efek antimikroba ekstrak etanol akar...

72
EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR GANTUNG BERINGIN (FICUS BENJAMINA) TERHADAP BAKTERI METHICILIN- RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN VITRO DENGAN METODE DIFUSI SUMURAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Oleh: Putu Ijiya Danta Awatara NIM: 145070100111001 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR GANTUNG

BERINGIN (FICUS BENJAMINA) TERHADAP BAKTERI METHICILIN-

RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN VITRO

DENGAN METODE DIFUSI SUMURAN

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

Putu Ijiya Danta Awatara

NIM: 145070100111001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Halaman Persetujuan ii

Pernyataan Keaslian Tulisan iii

Kata Pengantar iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

1.4.1 Manfaat Keilmuan 3

1.4.2 Manfaat Aplikatif 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) 5

2.1.1 Taksonomi 5

2.1.2 Definisi 5

2.1.3 Epidemiologi 6

Page 3: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

iii

2.1.4 Patogenesis 6

2.1.5 Mekanisme Resistensi 8

2.1.6 Penyakit yang disebabkan oleh MRSA 8

2.1.7.Perjalaan resistensi MRSA dan pengobatan sekarang 9

2.2.Pohon Beringin (Ficus Benjamina) 10

2.2.1 Taksonomi 10

2.2.2 Definisi 11

2.2.3 Manfaat Akar Gantung Beringin 11

2.2.4 Flavonoid 12

2.2.5 Tanin 14

2.3 Difusi Sumuran/Well Diffusion 14

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 16

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 16

3.2 Hipotesis Penelitian 18

BAB 4. METODE PENELITIAN 19

4.1 Rancangan Penelitian 19

4.2 Sampel Penelitian 19

4.3 Variabel Penelitian 19

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 20

4.5 Alat dan Bahan Penelitian 21

4.6 Definisi Operasional 25

4.7 Prosedur Penelitian 26

4.8 Skema Prosedur Penelitian 34

4.9 Skema Data Hasil Penelitian 35

4.10 Analisis Data 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 37

Page 4: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

iv

5.1 Hasil Penelitian 37

5.1.1 Identifikasi Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus 37

5.1.1.1 Pewarnaan Gram 37

5.1.1.2 Uji Katalase 38

5.1.1.3 Uji Koagulase 38

5.1.1.4 Kultur Mannitol Salt Agar 39

5.1.1.5 Uji Sensitivitas Cefoxitin 40

5.1.1.6 Hasil Ekstrak Akar Gantung Beringin 41

5.1.1.7 Hasil Penelitian Pendahuluan Difusi Sumuran 42

5.1.1.8 Hasil Penelitian Inti Difusi Sumuran 42

5.1.1.9 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan

Bakteri 45

5.2 Analisa Data 47

5.2.1 Hasil Pengujian Normalitas Data dan Homogenitas 47

5.2.2 Hasil Uji One-Way ANOVA 49

5.2.3 Hasil Uji Post Hoc Tukey 50

5.2.4 Hasil Uji Korelasi Pearson 51

5.2.5 Hasil Uji Regresi 53

BAB 6 PEMBAHASAN 54

BAB 7 PENUTUP 59

7.1 Kesimpulan 59

7.2 Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 63

Page 5: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon Beringin (Ficus benjamina) 10

Gambar 2.2 Metode Difusi Agar 15

Gambar 4.1 Cara Pengukuran Diameter Zona Inhibisi 33

Gambar 5.1 Hasil Pewarnaan Gram 37

Gambar 5.2 Hasil Uji Katalase 38

Gambar 5.3 Hasil Uji Koagulase 39

Gambar 5.4 Hasil Kultur Mannitol Salt Agar 40

Gambar 5.5 Hasil Uji Sensitivitas Cefoxitin 41

Gambar 5.6 Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin 42

Gambar 5.7 Hasil Penelitian Pendahuluan 43

Gambar 5.8 Hasil Penelitian Inti 44

Gambar 5.9 Grafik Rerata Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri. 46

Page 6: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Skema Data Hasil Penelitian 34

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat 46

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 48

Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Levene 49

Tabel 5.4 Hasil Uji One-Way ANOVA 50

Tabel 5.5 Hasil Uji Post Hoc Tukey 51

Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Pearson 52

Tabel 5.7 Tabel Hasil Regresi 53

Tabel 6.1 Aktivitas Antimikroba dari isolat senyawa akar gantung beringin 56

Page 7: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Alat dan Bahan 63

Lampiran 2 Hasil Uji Statistik 65

Lampiran 3 Determinasi Tanaman Beringin (Ficus benjamina) 70

Page 8: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

viii

DAFTAR SIMBOL, SINGKATAN, DAN ISTILAH

BHIB : Brain Heart Infusion Broth

BHIA : Brain Heart Infusion Agar

C : Celcius

CFU : Colony Forming Unit

MHA : Mueller Hinton Agar

ml : Mililiter

mm : Milimeter

MRSA : Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

MSA : Mannitol Salt Agar

NAP : Nutrient Agar Plate

NCCLS: National Committee for Clinical Laboratory Standard

nm : Nanometer

OD : Optical Density

OI : Original Inoculum

pH : Potential of Hydrogen

µm : Mikrometer

% : Persentase

λ : Panjang Gelombang

Page 9: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

ABSTRAK

Awatara, Putu Ijiya Danta. 2017. Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Akar

Gantung Beringin ( Ficus Benjamina ) terhadap Bakteri Methicillin

Resistance Staphylococcus Aureus secara In Vitro dengan Metode

Difusi Sumuran. Tugas Akhir. Program Studi Kedokteran Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing : (1) dr. Siwipeni

Irmawanti Rahayu M.Biomed. (2) dr. Indriati Dwi Rahayu, M.Kes

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri

kokus Gram positif yang merupakan salah satu penyebab terbanyak infeksi

nosokomial di dunia. Infeksi nosokomial oleh MRSA seringkali bermula dari infeksi

di kulit, saluran pernafasan bawah, saluran kemih, dan sebagainya. Tingginya

resistensi MRSA terhadap berbagai antimikroba mendasari perlunya dieksplorasi

substansi lain sebagai kandidat alternatif terapi, salah satunya adalah beringin

(Ficus benjamina). Akar gantung beringin mengandung unsur bioaktif seperti

flavonoid dan tanin yang telah diketahui memiliki efek antimikroba. Penelitian ini

dilakukan untuk mempelajari efek antimikroba ekstrak etanol akar gantung

beringin (Ficus benjamina) terhadap MRSA secara in vitro dengan metode difusi

sumuran. Penelitian dilakukan sebagai eksperimen laboratoris untuk

mendapatkan diameter zona hambat pertumbuhan MRSA yang dibentuk oleh

ekstrak. Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin yang digunakan adalah

50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%. Tiap perlakuan dilakukan dengan

pengulangan sebanyak 4 kali. Zona hambat yang terbentuk diukur menggunakan

jangka sorong. Analisa data dengan One-Way ANOVA menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan pada konsentrasi ekstrak akar gantung beringin yang

berbeda-beda dalam pembentukan zona hambat pertumbuhan MRSA (p< 0,05).

Uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan sangat kuat dengan arah

positif. Hal ini membuktikan bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak sejalan dengan

efektivitas ekstrak sebagai antimikroba. Berdasarkan penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina)

mempunyai efek sebagai antibakteri terhadap bakteri Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus secara in vitro dengan metode difusi sumuran.

Kata Kunci : Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus, akar gantung beringin

(Ficus benjamina), efek antimikroba, difusi sumuran.

Page 10: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

ii

ABSTRACT

Awatara, Putu Ijiya Danta. 2017. The Antimicrobial Effect of Banyan

Hanging Roots (Ficus Benjamina) Ethanol Extract against

Methicillin Resistance of Staphylococcus Aureus In Vitro

using Well Diffusion Method. Final Assignment. Medical

Program Faculty of Medicine Brawijaya University. Supervisors:

(1) dr. Siwipeni Irmawanti Rahayu M.Biomed. (2) dr. Indriati Dwi

Rahayu, M.Kes.

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a Gram-positive

cocci bacteria that is one of the leading causes of nosocomial infection in the

world. Nosocomial infections caused by MRSA is most commonly started from

skin infections, lower respiratory tract infections, urinary tract infections, etc. The

high-rated resistance of MRSA toward various antimicrobial agents becomes the

reason of importance to explore other substances that might be suitable as

candidate of alternate therapy, one of them is banyan (Ficus benjamina). Banyan

hanging roots has bioactive elements such as flavonoids and tannins which have

been known to have antimicrobial agents. The study was conducted to

investigate the antimicrobial effects of banyan hanging roots (Ficus benjamina)

ethanol extract against MRSA in vitro using well diffusion method. The research

was a laboratory experiment aimed to obtain inhibitory zone diameter of MRSA.

The concentrations of ethanol extract of banyan hanging root were 50%, 60%,

70%, 80%, 90% and 100%. Each treatment was repeated 4 times. The inhibition

zone was measured using a caliper. Statistical analysis using One-Way ANOVA

showed significant difference between different extract concentrations toward

inhibition zone formation of MRSA (p <0,05). Pearson correlation test showed

very strong relationship with the positive direction. This is the proof that higher

concentration caused wider inhibition zone. Based on this research, it can be

concluded that banyan hanging roots (Ficus benjamina) ethanol extract has

antimicrobial effect on Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus in vitro using

well diffusion method.

Keywords : Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus, banyan hanging roots

(Ficus benjamina), antimicrobial effect, well diffusion.

Page 11: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri

kokus gram positif yang merupakan salah satu penyebab terbanyak infeksi

nosokomial di dunia (Graffunder dan Venezia, 2002). Infeksi nosokomial adalah

infeksi yang terjadi dalam waktu 48 jam setelah masuk rumah sakit, 3 hari dari

rawat inap atau 30 hari pasca operasi. Infeksi nosokomial menyerang 1 dari 10

pasien yang dirawat di rumah sakit (Inweregbu et al., 2005). Infeksi nosokomial

yang disebabkan oleh MRSA paling banyak bermula dari infeksi luka, infeksi

saluran pernafasan bawah, infeksi saluran kemih, septikemia, luka bakar, luka

akibat tekanan, infeksi daerah infasif dan ulcer. (Ducel et al., 2012). Infeksi

nosokomial masih merupakan masalah serius. World Health Organization (WHO)

mencatat terjadinya infeksi nosokomial pada 5.7% dari 55 rumah sakit dari 14

negara (Eropa, Asia Tenggara, Timur Mediterania, dan Pasifik Barat) . Saat ini,

lebih dari 1.4 juta orang di seluruh dunia menderita komplikasi dari infeksi

nosokomial. Frekuensi terbesar terjadi di Asia Tenggara dengan angka

prevalensi 10%. Angka prevalensi infeksi nosokomial di Indonesia adalah 7.1%

dengan angka mortalitas neonatus mencapai 12-15% (Allegranzi, 2011).

Regimen terapi utama untuk infeksi MRSA adalah Vancomycin.

Resistensi MRSA terhadap antimikroba lain seperti Penicillin dan Cephalosporin

menyebabkan terapi dengan kedua antimikroba tersebut tidak lagi digunakan.

