universitas Sebelas Maret. Skripsi.

Farmasi UGM. 2008. Jeruk nipis (Citrus aurantiifolia L.)

http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedia-tanaman-anti-kanker/j/jeruk-nipis/ (27 November 2010)

Freddy I. dan Wilmana. 2007. “Analgesik, antipiretik, Anti Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai”. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal : 209-217

Ganiswara S. G. 2003. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi

Universitas Indonesia, pp: 207-14 Ganong W.F. 2005. Pengaturan sentral fungsi visera. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Edisi 22. Alih bahasa: M. Djauhari W. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 236-7.

Gelfand J.A. 2005. Fever and hyperthermia. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,

Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL (eds). Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Ed. Vol II. New York: The McGraw-Hill Companies.

Page 55: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Guyton A.C. 2007. Suhu tubuh, pengaturan suhu tubuh, dan demam. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Alih bahasa: Petrus Adrianto. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 944-5.

Harborne J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan kedua. Penerjemah: K. Padmawinata dan I. Soediro. Bandung: Penerbit ITB, pp: 68-76.

Hargono D. 1992. Tumbuhan obat dan pelayanan kesehatan. Antropologi Kesehatan Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 13-52.

Imono A.D. dan Nurlaila. 1986. Obat Tradisional dan Fitoterapi Uji Toksikologi. Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM, pp : 8-11.

Katzung B.G. dan Payan D.G. 1998. Obat antiinflamasi nonsteroid; analgetik nonopioid; obat yang digunakan pada gout. Dalam: Azwar Agoes, dkk (eds). Farmakologi Dasar dan Klinik Bertram G. Katzung. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC, pp: 293-5.

Kumar B.S.A., Lakshman K., Jayaveera K.K.N., Shekar D.S., Muragan C.S., Manoj B. 2009. Antinociceptive and antipyretic activities of Amaranthus viridis Linn in different experimental models. Avicenna J Med Biotech. 1(3): 167-71.

Lucas L., Warner T.D., Vojnovic I., Mitchell J.A. 2005. Cellular mechanisms of acetaminophen: role of cyclooxygenase. Faseb J express article 10.1096/fj.04-2437fje.

Mackowiak P.A., Bartlett J.G., Borden E.C. 1997. Concepts of fever: recent advances and lingering dogma. J Clin Infect Dis. 25: 119-38.

Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W. (eds). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius, pp: 590-1

Manthey J.A. 2002. Analysis of Flavonoids and Hydroxynnamates in Citrus Processing Byproducts by High Performance Liquid Chromatography-Electrospray Ionization-Mass Spectrometry. Proc. Fla. State Hort. Soc. 115:292-297. 2002.

Markum A.H. 2002. Imunisasi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Moriguchi T., Kita M., Ogawa K., Tomono Y., Endo T., Omura M. 2003. Flavonol synthase gene expression during citrus fruit development. Phys. Plant. volume 114, 2002, pp: 251–258.

Page 56: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Morton J. 1987. Mexican Lime. p. 168–172. In: Fruits of warm climates. Julia F. Morton, Miami, FL.

Murakami M. and Kudo I. 2004. Recent advances in molecular biology and physiology of the prostaglandin E2-biosynthetic pathway. Prog Lipid Res. 43: 3–35.

Murti B. 1994. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Nelwan R.H.H. 2006. Demam: tipe dan pendekatan. Dalam: A.W. Sudoyo, dkk

(eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p: 1697.

Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium, Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Nijveldt R.J., van Nood E., van Hoorn D.E.C. 2001. Flavonoids: a review of probable mechanisms of action and potential applications. Am J Clinical Nutrition. 74: 418–25.

Notosiswoyo M., Supardi S., Winarsih. 1998. Pengobatan sendiri terhadap demam, batuk, pilek, dan pusing dengan obat kimia dan tradisional di pedesaan. Media Litbangkes. Vol. 7(2).

Owoyele B.V., Oguntoye S.O., Dare K., Ogunbiyi B.K., Aruboula E.A, Soladoye A.O. 2008. Analgesic, anti-inflammatory and antipyretic activities from flavonoid fractions of Chromolaena odorata. J Med Plants Research. 2(9): 219-25.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit ITB, pp : 191-3

Sajuthi D. 2003. Efek Antipiretik Ekstrak Cacing Tanah. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/29/ilpeng/336450.htm (4 September 2009)

Setiyawan D. 2005. Efek Antipiretik Air Perasan Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum Linn.) pada Tikus Putih Jantan. Universitas Sebelas Maret. Skripsi

Sherwood L. 2001. Keseimbangan tubuh dan pengaturan suhu. Fisiologi Manusia

: dari sel ke sistem. Edisi 2. Alih bahasa: Brahm U.P. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 604-7.

Page 57: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS/Efek-antipiretik-ekstrak...dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Amelia Kartika Widowati NIM. G0004039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Simmons D.L., Botting R.M., Hla T. Cyclooxygenase isozymes: the biology of prostaglandin synthesis and inhibition. Pharmacol rev. 56:387-437.

Sitompul B. 2003. Antioksidan dan penyakit aterosklerosis. Medika XXIX(6), pp: 373-7.

Smith J.B. dan Mangkoewidjojo S. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Indonesia University Press.

Sudarti. 2010. 11 Manfaat jeruk nipis. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2053394-11-manfaat-jeruk-nipis/. (27 November 2010)

Thompson H.J. 2005. Fever: a concept analysis. J Adv Nurs 2005. 51(5): 484–92.

Tjay T.H. dan Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting Khasiat dan Penggunannya. Edisi 5. Jakarta : PT. Elex Media Computindo, pp: 297-303.

Triayu S. I. 2009. Formulasi Krim Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) dan Uji Daya Antibakteri Secara In Vitro. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi

Tumbelaka A. R. dan Hadinegoro S. R. S. 2005. Difteria, Pertusis, Tetanus. Dalam: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, pp: 102-8

Wijayakusuma H. 1995. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta: Pustaka

Kartini, pp: 28-9.

Wilmana P.F. dan Gan S. 2007. Analgesik-antipiretik, analgesik-antiinflamasi nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, pp: 230-4.