edisi 3 nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21,...

16
“Saya melihat sendiri anak-anak kita yang biasanya takut menjawab pertanyaan orang dewasa, justru saat ini mereka percaya diri dan mampu mempresentasikan dengan baik hasil belajarnya. Ini lompatan besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Tanjung Jabung Timur," tukas Wabup Tanjabtim, Bapak Robby Nahliansyah. Pada acara tersebut, Wabup bersama CEO Global Tanoto Foundation, Bapak Satrijo Tanudjojo, juga meresmikan diseminasi Program PINTAR dengan APBD Tanjabtim. Berita lainnya di Hal 4. Tanjabtim, Jambi - Pasca mendapat pelatihan dan pendampingan dari Program PINTAR Tanoto Foundation, sekolah dan madrasah mitra menggelar showcase atau unjuk karya praktik baik. Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) menjadi kabupaten mitra pertama yang melaksanakan showcase (2/5/2019). Unjuk Karya dan Peresmian Diseminasi Program PINTAR Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan www.pintar.tanotofoundation.org Jakarta - Program PINTAR Tanoto Foundation telah menerbitkan Buku Praktik Baik Pembelajaran HOTS (higher order thinking skill/keterampilan berpikir tingkat tinggi), Kepemimpinan Sekolah, dan Perkuliahan Calon Guru. Buku ini merupakan kumpulan tulisan pengalaman para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dosen LPTK mitra setelah menerapkan hasil pelatihan dan pendampingan Program PINTAR. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud, Bapak Hamid Muhammad, menyampaikan apresiasinya setelah membaca buku ini. "Saya suka buku praktik baik ini. Bagus, ada butir-butir penting dari praktik baik yang dilakukan sehingga mudah ditangkap idenya oleh pembaca," kata Pak Hamid di ruang kerjanya, saat tim Tanoto Foundation menyampaikan laporan Program PINTAR (8/4/2019). Buku praktik baik ini bisa diunduh melalui link berikut: .* http://bit.ly/2WbmAe9 Buku Praktik Baik Pembelajaran HOTS NASIONAL Edisi III/Januari - Juni 2019 ISSN: 2622-0539 NEWSLETTER PINTAR Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran CEO Global Tanoto Foundation, Bapak Satrijo Tanudjojo (kanan) dan Wakil Bupati Tanjabtim, Bapak Robby Nahliansyah (kedua dari kanan), menyimak penjelasan dua siswa kelas IV SDN 52/X Rano, Muara Sabak tentang perubahan wujud benda. Keduanya menunjukkan hasil pembelajaran di sekolahnya setelah para gurunya dilatih oleh Tanoto Foundation melalui Program PINTAR.

Upload: others

Post on 14-Aug-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

“Saya melihat sendiri anak-anak kita yang biasanya takut menjawab pertanyaan orang dewasa, justru saat ini mereka percaya diri dan mampu mempresentasikan dengan baik hasil belajarnya. Ini lompatan besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Tanjung Jabung Timur," tukas Wabup Tanjabtim, Bapak Robby Nahliansyah. Pada acara tersebut, Wabup bersama CEO Global Tanoto Foundation, Bapak Satrijo Tanudjojo, juga meresmikan diseminasi Program PINTAR dengan APBD Tanjabtim. Berita lainnya di Hal 4.

Tanjabtim, Jambi - Pasca mendapat pelatihan dan pendampingan dari Program PINTAR Tanoto Foundation, sekolah dan madrasah mitra menggelar showcase atau unjuk karya praktik baik. Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) menjadi kabupaten mitra pertama yang melaksanakan showcase (2/5/2019).

Unjuk Karya dan Peresmian Diseminasi Program PINTAR

Forum Peningkatan Kualitas Pendidikanwww.pintar.tanotofoundation.org

Jakarta - Program PINTAR Tanoto Foundation telah menerbitkan Buku Praktik Baik Pembelajaran HOTS (higher order thinking skill/keterampilan berpikir tingkat tinggi), Kepemimpinan Sekolah, dan Perkuliahan Calon Guru.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan pengalaman para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dosen LPTK mitra setelah menerapkan hasil pelatihan dan pendampingan Program PINTAR. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,

Kemdikbud, Bapak Hamid Muhammad, menyampaikan apresiasinya setelah membaca buku ini.

"Saya suka buku praktik baik ini. Bagus, ada butir-butir penting dari praktik baik yang dilakukan sehingga mudah ditangkap idenya oleh pembaca," kata Pak Hamid di ruang kerjanya, saat tim Tanoto Foundation menyampaikan laporan Program PINTAR (8/4/2019). Buku praktik baik ini bisa diunduh melalui link berikut: .* http://bit.ly/2WbmAe9

Buku Praktik Baik Pembelajaran HOTS

NASIONAL

Edisi III/Januari - Juni 2019

ISSN: 2622-0539

NEWSLETTERPINTARPengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

CEO Global Tanoto Foundation, Bapak Satrijo Tanudjojo (kanan) dan Wakil Bupati Tanjabtim, Bapak Robby Nahliansyah (kedua dari kanan), menyimak penjelasan dua siswa kelas IV SDN 52/X Rano, Muara Sabak tentang perubahan wujud benda. Keduanya menunjukkan hasil pembelajaran di sekolahnya setelah para gurunya dilatih oleh Tanoto Foundation melalui Program PINTAR.

Page 2: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Jakarta – Saat ini pemerataan mutu pembelajaran menjadi fokus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Mutu yang ditagih adalah peningkatan pada kompetensi siswa, pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif.

Menurut Bapak Hamid Muhammad, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, dalam setahun ini Tanoto Foundation melalui Program PINTAR bekerja sama dengan Kemdikbud telah melatih para guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca. Perubahan sudah terjadi. Para guru memfasilitasi siswa belajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Siswa juga dilatih mengembangkan keteram-pilan abad 21 dan peningkatan minat membaca. Masyarakat juga terlibat aktif dalam meningkatkan kualitas sekolah.

Masih menurut Pak Hamid, mutu siswa ditentukan pembelajaran yang bermutu, maka yang harus dikontrol dan diawasi adalah guru. Maju tidaknya manajemen sekolah bergantung pada kepala sekolah. Program PINTAR ini memastikan guru

Pada acara ini, ada 4 narasumber dari unsur guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan yang berbagi pengalaman praktik baiknya.*

dan kepala sekolah menjalankan perannya dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. “Untuk itu saya mendorong program ini perlu didiseminasikan dalam rangka pemerataan mutu pendidikan. Kemdikbud, Pemerintah Daerah, dan Tanoto Foundation perlu bersinergi untuk mewujudkannya,” kata Pak Hamid pada acara Sharing Best Practice Program PINTAR yang dihadiri sekitar 20 pejabat Kemdikbud, di Jakarta (28/5/2019).

Kemdikbud Dorong Diseminasi Program PINTAR

Semua guru konsisten menerapkan pembelajaran aktif, siswa difasilitasi

belajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan ada kegiatan membaca buku bacaan setiap hari.

Jakarta - Ibu Murniati Nasution, M.Pd Kepala SDN 122375 Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada acara Sharing Best Practice di Kemdikbud memaparkan pengalaman dia memimpin perubahan pembelajaran di sekolah.

“Saya dulu sering ikut pelatihan namun sering tidak ada implementasinya. Pelatihan Tanoto Foundation sangat berbeda. Sejak awal pelatihan kami sudah langsung berpraktik. Kami juga didampingi agar dapat menerapkan dalam pembelajaran. Hal itu membuat saya bersama para guru berkomitmen menerapkan hasil pelatihan,” kata Bu Murniati.

Untuk memastikan guru juga berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif di kelas, Murniati rutin melakukan pendampingan pembelajaran melalui kegiatan supervisi. ”Sebelum supervisi, saya mendampingi guru dalam menyiapkan perangkat dan media pembelajaran. Di dalam pembelajaran, saya ikut mendampingi proses pembelajaran. Pasca supervisi saya juga mengajak guru berdiskusi hasil pembelajaran, apa yang sudah berhasil dan apa yang perlu diperbaiki ke depan. Dampaknya, para guru selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran,” paparnya.

Setelah perubahan terjadi di semua kelas, kepala sekolah mulai mengundang orang tua siswa untuk melihat pembelajaran di kelas. “Hasil karya siswa kami pajangkan dan orangtua diundang untuk melihatnya. Ternyata orangtua sangat terkesan dengan hasil belajar anak-anaknya. Jadi bukan hanya angka-angka saja yang dilaporkan tetapi hasil riil pembelaran siswa di kelas, bisa diketahui orang tua siswa,” kata Bu Murniati lagi. Atas keberhasilannya tersebut, membuat Ibu Murniati dianugerahi Pemerintah Kota Pematang Siantar sebagai kepala sekolah terbaik 2019.*

Kepemimpinan Kepala Sekolah Penentu Perubahan

LIPUTAN UTAMA

“Saya dilatih Tanoto Foundation membuat lembar kerja (LK) yang berisi penugasan atau pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Melalui LK itu, siswa didorong untuk membangun gagasannya sendiri, berpikir kreatif, dan berpikir alternatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran,” tukasnya.

Jakarta - Ibu Mardiyati, guru matematika SMPN 4 Sungai Apit Siak, Riau ikut berbagi pengalamannya pada acara Sharing Best Practice di Kemdikbud. Dia menyampaikan pembelajaran yang memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/higher order thinking skill).

LK tersebut diterapkan dalam pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR atau mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi. Melalui MIKiR, siswa difasili-tasi untuk melakukan kegiatan atau

“Saat saya mengajar tentang peyelesaian masalah yang terkait dengan perbandingan senilai atau skala, saya tidak langsung memberikan konsep perbandingan senilai. Tetapi, saya meminta siswa melakukan praktik mengukur jarak di peta, melihat skala yang digunakan dalam peta, dan

mengamati saat pembelajaran berlang-sung. Mereka dibentuk dalam kelompok kecil untuk lebih banyak berinteraksi, berdiskusi, atau bekerja sama. Hasil karya, gagasan, atau pikiran siswa juga difasilitasi untuk dikomunikasikan atau dipresentasikan. Terakhir, melakukan kegiatan refleksi pembelajaran untuk melihat kembali pengalaman belajar dan mengambil pelajaran agar lebih baik lagi.

Dengan menerapkan pembelajaran aktif tersebut, pada saat yang sama siswa dilatih memiliki keterampilan abad 21 . “Siswa menjadi biasa berpikir kritis, biasa memecahkan masalah secara kreatif, bekerja sama, dan mengomunikasikan hasil karyanya,” tukasnya.*

menentukan ukuran sebenarnya jarak pada peta. Dari situlah siswa bisa menemukan konsep perbandingan senilai,” kata Bu Mardiyati.

“Setelah siswa memahami konsep, maka pemberian tugasnya lebih menantang untuk siswa lagi. Misalnya siswa ditugaskan membuat denah sekolah dengan menerapkan konsep perbandingan senilai,” katanya lagi.

Pembelajaran HOTS Latih Siswa Keterampilan Abad 21

LIPUTAN UTAMA

Bapak Hamid Muhammad (tengah) mendorong diseminasi pelaksanaan Program PINTAR untuk pemerataan peningkatakan kualitas pembelajaran.

Ibu Murniati Nasution, Kepala SDN 122375 Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Siswa SMPN 4 Sungai Apit, Siak sedang bekerja sama mengukur jarak beberapa tempat yang ada di sekolah. Mereka sedang belajar tentang skala dan membuat denah sekolah.

Jakarta - Dampak Program PINTAR sudah dirasakan manfaatnya oleh para stakeholder kabupaten/kota mitra Tanoto Fundation. Seperti disampaikan oleh Dr. Tulus Sutopo, Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara, pada acara Sharing Best Practice di Kemdikbud. Menurutnya, kondisi riil di banyak sekolah, pembelajaran di kelas masih dilakukan secara klasikal. Dia tertarik dengan Program PINTAR karena model pembelajaran yang dilakukan telah nyata sangat cocok dengan guru dan kontekstual.

“Kami sudah mendiseminasikan Program PINTAR ke 15 persen sekolah. Masih ada 85 persen sekolah yang belum dilatih. Kami sangat berharap ada sinergi antara Pemerintah Kutai Kartanegara, Kemdikbud, CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan, dan Tanoto Foundation dalam diseminasi Program PINTAR,” katanya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Kabupaten Tanjabtim, Jambi. Kepala Dinas Pendidikan Tanjabtim, Drs. Junaedi Rahmad Forum CSR perusahaan yang ada di Tanjung Jabung Timur akan didorong untuk

mendiseminasikan Program PINTAR ke sekolah-sekolah binaan mereka. “Sekolah-sekolah kami yang tersebar di daerah-daerah terpencil memerlukan pelatihan dan pendampingan. Kami akan membentuk fasilitator-fasilitator baru Program PINTAR untuk menjangkau lebih banyak sekolah di daerah kami,” kata Pak Junaedi yang telah menganggarkan Rp770 juta untuk diseminasi Program PINTAR melalui dana APBD.*

Libatkan Forum CSR

Ibu Mardiyati, saat berbagi praktik baik pembelajaran HOTS yang dia laksanakan.

Bapak Tulus Sutopo (kiri) dan Bapak Junaedi Rahmad (kanan) saat berbagi pengalaman menerapkan Program PINTAR.

2 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 3

Page 3: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Jakarta – Saat ini pemerataan mutu pembelajaran menjadi fokus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Mutu yang ditagih adalah peningkatan pada kompetensi siswa, pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif.

Menurut Bapak Hamid Muhammad, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, dalam setahun ini Tanoto Foundation melalui Program PINTAR bekerja sama dengan Kemdikbud telah melatih para guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca. Perubahan sudah terjadi. Para guru memfasilitasi siswa belajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Siswa juga dilatih mengembangkan keteram-pilan abad 21 dan peningkatan minat membaca. Masyarakat juga terlibat aktif dalam meningkatkan kualitas sekolah.

Masih menurut Pak Hamid, mutu siswa ditentukan pembelajaran yang bermutu, maka yang harus dikontrol dan diawasi adalah guru. Maju tidaknya manajemen sekolah bergantung pada kepala sekolah. Program PINTAR ini memastikan guru

Pada acara ini, ada 4 narasumber dari unsur guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan yang berbagi pengalaman praktik baiknya.*

dan kepala sekolah menjalankan perannya dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. “Untuk itu saya mendorong program ini perlu didiseminasikan dalam rangka pemerataan mutu pendidikan. Kemdikbud, Pemerintah Daerah, dan Tanoto Foundation perlu bersinergi untuk mewujudkannya,” kata Pak Hamid pada acara Sharing Best Practice Program PINTAR yang dihadiri sekitar 20 pejabat Kemdikbud, di Jakarta (28/5/2019).

Kemdikbud Dorong Diseminasi Program PINTAR

Semua guru konsisten menerapkan pembelajaran aktif, siswa difasilitasi

belajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan ada kegiatan membaca buku bacaan setiap hari.

Jakarta - Ibu Murniati Nasution, M.Pd Kepala SDN 122375 Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada acara Sharing Best Practice di Kemdikbud memaparkan pengalaman dia memimpin perubahan pembelajaran di sekolah.

“Saya dulu sering ikut pelatihan namun sering tidak ada implementasinya. Pelatihan Tanoto Foundation sangat berbeda. Sejak awal pelatihan kami sudah langsung berpraktik. Kami juga didampingi agar dapat menerapkan dalam pembelajaran. Hal itu membuat saya bersama para guru berkomitmen menerapkan hasil pelatihan,” kata Bu Murniati.

Untuk memastikan guru juga berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif di kelas, Murniati rutin melakukan pendampingan pembelajaran melalui kegiatan supervisi. ”Sebelum supervisi, saya mendampingi guru dalam menyiapkan perangkat dan media pembelajaran. Di dalam pembelajaran, saya ikut mendampingi proses pembelajaran. Pasca supervisi saya juga mengajak guru berdiskusi hasil pembelajaran, apa yang sudah berhasil dan apa yang perlu diperbaiki ke depan. Dampaknya, para guru selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran,” paparnya.