Page 12: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Meskipun demikian, resistensi MRSA terhadap Vancomycin juga mulai terjadi.

Sebuah penelitian di Jepang pada tahun 1997 telah menemukan adanya bakteri

MRSA yang resisten terhadap Vancomycin (Hiramatsu et al., 1997). Berdasarkan

fakta tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk menemukan antimikroba alternatif

untuk terapi bakteri MRSA.

Salah satu alternatif pengobatan infeksi bakteri di era pengobatan modern

adalah menggunakan bahan herbal. Indonesia menyimpan kekayaan alam yang

melimpah, khususnya dibidang tumbuhan herbal. Beberapa tahun terakhir ini

telah banyak dilakukan penelitian terhadap potensi tumbuhan beringin (Ficus

benjamina) sebagai kandidat agen antimikroba. Ficus benjamina adalah jenis

pohon evergreen (berdaun hijau sepanjang tahun), monoecious (berumah satu),

memiliki mahkota bunga yang lebar dan memiliki akar yang menggantung.

Beringin masih jarang dimanfaatkan oleh manusia namun memiliki potensi terapi

medis (Imran dkk., 2014; Truchan et al., 2016). Akar gantung adalah salah satu

bagian yang paling aktif dari beringin. Analisis kandungan bioaktif di bagian

tersebut menunjukkan berbagai kandungan bioaktif, salah satunya adalah

flavonoid, yang dapat menjadi agen antimikroba melalui mekanisme

menghambat sintesis asam nukleat dan mengganggu fungsi membran

sitoplasma. Kedua mekanisme tersebut menyebabkan gangguan metabolisme

energi pada bakteri (Cushnie dan Lamb, 2005). Selain flavonoid, juga terdapat

kandungan senyawa tanin yang bekerja pada dinding sel bakteri dengan

kemampuannya untuk mengendapkan protein (Ojha, 2013)

Berdasarkan uraian diatas, terdapat kemungkinan bahwa akar gantung

beringin (Ficus benjamina) memiliki efek antimikroba, termasuk terhadap MRSA.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji efek antimikroba ekstrak etanol akar

gantung beringin (Ficus benjamina) terhadap pertumbuhan bakteri MRSA.

Page 13: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Melalui penelitian ini, penulis berharap tanaman ini dapat menjadi inovasi

sebagai alternatif agen antimikroba dalam upaya penanggulangan infeksi,

terutama yang disebabkan oleh MRSA.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Apakah ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina)

memiliki efek antimikroba terhadap bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus secara in vitro dengan metode difusi

sumuran?

1.3. TUJUAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Mempelajari efek antimikroba ekstrak etanol akar gantung

beringin (Ficus benjamina) terhadap bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus secara in vitro dengan metode difusi

sumuran

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui hubungan antara kenaikan konsentrasi ekstrak

etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) terhadap

hambatan pertumbuhan bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus.

Page 14: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

1.4. MANFAAT

Manfaat Keilmuan:

1. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian

selanjutnya dalam bidang kesehatan, khususnya tentang potensi

pengobatan infeksi nosokomial menggunakan ekstrak etanol akar

gantung beringin (Ficus benjamina).

2. Peluang publikasi dalam jurnal-jurnal ilmiah dan mendapatkan

paten tentang potensi antimikroba terhadap Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus.

Manfaat Aplikatif:

1. Pengembangan metode pengobatan infeksi nosokomial di

rumah sakit yang khususnya disebabkan oleh bakteri

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus yang efektif dan

non resisten.

2. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan perusahaan industri

obat untuk menciptakan suatu alternatif baru dalam

pembuatan obat antimikroba dengan menggunakan ekstrak

Etanol Akar Gantung beringin (Ficus benjamina).

Page 15: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)

2.1.1 Taksonomi

Taksonomi dari bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus adalah

sebagai berikut (UniProt, 2017):

Kingdom : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacili

Order : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

2.1.2 Definisi

Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram-positif yang berbentuk

kokus, biasanya tersusun dalam kelompok ireguler seperti anggur.

Staphylococcus aureus ditemukan sebagai bagian dari flora normal manusia di

30% populasi serta memiliki potensi sebagai patogen bagi manusia. Manifestasi

klinis yang berat akibat bakteri ini diantaranya adalah abses kulit, selulitis,

endokarditis, dan septic arthritis (Morell et al., 2010)

Page 16: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau MRSA adalah jenis

Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik methicillin. Bakteri yang

masih sensitif terhadap methicillindisebut Methicillin Sensitive Staphylococcus

aureus (MSSA). Resistensi MRSA terhadap methicillin juga diikuti dengan

resistensi terhadap penisilin, cephalosporin, betalaktam, macrolide, tetracycline,

chloramphenicol, dan quinolon (Ducel et al., 2012; Goyal et al., 2013)

2.1.3 Epidemiologi

Penyebaran strain MRSA yang juga disebut sebagai superbug (multi-drug

resistant organism) telah menjadi tantangan baru bagi sistem kesehatan dan

pengembangan obat-obatan di dunia. Prevalensi infeksi MRSA di unit perawatan

intensif rumah sakit di Amerika Serikat terus meningkat dari 2 % pada tahun

1974 menjadi 22 % pada tahun 1995 dan 64 % pada tahun 2004. Jumlah ini naik

pada tahun 2005, dimana 58 % (278.000) pasien rawat inap diagnosis terinfeksi

MRSA. Menurut perkiraan pada tahun tersebut, hampir 19.000 kematian

disebabkan oleh MRSA. Selain itu, MRSA kini dianggap salah satu penyebab

utama kematian yang disebabkan oleh bakteri patogen tunggal. Selain

menyebabkan infeksi nosokomial, MRSA juga sudah menyebar ke masyarakat,

menginfeksi individu tanpa faktor risiko yang diketahui (Morell et al., 2010)

2.1.4 Patogenesis

Fase pertama pada patogenesis infeksi Staphylococcus aureus adalah

kolonisasi. Kolonisasi dapat menyebabkan penyebaran antar manusia ke

manusia. Cara penyebaran utama adalah kontak langsung melalui kulit yang

terinfeksi koloni bakteri dan pada tingkat lebih rendah, kontak dengan pakaian

penderita. Bakteri Staphylococcus aureus juga terdapat di hidung pada 20-50%

Page 17: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

manusia. Gangguan pertahanan kulit (misalnya abrasi atau luka bakar) serta

kondisi imunosupresif (misalnya, HIV, penggunaan steroid, penyakit genetik) juga

memiliki peran dalam meningkatkan faktor resiko terjadinya infeksi bakteri

Staphylococcus aureus (Brooks et al., 2012)

Fase awal infeksi Staphylococcus aureus diawali dengan perlekatan

pada jaringan inang dengan menggunakan kumpulan protein di permukaan yang

dikenal sebagai Microbial Surface Components Recognizing Adhesive Matrix

Molecules (MSCRAMMS). Setelah menempel ke permukaan, Staphylococcus

aureus mengambil berbagai sumber daya agar dapat menghindari sistem

kekebalan tubuh hospes yang akan mencegah berkembangnya infeksi (Brooks

et al., 2012) .

Ketika keadaan memungkinkan untuk menyerang pertahanan hospes,

Maka dinding sel Staphylococcus aureus akan dapat membentuk biofilm pada

permukaan inang untuk bertahan dengan menghindari pertahanan host dan

antimikroba. (Gordon dan Lowy, 2008)

Untuk bertahan hidup di tengah-tengah sistem kekebalan tubuh inang.

Kapsul antifagositik memberikan pertahanan utama terhadap sel imun fagosit

hospes, yaitu neutrofil, monosit, dan makrofag. Penelitian juga menunjukkan

bahwa Staphylococcus aureus menggunakan fibronectin-binding protein untuk

menghindari fagositosis dalam tubuh hospes (Brooks et al., 2012) .

Bakteri Staphylococcus aureus menghasilkan toksin yang dapat

menyebabkan gangguan fisiologis pada sel hospes. Toksin dapat diklasifikasikan

sebagai superantigen yang memicu aktivasi banyak sitokin dan proliferasi sel-T.

Hal ini menyebabkan inflamasi dan dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang

luas. Exfoliative toxin memicu timbulnya eritema serta pengelupasan kulit, seperti

pada kasus Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (Brooks et al., 2012).

Page 18: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Secara in vitro Staphylococcus aureus juga dapat menyerang dan

bertahan di dalam sel epitel, termasuk sel endotel, yang juga memungkinkan

untuk lolos dari pertahanan inang, terutama pada endokarditis. Staphylococcus

aureus juga mampu membentuk Small-Colony Variants (SCVs), yang dapat

menyebabkan infeksi persisten dan rekuren. SCVs dapat menyembunyikan sel

inang tanpa menyebabkan kerusakan sel inang yang berarti dan relatif

terlindungi dari antibiotik dan pertahanan inang. (Gordon dan Lowy, 2008)

2.1.5 Mekanisme Resistensi

Staphylococcus aureus telah mengembangkan beberapa mekanisme

pertahanan untuk menghindari sifat bakterisida dari methicillin. Mekanisme

tersebut meliputi hambatan ekspresi methicillin yaitu hidrolisis βlaktamase serta

perubahan bentuk dari Penicillin Binding Protein (PBP) yang mengikat methicillin.

Resistensi methicillin pada Staphylococcus aureus paling sering melibatkan

kromosom yang disebut elemen ‘mec’. Gen mecA, terdapat di dalam elemen mec

dan berfungsi sebagai pengkode protein 76 kDa yang disebut Penicillin Binding

Protein 2a (PBP2a). Protein ini memiliki afinitas yang rendah terhadap antibiotik

β-laktam. Oleh karena itu, walaupun bakteri yang memiliki molekul PBP normal

dihambat oleh β-laktam, bakteri yang mengekspresikan PBP2a akan dapat

melanjutkan perakitan dinding sel, dan bertahan hidup dalam paparan methicillin

(Morell et al., 2010).

Page 19: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

2.1.6 Penyakit yang disebabkan oleh Methicillin Resistant Staphylococcus

aureus

Manifestasi klinis dari infeksi Staphylococcus aureus sangat bervariasi.

Infeksi kulit adalah bentuk infeksi Staphylococcus aureus yang paling sering

ditemui. Infeksi kulit yang sering terjadi adalah abses, impetigo bulosa, folikulitis,

furunkulosis, dan necrotizing fasciitis. Jika Staphylococcus aureus menembus

pertahanan kulit dan berhasil menghindari sistem kekebalan tubuh hospes,

maka infeksi dapat berlanjut pada bentuk infeksi yang lebih berat, yaitu sepsis,

septic arthritis, osteomyelitis, dan endokarditis. Toksin yang dihasilkan oleh

Staphylococcus aureus juga dapat menginduksi kondisi toxic shock syndrome

dan gastroenteritis. Penyakit ini membutuhkan perawatan intensif, karena

pengobatan toxic shock syndrome membutuhkan penggantian cairan dan

pengawasan tekanan darah (Morell et al., 2010).

2.1.7 Perjalanan resistensi MRSA dan pengobatan sekarang

Tahun 1928, seorang ilmuwan Skotlandia, Alexander Flemming,

menemukan antimikroba penisilin dari Penicillium notatum. Penisilin adalah

antibiotik β-laktam yang mengikat dan menghambat formasi protein dalam

bakteri berupa penicillin binding protein (PBP) Protein ini berfungsi untuk

pembentukan, pemeliharaan, dan regulasi peptidoglikan dinding sel.

