eedisi 10, disi 10, mmei - juni 2015ei - juni 2015 laporan ... 7.pdf · dulu diisi dengan spiritus....

1
tode (Rotulonchus similis, Radopholus similis) yang menyerang bagian akar. Jenis penyakit antara lain layu bak- teri disebabkan Pseudomonas solana- cearum yang berakibat pohon pisang mati dalam jangka 1 – 2 minggu. Selain itu, bercak daun atau sigatoka kuning penyebab Mycosphaerella musicola berupa kematian dini daun pisang dan tandan buah mengecil dengan sedikit sisiran. Ada pula layu fusarium dise- babkan Fusarium oxysporumn atau Fu- sarium cubense menyebabkan tanaman layu akibat jamur tanah. Para pakar tanaman pisang me- nyarankan berbagai metode pencegah- an dan pengendalian penyakit tanaman tersebut, diantaranya menggunakan bibit yang disucihamakan dengan me- ningkatkan humus tanah. Juga mem- perhatikan sanitasi rumpun pisang dan menyuntikkan insektisida. Untuk pe- ngendaliannya disarankan membongkar dan membakar tanaman yang sakit. Masalahnya, hama yang menyerang kebun-kebun pisang milik PTPN XII ti- dak terbatas ulat dan jamur yang masuk ke daun, batang maupun akarnya, me- lainkan hewan ukuran lebih besar de- ngan gerakan lincah dan gesit merusak dan mengonsumsi buahnya. Para peru- sak itu tak lain adalah gerombolan kera yang berasal dari hutan lindung. Peris- tiwa itu berulang kali terjadi di beberapa afdeling di Kebun Zeelandia.Maklum pi- sang merupakan makanan favorit para kera. “Sekawanan kera biasa datang di pagi hari maupun siang dan sore yang berpencar ke beberapa lokasi tanaman pisang. Bahkan malam pun datang saat terang bulan,” kata beberapa pekerja dikebun pisang Afdeling Langsepan Ke- bun Zeelandia. Hewan jenis primata itu berasal dari hutan lindung yang dikelola Perhutani, yang berjarak beberapa kilometer dari- Afdeling Langsepan. Di afdeling terse- but terdapat tanaman pisang mas kirana seluas 111,23 ha dari total lahan pisang di Kebun Zeelandia seluas 163 ha. Gerombolan kera selain menjarah buah pisang siap panen juga mengacak-acak tanaman pisang yang baru kuncup. Asisten Tanaman Afdeling Langse- pan, Hendro Setyo Wibowo, mengata- kan, kedatangan kawanan kera merupa- kan ancaman cukup serius, dan upaya untuk menghalaunya pernah dibuatkan perangkat jebakan. “Jebakan itu tidak dapat difungsikan dalam jangka panjang sebab setelah pernah ada beberapa ekor kera tertang- kap, kawanan kera yang lolos enggan memasuki perangkap. Alhasil, tak ada- lagi kera terjebak,” paparnya. Para personil Kebun Zeelandia lan- tas mengembangkan kreasi berupa pembuatan alat pengusir kera yang mampu mengeluarkan bunyi: dorr…! Teknisnya menyerupai petasan dari batang bambu yang juga mengeluarkan bunyi yang sama. Bedanya petasan dari bambu membutuhkan bahan bakar dan disulut dengan api. Sedangkan peralatan buatan Kebun Zeelandia berukuran lebih kecil dan cu- kup ringan untuk ditenteng, terbuat dari 6 kaleng susu yang disambung dengan lem besi dan dipasangkan pemantik. Untuk mengeluarkan bunyi terlebih dulu diisi dengan spiritus. Setelah spiri- tus dikocok-kocok dan pemantik ditarik, maka keluarlah bunyi cukup keras: dorrr..! Cara itu cukup ampuh, karena bisa membuat kawanan kera lari terbirit- birit. Mungkin para kera mengira bu- nyi tersebut berasal dari senjata api laras panjang yang bisa mengeluarkan peluru tajam, padahal cuma susunan bekas kaleng susu yang hanya me- ngeluarkan sedikit asap. Foto-foto dok. Humas. (hil/fm/yos) Edisi 10, Edisi 10, Mei - Juni 2015 Mei - Juni 2015 Laporan Utama Utama 07-buletin ptpn12 Pencucian Pisang di Kebun

Upload: buicong

Post on 07-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

tode (Rotulonchus similis, Radopholus similis) yang menyerang bagian akar.

