edisi 1 pintar nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. catatanku...

16
Jakarta - Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, Ph.D bersama anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation Belinda Tanoto, Jumat (28/9) meluncurkan PINTAR, sebuah program peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Belinda Tanoto mengatakan PINTAR dirancang untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui program penguatan kapasitas pengelolaan dan kepemimpinan PINTAR, atau Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran, berfokus membangun praktik-praktik baik pembelajaran, manajemen dan kepemimpinan sekolah; mendukung pemerintah menyebarluaskan praktik- praktik baik; dan mendukung Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam pendidikan calon guru. “Kami berterima kasih pada Tanoto Foundation yang telah ikut melakukan sesuatu mengatasi salah satu masalah utama pendidikan di negeri ini yaitu masalah pembelajaran,” ujar Hamid dalam peluncuran Program PINTAR. sekolah, peningkatan kualitas guru, budaya baca, serta partisipasi orang tua dan masyarakat. Mendikbud juga mengapresiasi Tanoto Foundation yang membantu penguatan manajemen berbasis sekolah dan melatih kepala sekolah serta guru. "Penguatan kepala sekolah saat ini menjadi prioritas Kemendikbud khususnya untuk pelatihan manajerial. Tanoto Foundation juga bisa menularkan praktik baik kepala sekolah menjadi manajer yang berhasil," tukasnya. “Kami di Tanoto Foundation percaya bahwa pendidikan berkualitas akan mempercepat munculnya kesetaraan peluang. Keyakinan kami turut diperkuat dengan hasil penelitian Mc Kinsey tahun 2017 bahwa program peningkatan kualitas guru dan kepemimpinan sekolah berdampak besar bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia,” ungkapnya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P pada pertemuan dengan anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Belinda Tanoto usai peluncuran Program PINTAR. menyampaikan pentingnya penyebarluasan praktik-praktik baik dalam pendidikan. (Atas) Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Belinda Tanoto, menyerahkan modul pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir, M.A.P. (Bawah) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, Ph.D meluncurkan Program PINTAR di Jakarta (28/9). www.tanotofoundaon.org Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan Edisi II/September - Desember 2018/ ISSN 2622-0539 Kemdikbud Luncurkan Program PINTAR Newsletter Nasional Kunjungi: Berbagi Inspirasi Pembelajaran HOTS, MBS, dan Budaya Baca Kepala sekolah juga berinisiatif melibatkan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Termasuk dalam mengembangkan budaya membaca. Pengalaman praktik-praktik para guru, kepala sekolah, dan dosen tersebut, bisa ditemukan melalui group Facebook Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan. Baca selengkapnya di halaman 16. Jakarta - Lebih dari 4.000 guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah telah dilatih menggunakan modul 1 dalam menerapkan praktik baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), dan budaya baca. Geliat para guru dan dosen menerapkan pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi), mengembangkan pertanyaan/penugasan yang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/higher order thinking skill) dan penataan lingkungan belajar semakin banyak bisa ditemukan di sekolah, madrasah, dan perkuliahan di LPTK mitra Program PINTAR. Siswa Kelas IV SDS GKPS, Sumatera Utara melakukan percobaan energi listrik dari buah kentang. Pembelajaran aktif seperti ini mulai banyak difasilitasi para guru yang dilatih modul 1 Program PINTAR.

Upload: others

Post on 06-Aug-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

Jakarta - Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, Ph.D bersama anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation Belinda Tanoto, Jumat (28/9) meluncurkan PINTAR, sebuah program peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.

Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Belinda Tanoto mengatakan PINTAR dirancang untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui program penguatan kapasitas pengelolaan dan kepemimpinan

PINTAR, atau Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran, berfokus membangun praktik-praktik baik pembelajaran, manajemen dan kepemimpinan sekolah; mendukung pemerintah menyebarluaskan praktik-praktik baik; dan mendukung Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam pendidikan calon guru.

“Kami berterima kasih pada Tanoto Foundation yang telah ikut melakukan sesuatu mengatasi salah satu masalah utama pendidikan di negeri ini yaitu masalah pembelajaran,” ujar Hamid dalam peluncuran Program PINTAR.

sekolah, peningkatan kualitas guru, budaya baca, serta partisipasi orang tua dan masyarakat.

Mendikbud juga mengapresiasi Tanoto Foundation yang membantu penguatan manajemen berbasis sekolah dan melatih kepala sekolah serta guru. "Penguatan kepala sekolah saat ini menjadi prioritas Kemendikbud khususnya untuk pelatihan manajerial. Tanoto Foundation juga bisa menularkan praktik baik kepala sekolah menjadi manajer yang berhasil," tukasnya.

“Kami di Tanoto Foundation percaya bahwa pendidikan berkualitas akan mempercepat munculnya kesetaraan peluang. Keyakinan kami turut diperkuat dengan hasil penelitian Mc Kinsey tahun 2017 bahwa program peningkatan kualitas guru dan kepemimpinan sekolah berdampak besar bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia,” ungkapnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P pada pertemuan dengan anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Belinda Tanoto usai peluncuran Program PINTAR. menyampaikan pentingnya penyebarluasan praktik-praktik baik dalam pendidikan.

(Atas) Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Belinda Tanoto, menyerahkan modul pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir, M.A.P. (Bawah) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, Ph.D meluncurkan Program PINTAR di Jakarta (28/9).

www.tanotofounda�on.org Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan

Edisi II/September - Desember 2018/ ISSN 2622-0539

Kemdikbud Luncurkan Program PINTAR

Newsletter Nasional

Kunjungi:

Berbagi Inspirasi Pembelajaran HOTS, MBS, dan Budaya Baca

Kepala sekolah juga berinisiatif melibatkan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Termasuk dalam mengembangkan budaya membaca. Pengalaman praktik-praktik para guru, kepala sekolah, dan dosen tersebut, bisa ditemukan melalui group Facebook Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan. Baca selengkapnya di halaman 16.

Jakarta - Lebih dari 4.000 guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah telah dilatih menggunakan modul 1 dalam menerapkan praktik baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), dan budaya baca. Geliat para guru dan dosen menerapkan pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi), mengembangkan pertanyaan/penugasan yang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/higher order thinking skill) dan penataan lingkungan belajar semakin banyak bisa ditemukan di sekolah, madrasah, dan perkuliahan di LPTK mitra Program PINTAR.

Siswa Kelas IV SDS GKPS, Sumatera Utara melakukan percobaan energi listrik dari buah kentang. Pembelajaran aktif seperti ini mulai banyak difasilitasi para guru yang dilatih modul 1 Program PINTAR.

Page 2: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

2 3Edisi II/September-Desember 2018

Berita PINTAR

Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Pengelolaan lingkungan belajar seperti memfasilitasi siswa untuk belajar secara kooperatif dan mengelola pajangan hasil

Jakarta - Pelatihan modul 1 Program PINTAR Tanoto Foundation yang dilaksanakan pada periode Agustus-Desember 2018, telah menjangkau lebih dari 5.000 guru, kepala sekolah, pengawas, dosen LPTK, dan widyaiswara. Pelatihan ini melibatkan 38 fasilitator nasional dan 568 fasilitator daerah.