Apabila PBP diikat oleh antibiotik β-laktam, proses transpeptidasi peptidoglikan

terhambat, sehingga dinding sel melemah dan dapat menyebabkan kematian sel

bakteri (Macheboeuf et al., 2006). Tidak lama setelah pengenalan penisilin

sebagai terapi klinis di tahun 1940-an, strain baru Staphylococcus aureus

dengan cepat muncul dan mensekresikan enzim yang disebut penicillinase, yang

Page 20: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

menghidrolisis penisilin menjadi penicilloic acid yang tidak aktif. Selanjutnya,

pada tahun 1959, Beecham memperkenalkan metisilin, antimikroba golongan

beta laktam yang resisten terhadap penicillinase. Strain pertama methicillin-

resistant S. aureus kemudian dilaporkan di Eropa hanya beberapa tahun setelah

metisilin ditemukan. Kurang dari satu dekade kemudian, MRSA diidentifikasi di

Amerika Serikat di Rumah Sakit Boston sebanyak hampir 20 pasien (Morell et al.,

2010). Pengobatan yang dilakukan pada kasus infeki MRSA saat ini adalah

vancomycin. Meskipun demikian, sebuah penelitian di Jepang pada tahun 1997

telah menemukan adanya bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap

vancomycin. Strain bakteri ini disebut dengan Vancomycin-resistant

Staphylococcus aureus (VRSA) (Hiramatsu et al., 1997).

2.2 Pohon Beringin (Ficus benjamina)

2.2.1 Taksonomi

Gambar 2.1 Pohon Beringin (Ficus benjamina)

Page 21: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Menurut Integrated Taxonomic Information System 2014 beringin atau Ficus

benjamina termasuk dalam sistem taksonomi berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Rosales

Family : Moraceae

Genus : Ficus

Species : Ficus benjamina L.

2.2.2 Definisi

Ficus benjamina atau biasa disebut Beringin atau Weeping Fig adalah

jenis pohon evergreen (berdaun hijau sepanjang tahun), monoecious (berumah

satu), memiliki mahkota yang lebar dan memiliki akar yang menggantung. Pohon

beringin memiliki ukuran yang besar dengan tinggi maksimal 8 m dan memiliki

mahkota serta akar gantung yang menjulur kebawah sepanjang 10 m. Berbagai

jenis pohon beringin sering ditemukan di Indonesia sebagai pohon besar sebagai

tempat untuk berteduh hingga tanaman hias seperti bonsai. Pohon beringin

tumbuh di berbagai belahan dunia seperti India, Cina Selatan, Asia Tenggara,

Malaysia, Filipina, Australia Utara, dan kepulauan Pasifik Selatan. Selain itu,

tanaman ini juga dibudidayakan di beberapa negara seperti Samoa Prancis,

Polinesia, Kepulauan Marshall, Majuro, Tonga hingga Florida, Amerika Serikat

(Imran dkk., 2014).

Page 22: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

2.2.3 Manfaat Akar Gantung Beringin

Pohon beringin terkenal memiliki manfaat di bidang kesehatan. Getah dan

daun dari beringin memiliki potensi sebagai obat antiradang, gangguan kulit,

gangguan pencernaan, kusta dan malaria. Selain itu tanaman ini juga memiliki

potensi sebagai antimikroba, antinyeri, antidemam, dan antikanker. Selain di

bidang kesehatan, daun dan rantingnya juga dapat digunakan sebagai repellant

serangga. Beberapa manfaat diatas disebabkan oleh karena pada akar gantung

pohon beringin banyak mengandung unsur bioaktif seperti flavonoid dan tanin.

Selain itu pada daun dan buah terdapat kandungan cinnamic acid, lactose,

naringenin, quercetin, caffeic acid dan stigmasterol (Imran dkk., 2014).

Beringin juga mengandung berbagai variasi alkaloid yang juga dapat

bermanfaat sebagai fitokompleks yang memiliki potensi antioksidan yang tinggi.

(Novelli et.al, 2014)

2.2.4 Flavonoid

Besarnya manfaat medis dari pohon beringin ini disebabkan oleh

tingginya kandungan kimia dan biologis di bagian dari tumbuhan ini. Salah

satunya adalah kandungan flavonoid. Flavonoid adalah struktur kimia golongan

fenolik yang memiliki satu gugus karbonil. Flavonoid dibutuhkan oleh tumbuhan

sebagai bahan fotosintesis sehingga banyak sekali ditemukan kandungan

flavonoid di dalam tumbuhan. Senyawa ini ditemukan dalam buah, sayuran,

kacang-kacangan, biji-bijian, batang dan bunga, teh, anggur , propolis dan madu,

dan berbagai jenis tumbuhan lainnya (Imran dkk., 2014).

Flavonoid memiliki banyak sel target dan tidak spesifik pada satu target

tertentu dalam aktivitasnya sebagai agen antimikroba. Salah satu dari aktivitas

molekuler mereka adalah membentuk kompleks dengan protein melalui kekuatan

nonspesifik seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik, serta pembentukan

Page 23: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

ikatan kovalen. Dengan demikian, aktivitas antimikroba dari flavonoid dapat juga

dikaitkan dengan kemampuan inaktivasi microbial adhesins, enzim, cell envelope

transport protein, dan sebagainya. Lipophilic flavonoid juga dapat mengganggu

membran sel dari mikroba (Kumar dan Pandey, 2013).

Flavonoid mampu menghambat metabolisme bakteri melalui hambatan

sintesis asam nukleat dan gangguan fungsi membran sitoplasma. Kedua

mekanisme tersebut menimbulkan gangguan produksi energi dalam bakteri

(Cushnie dan Lamb, 2005). Flavonoid menghambat sintesis asam nukleat

melalui Ring B dari flavonoid yang memiliki peran dalam interkalasi (ikatan)

hidrogen dengan susunan basa asam nukleat sehingga terjadi hambatan pada

sintesis DNA dan RNA. Selain itu beberapa penulis menyatakan bahwa senyawa

flavonoid seperti quercetin mengikat subunit gyrB dari DNA gyrase bakteri

Escherichia coli sehingga terjadi hambatan aktivitas enzim ATPase. Flavonoid

dapat mengganggu fungsi membran sitoplasma melalui kandungan

sophoraflavanone G yang mampu mengurangi fluiditas lapisan luar dan dalam

membran. Flavonoid dapat mengganggu produksi energi bakteri melalui

licochalcones dengan cara menghambat respirasi bakteri, sehingga energi tidak

dapat diproduksi. (Cushnie dan Lamb, 2005; Cushnie dan Lamb, 2005).

Naringenin dan sophoraflavanone G memiliki aktivitas antimikroba

terhadap bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan

streptokokus. Perubahan fluiditas membran sel dalam kondisi hidrofilik dan

hidrofobik dapat dikaitkan dalam aktivitas flavonoid yang dapat mengurangi

fluiditas lapisan luar dan dalam dari membrane sel (Kumar dan Pandey, 2013).

Page 24: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

2.2.5 Tanin

Selain flavonoid, juga terdapat kandungan tanin pada pohon beringin.

Tanin adalah polifenol yang larut dalam air dan sering ditemukan pada tumbuhan

herbal dan berkayu yang berukuran tinggi. Tanin dikandung oleh banyak bahan

makanan seperti teh, kakao, kacang, anggur, stroberi dan kesemek. Tanin juga

dikategorikan aman sebagai zat adiktif makanan (Ojha, 2013).

Tanin dikenal memiliki kandungan antimkroba. Senyawa ini mampu

menghambat pertumbuhan bakteri karena kemampuannya bekerja pada dinding

sel. Hal ini disebabkan karena tanin mampu mengendapkan protein. (Akiyama et

al., 2001; Rini, 2009). Tannin dapat mengikat protein yang dinamakan adhesin

pada permukaan bakteri. Pengikatan ini dapat merusak reseptor pada

permukaan sel bakteri. Selain itu , tanin dapat membentuk kompeks senyawa

yang irreversible dengan suatu protein bernama prolin dimana ikatan ini memiliki

kemampuan untuk menghambat sintesis protein untuk membentuk dinding sel

bakteri (Agnol et al., 2003).

2.4 Difusi Sumuran/ Well Diffusion

Metode difusi sumuran/ well diffusion digunakan untuk mengevaluasi

aktivitas antimikroba dari tanaman atau ekstrak mikroba. Sama seperti prosedur

yang digunakan dalam metode disk diffusion, permukaan plate agar diinokulasi

dengan menyebarkan inokulum mikroba di atas permukaan seluruh agar. Agar

kemudian dilubangi dengan perforator steril berdiameter 6 mm untuk diisi dengan

agen antimikroba atau larutan ekstrak dengan volume 20-100 µL dengan

konsentrasi yang sudah ditentukan. Agar kemudian diinkubasi dalam kondisi

yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme uji. Agen antimikroba akan

berdifusi dalam media agar dan menghambat pertumbuhan mikroba. Kerja

Page 25: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

antimikroba pada difusi sumuran dilihat dengan terbentuknya zoba inhibisi di

sekitar sumuran, yang menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan mikroba

(Baloiri et al., 2015)

Gambar 2.2 Metode Difusi Agar: (A) Metode disk-diffusion menggunakan jamur Candida albicans (B) Metode agar well diffusion menggunakan bakteri Aspergillus niger (C) Metode agar plug diffusion dari bakteri Bacillus sp. Terhadap jamur Candida albicans. (Baloiri et al., 2015)

Page 26: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus

Ekstrak Etanol akar gantung

beringin (Ficus benjamina)

Flavonoid

Hambatan sintesis asam

nukleat, gangguan fungsi

membran sitoplasma

gangguan produksi energi

dalam bakteri.

Inaktivasi enzim

intraseluler gangguan

fungsi membran dan sintesi

dinding sel

Tanin

Hambatan pertumbuhan bakteri

Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus

Page 27: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri

Gram positif yang merupakan penyebab utama dari infeksi nosokomial di dunia

(Graffunder dan Venezia, 2002). MRSA dapat menyerang dan bertahan hidup di

dalam sel epitel, termasuk sel-sel endotel, dan memungkinkan untuk melarikan

diri pertahanan host dan berbagai jenis antimikroba. MRSA juga dapat

menyebabkan infeksi persisten dan berulang. Staphylococcus. aureus memiliki

banyak karakteristik lain yang membantu menghindari sistem kekebalan tubuh

host selama infeksi. Selama infeksi, Staphylococcus. aureus menghasilkan

berbagai enzim, seperti protease, lipase, dan elastase, yang memungkinkannya

untuk menyerang dan menghancurkan jaringan hospes dan bermetastasis ke

bagian lain. Staphylococcus. aureus juga mampu menyebabkan syok septik

dengan berinteraksi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh host dan jalur

koagulasi. (Gordon dan Lowy, 2008). Pada saat ini antibiotik yang sensitif

terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus adalah vancomycin dan

teicoplanin. Pada saat yang sama, bakteri MRSA ini terus berkembang sehingga

menjadi resisten pula terhadap vancomycin. (Hiramatsu et al.,1997). Uraian

diatas menunjukkan bahwa infeksi nosokomial yang disebabkan oleh MRSA ini

adalah masalah yang serius di dunia kesehatan dan perlu segera ditemukan

antibiotik alternatif baru untuk mengatasi permasalahan ini.

