edisi 2 highlight november masa reses bpm, aspirasi ... · diapakan kedepan, mahasiswa akan peka....
TRANSCRIPT
EDISI #2november
2017
LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI | BULETIN EKSPOSE EDISI #2 - november 2017 LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI | BULETIN EKSPOSE EDISI #2 - november 2017
Polines, DIMENSI (23/11) – Mengacu pada konstitusi yang ada di Indonesia, Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Politeknik Negeri Semarang (Polines) periode 2017/2018 mencoba mengimplementasikan adanya masa reses yang juga ada di DPR RI. Masa reses yang berjalan mulai Rabu (22/11) sampai dengan Selasa (28/11) ini merupakan hal baru yang dilakukan oleh BPM di kepengurusan sekarang, dimana anggota BPM menjalankan tugas di luar kantor dengan menjumpai mahasiswa di jurusan ataupun di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Hal ini merupakan salah satu perwujudan tugas BPM dalam rangka menjaring serta menampung aspirasi mahasiswa maupun UKM.
“Latar belakang adanya masa reses itu merupakan implementasi masa reses yang dilakukan DPR RI dalam ranah KBM Polines sebagai lembaga legislatif mahasiswa. Dan harapannya bisa mendapatkan aspirasi yang kualitas dan kuantitasnya berbanding lurus dengan adanya sistem baru ini di KBM,” ujar Eko Mulyono selaku Ketua BPM periode 2017/2018.
Eko juga menambahkan bahwa dari implementasi itu, sistem yang dilakukan
oleh BPM nanti sesuai daerah pemilihan (dapil). Dengan jalur independen menjadi satu dengan jalur jurusan agar lebih efektif dan mudah dalam menjaring aspirasi, dan dapil UKM bidang dibagi sesuai bidang yang telah disepakati dalam GBHK KBM Polines. Sistemnya formal, tapi tidak menutup kemungkinan ada pertemuan nonformal di dapilnya. BPM juga membuka kesempatan bagi mahasiswa yang tidak di kampus dengan adanya form online bit.ly/aspirasimahasiswapolines yang dapat diakses dimana saja namun harus melampirkan identitas agar dapat diproses dengan baik serta jelas siapa dan apa yang menjadi aspirasi.
Adanya masa reses yang baru dilakukan di kepengurusan BPM sekarang tentunya menuai beberapa pendapat dari mahasiswa umum yang sudah mengerti perkembangan Polines dari tahun sebelumnya. Dhita Asyanti mahasiswa jurusan Akuntansi tingkat tiga mengungkapkan bahwa adanya masa reses ini cukup baik. “Dilihat dari caranya mendekatkan dengan mahasiswa, masa reses ini bagus. Kalau dulu audiensi akbar kan hanya ketua kelas jurusan, yang disam
paikan mengenai akademik dan sarana prasarana, sedangkan untuk ormawa kan aspirasi nya belum tersampaikan. Kalau sekarang adanya masa reses sudah ada wadahnya masingmasing. Jadi di ormawa kalau mau mengkritisi BEM ataupun BPM juga silahkan,” terangnya.
Sementara itu menurut Faliq mahasiswa jurusan Teknik Elektro tingkat empat, waktu pelaksanaan masa reses selama satu minggu itu dirasa terlalu lama. “Kalau DPR kan dapilnya banyak, jadi masa resesnya bisa lama. Tapi kalau lingkup Polines sendiri menurut saya itu kecil, tiga hari saja cukup untuk pelaksanaan masa reses apalagi kalau dibuat forum itu satu hari cukup kecuali kalau melakukan pendekatan personal pada mahasiswa tentunya memakan waktu lama karena harus menyesuaikan waktu,” tandasnya.
Faliq juga menambahkan adanya masa reses ini dapat menjadi sarana agar mahasiswa lebih mengenal BPM. “Fungsi BPM di mahasiswa kurang, ada tapi tiada. Kalau dibuat forum kan l ebih bagus. Lebih mengenal BPM menurut saya begitu, jelasnya. (Nurul)
Masa Reses BPM, Aspirasi Tersampaikan?