Setelah perubahan terjadi di semua kelas, kepala sekolah mulai mengundang orang tua siswa untuk melihat pembelajaran di kelas. “Hasil karya siswa kami pajangkan dan orangtua diundang untuk melihatnya. Ternyata orangtua sangat terkesan dengan hasil belajar anak-anaknya. Jadi bukan hanya angka-angka saja yang dilaporkan tetapi hasil riil pembelaran siswa di kelas, bisa diketahui orang tua siswa,” kata Bu Murniati lagi. Atas keberhasilannya tersebut, membuat Ibu Murniati dianugerahi Pemerintah Kota Pematang Siantar sebagai kepala sekolah terbaik 2019.*

Kepemimpinan Kepala Sekolah Penentu Perubahan

LIPUTAN UTAMA

“Saya dilatih Tanoto Foundation membuat lembar kerja (LK) yang berisi penugasan atau pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Melalui LK itu, siswa didorong untuk membangun gagasannya sendiri, berpikir kreatif, dan berpikir alternatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran,” tukasnya.

Jakarta - Ibu Mardiyati, guru matematika SMPN 4 Sungai Apit Siak, Riau ikut berbagi pengalamannya pada acara Sharing Best Practice di Kemdikbud. Dia menyampaikan pembelajaran yang memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/higher order thinking skill).

LK tersebut diterapkan dalam pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR atau mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi. Melalui MIKiR, siswa difasili-tasi untuk melakukan kegiatan atau

“Saat saya mengajar tentang peyelesaian masalah yang terkait dengan perbandingan senilai atau skala, saya tidak langsung memberikan konsep perbandingan senilai. Tetapi, saya meminta siswa melakukan praktik mengukur jarak di peta, melihat skala yang digunakan dalam peta, dan

mengamati saat pembelajaran berlang-sung. Mereka dibentuk dalam kelompok kecil untuk lebih banyak berinteraksi, berdiskusi, atau bekerja sama. Hasil karya, gagasan, atau pikiran siswa juga difasilitasi untuk dikomunikasikan atau dipresentasikan. Terakhir, melakukan kegiatan refleksi pembelajaran untuk melihat kembali pengalaman belajar dan mengambil pelajaran agar lebih baik lagi.

Dengan menerapkan pembelajaran aktif tersebut, pada saat yang sama siswa dilatih memiliki keterampilan abad 21 . “Siswa menjadi biasa berpikir kritis, biasa memecahkan masalah secara kreatif, bekerja sama, dan mengomunikasikan hasil karyanya,” tukasnya.*

menentukan ukuran sebenarnya jarak pada peta. Dari situlah siswa bisa menemukan konsep perbandingan senilai,” kata Bu Mardiyati.

“Setelah siswa memahami konsep, maka pemberian tugasnya lebih menantang untuk siswa lagi. Misalnya siswa ditugaskan membuat denah sekolah dengan menerapkan konsep perbandingan senilai,” katanya lagi.

Pembelajaran HOTS Latih Siswa Keterampilan Abad 21

LIPUTAN UTAMA

Bapak Hamid Muhammad (tengah) mendorong diseminasi pelaksanaan Program PINTAR untuk pemerataan peningkatakan kualitas pembelajaran.

Ibu Murniati Nasution, Kepala SDN 122375 Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Siswa SMPN 4 Sungai Apit, Siak sedang bekerja sama mengukur jarak beberapa tempat yang ada di sekolah. Mereka sedang belajar tentang skala dan membuat denah sekolah.

Jakarta - Dampak Program PINTAR sudah dirasakan manfaatnya oleh para stakeholder kabupaten/kota mitra Tanoto Fundation. Seperti disampaikan oleh Dr. Tulus Sutopo, Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara, pada acara Sharing Best Practice di Kemdikbud. Menurutnya, kondisi riil di banyak sekolah, pembelajaran di kelas masih dilakukan secara klasikal. Dia tertarik dengan Program PINTAR karena model pembelajaran yang dilakukan telah nyata sangat cocok dengan guru dan kontekstual.

“Kami sudah mendiseminasikan Program PINTAR ke 15 persen sekolah. Masih ada 85 persen sekolah yang belum dilatih. Kami sangat berharap ada sinergi antara Pemerintah Kutai Kartanegara, Kemdikbud, CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan, dan Tanoto Foundation dalam diseminasi Program PINTAR,” katanya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Kabupaten Tanjabtim, Jambi. Kepala Dinas Pendidikan Tanjabtim, Drs. Junaedi Rahmad Forum CSR perusahaan yang ada di Tanjung Jabung Timur akan didorong untuk

mendiseminasikan Program PINTAR ke sekolah-sekolah binaan mereka. “Sekolah-sekolah kami yang tersebar di daerah-daerah terpencil memerlukan pelatihan dan pendampingan. Kami akan membentuk fasilitator-fasilitator baru Program PINTAR untuk menjangkau lebih banyak sekolah di daerah kami,” kata Pak Junaedi yang telah menganggarkan Rp770 juta untuk diseminasi Program PINTAR melalui dana APBD.*

Libatkan Forum CSR

Ibu Mardiyati, saat berbagi praktik baik pembelajaran HOTS yang dia laksanakan.

Bapak Tulus Sutopo (kiri) dan Bapak Junaedi Rahmad (kanan) saat berbagi pengalaman menerapkan Program PINTAR.

2 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 3

Page 4: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

4

"Buku-buku bacaan ini disebut ramah anak karena mulai teks, ilustrasi gambar, dan isi pesannya disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Buku-buku ini dibuat berjenjang yang disesuaikan dengan kemampuan mem-baca anak, bukan berdasarkan jenjang kelas atau usia anak," kata Saifullah, Program Manager Provisi Education, yang menjadi mitra operasional Room to Read Indonesia.

Jakarta - Penyediaan buku-buku bacaan berkualitas di sekolah menjadi faktor penting untuk mendorong minat dan kemampuan membaca siswa. Untuk mendukung penyediaan buku-buku bacaan, Tanoto Foundation bekerja sama dengan Room to Read memberikan hibah buku bacaan ramah anak.

Total ada 50.880 buku bacaan dihibahkan bagi 298 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang tersebar di lima provinsi, yaitu Sumatra Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.

Isi cerita yang dikembangkan bervariasi dan banyak mengambil dari kisah rakyat berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Seperti kisah Persahabatan Putri Pandan Berduri cerita lokal dari Kepulauan Riau atau I Belog yang mengambil karakter anak dari Bali dan cerita Gatot Kaca. "Buku-buku yang dikembangkan Room to Read di Indonesia berfokus pada penjenjangan

Stuart Weston, Direktur Program Pintar Tanoto Foundation, mengatakan, hibah buku ini ini memantik pengelola sekolah menciptakan ragam kegiatan guna mendorong minat membaca siswa. Program budaya baca dapat berhasil bila ada buku yang meningkatkan minat membaca siswa.

level rendah. Teks ceritanya mulai dari beberapa kalimat pendek sampai beberapa kalimat yang bervariasi dengan ilustrasi yang sangat baik yang membuat anak tertarik untuk membaca buku," kata Saiful lagi.

"Lebih dari 4.100 kepala sekolah, guru, pengawas, dan komite sekolah sudah kami latih untuk berinisiatif

Hibah Puluhan Ribu Buku Bacaan Ramah Anak

Yang juga penting, lanjut Stuart, para pengelola sekolah perlu bekerja sama memikirkan penyediaan buku-buku bacaan secara berkelanjutan. Buku-buku tersebut juga harus mudah diakses oleh siswa sehingga dapat membangkitkan ketertarikan mereka untuk membaca.

Pada 2019 ini, Tanoto Foundation menargetkan akan menghibahkan lebih dari 160 ribu buku bacaan yang ramah anak untuk sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR.*

mengembangkan ragam program budaya baca. Mereka juga difasilitasi untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami isi buku," tukasnya.

Riau - Untuk menguatkan penyebaran program peningkatan kualitas pendidikan dasar, Tanoto Foundation memfasilitasi Pertemuan Pemangku Kepentingan. Pada acara ini para kepala dinas pendidikan, kepala Kemenag, perwakilan lembaga penjaminan mutu pendidikan (LPMP) ,dan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) membahas pelaksanaan Program PINTAR dan rencana diseminasinya.

Dari pertemuan ini, beberapa daerah sudah menyampaikan komitmennya mendukung diseminasi pelatihan Program PINTAR. Dinas Pendidikan Kabupaten Batang Hari, Jambi dan Kabupaten Bengkalis, Riau misalnya, pada tahun 2019 menyiapkan anggaran diseminasi sekitar Rp1 Milyar. Begitu juga dengan kabupaten/kota lainnya yang mendukung diseminasi dengan APBD.

Yang menarik, di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, diseminasi pelatihan juga didukung dua perusahaan pertambangan batu bara, yaitu Indominco Mandiri dan Pama Persada. Perusahaan tersebut membiayai diseminasi pelatihan Program PINTAR untuk 81 guru SD.*

Para pengawas sekolah di Kabupaten Siak, Riau mempresentasikan hasil diskusi mereka mengembangkan budaya baca pada pelatihan diseminasi Modul 1 Program PINTAR untuk pengawas sekolah sekabupaten Siak. Pelatihan ini dibiayai oleh APBD Siak.

PRAKTIK BAIK

3

"Tanoto Foundation adalah katalisator. Kami mengawali pengembangan program, pemerintah daerah yang mendiseminasikan untuk mencapai tujuan bersama sebagai satu tim Indonesia, yaitu anak-anak kita menjadi pintar, dapat bersaing di dunia global, dan peringkat anak-anak kita dalam tes PISA akan meningkat secara signifikan," tukasnya di sela-sela acara unjuk karya praktik baik Program PINTAR di Kabupaten Tanjabtim, Jambi.

Tanjabtim, Jambi - Showcase atau unjuk karya praktik baik pembelajaran, budaya baca, dan manajemen berbasis sekolah, menjadi ajang berbagi dan menyebarkan pengalaman inspiratif sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR. Para pemangku kepentingan di daerah, guru, dan kepala sekolah nonmitra juga diundang untuk mendorong penyebaran praktik-praktik baik tersebut.

CEO Global Tanoto Foundation, Bapak Satrijo Tanudjojo, Ph.D menyebut penyebaran praktik-praktik baik pendidikan ini adalah kunci untuk pemerataan kualitas pendidikan.

Di semua stan pameran, siswa mempresentasikan hasil karya pembelajarannya. Misalnya SDN 61/X Talang Babat, siswa kelas V menunjukkan proses perubahan wujud benda dari cair menjadi padat, dengan membuat air laut menjadi kristal garam dengan cara dipanaskan. Siswa Kelas IV MI Islamiyah

Showcase, Ajang Berbagi dan Menyebarkan Praktik Baik

dapatkan dari Tanoto Foundation dan Room to Read.

Para siswa SDN 45 Bengkalis, Riau, menunjukkan buku-buku bacaan yang baru saja mereka

Pertemuan Pemangku Kepentingan Rancang Diseminasi

Para guru dan kepala sekolah yang ada di stan pameran, juga memberi

Tanjabtim menyimulasikan cara menghi-tung jarak pada bayangan cermin datar. Sementara siswa kelas VIII SMPN 4 Tanjabtim mempraktikkan percobaan bahan limbah detergen yang berbahaya untuk kehidupan mahkluk hidup. Sedangkan siswa kelas VIII SMPN 31 Tanjabtim menampilkan eskavator mini yang terbuat dari kayu dan alat suntik bekas untuk menunjukkan cara kerja sistem penggerak hidrolik.

penjelasan kepada para pengunjung yang datang. “Saya senang sekali stan pameran kami banyak dikunjungi. Kami berbagi strategi dalam menerapkan pembelajaran aktif, budaya baca dan melibatkan peran serta masyarakat dalam program sekolah,” kata Ibu Hasnah, Kepala SMPN 17 Tanjabtim.

Kegiatan showcase ini akan dilaksanakan di seluruh daerah mitra Program PINTAR yang tersebar di 5 provinsi, yaitu Jambi, Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.*

Siswa kelas VIII SMPN 4 Tanjabtim menunjukkan percobaan bahan limbah detergen yang berbahaya untuk kehidupan mahkluk hidup di stan pameran sekolahnya.

LPTK Mitra Diseminasikan Program PINTAR

Diseminasi juga dilakukan para fasilitator dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Mereka melatih para calon guru yang mengikuti kegiatan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (KAHMI) mengajar. Para fasilitator dosen UIN Suska Riau dan UIN Sumatera Utara juga mendiseminasi Program PINTAR kepada madrasah nonmitra. Lebih dari 180 guru dan kepala madrasah dilatih dalam menerapkan pembelajaran aktif, MBS, dan budaya baca.*

Jawa Tengah - UIN Walisongo menjadi LPTK mitra Tanoto Foundation yang mendiseminasikan Program PINTAR. Para dosen yang menjadi tutor Pendidikan Profesi Guru (PPG) dilatih menggunakan modul Program PINTAR (14-15/1/2019). Para dosen difasilitasi mengembangkan unsur MIKiR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi), menerapkan perkuliahan yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa, dan budaya baca.

Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Muhibbin M. Ag (kedua dari kanan) saat memberi motivasi kepada para dosen muda peserta pelatihan Program PINTAR kerja sama Tanoto Foundation dan UIN Walisongo di Semarang.

PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan |

PRAKTIK BAIK

Page 5: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

4

"Buku-buku bacaan ini disebut ramah anak karena mulai teks, ilustrasi gambar, dan isi pesannya disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Buku-buku ini dibuat berjenjang yang disesuaikan dengan kemampuan mem-baca anak, bukan berdasarkan jenjang kelas atau usia anak," kata Saifullah, Program Manager Provisi Education, yang menjadi mitra operasional Room to Read Indonesia.

Jakarta - Penyediaan buku-buku bacaan berkualitas di sekolah menjadi faktor penting untuk mendorong minat dan kemampuan membaca siswa. Untuk mendukung penyediaan buku-buku bacaan, Tanoto Foundation bekerja sama dengan Room to Read memberikan hibah buku bacaan ramah anak.

Total ada 50.880 buku bacaan dihibahkan bagi 298 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang tersebar di lima provinsi, yaitu Sumatra Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.

Isi cerita yang dikembangkan bervariasi dan banyak mengambil dari kisah rakyat berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Seperti kisah Persahabatan Putri Pandan Berduri cerita lokal dari Kepulauan Riau atau I Belog yang mengambil karakter anak dari Bali dan cerita Gatot Kaca. "Buku-buku yang dikembangkan Room to Read di Indonesia berfokus pada penjenjangan

Stuart Weston, Direktur Program Pintar Tanoto Foundation, mengatakan, hibah buku ini ini memantik pengelola sekolah menciptakan ragam kegiatan guna mendorong minat membaca siswa. Program budaya baca dapat berhasil bila ada buku yang meningkatkan minat membaca siswa.

level rendah. Teks ceritanya mulai dari beberapa kalimat pendek sampai beberapa kalimat yang bervariasi dengan ilustrasi yang sangat baik yang membuat anak tertarik untuk membaca buku," kata Saiful lagi.

"Lebih dari 4.100 kepala sekolah, guru, pengawas, dan komite sekolah sudah kami latih untuk berinisiatif

Hibah Puluhan Ribu Buku Bacaan Ramah Anak

Yang juga penting, lanjut Stuart, para pengelola sekolah perlu bekerja sama memikirkan penyediaan buku-buku bacaan secara berkelanjutan. Buku-buku tersebut juga harus mudah diakses oleh siswa sehingga dapat membangkitkan ketertarikan mereka untuk membaca.

Pada 2019 ini, Tanoto Foundation menargetkan akan menghibahkan lebih dari 160 ribu buku bacaan yang ramah anak untuk sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR.*

mengembangkan ragam program budaya baca. Mereka juga difasilitasi untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami isi buku," tukasnya.

Riau - Untuk menguatkan penyebaran program peningkatan kualitas pendidikan dasar, Tanoto Foundation memfasilitasi Pertemuan Pemangku Kepentingan. Pada acara ini para kepala dinas pendidikan, kepala Kemenag, perwakilan lembaga penjaminan mutu pendidikan (LPMP) ,dan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) membahas pelaksanaan Program PINTAR dan rencana diseminasinya.