Dalam penelitian ini digunakan ekstrak etanol akar gantung beringin

(Ficus benjamina) yang mengandung senyawa flavonoid yang memiliki sifat

antimikroba. Flavonoid memiliki mekanisme kerja menghambat sintesis asam

nukleat dan mengganggu fungsi membran sitoplasma, sehingga menyebabkan

gangguan metabolisme energi pada bakteri. (Cushnie dan Lamb, 2005). Selain

flavonoid, juga terdapat kandungan senyawa tanin (Ojha, 2013). Selain bekerja

pada dinding sel, tanin dapat mengendapkan protein pada membran sel bakteri.

Page 28: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Mekanisme kerja tanin lainnya adalah dengan menginaktivasi enzim intraseluler,

yang salah satunya adalah enzim glycosyltransferase. Enzim ini berfungsi pada

pembentukan senyawa glycans yang merupakan bahan dasar peptidoglikan,

lipopolisakarida dan kapsul sel bakteri (Cowan,1999; Akiyama et al.,2001; Rini,

2009; Abdollahzadeh et al.,2010).

Berdasarkan uraian diatas, dapat diperkirakan bahwa ekstrak etanol akar

gantung beringin (Ficus benjamina) memiliki potensi untuk menghambat

pertumbuhan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus.

3.2 Hipotesis Penelitian

Ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) memiliki efek

antimikroba terhadap bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus

(MRSA) secara in vitro dengan metode difusi sumuran.

Page 29: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

1

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental

laboratoris dengan rancangan true experimental post test only control group

design, dengan fokus penelitian pada keadaan bakteri Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) setelah perlakuan berupa pemberian ekstrak

etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) secara in vitro. Tujuan penelitian

ini adalah membuktikan bahwa ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus

benjamina) memiliki efek antimikroba terhadap bakteri Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus secara in vitro dan perbandingannya dengan vancomycin

sebagai medikamentosa yang sudah terbukti efektif terhadap bakteri Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus dengan metode difusi sumuran.

4.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus yang didapat dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

4.2.1 Estimasi Jumlah Pengulangan

Jumlah pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

rumus (Solimun, 2001) :

p ( n – 1 ) ≥ 15

Keterangan:

Page 30: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

2

p = jumlah perlakuan yang dilakukan

n = jumlah pengulangan tiap perlakuan

Penelitian ini menggunakan 7 macam perlakuan yaitu ekstrak etanol akar

gantung beringin (Ficus benjamina) konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90%,

100% dan akuades sebagai kontrol., maka :

p (n-1) ≥ 15

7 (n-1) ≥ 15

7n – 7 ≥ 15

7n ≥ 22

n ≥ 3,14 ( dibulatkan keatas menjadi 4)

Jumlah perlakuan ulang (n) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

3,14 yang kemudian dibulatkan menjadi 4 kali pengulangan.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi 50%, 60%, 70%,

80%, 90%, 100% ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) dan

akuades sebagai kontrol. Pemilihan konsentrasi ini didasarkan pada hasil

penelitian pendahuluan.

4.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah diameter zona inhibisi yang

dibentuk oleh ekstrak pada media agar yang telah diinokulasi oleh bakteri

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus.

Page 31: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

3

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang dari bulan Mei 2017 sampai Juli 2017.

4.5. Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1 Alat

4.5.1.1 Alat untuk Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram

1. Object Glass

2. Pipet

3. Bunsen

4. Ose

5. Korek Api

6. Mikroskop

7. Wadah pewarnaan

4.5.1.2 Alat untuk Tes Katalase

1. Object glass

2. Pipet

3. Tabung reaksi

4.5.1.3 Alat untuk Tes Koagulase

1. Tabung reaksi

2. Pipet

3. Inkubator

Page 32: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

4

4.5.1.4 Alat untuk Uji Mannitol Salt Agar

1. Mikropipet

2. Ose

3. Inkubator

4. Cawan petri

4.5.1.5 Alat untuk Uji Nutrient Agar

1. Mikropipet

2. Ose

3. Inkubator

4. Cawan petri

4.5.1.6 Alat untuk Uji Sensitifitas Cefoxitin

1. Ose

2. Inkubator

3. Cawan petri

4.5.1.7 Alat untuk Ekstraksi Akar Gantung Beringin

1. Toples bertutup

2. Corong gelas

3. Timbangan

4. Gelas ukur

5. Botol

6. Erlenmeyer

7. Rotary evaporator

8. Beaker glass

9. Kertas saring

Page 33: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

5

10. Waterbath

11. Gunting

4.5.1.8 Alat untuk Tes Difusi Sumuran ( Uji Antimikroba Ekstra Akar

Gantung Beringin)

1. Tabung reaksi

2. Cawan petri

3. Mikropipet

4. Inkubator

5. Pinset steril

6. Jangka Sorong dengan ketelitian 0.1 mm

7. Perforator diameter 5 mm

8. Spectrophotometer

4.5.2 Bahan

4.5.2.1 Bahan untuk Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram

1. Pewarna Gram ( Kristal Violet, Lugol, Alkohol 96%, Safranin)

2. Biakan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

3. Kertas penghisap

4.5.2.2 Bahan untuk Tes Katalase

1. H2O2 3%

2. Biakan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

3. Akuades

4.5.2.3 Bahan untuk Tes Koagulase

1. Lateks atau serum mamalia

Page 34: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

6

2. Biakan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

4.5.2.4 Bahan untuk Uji Mannitol Salt Agar

1. Media MSA (Mannitol Salt Agar)

2. Normal saline (NaCl 0.9%)

3. Akuades

4. Biakan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

4.5.2.5 Bahan untuk Uji Nutrient Agar

1. Media Nutrient Agar

2. Normal saline (NaCl 0.9%)

3. Akuades

4. Biakan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

4.5.2.6 Bahan untuk Uji Sensitifitas Cefoxitin

1. Media Mueller Hinton Agar (MHA)

2. Cefoxitin disk 30 µg

3. Biakan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

4.5.2.7 Bahan untuk Ekstraksi Akar Gantung Beringin

1. Akar gantung beringin (Ficus benjamina)

2. Pelarut etanol 96%

4.5.2.8 Bahan untuk Tes Difusi Sumuran ( Uji Antimikroba Ekstra Akar

Gantung Beringin)

1. Ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina)

2. MHA (Mueller Hinton Agar)

3. Kultur bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

Page 35: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

7

4. Akuades

4.6 Definisi Operasional

1. Akar gantung beringin (Ficus benjamina) yang digunakan dalam

penelitian ini didapatkan dan diidentifikasi di Laboratorium Batu Materia

Medika (BMM) di Batu .

2. Ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) adalah ekstrak

yang diperoleh dengan ekstraksi akar akar gantung beringin kering yang

telah dihaluskan dengan bahan pengestrak etanol 96%. Ekstraksi

dilakukan melalui proses maserasi dan evaporasi untuk menghilangkan

pelarut etanol. Ekstraksi dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

3. Bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang

digunakan dalam penelitian berasal dari isolat yang dimiliki oleh

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang.

4. Kelompok perlakuan penelitian pendahuluan adalah kelompok dalam

penelitian yang mendapatkan perlakuan ekstrak etanol akar gantung

beringin dengan konsentrasi 3.125%, 6.25%, 12.5%, 25%, 50%, 100%.

Konsentrasi tersebut dipilih untuk memastikan bahwa penelitian

pendahuluan telah meliputi konsentrasi rendah (kurang dari 10%) dan

konsentrasi tinggi (100%).

5. Kelompok perlakuan penelitian inti adalah kelompok dalam penelitian

yang mendapatkan perlakuan ekstrak etanol akar gantung beringin

dengan konsentrasi 0%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%. Penentuan

konsentrasi penelitian inti didasarkan pada hasil penelitian pendahuluan.

Page 36: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

8

6. Kelompok Kontrol adalah kelompok dalam penelitian yang mendapatkan

perlakuan dengan akuades.

7. Aktivitas antimikroba diuji dengan menggunakan metode difusi sumuran.

Daya antimikroba ditunjukkan dengan adanya zona inhibisi berupa

daerah jernih di sekitar sumuran. Zona inhibisi menunjukkan kemampuan

suatu bahan dalam menghambat pertumbuhan suatu bakteri. Zona

inhibisi dukur dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan

millimeter (mm).

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram

1. Object glass dibersihkan dan dipanaskan di atas nyala api bunsen burner.

2. Sedian apusan bakteri dibuat diatas object glass, kemudian ditunggu

hingga kering dan difiksasi dengan bunsen burner

3. Sediaan dituangi kristal violet yang berfungsi sebagai bahan warna dasar,

diamkan hingga 1 menit. Sisa kristal violet dibuang dan preparat dibilas

dengan air.

4. Sediaan dituangi dengan lugol selama 1 menit. Sisa lugol dibuang dan

preparat dibilas dengan air.

5. Sediaan dituangi dengan larutan alkohol 96% selama 5-10 detik atau

sampai warna cat luntur. Sisa alcohol 96% dibuang dan preparat dibilas

dengan air .

6. Sediaan dituangi safranin yang berfungsi sebagai bahan warna

pembanding, dan didiamkan hingga 30 detik. Sisa safranin dibuang dan

preparat dibilas dengan air.

Page 37: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

9

7. Sediaan dikeringkan menggunakan kertas penghisap, lalu ditetesi minyak

emersi dan dilihat dibawah mikroskop. Bakteri Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus berbentuk kokus dengan sifat pewarnaan Gram

positif (berwarna warna ungu).

4.7.2 Tes Katalase

1. Satu ose akuades diletakkan pada object glass.

2. Satu koloni bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus diambil

dengan menggunakan ose, lalu dibuat emulsi dengan akuades pada

object glass.

3. Larutan H2O2 (hidrogen peroksida) 3% diteteskan diatas emulsi tersebut

dan diamati pembentukan gelembung gas O2. Hasil uji katalase

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus adalah positif.

4.7.3 Tes Koagulase

1. Satu ose akuades diletakkan pada object glass.

2. Satu koloni bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus diambil

dengan menggunakan ose, lalu dibuat emulsi dengan akuades pada

object glass.

3. Satu tetes test lateks atau serum mamalia diteteskan diatas emulsi. Uji

koagulase positif jika terbentuk gumpalan pada object glass. Hasil uji

koagulase Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus adalah positif.

4.7.4 Uji Mannitol Salt Agar

1. Biakan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus dari medium

cair distreaking pada medium MSA (Mannitol Salt Agar).

Page 38: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

10

2. Medium MSA kemudian diinkubasi pada suhu 37º C selama 18-24 jam.

3. Koloni Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus pada MSA (Mannitol

Salt Agar) akan mengubah warna agar menjadi berwarna kuning karena

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus mampu memfermentasikan

manitol.

4.7.5 Uji Sensitifitas Cefoxitin

1. Biakan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus distreaking

pada medium Mueller Hinton Agar (MHA)

2. Antibiotik Cefoxitin 30 µg ditempelkan pada permukaan medium MHA

yang telah distreaking dengan bakteri.