Polines, DIMENSI (23/11) – Pemeriksaan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) ketika motor akan keluar yang diberlakukan di parkiran Tata Niaga (TN) Politeknik Negeri Semarang (Polines), menuai beragam komentar dari para pengguna parkiran. Dengan banyaknya kasus kehilangan STNK saat ini, beberapa mahasiswa memperkirakan bahwa salah satu pemicunya adalah dilakukan adanya pemeriksaan tersebut.
Stevo Mahendra mahasiswa Jurusan Teknik Elektro yang tidak menggunakan parkiran TN mengungkapkan bahwa mungkin saja pemicunya adalah dengan adanya pemeriksaan. “Di parkiran kan sudah ada CCTV. Menurut saya dengan adanya CCTV itu sudah cukup membantu. Kalau ada pemeriksaan kan malah jadinya repot dan macet, serta resikonya juga jadi banyak kasus kehilangan STNK,” ujarnya.
Petugas parkir TN mengungkapkan bahwa sebenarnya pemeriksaan STNK tersebut adalah aturan yang berlaku di semua parkiran yang ada di Polines. Aturan tersebut telah ditetapkan oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubbag Tata Usaha) dan Kepala Bagian Umum dan Keuangan (Kabag Umum dan Keuangan). Namun hal tersebut tergantung kepada petugas masingmasing parkiran yang akan menjalankan aturan tersebut atau tidak.
Pemeriksaan Saat Keluar Parkiran, STNK Rentan HilangHeadline
Highlight
Doc
. Dim
ensi
(bersambung hlm. 4...)
1 2
LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI | BULETIN EKSPOSE EDISI #2 - november 2017LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI | BULETIN EKSPOSE EDISI #2 - november 2017
OPINI
Beda Mahasiswa Dulu dan SekarangOleh Jusmi Amid, Dosen Jurusan Akuntansi Polines
Ketika saya menjadi mahasiswa tahun 1978, mahasiswa peka terhadap kebangsaan, negara mau diapakan kedepan, mahasiswa akan peka. Namun sekarang tidak. Sekarang tidak ada yang peka, tidak ada kelompok diskusi yang kritis. Kalau zaman saya dulu di Yogyakarta, ada rebonan, setiap Rabu diskusi masalah bangsa, masalah hukum dan semua yang menyangkut kebangsaan dan kebersamaan. Kalau sekarang setahu saya tidak ada. Mahasiswa zaman sekarang dan zaman dulu statusnya sama yaitu mahasiswa, namun memiki pola pikir yang berbeda.
Selanjutnya yaitu kemauan mahasiswa itu sendiri. Kalau dulu ilmu adalah bagian dari bentuk kita kedepan. Dalam bahasa agama, menuntut ilmu untuk mencari keridhaan Tuhan, maka akan dimudahkan dan dilapangkan pikiran. Kalau sekarang ilmunya untuk ngapusi, sudah tidak ikhlas menuntut ilmu.
Padahal mahasiswa adalah kaum elite. Kalau zaman saya, prosentase yang menjadi mahasiswa hanya 4,6% dari total pemuda yang seharusnya mengenyam perguruan tinggi. Jumlah itu benarbenar orang yang memiliki kemauan keras, bukan orang kaya. Berbeda dengan sekarang yang sudah banyak jumlah mahasiswa, kemauan tentu sudah beda.
Peran mahasiswa harus memperbaiki bangsa. Negara di dunia ini seperti Mesir, Iran, Amerika, Rusia, yang memperbaiki bangsa adalah golongan orang muda, mahasiswa yang pandai. Tapi mahasiswa kita sekarang malah menurun atau bahkan teracuni. Teracuni harus dicarikan obatnya, caranya dikembalikan lagi mulai dari aturan. Namun aturan pemerintah itu kadang menjadi racun juga. Kalau zaman saya, organisasi adalah bagian penting dari seorang mahasiswa, sekarang mahasiswa banyak yang tidak ikut organisasi dan tidak tahu apaapa. Padahal jika mau bekerja ataupun mengelola negara, organisasi itu penting sekali.