Dari pertemuan ini, beberapa daerah sudah menyampaikan komitmennya mendukung diseminasi pelatihan Program PINTAR. Dinas Pendidikan Kabupaten Batang Hari, Jambi dan Kabupaten Bengkalis, Riau misalnya, pada tahun 2019 menyiapkan anggaran diseminasi sekitar Rp1 Milyar. Begitu juga dengan kabupaten/kota lainnya yang mendukung diseminasi dengan APBD.

Yang menarik, di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, diseminasi pelatihan juga didukung dua perusahaan pertambangan batu bara, yaitu Indominco Mandiri dan Pama Persada. Perusahaan tersebut membiayai diseminasi pelatihan Program PINTAR untuk 81 guru SD.*

Para pengawas sekolah di Kabupaten Siak, Riau mempresentasikan hasil diskusi mereka mengembangkan budaya baca pada pelatihan diseminasi Modul 1 Program PINTAR untuk pengawas sekolah sekabupaten Siak. Pelatihan ini dibiayai oleh APBD Siak.

PRAKTIK BAIK

3

"Tanoto Foundation adalah katalisator. Kami mengawali pengembangan program, pemerintah daerah yang mendiseminasikan untuk mencapai tujuan bersama sebagai satu tim Indonesia, yaitu anak-anak kita menjadi pintar, dapat bersaing di dunia global, dan peringkat anak-anak kita dalam tes PISA akan meningkat secara signifikan," tukasnya di sela-sela acara unjuk karya praktik baik Program PINTAR di Kabupaten Tanjabtim, Jambi.

Tanjabtim, Jambi - Showcase atau unjuk karya praktik baik pembelajaran, budaya baca, dan manajemen berbasis sekolah, menjadi ajang berbagi dan menyebarkan pengalaman inspiratif sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR. Para pemangku kepentingan di daerah, guru, dan kepala sekolah nonmitra juga diundang untuk mendorong penyebaran praktik-praktik baik tersebut.

CEO Global Tanoto Foundation, Bapak Satrijo Tanudjojo, Ph.D menyebut penyebaran praktik-praktik baik pendidikan ini adalah kunci untuk pemerataan kualitas pendidikan.

Di semua stan pameran, siswa mempresentasikan hasil karya pembelajarannya. Misalnya SDN 61/X Talang Babat, siswa kelas V menunjukkan proses perubahan wujud benda dari cair menjadi padat, dengan membuat air laut menjadi kristal garam dengan cara dipanaskan. Siswa Kelas IV MI Islamiyah

Showcase, Ajang Berbagi dan Menyebarkan Praktik Baik

dapatkan dari Tanoto Foundation dan Room to Read.

Para siswa SDN 45 Bengkalis, Riau, menunjukkan buku-buku bacaan yang baru saja mereka

Pertemuan Pemangku Kepentingan Rancang Diseminasi

Para guru dan kepala sekolah yang ada di stan pameran, juga memberi

Tanjabtim menyimulasikan cara menghi-tung jarak pada bayangan cermin datar. Sementara siswa kelas VIII SMPN 4 Tanjabtim mempraktikkan percobaan bahan limbah detergen yang berbahaya untuk kehidupan mahkluk hidup. Sedangkan siswa kelas VIII SMPN 31 Tanjabtim menampilkan eskavator mini yang terbuat dari kayu dan alat suntik bekas untuk menunjukkan cara kerja sistem penggerak hidrolik.

penjelasan kepada para pengunjung yang datang. “Saya senang sekali stan pameran kami banyak dikunjungi. Kami berbagi strategi dalam menerapkan pembelajaran aktif, budaya baca dan melibatkan peran serta masyarakat dalam program sekolah,” kata Ibu Hasnah, Kepala SMPN 17 Tanjabtim.

Kegiatan showcase ini akan dilaksanakan di seluruh daerah mitra Program PINTAR yang tersebar di 5 provinsi, yaitu Jambi, Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.*

Siswa kelas VIII SMPN 4 Tanjabtim menunjukkan percobaan bahan limbah detergen yang berbahaya untuk kehidupan mahkluk hidup di stan pameran sekolahnya.

LPTK Mitra Diseminasikan Program PINTAR

Diseminasi juga dilakukan para fasilitator dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Mereka melatih para calon guru yang mengikuti kegiatan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (KAHMI) mengajar. Para fasilitator dosen UIN Suska Riau dan UIN Sumatera Utara juga mendiseminasi Program PINTAR kepada madrasah nonmitra. Lebih dari 180 guru dan kepala madrasah dilatih dalam menerapkan pembelajaran aktif, MBS, dan budaya baca.*

Jawa Tengah - UIN Walisongo menjadi LPTK mitra Tanoto Foundation yang mendiseminasikan Program PINTAR. Para dosen yang menjadi tutor Pendidikan Profesi Guru (PPG) dilatih menggunakan modul Program PINTAR (14-15/1/2019). Para dosen difasilitasi mengembangkan unsur MIKiR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi), menerapkan perkuliahan yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa, dan budaya baca.

Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Muhibbin M. Ag (kedua dari kanan) saat memberi motivasi kepada para dosen muda peserta pelatihan Program PINTAR kerja sama Tanoto Foundation dan UIN Walisongo di Semarang.

PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan |

PRAKTIK BAIK

Page 6: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

6

Belajar Pecahan dengan DonatOleh Lusi Ambarani; Guru Kelas II MI Nahdatul Ulama

Balikpapan, Kalimantan Timur - Dengan menerapkan unsur MIKiR, saya berusaha membuat siswa belajar lebih banyak dengan praktik. Misalnya, pada pembelajaran pecahan di kelas IIB, saya mengajak siswa mengamati kertas biru yang saya modelkan sebagai donat. “Ibu memiliki sebuah donat, akan dibagikan pada dua orang anak dengan adil. Apa yang harus Ibu lakukan?”

Menurut para siswa donat itu harus dibagi dua. Selanjutnya kertas biru tersebut saya bagi dua. “Namun bagaimana jika pembagiannya tidak sama rata? Ada yang besar dan kecil, apakah masing-masing disebut setengah?” “Tidak,” jawab siswa setelah melihat contoh yang saya berikan.

Selanjutnya kertas biru tadi saya tempelkan di papan tulis. Lalu meminta siswa berpendapat berapa besar dari salah satu bagian donat (kertas biru) tadi. Siswa menjawab dengan beragam. Ada yang menjawab satu, dua, ada pula yang menjawab bagian. setengah

Saya pun mengarahkan jawaban, “Tadi ibu, punya 1 donat lalu donatnya ibu bagi 2 sama rata. Nah masing-masing siswa menerima berapa ya?” Sebagian siswa menjawab “½ Bu.” Saya pun menuliskan pecahan ½ pada kertas, sambil menjelaskan pembilang dan tentangpenyebut dalam sebuah pecahan.

Selanjutnya saya memberi satu contoh menggunakan kertas biru yang berbentuk lingkaran, dan pertanyaan saya ganti “Ibu punya selembar kertas berbentuk lingkaran, dan mau dibagi 4 sama rata. Berapakah nilai masing-

Setelah selesai, siswa mengadakan kunjung karya yang berkeliling sesuai arah jarum jam. Ternyata selama kunjung karya, mereka temukan donat yang harusnya dibagi tapi oleh salah satu �⁄�,kelompok dipecah jadi delapan bagian. Kami mengoreksi bersama. Setelah 10 menit, waktu kunjung karya telah selesai. Saya meminta siswa kembali ke kelompoknya. “Anak-anak, setelah kalian melakukan kunjung karya, apakah ada kelompok yang mempunyai kesalahan?”

masing kertas yang telah dibagi empat?” tanya saya kepada mereka. Beberapa siswa mengangkat tangan. Saya memilih satu siswa untuk maju ke depan, menuliskan nilai pecahan pada setiap potongan kertas dan memberikan alasannya. Satu siswa maju ke depan menuliskan nilai pecahan ¼.

“Satu kertas nilainya ¼, karena kertasnya dibagi jadi 4 bu,” kata Maulani, salah satu siswa. “Bagaimana anak-anak apakah ada pendapat lain?” tanyaku. Semua siswa setuju dengan jawaban Maulani.

Selanjutnya saya membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4 siswa. -5 Saya membagikan donat asli dan gunting pada semua kelompok. kelompok Setiapdiberi tugas membagi donat berdasarkan angka pecahan yang berikan. di Angka pecahan masing-masing kelompok berbeda; misalnya ada yang mendapat �⁄�, ⅛, �⁄�, �⁄��, �⁄�� dan seterusnya. Mereka menggunting donat sesuai dengan pecahan yang diberikan.

PRAKTIK BAIK

PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 7

tanya saya. Salah satu siswa yang berasal dari kelompok 2 menjawab, “Kelompok Dua Bu. Kita kelebihan membagi donatnya. Harusnya kami bagi donatnya menjadi 7. Tapi kelompok kami membaginya membagi 8,” ujarnya.

Ternyata benar. Kelompok 7 kelebihan membagi jumlah donat. Dari kunjung karya yang telah dilakukan dapat menambah pengetahuan siswa tentang pecahan. Mereka juga mampu memberi masukan pada temannya dan berani mengakui kesalahan yang dilakukan.

Setelah tugas kelompok selesai, saya memberikan tugas individu. Siswa diminta membuat soal sendiri tentang pecahan. Siswa menuliskan sembarang pecahan pada selembar kertas.

Di akhir pembelajaran saya memberi penguatan bahwa dalam pecahan tiap bagian harus sama besar. Untuk kegiatan refleksi, saya minta menuliskan siswa perasaan mereka tentang pembelajaran ini di dan apa yang telah pelajari?*

Setelah selesai menuliskan satu bilangan pecahan, saya meminta mereka menggambarkan bilangan pecahan sesuai yang telah siswa tuliskan. Salah satu siswa menuliskan angka , ⅓kemudian menggambar sebuah persegi panjang, lalu dibagi menjadi 3 bagian sama besar. Adapula yang menuliskan bilangan dan menggambar sebuah �⁄��lingkaran yang ia bagi menjadi 10 bagian, layaknya pizza.

Siswa bekerja sama membuat pecahan dengan media donat.

Donat sebagai media pembelajaran pecahan.

Praktik Mengukur dan Menganalisa Debit Air pada Satu Bejana

Pematangsiantar, Sumatera Utara - Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan sering ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika, saya mengajak siswa mencari cara menghitung debit air dengan benar. Diperlukan praktik langsung oleh siswa agar mereka langsung mengalami proses tersebut, dimana debit air berkaitan dengan waktu dan volume.

Masing-masing kelompok mendapatkan alat pengukur panjang yakni meteran, alat pengukur volume air dalam bentuk bejana literan, alat pengukur waktu seperti jam tangan ataupun stopwatch, tempat mengisi air berbentuk kubus, balok ataupun tabung, serta lembar kerja (LK) siswa.

Oleh Benteng Damanik, S.Pd; Guru Kelas V SDN 125138 Simpang Kerang

Siswa bersama teman sekelompoknya langsung praktik mengukur panjang, lebar, tinggi, dan diameter benda tempat mengisi air dengan menggunakan meteran.

Pada awal pembelajaran siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan kondusif. Selama kegiatan berlangsung guru mendampingi siswa melaksanakan praktik di halaman sekolah.

“Kami mendapatkan panjang balok yang diukur 28 cm, lebarnya 17 cm, dan tingginya 32 cm sehingga volumenya = p x l x t. Maka 28 cm x 17 cm x 32 cm = 15.232 cm3 atau sama dengan 15,232 liter,” tukas salah satu kelompok. Mereka mencatat hasilnya pada LK. Selanjutnya

Jadi debit air yang mengalir pada balok sama dengan 2,176 liter menit. Demikian kesimpulan salah satu kelompok siswa setelah mengukur dan menghitung debit air. Mereka menuliskan hasil perhitungan di kertas plano dan mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas.

= 15,232 liter/7 menit

= 2,176 liter/menit.

D = V/W

Salah satu kelompok yang menampung air di dalam bejana air berbentuk balok, memerlukan waktu 7 menit. Debit air dapat dihitung dengan cara 'volume air yang tertampung dalam bejana dibagi dengan waktu', yaitu:

siswa menampung air dari kran dengan menggunakan bejana yang telah tersedia dan mencatat waktu yang dipergunakan dalam menampung air hingga penuh.

Dari kegiatan refleksi pembelajaran, siswa menulis bahwa mereka dapat belajar mengenal dan menggunakan alat ukur panjang dan waktu, menghitung volume kubus, balok maupun tabung. Dengan memahami hal tersebut, siswa dapat menghitung debit air. Mereka juga tambah percaya diri karena dapat mempresentasikan hasil karyanya.

Kepala SDN 12513 Pematangsiantar, Riama Baruara, S.Pd mengatakan praktik pembelajaran yang baik seperti ini perlu didokumentasikan dan dipublikasikan.

“Saya sangat mengapresiasi guru yang mau menerapkan hasil pelatihan, seperti praktik mengukur debit air ini. Siswa jadi lebih mudah memahami materi pelajaran dari praktik langsung di halaman sekolah. Saya juga mendorong hal ini dilakukan oleh guru-guru lainnya,” tukasnya.*

Guru menjelaskan peralatan yang digunakan untuk Praktik Mengukur Debit Air, seperti peralatan masak berbentuk tabung, kotak plastik berbentuk kubus, dan bejana literan.

Siswa mengukur bejana penampung airmenggunakan meteran.

1. Guru memandu siswa mengamati waktu mengukur debit air pada suatu bejana. 2.Siswa menulis hasil pengamatannya. 3. Siswa mempresentasikan hasil praktik di depan kelas secara berkelompok.

PRAKTIK BAIK

1 2 3

Page 7: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

6

Belajar Pecahan dengan DonatOleh Lusi Ambarani; Guru Kelas II MI Nahdatul Ulama

Balikpapan, Kalimantan Timur - Dengan menerapkan unsur MIKiR, saya berusaha membuat siswa belajar lebih banyak dengan praktik. Misalnya, pada pembelajaran pecahan di kelas IIB, saya mengajak siswa mengamati kertas biru yang saya modelkan sebagai donat. “Ibu memiliki sebuah donat, akan dibagikan pada dua orang anak dengan adil. Apa yang harus Ibu lakukan?”

Menurut para siswa donat itu harus dibagi dua. Selanjutnya kertas biru tersebut saya bagi dua. “Namun bagaimana jika pembagiannya tidak sama rata? Ada yang besar dan kecil, apakah masing-masing disebut setengah?” “Tidak,” jawab siswa setelah melihat contoh yang saya berikan.

Selanjutnya kertas biru tadi saya tempelkan di papan tulis. Lalu meminta siswa berpendapat berapa besar dari salah satu bagian donat (kertas biru) tadi. Siswa menjawab dengan beragam. Ada yang menjawab satu, dua, ada pula yang menjawab bagian. setengah

Saya pun mengarahkan jawaban, “Tadi ibu, punya 1 donat lalu donatnya ibu bagi 2 sama rata. Nah masing-masing siswa menerima berapa ya?” Sebagian siswa menjawab “½ Bu.” Saya pun menuliskan pecahan ½ pada kertas, sambil menjelaskan pembilang dan tentangpenyebut dalam sebuah pecahan.

Selanjutnya saya memberi satu contoh menggunakan kertas biru yang berbentuk lingkaran, dan pertanyaan saya ganti “Ibu punya selembar kertas berbentuk lingkaran, dan mau dibagi 4 sama rata. Berapakah nilai masing-

Setelah selesai, siswa mengadakan kunjung karya yang berkeliling sesuai arah jarum jam. Ternyata selama kunjung karya, mereka temukan donat yang harusnya dibagi tapi oleh salah satu �⁄�,kelompok dipecah jadi delapan bagian. Kami mengoreksi bersama. Setelah 10 menit, waktu kunjung karya telah selesai. Saya meminta siswa kembali ke kelompoknya. “Anak-anak, setelah kalian melakukan kunjung karya, apakah ada kelompok yang mempunyai kesalahan?”

masing kertas yang telah dibagi empat?” tanya saya kepada mereka. Beberapa siswa mengangkat tangan. Saya memilih satu siswa untuk maju ke depan, menuliskan nilai pecahan pada setiap potongan kertas dan memberikan alasannya. Satu siswa maju ke depan menuliskan nilai pecahan ¼.