Selama tiga hari, peserta pelatihan modul pembelajaran dilatih dalam mengembangkan pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR atau mengalami, interaksi, komunikasi dan refleksi. “Mereka juga dilatih mengembangkan pertanyaan/penugasan yang memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi,” kata Ujang Sukandi, Kepala Program Pembelajaran Tanoto Foundation.

karya siswa juga menjadi bagian yang dilatihkan, termasuk mengembangkan budaya baca melalui membacakan cerita, dan memanfaatkan perpustakaan dalam pembelajaran. Sementara untuk

“Materi budaya baca pada modul MBS, fokusnya ada tiga, yaitu keteladanan, pembiasaan, dan penyediaan buku-buku bacaan yang menarik,” kata Makinuddin Samin Spesialis Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah Tanoto Foundation.

Di akhir kegiatan, peserta mempraktikkan hasil pelatihan di kelas. Mereka juga melakukan refleksi mengajar untuk mempelajari hal-hal yang berhasil dan perlu diperbaiki. Sementara para kepala sekolah berpraktik melakukan pemantuan sekolah untuk mensupervisi pembelajaran, manajemen, dan budaya baca. Dari pemantuan ini peserta mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan secara berkelanjutan.

modul manajemen berbasis sekolah (MBS), pelatihannya diperuntukkan bagi kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Materinya terkait MBS untuk mendukung keberhasilan pembelajaran aktif, peran serta masyarakat, dan mengembangkan budaya baca.

Ditjen Belmawa, Kemristekdikti Dr. Paristiyanti Nurwardani, Direktur Pembelajaran,

“Program pelatihan dan pendampingan sekolah yang dilaksanakan Tanoto Foundation, dapat mempercepat upaya pemerintah dalam mendorong sekolah menerapkan pembelajaran aktif secara menyeluruh.

Prof. Dr. M. Arskal Salim, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kemenag

“Tanoto Foundation melatih guru mengembangkan pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi. Bertanya adalah cara paling efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik sehingga mereka jadi lebih aktif dan kreatif.”

“Kami berterima kasih kepada Tanoto Foundation melalui program PINTAR yang berjalan beriring bersama kementerian dalam upaya peningkatan kualitas pendidik, khususnya di sekolah dasar.”

Dr. Khamim, Direktur Pembinaan SD, Ditjen Dikdasmen, Kemdikbud Enang Ahmadi, M.Pd, Direktur Pembinaan SMP,

Ditjen Dikdasmen, Kemdikbud

“Pelatihan ini perlu diprioritaskan untuk sekolah yang belum mendapat pelatihan sejenis agar pemerataan kualitas pendidikan dapat terwujud. Termasuk adanya anggaran dari daerah untuk mempercepat penyebarluasannya.

Dukungan Pelaksanaan Program

Modul 1 Jangkau > 5.000 Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan Dosen LPTK

Kegiatan pelatihan Modul 1 di Medan, Sumatera Utara, mendorong keaktifan peserta.

Jakarta - Salah satu sesi penting dari pelatihan modul 1 adalah kegiatan praktik mengajar. Para peserta difasilitasi untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya memasukkan bagian-bagian dari materi pelatihan yang akan dipraktikkan. Misalnya, mengembangkan langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan unsur MIKIR, lembar kerja (LK) yang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menata lingkungan pembelajaran.

Semua peserta harus berpraktik mengajar yang dilakukan secara team teaching. Yaitu dengan kolaborasi guru-guru, guru-kepala sekolah, guru-pengawas, bahkan guru-dosen. “Dari praktik mengajar ini saya mendapat pengalaman baru. Siswa ternyata mampu mengembangkan hasil karya yang ditulis dengan gagasan dan kata-katanya sendiri,” kata Pak Ibnu Hadi,

guru SMPN 5 Air Putih, Batubara, Sumatera Utara usai berpraktik mengajar dengan Ibu Indra Maryanti, dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).

Pasca pelatihan peserta membuat rencana tindak lanjut (RTL) untuk mengimplementasikan hasil pelatihan. Berdasar RTL tersebut setiap fasilitator akan melakukan pendampingan sebanyak 16 kali dalam satu tahun. Pendampingan dilaksanakan langsung di sekolah dan juga memanfaatkan forum KKG, MGMP, dan MKKS. Pendekatannya menggunakan model lesson study yaitu dengan siklus perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi (plan, do, see) yang dilakukan bersama. Siklus pendampingan ini terus berlanjut antara fasilitator, guru, dan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah.

Praktik Mengajar dan Pendampingan Intensif

“Penyajian materi �dak hanya informa�f. Peserta diajak menemukan konsep sendiri melalui curah pendapat, pemberian pertanyaan, dan mengerjakan lembar kerja atau LK,” katanya. Pendapat itu didukung oleh Ibu Nelvi, guru IPA MTsN 1 Siak. “Saya diajak menemukan sesuatu yang baru, bagaimana cara menyelenggarakan pela�han yang mengak��an peserta,” tukasnya.

Oleh Prof. Dr. Ani Rusilowa� Fasilitator Nasional Program PINTAR

Pekanbaru, Riau - Saya berkesempatan memfasilitasi pela�han Program PINTAR Tanoto Founda�on bagi calon fasilitator daerah pembelajaran SD dan MI di Pekanbaru (4-6/9). Kumanfaatkan sisa waktuku di pela�han Bumi Lancang Kuning ini dengan meminta tanggapan peserta terkait pela�han yang baru saja usai. Ku awali pertanyaanku kepada Ibu Husnal Haya�, guru IPA SMPN 2 Dumai. Dia meyampaikan pela�han ini berbeda dengan pela�han yang biasa diiku�.

Hal senada disampaikan oleh ibu Ta�k Haryan�, guru MTsN 1 Pekanbaru. “Saya

terinspirasi dalam mengatur tempat duduk siswa. Tidak boleh asal mengubah formasi tetapi perlu memperha�kan MIA,” imbuhnya. Saya tanyakan apa itu MIA. “MIA singkatan dari Mobilitas, Interaksi, dan Akses,” jawabnya.

MIA merupakan cara mudah mengingat faktor yang perlu diperha�kan ke�ka menata meja siswa dalam pembelajaran. “Yang lebih menarik lagi adalah cara membuat LK, begitu simpel,” ungkapnya. Komponen LK yang terdiri dari penugasan atau pertanyaan terbuka, produk�f, dan imajina�f ternyata mudah dibuat.

Berbeda lagi pendapat Ibu Mardia� guru matema�ka SMPN 4 Sungai Apit Siak. “Saya tadinya takut untuk berpendapat, takut ditertawakan atau diremehkan. Kali ini saya berani.” Cara fasilitator menjelaskan dan menanggapi pendapat

peserta �dak menggurui, �dak menyalahkan, sehingga membuat peserta terdorong untuk berpendapat.

Bapak Khosian Candra, guru muda yang penuh semangat dari SMPN 1 Mempura Siak mengatakan, “Refleksi setelah prak�k mengajar membuat saya bisa mengevaluasi letak kelebihan dan kekurangan saya selama mengajar. Hal ini juga akan saya terapkan di kelas.” Rasa lelahku terbayar dengan tanggapan posi�f dari peserta pela�han.

Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning

Antusiasme para peserta pelatihan Program PINTAR Tanoto Foundation bagi calon fasilitator daerah pembelajaran SD dan MI di Pekanbaru.

Tiga modul 1 praktik baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), dan budaya baca yang dikembangkan Program PINTAR.

(Kiri) Ibu Tuti Lestari menerapkan MIKIR saat praktik mengajar di MTsN 1 Balikpapan, Kalimantan Timur sehingga membuat para siswa aktif dalam percobaan larutan asam, basa dan garam. (Kanan) Bapak Ibnu Hadi, guru SMPN 5 Air Pu�h, Batu Bara dan Ibu Indra Maryan� dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara berkolaborasi prak�k mengajar matema�ka di SMPN 16 Medan tentang mempelajari denah.

Page 3: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

2 3Edisi II/September-Desember 2018

Berita PINTAR

Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Pengelolaan lingkungan belajar seperti memfasilitasi siswa untuk belajar secara kooperatif dan mengelola pajangan hasil

Jakarta - Pelatihan modul 1 Program PINTAR Tanoto Foundation yang dilaksanakan pada periode Agustus-Desember 2018, telah menjangkau lebih dari 5.000 guru, kepala sekolah, pengawas, dosen LPTK, dan widyaiswara. Pelatihan ini melibatkan 38 fasilitator nasional dan 568 fasilitator daerah.

Selama tiga hari, peserta pelatihan modul pembelajaran dilatih dalam mengembangkan pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR atau mengalami, interaksi, komunikasi dan refleksi. “Mereka juga dilatih mengembangkan pertanyaan/penugasan yang memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi,” kata Ujang Sukandi, Kepala Program Pembelajaran Tanoto Foundation.

karya siswa juga menjadi bagian yang dilatihkan, termasuk mengembangkan budaya baca melalui membacakan cerita, dan memanfaatkan perpustakaan dalam pembelajaran. Sementara untuk

“Materi budaya baca pada modul MBS, fokusnya ada tiga, yaitu keteladanan, pembiasaan, dan penyediaan buku-buku bacaan yang menarik,” kata Makinuddin Samin Spesialis Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah Tanoto Foundation.

Di akhir kegiatan, peserta mempraktikkan hasil pelatihan di kelas. Mereka juga melakukan refleksi mengajar untuk mempelajari hal-hal yang berhasil dan perlu diperbaiki. Sementara para kepala sekolah berpraktik melakukan pemantuan sekolah untuk mensupervisi pembelajaran, manajemen, dan budaya baca. Dari pemantuan ini peserta mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan secara berkelanjutan.

modul manajemen berbasis sekolah (MBS), pelatihannya diperuntukkan bagi kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Materinya terkait MBS untuk mendukung keberhasilan pembelajaran aktif, peran serta masyarakat, dan mengembangkan budaya baca.

Ditjen Belmawa, Kemristekdikti Dr. Paristiyanti Nurwardani, Direktur Pembelajaran,

“Program pelatihan dan pendampingan sekolah yang dilaksanakan Tanoto Foundation, dapat mempercepat upaya pemerintah dalam mendorong sekolah menerapkan pembelajaran aktif secara menyeluruh.

Prof. Dr. M. Arskal Salim, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kemenag

“Tanoto Foundation melatih guru mengembangkan pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi. Bertanya adalah cara paling efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik sehingga mereka jadi lebih aktif dan kreatif.”

“Kami berterima kasih kepada Tanoto Foundation melalui program PINTAR yang berjalan beriring bersama kementerian dalam upaya peningkatan kualitas pendidik, khususnya di sekolah dasar.”

Dr. Khamim, Direktur Pembinaan SD, Ditjen Dikdasmen, Kemdikbud Enang Ahmadi, M.Pd, Direktur Pembinaan SMP,

Ditjen Dikdasmen, Kemdikbud

“Pelatihan ini perlu diprioritaskan untuk sekolah yang belum mendapat pelatihan sejenis agar pemerataan kualitas pendidikan dapat terwujud. Termasuk adanya anggaran dari daerah untuk mempercepat penyebarluasannya.

Dukungan Pelaksanaan Program

Modul 1 Jangkau > 5.000 Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan Dosen LPTK

Kegiatan pelatihan Modul 1 di Medan, Sumatera Utara, mendorong keaktifan peserta.

Jakarta - Salah satu sesi penting dari pelatihan modul 1 adalah kegiatan praktik mengajar. Para peserta difasilitasi untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya memasukkan bagian-bagian dari materi pelatihan yang akan dipraktikkan. Misalnya, mengembangkan langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan unsur MIKIR, lembar kerja (LK) yang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menata lingkungan pembelajaran.

Semua peserta harus berpraktik mengajar yang dilakukan secara team teaching. Yaitu dengan kolaborasi guru-guru, guru-kepala sekolah, guru-pengawas, bahkan guru-dosen. “Dari praktik mengajar ini saya mendapat pengalaman baru. Siswa ternyata mampu mengembangkan hasil karya yang ditulis dengan gagasan dan kata-katanya sendiri,” kata Pak Ibnu Hadi,

guru SMPN 5 Air Putih, Batubara, Sumatera Utara usai berpraktik mengajar dengan Ibu Indra Maryanti, dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).

Pasca pelatihan peserta membuat rencana tindak lanjut (RTL) untuk mengimplementasikan hasil pelatihan. Berdasar RTL tersebut setiap fasilitator akan melakukan pendampingan sebanyak 16 kali dalam satu tahun. Pendampingan dilaksanakan langsung di sekolah dan juga memanfaatkan forum KKG, MGMP, dan MKKS. Pendekatannya menggunakan model lesson study yaitu dengan siklus perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi (plan, do, see) yang dilakukan bersama. Siklus pendampingan ini terus berlanjut antara fasilitator, guru, dan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah.

Praktik Mengajar dan Pendampingan Intensif

“Penyajian materi �dak hanya informa�f. Peserta diajak menemukan konsep sendiri melalui curah pendapat, pemberian pertanyaan, dan mengerjakan lembar kerja atau LK,” katanya. Pendapat itu didukung oleh Ibu Nelvi, guru IPA MTsN 1 Siak. “Saya diajak menemukan sesuatu yang baru, bagaimana cara menyelenggarakan pela�han yang mengak��an peserta,” tukasnya.

Oleh Prof. Dr. Ani Rusilowa� Fasilitator Nasional Program PINTAR

Pekanbaru, Riau - Saya berkesempatan memfasilitasi pela�han Program PINTAR Tanoto Founda�on bagi calon fasilitator daerah pembelajaran SD dan MI di Pekanbaru (4-6/9). Kumanfaatkan sisa waktuku di pela�han Bumi Lancang Kuning ini dengan meminta tanggapan peserta terkait pela�han yang baru saja usai. Ku awali pertanyaanku kepada Ibu Husnal Haya�, guru IPA SMPN 2 Dumai. Dia meyampaikan pela�han ini berbeda dengan pela�han yang biasa diiku�.

Hal senada disampaikan oleh ibu Ta�k Haryan�, guru MTsN 1 Pekanbaru. “Saya

terinspirasi dalam mengatur tempat duduk siswa. Tidak boleh asal mengubah formasi tetapi perlu memperha�kan MIA,” imbuhnya. Saya tanyakan apa itu MIA. “MIA singkatan dari Mobilitas, Interaksi, dan Akses,” jawabnya.