Peraturan yang membatasi, seperti Politeknik harus lulus tiga tahun. Hal ini seperti mendikte masa depan seseorang. Mestinya tidak begitu, kalau aktivis lulusnya bisa lebih dari tiga tahun karena dia mencari sosialisasinya lama. Sekarang harus dan akhirnya seperti ini, belum sempat matang sudah dilepas ke masyarakat. Coba tanya persepsi mahasiswa tentang bangsa sekarang seperti, “Bagaimana tanggapan Anda terhadap masa depan bangsa?” Pasti tidak bisa jawab. Kalau zamannya saya, seperti masalah kolom agama akan dihapuskan sekarang, diskusinya panjang sekali. Sekarang ada tidak diskusi tentang masalah itu? Tidak ada. Zaman dulu cara menyampaikan aspirasi itu ada dua, yaitu demo dan menulis di koran. Kemampuan menulis tinggi karena kemampuan bacanya tinggi. Kalau kemampuan bacanya rendah, pasti kemampuan menulisnya juga rendah, karena referensinya sedikit. Namanya mahasiswa dulu membeli buku minimal satu dalam sebulan, entah itu kecil atau besar, tebal atau tipis, sehingga buku saya sekarang menumpuk tinggi. Selain itu yaitu langganan koran, zaman saya patungan karena saya tinggal di asrama.
Zaman saya, mading saja bisa membuat geger kampus. Namanya lomba baca puisi itu diadakan sehingga orang melakukan kritik sosial bisa melalui puisi, membuat semangat orang bangkit. Sekarang tidak ada lomba puisi, yang ada lomba fashion show dan memasak. Menulis ilmiah tiap semester hadiah dari kampus berupa uang dan sertifikat kalau dulu.
(bersambung hlm. 4...)
sambungan
Petugas parkir TN juga menerangkan alasan diberlakukannya pemeriksaan tersebut, yaitu agar mahasiswa bisa tertib dan aman, “Dilakukan pemeriksaan kan supaya motor bisa aman, mahasiswa juga bisa tertib karena selalu membawa STNK. Kalau untuk urusan macet, memang itu sudah menjadi resiko,” terangnya.
Nadila, mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis, salah satu mahasiswa yang baru saja kehilangan STNK pada Jumat (17/11) lalu mengeluhkan adanya pemeriksaan tersebut. Menurutnya, seharusnya petugas tidak melibatkan dokumen penting seperti STNK karena termasuk barang yang riskan hilang. Dia juga menyarankan pemeriksaan STNK bisa diganti dengan penggunaan kartu parkir yang lebih memudahkan pengguna parkiran.
Menanggapi alasan tidak adanya penggunaan kartu parkir, petugas parkir TN menjelaskan bahwa kartu parkir masih belum bisa menjamin keamanan, “Kalau memakai kartu parkir ketika kartu itu hilang kan cuma membayar denda, dan kartu tersebut juga rentan akan pemalsuan. Kalau mau memakai kartu parkir yang aman, kartu itu harus ada nama, foto dan nomor plat motor. Jadi setiap mahasiswa mengganti motornya, maka harus membuat kartu parkir lagi,” tuturnya.
Untuk meminimalisasi kasus kehilangan STNK, petugas parkir TN menyarankan agar mahasiswa tidak terlalu terburuburu ketika selesai melakukan pemeriksaan dan sebaiknya masukkan STNK ke dalam tas dan bukan ke dalam dashboard motor. Selain itu menurutnya, mahasiswa juga tidak perlu mengeluarkan STNK sebelum tiba giliran pemeriksaan karena dikhawatirkan jika STNK diletakkan di kantong maka STNK bisa saja jatuh dan hilang. (Nadia)
Yang membuat beda lagi adalah lingkungan global. Sekarang komunikasi sangat lancar, kalau dulu surat saja harus pakai kantor pos dan menunggu lama. Mengirim uang harus pakai wesel, sekarang sudah semakin mudah. Dengan mudahnya itu jadi terlena, seperti orang Arab sekarang, uang sudah banyak sehingga orang pintar dari sana itu jarang. Yang pandaipandai sekarang itu orang Afganistan, orang Suriah, karena dia orangnya kepepet. Katanya sekarang di Arab Saudi itu mencari orang untuk kuliah dibayarin saja susah karena pengaruh nominal. Dulu kuliah dengan sepeda saja sudah hebat, kalau sekarang mobil mahasiswa saja sudah bagusbagus dibanding dengan dosennya. Sekarang seharusnya kemudahan itu menambah kepekaan terhadap bangsanya. Memformulasikan masa depan bangsa secara bersama. Sekarang sudah jarang.
