edit lagi

52
BAB I PROFIL LOKASI KKN Kelurahan Lempake merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Samarinda Uta Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia. Kelurahan Lempake terletak di yang berada di pinggiran kota Samarinda. Luas Kelurahan Lempake adalah 32,8 !3.283 "a# !$ata $asar %ro&il 'ilayah Kelurahan Lempake, 2()*# dan terdiri rukun tetangga !+T#. Lokasi untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Ker a -yata ! di +T. ) dan +T. )8. %emenuhan kebutuhan sehari/hari seperti mandi, cuci dan kakus !01K# sebagia arga masih menggunakan sumber air baku dari %erusahaan $aerah ir !%$ 0# dan air tanah. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air minum memilih untuk menggunakan air isi ulang dari depot air minum. "al ini diseb &isik air ! arna, rasa dan bau#, kualitas dari sumber air tanah yang diguna setempat ber arna coklat kemerah/merahan dan berbau yang disebabkan oleh ad kandungan dari 4at besi yang terkandung di dalam air tersebut. Se kualitas dari air %$ 0nya sendiri sudah cukup baik, hanya sa a masih berbau seperti air tanah di Kelurahan Lempake. Tingkat kepedulian arga terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan tempat mereka masih kurang. "al ini terlihat dari adanya sampah yang dibuang semba pada saluran drainase yang menyebabkan adanya terganggunya aliran air. Sela lingkungan arga setempat kita dapat menemui tumpukan/tumpukan sampa potongan sayuran mentah yang senga a dibiarkan menggunung sehingga m nilai estetika lingkungan di ilayah tersebut. Kurangnya pengetahuan arga cara pengolahan sampah organik menyebabkan argamembiarkan sampah sisa potongan sayuran tersebut terkumpul tanpa diolah lebih lan ut. Sama halnya dengan sampah organik, pengolahan sampah anorganik !botol, kardus dan lain/lain# di ilayah setempat uga masing kurang mendapat perha

Upload: eka-nis

Post on 05-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan KKN

TRANSCRIPT

BAB I

PROFIL LOKASI KKNKelurahan Lempake merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia. Kelurahan Lempake terletak di daerah yang berada di pinggiran kota Samarinda. Luas Kelurahan Lempake adalah 32,83 km (3.283 Ha) (Data Dasar Profil Wilayah Kelurahan Lempake, 2014) dan terdiri atas 42 rukun tetangga (RT). Lokasi untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di RT. 17 dan RT. 18.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci dan kakus (MCK) sebagian besar warga masih menggunakan sumber air baku dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan air tanah. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air minum warga memilih untuk menggunakan air isi ulang dari depot air minum. Hal ini disebabkan sifat fisik air (warna, rasa dan bau), kualitas dari sumber air tanah yang digunakan warga setempat berwarna coklat kemerah-merahan dan berbau yang disebabkan oleh adanya kandungan dari zat besi yang terkandung di dalam air tersebut. Sedangkan untuk kualitas dari air PDAMnya sendiri sudah cukup baik, hanya saja masih berbau besi seperti air tanah di Kelurahan Lempake.

Tingkat kepedulian warga terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan tempat tinggal mereka masih kurang. Hal ini terlihat dari adanya sampah yang dibuang sembarang pada saluran drainase yang menyebabkan adanya terganggunya aliran air. Selain itu, di lingkungan warga setempat kita dapat menemui tumpukan-tumpukan sampah sisa potongan sayuran mentah yang sengaja dibiarkan menggunung sehingga mengurangi nilai estetika lingkungan di wilayah tersebut. Kurangnya pengetahuan warga mengenai cara pengolahan sampah organik menyebabkan warga membiarkan sampah sisa potongan sayuran tersebut terkumpul tanpa diolah lebih lanjut.

Sama halnya dengan sampah organik, pengolahan sampah anorganik (botol, plastik, kardus dan lain-lain) di wilayah setempat juga masing kurang mendapat perhatian. Hal ini lagi-lagi dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan warga mengenai cara pengolahan sampah anorganik. Pada lingkungan RT. 18 telah terdapat Bank Ramah Lingkungan (RAMLI), hanya saja fungsi dari Bank RAMLI tersebut masih belum dapat terealisasi sepenuhnya. Selama ini, warga hanya mengumpulkan sampah anorganik mereka lalu menyetorkannya ke Bank RAMLI RT.18. Kemudian Bank RAMLI inilah yang nantinya akan menjual barang-barang bekas hasil sampah anorganik tersebut kepada pemulung atau pengepul sampah.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengenalan Teknologi Tepat Guna (TTG) kepada warga setempat seperti pengenalan teknologi sederhana alat filtrasi, lubang resapan biopori serta pengenalan konsep Reduce, Reuse dan Recycle (3R). Pengenalan teknologi sederhana alat filtrasi, lubang resapan biopori serta konsep 3R dilakukan dalam bentuk presentasi dan menstimulasi langsung ke masyarakat agar warga setempat bisa mengaplikasikan secara mandiri.

BAB IIPROGRAM KERJA

2.1 Latar Belakang Tema/Program Kerja Terpilih

Secara geografis RT. 17 dan RT. 18 Kelurahan Lempake terletak di pinggiran Kota Samarinda yang jauh dari suasana sibuknya perkotaan. Daerah ini memiliki keunggulan dalam bidang pertanian dan peternakan yang berpotensi untuk menjadi daerah yang maju dan berkembang.1. Kampoeng HBS

Kegiatan ini berawal dari keinginan warga setempat agar membentuk lingkungan yang bersih, nyaman dan sejuk. Kegiatan yang dilaksanakan di Kampoeng HBS antara lain:

a. Gotong royong

b. Penghijauan lingkungan

c. Membentuk kawasan nol sampah

d. Pemanfaatan pekarangan rumah

e. Penanaman tanaman obat keluarga (TOGA)

2. Sumber Air

RT. 17 dan RT. 18 terletak di daerah rawa, sehingga memiliki air tanah yang kurang layak untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk kegiatan rumah tangga lainnya. Sumber air dari PDAM masih baru di kedua RT tersebut sehingga masih banyak warga yang belum menikmatinya. Untuk mendapatkan air yang layak konsumsi warga membeli air dari depot air minum.

3. Kebersihan Lingkugan

Tempat sampah di kedua RT tersebut masih kurang, sehingga terdapat warga yang masih membuang sampah di tempat-tempat yang tidak semestinya. Kondisi drainase yang kotor.Adapun tema yang diangkat dari program kerja KKN ini adalah Membangun Masyarakat Peduli Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Tepat Guna. Dari hasil observasi lapangan yang kami lakukan, pemahaman masyarakat tentang pengetahuan TTG pengolahan sampah masih kurang. Selain itu juga tingkat kebersihan dan kesehatan lingkungan di masyarakat Kelurahan Lempake masih perlu untuk ditingkatkan.Dalam rangka mencapai keinginan tersebut, diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Kelurahan Lempake. Melalui program kerja KKN ini diharapkan dapat membantu memfasilitasi masyarakat, khususnya generasi penerus agar dapat melakukan langkah awal dalam usaha meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan lingkungan dan pemanfaatan TTG bagi masyarakat di Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara.Pelaksanaan kegiatan KKN kali ini, program-program kerja disusun menyesuaikan pada ruang lingkup yang berkaitan pada program studi Teknik Lingkungan dan Teknik Kimia. Pelaksanaan program-program kerja KKN dapat dikaji kembali berdasarkan hasil survey, kebutuhan dan kondisi di lapangan.2.2 Perumusan Masalah Lokasi KKN

Dari latar belakang dan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan sebelumnya serta masukan dari beberapa pihak terkait, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut, diantaranya:

1. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya sanitasi dan kesehatan lingkungan.

2. Bagaimana cara memberikan pengetahuan kepada warga tentang pengolahan sampah organik dan anorganik.3. Bagaimana cara memberikan pengetahuan kepada warga tentang TTG.

2.3 Penentuan Tujuan Program Kerja Lapangan

2.3.1 Tujuan Umum

Kegiatan KKN Tematik Fakultas Teknik ini secara umum bertujuan untuk membangun kebersamaan sebagai mahasiswa Universitas Mulawarman pada saat menjelang akhir studi sebelum meraih gelar sarjana serta mampu belajar dan bekerja sama dengan mayarakat, mampu memberdayakan dan membantu masyakat dalam memecahkan persoalan yang dihadapi.

2.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengatasi permasalahan lingkungan di wilayah RT. 17 dan RT. 18 Kelurahan Lempake terkait kurang baiknya kualitas dari sumber air yang mereka gunakan.

2. Membantu penataan lingkungan di wilayah RT. 17 dan RT. 18 Kelurahan Lempake khususnya kondisi saluran drainase.

3. Membantu pelaksanaan program Hijau, Bersih, Sehat (HBS) yang dicanangkan oleh Kelurahan Lempake di wilayah RT. 17 dan RT. 18.