MIA merupakan cara mudah mengingat faktor yang perlu diperha�kan ke�ka menata meja siswa dalam pembelajaran. “Yang lebih menarik lagi adalah cara membuat LK, begitu simpel,” ungkapnya. Komponen LK yang terdiri dari penugasan atau pertanyaan terbuka, produk�f, dan imajina�f ternyata mudah dibuat.

Berbeda lagi pendapat Ibu Mardia� guru matema�ka SMPN 4 Sungai Apit Siak. “Saya tadinya takut untuk berpendapat, takut ditertawakan atau diremehkan. Kali ini saya berani.” Cara fasilitator menjelaskan dan menanggapi pendapat

peserta �dak menggurui, �dak menyalahkan, sehingga membuat peserta terdorong untuk berpendapat.

Bapak Khosian Candra, guru muda yang penuh semangat dari SMPN 1 Mempura Siak mengatakan, “Refleksi setelah prak�k mengajar membuat saya bisa mengevaluasi letak kelebihan dan kekurangan saya selama mengajar. Hal ini juga akan saya terapkan di kelas.” Rasa lelahku terbayar dengan tanggapan posi�f dari peserta pela�han.

Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning

Antusiasme para peserta pelatihan Program PINTAR Tanoto Foundation bagi calon fasilitator daerah pembelajaran SD dan MI di Pekanbaru.

Tiga modul 1 praktik baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), dan budaya baca yang dikembangkan Program PINTAR.

(Kiri) Ibu Tuti Lestari menerapkan MIKIR saat praktik mengajar di MTsN 1 Balikpapan, Kalimantan Timur sehingga membuat para siswa aktif dalam percobaan larutan asam, basa dan garam. (Kanan) Bapak Ibnu Hadi, guru SMPN 5 Air Pu�h, Batu Bara dan Ibu Indra Maryan� dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara berkolaborasi prak�k mengajar matema�ka di SMPN 16 Medan tentang mempelajari denah.

Page 4: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

4 5

“Dalam membuat laporan percobaan IPA, kami juga menulis laporannya dalam bentuk buku tutorial. Misalnya buku tutorial membuat kincir angin, prak�k membuat rangkaian listrik lampu lalu lintas, cara kerja parasut, simetri lipat, dan masih banyak lagi,” katanya sambil menunjukkan �ga buku tulisan tangannya pada acara Fes�val Literasi Sekolah Kemdikbud (28-31/10).

Jakarta – Mayla Arista Widya, siswi kelas VI SDN 173 Tanjung Benanak, Tanjung Jabung Barat, Jambi, memperlihatkan buku-buku buatannya dan teman-teman sekelasnya. Sekolah Mayla berada di perkampungan transmigrasi SP3 daerah perkebunan sawit. Walaupun berada di pedalaman, sekolahnya tetap mengembangkan program budaya baca secara konsisten. Se�ap hari selama 15 menit siswa difasilitasi membaca buku bacaan yang disukainya.

Di se�ap kelas, sekolah sudah disediakan pojok baca yang berisi sekitar 30 buku bacaan. Mayla dalam sebulan mengaku terbiasa membaca 8 buku cerita fiksi seper� novel atau komik. Setelah senang membaca, Mayla merasakan menjadi lebih mudah dalam menuliskan ide menjadi sebuah buku.

Sementara M. Rizky Azhar, siswa kelas III SD RGM Bloksongo, Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, menunjukkan piramida cerita buatan dia dan empat temannya,

Dua sekolah mitra Tanoto Foundation berbagi inspirasi keberhasilan

mengembangkan perpustakaan sekolah pada Festival Literasi Sekolah dan

Festival Perpustakaan Kemdikbud 2018.

Tidak Ada Perpustakaan

Kartika menyadari kunci keberhasilan meningkatkan budaya baca adalah penyediaan buku-buku bacaan baru yang berkelanjutan. Untuk itu dia bersama kepala sekolah, Ibu Mutia Lafrida, dan para guru memikirkan cara untuk memperbarui buku. Mereka punya empat gagasan yang langsung ditindaklanjuti.

yang berjudul Danau Toba dan Pulau Samosir. Dia membuat piramida cerita tersebut untuk menceritakan kembali buku dongeng nusantara yang dibacanya.

Inspirasi untuk membuat perpustakaan muncul pada akhir tahun 2011 setelah sekolahnya mendapat bantuan buku bacaan dan pelatihan mengembangkan budaya baca dari Tanoto Foundation. “Kami memanfaatkan toilet rusak berukuran 2 x 3 meter direnovasi menjadi perpustakaan sekolah. Ukurannya kecil tetapi kami menggerakkan budaya baca melalui perpustakaan ini. Buku-buku bacaan mulai kami sebarkan ke pojok-pojok baca di semua kelas. Saya pustakawati yang mengatur sirkulasi pembaruan bukunya,” tukasnya.

Sebelumnya SDN 173/V Tanjung Benanak sejak berdiri tahun 1996 sampai 2011, �dak memiliki perpustakaan sekolah. “Keterbatasan ruang kelas dan �dak adanya buku bacaan membuat kami belum memikirkan perlu adanya perpustakaan sekolah,” kata Ibu Kar�ka Isnaini, Pustakawa� SDN 173/V Tanjung Benanak saat memaparkan pengalamannya meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah pada acara Fes�val Perpustakaan Kemdikbud 2018 (30/11).

Pertama, mendatangi kepala desa untuk

SD RGM Bloksongo memiliki ruang perpustakaan sekolah yang luasnya 23 meter persegi. Walaupun tidak luas, mereka menata perpustakaan menjadi tempat membaca yang nyaman untuk membaca dan belajar.

Ketiga, menganggarkan dana bos sekitar empat persen untuk membeli buku bacaan. Keempat, orang tua siswa dilibatkan untuk membelikan buku-buku kesukaan siswa. “Dari upaya ini, setiap semester kami mendapat sekitar 400an buku bacaan baru,” katanya lagi.

Perpustakaan yang dulunya pengap, direnovasi dan diberi karpet agar siswa bisa lesehan membaca. “Buku-buku bacaan rutin diperbarui dengan menggandeng Tanoto Foundation, perpustakaan daerah, orang tua, dan mengalokasikan dari dana BOS,” kata Srianni Ritonga, kepala sekolah.

Perpustakaan Kecil Terbaik

Ruangan perpustakaan yang tidak besar, membuat sekolah menyediakan alternatif tempat untuk membaca. Misalnya, membuat pondok baca berukuran 2 x 8 meter, memanfaatkan teras kelas menjadi teras membaca, dan membuat sudut baca di semua kelas. Buku-bukunya seminggu sekali diperbarui oleh pustakawan sekolah. “Upaya ini yang membuat kami mendapat penghargaan sebagai perpustakaan SD terbaik tingkat kabupaten dan provinsi,” kata Srianni lagi.

mendapatkan pinjaman buku perpustakaan desa. Hasilnya, sekolah mendapatkan pinjaman 200 buku bacaan persemester. Kedua melibatkan alumni untuk menyumbang satu buku bacaan sebelum mereka lulus.