“Satu kertas nilainya ¼, karena kertasnya dibagi jadi 4 bu,” kata Maulani, salah satu siswa. “Bagaimana anak-anak apakah ada pendapat lain?” tanyaku. Semua siswa setuju dengan jawaban Maulani.

Selanjutnya saya membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4 siswa. -5 Saya membagikan donat asli dan gunting pada semua kelompok. kelompok Setiapdiberi tugas membagi donat berdasarkan angka pecahan yang berikan. di Angka pecahan masing-masing kelompok berbeda; misalnya ada yang mendapat �⁄�, ⅛, �⁄�, �⁄��, �⁄�� dan seterusnya. Mereka menggunting donat sesuai dengan pecahan yang diberikan.

PRAKTIK BAIK

PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 7

tanya saya. Salah satu siswa yang berasal dari kelompok 2 menjawab, “Kelompok Dua Bu. Kita kelebihan membagi donatnya. Harusnya kami bagi donatnya menjadi 7. Tapi kelompok kami membaginya membagi 8,” ujarnya.

Ternyata benar. Kelompok 7 kelebihan membagi jumlah donat. Dari kunjung karya yang telah dilakukan dapat menambah pengetahuan siswa tentang pecahan. Mereka juga mampu memberi masukan pada temannya dan berani mengakui kesalahan yang dilakukan.

Setelah tugas kelompok selesai, saya memberikan tugas individu. Siswa diminta membuat soal sendiri tentang pecahan. Siswa menuliskan sembarang pecahan pada selembar kertas.

Di akhir pembelajaran saya memberi penguatan bahwa dalam pecahan tiap bagian harus sama besar. Untuk kegiatan refleksi, saya minta menuliskan siswa perasaan mereka tentang pembelajaran ini di dan apa yang telah pelajari?*

Setelah selesai menuliskan satu bilangan pecahan, saya meminta mereka menggambarkan bilangan pecahan sesuai yang telah siswa tuliskan. Salah satu siswa menuliskan angka , ⅓kemudian menggambar sebuah persegi panjang, lalu dibagi menjadi 3 bagian sama besar. Adapula yang menuliskan bilangan dan menggambar sebuah �⁄��lingkaran yang ia bagi menjadi 10 bagian, layaknya pizza.

Siswa bekerja sama membuat pecahan dengan media donat.

Donat sebagai media pembelajaran pecahan.

Praktik Mengukur dan Menganalisa Debit Air pada Satu Bejana

Pematangsiantar, Sumatera Utara - Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan sering ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika, saya mengajak siswa mencari cara menghitung debit air dengan benar. Diperlukan praktik langsung oleh siswa agar mereka langsung mengalami proses tersebut, dimana debit air berkaitan dengan waktu dan volume.

Masing-masing kelompok mendapatkan alat pengukur panjang yakni meteran, alat pengukur volume air dalam bentuk bejana literan, alat pengukur waktu seperti jam tangan ataupun stopwatch, tempat mengisi air berbentuk kubus, balok ataupun tabung, serta lembar kerja (LK) siswa.

Oleh Benteng Damanik, S.Pd; Guru Kelas V SDN 125138 Simpang Kerang

Siswa bersama teman sekelompoknya langsung praktik mengukur panjang, lebar, tinggi, dan diameter benda tempat mengisi air dengan menggunakan meteran.

Pada awal pembelajaran siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan kondusif. Selama kegiatan berlangsung guru mendampingi siswa melaksanakan praktik di halaman sekolah.

“Kami mendapatkan panjang balok yang diukur 28 cm, lebarnya 17 cm, dan tingginya 32 cm sehingga volumenya = p x l x t. Maka 28 cm x 17 cm x 32 cm = 15.232 cm3 atau sama dengan 15,232 liter,” tukas salah satu kelompok. Mereka mencatat hasilnya pada LK. Selanjutnya

Jadi debit air yang mengalir pada balok sama dengan 2,176 liter menit. Demikian kesimpulan salah satu kelompok siswa setelah mengukur dan menghitung debit air. Mereka menuliskan hasil perhitungan di kertas plano dan mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas.

= 15,232 liter/7 menit

= 2,176 liter/menit.

D = V/W

Salah satu kelompok yang menampung air di dalam bejana air berbentuk balok, memerlukan waktu 7 menit. Debit air dapat dihitung dengan cara 'volume air yang tertampung dalam bejana dibagi dengan waktu', yaitu:

siswa menampung air dari kran dengan menggunakan bejana yang telah tersedia dan mencatat waktu yang dipergunakan dalam menampung air hingga penuh.

Dari kegiatan refleksi pembelajaran, siswa menulis bahwa mereka dapat belajar mengenal dan menggunakan alat ukur panjang dan waktu, menghitung volume kubus, balok maupun tabung. Dengan memahami hal tersebut, siswa dapat menghitung debit air. Mereka juga tambah percaya diri karena dapat mempresentasikan hasil karyanya.

Kepala SDN 12513 Pematangsiantar, Riama Baruara, S.Pd mengatakan praktik pembelajaran yang baik seperti ini perlu didokumentasikan dan dipublikasikan.

“Saya sangat mengapresiasi guru yang mau menerapkan hasil pelatihan, seperti praktik mengukur debit air ini. Siswa jadi lebih mudah memahami materi pelajaran dari praktik langsung di halaman sekolah. Saya juga mendorong hal ini dilakukan oleh guru-guru lainnya,” tukasnya.*

Guru menjelaskan peralatan yang digunakan untuk Praktik Mengukur Debit Air, seperti peralatan masak berbentuk tabung, kotak plastik berbentuk kubus, dan bejana literan.

Siswa mengukur bejana penampung airmenggunakan meteran.

1. Guru memandu siswa mengamati waktu mengukur debit air pada suatu bejana. 2.Siswa menulis hasil pengamatannya. 3. Siswa mempresentasikan hasil praktik di depan kelas secara berkelompok.

PRAKTIK BAIK

1 2 3

Page 8: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Batang Hari, Jambi - Hukum 1 Newton menyebut setiap benda akan memperta-hankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya. Ibu Supri-hartini guru IPA SMPN 3 Batang Hari, memfasilitasi siswa kelas VIII bereks-primen membuktikan Hukum 1 Newton.

Mereka meletakkan empat buah telur di atas empat gulungan kertas karton yang dieratkan dengan solasi plastik. Tingginya 15 cm dan diameternya disesuaikan dengan ukuran telur sehingga telur tersebut bisa diletakkan dengan posisi tegak lurus.

Siswa juga mendapat empat buah gelas kaca berisi air, selembar kertas karton berukuran 30 x 40 cm yang diletakkan di atas gelas dan menopang gulungan kertas karton yang di atasnya diletakkan telur. Siswa melakukan percobaan dengan menarik kertas karton dengan dua cara, yaitu ditarik secara cepat dan secara pelan. Setiap hasil percobaan diamati dan dianalisa sampai mereka bisa menarik kesimpulan dari percobaan itu.

Saat kertas karton ditarik cepat secara horizontal, empat telur yang berada di

atas empat gulungan kertas karton jatuh tepat di gelas yang ada di bawahnya. “Jika kertas ditarik cepat secara horizontal maka telur akan jatuh tepat di bawah gelas sesuai posisi telur tersebut. Hal ini sesuai prinsip Hukum 1 Newton,” kata siswa dalam presentasinya.

Berdasar presentasi siswa tersebut, Bu Suprihartini memberi penguatan, ”Hal ini seperti pengendara sepeda motor yang tiba-tiba mengerem, maka badan pengendara akan terdorong ke depan dan akan kembali ke posisi semula.” Pembelajaran ini juga dapat dilihat melalui video dengan scan QR code berikut.*

Percobaan Membuktikan Hukum 1 Newton

Pekanbaru, Riau - Efek rumah kaca ditengarai menjadi penyebab naiknya suhu Bumi. Untuk membuktikannya, Ibu Darwanis, guru IPA SMPN 36 Pekanbaru mengajak siswa kelas VII mengamati efek rumah kaca. Setiap kelompok mendapat 2 toples kaca, 2 termometer, plastik, stopwatch, potongan handuk, air panas, karet gelang, dan lembar kerja.

Guru memberi penguatan bahwa ruang dalam toples diibaratkan sebagai Bumi dan tutup plastik diibaratkan gas-gas rumah kaca yang terperangkap di lapisan atmosfer. Jika konsentrasi gas rumah kaca bertambah, suhu bumi juga akan naik. Gas rumah kaca adalah gas yang terperangkap di lapisan atmosfer. Gas ini berfungsi sebagai "atap rumah kaca" yang mampu meneruskan pancaran sinar Matahari ke Bumi namun menahan radiasi yang diemisikan oleh permukaan Bumi.*

“Awalnya suhu pada kedua toples 33 derajat celcius. Setelah 15 menit toples yang ditutup mencapai 40 derajat, sedangkan suhu pada toples terbuka menjadi 36 derajat. Energi matahari yang melewati toples berubah menjadi panas yang tidak dapat keluar, karena terperangkap oleh tutup plastik. Akibatnya suhu toples yang ditutup plastik lebih hangat,” kata siswa dalam presentasinya.

Siswa memasukkan handuk yang sudah direndam air panas ke toples. Lalu dua termometer yang suhunya sama juga dimasukkan ke setiap toples. Satu toples ditutup dengan plastik dan satu toples dibiarkan terbuka. Kedua toples diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari. Setiap 3 menit, siswa memeriksa suhu pada termometer.

Mengamati Efek Rumah Kaca

8 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 9

Siswa berdiskusi menyiapkan percobaan efek rumah kaca.

Saya berkoordinasi dengan kepala madrasah dan komite tentang program Sesabu ini. Saya juga menyosialisasikan ke kelas-kelas dan menghimbau siswa untuk meminjam buku berbahasa Inggris ke perpustakan atau membelinya.

Sosialisasi di awal Januari 2019 sudah terlihat respons positif dari para siswa. Mereka sudah membawa buku-buku berbahasa Inggris baik fiksi maupun non fiksi. Setelah para siswa memiliki buku berbahasa Inggris, barulah saya memberitahukan prosedur pelaksanaannya. Gerakan ini senada dengan pembudayaan literasi sehari membaca buku 15 menit di madrasah. Perbedaannya Sesabu dibawa ke rumah dengan pantauan orangtua dan guru.

Kendal, Jawa Tengah - Sesabu atau Sebulan Satu Buku, merupakan gerakan literasi yang kami canangkan di MTsN 2 Kendal. Ide ini berawal dari kondisi siswa yang hampir hilang kebiasaan membacanya. Hal ini berimbas pada penguasaan bahasa asing yang juga rendah. Padahal, di era industri 4.0 bahasa Inggris menjadi alat komunikasi penting dalam berhubungan dengan dunia global.

Sejak 4 Januari 2019, saya mulai memantau perkembangan pemahaman siswa pada buku yang dipegangnya. Pemantauan yang saya lakukan yaitu mengajak siswa membuat kamus kecil yang berisi kosa-kata dari buku berbahasa Inggris yang dipegangnya. Kamus kecil ini dibuat mendekati kamus sebenarnya.

Selain itu, dalam buku khusus yang berlabel Literasi Sesabu, siswa juga menuliskan struktur bahasa dan fungsi sosial teks. Analisis dari siswa juga

meliputi struktur kalimat, terjemahan dari buku yang mereka pegang, bahkan analisis pesan moral ataupun manfaat membaca buku tersebut.

Pemantauan ini dilaksanakan seminggu sekali setiap jam tambahan di kelas VIIA. Target terakhir, siswa bisa menyampaikan isi buku dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Menjelang satu bulan, beberapa siswa sudah mulai menyelesai-kan tugas dan siap melanjutkan membaca buku lainnya. Di akhir kegiatan, siswa berpresentasi hasil literasinya.*

Dorong Siswa Mahir Berbahasa Inggris dengan Sesabu

Siswa membaca buku berbahasa Inggris, lalu menulis kosa-kata dan hasil analisisnya di buku Literasi Sesabu.

Siswa sedang membuktikan implementasi Hukum 1 Newton.

Belajar Warisan Budaya Simalungun di Museum

Pada hari berikutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memeriksa kembali hasil pengamatan dan wawancara mereka sebelum dipresentasikan di depan kelas. Semua kelompok bergantian berpresentasi. Mereka juga bertukar hasil karya agar bisa saling belajar.

Setiap kelompok mengamati dan mendengarkan penjelasan dari pemandu museum. Mereka juga menulis informasi yang ada pada benda-benda museum. Kemudian siswa mendiskusikan hasil temuannya di kelompok.

“Koleksi museum yang kami pelajari diantaranya tentang etnografika yaitu jenis-jenis peralatan hidup sehari-hari yang digunakan orang Simalungun. Seperti Parborason yang berfungsi sebagai tempat menyimpan beras. Ada juga Tatabu yang digunakan untuk menyimpan ikan,” kata salah seorang siswa berpresentasi. Ada juga kelompok yang menyampaikan mereka mempelajari naskah kuno terbuat dari kayu yang membahas astronomi sampai ramuan obat tradisional.*

Catatan: Sebaiknya ada pertanyaan untuk siswa, apa saja peninggalan budaya Simalungun yang masih bisa dimanfaatkan? Siswa bisa mengaitkan temuan di museum dan manfaatnya untuk kehidupan.

Pematangsiantar, Sumatera Utara - Memperkenalkan dan mengajak siswa melestarikan warisan budaya akan lebih efektif bila dilakukan dengan berpraktik langsung. Untuk itu saya mengajak siswa kelas IV belajar langsung ke museum Simalungun di Kota Pematang Siantar. Para siswa yang sudah dibagi dalam kelompok kecil, sebelumnya sudah menyiapkan pertanyaan untuk para pemandu di museum. Siswa juga diminta mengamati dan menggali informasi tentang koleksi yang dimiliki museum, sejarahnya, dan cara melestarikan warisan budaya.

Lihat Video

Siswa mengamati koleksi berbagai mata uang (numismatika) yang ada diMuseum Simalungun Kota Pematangsiantar.

Oleh Tatik Haryanti, Guru IPA MTsN 1 Pekanbaru dan Fasilitator Pembelajaran Program PINTAR

Oleh Dra. Lasmaria Aruan; Guru SDN 124399, Pematang Siantar

PRAKTIK BAIKPRAKTIK BAIK

Page 9: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Batang Hari, Jambi - Hukum 1 Newton menyebut setiap benda akan memperta-hankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya. Ibu Supri-hartini guru IPA SMPN 3 Batang Hari, memfasilitasi siswa kelas VIII bereks-primen membuktikan Hukum 1 Newton.

Mereka meletakkan empat buah telur di atas empat gulungan kertas karton yang dieratkan dengan solasi plastik. Tingginya 15 cm dan diameternya disesuaikan dengan ukuran telur sehingga telur tersebut bisa diletakkan dengan posisi tegak lurus.

Siswa juga mendapat empat buah gelas kaca berisi air, selembar kertas karton berukuran 30 x 40 cm yang diletakkan di atas gelas dan menopang gulungan kertas karton yang di atasnya diletakkan telur. Siswa melakukan percobaan dengan menarik kertas karton dengan dua cara, yaitu ditarik secara cepat dan secara pelan. Setiap hasil percobaan diamati dan dianalisa sampai mereka bisa menarik kesimpulan dari percobaan itu.

Saat kertas karton ditarik cepat secara horizontal, empat telur yang berada di

atas empat gulungan kertas karton jatuh tepat di gelas yang ada di bawahnya. “Jika kertas ditarik cepat secara horizontal maka telur akan jatuh tepat di bawah gelas sesuai posisi telur tersebut. Hal ini sesuai prinsip Hukum 1 Newton,” kata siswa dalam presentasinya.