4. Membiasakan pola hidup yang peduli terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan bagi warga RT. 17 dan RT. 18 Kelurahan Lempake.

2.4 Rumusan Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran2.4.1 Rumusan Rencana KegiatanBerdasarkan rumusan permasalahan yang ada maka dapat dirumuskan rencana kegiatan dan rencana anggaran dari program kerja terpilih yang disusun sebagai berikut:

1. Pembuatan Teknologi Sederhana Alat FiltrasiKualitas air yang didistribusikan oleh PDAM di daerah ini memiliki kondisi yang keruh sehingga diperlukan adanya pengolahan tambahan untuk mengurangi kekeruhan dan juga masih adanya beberapa warga yang masih menggunakan sumur bor yang berwarna bening tetapi berbau besi salah satu pengolahannya ialah dengan filtrasi skala kecil dengan mengadopsi proses filtrasi menggunakan saringan pasir lambat. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi pemakaian air untuk masyarakat daerah Lempake.

Pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi tentang cara pembuatan alat filter sederhana yang memiliki manfaat diantaranya untuk mengurangi kekeruhan, zat besi dan mangan. Selain itu alat tersebut juga tidak menggunakan bahan kimia (koagulan) serta mudah dalam kegiatan pemeliharaan dan perawatan alat. Sand filter merupakan suatu alat penyaringan atau penjernihan air dengan konsep melewatkan air pada beberapa media dengan kecepatan rendah. Target sasaran pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi adalah tersedianya kualitas air bersih dengan kualitas standar sehingga layak pakai oleh masyarakat.Pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi kepada warga setempat dilakukan dengan penjelasan mengenai tata cara pembuatan Filter Air Sederhana sehingga dapat dibuat secara mandiri oleh masyarakat. Penanggung jawab program yaitu Roy Firman Adventus dan Eka Nur Indah Sari.

Pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi tahap pertama direncanakan pada minggu ke 1 bulan Juni 2015 di kawasan RT 18. Pada kegiatan ini ditargetkan 20 orang. Pelaksanaan selanjutnya pada minggu ke 2 Juni 2015 dikawasan RT 17, ditargetkan 15 warga. Pada kegiatan pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi dilengkapi dengan kuisioner sebelum dan sesudah kegiatan dan penyajian alat secara langsung.

2. Penataan Lingkungana. Pembuatan lubang biopori

Pada lingkungan daerah ini kita dapat menemui tumpukan-tumpukan sampah sisa potongan sayuran mentah yang sengaja dibiarkan menggunung sehingga mengurangi nilai estetika lingkungan di wilayah tersebut. Kurangnya pengetahuan warga mengenai cara pengolahan sampah organik menyebabkan warga membiarkan sampah sisa potongan sayuran tersebut terkumpul tanpa diolah lebih lanjut.

Dengan pembuatan lubang biopori sebagai salah satu bentuk solusi penanganan masalah permasalahan sampah organik daripada dibakar. Selain itu juga untuk mengurangi banjir pada musim hujan, memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah dan mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit. Target sasaran pembuatan lubang biopori yaitu tersedianya kandungan air dalam tanah dan pengolahan pada sampah organik.Pembuatan lubang biopori kepada warga setempat dilakukan dengan penjelasan mengenai tata cara pembuatan lubang biopori sehingga dapat dibuat secara mandiri oleh masyarakat dan cara penanaman biopori di tanah. Penanggung jawab program yaitu Sugeng Utomo dan Romaito Victoriana. Pembuatan lubang biopori tahap pertama direncanakan pada minggu ke 1 bulan Juni 2015 dikawasan RT 18. Pada kegiatan ini ditargetkan 15 orang. Rencana selanjutnya pada minggu ke 2 bulan Juni 2015 dikawasan RT 17. Pembuatan lubang biopori ditargetkan dengan 15 orang. Pada kegiatan pembuatan lubang biopori dilengkapi dengan kuisioner sebelum dan sesudah kegiatan dan penyajian alat secara langsung.

b. Perbaikan drainase

Tingkat kepedulian warga terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan tempat tinggal mereka masih kurang. Hal ini terlihat dari adanya sampah yang dibuang sembarang pada saluran drainase yang menyebabkan terganggunya aliran air.

Dengan perbaikan drainase sebagai salah satu bentuk solusi penanganan masalah terganggunya aliran air. Selain itu juga untuk mengurangi banjir pada musim hujan dan mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit. Target sasaran perbaikan drainase yaitu terciptanya lingkungan yang rapi, bersih dan teratur. Penanggung jawab program yaitu Aqib Haikal dan Bayu SetiawanPerbaikan drainase dilakukan bersama warga setempat pada saat kegiatan gotong royong.. Perbaikan Drainase direncanakan pada minggu ke 3 bulan Juni 2015 dikawasan RT 18 dan minggu ke 4 bulan Juni di RT 17.c. Pemberian tempat sampah

Tempat-tempat umum seperti posyandu dan masjid yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah di kedua RT tersebut masih banyak, sehingga terdapat warga yang masih membuang sampah di tempat-tempat yang tidak semestinya.

Dengan pemberian tempat sampah diharapkan untuk dapat menjaga kebersihan lingkunga di tempat-tempat umum sehingga tercipta lingkungan yang sehat dan bersih. Penanggung jawab program yaitu Sugeng Utomo.

Pemberian tempat sampah dilrencanakan dalam 2 tahap yaitu pada mnggu ke 3 bulan Juni 2015 di RT 18 dan tahap kedua pada miggu ke 4 bulan Juni 2015 di RT 17.

3. Partisipasi dalam Program HBSa. Penerapan konsep 3RPengolahan sampah anorganik (botol, plastik, kardus dan lain-lain) masih kurang mendapat perhatian. Hal ini dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan warga mengenai cara pengolahan sampah anorganik. Pada lingkungan RT.18 telah terdapat Bank Ramah Lingkungan (RAMLI), hanya saja fungsi dari Bank RAMLI tersebut masih belum dapat terealisasi sepenuhnya. Selama ini, warga hanya mengumpulkan sampah anorganik mereka lalu menyetorkannya ke Bank RAMLI RT.18. Kemudian Bank RAMLI inilah yang nantinya akan menjual barang-barang bekas hasil sampah anorganik tersebut kepada pemulung atau pengepul sampah.Dengan penerapan konsep 3R ini diharapkan warga dapat mengelola sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat yang dapat digunakan kembali dan bernilai ekonomis. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dihasilkan dan juga dapat meningkatkan kreatifitas warga. Target sasaran kegiatan ini yaitu terciptanya lingkungan tempat tinggal yang bersih, sehat dan asri.

Penerapan konsep 3R kepada warga setempat dilakukan dengan penjelasan mengenai tata cara pembuatan beberapa sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan, sehingga dapat dibuat secara mandiri oleh masyarakat. Penanggung jawab program yaitu Khairunnisa dan Bayu Setiawan. Penerapan konsep 3R tahap pertama direncanakan pada minggu ke 1 bulan April 2015 dikawasan RT 18. Pada kegiatan ini ditragetkan 15 orang. Pelaksanaan selanjutnya pada minggu ke 2 April 2015 dikawasan RT 17. Penerapan konsep 3R ditargetkan dengan 15 orang. Pada kegiatan Penerapan konsep 3R dilengkapi dengan kuisioner sebelum dan sesudah kegiatan dan penyajian alat secara langsung.

b. Membentuk kawasan nol sampah

Kurangnya pengetahuan warga mengenai cara pengolahan sampah organik dann sampah non organik menyebabkan warga membiarkan sampah sisa potongan sayuran tersebut terkumpul tanpa diolah lebih lanjut dan sampah anorganik seperti botol, kaleng dan lain-lain yang dibiarkan saja. Pada RT.18 yang terdapat Bank RAMLI. Selama ini, warga hanya mengumpulkan sampah anorganik mereka lalu menyetorkannya ke Bank RAMLI RT.18. Kemudian Bank RAMLI inilah yang nantinya akan menjual barang-barang bekas sampah anorganik tersebut kepada pemulung atau pengepul sampah.Dengan penerapan membentuk kawasan nol sampah ini diharapkan warga dapat mengelola sampah anorganik dan sapah organik menjadi barang yang bermanfaat yang dapat digunakan kembali dan bernilai ekonomis. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dihasilkan dan juga dapat meningkatkan kreatifitas warga. Target sasaran kegiatan ini yaitu Terciptanya lingkungan tempat tinggal yang bersih, sehat dan asri.