Pada peluncuran program PINTAR di Gedung A Kemendikbud, Jakarta (28/9), Tanoto Founda�on menggelar talkshow yang

menghadirkan lima narasumber. Temanya tentang Mi�gasi Akar Masalah Peningkatan Kualitas Guru. Berikut ulasannya.

Peneli�an kami tentang pelaksanaan program Pelita Pendidikan sudah dipublikasikan di Journal of Educa�on for Teaching, Interna�onal Research and Pedagogy (2018). Ada �ga temuan pen�ng yang saya bahas. Pertama, Pelita Pendidikan yang dimulai tahun 2010 memiliki �ga program yaitu Pelita Asri, Pelita Pustaka, dan Pelita Guru Mandiri. Kedua, Pelita Pendidikan membantu pemangku kepen�ngan pendidikan melihat cara-cara yang lebih baik untuk memperbaiki lingkungan dan proses belajar. Ke�ga, Pelita Pendidikan telah membangun jejaring fasilitator lokal dalam upaya peningkatan mutu guru di �ga provinsi, Sumatera Utara, Riau, dan Jambi.

Kemitraan pemerintah dan lembaga filantropis seper� Tanoto Founda�on akan menjadi lebih kuat untuk berbagi peran dan tanggung jawab terutama dalam meningkatkan mutu guru secara berkelanjutan. Untuk Program PINTAR, rekomendasi saya adalah melanjutkan inovasi yang sudah dilaksanakan program Pelita Pendidikan. Masih banyak juga guru yang mengajar masih pada what tetapi belum mengarah pada HOTS (higher order thinking skill). Ke depan banyak lapangan pekerjaan akan habis tapi banyak lapangan pekerjaan baru tumbuh. Hal ini membutuhkan anak-anak yang berpikir �ngkat �nggi dan kri�s.

Prof. Anita Lie, Ph.D; Guru Besar Unika Widya Mandala Surabaya, Peneli� Program Pelita Pendidikan

Kami juga menemukan para fasilitator lokal yang dila�h berhasil menguatkan KKG untuk memfasilitasi pela�han-pela�han dan sekolah yang diundang dan membiayai peserta dari dana BOS. Dampaknya, guru-guru menjadi bersemangat, lingkungan belajar menjadi lebih hidup, siswa senang sekali belajar, dan lebih fokus.

Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS; Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)Tantangan utama dan muara dari peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kualitas guru. Jika guru disiapkan dengan baik maka bonus demografi akan tercapai. Sekarang guru dituntut untuk berubah cara bekerja khususnya tentang peningkatan kualitas pembelajaran. Anak-anak yang dididik itu membutuhkan pendampingan guru untuk memenangkan persaingan. Saya usul kepada Tanoto Founda�on dalam mendampingi guru melalui LPTK

Drs. H. T. Darmansah, MA; Kepala Kemenag Provinsi Sumatera UtaraTantangan meningkatkan mutu pendidikan madrasah di Sumatera Utara adalah mulai dari RA, MI, MTs, dan MA yang masih banyak yang dikelola masyarakat atau swasta. Jumlah madrasah negeri persentasenya hanya 4,4% dibanding madrasah swasta. Kualitas guru honorer yang juga masih perlu di�ngkatkan.

Dr. Firdaus; Walikota Pekanbaru

menggarap substansi materi dan kemampuan mengajarnya.

Kami Pemerintah Kota Pekanbaru dan semua stakeholder mengawali menyiapkan SDM mulai dari pra nikah. Mereka difasilitasi cara mendidik anak mulai dari kandungan dan memberi gizi yang baik. Para cendekia, dan masyarakat harus turut bertanggung jawab dalam proses membangun generasi yang diawali dari rumah tangga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Tanoto Founda�on kami libatkan sebagai bagian dari masyarakat. Dari kemitraan ini kami berharap ada pela�han guru yang berinovasi untuk menggali potensi diri.

Kami juga menganggarkan APBD untuk dinas pendidikan lebih dari 50% untuk SDM. Peran infrastruktur memang pen�ng namun demi membangun bangsa kami letakan di nomor dua, prioritas pertama adalah mempersiapkan SDM.

Peran LPTK se�daknya memberi 5 atau 6 kecakapan, yaitu personal skill, thinking skill, social skill, academic skill, voca�onal skill, dan spiritual skill. Saya mengusulkan kepada program PINTAR untuk menggarap 5 kecakapan tersebut untuk mengembangkan kualitas pendidikan. Program PINTAR dapat menginisiasi ke depan untuk lebih baik dengan mengembangkan model pembelajaran yang inova�f agar bergulir menjadi contoh dan menyebar.

Kami di Sumatera Utara memiliki strategi meningkatkan kualitas guru madrasah dengan cara mengeluarkan surat edaran tentang pelaksanaan pengembangan diri guru madrasah. Se�ap guru yang sudah terser�fikasi diminta melaksanakan kegiatan pengembangan diri minimal dua kali dalam setahun melalui kegiatan MGMP atau KKG. Dengan adanya program PINTAR, kementerian agama bisa berkoordinasi dengan Tanoto Founda�on dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan dan memasukkan program KKG/MGMP dalam pela�han di madrasah.

Stuart Weston; Direktur Program PINTAR Program PINTAR dilaksanakan berdasarkan pengalaman di Pelita Pendidikan dan pengalaman dari beberapa program yang ada. Dampak yang kita harapkan sejalan dengan keinginan pak Hamid Muhammad bahwa pendidikan mengubah dari schooling menjadi learning. Kita perlu mendorong anak lebih banyak berpikir �ngkat �nggi, lebih banyak mengungkapkan pemikiran, dan memecahkan masalah sendiri.

Jika ingin mengubah sekolah maka manajemen sekolah harus mendukung peningkatan pembelajaran bukan hanya administrasi. Kami juga berharap pendidikan calon guru lebih efek�f agar calon guru siap mengajar dengan mendekatkan teori dan prak�k di perkuliahan. Kami ingin mendekatkan LPTK dengan sekolah melalui pela�han dan pendampingan sekolah mitra LPTK, peneli�an �ndakan kelas kolaborasi guru dan dosen.

Mi�gasi Akar Masalah Peningkatan Kualitas Guru

Para narasumber talkshow dari kiri ke kanan: Dr. Firdaus (Walikota Pekanbaru), Prof. Anita Lie, Ph.D (akademisi dan peneliti), Ajar Budi Kuncoro (moderator), Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS (Rektor UNS), Stuart Weston (Direktur Program PINTAR), dan Drs. T. Darmansyah, MA (Kepala Kemenag Sumatera Utara).

Inspirasi dari Siswa Menulis Buku dan Perpustakan Kecil Terbaik

(1) Mayla Arista Widya, siswi kelas VI SDN 173 Tanjung Benanak, Jambi. (2) M. Rizky Azhar, siswa kelas III SD RGM Bloksongo, Sumatera Utara, mendemontrasikan kemampuan literasinya pada fes�val literasi sekolah Kemdikbud. (3) Buku-buku buatan siswa SDN 173 Tanjung Benanak di pajang di sudut baca kelas dan perpustakaan sekolah. (4) Kepala SD RGM Bloksongo, Srianni Ritonga (kiri) dan Pustakawa� SDN 173 Tanjung Benanak, Kar�ka Isnaini (kedua dari kiri), memaparkan pengalamannya pada Fes�val Perpustakaan Kemdikbud 2018.