Berdasar presentasi siswa tersebut, Bu Suprihartini memberi penguatan, ”Hal ini seperti pengendara sepeda motor yang tiba-tiba mengerem, maka badan pengendara akan terdorong ke depan dan akan kembali ke posisi semula.” Pembelajaran ini juga dapat dilihat melalui video dengan scan QR code berikut.*

Percobaan Membuktikan Hukum 1 Newton

Pekanbaru, Riau - Efek rumah kaca ditengarai menjadi penyebab naiknya suhu Bumi. Untuk membuktikannya, Ibu Darwanis, guru IPA SMPN 36 Pekanbaru mengajak siswa kelas VII mengamati efek rumah kaca. Setiap kelompok mendapat 2 toples kaca, 2 termometer, plastik, stopwatch, potongan handuk, air panas, karet gelang, dan lembar kerja.

Guru memberi penguatan bahwa ruang dalam toples diibaratkan sebagai Bumi dan tutup plastik diibaratkan gas-gas rumah kaca yang terperangkap di lapisan atmosfer. Jika konsentrasi gas rumah kaca bertambah, suhu bumi juga akan naik. Gas rumah kaca adalah gas yang terperangkap di lapisan atmosfer. Gas ini berfungsi sebagai "atap rumah kaca" yang mampu meneruskan pancaran sinar Matahari ke Bumi namun menahan radiasi yang diemisikan oleh permukaan Bumi.*

“Awalnya suhu pada kedua toples 33 derajat celcius. Setelah 15 menit toples yang ditutup mencapai 40 derajat, sedangkan suhu pada toples terbuka menjadi 36 derajat. Energi matahari yang melewati toples berubah menjadi panas yang tidak dapat keluar, karena terperangkap oleh tutup plastik. Akibatnya suhu toples yang ditutup plastik lebih hangat,” kata siswa dalam presentasinya.

Siswa memasukkan handuk yang sudah direndam air panas ke toples. Lalu dua termometer yang suhunya sama juga dimasukkan ke setiap toples. Satu toples ditutup dengan plastik dan satu toples dibiarkan terbuka. Kedua toples diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari. Setiap 3 menit, siswa memeriksa suhu pada termometer.

Mengamati Efek Rumah Kaca

8 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 9

Siswa berdiskusi menyiapkan percobaan efek rumah kaca.

Saya berkoordinasi dengan kepala madrasah dan komite tentang program Sesabu ini. Saya juga menyosialisasikan ke kelas-kelas dan menghimbau siswa untuk meminjam buku berbahasa Inggris ke perpustakan atau membelinya.

Sosialisasi di awal Januari 2019 sudah terlihat respons positif dari para siswa. Mereka sudah membawa buku-buku berbahasa Inggris baik fiksi maupun non fiksi. Setelah para siswa memiliki buku berbahasa Inggris, barulah saya memberitahukan prosedur pelaksanaannya. Gerakan ini senada dengan pembudayaan literasi sehari membaca buku 15 menit di madrasah. Perbedaannya Sesabu dibawa ke rumah dengan pantauan orangtua dan guru.

Kendal, Jawa Tengah - Sesabu atau Sebulan Satu Buku, merupakan gerakan literasi yang kami canangkan di MTsN 2 Kendal. Ide ini berawal dari kondisi siswa yang hampir hilang kebiasaan membacanya. Hal ini berimbas pada penguasaan bahasa asing yang juga rendah. Padahal, di era industri 4.0 bahasa Inggris menjadi alat komunikasi penting dalam berhubungan dengan dunia global.

Sejak 4 Januari 2019, saya mulai memantau perkembangan pemahaman siswa pada buku yang dipegangnya. Pemantauan yang saya lakukan yaitu mengajak siswa membuat kamus kecil yang berisi kosa-kata dari buku berbahasa Inggris yang dipegangnya. Kamus kecil ini dibuat mendekati kamus sebenarnya.

Selain itu, dalam buku khusus yang berlabel Literasi Sesabu, siswa juga menuliskan struktur bahasa dan fungsi sosial teks. Analisis dari siswa juga

meliputi struktur kalimat, terjemahan dari buku yang mereka pegang, bahkan analisis pesan moral ataupun manfaat membaca buku tersebut.

Pemantauan ini dilaksanakan seminggu sekali setiap jam tambahan di kelas VIIA. Target terakhir, siswa bisa menyampaikan isi buku dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Menjelang satu bulan, beberapa siswa sudah mulai menyelesai-kan tugas dan siap melanjutkan membaca buku lainnya. Di akhir kegiatan, siswa berpresentasi hasil literasinya.*

Dorong Siswa Mahir Berbahasa Inggris dengan Sesabu

Siswa membaca buku berbahasa Inggris, lalu menulis kosa-kata dan hasil analisisnya di buku Literasi Sesabu.

Siswa sedang membuktikan implementasi Hukum 1 Newton.

Belajar Warisan Budaya Simalungun di Museum

Pada hari berikutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memeriksa kembali hasil pengamatan dan wawancara mereka sebelum dipresentasikan di depan kelas. Semua kelompok bergantian berpresentasi. Mereka juga bertukar hasil karya agar bisa saling belajar.

Setiap kelompok mengamati dan mendengarkan penjelasan dari pemandu museum. Mereka juga menulis informasi yang ada pada benda-benda museum. Kemudian siswa mendiskusikan hasil temuannya di kelompok.

“Koleksi museum yang kami pelajari diantaranya tentang etnografika yaitu jenis-jenis peralatan hidup sehari-hari yang digunakan orang Simalungun. Seperti Parborason yang berfungsi sebagai tempat menyimpan beras. Ada juga Tatabu yang digunakan untuk menyimpan ikan,” kata salah seorang siswa berpresentasi. Ada juga kelompok yang menyampaikan mereka mempelajari naskah kuno terbuat dari kayu yang membahas astronomi sampai ramuan obat tradisional.*

Catatan: Sebaiknya ada pertanyaan untuk siswa, apa saja peninggalan budaya Simalungun yang masih bisa dimanfaatkan? Siswa bisa mengaitkan temuan di museum dan manfaatnya untuk kehidupan.

Pematangsiantar, Sumatera Utara - Memperkenalkan dan mengajak siswa melestarikan warisan budaya akan lebih efektif bila dilakukan dengan berpraktik langsung. Untuk itu saya mengajak siswa kelas IV belajar langsung ke museum Simalungun di Kota Pematang Siantar. Para siswa yang sudah dibagi dalam kelompok kecil, sebelumnya sudah menyiapkan pertanyaan untuk para pemandu di museum. Siswa juga diminta mengamati dan menggali informasi tentang koleksi yang dimiliki museum, sejarahnya, dan cara melestarikan warisan budaya.

Lihat Video

Siswa mengamati koleksi berbagai mata uang (numismatika) yang ada diMuseum Simalungun Kota Pematangsiantar.

Oleh Tatik Haryanti, Guru IPA MTsN 1 Pekanbaru dan Fasilitator Pembelajaran Program PINTAR

Oleh Dra. Lasmaria Aruan; Guru SDN 124399, Pematang Siantar

PRAKTIK BAIKPRAKTIK BAIK

Page 10: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Peta pikiran model Atkinson ini saya terapkan agar siswa ketika melihat lingkungan mampu meninjau dari segi alamnya, sosialnya, ekonominya, dan manfaatnya untuk kehidupan. Tujuan membuat peta pikiran ini agar siswa berpikir analitis dan terstruktur.

Balikpapan, Kalimantan Timur - Terjun langsung ke lingkungan, mengamati, dan menganalisa alam sekitar akan menumbuhkan kebiasaan siswa dalam berpikir analitis. Hal itu yang saya terapkan pada siswa Kelas VII dalam pembelajaran IPA tentang lingkungan. Saya juga mencoba menggunakan mind map atau peta pikiran model Atkinson.

Sebelum berangkat ke hutan, saya menyampaikan tujuan pembelajaran dan alat-alat yang harus dibawa siswa. Mereka harus membawa alat tulis, kamera, dan buku-buku penunjang referensi pengetahuan tentang hutan. Mereka juga membawa spidol warna, karton, penggaris, dan pensil.

Siswa elas VII terdiri dari 35 anak. kMereka saya bagi menjadi 7 kelompok. Tiap kelompok bebas meninjau apa saja di hutan yang akan dijadikan bahan untuk membuat peta pikiran. Saya memanfaatkan Hutan Kota Pendidikan Telagasari Balikpapan sebagai sumberpembelajaran.

Ketika sampai di hutan, setiap kelompok dibebaskan memilih apa yang mau diamati dan dijadikan fokus utama untuk dijadikan bahan pembuatan peta pikiran.

Setelah sampai di daerah tujuan, sambil mengamati lingkungan, mereka berdiskusi memutuskan apa yang akan dijadikan fokus peta pikiran. Kelompok satu sepakat mengamati pohon kayu manis, kelompok dua mengamati hewan-hewan yang ada di hutan tersebut, kelompok tiga mengamati tanah hutan, dan seterusnya. Mereka diberi waktu 60 menit untuk pengamatan di hutan.

Pada saat melakukan pengamatan, siswa berdiskusi dengan teman-teman sekelompoknya. Mereka juga mulai membuat draft peta pikiran sambil membaca referensi buku yang dibawa. Setelah selesai berdiskusi dan membuat draft peta pikiran, siswa saya ajak pulang. Namun sebelum pulang, saya sampaikan peta pikiran tersebut dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.

Saat pertemuan kembali, peta pikiran yang sudah dibuat ditempelkan di luar kelas. etiap kelompok ditugaskan Smelakukan kunjung karya sambil memberi masukan lewat kertas post it. Ada satu siswa yang menunggu pajangan hasil karya kelompoknya.

“Tanah aluvial memiliki manfaat ekonomi di bidang pertanian. Salah satunya untuk mempermudah proses irigasi pada lahan pertanian,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya. Kelompok yang berkunjung diberi kesempatan bertanya atau menulis masukan di kertas post it.

Usai kunjung karya, kami melakukan diskusi bersama untuk mengevaluasi hasil peta pikiran, membuat kesimpulan bersama, dan melakukan refleksi. Saya melihat siswa melakukan banyak diskusi, analisis, dan berpikir kreatif dengan cara ini.

Saya juga menilai hasil peta pikiran buatan siswa. Semakin banyak alur yang dibuat, cabang peta berpikirnya semakin banyak, dan penjelasannya benar maka nilainya semakin tinggi.*

“Kami mengamati pohon kayu manis. Dari peta pikiran ini kita bisa melihat nilai ekonomi kayu manis dari segi harga ketika diolah dan dijual ke pasar. Dari segi lingkungan, kayu manis adalah bagian dari hutan yang bisa menyumbang oksigen. Secara sosial, pohon ini mendorong berdirinya kelompok-kelompok pedagang kayu manis di sekitar hutan dan melakukan penjualan,” demikian penjelasan siswa.

Kelompok dua yang mengamati tanah, memaparkan bahwa jenis tanah di hutan tersebut adalah alluvial, yaitu jenis tanah yang terbentuk karena endapan. Bisa endapan dari sungai, danau yang berada di dataran rendah, ataupun cekungan yang memungkinkan terjadinya endapan. Mereka juga menghubungkan dengan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Mind Map Atkinson dan Berkunjung ke HutanOleh Dyah Puspandari, S.Pd; Guru IPA SMPN 1 Balikpapan

Siswa mempresentasikan peta pikiran model Atkinson untuk melaporkan hasil pengamatan di hutan.

PRAKTIK BAIK

Model Mind Map Atkinson.

10 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 11

Menguji Kandungan Glukosa dalam UrineOleh Muhammad Taufik, Guru IPA SMPN 12 Tanjung Jabung Timur

Hasil diskusi kelompok dipajang sebagai bahan refleksi kelompok lain

Pada pembelajaran kali ini, saya mengajak siswa kelas VIII D SMPN 12 Tanjung Jabung Timur belajar berperan menjadi dokter dalam melakukan uji glukosa pada urine. Mengapa dokter? Karena dokter merupakan sosok yang dicita-citakan umumnya anak Indonesia. Hal ini bisa menjadi motivasi dan energi positif untuk membangkitkan semangat belajar siswa.

Di awal pembelajaran siswa dibentuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan lembar kerja (LK) yang berisi panduan dalam melaksanakan percobaan, menganalisis hasil, dan membuat kesimpulan. Alat yang diperlukan meliputi pipet tetes, tabung reaksi, labu ukur, rak tabung, penjempit

Tanjabtim, Jambi - Urine merupakan produk limbah dari tubuh yang dapat dijadikan indikator kesehatan. Urine normal hanya mengandung air, urea, amoniak, NaCl, pigmen empedu dan zat-zat yang berlebih dalam darah seperti vitamin, obat-obatan, dan hormon. Adanya glukosa pada urine menandakan adanya gangguan pada fungsi tubuh. Umumnya hal ini dialami penderita diabetes.

PRAKTIK BAIK

Siswa diminta jeli mengamati perubahan-perubahan warna yang terjadi. Hasil percobaan menunjukan warna larutan urine yang berbeda-beda. Urine normal menunjukan warna biru menandakan tidak adanya glukosa dalam urine. Sedangkan urine pengidap diabetes ada yang kuning, oranye, merah dan merah bata. Perbedaan warna ini menunjukan tingkat kadar glukosa dalam urine.

Masing–masing kelompok menyiapkan dua tabung reaksi yang diberikan label urine diabetes dan urine normal sebanyak 2 ml untuk masing-masing sampel urine. Kemudian siswa memasukan sebanyak 1 ml reagen benetict pada urine tersebut. Langkah selanjutnya memanaskan tabung reaksi yang berisi sampel urine ke dalam air mendidih selama 15 menit.

Siswa berdiskusi untuk membahas temuan-temuan yang diperoleh selama

kayu, gelas kimia, dan bunsen. Sedangkan bahannya adalah urine yang telah dibawa siswa baik urine yang diduga normal maupun urine penderita diabetes, serta benedict sebagai reagen pendeteksi kandungan glukosa pada urine dan air.

Setelah diskusi siswa diminta membuat laporan sementara dan berpresentasi di depan kelas. Sesi tanya jawab setelah kelompok mempresentasikan laporan, membuat pembelajaran berjalan dengan seru karena sampel urine yang beragam. Tentunya masing- masing kelompok memperoleh hasil yang beragam dan berbeda pula.

“Dari hasil percobaan, kami menemukan urine yang normal setelah diproses berwarna biru. Hal ini menandakan tidak adanya glukosa dalam urine. Sedangkan urine pengidap diabetes setelah diproses urinenya berwarna merah. Warna merah ini menunjukan adanya glukosa dalam urine,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya.

Di akhir kegiatan siswa diminta menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan menuliskan pengalaman belajarnya sebagai refleksi bersama. ”Pembelajaran ini sangat menarik dan membuat kami bisa praktik langsung menemukan urine yang normal dan mengidap diabetes,” tulis salah seorang siswa dalam refleksinya. Terakhir, saya juga mengingatkan semua siswa secara individu mengumpulkan laporan percobaan yang telah disempurnakan.*

percobaan berlangsung. Temuan tersebut diantaranya terbentuknya warna-warna yang berbeda, ada busa pada urine, terbetuknya gumpalan putih pada urine, dan sebagainya.

Siswa menunjukkan urine setelah diproses yang normal dan mengandung glukosa.

Siswa memanaskan tabung reaksi yang berisi sampel urine ke dalam air mendidih selama 15 menit.

NATUREECONOMYSOCIETYWELLBEING

N

E

S

WKeterangan:N: Nature (Alam)E: EkonomiS: SosialW: Kenyamanan

Page 11: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Peta pikiran model Atkinson ini saya terapkan agar siswa ketika melihat lingkungan mampu meninjau dari segi alamnya, sosialnya, ekonominya, dan manfaatnya untuk kehidupan. Tujuan membuat peta pikiran ini agar siswa berpikir analitis dan terstruktur.

Balikpapan, Kalimantan Timur - Terjun langsung ke lingkungan, mengamati, dan menganalisa alam sekitar akan menumbuhkan kebiasaan siswa dalam berpikir analitis. Hal itu yang saya terapkan pada siswa Kelas VII dalam pembelajaran IPA tentang lingkungan. Saya juga mencoba menggunakan mind map atau peta pikiran model Atkinson.