Selanjutnya, minat mengadakan diskusi berkurang itu karena kemampuan membacanya yang menurun pesat, padahal media yang dibaca itu banyak, seperti buku dan internet. Setahu saya berorganisasi itu mendorong minat baca seseorang, sekarang minat baca kurang, berorganisasi kurang. Seharusnya, mahasiswa mencari pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kepekaannya terhadap bangsanya. Kasihan sekali negara kita nanti, pada suatu hari kalau pada lemas semua akan diserbu negara luar. Jadi yang berperan orang luar semua. Kita jadi kuli di negara sendiri. Kalau banyak diskusi akan terasa kita itu sudah diserbu orang luar, tapi banyak juga yang tidak tahu apaapa, negaranya mau diapakan tenangtenang saja dan terserah.
Membaca perlu ditingkatkan, diskusidiskusi perlu dilakukan, kepekaan terhadap bangsa perlu digerakkan supaya kita hidup di Indonesia itu enak. Namun sekarang, kita dalam segala macam saja sudah tidak ada kebanggaan. Bunga saja dari Perancis, itu kan aneh. Segala macam yang dari luar dianggap baik semua. Dalam dunia sepak bola saja saya sedih kerena kebanyakan orang asing, Andaikan menang itu tidak ada rasa kebanggaan.
(Pemeriksaan...)
(Beda Mahasiswa....)
3 4
LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI | BULETIN EKSPOSE EDISI #2 - november 2017LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI | BULETIN EKSPOSE EDISI #2 - november 2017
galeri foto galeri foto
Kala Senja di Kota LamaOleh Tim Fotografer
Semarang, DIMENSI (30/9) Berbicara Kota Semarang, tak melulu soal megahnya bangunan pencakar langit yang modern serta padatnya lalu lintas. Ada pula sisi klasik yang elok di sudut kota ini, yakni kawasan Kota Lama. Salah satu sudut kota di Semarang ini menyajikan indahnya lungsuran kompeni. Satu hal yang cukup menarik di Kawasan Kota Lama ini adalah aktivitasnya dikala senja yang datang menjemput malam. Lalu lalang kendaraan. Hilir mudik pejalan kaki di antara bangunan khas kolonial Belanda menjadi pemandangan yang kerap kita jumpai di samping kioskios kecil yang menawarkan barang antik. Kota Lama memang punya daya tarik tersendiri dengan nuansa klasiknya di tengah ingar bingar era modern.