3. Medium MHA diinkubasi pada suhu 37º C selama 18-24 jam.

4. Zona inhibisi disekitar sumuran diukur dengan menggunakan jangka

sorong. Jika diameter inhibisi ≤ 22 mm maka dapat dikatakan resisten

terhadap golongan methicillin (cefoxitin) atau disebut juga bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (Fernandes dkk, 2005).

4.7.6 Persiapan Suspensi Uji Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

Persiapan suspensi uji Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus ( 106 CFU/ml)

adalah sebagai berikut :

1. Beberapa koloni bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

dipindahkan ke NB (Nutrient Broth) menggunakan ose dan diinkubasi

selama 18-24 jam pada suhu 37ºC.

2. Dilakukan spektrofotometri dengan panjang gelombang 625 nm untuk

mengetahui OD (Optical Density) dari suspensi.

Page 39: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

11

3. Untuk mendapatkan konsentrasi bakteri sebesar 108 CFU/ml (sesuai

standar McFarland 0.5) yang setara dengan OD=0.1 maka dilakukan

perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :

N1 = hasil spektrofotometri

V1 = Volume bakteri yang akan ditambah pengencer

N2 = OD ( 0,1 setara 108 CFU/ml)

V2 = volume suspensi bakteri uji ( 10ml)

Hasil yang didapat dari spektrofotometri (108 CFU/ml) selanjutnya diencerkan

sebanyak 100x dengan menggunakan NB (nutrient broth) sehingga diperoleh

suspensi dengan konsentrasi bakteri 106 CFU/ml.

4.7.7 Ekstraksi Akar Gantung Beringin

1. Akar gantung beringin dicuci bersih dengan air mengalir lalu digunting

sampai membetuk bagian yang lebih kecil kemudian ditimbang sebanyak

1000 gram.

2. Akar gantung beringin dikeringkan selama 3 hari dengan suhu 40 ºC.

Tanaman dikatakan sudah kering apabila bagian tanaman sudah hancur

ketika diremas.

3. Akar gantung yang telah kering kemudian ditimbang kembali dan

dihaluskan dengan blender, diayak hingga mendapatkan simplisia.

4. Simplisia diletakkan ke dalam wadah dan tuangkan etanol 96% sebanyak

800 ml untuk merendam simplisia, kemudian diamkan selama 1 jam

dengan suhu 25ºC.

N1 X V1 = N2 X V2

Page 40: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

12

5. Massa dipindahkan ke dalam toples secara hati-hati kemudian

ditambahkan etanol 96% sebanyak 200 ml. Tutup toples dengan rapat

selama 48 jam dan dishaker diatas shaker digital rpm 50.

6. Ekstrak cair disaring dengan penyaring kain dan ditampung dalam

Erlenmeyer.

7. Remaserasi dilakukan pada ampas sebanyak satu kali dengan cara

memasukkan ampas kembali ke dalam toples dan ditambah dengan

pelarut sampai terendam (minimal 5 cm diatas permukaan simplisia).

Kemudian dibiarkan semalam atau 8 jam di atas shaker. Remaserasi

menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 800 ml

8. Hasil ekstrak cair pertama sampai dengan terakhir dijadikan satu dan

diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Diperlukan waktu 3

jam 30 menit untuk evaporasi.

9. Ekstrak cair yang dihasilkan kemudian dievaporasi atau diuapkan kembali

di ata waterbath selama 2 jam untuk menghilangkan etanol. Memastikan

kandungan etanol masih terdapat pada ekstrak dengan cara memasukan

ekstrak pada tisu, apabila menguap maka masih terdapat etanol.

10. Hasil ekstraksi diletakkan dalam botol plastik atau kaca warna gelap lalu

disimpan di dalam freezer

4.7.8. Penelitian Pendahuluan

Penelitian ini digunakan metode difusi sumuran dengan melakukan

pengukuran zona inhibisi yang diukur menggunakan jangka sorong di sekitar

sumuran yang berisi ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina).

Empat cawan petri yang terinokulasi dengan Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus pada media MHA kemudian diberi bahan uji konsentrasi

Page 41: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

13

3.125, 6.25%, 12.5%, 25%, 50%,100%, dan akuades sebagai kontrol. Tahapan

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Sebanyak 1 ml bakteri diambil dengan menggunakan mikropipet

kemudian dituangkan pada cawan petri yang berisi MHA

sebanyak 14 ml dan plate diputar secara perlahan agar bakteri

dan media menjadi homogen.

2. Setelah suspensi bakteri dan media bercampur dengan baik dan

medium telah mengeras, pada setiap cawan petri dibuat 4 lubang

sumuran dengan diameter 5 mm menggunakan perforator steril.

3. Masing-masing lubang sumuran pada cawan petri diisi dengan

satu konsentrasi sehingga mewakili 4 pengulangan dan masing-

masing diberi label. Cawan petri pertama berisi 40µl akuades

sebagai kontrol, cawan petri kedua berisi larutan ekstrak etanol

akar gantung beringin dengan konsentrasi 3.125%, cawan petri

ketiga berisi konsentrasi 6.25%, cawan petri keempat berisi

konsentrasi 12.5%, cawan petri kelima berisi konsentrasi 25%,

cawan petri kelima berisi konsentrasi 50%, dan cawan petri

ketujuh berisi konsentrasi 100%.

4. Setelah semua lubang berisi larutan perlakuan, cawan petri

dimasukkan kedalam inkubator dan diinkubasi selama 24 jam

pada suhu 37ºC.

Setelah inkubasi, zona inhibisi yang terbentuk dapat diukur dengan

menggunakan jangka sorong

Page 42: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

14

4.7.9. Tes Difusi Sumuran ( Uji Antimikroba Ekstra Akar Gantung Beringin)

Penelitian ini digunakan metode difusi sumuran dengan melakukan

pengukuran zona inhibisi yang diukur menggunakan jangka sorong di sekitar

sumuran yang berisi ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina).

Empat cawan petri yang terinokulasi dengan Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus pada media MHA kemudian diberi bahan uji konsentrasi

50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%, dan akuades sebagai kontrol. Tahapan yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Sebanyak 1 ml bakteri diambil dengan menggunakan mikropipet

kemudian dituangkan pada cawan petri yang berisi MHA

sebanyak 14 ml dan plate diputar secara perlahan agar bakteri

dan media menjadi homogen.

2. Setelah suspensi bakteri dan media bercampur dengan baik dan

medium telah mengeras, pada setiap cawan petri dibuat 4 lubang

sumuran dengan diameter 5 mm menggunakan perforator steril.

3. Masing-masing lubang sumuran pada cawan petri diisi dengan

satu konsentrasi sehingga mewakili 4 pengulangan dan masing-

masing diberi label. Cawan petri pertama berisi 40µl akuades

sebagai kontrol, cawan petri kedua berisi larutan ekstrak etanol

akar gantung beringin dengan konsentrasi 50%, cawan petri

ketiga berisi konsentrasi 60%, cawan petri keempat berisi

konsentrasi 70%, cawan petri kelima berisi konsentrasi 80%,

cawan petri kelima berisi konsentrasi 90%, dan cawan petri

ketujuh berisi konsentrasi 100%.

Page 43: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

15

4. Setelah semua lubang berisi larutan perlakuan, cawan petri

dimasukkan kedalam inkubator dan diinkubasi selama 24 jam

pada suhu 37ºC.

5. Setelah inkubasi, zona inhibisi yang terbentuk dapat diukur

dengan menggunakan jangka sorong.

4.7.10. Pengamatan dan Pengukuran

Larutan yang diletakan di dalam sumuran akan memberikan zona bebas

bakteri mengelilingi daerah sumuran. Luas zona inhibisi berbanding lurus pada

kekuatan sampel dalam menghambat bakteri. Zona inhibisi yang dihasilkan

mempunyai bentuk lingkaran dan diukur menggunakan jangka sorong dengan

ketelitian 0,1 satuan milimeter (mm). Pengukuran diameter zona inhibisi

dilakukan sebanyak 4 kali (arah vertikal, horizontal dan dua arah diagonal) dan

dihitung rata-ratanya. Diameter diukur dari batas terluar dari zona inhibisi dari

satu sisi ke sisi lainnya.

A

B

C

Gambar 4.1 Cara Pengukuran Diameter Zona Inhibisi

X= (A+B+C+D)/4

X= Diameter zona inhibisi

Page 44: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

16

4.8 Skema Prosedur Penelitian

Kultur bakteri Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus dalam MHA

Dilakukan pengenceran 1x106

CFU/ml

Cawan petri dilubangi menjadi 4

bagian (d= 5mm)

(1) 40µl

akuades

sebagai

kontrol

(2) 40µl

ekstrak

etanol akar

gantung

beringin

konsentrasi

50%

(3) 40µl

ekstrak

etanol akar

gantung

beringin

konsentrasi

60%

(4) 40µl

ekstrak

etanol akar

gantung

beringin

konsentrasi

70%

(5) 40µl

ekstrak

etanol akar

gantung

beringin

konsentrasi

80%

(6) 40µl

ekstrak

etanol akar

gantung

beringin

konsentrasi

90%

(7) 40µl

ekstrak

etanol akar

gantung

beringin

konsentrasi

100%

Dimasukkan ke dalam inkubator

selama 24 jam suhu 37ºC.

Pengukuran diameter zona inhibisi Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus menggunakan

jangka sorong dngan ketelitian 0,1 mm

Data hasil diameter zona hambat di

analisa dengan analisis statistik

Page 45: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

17

4.9 Skema Data Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Skema Data Hasil Penelitian Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin

Pengulangan Kontrol

(Akuades)

50% 60% 70% 80% 90% 100%

1 .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm

2 .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm

3 .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm

4 .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm .....mm

4.10 Analisis Data

Data hasil pengujian antimikroba dianalisis dengan memakai uji statistik

sebagai berikut (Nisbet et al.,2009) :

1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) untuk mendeteksi

normalitas dari suatu data

2. Uji Homogenitas (Levene) untuk mengetahui kesamaan atau

homogenitas varian dari beberapa populasi

Apabila hasil menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, maka

data digolongkan sebagai data parametrik. Selanjutnya dilakukan uji komparasi,

uji post hoc, uji korelasi, dan uji regresi sebagai berikut:

Page 46: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

18

1. Uji analisis varian satu arah (ANOVA), untuk melihat perbedaan efek

antimikroba ekstrak etanol akar gantung beringin terhadap pertumbuhan

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus.

2. Uji Post Hoc Tukey HSD Test, untuk membandingkan perbedaan antara

pemberian dua konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin.

3. Uji Korelasi (Pearson) untuk mengetahui hubungan jumlah konsentrasi

ekstrak etanol akar gantung beringin terhadap pertumbuhan Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus.

4. Uji Regresi untuk mengetahui besarnya hubungan dan efek antimikroba

ekstrak etanol akar gantung beringin terhadap pertumbuhan Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus.