Sebelum berangkat ke hutan, saya menyampaikan tujuan pembelajaran dan alat-alat yang harus dibawa siswa. Mereka harus membawa alat tulis, kamera, dan buku-buku penunjang referensi pengetahuan tentang hutan. Mereka juga membawa spidol warna, karton, penggaris, dan pensil.

Siswa elas VII terdiri dari 35 anak. kMereka saya bagi menjadi 7 kelompok. Tiap kelompok bebas meninjau apa saja di hutan yang akan dijadikan bahan untuk membuat peta pikiran. Saya memanfaatkan Hutan Kota Pendidikan Telagasari Balikpapan sebagai sumberpembelajaran.

Ketika sampai di hutan, setiap kelompok dibebaskan memilih apa yang mau diamati dan dijadikan fokus utama untuk dijadikan bahan pembuatan peta pikiran.

Setelah sampai di daerah tujuan, sambil mengamati lingkungan, mereka berdiskusi memutuskan apa yang akan dijadikan fokus peta pikiran. Kelompok satu sepakat mengamati pohon kayu manis, kelompok dua mengamati hewan-hewan yang ada di hutan tersebut, kelompok tiga mengamati tanah hutan, dan seterusnya. Mereka diberi waktu 60 menit untuk pengamatan di hutan.

Pada saat melakukan pengamatan, siswa berdiskusi dengan teman-teman sekelompoknya. Mereka juga mulai membuat draft peta pikiran sambil membaca referensi buku yang dibawa. Setelah selesai berdiskusi dan membuat draft peta pikiran, siswa saya ajak pulang. Namun sebelum pulang, saya sampaikan peta pikiran tersebut dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.

Saat pertemuan kembali, peta pikiran yang sudah dibuat ditempelkan di luar kelas. etiap kelompok ditugaskan Smelakukan kunjung karya sambil memberi masukan lewat kertas post it. Ada satu siswa yang menunggu pajangan hasil karya kelompoknya.

“Tanah aluvial memiliki manfaat ekonomi di bidang pertanian. Salah satunya untuk mempermudah proses irigasi pada lahan pertanian,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya. Kelompok yang berkunjung diberi kesempatan bertanya atau menulis masukan di kertas post it.

Usai kunjung karya, kami melakukan diskusi bersama untuk mengevaluasi hasil peta pikiran, membuat kesimpulan bersama, dan melakukan refleksi. Saya melihat siswa melakukan banyak diskusi, analisis, dan berpikir kreatif dengan cara ini.

Saya juga menilai hasil peta pikiran buatan siswa. Semakin banyak alur yang dibuat, cabang peta berpikirnya semakin banyak, dan penjelasannya benar maka nilainya semakin tinggi.*

“Kami mengamati pohon kayu manis. Dari peta pikiran ini kita bisa melihat nilai ekonomi kayu manis dari segi harga ketika diolah dan dijual ke pasar. Dari segi lingkungan, kayu manis adalah bagian dari hutan yang bisa menyumbang oksigen. Secara sosial, pohon ini mendorong berdirinya kelompok-kelompok pedagang kayu manis di sekitar hutan dan melakukan penjualan,” demikian penjelasan siswa.

Kelompok dua yang mengamati tanah, memaparkan bahwa jenis tanah di hutan tersebut adalah alluvial, yaitu jenis tanah yang terbentuk karena endapan. Bisa endapan dari sungai, danau yang berada di dataran rendah, ataupun cekungan yang memungkinkan terjadinya endapan. Mereka juga menghubungkan dengan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Mind Map Atkinson dan Berkunjung ke HutanOleh Dyah Puspandari, S.Pd; Guru IPA SMPN 1 Balikpapan

Siswa mempresentasikan peta pikiran model Atkinson untuk melaporkan hasil pengamatan di hutan.

PRAKTIK BAIK

Model Mind Map Atkinson.

10 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 11

Menguji Kandungan Glukosa dalam UrineOleh Muhammad Taufik, Guru IPA SMPN 12 Tanjung Jabung Timur

Hasil diskusi kelompok dipajang sebagai bahan refleksi kelompok lain

Pada pembelajaran kali ini, saya mengajak siswa kelas VIII D SMPN 12 Tanjung Jabung Timur belajar berperan menjadi dokter dalam melakukan uji glukosa pada urine. Mengapa dokter? Karena dokter merupakan sosok yang dicita-citakan umumnya anak Indonesia. Hal ini bisa menjadi motivasi dan energi positif untuk membangkitkan semangat belajar siswa.

Di awal pembelajaran siswa dibentuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan lembar kerja (LK) yang berisi panduan dalam melaksanakan percobaan, menganalisis hasil, dan membuat kesimpulan. Alat yang diperlukan meliputi pipet tetes, tabung reaksi, labu ukur, rak tabung, penjempit

Tanjabtim, Jambi - Urine merupakan produk limbah dari tubuh yang dapat dijadikan indikator kesehatan. Urine normal hanya mengandung air, urea, amoniak, NaCl, pigmen empedu dan zat-zat yang berlebih dalam darah seperti vitamin, obat-obatan, dan hormon. Adanya glukosa pada urine menandakan adanya gangguan pada fungsi tubuh. Umumnya hal ini dialami penderita diabetes.

PRAKTIK BAIK

Siswa diminta jeli mengamati perubahan-perubahan warna yang terjadi. Hasil percobaan menunjukan warna larutan urine yang berbeda-beda. Urine normal menunjukan warna biru menandakan tidak adanya glukosa dalam urine. Sedangkan urine pengidap diabetes ada yang kuning, oranye, merah dan merah bata. Perbedaan warna ini menunjukan tingkat kadar glukosa dalam urine.

Masing–masing kelompok menyiapkan dua tabung reaksi yang diberikan label urine diabetes dan urine normal sebanyak 2 ml untuk masing-masing sampel urine. Kemudian siswa memasukan sebanyak 1 ml reagen benetict pada urine tersebut. Langkah selanjutnya memanaskan tabung reaksi yang berisi sampel urine ke dalam air mendidih selama 15 menit.

Siswa berdiskusi untuk membahas temuan-temuan yang diperoleh selama

kayu, gelas kimia, dan bunsen. Sedangkan bahannya adalah urine yang telah dibawa siswa baik urine yang diduga normal maupun urine penderita diabetes, serta benedict sebagai reagen pendeteksi kandungan glukosa pada urine dan air.

Setelah diskusi siswa diminta membuat laporan sementara dan berpresentasi di depan kelas. Sesi tanya jawab setelah kelompok mempresentasikan laporan, membuat pembelajaran berjalan dengan seru karena sampel urine yang beragam. Tentunya masing- masing kelompok memperoleh hasil yang beragam dan berbeda pula.

“Dari hasil percobaan, kami menemukan urine yang normal setelah diproses berwarna biru. Hal ini menandakan tidak adanya glukosa dalam urine. Sedangkan urine pengidap diabetes setelah diproses urinenya berwarna merah. Warna merah ini menunjukan adanya glukosa dalam urine,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya.

Di akhir kegiatan siswa diminta menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan menuliskan pengalaman belajarnya sebagai refleksi bersama. ”Pembelajaran ini sangat menarik dan membuat kami bisa praktik langsung menemukan urine yang normal dan mengidap diabetes,” tulis salah seorang siswa dalam refleksinya. Terakhir, saya juga mengingatkan semua siswa secara individu mengumpulkan laporan percobaan yang telah disempurnakan.*

percobaan berlangsung. Temuan tersebut diantaranya terbentuknya warna-warna yang berbeda, ada busa pada urine, terbetuknya gumpalan putih pada urine, dan sebagainya.

Siswa menunjukkan urine setelah diproses yang normal dan mengandung glukosa.

Siswa memanaskan tabung reaksi yang berisi sampel urine ke dalam air mendidih selama 15 menit.

NATUREECONOMYSOCIETYWELLBEING

N

E

S

WKeterangan:N: Nature (Alam)E: EkonomiS: SosialW: Kenyamanan

Page 12: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Oleh Mahmud Alpusari, M.Pd; Dosen PGSD FKIP Universitas Riau

Belajar Paku-Pakuan dan Lumut dengan MIKiR

Pekanbaru, Riau - Pada perkuliahan mahasiswa program studi PGSD, saya menerapkan unsur pembelajaran aktif MIKiR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi) agar perkuliahan dilaksanakan dengan aktif dan mahasiswa calon guru mendapatkan contoh pembelajaran yang baik. Seperti pada materi perkuliahan mengenal tumbuhan paku-pakuan dan lumut.

Mengalami. Perkuliahan dimulai dengan meminta mahasiswa membaca senyap bahan bacaan tentang paku-pakuan dan lumut selama 15 menit. Kemudian mereka mengobservasi tumbuh-tumbuhan paku-pakuan dan lumut yang dibawa secara berkelompok.

Tumbuhan paku-pakuan yang diamati adalah paku udang, paku resam, paku sarang burung, paku suplir, dan pakis sayur. Sedangkan lumut yang diamati adalah lumut daun dan lumut hati. Para

Mahasiswa saya fasilitasi untuk mengamati dan meneliti tumbuhan paku-pakuan dan lumut. Sebelumnya mahasiswa secara berkelompok sudah ditugaskan untuk membawa tumbuh-tumbuhan paku-pakuan dan lumut. Berikut adalah proses perkuliahan dengan unsur MIKiR.

Mahasiswa sedang mengamati langsung tanaman paku-pakuan.

PRAKTIK BAIK

mahasiswa mengamati dan mengidentifikasi struktur organ pokok tumbuhan tersebut. Mulai daun, batang, akar dan organ lain yang tampak secara morfologi.

Komunikasi. Kegiatan mengomunikasikan hasil karya mahasiswa dilakukan melalui kunjung karya. Mahasiswa memilih teman satu kelompok untuk tinggal di kelompoknya dengan cara mengacungkan tangan ke atas dengan gaya angin puting beliung. Mahasiswa yang paling banyak ditunjuk, harus tinggal di kelompok untuk menjadi narasumber bagi kelompok lain yang berkunjung. Sedangkan mahasiswa lain akan pindah kekelompok yang lain.

Interaksi: Ketika mengamati tumbuhan tersebut terjadi interaksi antar mahasiswa dalam satu kelompok. Mahasiswa saling memberikan masukan dan menyampaikan ide-ide dan pendapat mereka. Hasil diskusi tersebut dituliskan pada kertas metaplan yang telah disiapkan. Mahasiswa menempelkan post it pada kertas plano dengan kreasi masing-masing.

Selanjutnya mahasiswa melakukan kunjung karya dan menyimak presentasi hasil temuan setiap kelompok. Mereka

juga memberikan komentar terhadap materi yang disampaikan.

Refleksi. Di kegiatan refleksi, mahasiswa menyampaikan bisa memahami materi dengan baik. Refleksi dari hasil kegiatan perkuliahan.

MenurutAgung, salah seorang mahasiswa, perkuliahan ini menyenangkan dan tidak membosankan. Mahasiswa langsung berhadapan dengan benda nyata dan bisa melihat bagian-bagian tumbuhan tersebut. Di akhir perkuliahan, saya memotivasi mahasiswa membaca materi perkuliahan yang terkait dengan materi berikutnya.*

“Tumbuhan paku-pakuan merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji. Tumbuhan paku-pakuan memiliki pembuluh angkut berupa floem dan xilem. Tumbuhan ini tidak memiliki biji dan bunga untuk media perkembangbiakannya. Paku-pakuan termasuk tumbuhan berkormus (cormophyta) karena telah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Kalau lumut disebut tumbuhan berkalus (thalophyta) karena lumut tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati,” demikian penjelasan salah satu kelompok kepada kelompok lain yang berkunjung ke kelompoknya.

Selama proses kunjung karya mahasiswa terlihat begitu antusias dalam menyampaikan materi secara gamblang. Setelah selesai, mahasiswa kembali ke kelompok masing-masing dan menyampaikan masukan yang diperoleh dari kelompok yang dikunjungi.

Mahasiswa sedang menyiapkan laporan hasil pengamatannya.

(1) Fasilitator dan guru sedang berdiskusi membahas persiapan pembelajaran pada kegiatan KKG dan MGMP (2) Pada kegiatan pendampingan pembelajaran, fasilitator mendampingi proses pembelajaran. (3) Orangtua siswa tampak membacakan buku cerita pada anaknya di sekolah. Kegiatan ini merupakan tindaklanjut kegiatan pendampingan MBS dan budaya baca yang melibatkan peran aktif orangtua dalam mendampingi siswa belajar.

Kunci Keberhasilan Pendampingan Oleh Prof. Dr. Sri Minda Murni; Koordinator LPTK Provinsi Sumatera Utara

Hasil diskusi kelompok mahasiswa dipajang sebagai sumber belajar kelompok lain.

12 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 13

Pendampingan adalah kegiatan pasca pelatihan yang dilaksanakan oleh Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation. Pendampingan dilakukan untuk memastikan rencana tindak lanjut pelatihan yang dibuat para guru, kepala sekolah, dan komite sekolah diimplementasikan di sekolah.

Tantangan Pendampingan

Ketiga, Meninggalkan “PR” kepada guru dan kepala sekolah untuk dilihat hasilnya di pertemuan berikutnya dengan alasan keterbatasan waktu.

Kelima, proses pendampingan tidak direkam dengan baik sehingga perubahan yang terjadi pasca pedampingan tidak terlihat.

Kedua, rentang waktu antar satu kunjungan ke kunjungan lainnya tidak diatur dengan baik. Bila terlalu dekat pendampingan akan jadi beban; Bila terlalu lama target pendampingan potensial terlupakan.

Keempat, pendampingan dilakukan seperti kunjungan atasan kepada bawahan.

Berikut beberapa pendekatan untuk mengurai tantangan pendampingan.

Berikut adalah sejumlah tantangan dalam melakukan pendampingan. Pertama, menganggap bahwa saran-saran verbal dan tertulis yang diberikan oleh fasilitator kepada guru dan kepala sekolah merupakan produk kegiatan pendampingan.

(2) Pendekatan waktu. Kegiatan pendampingan sedikitnya dilakukan 4 jam pada setiap kunjungan sehingga cukup waktu untuk menghasilkan produk bersama dan tidak perlu meninggalkan “PR” kepada kepala sekolah dan guru. Produk itu dapat berupa: skenario pembelajaran aktif untuk KD tertentu, Lembar kerja, Jadwal rotasi buku antar kelas, dll. Para fasilitator berkunjung kembali pada saat produk tsb diterapkan untuk mengkaji efektifitasnya.

(4) Pendekatan pencatatan. Mencatat hasil pendampingan dan mengambil gambar saat pendampingan harus

(3) Pendekatan 'teman baik'. Fasilitator yang merasa sebagai atasan saat melakukan pendampingan biasanya menempatkan diri sebagai “orang asing” atau 'orang luar” bagi terdamping. Sebaliknya fasilitator yang baik menempatkan diri sebagai “orang lama” bahkan “teman baik” bagi guru dan kepala sekolah yang didampingi.

(1) Pendekatan produk. Para fasilitator diminta untuk memastikan kegiatan pendampingan menghasilkan produk: pembelajaran aktif, budaya baca, dan MBS. Dengan demikian isi kegiatan pendampingan itu bukan saran atau nasihat. Ketika produk 1 pendampingan telah dihasilkan, maka langkah selanjutnya adalah membentuk “virtual grup” untuk berbagi pengalaman pendampingan terutama praktik baik pendampingan yang telah dihasilkan oleh masing-masing fasilitator.

dibudayakan. Setiap kali melakukan pendampingan faasilitator sebaiknya mengunggak foto-foto dan produk ke virtual group yang ada. Selain itu, laporan pendampingan tidak boleh bersifat admistratif semata tetapi juga harus berisi informasi pendampingan dan hasil-hasilnya, termasuk foto-foto yang bisa dibagikan sebagai praktik baik.