Doc
. Dim
ensi
Doc
. Dim
ensi
Doc
. Dim
ensi
Doc
. Dim
ensi
Doc
. Dim
ensi
Doc
. Dim
ensi
Suasana Kota Tua menjelang senja Sepeda, salah satu sarana yang disewakan untuk berfoto
Berswafoto dengan latar belakang bangunan klasik Berjejer kios barang antik Salah satu kios yang menawarkan koleksi mata uang kuno
Mengais rezeki dengan bermain biola
5 6
LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI | BULETIN EKSPOSE EDISI #2 - november 2017 LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI | BULETIN EKSPOSE EDISI #2 - november 2017
KruLPM Dimensi
Pelindung: Ir. Supriyadi, MT., Penasehat: Rustono, S.E, M.M, Pembina: Junaidi, S.T., M. Eng., Pemimpin Umum: Iffan Fuad, Sekretaris Umum: Jami’ah, Bendahara Umum: Rosita Intan P., Pemimpin Redaksi: Richa Meiliyana, Redaktur Majalah: Akidatul Ulfa, Mawar Anahidayah, Redaktur Buletin: Nurul Wahidatur, Redaktur Cyber: Maria Putri Anggun L., Redaktur Pelaksana: Yuli Hastuti, Redaktur Foto: Galih Perdana, Redaktur Artistik: Johny Danang S., Salma ‘Ainuzzahroh, Reporter: Nafisah Nurul Azizah, Irma Aprilyani, Nur Nadia A., Wahyu Sari, Fotografer: Farriza Hayyu K., Kurniani Panji R., Damar Satria A., Artistik: Nurul Khalim M., Dwi Aprilia Priandini, Erica Aditya N., Pemimpin Litbang: Rifqi M. Yofatama, Kadiv. PSDM: Indri Safitri., Kadiv. Humas: Husna Syafyya, Kadiv. Riset: Durrotun Nasikhah, Staf PSDM: Megarosa Citra D., Tika Astriani, Staf Humas: M. Devan Balaya, Staf Riset: Andi Saputra. Pemimpin Perusahaan: Rinda Anggraini, Kadiv. Non-Produk dan Periklanan: Erni Astuti, Kadiv. Logistik: Nunu Nur A., Staf Divisi Non-Produk dan Periklanan: M. Gunawan Angga K., Staf Divisi Logistik: Annisa Reza Nur, Teguh Sugiarto, Rahmat Tri Atmojo
SASTRA
PLACE YOUR ADS here!
contact person: Rinda (0858-7536-3588)
Dapatkan cara yang mudah dan murah untuk mempromosikan produk dan/atau usaha anda
melalui Dimensi.
CAMPUS. POLINES. POLYTECHNIC. JOURNALISTIC. JOURNALISM. NEWS. COLLEGE STUDENTS. NATIONALISM. SEMARANG. INCOGNITO. ENTERTAINMENT.
CREATIVE. CRITICAL. ARTISTIC. COLORFUL. AGENT OF CHANGE. FRESH. UPDATE. ACTUAL. I NDONESIA. SIGHTS. UNITY IN DIVERSITY. CAMPUS. POLINES.
POLYTECHNIC. JOURNALISTIC. JOURNALISM. NEWS. COLLEGE STUDENTS. NATIONALISM. INCOGNITO. ENTERTAINMENT. CREATIVE. CRITICAL. ARTISTIC. COLORFUL. AGENT OF CHANGE. FRESH. UPDATE. ACTUAL. INDONESIA. SIGHTS.
UNITY IN DIVERSITY. CAMPUS. POLINES. POLYTECHNIC. JOURNALISTIC. JOURNALISM. NEWS. COLLEGE STUDENTS. critical. indonesia. fresh.
advertisement
need more news?need more news?visit us on:
www.lpmdimensi.com
SalurkanIdemu!
Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilus-trasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, bukan terjemahan/saduran atau hasil kopi. Redaksi berhak memilah karya yang masuk dan menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah esensi.
Karya dapat langsung dikirim melalui e-mail [email protected] atau dikirim langsung ke alamat kantor redaksi.
Selamat berkarya!
narahubung: LPM Dimensi @LPMDimensi @lpm_dimensi @plz6580n
Mahar Pertama
Mahar pertamaku telah ku persembahan kepada Sang BidadariPenghambaanya kepada Tuhannya sungguh romantisPun penghambaannya kepadakuSejatinya pula romantisnya tak murahNamun telah ku bayar dengan seperangkat mahar
Kini Sang Bidadari tak lagi menghamba kepadakuIa telah kembali seutuhseutuhnyaPulang sejauhjauhnyaTak terengkuh batas pandangMenembus cakrawalaMenyatu dengan desir angin
Kini penghambaanya murni kepada TuhannyaTiga ribu enam ratus lima puluh hari tanpa Sang BidadariTak ada lagi maharmahar berikutnyaKecuali hanya ku sampaikan kepada Sang Bidadari
Kini aku telah letihAku hampir lapukRinduku sudah semakin menggunungTak dapat ku kendalikan lagiAku ingin segera menemanimu wahai bidadarikuMenemanimu menghamba sepenuhnya kepada Tuhan kita
Laaillahaillah…
Kudus, 27 Mei 2016Pengagum aksara, Mahasiswa AB
7 8