Penerapan membentuk kawasan nol sampah ini akan direalisasikan dalam bentuk gotong royong bersama warga sekitar membersihkan tempat-tempat umum dan pekarangan tempat tinggal mereka masing-masing. Penanggung jawab program ini adalah Christina Dinata dan Khairunnisa. Penerapan membentuk kawasan nol sampah direncanakan pada minggu ke 1 dan ke 2 bulan Mei 2015. c. Pemanfaatan pekarangan rumah

Setiap warga rata-rata memiliki perkarangan yang luas dan kosong sehingga terlihat gersang dan mengurangi nilai estetika. Dengan program pemanfaatan pekarangan rumah ini diharapkan warga dapat mengelola pekarangan dengan penanaman tanaman hias atau tanaman buah. Secara tidak langsung kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa cinta pada lingkungan. Target sasaran kegiatan ini yaitu Terciptanya lingkungan tempat tinggal yang bersih, sehat dan asri. Pemanfaatan pekarangan rumah ini kepada warga setempat dilakukan dengan menanam tanaman hias atau tanaman buah yang bersumber dari permintaan bibit pohon ke BLH. Penanggung jawab program yaitu Christina Dinata dan Roy Firman Adventus S. Penerapan pemanfaatan pekarangan rumah tahap pertama direncanakan pada minggu ke 2 bulan Mei 2015 dikawasan RT 18. Pada kegiatan ini ditargetkan 15 orang. Pelaksanaan selanjutnya pada minggu ke 4 bulan Mei 2015 dikawasan RT 17. Penerapan membentuk kawasan nol sampah ini ditargetkan untuk 15 orang.

d. Pembuatan kebun TOGATerdapat beberapa lahan yang kosong yang lumayan luas di daerah ini yang bisa dimanfaatkan oleh warga memjadi lahan yang berguna. Dengan program pembuatan kebun TOGA ini diharapkan warga dapat mengelola lahan yang kosong di sekitar perumahan warga menjadi lahan yang berguna yang hasilnya dapat dirasakan oleh seluruh warga Target sasaran kegiatan ini yaitu terciptanya lingkungan tempat tinggal yang bersih, sehat dan asri. Pembuatan kebun TOGA ini dilakukan dengan pembersihan lahan, penanaman bibit tanaman obat dan pemeliharan tanaman tersebut oleh warga khususnya ibu-ibu. Penanggung jawab program yaitu Romaito Victoriana dan Eka Nur Indah. Penerapan pembuatan kebun TOGA tahap pertama direncanakan pada minggu ke 1 bulan Juni 2015 dikawasan RT 18. Pada kegiatan ini ditragetkan 15 orang. Pelaksanaan selanjutnya pada minggu ke 3 bulan Juni 2015 dikawasan RT 17 tang ditargetkan untuk 15 orang. 2.4.2 Anggaran Biaya KegiatanA. PEMASUKAN

Swadaya Mahasiswa8 orang @ Rp 230.000,-Rp 1.840.000,00

TotalRp 1.840.000,00

B. PENGELUARAN

a) Anggaran Biaya Keluar Setiap Kegiatan

1. Pembuatan Teknologi Sederhana Alat FiltrasiNama BarangHarga SatuanJumlahTotal

ZeolitRp 10.000,004Rp 40.000,00

Kertas FilterRp 10.000,006Rp 60.000,00

Pipa 4 pimasRp 85.000,001Rp 85.000,00

Pipa 1 pimas (80 cm)Rp 9.000,001Rp 9.000,00

Lem botolRp 9.000,001Rp 9.000,00

Penutup PipaRp 12.500,002Rp 25.000,00

Lem PipaRp 6.000,001Rp 6.000,00

KeranRp 22.000,001Rp 22.000,00

Keran Rp 17.000,001Rp 17.000,00

Sok drat dalamRp 2.500,001Rp 2.500,00

Selotip Rp 3.000,001Rp 3.000,00

Pipa kecil Rp 8.000,001Rp 8.000,00

Sambungan KranRp 10.000,002Rp 20.000,00

BingkisanRp 27.000,002Rp 27.000,00

KonsumsiRp 50.000,001Rp 50.000,00

JumlahRp 383.500,00

2. Penataan Lingkungana. Pembuatan lubang bioporiNama BarangHarga SatuanJumlahTotal

Tutup bioporiRp 12.000,006Rp 72.000,00

Air MineralRp 19.000,00 7Rp 19.000,00

KonsumsiRp 45.000,00 5Rp 45.000,00

JumlahRp 136.000,00

b. Perbaikan Drainase

Tidak ada anggaran biaya yang dikeluarkan

c. Pemberian Tempat SampahNama BarangHarga SatuanJumlahTotal

Tempat SampahRp 130.000 4Rp 520.000,00

JumlahRp 520.000,00

3. Partisipasi dalam Program HBS (Hijau, Bersih, Sehat)

a. Penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)Nama BarangHarga SatuanJumlahTotal

Kain FlanelRp 1.500,00 4Rp 6.000,00

CatRp 10.000,00 1Rp 10.000,00

Kuas kecilRp 7.500,00 2Rp 15.000,00

Kuas besarRp 7.000,001Rp 7.000,00

PiloxRp 20.000,001Rp 20.000,00

Kabel tisRp 300,0045Rp 14.000,00

Lem TembakRp 6.000,00 1Rp 6.000,00

Lem KertasRp 5.000,001Rp 5.000,00

Lem altekoRp 6.000,001Rp 6.0000,00

Mata BonekaRp 4.000,004Rp 16.000,00

KonsumsiRp 50.000,001Rp 50.000,00

PulpenRp 2.500,008Rp 18.000,00

Air mineralRp 22.000,001Rp 22.000,00

JumlahRp 195 .000,00

b. Membentuk kawasan nol sampah

Tidak ada anggaran yang keluar.

c. Pemanfaatan pekarangan rumah

Tidak ada anggaran yang dikeluarkan.

d. Pembuatan kebun Tanaman Obat Keluarga (TOGA)Tidak ada anggaran biaya yang keluar.

b) Bidang Operasional (Peralatan dan Kesekretariatan)

Nama BarangHarga SatuanJumlahTotal

StempelRp 30.000,001Rp 30.000,00

Tinta stempelRp 4.000,001Rp 4.000,00

Fotocopy KuesionerRp 200,00610Rp 122.000,00

Fotocopy brosurRp 150,0077Rp 11.500,00

JumlahRp 167.500,00

c) Publikasi dan Dokumentasi

Nama BarangHargaTotal

SpandukRp 75.000,00Rp 75.000,00

Peminjaman ProyektorRp 50.000,00Rp 50.000,00

JumlahRp 125.000,00

d) Akomodasi

Nama BarangHarga SatuanJumlahTotal

BingkaiRp 40.000,001Rp 40.000,00

BingkaiRp 17.000,001Rp 17.000,00

Kue (Ibu posko)Rp 50.000,001Rp 50.000,00

Print FotoRp 15.000,002Rp 30.000,00

JumlahRp 137.000,00

Total Dana yang Dibutuhkan

1. Anggaran biaya tiap kegiatan

: Rp 1.234.500,00

2. Kesekretariatan

: Rp 167.500,00

3. Akomodasi

: Rp 137.000,00

4. Publikasi dan Dokumentasi

: Rp 125.000,00 +

TOTAL :

Rp 1.664.000,00

Sisa Dana : Rp 176.000,00Hasil rekapitulasi anggaran pelaksanaan program kerja KKN Kelurahan Lempake Utara adalah sebesar Rp 176.000,00. Biaya yang tercantum diatas adalah biaya swadaya (sukarela) dari mahasiswa KKN itu sendiri. biaya yang digunakan dalam pelaksanaan program kerja yang direncanakan adalah disebabkan oleh banyaknya SDA yang mampu dimanfaatkan dan dukungan dari masyarakat serta bantuan dari Ketua RT 18 yang sangat besar sehingga penggunaan biaya swadaya dari mahasiswa KKN lebih sedikit.

BAB IIIPELAKSANAAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan

3.1.1 Observasi Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap Pra KKN yaitu melakukan observasi lapangan lokasi KKN, pengurusan perizinan dan administrasi. Survey awal dilakukan di Kelurahan Lempake, untuk menetapkan target dan sasaran proyek KKN. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan yaitu menganalisis situasi dan keadaan lingkungan serta informasi secara umum Kelurahan Lempake khususnya lingkungan RT. 17 dan RT. 18. Setelah didapatkan informasi dan gambaran secara umum tentang keadaan lingkungan di lokasi KKN kemudian masalah yang ditemukan dirumuskan dan disusun rencana pemecahan masalahnya, membuat rencana jadwal kerja pelaksanaan kegiatan serta rincian anggaran biaya pelaksanaan kegiatan KKN. Didapatkan bahwa permasalahan di lokasi KKN adalah kurangnya kesadaran warga mengenai sanitasi dan kesehatan lingkungan serta kurangnya pengetahuan akan cara pengolahan sampah organik dan sampah anorganik sehingga diperlukan adanya pengenalan mengenai TTG seperti alat filtrasi sederhana yang berfungsi sebagai pengolahan awal sumber air yang akan warga gunakan dan lubang resapan (biopori) sebagai alternatif pengolahan sampah organik di wilayah ini. Selain itu juga diperlukan pengenalan konsep 3R untuk alternatif pengolahan sampah anorganik. Diharapkan dengan adanya pengenalan TTG dan konsep 3R kepada warga akan dapat membantu menyelesaikan permasalahan di lokasi ini.3.1.2 Pembuatan BrosurUntuk mendukung kegiatan sosialisasi program pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi dan lubang resapan biopori dibuat suatu media seperti brosur yang diharapkan dapat dijadikan suatu penunjang bagi masyarakat sekitar untuk memahami dan menambah pengetahuan mereka terhadap teknologi tepat guna sederhana alatfiltrasi dan lubang resapan biopori. Didalam brosur yang kami buat demi kebutuahn kegiatan sosialisasi dijelaskan latar belakang masalah mengapa diperlukan suatu program yang dapat mengatasi masalah tersebut, manfaat alat dan cara kerja pembuatan alat serta penerapannya. Didalam brosur yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi filtrasi dijelaskan latar belakang masalah mengapa diperlukan suatu program yang dapat mengatasi masalah tersebut, manfaat alat dan cara kerja pembuatan alat filtrasi. Sedangkan didalam brosur yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi lubang resapan (biopori) dijelaskan mengenai proses terbentuknya lubang resapan (biopori), manfaat, penggunaan dan cara kerja pembuatan dari lubang resapan (biopori) itu sendiri.