Sementara Ibu Mutia Lafrida, Fasilitator Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) membuat kegiatan pendampingan budaya baca dengan melibatkan orangtua siswa kelas I SDN 003 Kuala Tungkal, Jambi. Para orangtua siswa dilibatkan untuk mendukung program peningkatan kualitas sekolah dan mendampingi anak membaca di rumah.*

Pendekatan di atas terbukti menghasilkan produk pendampingan yang baik. Salah satunya adalah yang dilakukan Bapak Isran Rasyid, Fasilitator Dosen UINSU yang mendampingi guru-guru IPA madrasah mitra UINSU dengan model .lesson study

Pada tahap perencanaan ( ), Pak planIsran bersama para guru membahas persiapan pembelajaran, lembar kerja, alat dan bahan yang akan digunakan. Pada tahap pelaksanaan ( ), fasilitator doikut mendampingi proses pembelajaran. Pasca pembelajaran, fasilitator dan guru mendiskusikan keberhasilan pembelajaran dan hal-hal yang perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa ( ). see

Praktik Baik Pendampingan

PRAKTIK BAIK

1 2 3

Page 13: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Oleh Mahmud Alpusari, M.Pd; Dosen PGSD FKIP Universitas Riau

Belajar Paku-Pakuan dan Lumut dengan MIKiR

Pekanbaru, Riau - Pada perkuliahan mahasiswa program studi PGSD, saya menerapkan unsur pembelajaran aktif MIKiR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi) agar perkuliahan dilaksanakan dengan aktif dan mahasiswa calon guru mendapatkan contoh pembelajaran yang baik. Seperti pada materi perkuliahan mengenal tumbuhan paku-pakuan dan lumut.

Mengalami. Perkuliahan dimulai dengan meminta mahasiswa membaca senyap bahan bacaan tentang paku-pakuan dan lumut selama 15 menit. Kemudian mereka mengobservasi tumbuh-tumbuhan paku-pakuan dan lumut yang dibawa secara berkelompok.

Tumbuhan paku-pakuan yang diamati adalah paku udang, paku resam, paku sarang burung, paku suplir, dan pakis sayur. Sedangkan lumut yang diamati adalah lumut daun dan lumut hati. Para

Mahasiswa saya fasilitasi untuk mengamati dan meneliti tumbuhan paku-pakuan dan lumut. Sebelumnya mahasiswa secara berkelompok sudah ditugaskan untuk membawa tumbuh-tumbuhan paku-pakuan dan lumut. Berikut adalah proses perkuliahan dengan unsur MIKiR.

Mahasiswa sedang mengamati langsung tanaman paku-pakuan.

PRAKTIK BAIK

mahasiswa mengamati dan mengidentifikasi struktur organ pokok tumbuhan tersebut. Mulai daun, batang, akar dan organ lain yang tampak secara morfologi.

Komunikasi. Kegiatan mengomunikasikan hasil karya mahasiswa dilakukan melalui kunjung karya. Mahasiswa memilih teman satu kelompok untuk tinggal di kelompoknya dengan cara mengacungkan tangan ke atas dengan gaya angin puting beliung. Mahasiswa yang paling banyak ditunjuk, harus tinggal di kelompok untuk menjadi narasumber bagi kelompok lain yang berkunjung. Sedangkan mahasiswa lain akan pindah kekelompok yang lain.

Interaksi: Ketika mengamati tumbuhan tersebut terjadi interaksi antar mahasiswa dalam satu kelompok. Mahasiswa saling memberikan masukan dan menyampaikan ide-ide dan pendapat mereka. Hasil diskusi tersebut dituliskan pada kertas metaplan yang telah disiapkan. Mahasiswa menempelkan post it pada kertas plano dengan kreasi masing-masing.

Selanjutnya mahasiswa melakukan kunjung karya dan menyimak presentasi hasil temuan setiap kelompok. Mereka

juga memberikan komentar terhadap materi yang disampaikan.

Refleksi. Di kegiatan refleksi, mahasiswa menyampaikan bisa memahami materi dengan baik. Refleksi dari hasil kegiatan perkuliahan.

MenurutAgung, salah seorang mahasiswa, perkuliahan ini menyenangkan dan tidak membosankan. Mahasiswa langsung berhadapan dengan benda nyata dan bisa melihat bagian-bagian tumbuhan tersebut. Di akhir perkuliahan, saya memotivasi mahasiswa membaca materi perkuliahan yang terkait dengan materi berikutnya.*

“Tumbuhan paku-pakuan merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji. Tumbuhan paku-pakuan memiliki pembuluh angkut berupa floem dan xilem. Tumbuhan ini tidak memiliki biji dan bunga untuk media perkembangbiakannya. Paku-pakuan termasuk tumbuhan berkormus (cormophyta) karena telah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Kalau lumut disebut tumbuhan berkalus (thalophyta) karena lumut tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati,” demikian penjelasan salah satu kelompok kepada kelompok lain yang berkunjung ke kelompoknya.

Selama proses kunjung karya mahasiswa terlihat begitu antusias dalam menyampaikan materi secara gamblang. Setelah selesai, mahasiswa kembali ke kelompok masing-masing dan menyampaikan masukan yang diperoleh dari kelompok yang dikunjungi.

Mahasiswa sedang menyiapkan laporan hasil pengamatannya.

(1) Fasilitator dan guru sedang berdiskusi membahas persiapan pembelajaran pada kegiatan KKG dan MGMP (2) Pada kegiatan pendampingan pembelajaran, fasilitator mendampingi proses pembelajaran. (3) Orangtua siswa tampak membacakan buku cerita pada anaknya di sekolah. Kegiatan ini merupakan tindaklanjut kegiatan pendampingan MBS dan budaya baca yang melibatkan peran aktif orangtua dalam mendampingi siswa belajar.

Kunci Keberhasilan Pendampingan Oleh Prof. Dr. Sri Minda Murni; Koordinator LPTK Provinsi Sumatera Utara

Hasil diskusi kelompok mahasiswa dipajang sebagai sumber belajar kelompok lain.

12 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 13

Pendampingan adalah kegiatan pasca pelatihan yang dilaksanakan oleh Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation. Pendampingan dilakukan untuk memastikan rencana tindak lanjut pelatihan yang dibuat para guru, kepala sekolah, dan komite sekolah diimplementasikan di sekolah.

Tantangan Pendampingan

Ketiga, Meninggalkan “PR” kepada guru dan kepala sekolah untuk dilihat hasilnya di pertemuan berikutnya dengan alasan keterbatasan waktu.

Kelima, proses pendampingan tidak direkam dengan baik sehingga perubahan yang terjadi pasca pedampingan tidak terlihat.

Kedua, rentang waktu antar satu kunjungan ke kunjungan lainnya tidak diatur dengan baik. Bila terlalu dekat pendampingan akan jadi beban; Bila terlalu lama target pendampingan potensial terlupakan.

Keempat, pendampingan dilakukan seperti kunjungan atasan kepada bawahan.

Berikut beberapa pendekatan untuk mengurai tantangan pendampingan.

Berikut adalah sejumlah tantangan dalam melakukan pendampingan. Pertama, menganggap bahwa saran-saran verbal dan tertulis yang diberikan oleh fasilitator kepada guru dan kepala sekolah merupakan produk kegiatan pendampingan.

(2) Pendekatan waktu. Kegiatan pendampingan sedikitnya dilakukan 4 jam pada setiap kunjungan sehingga cukup waktu untuk menghasilkan produk bersama dan tidak perlu meninggalkan “PR” kepada kepala sekolah dan guru. Produk itu dapat berupa: skenario pembelajaran aktif untuk KD tertentu, Lembar kerja, Jadwal rotasi buku antar kelas, dll. Para fasilitator berkunjung kembali pada saat produk tsb diterapkan untuk mengkaji efektifitasnya.

(4) Pendekatan pencatatan. Mencatat hasil pendampingan dan mengambil gambar saat pendampingan harus

(3) Pendekatan 'teman baik'. Fasilitator yang merasa sebagai atasan saat melakukan pendampingan biasanya menempatkan diri sebagai “orang asing” atau 'orang luar” bagi terdamping. Sebaliknya fasilitator yang baik menempatkan diri sebagai “orang lama” bahkan “teman baik” bagi guru dan kepala sekolah yang didampingi.

(1) Pendekatan produk. Para fasilitator diminta untuk memastikan kegiatan pendampingan menghasilkan produk: pembelajaran aktif, budaya baca, dan MBS. Dengan demikian isi kegiatan pendampingan itu bukan saran atau nasihat. Ketika produk 1 pendampingan telah dihasilkan, maka langkah selanjutnya adalah membentuk “virtual grup” untuk berbagi pengalaman pendampingan terutama praktik baik pendampingan yang telah dihasilkan oleh masing-masing fasilitator.

dibudayakan. Setiap kali melakukan pendampingan faasilitator sebaiknya mengunggak foto-foto dan produk ke virtual group yang ada. Selain itu, laporan pendampingan tidak boleh bersifat admistratif semata tetapi juga harus berisi informasi pendampingan dan hasil-hasilnya, termasuk foto-foto yang bisa dibagikan sebagai praktik baik.

Sementara Ibu Mutia Lafrida, Fasilitator Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) membuat kegiatan pendampingan budaya baca dengan melibatkan orangtua siswa kelas I SDN 003 Kuala Tungkal, Jambi. Para orangtua siswa dilibatkan untuk mendukung program peningkatan kualitas sekolah dan mendampingi anak membaca di rumah.*

Pendekatan di atas terbukti menghasilkan produk pendampingan yang baik. Salah satunya adalah yang dilakukan Bapak Isran Rasyid, Fasilitator Dosen UINSU yang mendampingi guru-guru IPA madrasah mitra UINSU dengan model .lesson study

Pada tahap perencanaan ( ), Pak planIsran bersama para guru membahas persiapan pembelajaran, lembar kerja, alat dan bahan yang akan digunakan. Pada tahap pelaksanaan ( ), fasilitator doikut mendampingi proses pembelajaran. Pasca pembelajaran, fasilitator dan guru mendiskusikan keberhasilan pembelajaran dan hal-hal yang perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa ( ). see

Praktik Baik Pendampingan

PRAKTIK BAIK

1 2 3

Page 14: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Bangkitkan Peran Serta Masyarakat dengan Bedah Kelas

Pertemuan diadakan ketika pembagian rapor siswa. Ibu Sahidayati, kepala sekolah mempresentasikan keuangan sekolah dan peruntukannya, serta program sekolah yang tidak tercakup dana BOS. Ketua komite sekolah, Bapak

Balikpapan, Kalimantan Timur - Pasca mengikuti pelatihan Peran Serta Masyarakat (PSM) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah dan ketua komite SDN 011 Balikpapan Tengah terinspirasi meningkatkan partisipasi orangtua dalam program sekolah. Mereka langsung mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa untuk membahas implementasi hasil pelatihan.

Soetrisno, menguatkan pentingnya membuat kelas menjadi tempat yang nyaman untuk belajar siswa. Menurutnya kelas yang nyaman dapat menunjang kegiatan pembelajaran aktif dan budaya baca. Dukungan orangtua penting untuk mewujudkan hal itu, mengingat sumber daya keuangan sekolah tidak cukup untuk membuat perbaikan kelas.

Pertemuan menyepakati adanya lomba bedah kelas. Orangtua siswa yang tergabung dalam komite kelas bertanggungjawab pada masing-masing ruang kelas anak-anaknya. Komite kelas memastikan setiap kelas akan dibenahi agar bisa memenuhi unsur-unsur yang

PRAKTIK BAIK

dinilai dalam lomba: kerapian, keindahan, kreativitas, dan tersedia pojok baca.

Pada sore hari, setiap Sabtu dan Minggu, orangtua siswa meluangkan waktu ke untuk membenahi kelas. Mereka secara berkelompok mengecat, memperbaiki apa saja yang kelihatan kurang baik, melukis dinding kelas yang sesuai tema pembelajaran, dan membuat pojok baca.

Setelah dua bulan berlangsung, tibalah saatnya penilaian. Para penilai yang terdiri dari pengawas, kepala sekolah, dan ketua komite menilai kelas satu persatu. Setelah melalui rapat kecil, diputuskan yang menjadi juara untuk bedah kelas yang pertama ini adalah kelas III. Lomba bedah kelas ini akan dilaksanakan per enam bulan. Menurut Pak Soetrisno, kegiatan ini membuat hubungan antar orangtua makin erat.*

Waktu untuk melakukan bedah kelas selama dua bulan. Mereka memperindah kelas dengan jenis bantuan yang mereka tentukan sendiri, seperti bantuan tenaga, dana, atau waktu. Orangtua siswa lewat anaknya akan menyumbang satu buku untuk diletakkan di pojok baca kelas.

Karo, Sumatera Utara - Ada kebiasaan setiap akhir tahun pembelajaran, orangtua siswa kelas VI selalu memberikan kenang-kenangan kado. Saya berinisiatif mengubah kebiasaan tersebut dengan mengarahkan kepedulian orangtua siswa untuk membuat taman sekolah dan memelihara tanamannya. Untuk mewujudkannya, kami mengundang orangtua rapat bersama komite. Kami membahas peran serta orangtua dalam mendampingi belajar anaknya dan membahas rencana mewujudkan sekolah adiwiyata. Rencana ini disambut baik para orangtua. Selanjutnya kami mendata kebutuhan dan membagi tanggungjawab penyediaan bahan dan peralatan kerja. Ada juga yang menyumbang tenaga dan uang.

Pada hari pelaksanaan kerja bakti pembuatan taman sekolah, hampir seluruh orangtua siswa hadir. Bahkan ada yang membawa makanan dan minuman untuk konsumsi bersama. Akhirnya pembuatan taman sekolah bisa kami selesaikan. Untuk pemeliharaannya, kami melibatkan semua siswa dan wali kelasnya. Kini sekolah kami menjadi lebih asri,

Pada penilaian sekolah adiwiyata oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi, sekolah kami terpilih menjadi Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi se-Sumatera Utara. Mereka menilai sekolah kami memiliki taman yang hijau, bersih, rindang, indah, memanfaatkan barang bekas, memiliki toga, memiliki drainase dan sumber air yang cukup, serta hemat energi. Saya bersama Kepala Dinas Pendidikan Karo, Bapak Dr. Eddi Surianta, diundang untuk menerima piagam penghargaan dari Gubernur Sumatera Utara, Bapak Edy Rahmayadi.*

Peran Serta Orangtua Siswa dalam Mewujudkan Sekolah Adiwiyata

Orangtua siswa bergotong royong memperbaiki kelas anaknya masing-masing. Setelah dibedah, kelas menjadi tampak lebih nyaman untuk siswa belajar.

Oleh Rosmiati Br Tarigan, S.Pd., M.Pd; Kepala SDN 040451 Kabanjahe

Dalam Desain Induk GLS yang diterbitkan Kemdikbud, GLS dijalankan secara bertahap melalui kegiatan pembiasaan, pengembangan, kemudian pembelajaran. Sayangnya, banyak sekolah enggan menjalani kegiatan pembiasaan. Sekolah lebih senang melompat ke tahap pengembangan. Siswa ditugaskan membaca dan merangkum hasil bacaan. Yang paling banyak membaca buku dan merangkum akan mendapat penghargaan.

Jakarta - Program literasi di sekolah harus dijalankan dalam suasana menyenangkan. Saking senangnya, guru dan siswa berdebar-debar menyambut detik-detik pelaksanaannya. Mereka segera tenggelam dalam suasana keceriaan dan kebersamaan. Dalam suasana seperti inilah budaya membaca akan terasa.

Jangan sampai pelaksanaan program literasi ada yang merasa terbebani. Misalnya, siswa yang terbebani merangkum hasil bacaan dan guru merasa terpaksa memeriksa rangkuman siswa. Jika begitu, kegiatan literasi bisa membosankan, menyiksa, atau sekadar memenuhi kewajiban. Atmosfer tersebut akan sulit membentuk budaya membaca di sekolah.

Sebelum siswa membaca, apa mereka sudah diajari cara membaca yang benar? Sebelum siswa diminta merangkum hasil bacaan, apa mereka sudah diberi tahu cara merangkum yang benar? Kegiatan pembiasaan siswa untuk membaca sangat penting dilaksanakan. Tahap pembiasaan bertujuan

Program Literasi Harus Menyenangkan

menciptakan suasana membaca yang menyenangkan. Siswa tidak dibebani dengan tagihan membuat rangkuman (otomatis guru tidak dibebani mengoreksi rangkuman siswa). Kegiatan membaca divariasikan, tidak sekadar membaca mandiri. Bisa dicoba membacakan nyaring (read aloud). Agar suasana menjadi lebih santai, saat membaca nyaring bisa diiringi permainan gitar atau alat musik lainnya. Bisa juga dengan menonton film pendek lalu didiskusikan kontennya. Kalau ada puisi yang enak didengar dan isinya menggugah bisa dibacakan di depan kelas, didiskusikan pesan, dan makna puisi. Kalau ada poster atau foto menarik, boleh juga didiskusikan di kelas.