Apabila hasil menunjukkan data berdistribusi tidak normal dan atau tidak

homogen, maka dilakukan transformasi data terlebih dahulu. Apabila hasil

transformasi masih menghasilkan data yang tidak tersebar normal dan atau tidak

homogeny, maka data tersebut diuji sebagai data non-parametrik. Uji yang

dilakukan untuk data non-parametrik meliputi uji komparasi, uji post-hoc dan uji

korelasi:

1. Uji Komparasi Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan uji Post Hoc Mann

Whitney untuk melihat perbedaan efek antimikroba ekstrak etanol akar

gantung beringin terhadap pertumbuhan Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus.

2. Uji Korelasi (Spearman) untuk mengetahui hubungan jumlah konsentrasi

ekstrak etanol akar gantung beringin terhadap pertumbuhan Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus

Page 47: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Identifikasi Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

Bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus yang akan

digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan telah identifikasi di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Proses identifikasi terdiri

dari uji pewarnaan Gram, uji katalase, Uji koagulase, Kultur Mannitol Salt Agar,

dan Uji Sensitivitas Cefoxitin.

5.1.1.1 Pewarnaan Gram

Gambar 5.1 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

Area yang ditandai pada pada Gambar 5.1 menunjukkan bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus merupakan Gram positif yang

Page 48: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

ditandai dengan warna ungu yang tersusun dalam kelompok ireguler seperti

anggur.

5.1.1.2 Uji Katalase

Hasil uji katalase pada bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

menunjukkan hasil positif dengan ditandai terbentuknya gelembung udara

setelah koloni bakteri ditetesi hidrogen peroksida. Gelombang udara terjadi

karena adanya pemecahan ikatan hidrogen peroksida pada koloni bakteri yang

menandakan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus membentuk enzim

katalase. Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Hasil Uji Katalase Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

5.1.1.3 Uji Koagulase

Hasil uji koagulase pada bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus

aureus menunjukkan hasil positif dengan ditandai terbentuknya gumpalan pada

object glass. Gumpalan pada object glass terjadi akibat bakteri Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase yang mampu

menggumpalkan serum mamalia. Faktor serum bereaksi dengan koagulase

Page 49: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

untuk membentuk esterase dan memicu terjadinya penggumpalan, serta untuk

mengaktivasi protrombin menjadi trombin. Trombin akan membentuk fibrin yang

akan berpengaruh terhadap terjadinya penggumpalan plasma. Hasil ini dapat

dilihat pada Gambar 5.3, yang menunjukkan adanya butir-butir kecil seperti pasir

sebagai tanda adanya proses koagulasi. Staphylococcus selain Staphylococcus

aureus umumnya tidak menghasilkan koagulase.

Gambar 5.3 Uji Koagulase Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

5.1.1.4 Kultur pada Mannitol Salt Agar

Kultur pada Mannitol Salt Agar bertujuan untuk membedakan bakteri

untuk membedakan bakteri Staphylococcus aureus dengan Staphylococcus jenis

lain dalam hal kemampuan memfermentasi manitol. Mannitol Salt Agar

merupakan media diferensial yang mengandung manitol dan indikator pH phenol

red. Staphylococcus aureus akan menghasilkan koloni kuning dengan zona

kuning di sekitar koloni karena adanya fermentasi manitol. Fermentasi ini

merubah pH medium menjadi asam dan merubah warna medium dari merah

menjadi kuning. Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Page 50: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Gambar 5.4 Hasil Kultur Mannitol Salt Agar Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

5.1.1.5 Uji Sensitivitas Cefoxitin

Uji Sensitivitas Cefoxitin bertujuan untuk membedakan MRSA dan

Staphylococcus aureus non-MRSA. Bakteri MRSA resisten terhadap antibiotik

golongan meticilin karena kemampuannya menghasilkan enzim β-laktamase.

Pada Gambar 5.5 dapat diamati bahwa diameter inhibisi di sekitar disk Cefoxitin

adalah 20 mm (kurang dari 23 mm) sehingga dapat dikategorikan sebagai bakteri

yang resisten terhadap golongan methicillin. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri

uji merupakan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus.

Page 51: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Gambar 5.5 Hasil Uji Sensitivitas Cefoxitin Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

5.1.1.6 Hasil Ekstrak Akar Gantung Beringin

Gambar 5.6 Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin

Page 52: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Ekstrak akar gantung beringin dilakukan di Laboratorium Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya sebanyak 300 gram menggunakan

metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Gambar 5.5 diatas menunjukkan

bahwa ekstrak etanol akar gantung beringin berwarna hitam dan keruh dengan

konsistensi kental.

5.1.1.7 Hasil Penelitian Pendahuluan Menggunakan Metode Difusi Sumuran

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi

ekstrak etanol akar gantung beringin yang akan digunakan pada penelitian difusi

sumuran yaitu 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, dan 3.125%. Daya antimikroba

ditandai adanya zona hambat pertumbuhan bakteri di sekeliling sumuran.

Penelitian pendahuluan menghasilkan zona hambat di konsentrasi 100% dan

50%. Hasil ini dapat dapat diamati pada gambar 5.6. Selanjutnya untuk penelitian

inti digunakan konsetrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 100%, 90%, 80%,

70%, 60%, dan 50%.

5.1.1.8 Hasil Penelitian Inti Menggunakan Metode Difusi Sumuran

Penentuan zona hambat menggunakan difusi sumuran pada penelitian

ini dilakukan dengan mengamati terbentuknya zona hambat pertumbuhan bakteri

yang ada disekeliling sumuran. Zona hambat yang dihasilkan mempunyai bentuk

lingkaran dan diukur menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.1 mm.

Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin yang digunakan adalah 100%,

90%, 80%, 70%, 60%, 50%, dan 0%. Hasil difusi sumuran dapat diamati pada

Gambar 5.7

Page 53: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Gambar 5.7 Hasil Penelitian Pendahuluan Menggunakan Metode Difusi Sumuran

Keterangan gambar :

1. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 100% dengan rerata zona hambat 11.63 mm

2. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 50% dengan rerata zona hambat 10.28 mm

3. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 25% dengan rerata zona hambat 0 mm

4. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 12.5% dengan rerata zona hambat 0 mm

5. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 6.25% dengan rerata zona hambat 0 mm

6. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 3.125% dengan rerata zona hambat 0 mm

K : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 0% dengan rerata zona hambat 0 mm

Page 54: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Gambar 5.8 Hasil Penelitian Inti Difusi Sumuran Konsentrasi Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50% dan 0% .

Keterangan Gambar

1. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 100% dengan rerata zona hambat 10.17 mm

2. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 90% dengan rerata zona hambat 8.80 mm

3. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 80% dengan rerata zona hambat 7.95 mm

4. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 70% dengan rerata zona hambat 8.41 mm

5. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 60% dengan rerata zona hambat 8.52 mm

6. : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 50% dengan rerata zona hambat 7.38 mm

K : Konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin 0% dengan rerata zona hambat 0 mm

A : Pengulangan Uji Difusi Sumuran I

B : Pengulangan Uji Difusi Sumuran II

C : Pengulangan Uji Difusi Sumuran III

D : Pengulangan Uji Difusi Sumuran IV

Page 55: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Gambar 5.7 menunjukkan adanya variasi ukuran diameter besar zona

hambat pertumbuhan bakteri setelah diinkkubasi selama 18-24 jam. Secara

umum, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak akar gantung beringin

maka semakin besar zona hambat yang terbentuk.

5.1.1.9 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa konsentrasi ekstrak etanol

akar gantung beringin (100%,90%,80%,70%,60%,50%, dan 0%). Efektivitas

antimikroba ekstrak etanol akar gantung beringin terhadap pertumbuhan bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus diuji dengan metode difusi sumuran.

Perbedaan daya antimikroba ditentukan dengan besar diameter zona hambat

pertumbuhan bakteri yang terbentuk pada medium BHI (Brain Heart Infusion)

yang telah dicampur dengan isolate bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus

aureus. Mueller Hinton Agar kemudian dilubangi dengan perforator steril untuk

membentuk sumur dengan diameter 6 mm. Lubang sumuran ditetesi dengan

ekstrak etanol akar gantung beringin dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu

370C.

Zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi

memiliki rata-rata diameter yang berbeda-beda. Semakin besar diameter zona

hambat yang terbentuk, maka semakin besar daya antimikrobanya. Berdasarkan

hasil uji difusi sumuran dapat diukur diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

dan dapat ditentukan besar zona hambat pada masing-masing konsentrasi

ekstrak etanol akar gantung beringin terhadap pertumbuhan bakteri Methicillin-

Page 56: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Resistant Staphylococcus aureus. Hasil perhitungan zona hambat ekstrak akar

gantung beringin disajikan dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin (Ficus Benjamina) terhadap

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

Konsentrasi (%)

Zona Hambatan Ekstrak Akar Gantung Beringin

(mm)

Rerata (mm)

Standar Deviasi

Pengulangan (mm)

I II III IV

0% 6 6 6 6 6 0 50% 8.45 7.19 7.16 6.74 7.38 0.739818 60% 8.75 8.29 9.08 7.98 8.52 0.487166

70% 8.93 7.73 8.69 8.31 8.41 0.523112 80% 7.45 7.83 8.14 8.38 7.95 0.400569 90% 7.50 8.30 8.20 11.21 8.80 1.645207

100% 11.45 9.31 8.78 11.15 10.17 1.326665

Gambar 5.9 Grafik Rerata Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus pada Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin.

6

7.38

8.52 8.41 7.95

8.8

10.17

0

2

4

6

8

10

12

0% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Grafik Rerata Zona Hambatan Bakteri

Zo

na

Ham

ba

t (m

m)

Kelompok Perlakuan

Page 57: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Berdasarkan Tabel 5.2 dan Gambar 5.8 di atas dapat dilihat adanya

perbedaan rerata diameter zona hambatan yang menunjukkan adanya

perbedaan daya antimikroba masing-masing perlakuan. Kelompok kontrol

akuades tidak menunjukkan adanya daya antimikroba. Kelompok perlakuan 100

% menunjukkan zona hambatan yang terbesar dengan rerata 10.17 mm. Ekstrak

akar gantung beringin dengan konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90%

menghasilkan zona hambatan yang menunjukkan bahwa ekstrak akar gantung

beringin dengan konsentrasi tersebut memiliki daya antimikroba untuk

menghambat pertumbuhan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus.

5.2 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yang

diperoleh berdasarkan hasil perhitungan zona hambat pertumbuhan bakteri pada

Brain Heart Infusion Agar. Uji statistik yang digunakan yaitu uji statistic One-Way

ANOVA, uji korelasi Pearson dan uji regresi. Sebelum dilakukan uji statistik

tersebut, data harus berdistribusi normal dan varian data sama.

5.2.1 Hasil Pengujian Normalitas Data dan Homogenitas Varian pada

Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin

Data Hasil penelitian diuji dengan uji normalitas sebagai syarat untuk

melakukan uji One Way ANOVA. Untuk menguji apakah sampel penelitian

merupakan jenis sampel dengan distribusi normal maka digunakan pengujian

Kolmogorov-Smirnov.