Brosur yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi mengenai konsep 3R lebih mengajak masyarakat untuk dapat berkreasi dan berinovasi dengan menggunakan kembali barang-barang yang tidak dipakai. Dengan menggunakan prinsip dari 3R diharapkan warga dapat merubah pola pikir untuk dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang berada dilingkungan sekitar. Brosur 3R juga berisi tentang manfaat dari menggunakan prinsip 3R yaitu dapat mengurangi jumlah sampah khusunya untuk sampah disekitar rumah dan dapat menjadikan barang-barang bekas menjadi hiasan rumah yang memiliki nilai ekonomis. Adapun detail dari isi yang terdapat pada masing-masing brosur dapat dilihat pada lampiran. 3.1.3 Sosialisasi ProgramUntuk penyelesaian permasalahan yang terdapat pada lokasi KKN, maka kami menggunakan konsep sebagai berikut:

1. Sosialisasi program

Kegiatan sosialisasi program perlu dilakukan untuk memperkenalkan program kegiatan kepada masyarakat sekaligus program edukasi teknologi lingkungan tepat guna. Selain itu kegiatan yang berkaiatan dengan merubah perilaku atau kebiasaan akan memerlukan sosialisasi dengan pendekatan yang intensif.

2. Percontohan teknologi sederhana alat filtrasi, lubang resapan biopori dan konsep 3R. Untuk proyek percontohan teknologi sederhana alat filtrasi dan lubang resapan biopori kami melakukan presentasi dan menstimulasi langsung ke masyarakat untuk dapat melakukan swadaya/swadana apabila program kegiatan dari proyek percontohan yang diaplikasikan memberikan banyak manfaat positif. Sedangkan untuk konsep Reduce, Reuse dan Recycle (3R) kami memberikan sosialisasi mengenai konsep dari 3R dan manfaat dari menggunakan kembali barang-barang bekas dengan prinsip 3R.3.1.4 Realisasi Program1. Pembuatan Teknologi Sederhana Alat FiltrasiFiltrasi atau penyaringan sederhana merupakan proses dimana air dibersihkan dengan melewatkan melalui bahan (media) yang berpori. Media filter atau saringan merupakan alat filtrasi atau penyaring memisahkan campuran solida likuida dengan media porous atau material porous lainnya guna memisahkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang paling halus. Penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara padatan atau koloid dengan cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan sebagai proses awal (primary treatment).

Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, Saringan Pasir Lambat atau filtrasi dapat digunakan untuk menyaring air keruh ataupun air kotor. Penyaringan adalah suatu pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atauseptum, dimana zat padat itu tertahan. Saringan Pasir Lambat sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada komunitas skala kecil atau skala rumah tangga. Hal ini tidak lain karena debit air bersih yang dihasilkan oleh saringan penyaring lambat relatif kecil. Filtrasi banyak dimanfaatkan untuk membersihkan air dari kotoran pada pengolahan air.Program kerja pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi dilatarbelakangi oleh masalah kondisi air yang ada di RT. 17 dan RT. 18 yang memiliki kualitas air yang kurang baik sehingga memiliki air tanah yang kurang layak untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk kegiatan rumah tangga lainnya. Sumber air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) masih baru di kedua RT tersebut sehingga masih banyak warga yang belum menikmatinya. Sehingga kami melakukan sosialisasi alat filtrasi sederhana dan penerapan dilokasi tersebut sebagai solusi yang dapat kami berikan untuk warga yang diharapkan dapat diterapkan dirumah warga yang masih menggunakan sumur bor. Program pembuatan teknologi alat sederhana filtrasi kami lakukan dengan mempraktekkan langsung cara pembuatan filtrasi dan menjelaskan kegunaan, alat filtrasi sekaligus fungsi dari setiap bahan yang digunakan yaitu, kerikil, pasir silica, karbon aktif, dan zeolite. Penerapan alat filter air sederhana dilokasi merupakan realisasi program pengolahan air dengan harapan kualitas yang digunakan warga untuk keperluan sehari-hari dapat menjadi lebih layak. Design Filtrasi Sederhana dan komponen media penyaringan sederhana yang dibuat dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Komponen Media Penyaringan Sederhana

a. Pasir Silica

Pasir silica merupakan media penyaring yang baik dan biasa digunakan dalam peroses penjernihan air. Ini dikarenakan sifatnya yang berupa butiran bebas yang porous, berdegradasi, dan uniformity. Butiran pasir memiliki pori-pori dan celah yang mampu menyerap dan menahan pertikel dalam air. Selain itu butiran pasir juga mempnyai keuntungan dalam pengadaannya yang mudah dan harganya yang relatif rendah.Pasir silica berfungsi menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous tersebut sehingga kualitas air akan meningkat (Kusnaedi,1995).b. Kerikil

Kerikil berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi, agar media pasir tidak terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan dapat dihindari. Diameterkerikil yang digunakan biasanya antara 1 2,5 cm. Batuan kerikil mempunyai bentuk yang tidak beraturan namun ukurannya dapat disamakan melalui proses pengayakan analisa krikil (Kusnaedi,1995)..

c. Karbon Aktif

Karbon aktif adalah bahan padat berpori yang terbentuk dari hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Unsur utamanya terdiri atas karbon terikat, abu, nitrogen,air, dan sulfur. Arang yang baik adalah arang yang memiliki kadar karbon tinggi dan kadar abu rendah. Arang tempurung kelapa termasuk arang yang sudah diaktifkan sehingga pori-porinya terbuka, dengan demikian gaya absorbsi menjadi lebih besar (Kusnaedi,1995).d. Zeolite

Fungsi zeolit adalah untuk menghilangkan kandungan Ca2+ dan Mg2+. Air yang mengandung Ca2+ dan Mg2+ berlebih menyebabkan kualitas air menurun, atau dengan bahasa sederhana biasa disebut denganAir Sadah. Air sadah biasanya berbau dan rasanya seperti kapur (Kusnaedi,1995).Pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi memiliki manfaat diantaranya untuk mengurangi kekeruhan, zat besi dan mangan. Selain itu alat tersebut juga tidak menggunakan bahan kimia (koagulan) serta mudah dalam kegiatan pemeliharaan dan perawatan alat. Slow Sand filter merupakan suatu alat penyaringan atau penjernihan air dengan konsep melewatkan air pada beberapa media dengan kecepatan rendah (Kusnaedi,1995).Tujuan dari pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi adalah tersedianya kualitas air bersih dengan kualitas memenuhi baku mutu sehingga layak pakai oleh masyarakat. Pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi kepada warga setempat dilakukan dengan penjelasan mengenai tata cara pembuatan Teknologi Alat Filtrasi Air Sederhana sehingga dapat dibuat secara mandiri oleh masyarakat.

Kegiatan sosialisasi pembuatan Teknologi Sederhana Alat Filtrasi dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2015 berlokasi di kediaman rumah bapak Asaad selaku ketua RT. 18 yang dihadiri oleh 34 warga. Dan untuk sosialisasi di RT.17 dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2015 berlokasi di halaman rumah Ibu Hj. Mulyati yang dihadiri oleh 28 warga.