1

2

3 4

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Berita PINTAR

Page 5: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

4 5

“Dalam membuat laporan percobaan IPA, kami juga menulis laporannya dalam bentuk buku tutorial. Misalnya buku tutorial membuat kincir angin, prak�k membuat rangkaian listrik lampu lalu lintas, cara kerja parasut, simetri lipat, dan masih banyak lagi,” katanya sambil menunjukkan �ga buku tulisan tangannya pada acara Fes�val Literasi Sekolah Kemdikbud (28-31/10).

Jakarta – Mayla Arista Widya, siswi kelas VI SDN 173 Tanjung Benanak, Tanjung Jabung Barat, Jambi, memperlihatkan buku-buku buatannya dan teman-teman sekelasnya. Sekolah Mayla berada di perkampungan transmigrasi SP3 daerah perkebunan sawit. Walaupun berada di pedalaman, sekolahnya tetap mengembangkan program budaya baca secara konsisten. Se�ap hari selama 15 menit siswa difasilitasi membaca buku bacaan yang disukainya.

Di se�ap kelas, sekolah sudah disediakan pojok baca yang berisi sekitar 30 buku bacaan. Mayla dalam sebulan mengaku terbiasa membaca 8 buku cerita fiksi seper� novel atau komik. Setelah senang membaca, Mayla merasakan menjadi lebih mudah dalam menuliskan ide menjadi sebuah buku.

Sementara M. Rizky Azhar, siswa kelas III SD RGM Bloksongo, Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, menunjukkan piramida cerita buatan dia dan empat temannya,

Dua sekolah mitra Tanoto Foundation berbagi inspirasi keberhasilan

mengembangkan perpustakaan sekolah pada Festival Literasi Sekolah dan

Festival Perpustakaan Kemdikbud 2018.

Tidak Ada Perpustakaan

Kartika menyadari kunci keberhasilan meningkatkan budaya baca adalah penyediaan buku-buku bacaan baru yang berkelanjutan. Untuk itu dia bersama kepala sekolah, Ibu Mutia Lafrida, dan para guru memikirkan cara untuk memperbarui buku. Mereka punya empat gagasan yang langsung ditindaklanjuti.

yang berjudul Danau Toba dan Pulau Samosir. Dia membuat piramida cerita tersebut untuk menceritakan kembali buku dongeng nusantara yang dibacanya.

Inspirasi untuk membuat perpustakaan muncul pada akhir tahun 2011 setelah sekolahnya mendapat bantuan buku bacaan dan pelatihan mengembangkan budaya baca dari Tanoto Foundation. “Kami memanfaatkan toilet rusak berukuran 2 x 3 meter direnovasi menjadi perpustakaan sekolah. Ukurannya kecil tetapi kami menggerakkan budaya baca melalui perpustakaan ini. Buku-buku bacaan mulai kami sebarkan ke pojok-pojok baca di semua kelas. Saya pustakawati yang mengatur sirkulasi pembaruan bukunya,” tukasnya.

Sebelumnya SDN 173/V Tanjung Benanak sejak berdiri tahun 1996 sampai 2011, �dak memiliki perpustakaan sekolah. “Keterbatasan ruang kelas dan �dak adanya buku bacaan membuat kami belum memikirkan perlu adanya perpustakaan sekolah,” kata Ibu Kar�ka Isnaini, Pustakawa� SDN 173/V Tanjung Benanak saat memaparkan pengalamannya meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah pada acara Fes�val Perpustakaan Kemdikbud 2018 (30/11).

Pertama, mendatangi kepala desa untuk

SD RGM Bloksongo memiliki ruang perpustakaan sekolah yang luasnya 23 meter persegi. Walaupun tidak luas, mereka menata perpustakaan menjadi tempat membaca yang nyaman untuk membaca dan belajar.

Ketiga, menganggarkan dana bos sekitar empat persen untuk membeli buku bacaan. Keempat, orang tua siswa dilibatkan untuk membelikan buku-buku kesukaan siswa. “Dari upaya ini, setiap semester kami mendapat sekitar 400an buku bacaan baru,” katanya lagi.

Perpustakaan yang dulunya pengap, direnovasi dan diberi karpet agar siswa bisa lesehan membaca. “Buku-buku bacaan rutin diperbarui dengan menggandeng Tanoto Foundation, perpustakaan daerah, orang tua, dan mengalokasikan dari dana BOS,” kata Srianni Ritonga, kepala sekolah.

Perpustakaan Kecil Terbaik

Ruangan perpustakaan yang tidak besar, membuat sekolah menyediakan alternatif tempat untuk membaca. Misalnya, membuat pondok baca berukuran 2 x 8 meter, memanfaatkan teras kelas menjadi teras membaca, dan membuat sudut baca di semua kelas. Buku-bukunya seminggu sekali diperbarui oleh pustakawan sekolah. “Upaya ini yang membuat kami mendapat penghargaan sebagai perpustakaan SD terbaik tingkat kabupaten dan provinsi,” kata Srianni lagi.

mendapatkan pinjaman buku perpustakaan desa. Hasilnya, sekolah mendapatkan pinjaman 200 buku bacaan persemester. Kedua melibatkan alumni untuk menyumbang satu buku bacaan sebelum mereka lulus.

Pada peluncuran program PINTAR di Gedung A Kemendikbud, Jakarta (28/9), Tanoto Founda�on menggelar talkshow yang

menghadirkan lima narasumber. Temanya tentang Mi�gasi Akar Masalah Peningkatan Kualitas Guru. Berikut ulasannya.

Peneli�an kami tentang pelaksanaan program Pelita Pendidikan sudah dipublikasikan di Journal of Educa�on for Teaching, Interna�onal Research and Pedagogy (2018). Ada �ga temuan pen�ng yang saya bahas. Pertama, Pelita Pendidikan yang dimulai tahun 2010 memiliki �ga program yaitu Pelita Asri, Pelita Pustaka, dan Pelita Guru Mandiri. Kedua, Pelita Pendidikan membantu pemangku kepen�ngan pendidikan melihat cara-cara yang lebih baik untuk memperbaiki lingkungan dan proses belajar. Ke�ga, Pelita Pendidikan telah membangun jejaring fasilitator lokal dalam upaya peningkatan mutu guru di �ga provinsi, Sumatera Utara, Riau, dan Jambi.

Kemitraan pemerintah dan lembaga filantropis seper� Tanoto Founda�on akan menjadi lebih kuat untuk berbagi peran dan tanggung jawab terutama dalam meningkatkan mutu guru secara berkelanjutan. Untuk Program PINTAR, rekomendasi saya adalah melanjutkan inovasi yang sudah dilaksanakan program Pelita Pendidikan. Masih banyak juga guru yang mengajar masih pada what tetapi belum mengarah pada HOTS (higher order thinking skill). Ke depan banyak lapangan pekerjaan akan habis tapi banyak lapangan pekerjaan baru tumbuh. Hal ini membutuhkan anak-anak yang berpikir �ngkat �nggi dan kri�s.