Jenis penyakit antara lain layu bak-teri disebabkan Pseudomonas solana-cearum yang berakibat pohon pisang mati dalam jangka 1 – 2 minggu. Selain itu, bercak daun atau sigatoka kuning penyebab Mycosphaerella musicola berupa kematian dini daun pisang dan tandan buah mengecil dengan sedikit sisiran. Ada pula layu fusarium dise-babkan Fusarium oxysporumn atau Fu-sarium cubense menyebabkan tanaman layu akibat jamur tanah.

Para pakar tanaman pisang me-nyarankan berbagai metode pencegah-an dan pengendalian penyakit tanaman tersebut, diantaranya menggunakan bibit yang disucihamakan dengan me-ningkatkan humus tanah. Juga mem-perhatikan sanitasi rumpun pisang dan menyuntikkan insektisida. Untuk pe-ngendaliannya disarankan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

Masalahnya, hama yang menyerang kebun-kebun pisang milik PTPN XII ti-dak terbatas ulat dan jamur yang masuk ke daun, batang maupun akarnya, me-lainkan hewan ukuran lebih besar de-ngan gerakan lincah dan gesit merusak dan mengonsumsi buahnya. Para peru-

sak itu tak lain adalah gerombolan kera yang berasal dari hutan lindung. Peris-tiwa itu berulang kali terjadi di beberapa afdeling di Kebun Zeelandia.Maklum pi-sang merupakan makanan favorit para kera.

“Sekawanan kera biasa datang di pagi hari maupun siang dan sore yang berpencar ke beberapa lokasi tanaman pisang. Bahkan malam pun datang saat terang bulan,” kata beberapa pekerja dikebun pisang Afdeling Langsepan Ke-bun Zeelandia.

Hewan jenis primata itu berasal dari hutan lindung yang dikelola Perhutani, yang berjarak beberapa kilometer dari-Afdeling Langsepan. Di afdeling terse-but terdapat tanaman pisang mas kirana seluas 111,23 ha dari total lahan pisang di Kebun Zeelandia seluas 163 ha. Gerombolan kera selain menjarah buah pisang siap panen juga mengacak-acak tanaman pisang yang baru kuncup.

Asisten Tanaman Afdeling Langse-pan, Hendro Setyo Wibowo, mengata-kan, kedatangan kawanan kera merupa-kan ancaman cukup serius, dan upa ya untuk menghalaunya pernah dibuatkan pe rangkat jebakan.

“Jebakan itu tidak dapat difungsikan dalam jangka panjang sebab setelah

pernah ada beberapa ekor kera tertang-kap, kawanan kera yang lolos enggan memasuki perangkap. Alhasil, tak ada-lagi kera terjebak,” paparnya.

Para personil Kebun Zeelandia lan-tas mengembangkan kreasi be rupa pem buatan alat pengusir kera yang mampu mengeluarkan bunyi: dorr…! Teknisnya menyerupai petasan dari batang bambu yang juga mengeluarkan bunyi yang sama. Bedanya petasan dari bambu membutuhkan bahan bakar dan disulut dengan api.

Sedangkan peralatan buatan Kebun Zeelandia berukuran lebih kecil dan cu-kup ringan untuk ditenteng, terbuat dari 6 kaleng susu yang disambung dengan lem besi dan dipasangkan pemantik. Untuk mengeluarkan bunyi terlebih dulu diisi dengan spiritus. Setelah spiri-tus dikocok-kocok dan pemantik ditarik, maka keluarlah bunyi cukup keras: dorrr..!

Cara itu cukup ampuh, karena bisa membuat kawanan kera lari terbirit-birit. Mungkin para kera mengira bu-nyi tersebut berasal dari senjata api laras panjang yang bisa mengeluarkan peluru tajam, padahal cuma susunan bekas kaleng susu yang hanya me-ngeluarkan sedikit asap. Foto-foto dok. Humas. (hil/fm/yos)

Edisi 10, Edisi 10, Mei - Juni 2015Mei - Juni 2015 Laporan UtamaUtama

07-buletin ptpn12

Pencucian Pisang di Kebun