Kegiatan tersebut membuat membaca buku menjadi menyenangkan. Tidak ada tagihan membuat rangkuman. Jika siswa dan guru sudah senang serta cinta membaca, barulah melangkah ke tahap berikutnya yaitu pengembangan. Di titik ini, kalau siswa mau diberi tagihan merangkum hasil bacaan, boleh saja. Mereka tidak akan keberatan. Literasi tidak hanya untuk dibicarakan ataupun dirapatkan. Literasi juga perlu dirayakan.*

Pada acara Reading Day di MI As Syauqi, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, mereka mengundang penerbit untuk memamerkan buku-buku bacaan dan membuat ragam kegiatan yang menarik minat siswa untuk membaca.

Begini Trik Menarik Minat Membaca Anak

“Di awal membacakan buku, biasanya saya bertanya jawab singkat tentang pengarang buku atau meminta siswa menebak isi buku dengan melihat cover dan judul buku,” katanya lagi. Pada saat

Tanjung Jabung Barat, Jambi - Salah satu kegiatan yang dilatihkan Program PINTAR Tanoto Foundation untuk membangkitkan minat membaca siswa adalah guru membacakan buku. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Sampurna, guru SDN 005 Kuala Tungkal. “Seminggu dua kali saya membacakan buku pada anak. Buku yang dipilih harus bisa menarik perhatian siswa,” katanya.

Sebelum membacakan buku, guru perlu mempersiapkan diri dengan membaca buku itu terlebih dulu. Bu Sampurna menandai bagian-bagian yang perlu diberi penekanan suara atau bagian untuk bertanya jawab dengan siswa.

membacakan buku, menurutnya, jangan terlalu cepat. Lihat reaksi siswa. Pastikan mereka menikmati cerita yang dibacakan. Untuk siswa kelas 1 yang belum lancar membaca, bisa dikompilasi bahasa ibu agar anak mengerti dengan isi bukunya.

Kalau membacanya menarik, biasanya siswa akan serius menyimak.“Pengalaman menyimak ini dapat menunjukkan kepada siswa bahwa di dalam buku ada cerita yang asyik sehingga mereka akan tertarik untuk lebih banyak membaca buku lain,” tutupnya.*

Gunakan juga intonasi suara sesuai isi cerita, seperti menangis atau tertawa. Hal ini akan membuat siswa penasaran. “Jeda membaca juga diperlukan untuk membuat siswa yang menyimak lebih terlibat. Siswa bisa ditanya komentarnya tentang isi buku atau menebak isi cerita halaman berikutnya,” katanya lagi.

Ibu Sampurna membacakan buku cerita kepada beberapa siswa di pondok baca.

14 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 15

Oleh Billy Antoro, Sekretaris Satgas Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbud

Siswa diajak terlibat bertanggung jawab menjaga dan melestarikan taman sekolah.

PRAKTIK BAIK

Page 15: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Bangkitkan Peran Serta Masyarakat dengan Bedah Kelas

Pertemuan diadakan ketika pembagian rapor siswa. Ibu Sahidayati, kepala sekolah mempresentasikan keuangan sekolah dan peruntukannya, serta program sekolah yang tidak tercakup dana BOS. Ketua komite sekolah, Bapak

Balikpapan, Kalimantan Timur - Pasca mengikuti pelatihan Peran Serta Masyarakat (PSM) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah dan ketua komite SDN 011 Balikpapan Tengah terinspirasi meningkatkan partisipasi orangtua dalam program sekolah. Mereka langsung mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa untuk membahas implementasi hasil pelatihan.

Soetrisno, menguatkan pentingnya membuat kelas menjadi tempat yang nyaman untuk belajar siswa. Menurutnya kelas yang nyaman dapat menunjang kegiatan pembelajaran aktif dan budaya baca. Dukungan orangtua penting untuk mewujudkan hal itu, mengingat sumber daya keuangan sekolah tidak cukup untuk membuat perbaikan kelas.

Pertemuan menyepakati adanya lomba bedah kelas. Orangtua siswa yang tergabung dalam komite kelas bertanggungjawab pada masing-masing ruang kelas anak-anaknya. Komite kelas memastikan setiap kelas akan dibenahi agar bisa memenuhi unsur-unsur yang

PRAKTIK BAIK

dinilai dalam lomba: kerapian, keindahan, kreativitas, dan tersedia pojok baca.

Pada sore hari, setiap Sabtu dan Minggu, orangtua siswa meluangkan waktu ke untuk membenahi kelas. Mereka secara berkelompok mengecat, memperbaiki apa saja yang kelihatan kurang baik, melukis dinding kelas yang sesuai tema pembelajaran, dan membuat pojok baca.

Setelah dua bulan berlangsung, tibalah saatnya penilaian. Para penilai yang terdiri dari pengawas, kepala sekolah, dan ketua komite menilai kelas satu persatu. Setelah melalui rapat kecil, diputuskan yang menjadi juara untuk bedah kelas yang pertama ini adalah kelas III. Lomba bedah kelas ini akan dilaksanakan per enam bulan. Menurut Pak Soetrisno, kegiatan ini membuat hubungan antar orangtua makin erat.*

Waktu untuk melakukan bedah kelas selama dua bulan. Mereka memperindah kelas dengan jenis bantuan yang mereka tentukan sendiri, seperti bantuan tenaga, dana, atau waktu. Orangtua siswa lewat anaknya akan menyumbang satu buku untuk diletakkan di pojok baca kelas.

Karo, Sumatera Utara - Ada kebiasaan setiap akhir tahun pembelajaran, orangtua siswa kelas VI selalu memberikan kenang-kenangan kado. Saya berinisiatif mengubah kebiasaan tersebut dengan mengarahkan kepedulian orangtua siswa untuk membuat taman sekolah dan memelihara tanamannya. Untuk mewujudkannya, kami mengundang orangtua rapat bersama komite. Kami membahas peran serta orangtua dalam mendampingi belajar anaknya dan membahas rencana mewujudkan sekolah adiwiyata. Rencana ini disambut baik para orangtua. Selanjutnya kami mendata kebutuhan dan membagi tanggungjawab penyediaan bahan dan peralatan kerja. Ada juga yang menyumbang tenaga dan uang.

Pada hari pelaksanaan kerja bakti pembuatan taman sekolah, hampir seluruh orangtua siswa hadir. Bahkan ada yang membawa makanan dan minuman untuk konsumsi bersama. Akhirnya pembuatan taman sekolah bisa kami selesaikan. Untuk pemeliharaannya, kami melibatkan semua siswa dan wali kelasnya. Kini sekolah kami menjadi lebih asri,

Pada penilaian sekolah adiwiyata oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi, sekolah kami terpilih menjadi Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi se-Sumatera Utara. Mereka menilai sekolah kami memiliki taman yang hijau, bersih, rindang, indah, memanfaatkan barang bekas, memiliki toga, memiliki drainase dan sumber air yang cukup, serta hemat energi. Saya bersama Kepala Dinas Pendidikan Karo, Bapak Dr. Eddi Surianta, diundang untuk menerima piagam penghargaan dari Gubernur Sumatera Utara, Bapak Edy Rahmayadi.*

Peran Serta Orangtua Siswa dalam Mewujudkan Sekolah Adiwiyata

Orangtua siswa bergotong royong memperbaiki kelas anaknya masing-masing. Setelah dibedah, kelas menjadi tampak lebih nyaman untuk siswa belajar.

Oleh Rosmiati Br Tarigan, S.Pd., M.Pd; Kepala SDN 040451 Kabanjahe

Dalam Desain Induk GLS yang diterbitkan Kemdikbud, GLS dijalankan secara bertahap melalui kegiatan pembiasaan, pengembangan, kemudian pembelajaran. Sayangnya, banyak sekolah enggan menjalani kegiatan pembiasaan. Sekolah lebih senang melompat ke tahap pengembangan. Siswa ditugaskan membaca dan merangkum hasil bacaan. Yang paling banyak membaca buku dan merangkum akan mendapat penghargaan.

Jakarta - Program literasi di sekolah harus dijalankan dalam suasana menyenangkan. Saking senangnya, guru dan siswa berdebar-debar menyambut detik-detik pelaksanaannya. Mereka segera tenggelam dalam suasana keceriaan dan kebersamaan. Dalam suasana seperti inilah budaya membaca akan terasa.

Jangan sampai pelaksanaan program literasi ada yang merasa terbebani. Misalnya, siswa yang terbebani merangkum hasil bacaan dan guru merasa terpaksa memeriksa rangkuman siswa. Jika begitu, kegiatan literasi bisa membosankan, menyiksa, atau sekadar memenuhi kewajiban. Atmosfer tersebut akan sulit membentuk budaya membaca di sekolah.

Sebelum siswa membaca, apa mereka sudah diajari cara membaca yang benar? Sebelum siswa diminta merangkum hasil bacaan, apa mereka sudah diberi tahu cara merangkum yang benar? Kegiatan pembiasaan siswa untuk membaca sangat penting dilaksanakan. Tahap pembiasaan bertujuan

Program Literasi Harus Menyenangkan

menciptakan suasana membaca yang menyenangkan. Siswa tidak dibebani dengan tagihan membuat rangkuman (otomatis guru tidak dibebani mengoreksi rangkuman siswa). Kegiatan membaca divariasikan, tidak sekadar membaca mandiri. Bisa dicoba membacakan nyaring (read aloud). Agar suasana menjadi lebih santai, saat membaca nyaring bisa diiringi permainan gitar atau alat musik lainnya. Bisa juga dengan menonton film pendek lalu didiskusikan kontennya. Kalau ada puisi yang enak didengar dan isinya menggugah bisa dibacakan di depan kelas, didiskusikan pesan, dan makna puisi. Kalau ada poster atau foto menarik, boleh juga didiskusikan di kelas.

Kegiatan tersebut membuat membaca buku menjadi menyenangkan. Tidak ada tagihan membuat rangkuman. Jika siswa dan guru sudah senang serta cinta membaca, barulah melangkah ke tahap berikutnya yaitu pengembangan. Di titik ini, kalau siswa mau diberi tagihan merangkum hasil bacaan, boleh saja. Mereka tidak akan keberatan. Literasi tidak hanya untuk dibicarakan ataupun dirapatkan. Literasi juga perlu dirayakan.*

Pada acara Reading Day di MI As Syauqi, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, mereka mengundang penerbit untuk memamerkan buku-buku bacaan dan membuat ragam kegiatan yang menarik minat siswa untuk membaca.

Begini Trik Menarik Minat Membaca Anak

“Di awal membacakan buku, biasanya saya bertanya jawab singkat tentang pengarang buku atau meminta siswa menebak isi buku dengan melihat cover dan judul buku,” katanya lagi. Pada saat

Tanjung Jabung Barat, Jambi - Salah satu kegiatan yang dilatihkan Program PINTAR Tanoto Foundation untuk membangkitkan minat membaca siswa adalah guru membacakan buku. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Sampurna, guru SDN 005 Kuala Tungkal. “Seminggu dua kali saya membacakan buku pada anak. Buku yang dipilih harus bisa menarik perhatian siswa,” katanya.

Sebelum membacakan buku, guru perlu mempersiapkan diri dengan membaca buku itu terlebih dulu. Bu Sampurna menandai bagian-bagian yang perlu diberi penekanan suara atau bagian untuk bertanya jawab dengan siswa.

membacakan buku, menurutnya, jangan terlalu cepat. Lihat reaksi siswa. Pastikan mereka menikmati cerita yang dibacakan. Untuk siswa kelas 1 yang belum lancar membaca, bisa dikompilasi bahasa ibu agar anak mengerti dengan isi bukunya.

Kalau membacanya menarik, biasanya siswa akan serius menyimak.“Pengalaman menyimak ini dapat menunjukkan kepada siswa bahwa di dalam buku ada cerita yang asyik sehingga mereka akan tertarik untuk lebih banyak membaca buku lain,” tutupnya.*

Gunakan juga intonasi suara sesuai isi cerita, seperti menangis atau tertawa. Hal ini akan membuat siswa penasaran. “Jeda membaca juga diperlukan untuk membuat siswa yang menyimak lebih terlibat. Siswa bisa ditanya komentarnya tentang isi buku atau menebak isi cerita halaman berikutnya,” katanya lagi.

Ibu Sampurna membacakan buku cerita kepada beberapa siswa di pondok baca.

14 PINTAR - PENGEMBANGAN INOVASI UNTUK KUALITAS PEMBELAJARAN | www.pintar.tanotofoundation.org | Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan | 15

Oleh Billy Antoro, Sekretaris Satgas Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbud

Siswa diajak terlibat bertanggung jawab menjaga dan melestarikan taman sekolah.

PRAKTIK BAIK

Page 16: EDISI 3 Nasional...pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif. Menurut Bapak

Temukan pengalaman praktik baik Program PINTAR Tanoto Foundation di:

Forum PeningkatanKualitas Pendidikan

Menunjukan dan menyebarkanPraktik Baik Pendidikan

Membuat Komik Milenial - Ibu Anisa, guru kelas V SDN 009 Balikpapan Barat, Kalimantan Timur, memposting komik buatan siswanya yang dibuat dalam pembelajaran IPS. Siswa menggambar komik yang menceritakan interaksi manusia dengan lingkungannya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan.

Temukan lebih banyak lagi postingan menarik dari ribuan guru, kepala sekolah, pengawas, komite sekolah, dan dosen LPTK melalui FB Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan.

Komik ini dibuat secara berkelompok. Setiap kelompok bekerja sama mulai mencari ide cerita sesuai tujuan pembelajaran, menggambar, dan mewarnai bersama. Setelah selesai, perwakilan kelompok secara bergantian membacakan komik yang dibuatnya kepada kelompok lainnya.

Newsletter program PINTAR diterbitkan oleh Tanoto Foundation sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik baik di bidang pendidikan. Kunjungi website www.pintar.tanotofoundation.org dan Group Facebook Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan untuk berbagi ide dan pengalaman manajemen sekolah, budaya baca, perkuliahan untuk calon guru, dan diskusi praktik baik pembelajaran.

Tanoto Foundation adalah sebuah organisasi filantropi independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto atas dasar keyakinan bahwa setiap individu harus mempunyai kesempatan untuk mewujudkan potensinya secara penuh.

Filantropi Apresiasi Perubahan di Sekolah Mitra - Tanoto Foundation memfasilitasi para pelaku pendidikan yang tergabung dalam Asia Philantrophy Circle (APC) dan Filantropi Indonesia untuk berkolaborasi dan menemukan praktik baik Program PINTAR di Kendal dan Semarang, Jawa Tengah. Selama kunjungan, ada 20 orang dari 12 lembaga filantropi mengunjungi pembelajaran di MI NU 53 Turunrejo, SDN 1 Brangsong, dan melihat pelatihan fasilitator baru di SDN 2 Pegulon Kendal, serta pelatihan Peran Serta Masyarakat mitra UIN Walisongo di Semarang. Mereka menyampaikan apresiasinya dengan berbagai capaian Program PINTAR. Dalam waktu yang singkat, terjadi perubahan dalam manajemen sekolah, peran serta masyarakat, pembelajaran aktif, dan juga budaya baca.

Gerobak Literasi - Ibu Kurnia Astuti, guru SDN 003 Tenggarong, Kalimantan Timur, yang juga fasilitator pembelajaran Program PINTAR, secara rutin sejak April 2019 berkeliling komplek perumahan tempat tinggalnya menawarkan anak-anak membaca buku. Dia membawa buku-buku bacaannya seperti komik, novel, majalah, dan buku cerita dibawa dengan gerobak dorong yang biasa digunakan untuk membawa galon air. Ibu Kurnia berkeliling komplek menawarkan buku dilakukan setiap Jumat sore. Dia berkeinginan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya juga senang membaca.