Gambar 3.2 Suasana Pada Saat Sosialisasi Alat Filtrasi di RT. 18

Gambar 3.3 Suasana Pada Saat Sosialisasi Alat Filtrasi di RT. 17

Gambar 3.4 Peragaan Cara Kerja Alat Filtrasi RT. 18

Gambar 3.5 Antusiasme Warga RT. 18

Gambar 3.6 Pengisian Kuisiner Oleh Warga Kelurahan Lempake

Gambar 3.7 Penunjukan Hasil Air Olahan dengan Alat Filtrasi RT. 17

Hambatan

Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari oleh warga berasal dari air tanah yang berada di dekat rawa dan air dari PDAM yang keduanya sama-sama memiliki kualitas yang cukup buruk sehingga meskipun telah dilakukan pengolahan namun air yang dihasilkan masih belum cukup memenuhi baku mutu untuk air minum.SolusiPenggunaan bahan pada alat filtrasi sederhana ini harus dicuci secara rutin bahkan diganti secara berkala apabila setelah bahan dicuci tetapi air hasil olahan yang keluar kualitasnya masih kurang baik.

2. Penataan Lingkungana. Perbaikan drainase

Perbaikan drainase dilakukan bersama warga setempat pada saat kegiatan gotong royong yang dilaksanakan warga. Pada saat program ini dilaksanakan warga melakukan pembersihan drainase dari sampah dan tumbuhan menjalar yang menutupi aliran air. Program perbaikan drainase yang kami lakukan hanya sebatas pembersihan kotoran yang bertujuan memperlancar aliran air.Perbaikan drainase dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2015 dikawasan RT 18 dengan pelaksanaan di pekarangan posyandu RT 18. Sebagian masyarakat cukup aktif berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Gambar 3.8 Pembersihan Drainase di Bagian Depan Pekarangan Posyandu RT. 18

Gambar 3.9 Pembersihan Drainase di Bagian Samping Pekarangan Posyandu RT. 18b. Pemberian tempat sampah

Pemberian tempat sampah dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu pada saat pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi pada tanggal 9 Mei 2015 di rumah ketua RT 18 dan tahap kedua pada pembuatan filtrasi, biopori dan 3R pada tanggal 31 Mei 2015 di RT 17. Setiap RT mendapatkan 2 bak sampah dalam ukuran yang lumayan besar untuk diletakkan di posyandu dan tempat ibadah di daerah tersebut. Pemberian bak sampah tersebut diwakilkan oleh ketua kelompok KKN yaitu Sugeng Utomo dan Ketua RT di wilayah ini.

Gambar 3.10 Pemberian Tempat Sampah untuk Fasilitas Umum RT. 18

Gambar 3.11 Pemberian Tempat Sampah untuk Fasilitas Umum RT. 17

c. Pembuatan lubang bioporiLubang resapan biopori merupakan metode alternatif untuk meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Metode ini pertama kali dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Brata, seorang peneliti seorang peneliti dan dosen di Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Lubang Resapan Biopori berupa sebuah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah. Lubang ini akan memicu munculnya biopori secara alami di dalam tanah.Biopori sendiri adalah istilah untuk lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme yang terjadi di dalam tanah seperti oleh cacing, rayap, semut, dan perakaran tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.

Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana. Lubang yang kita buat, kemudian diberi sampah organik yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut biopori. Rongga-rongga (biopori) ini menjadi saluran bagi air untuk meresap kedalam tanah.

Gambar 3.12 Penampang Pada Lubang Resapan (Biopori)

Manfaat lubang resapan (biopori) adalah sebagai berikut:

1. Lubang resapan biopori adalah teknologi sederhana yang tepat guna dan ramah lingkungan. Lubang biopori ini mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah sehingga mampu mengurasi resiko banjir akibat meluapnya air hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam tanah.2. Meningkatkan daya resapan airLubang resapan biopori mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Hal ini akan bermanfaat untuk:Mencegah genangan air yang mengakibatkan banjir,peningkatan cadangan air bersih di dalam tanah, dan mencegah erosi dan longsor. Dengan adanya lubang biopori akan mencegah terjadinya genangan air yang secara tidak lansung dapat meminimalisir berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah.

3. Mengubah sampah organik menjadi komposSampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopori akan dirubah menjadi kompos oleh satwa tanah seperti cacing dan rayap. Kompos atau humus ini sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah. Selain itu sampah organik yang diserap oleh biota tanah tidak cepat diemisikan ke atmosfir sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan) yang mengakibatkan pemanasan global dan menjaga biodiversitas dalam tanah.

4. Memanfaatkan fauna tanah dan akar tanamanLubang biopori memicu biota tanah dan akan tanaman untuk membuat rongga-rongga di dalam tanah yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan adanya aktifitas ini menjadikan kemampuan lubang peresapan biopori senantiasa terjaga dan terpelihara.Cara pembuatan lubang biopori sebagai berikut:1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm. Kedalamannya sekitar 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah jika dibuat tanah yang mempunyai permukaan air dangkal. Jarak antar lobang antara 50-100 cm.

2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm.

3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau dedaunan.

4. Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut akibat proses pelapukan.5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.

Pembuatan lubang biopori kepada warga setempat dilakukan dengan penjelasan mengenai fungsi dari biopori, tempat penanaman dan alasan pemakaian dari biopori, tata cara pembuatan lubang biopori dengan pipa dan bahan-bahan serta alat-alat yang dibutukan dalam pembuatan biopori sehingga dapat dibuat secara mandiri oleh masyarakat dan cara penanaman biopori di tanah. Pembuatan lubang biopori tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2015 dikawasan RT 18 dengan pelaksanaan di pekarangan posyandu RT 18. Sebagian masyarakat cukup tertarik dan aktif dalam sesi pertanyaan yang dibuka. Pada kegiatan ini dihadiri orang. Pelaksanaan selanjutnya pada tanggal 31 Mei 2015 dikawasan RT 17 pelaksanaan bertempat di halaman rumah warga RT 17. Masyarakat juga tertarik dan cukup aktif. Pada kegiatan pembuatan lubang biopori dilengkapi dengan kuisioner sebelum dan sesudah kegiatan yang diisi oleh warga yang hadir dan penyajian alat secara langsung.

Gambar 3.13 Suasana Pada Saat Sosialisasi Biopori dan Penerapan Konsep 3R

Gambar 3.14 Pemasangan Lubang Resapan (Biopori) di Lahan Posyandu RT. 18

Gambar 3.15 Pemasangan Lubang Resapan (Biopori) di Lahan Penanaman TOGA RT. 17

HambatanKurang alat hand bor yang digunakan untuk proses penanaman lubang resapan (biopori) sehingga pada saat penanaman biopori masih dilakukan secara bergantian dan kondisi lahan untuk penanaman biopori yang dekat dengan sumber mata air sehingga lokasi penanaman biopori kurang tepat.

SolusiPada saat melakukan penanaman lubang resapan (biopori) ketersediaan alat seperti hand bor harus memadai dan sebelum melakukan penanaman alat resapan biopori dilakukan pengujian lahan terlebih dahulu sehingga tidak mengalami kesalahan dalam pemilihan lokasi.3. Partisipasi dalam Program HBSa. Penerapan konsep 3R

3R sampai sekarang masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya. Penerapan sistem 3R menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik.Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya, reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah dan recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.

Contoh kegiatan reuse sehari-hari: Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.

Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali sebagai pot tanaman.

Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.

Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.

Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.

Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

Contoh kegiatan reduce sehari-hari: Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.

Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.

Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali).

Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.

Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.

Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.

Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.

Contoh kegiatan recycle sehari-hari: Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.

Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.

Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.

Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.

Penerapan konsep 3R kepada warga setempat dilakukan dengan penjelasan mengenai tata cara pembuatan beberapa sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan kembali seperti botol air mineral menjadi pot tanaman, tabungan babi dan kaleng susu menjadi tempat pensil, sehingga dapat dibuat secara mandiri oleh masyarakat.Penerapan konsep 3R tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2015 dikawasan RT 18 dengan pelaksanaan di pekarangan posyandu RT 18. Sebagian masyarakat cukup tertarik dan aktif dalam sesi pertanyaan. Pada kegiatan ini diperoleh orang. Pelaksanaan selanjutnya pada tanggal 31 Mei 2015 dikawasan RT 17 pelaksanaan bertempat di halaman rumah warga RT 17. Masyarakat juga tertarik dan cukup aktif. Pada kegiatan penerapan konsep 3R dilengkapi dengan pembagian kuisioner sebelum dan sesudah kegiatan kepada warga dan penampilan kerajinan barang bekas yang telah dibuat secara langsung.