Prof. Anita Lie, Ph.D; Guru Besar Unika Widya Mandala Surabaya, Peneli� Program Pelita Pendidikan

Kami juga menemukan para fasilitator lokal yang dila�h berhasil menguatkan KKG untuk memfasilitasi pela�han-pela�han dan sekolah yang diundang dan membiayai peserta dari dana BOS. Dampaknya, guru-guru menjadi bersemangat, lingkungan belajar menjadi lebih hidup, siswa senang sekali belajar, dan lebih fokus.

Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS; Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)Tantangan utama dan muara dari peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kualitas guru. Jika guru disiapkan dengan baik maka bonus demografi akan tercapai. Sekarang guru dituntut untuk berubah cara bekerja khususnya tentang peningkatan kualitas pembelajaran. Anak-anak yang dididik itu membutuhkan pendampingan guru untuk memenangkan persaingan. Saya usul kepada Tanoto Founda�on dalam mendampingi guru melalui LPTK

Drs. H. T. Darmansah, MA; Kepala Kemenag Provinsi Sumatera UtaraTantangan meningkatkan mutu pendidikan madrasah di Sumatera Utara adalah mulai dari RA, MI, MTs, dan MA yang masih banyak yang dikelola masyarakat atau swasta. Jumlah madrasah negeri persentasenya hanya 4,4% dibanding madrasah swasta. Kualitas guru honorer yang juga masih perlu di�ngkatkan.

Dr. Firdaus; Walikota Pekanbaru

menggarap substansi materi dan kemampuan mengajarnya.

Kami Pemerintah Kota Pekanbaru dan semua stakeholder mengawali menyiapkan SDM mulai dari pra nikah. Mereka difasilitasi cara mendidik anak mulai dari kandungan dan memberi gizi yang baik. Para cendekia, dan masyarakat harus turut bertanggung jawab dalam proses membangun generasi yang diawali dari rumah tangga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Tanoto Founda�on kami libatkan sebagai bagian dari masyarakat. Dari kemitraan ini kami berharap ada pela�han guru yang berinovasi untuk menggali potensi diri.

Kami juga menganggarkan APBD untuk dinas pendidikan lebih dari 50% untuk SDM. Peran infrastruktur memang pen�ng namun demi membangun bangsa kami letakan di nomor dua, prioritas pertama adalah mempersiapkan SDM.

Peran LPTK se�daknya memberi 5 atau 6 kecakapan, yaitu personal skill, thinking skill, social skill, academic skill, voca�onal skill, dan spiritual skill. Saya mengusulkan kepada program PINTAR untuk menggarap 5 kecakapan tersebut untuk mengembangkan kualitas pendidikan. Program PINTAR dapat menginisiasi ke depan untuk lebih baik dengan mengembangkan model pembelajaran yang inova�f agar bergulir menjadi contoh dan menyebar.

Kami di Sumatera Utara memiliki strategi meningkatkan kualitas guru madrasah dengan cara mengeluarkan surat edaran tentang pelaksanaan pengembangan diri guru madrasah. Se�ap guru yang sudah terser�fikasi diminta melaksanakan kegiatan pengembangan diri minimal dua kali dalam setahun melalui kegiatan MGMP atau KKG. Dengan adanya program PINTAR, kementerian agama bisa berkoordinasi dengan Tanoto Founda�on dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan dan memasukkan program KKG/MGMP dalam pela�han di madrasah.

Stuart Weston; Direktur Program PINTAR Program PINTAR dilaksanakan berdasarkan pengalaman di Pelita Pendidikan dan pengalaman dari beberapa program yang ada. Dampak yang kita harapkan sejalan dengan keinginan pak Hamid Muhammad bahwa pendidikan mengubah dari schooling menjadi learning. Kita perlu mendorong anak lebih banyak berpikir �ngkat �nggi, lebih banyak mengungkapkan pemikiran, dan memecahkan masalah sendiri.

Jika ingin mengubah sekolah maka manajemen sekolah harus mendukung peningkatan pembelajaran bukan hanya administrasi. Kami juga berharap pendidikan calon guru lebih efek�f agar calon guru siap mengajar dengan mendekatkan teori dan prak�k di perkuliahan. Kami ingin mendekatkan LPTK dengan sekolah melalui pela�han dan pendampingan sekolah mitra LPTK, peneli�an �ndakan kelas kolaborasi guru dan dosen.

Mi�gasi Akar Masalah Peningkatan Kualitas Guru

Para narasumber talkshow dari kiri ke kanan: Dr. Firdaus (Walikota Pekanbaru), Prof. Anita Lie, Ph.D (akademisi dan peneliti), Ajar Budi Kuncoro (moderator), Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS (Rektor UNS), Stuart Weston (Direktur Program PINTAR), dan Drs. T. Darmansyah, MA (Kepala Kemenag Sumatera Utara).

Inspirasi dari Siswa Menulis Buku dan Perpustakan Kecil Terbaik

(1) Mayla Arista Widya, siswi kelas VI SDN 173 Tanjung Benanak, Jambi. (2) M. Rizky Azhar, siswa kelas III SD RGM Bloksongo, Sumatera Utara, mendemontrasikan kemampuan literasinya pada fes�val literasi sekolah Kemdikbud. (3) Buku-buku buatan siswa SDN 173 Tanjung Benanak di pajang di sudut baca kelas dan perpustakaan sekolah. (4) Kepala SD RGM Bloksongo, Srianni Ritonga (kiri) dan Pustakawa� SDN 173 Tanjung Benanak, Kar�ka Isnaini (kedua dari kiri), memaparkan pengalamannya pada Fes�val Perpustakaan Kemdikbud 2018.

1

2

3 4

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Berita PINTAR

Page 6: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

6 7

Kendal, Jawa Tengah - Pembelajaran perbandingan skala di kelas VB SDN 2 Sukorejo, saya lakukan dengan menggunakan sumber belajar yang ada di kelas (17/9). Hasil evaluasi seminggu sebelumnya, pada materi yang sama dengan siswa yang berbeda, siswa masih terpancang pada rumus skala, jarak pada denah atau peta, dan jarak sebenarnya. Siswa masih belum memahami cara menggunakan skala dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengatasi hal tersebut, saya mengajak siswa untuk menggambar berskala dengan mengukur ukuran sebenarnya. Setelah itu mereka diminta menyajikannya dalam gambar berskala. Caranya, siswa diminta untuk mengukur

Kegiatan dilanjutkan dengan menginterpretasikan hasil pengukuran dengan menggunakan dua contoh skala, yaitu skala 1:100 dan skala 1:50.

panjang dan lebar ruangan kelas menggunakan penggaris.

Hasil penghitungan yang mereka lakukan secara berkelompok, menunjukkan bahwa ukuran pada denah akan menemui perbedaan jika menggunakan skala yang berbeda. Ukuran panjang dan lebar ruang kelas hasil diskusi, mereka gambarkan pada kertas kerja. Contohnya, panjang ruang kelas 600 cm maka pada skala 1:100 mereka menghitung panjang ruang kelas pada gambar menjadi 6 cm. Sedangkan pada skala 1:50, panjang ruang kelas pada gambar menjadi 12 cm.