Page 58: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov pada Ekstrak Akar Gantung Beringin ( Ficus benjamina)

Konsentrasi Rerata Diameter Zona Hambatan (mm)

Ekstrak Akar Gantung Beringin

Uji Kolmogorov Smirnov

Angka Signifikansi Zona Hambat

0% 6

0.200

50% 7.38

60% 8.52

70% 8.41

80% 7.95

90% 8.80

100% 10.17

Keterangan Tabel :

p = 0.200 : distribusi normal (p>0.05)

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa nilai zona hambat signifikansi adalah

0.200 (p>0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data rerata diameter zona

hambat pertumbuhan bakteri ekstrak akar gantung beringin berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji Kolmogorov Smirnov, dilakukan uji homogenitas varians

data untuk mendeteksi apakah sampel dalam penelitian merupakan sampel yang

homogen.

Page 59: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Levene pada Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin (Ficus benjamina)

Konsentrasi Rerata Diameter Zona Hambatan (mm)

Ekstrak Akar Gantung Beringin

Uji Homogenitas

Angka Signifikansi Zona Hambat

0% 6

0.258

50% 7.38

60% 8.52

70% 8.41

80% 7.95

90% 8.80

100% 10.17

Keterangan Tabel :

P = 0.258 : homogen ( p > 0.05)

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0.258 (p>0.05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam data rerata diameter zona hambat

pertumbuhan bakteri ekstrak akar gantung beringin homogen.

5.2.2 Hasil Uji One-Way ANOVA Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri pada

Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin

Data hasil penelitian yang berupa diameter zona hambatan dianalisis

dengan menggunakan uji One-Way ANOVA, untuk mengetahui adanya

perbedaan pemberian berbagai konsentrasi ekstrak akar gantung beringin

terhadap rerata diameter zona hambatan.

Page 60: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Tabel 5.4 Uji One-Way ANOVA antara Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin (Ficus benjamina) terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan

Bakteri

Konsentrasi Rerata Diameter Zona Hambatan (mm)

Ekstrak Akar Gantung Beringin

Uji One-Way ANOVA

Angka Signifikansi Zona Hambat

0% 0

0.000

50% 7.38

60% 8.52

70% 8.41

80% 7.95

90% 8.80

100% 10.17

Keterangan Tabel

P = 0.000 : Signifikan ( p < 0.05)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0.000

(p=<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara ketujuh kelompok perlakuan, yaitu antara konsentrasi ekstrak etanol akar

gantung beringin 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50% dan aquades (0%) sebagai

Kontrol terhadap rerata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus.

5.2.3 Hasil Uji Post Hoc Tukey

Setelah dilakukan uji One-Way ANOVA, analisis dilanjutkan dengan

menggunakan Post Hoc Tukey untuk membandingkan dua sampel (kelompok

perlakuan atau konsentrasi dan zona hambat) yang memberikan perbedaan

signifikan ( p <0.05).

Page 61: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Tabel 5.5 Hasil Uji Post Hoc Tukey

Konsentrasi 0% (Kontrol)

50% 60% 70% 80% 90% 100%

0% (Kontrol)

0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

50% 0.000* 0.571 0.676 0.971 0.324 0.004*

60% 0.000* 0.571 1.000 0.968 0.999 0.179

70% 0.000* 0.676 1.000 0.989 0.996 0.131

80% 0.000* 0.971 0.968 0.989 0.824 0.030*

90% 0.000* 0.324 0.999 0.996 0.824 0.363

100% 0.000* 0.004* 0.179 0.131 0.30* 0.363

Keterangan Tabel :

* = Terdapat perbedaan signifikan

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar gantung beringin

(Ficus benjamina). Dengan konsentrasi 0% memiliki perbedaan yang signifikan

terhadap semua konsentrasi, yaitu 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%. Efek yang

dihasilkan ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) konsentrasi

100% memiliki perbedaan yang signifikan terhadap konsentrasi 50% dan 80%.

5.2.4 Hasil Uji Korelasi Pearson

Uji Korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan dari pemberian

ekstrak etanol akar gantung beringin dengan beberapa konsentrasi yang

berbeda terhadap besarnya diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Data hasil uji Korelasi Pearson

terlihat pada table 5.6

Page 62: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Pearson Antara Peningkatan Ekstrak Etanol Akar Gantung Beringin (Ficus benjamina) terhadap Diameter Zona Hambat

Pertumbuhan Bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

Konsentrasi Rerata Diameter Zona Hambatan

(mm) Ekstrak Akar

Gantung Beringin

Uji One-Way ANOVA

Angka Signifikansi Zona Hambat

Hubungan Korelasi

0% 6

0.000

0.907 50% 7.38

60% 8.52

70% 8.41

80% 7.95

90% 8.80

100% 10.17

Keterangan Tabel

R = 0.907 : korelasi sangat kuat dan bernilai positif

Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson, dapat diketahui bahwa

terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara pemberian ekstrak etanol

akar gantung beringin terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus yang dihasilkan pada medium BHI

(R = 0.907, p= 0.000) dan kekuatan korelasi adalah sangat kuat (nilai 0.907)

dengan arah korelasi positif (karena korelasi bernilai positif). Hal tersebut

mempunyai makna bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak etanol akar gantung

beringin cenderung akan memperbesar diameter zona hambat pertumbuhan

bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus.

Page 63: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

5.2.5 Hasil Uji Regresi

Dalam penelitian ini uji regresi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar distribusi konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus

benjamina) terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus. Uji regresi (Tabel 5.7) didapatkan dari nilai R Square

(R2) sebesar 0.823 yang berarti bahwa pengaruh ekstrak etanol akar gantung

beringin terhadap terbentuknya zona hambat pada pertumbuhan bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus adalah sebesar 82.3%. Sisa dari

nilai tersebut sebesar 17.7% dapat disebabkan faktor-faktor lain yang tidak

diteliti. Hubungan antara perubahan konsentrasi ekstrak dengan besarnya zona

hambat dapat dinyatakan dengan rumus Y = 1.249 + 0.94X. Y adalah interval

zona hambat dan X adalah konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin

(Ficus benjamina).Hal ini menunjukkan hubungan konsentrasi terhadap

pembentukan zona hambat positif, yaitu semakin besar konsentrasi maka

semakin besar zona hambat yang terbentuk.

Tabel 5.7 Tabel Hasil Regresi

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of The Estimate

1 0.907 a 0.823 0.816 1.392756

Keterangan Tabel : a

Predictors = (Constant), Konsentrasi

Page 64: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antimikroba ekstrak

etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) terhadap Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus secara in vitro. Metode yang digunakan adalah difusi

sumuran. Metode ini dilakukan karena ekstrak etanol akar gantung beringin

(Ficus benjamina) berwarna gelap, keruh dan pekat, sehingga tidak dapat

diamati dengan menggunakan metode dilusi tabung maupun dilusi agar. Hasil

penelitian ini diperoleh dengan cara mengukur zona hambat pertumbuhan bakteri

menggunakan jangka sorong (satuan millimeter). Zona hambat merupakan

daerah atau wilayah jernih yang tampak disekeliling lubang sumuran. Semakin

besar diameter zona hambat, maka semakin besar daya antimikrobanya.

Pemberian ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina)

terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus didapatkan rata-rata zona

hambat pada konsentrasi 50% adalah 7,38 mm, pada konsentrasi 60% adalah

8,52 mm, pada konsentrasi 70% adalah 8,41 mm, pada konsentrasi 80% adalah

7,95 mm, pada konsentrasi 90% adalah 8,80 mm, pada konsentrasi 100%

adalah 10,17 pada akuades (konsentrasi 0%) sebagai Kontrol adalah 6 mm

(sesuai lebar perforator yang digunakan dalam membuat sumuran pada agar).

Besar konsentrasi ekstrak akar gantung beringin memberikan pengaruh terhadap

besar diameter zona hambat pertumbuhan bakteri yang terbentuk. Hal ini

menunjukkan bahwa efektivitas ekstrak etanol akar gantung beringin dalam

menghambat pertumbuhan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus secara

umum sejalan dengan kenaikan konsentrasi ekstrak.

Page 65: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Uji normalitas dan uji homogenitas digunakan sebagai syarat unutk

melakukan uji One-Way ANOVA yaitu untuk mengetahui apakah sampel data

yang digunakan berdistribusi normal dan homogen. Hasil kedua uji tersebut

menunjukkan bahwa sampel berdistribusi dan homogen sehingga dapat

dilakukan uji statistik parametrik. Berdasarkan hasil uji statistik One-Way ANOVA

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p< 0,05). Hasil ini ditunjang dengan

uji Post Hoc Tukey. Hasil kedua uji tersebut menunjukkan bahwa perbedaan

konsentrasi ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) dapat

menimbulkan efek yang signifikan dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus secara in vitro dengan metode difusi

sumuran.

Uji Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui karakteristik hubungan

antara pemberian ekstrak etanol akar gantung beringin dengan diameter zona

hambat pertumbuhan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Uji

korelasi menunjukkan angka signifikansi 0,000 (p< 0,01) serta nilai R= 0,907

positif sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara

pemberian ekstrak etanol akar gantung beringin terhadap Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus. Peningkatan konsentrasi ekstrak etanol akar gantung

beringin akan memperbesar diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Uji regresi menunjukkan bahwa

kemungkinan terjadinya hambatan pertumbuhan MRSA oleh ekstrak etanol akar

gantung beringin adalah sebesar 82.3%.

Peningkatan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus terjadi seiring dengan peningkatan konsentrasi

perlakuan. Berdasarkan hasil data uji statistik yang mempunyai nilai kemaknaan

yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol akar gantung beringin

Page 66: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

(Ficus benjamina) efektif sebagai antimikroba terhadap Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang

menyatakan bahwa ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina)

mempunyai efek antimikroba terhadap bakteri Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus secara in vitro dapat diterima.

Hambatan pertumbuhan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

disebabkan adanya senyawa-senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak akar

gantung beringin (Ficus benjamina). Menurut Jain et al.(2013), senyawa aktif

yang terkandung dari akar gantung beringin antara lain flavonoid dan tanin.

Ekstraksi daun, akar, dan buah Ficus benjamina diisolasi dengan menggunakan

metode Kromatografi Kolom menghasilkan berbagai senyawa flavonoid yaitu

cinnamic acid, laktosa, naringenin, quercetin, caffeic acid dan stigmasterol.

Skrining antibakteri pada senyawa menunjukkan bahwa quercetin dan naringenin

menunjukkan aktivitas antimikroba yang lebih kuat. Cinnamic acid dan laktosa

menunjukkan aktivitas yang kuat menghambat pertumbuhan bakteri Gram-

negatif daripada bakteri Gram positif. Sedangkan, caffeic acid dan stigmasterol

memiliki kemampuan antimikroba yang lemah. Data ditunjukkan pada Tabel 6.1

(Almahy et.al, 2003). Flavonoid mampu menghambat metabolisme bakteri

melalui hambatan sintesis asam nukleat dan gangguan fungsi membran

sitoplasma. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan produksi energi dalam

bakteri (Cushnie dan Lamb, 2005). Tanin telah terbukti dapat menghambat

pertumbuhan bakteri dengan destruksi dinding sel bakteri, sehingga akan

mengganggu permeabilitas sel yang akan menyebabkan kematian sel bakteri.