Gambar 3.16 Pemanfaatan Barang Bekas Menjadi Kerajinan

Gambar 3.17 Pemanfaatan Botol dan Kayu Bekas Menjadi Rak Tanaman

Gambar 3.18 Pemasangan Pot Tanaman Gantung di Posyandu RT. 18

Gambar 3.19 Hasil Kerajinan dari Pemanfaatan Barang Bekas

Gambar 3.20 Hasil Pemanfaatan Botol dan Kayu Bekas Menjadi Rak Tanamanb. Membentuk kawasan nol sampahPada program HBS membentuk kawasan nol sampah kami ikut berpartisipasi dalam membantu masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan dengan membentuk kawasan nol sampah pada lingkungan tempat tinggal masyarakat RT. 17 dan RT. 18 yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan gotong royong rutin setiap bersama warga setempat.c. Pemanfaatan pekarangan rumah

Program ini tidak berjalan dikarenakan proposal untuk permintaan bibit belum ada tanggapan dari sekarang dari pihak BLH.

d. Penghijauan Lingkungan dengan Penanaman TOGAPelaksanaan Kebun TOGA dimulai dengan penetapan lahan yang akan dijadikan kebun, kemudian pembersihan lahan oleh bapak-bapak RT 17 dan RT 18 sehingga didapat lahan yang siap ditanami dengan berbagai tanaman obat pada tanggal 3 Mei 2015. Setelah itu tanaman-tanaman obat yang akan ditanam disiapkan bibit atau induknya dan kemudian ditanam dan diberi pupuk, tanaman yang telah ditanam dikontrol setiap hari sehingga perkembangannya teramati pada tanggal 31 Mei 2015. Kebun TOGA dirawat dan dibersihkan setiap hari sehingga selain sebagai Kebun Obat, kebun ini juga bisa sebagai kebun hias. Objek kegiatan ini adalah ibu-ibu PKK di RT 17, alasan mengapa objek yang dipilih adalah ibu-ibu PKK karena pada dasarnya ibu-ibu inilah yang akan mengurus TOGA di RT 17 dan kebanyakan ibu-ibu lah yang mengerti pengolahan tanaman obat sehingga dapat digunakan sebagai obat alami. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah terbentuknya kebun TOGA yang berlokasi di depan posko KKN.

Gambar 3.21 Pembersihan Lingkungan Bersama Warga RT. 17

Gambar 3.23 Penanaman Tanaman Hias di Pekarangan

Gambar 3.24 Pembersihan Lahan Tempat Penanaman TOGA

Gambar 3.25 Penanaman TOGA Bersama Warga

Hambatan

Kurangnya perlengkapan kebersihan sehingga pada saat melakukan kegiatan HBS sepetrti gotong royong alat yang digunakan masih bergantian dan menyebabkan pekerjaan tidak efektif. Untuk perbaikan drainase kurangnya tenaga dan dana yang diperlukan untuk melakukan perbaikan seperti tenaga dan dana untuk melakukan pencoran parit sehingga pada kegiatan perbaikan drainase hanya membersihkan sampah-sampah yang tersumbat di drainase. Untuk program kerja pengolahan sampah menggunakan prinsip 3R hambatan yang dilalui yaitu kurangnya keahlian dan kreatifitas untuk mengubah barang bekas menjadi barang yang lebih berkualitas sehingga barang atau kerajinan yang dihasilkan kurang bervariasi.Solusi

Pada saat melakukan kegiatan HBS seperti gotong royong kelengkapan alat harus memadai sehingga kegiatan gotong royong tidak memakan waktu lama. Untuk perbaikan drainase diperlukan keaktifan dari setiap warga untuk lebih memperhatikan kondisi drainase di wilayah meraka agar kebersihan saluran air tetap terjaga dan tidak meyebabkan air menjadi tersumbat. Untuk program kerja pengolahan sampah dengan menggunakan prinsip 3R dibutuhkan pelatihan yang mendasar untuk dapat mengubah barang-barang bekas menjadi barang yang memiliki nilai seni dan nilai ekonomis.

3.2 Pembahasan3.2.1 Hasil Kuisioner

1. Pembuatan Teknologi Sederhana Alat FiltrasiNilai dari keberhasilan sosialisasi teknologi pembuatan filtrasi ini dapat dilihat dari hasil kuisioner yang warga RT. 18 Kelurahan Lempake pada tabel dibawah ini.Tabel 3.1 Hasil Kuisioner Sosialisasi Teknologi Sederhana Alat Filtrasi RT 18

NoNama RespondenNilai SebelumNilai SesudahSelisih

1Tumiran187

2Mama Arief396

3Suratmin583

4Sri385

5Tarno198

6Usman990

7Juri3107

8Slamet01010

9Asaad990

10Mama Rina1109

11Mama Nisa6104

12Rahmawati1109

13Riady2108

14Dwi1109

15Nurhayati3107

16Mama Rian4106

17Maryono4106

18Mama Bintang275

19Narso396

20Lisa484

21Amir671

22Nurbaiyan495

23Didik385

24Edi3107

25Andi187

26Mama Nurul495

27Wardi2108

28Eko374

29Heri286

30Mama Adit165

31Mama Fitri385

32Nofika385

33Sunarti286

34Latif495

Rata-Rata396

Gambar 3.1 Grafik Hasil Kuisioner Sosialisasi Teknologi Sederhana Alat Filtrasi RT 18

Nilai dari keberhasilan sosialisasi teknologi pembuatan filtrasi ini dapat dilihat dari hasil kuisioner yang kami bagikan kepada warga RT. 17 Kelurahan Lempake pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Hasil Kuisioner Sosialisasi Teknologi Sederhana Alat Filtrasi RT 17

NoNama RespondenNilai SebelumNilai SesudahSelisih

1M. Al Amin9101

2Sutarno891

3Khairul Fahmi8102

4Aladin Abdul S7103

5Mulyana7103

6Utami8102

7Ernawati7103

8Alfiatun5105

9Siti Romani5105

10Fatlina6104

11Sriyati7103

12Jemi4106

13Puji Yanti7103

14Rasimah891

15Sri Wahyuni01010

16Kamsiat3107

17Linda8102

18Kustiyah7103

19Arbayah594

20Imbo Narimah2108

21Farokah Umiatun3107

22H. Mulyati4106

23Andi Yusuf2108

24Ayu Permana2108

25Junaidi3107

26Rusnani5105

27Kunarto01010

28Pujianto1109

Rata-Rata5105

Gambar 3.2 Grafik Hasil Kuisioner Sosialisasi Teknologi Sederhana Alat Filtrasi RT 17

Kami membagikan kuisioner sebelum dan sesudah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari warga yang menghadiri sosialisasi tentang alat sederhana filtrasi. Dari grafik tersebut dapat dilihat tingkat keberhasilan sosialisasi pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi dari setiap warga yang menghadari sosialisasi tersebut. Sosialisasi pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi dan penerapan filtrasi diikuti sebanyak 34 orang. Dari hasil kuisioner sebelum didapat satu orang yang mendapatkan nilai 0 dan setelah mengikuti sosialisasi filtrasi hasil dari kuisioner sesudah mendapatkan nilai yaitu 10. Dari nilai tersebut didapat tingkat keberhasilan dari kuisioner sosialisasi alat filtrasi mendapatkan pencapaian yang sukses. Kategori sukses ini dilihat dari pengetahuan warga yang sebelumnya tidak tahu mengenai alat filtrasi setelah kami memberikan sosialisasi warga tersebut telah mengerti dan memahami fungsi dari alat sederhana filtrasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air ditempat tinggal warga. Terdapat juga 7 orang yang memiliki nilai 1 kuisioner sebelum dan setelah mengikuti sosialisasi filtrasi hasil yang diperoleh menunjukkan kenaikan dapat dilihat pada grafik diatas.

Kami juga melakukan kuisioner sebelum dan sesudah untuk RT.17 untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari sosialisasi program kerja kami yaitu teknologi sederhana alat filtrasi. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa warga RT.17 juga memiliki pengetahuan yang cukup mengenai filtrasi. dapat dilihat dari kuisioner sebelum yaitu satu orang yang mendapatkan nilai 9, lima orang mendapatkan nilai kuisioner 8, lima orang mendapatkan nilai kuisioner 7. Dari hasil kuisioner sebelum sosialisasi alat filtrasi bebrapa warga di RT.17 sudah tahu dan paham sedangkan nilai untuk kuisioner sesudah mendapatkan nilai 9 dan 10. Dari sosialisasi yang telah kami lakukan warga lebih memahami mengenail alat filtrasi dapat dilhat dari selisih hasil nilai kuisioner sebelum dan sesudah. Terdapat juga hasil kuisioner sebelum melakukan sosialisasi yaitu dua orang mendapatkan nilai 0, satu orang mendapatkan nilai 1, tiga orang mendapatkan 3, dua orang mendapatkan nilai 4, dan empat orang mendapatkan nilai 5. Dari hasil kuisioner sebelum kami menyimpulkan bahwa warga belum tahu dan mengerti tentang alat filtrasi setelah kami melakukan sosialisasi hasil kuisioner mendapatkan nilai yang tinggi yaitu 9 dan 10. Sosialisasi kami mendapatkan respon yang baik dari warga dan dapat menambah pengetahuan warga mengenai teknologi sederhana alat filtrasi.Dari hasil kuisioner dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan warga tentang teknologi sederhana filtrasi pada awalnya sangat minim. dapat dilihat pada kenaikan pada grafik sesudah. kurangnya wawasan warga mengenai teknologi termasuk teknologi sederhana yaitu alat penjernih air atau filtrasi. Hal ini dapat dikarenakan warga yang menghadiri sosialissi mayoritas berusia diatas 30 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga dan petani sehingga wawasan tentang pengetahuan teknologi sederhana alat filtrasi masih kurang.

2. Pembuatan Lubang Resapan (Biopori)

Nilai dari keberhasilan sosialisasi teknologi sederhana lubang reasapan biopori ini dapat dilihat dari hasil kuisioner warga RT.18 dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 3.3 Hasil Kuisioner Sosialisasi Teknologi Sederhana Lubang Resapan (Biopori) RT 18NoNama RespondenNilai SebelumNilai SesudahSelisih

1Solikin9101

2Yaminte187

3Lek Rom1109

4Tarno297

5Agus2108

6Juwati077

7Haryono088

8Mulyono088

9Juri088

10Sri Waluyo099

11Usman088

12Wardi099

13Slamet990

14Mama Nisa10100

15Suratmin099

16Asaad5105

Rata-Rata296

Gambar 3.3 Grafik Hasil Kuisioner Sosialisasi Teknologi Sederhana Lubang Resapan (Biopori) RT 18Kegiatan sosialisasi teknologi sederhana lubang reasapan biopori juga kami lakukan di RT.17. lokasi kegiatan bertempat di halaman rumah Hj. Mulyati 31 Mei 2015 Pukul 09.00 WITA dan dihadiri sebanyak 28 warga. Hasil dari kuisioner dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3.4 Hasil Kuisioner Sosialisasi Teknologi Sederhana Lubang Resapan (Biopori) RT 17

NoNama RespondenNilai SebelumNilai SesudahSelisih

1M. Al Amin10100

2Sutarno396

3Khairul Fahmi198

4Aladin Abdul S077

5Mulyana275

6Utami495

7Ernawati891

8Alfiatun990

9Siti Romani572

10Fatlina385

11Sriyati099

12Jemi088

13Puji Yanti286

14Rasimah187

15Sri Wahyuni594

16Kamsiat583

17Linda781

18Kustiyah583

19Arbayah4106

20Imbo Narimah5105

21Farokah Umiatun385

22H. Mulyati594

23Andi Yusuf10100

24Ayu Permana792

25Junaidi9101

26Rusnani2108

27Kunarto396

28Pujianto891

Rata-Rata594

Gambar 3.4 Grafik Hasil Kuisioner Sosialisasi Teknologi Sederhana Lubang Resapan (Biopori) RT 17

Hasil dari kegiatan dari program kerja sosialisasi teknologi sederhana alat resapan biopori kami menggunakan kuisioner untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan warga tentang alat resapan biopori. Untuk penilaian kami melakukan dua kali kuisioner yaitu kuisioner pertama untuk sebelum diadakan sosialisaasi. Hal ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan warga tersebut dan kuisioner kedua untuk kuisioner sesudah mengikuti sosialisasi. Nilai point yang kami berikan yaitu 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Berikut pembahasan hasil penilaian kuisioner sebelum dan sesudah.

Kegiatan sosialisasi biopori pertama kali dilakukan diRT.18 dan dihadiri 16 warga. Hasil dari kuisioner sebelum terdapat delapan orang yang memiliki nilai kuisioner 0, dua orang mendapatkan nilai 1, dua orang mendaapatkan nilai 2, dan 1 orang mendapatkan nilai 5. Dari hasil kuisioner sebelum ini kami menyimpulkan bahwa kebanyakan warga masih belum tahu tentang alat resapan biopori, bahkan delapan orang mendapatkan nilai 0 sehingga dapat disimpulkan warga yang memperoleh nilai 0 tersebut sama sekali tidak mengetahui tentang fungsi dan manfaat biopori tersebut. Hasil dari kuisioner sesudah kami melakukan sosialisasi kami mendapatkan nilai dari kuisioner mengalami kenaikan.

Dapat diihat pada tabel dan grafik untuk RT.18 untuk delapan orang yang mendapatkan nilai 0 setelah kami melakukan sosialisasi penilaian mengalami kenaikan yaitu mendapatkan nilai 7,8, dan 9. Dari hasil kuisioner sebelum dan sesudah kami melakukan sosialisasi warga mengalami kenaikan nilai. Sehingga kami menyimpulkan bahwa sosialisasi yang kami lakukan telah berhasil. Yaitu telah menambah pengetahuan warga RT.18 dari tidak tahu menjadi tahu. Dan sosialisasi yang kami lakukan dapat langsung diterapkan dilingkungan RT.18 sehingga warga dapat langsung melihat dan ikut melakukan penanaman biopori. Kegiatan penerapan biopori langsung dilokasi bertujuan agar warga tidak sekedar tahu tentang fungsi biopori namun juga dapat lagsung mengerti proses penanaman biopori tersebut sehingga akan lebih menambah pengetahuan warga mengenai alat resapan biopori tersebut.

Kami juga melakukan kuisioner untuk RT.17 pada tanggal 31 Mei 2015 pukul 09.00 WITA, bertempat di halaman rumah ibu Hj. Mulyati selaku ibu pemiliki posko tempat kami beristrahat. Dan dihadirin sebanyak 28 warga. Hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan RT.18. hterdapat tiga orang yang mendapatkan nilai 0, dua orang yang mendapatkan nilai 1, tiga orang yang mendapatkan nilai 3, dua orang yang mendapatkan nilai 4, dan enam orang yang mendapatkan nilai 5. 16 orang mendapatkan nilai 5 kami menyimpulkan bahwa warga RT.17 memiliki pengetahuan yang kurang tentang biopori. Namun di RT.17 kami menjumpai dua orang yang mendapatkan nilai 10, dua orang yang mendapatkan nilai 9, dua orang mendapatkan nilai 8, dan dua orang mendaptkan nilai 7. Kami menyimpulkan terdapat beberapa warga yang sudah tahu dengan alat resapan biopori namun belum mengerti tentang manfaat dan cara penempatan biopori dapat dilihat dari jawaban yang dijawab dikuisioner. Setelah kami melakukan sosialisasi dan penerapan langsung kami mendapatkan kenaikan nilai dari hasil kuisioner sesudah yaitu rata-rata 7.

Sehingga kami menyimpulkan kegiatan sosialisasi teknologi sederhana alat resapan biopori yang dilakukan di RT.17 dan RT. 18 dapat memberikan manfaat untuk kedua RT tersebut. Untuk penerapan biopori kami lebih mensarankan warga untuk mempergunakan biopori dengan fungsi lain yaitu sebagai tempat pembuatan kompos. Hal ini dikarenakan lokasi tempat kami melakukan KKN tidak termasuk kawasan banjir namun kami melihat dari mayoritas pekerjaan di RT.17 dan RT.18 adalah petani sehingga kebutuhan untuk memperoleh pupuk untuk dapat dipergunakan di pertanian mereka sangat penting. Selain itu kami lebih mensarankan untuk pembuatan kompos karena di RT.18 mengikuti kegiatan program HBS (Hijau, Bersih dan Sehat) dan di RT.18 memiliki program kerja untuk membuat tempat pembuatan kompos yang terbuat dari batako sehingga kami memiliki harapan dengan diadakan sosialisasi teknologi sederhana alat resapan biopori dapat diaplikasikan di lingkungan sekitar kedua RT.

3. Penerapan Konsep 3R

Kegiatan sosialisasi konsep 3R kami lakukan di RT.18. lokasi kegiatan bertempat di halaman rumah Posyandu Suplier RT.18, Pukul 09.00 WITA dan dihadiri sebanyak 16 warga. Hasil dari kuisioner dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 3.5 Hasil Kuisioner Sosialisasi Penerapan Konsep 3R RT 18NoNama RespondenNilai SebelumNilai SesudahSelisih

1Solikin187

2Yaminte6104

3Lek Rom5105

4Tarno1109

5Agus990

6Juwati4106

7Haryono7103

8Mulyono286

9Juri5105

10Sri Waluyo2108

11Usman2108

12Wardi7103

13Slamet594

14Mama Nisa5105

15Suratmin396

16Asaad693

Rata-Rata4105

Gambar 3.5 Grafik Hasil Kuisioner Sosialisasi Penerapan Konsep 3R RT 18Kegiatan sosialisasi konsep 3R kami lakukan di RT.17. lokasi kegiatan bertempat di halaman rumah Ibu Hj. Mulyati selaku ibu pemilik posko tempat kami melakukan KKN diRT. 17. Pukul 09.00 WITA dan dihadiri sebanyak 28 warga. Hasil dari kuisioner dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 3.6 Hasil Kuisioner Sosialisasi Penerapan Konsep 3R RT 18NoNamaRespondenNilaiSebelumNilaiSesudahSelisih