(Akiyama et al., 2001; Rini, 2009). Bersamaan dengan penelitian ini, telah

dilaksanakan penelitian lain oleh Armandani dkk, 2017) yang menguji efek

antimikroba ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) terhadap

Page 67: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

bakteri Gram negatif Pseudomonas aureuginosa. Secara umum, hasil dari

penelitian tersebut adalah bahwa ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus

benjamina) juga mempunyai efek sebagai antimikroba terhadap Pseudomonas

aureuginosa secara in vitro. Peningkatan konsentrasi ekstrak akar gantung

beringin yang diberikan memperlebar diameter zona hambat yang terbentuk.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Truchan et.al (2016). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa selain akar

gantung beringin, bagian lain seperti ekstrak etanol daun beringin juga dapat

menurunkan jumlah pertumbuhan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus

aureus, Staphylococcus aureus , dan Streptococcus pneumonia yang merupakan

bakteri gram positif, serta Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa

yang merupaka bakteri gram negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol

akar gantung beringin (Ficus benjamina) memiliki efek antimikroba

broadspectrum karena efektif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif.

Senyawa Bakteri Fungi

B.cereu

s

P.

aeruginosa

A.

ochraceous

C.

lipolyttica

S.

cerevsieae

S.

lipolytica

Cinnamic

acid

++ ++ - - - -

Lactose + + - - - -

Naringenin +++ +++ - - - -

Quercetin +++ +++ - - - -

Caffeic acid + + - - - -

Stigmasterol ++ ++ - - - -

Keterangan B = Bacillus P = Pseudomonas C = Candida S = Sacchromyces - = tanpa hambatan (0 mm) + = hambatan lemah( 1-9 mm)

++ = hambatan sedang (10-14 mm) +++ hambatan kuat (15-19 mm)

Tabel 6.1 Aktivitas Antimikroba dari isolat senyawa akar gantung beringin (Ficus

benjamina)

Keterbatasan dari penelitian ini adalah penelitian ini hanya menggunakan

satu metode yaitu metode difusi sumuran. Metode difusi sumuran digunakan

Page 68: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

untuk melihat zona hambat pertumbuhan bakteri dalam hubungannya dengan

perubahan konsentrasi. Penelitian ini tidak dapat menentukan Kadar Hambat

Minimal (KHM) karena ekstrak berwarna gelap, keruh dan kental. Perlu dilakukan

eksplorasi atau modifikasi penelitian untuk dapat menentukan KHM dari ekstrak

etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) terutama sebagai antimikroba

terhadap bakteri MRSA.

Keterbatasan lainnya adalah penelitian ini tidak didahului dengan

penelitian untuk mengetahui persentase kandungan bahan-bahan aktif dalam

ekstrak akar gantung beringin dan kandungan zat aktif mana yang memiliki efek

antimikroba paling besar sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Lama

penyimpanan ekstrak juga perlu untuk diteliti apakah lama simpan ekstrak dapat

mempengaruhi efektivitas ekstrak sebagai antimikroba atau tidak. Pada

penelitian ini ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) juga tidak

dibandingkan dengan antimikroba Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

yang telah paten (Vancomycin). Selain itu perlu dilakukan penelitian lain dengan

menggunakan menggunakan strain Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

lain untuk memperluas generalisasi hasil penelitian.

Keterbatasan lain yang dapat menjadi latar belakang penelitian lebih

lanjut adalah perlunya studi in vitro maupun in vivo untuk mengetahui dosis

efektif, toksisitas, dan efek samping yang dapat disebabkan oleh ekstrak etanol

akar gantung beringin (Ficus benjamina). Penelitian lanjut ini penting dilakukan

untuk mendasari aplikasi klinis pada manusia, terutama sebagai terapi alternatif

terhadap infeksi MRSA. Selain itu, mengingat ekstrak etanol akar gantung

beringin juga memiliki potensi sebagai antimikroba yang bersifat broad spectrum,

dapat dilakukan penelitian serupa untuk mengetahui efek antimikrobanya

terhadap bakteri lain selain MRSA.

Page 69: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) mempunyai efek

sebagai antimikroba terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus

aureus secara in vitro dengan metode difusi sumuran.

a. Konsentrasi ekstra akar gantung beringin (Ficus benjamina)

berbanding lurus dengan diameter zona hambat yang terbentuk

pada pertumbuhan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus.

7.2 Saran

a) Perlu dilakukan penelitian tentang efek antimikroba akar gantung beringin

(Ficus benjamina) terhadap bakteri Resistant Staphylococcus aureus

secara in vitro dengan menggunakan metode selain difusi sumuran,

seperti dilusi tabung, difusi cakram dan lain-lain.

b) Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui persentase kandungan

bahan-bahan aktif dalam ekstrak akar gantung beringin.

c) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan zat

aktif mana yang memiliki efek antimikroba paling besar pada ekstrak akar

gantung beringin (Ficus benjamina) secara in vivo untuk melihat

farmakokinetik, farmakodinamik, dan efek toksik dari bahan aktif yang

terkandung dalam akar gantung beringin sebelum digunakan sebagai

alternatif pengobatan

Page 70: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

d) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lama simpan

ekstrak terhadap efek antimikroba yang ditimbulkan oleh ekstrak akar

gantung beringin (Ficus benjamina).

e) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efektivitas

ekstrak akar gantung beringin (Ficus benjamina) dengan antimikroba

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus yang paten (Vancomycin).

f) Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan strain Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus lain.

g) Perlu adanya penelitian lebih lanjut, baik in vitro maupun in vivo mengenai

efek ekstrak etanol akar gantung beringin (Ficus benjamina) sebagai

antimikroba bakteri lain selain terhadap bakteri Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus.

Page 71: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

DAFTAR PUSTAKA

Abdollahzadeh, S. H., Mashouf, R. Y., Mortazavi, H., Moghaddam, M. H., Roozbahani, N., & Vahedi, M. 2011. Antibacterial and antifungal activities of Punica granatum peel extracts against oral pathogens. J Dent (Tehran), 8(1), 1-6.

Akiyama, H., Fujii, K., Yamasaki, O., Oono, T., & Iwatsuki, K. 2001. Antibacterial action of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of antimicrobial chemotherapy, 48(4), 487-491.

Balouiri, M., Sadiki, M., & Ibnsouda, S. K. 2016. Methods for in vitro evaluating antimicrobial activity: A review. Journal of Pharmaceutical Analysis, 6(2), 71-79.

Baltch, A. L., Ritz, W. J., Bopp, L. H., Michelsen, P. B., & Smith, R. P. 2007. Antimicrobial activities of daptomycin, vancomycin, and oxacillin in human monocytes and of daptomycin in combination with gentamicin and/or rifampin in human monocytes and in broth against Staphylococcus aureus. Antimicrobial agents and chemotherapy, 51(4), 1559-1562.

Broekema, N. M., Van, T. T., Monson, T. A., Marshall, S. A., & Warshauer, D. M. 2009. Comparison of cefoxitin and oxacillin disk diffusion methods for detection of mecA-mediated resistance in Staphylococcus aureus in a large-scale study. Journal of clinical microbiology, 47(1), 217-219.

Cowan, M. M. 1999. Plant products as antimicrobial agents. Clinical microbiology reviews, 12(4), 564-582.

Cushnie, T. T., & Lamb, A. J. 2005. Antimicrobial activity of flavonoids. International journal of antimicrobial agents, 26(5), 343-356.

Edition, A. S. T. 2015. CLSI document M07-A10. Clinical and Laboratory Standards Institute, 950.

Fernandes, C. J., Fernandes, L. A., Collignon, P., & Australian Group on Antimicrobial Resistance. 2005. Cefoxitin resistance as a surrogate marker for the detection of methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 55(4), 506-510.

Gordon, R. J., & Lowy, F. D. 2008. Pathogenesis of methicillin-resistant Staphylococcus aureus infection. Clinical infectious diseases, 46(Supplement 5), S350-S359.

Goyal, N., Miller, A., Tripathi, M., & Parvizi, J. 2013. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Bone Joint J, 95(1), 4-9.

Hiramatsu, K., Aritaka, N., Hanaki, H., Kawasaki, S., Hosoda, Y., Hori, S.,& Kobayashi, I. 1997. Dissemination in Japanese hospitals of strains of Staphylococcus aureus heterogeneously resistant to vancomycin. The Lancet, 350(9092), 1670-1673.

Imran, M., Rasool, N., Rizwan, K., Zubair, M., Riaz, M., Zia-Ul-Haq, M., & Jaafar, H. Z. 2014. Chemical composition and Biological studies of Ficus benjamina. Chemistry Central Journal, 8(1), 1.

Page 72: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL AKAR ...repository.ub.ac.id/8135/1/Putu%20Ijiya%20Danta%C2%A0...Daftar Simbol, Singkatan, dan Istilah xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2

Inweregbu, K., Dave, J., & Pittard, A. 2005. Nosocomial infections. Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain, 5(1), 14-17.

Inweregbu, K., Dave, J., & Pittard, A. 2005. Nosocomial infections. Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain, 5(1), 14-17.

Jain, A., Ojha, V., Kumar, G., Karthik, L., & Rao, K. B. V. 2013. Phytochemical composition and antioxidant activity of methanolic extract of Ficus benjamina (moraceae) leaves. Research Journal of Pharmacy and Technology, 6(11), 1184-1189.

Rini J, Esko J, Varki A. Glycosyltransferases and Glycan-processing Enzymes. In: Varki A, Cummings RD, Esko JD, et al., editors. Essentials of Glycobiology. 2nd edition. Cold Spring Harbor (NY): Cold Spring Harbor Laboratory Press; 2009. Chapter 5. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1921/ (diakses tanggal 25 September 2017)

Tkachenko, G., Buyun, L., Osadovskyy, Z., Truhan, M., Sosnowski, E., Prokopiv, A., & Goncharenko, V. IN VITRO SCREENING OF ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT OBTAINED FROM FICUS LYRATA WARB.(MORACEAE) LEAVES.

World Health Organization. 2011. prevention of hospital-acquired infections: a practical guide, 2nd.

World Health Organization. 2011. Report on the burden of endemic health care-associated infection worldwide.

Novelli, S., Lorena, C. and Antonella, C.2014. Identification of alkaloid’s profile in Ficus benjamina L. extracts with higher antioxidant power. American Journal of Plant Sciences, 5(26), p.4029

Kumar, S. and Pandey, A.K.2013. Chemistry and biological activities of flavonoids: an overview. The Scientific World Journal, 2013.

Dai, J., Shen, D., Yoshida, W. Y., Parrish, S. M., & Williams, P. G. 2012. Isoflavonoids from Ficus benjamina and their inhibitory activity on BACE1. Planta medica, 78(12), 1357-1362.

Gordon, R. J., & Lowy, F. D. 2008. Pathogenesis of methicillin-resistant Staphylococcus aureus infection. Clinical infectious diseases, 46(Supplement_5), S350-S359.

Armandani, Reviandy Achmad . 2017. Potensi Antimikroba Ekstrak Akar Gantung Beringin (Ficus benjamina) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa secara in vitro. Fakultas Kedokteran. Malang : Majalah Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Vol 5, No1. [Belum Dipublikasi]

Almahy, H. A., Rahmani, M., Sukari, M. A., & Ali, A. M. 2003. The chemical constituents of Ficus benjamina Linn. and their biological activities. Pertanika J. Sci. Technol, 11(1), 73-81.