1M. Al Amin682

2Sutarno077

3KhairulFahmi187

4Aladin Abdul S044

5Mulyana275

6Utami275

7Ernawati484

8Alfiatun385

9Siti Romani286

10Fatuna077

11Sriyati066

12Jemi187

13PujiYanti693

14Rasimah077

15Sri Wahyuni2108

16Kamsiat088

17Linda385

18Kustiyah066

19Arbayah385

20ImboNarimah066

21FarokahUmiatun3107

22H. Mulyati088

23Andi Yusuf4106

24AyuPermana385

25Junaidi286

26Rusnani066

27Kunarto088

28Pujianto088

Rata-Rata286

Gambar 3.6 Grafik Hasil Kuisioner Sosialisasi Penerapan Konsep 3R RT 17

Kami juga melakukan sosialisasi tentang konsep 3R di RT. 17 dan di RT.18 sosialisasi ini kami lakukan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah organik ataupun anorganik. Jika kita melihat bahwa pengolahan samapah atau daur ulang merupakan sesuatu yang umum. Namun hasil kuisioner yang kami peroleh menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah dengan prinsip 3R. Dapat dilihat melalui hasil kuisioner sebelum melakukan sosialisasi point yang diperoleh untuk RT.17 dengan warga yang datang yaitu 28 orang rata-rata nilai yang diperoleh yaitu 5 dapat dilihat pada tabel dan grafik diatas.. sehingga kami menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang pengolahan sampah dengan kosep 3R masih sangat kurang. Namun setelah kami memberikan penjelasan tentang pengolahan sampah dengan prinsip 3R. kami melakukan kembali kuisioner ulang untuk sesudah melakukan sosialisasi. Hasil yang diperoleh kami mendapatkan peningkatan nilai dapat dilihat pada tabel kuisioner sebelum-sesudah dan grafik diatas. Peningkatan nilai yang kami dapatkan setelah sosialisasi sehingga penjelasan kami mengenai pengolahan sampah dengan prinsip 3R dapat dikategorikan berhasil. Sosialisasi ini kami kategorikan berhasil karena nilai yang diperoleh warga pada saat sebelum kami melakukan sosialisasi nilai yang diperoleh sangat rendah dan kami mendapatkan peningkatan nilai pada saat setelah kami melakukan sosialisasi. Sehingga sasaran kami memberikan penjelasan sosialisasi kepada warga yang tepat.

Untuk RT. 18 kami juga melakukan sosialisasi yang dihadiri oleh 16 warga dan kami juga melakukan kuisioner sebelum dan sesudah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah dengan menggunakan prinsip 3R. Untuk nilai kuisioner sebelum yang diperoleh di RT. 18 point yang didapakan tidak terlalu buruk terdapat dua orang yang mendapatkan point 8 dan 9,dua orang mendapatkan point 7, dan dua orang mendapatkan point 6. Setelah kami melakukan sosialisasi kami melakukan kembali kuisioner ulang dan hasil yang diperoleh kami mendapatkankan peningkatan nilai yang baik. Kami meyimpulkan bahwa untuk warga RT. 18 yang menghadiri sosialisasi kami memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengolahan sampah menggunakan prinsip 3R setelah kami mengadakan sosialisasi warga menjadi tahu dan paham mengenai prinsip 3R kami juga melakukan penerapan langsung dilokasi yaitu kami memberikan contoh 3R yang telah didaur ulang dan kami langsung memberikan penjelasan serta kegunaan dari barang bekas yang sudah didaur ulang.3.2.2 Penerapan1. Pembuatan Teknologi Sederhana Alat FiltrasiPembuatan teknologi saderhana alat filtrasi kami lakukan di RT.17 dan RT.18. Kami melakukan sosialisasi dan mempraktekkannya langsung dengan menggunakan pengujian air yang berada dilokasi yaitu air sumur bor, parit, dan air PDAM. Untuk sosialisasi di RT.17 bertempat di halaman rumah ibu Hj. Mulyati selaku ibu pemilik rumah yang kami jadikan posko KKN kami dan untuuk sosialisasi di RT.18 bertempat di rumah Bpk Asaad selaku ketua RT.18. Alat filtrasi ini kami hibahkan untuk kedua RT agar dapat di aplikasikan di lingkungan warga.2. Penataan LingkunganProgram penataan lingkungan merupakan program kerja yang kami laksnakan untuk mengajak masyarakat lenih peduli dengan kebersihan lingkungan. Salah satu kegiatan yang kami lakukan adalah permbersihan dranase dan pemberian tempat sampah. Pembersihan drainase merupakan kegiatan yang membutuhkan partisipasi warga agar program ini dapat terlakasana. Untuk pemberian tempat sampah kami memberikan masing-masing dua tempat sampah yaitu untuk sampah organik dan sampah anorganik untuk RT.17 dan RT.18 pemberian tempat sampah ini merupakan wujud dari penataan lingkungan agar warga dapat lebih menjaga kebersihan. Tempat sampat yang kami berikan dapat diletakkan di tempat-tempat umum seperti Musholla dan Posyandu.

Sebagai wujud dari program penataan lingkungan kami juga melakukan sosialisasi alat resapan biopori dan melakukan penerapan langung di lingkungan warga. Lokasi untuk penanaman biopori di RT.17 adalah lahan yang dijadikan untuk penanaman TOGA dan untuk penanaman biopori di RT.18 lahan yang berada di Posyandu Suplier.Selain fungsi dari biopori untuk resapan air kami melakukan penanaman alat biopori untuk pembuatan kompos. Bahan yang digunakan adalah sampah kebun seperti dedaunan dan ranting. Waktu pengomposan sekitar 2-3 minggu dan hasil pencapaian sebagai berikut:

3. Partisipasi dalam Program HBS (Hijau, Bersih, Sehat)Program HBS merupakan lomba kebersihan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah yang berlangsung pada bulan April hingga bulan Mei. Kelurahan Lempake merupakan tempat dimana kami Mahasiswa KKN Tematik melakukan KKN dan lokasi untuk RT yang diberikan kepada kami untuk melakukan pengabdian mayarakat yaitu RT.17 dan RT.18 Kelurahan Lempake. Untuk program HBS yang dilaksanakan pada RT.17 dan RT.18 kami ikut berpartisipasi dalam lomba HBS tersebut. Salah satu partisipasi yang kami lakukan adalah melakukan gotong royong untuk pembersihan lahan yang akan digunakan untuk penanaman TOGA. Pembersihan lahan yang akan digunakan untuk penanaman TOGA kami lakukan di RT.17 dan warrga RT.17 ikut dalam pembersihan lahan tersebut.Pemanfaatan kembali barang bekas dengan menggunakan prinsip 3R kami melakukan sosialisasi tentang fungsi dan manfaat dari pengolahan sampah mennggunkan prinsip 3R. Kami mengajak warga untuk dapat memanfaatkan barang bekas untuk dapat digunakan kembali. Untuk warga dapat lebih mengerti, kami membuat langsung contoh menggunakan botol bekas untuk dapat dipergunakan kembali. Kami membuat mainan anak-anak dan kami juga membuat pot menggunakan botol bekas. Botol bekas yang sudah kami daur ulang ini kami hibahkan ke warga RT.17 dan RT.18 untuk dapat digunakan di lingkungan sekitar. Lokasi penerapan 3R yang kami lakukan untuk RT.17 diletakkan di Mushola dan dan untuk RT.18 kami letakkan di Posyandu Suplier.

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang kami lakukan di Kelurahan Lempake khususnya di wilayah RT. 17 dan RT. 18 berlangsung sejak tanggal 19 April s/d 31 Mei 2015. Berdasarkan hasil observasi lapangan maka kami menentukan terdapat 3 program kerja pada kegiatan KKN ini, yaitu: pembuatan teknologi sederhana alat filtrasi, penataan lingkungan (pembersihan drainase, pemberian TPS dan pembuatan lubang resapan biopori) serta turut berpartisipasi pada program HBS (hijau, bersih, sehat) yang dicanangkan oleh Kepala Kelurahan Lempake. Selama pelaksanaannya kami banyak menemui kendala-kendala baik dari faktor internal (kurangnya persiapan kegiatan) maupun faktor eksternal (kondisi alam dan persepsi masyarakat). Namun kami dapat menyelesaikannya melalui kelompok KKN sendiri maupun yang dilakukan atas kerja sama dengan berbagai pihak yang mendukung selama kegiatan berlangsung.4.2 Saran1. Perlunya koordinasi dan kerjasama yang baik dari instansi-instansi terkait untuk memberi penyuluhan, arahan, dan pembinaan secara intensif dan berkesinambungan pada masyarakat agar sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, hal ini juga menyangkut penggunaan teknologi tepat guna dalam pengolahannya.

2. Perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah daerah demi kemajuan Kelurahan Lempake. Perhatian ini bisa dalam bentuk bantuan material untuk membangun Kelurahan Lempake khususnya terkait pembangunan saluran drainase.Gambar 3.1 Design Filtrasi dan Komponen Media Penyaringan

Pasir Silica 15 cm

Karbon Aktif 10 cm

Pasir Silica 10 cm

Zeolit 5 cm

Kerikil 5 cm

Pipa Kran