Kegiatan selanjutnya adalah mengukur panjang papan tulis, kemudian menuliskannya dalam sebuah gambar berskala seperti yang mereka lakukan ketika mengukur panjang dan lebar ruang kelas, dengan bantuan guru tentunya. Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mengukur berbagai ukuran dalam kelas mulai dari ukuran panjang dan lebar kelas, serta ukuran panjang papan tulis, meja guru, dan meja kelompok. Setelah itu siswa menghitung ukuran ruang kelas dengan menggunakan skala yang ditentukan sehingga menghasilkan ukuran baru pada denah.

Hasil dari pembelajaran ini, siswa menjadi lebih mengenal konsep skala dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga dapat memahami mengapa dengan skala yang lebih kecil, gambar yang dihasilkan semakin besar. Dampak lainnya adalah, siswa dapat mencari jarak pada denah jika jarak sebenarnya dan skala sudah ditentukan.

“Saya jadi tahu, kalau skala yang kita gunakan lebih kecil, gambar yang kita buat menjadi semakin besar,” ujar Olla siswa kelas VB.

Oleh Diannita Ayu Kurniasih; Guru Kelas VB SDN 2 Sukorejo

Mudahnya Belajar Skala dengan Pengukuran Langsung

Para siswa secara berkelompok praktik mengukur kelas dan menggambarkan hasilnya pada dua skala yang berbeda.

Media kolase pizza ini digunakan untuk mengenalkan konsep pecahan sebagai pembagian dari satu benda. Misalnya 1/2 (setengah) didapat dari membagi 1 pizza menjadi 2 bagian sama besar. Lakukan hal yang sama untuk 1/3 dan 1/6. Dari sana bandingkanlah potongan pizza 1/2 dan 1/6. Lihat, jika pizza dipotong menjadi 6 bagian yang sama dan kita berikan kepada 2 orang dengan jumlah sama, ternyata masing-masing mendapat 3 potong pizza.

Batubara, Sumatera Utara - Saya menggunakan media kolase bergambar pizza untuk mengajar tentang pecahan. Bahan-bahannya terbuat dari kardus bekas, lem, kertas origami, dan manik-manik. Cara membuatnya, tempelkan kertas origami pada kardus. Kemudian potong kardus dan kertas origami tersebut seper� bentuk pizza yang akan dijadikan kolase. Ukurannya bisa disesuaikan dengan keinginan. Agar lebih menarik, tempelkan manik-manik pada kertas origami berbentuk pizza tersebut.

“Ibu membeli sebuah pizza kemudian pizza tersebut dipotong menjadi 4 bagian yang sama untuk dibagikan kepada 4 anaknya, berapa bagian untuk masing-masing anak?” Cyn�a menjawab dengan memberikan ilustrasi gambar pizza yang dibagi empat dan menuliskan angka 1/4 pada gambar pizza yang dibagi empat. Dari soal cerita dan jawaban yang dibuat siswa, saya dapat mengetahui �ngkat kemampuan mereka memahami materi pecahan. Kebanyakan siswa hanya menuliskan laporan kegiatan atau membuat pecahan secara langsung, mereka kesulitan membuat soal cerita. Ini menjadi catatan saya untuk memperbaiki pembelajaran ke depan.

Setelah siswa memahami konsep pecahan, se�ap kelompok diminta mempresentasikan hasil prak�k memahami pecahan dengan media kolase pizza. Selesai presentasi, saya meminta siswa menuliskan pemahaman mereka tentang pembelajaran pecahan dengan media kolase pizza dengan kata-katanya sendiri. Tujuannya agar ilmu yang mereka pahami dapat diikat dalam bentuk tulisan sehingga mereka lebih mudah memahaminya. Siswa juga diminta membuat soal cerita tentang pecahan dan menjawab sendiri soal cerita yang

dibuatnya. Berikut adalah soal cerita yang dibuat oleh Cyn�a Laura, salah seorang siswa.

Oleh Lili Gusni, S.Pd.SD; Guru Kelas IV SDN 010216 Sipare-pare

Belajar Pecahan dengan Kolase Pizza

Siswa membuat soal cerita tentang pecahan dan menjawabnya sendiri.

Siswa saya bagi menjadi lima orang perkelompok. Se�ap kelompok mendapatkan alat dan bahan percobaan seper� 2 buah kentang segar yang besar, 1 buah bohlam kecil, kabel

panjang sekitar 1 meter, 4 buah penjepit buaya, 1 buah lempengan tembaga, dan 1 buah lempengan seng.

Siswa diminta untuk mengama� hasil percobaannya. Jika nyala lampu belum kelihatan, siswa diminta mencoba membalik kentangnya. Jika lampunya belum menyala juga maka masing-masing kelompok boleh menambahkan kentang lagi dan melakukan cara yang sama seper� sebelumnya. Kelompok yang berhasil menyalakan lampu dengan energi kentang diminta untuk mempresentasikan hasil percobaannya. Para siswa tampak senang karena mampu memanfaatkan bahan bio untuk mendapatkan energi alterna�f.

Pematangsiantar, Sumatera Utara – Pada pembelajaran subtema energi alterna�f, saya menerapkan unsur pembelajaran ak�f MIKIR yang baru saja saya dapatkan dari pela�han Tanoto Founda�on. Salah satu sumber energi adalah tumbuhan yang disebut 'bahan bio'.

Saya menjelaskan ada beberapa buah - buahan dan sayuran yang bermanfaat untuk dikonsumsi dapat juga digunakan sebagai sumber energi alterna�f. Bahan bio tersebut antara lain bisa ditemukan pada buah-buahan seper� jeruk, apel dan kentang. Tujuan percobaan ini agar siswa dapat memanfaatkan bahan bio menggan�kan baterai sebagai

penghasil listrik.

Mereka ditugaskan untuk menusukkan lempengan tembaga dan seng ke dalam kentang dengan jarak beberapa sen�meter atau jangan disatukan. Guru memandu para siswa saat menggunakan penjepit buaya. “Caranya, salah satu penjepitnya dihubungkan dengan lempengan dan penjepit yang lain dihubungkan dengan bola lampu,” kata guru. Demikian dilakukan untuk semua kentang.

Catatan untuk ide pembelajaran lainnya: Sediakan 2-4 jenis buah yang berbeda. Di awal pembelajaran siswa �dak diberitahu buah-buahan yang mengandung energi listrik tetapi diminta memperkirakan dulu buah-buahan itu mengandung listrik atau �dak? Apa alasannya? Hal ini untuk mela�h siswa membuat hipotesis. Mereka akan menemukan jawabannya melalui proses percobaan yang akan dilakukan. Termasuk menemukan buah yang paling �nggi kandungan energi listriknya.

kemudian dihubungkan dengan lampu.

Siswa sedang menghubungkan kabel dengan lempengan yang ditusukkan pada kentang

Oleh Renny Laksmy Sinaga, S.Pd; Guru Kelas IV SD Swasta GKPS

Memanfaatkan Bahan Bio Kentang sebagai Energi Alterna�f

Tampil Percaya Diri melalui TV Pemberani

Sebelum mendapat pela�han Tanoto Founda�on, dia mengaku kelasnya masih kosongan. Sekarang beragam hasil karya siswa dipajang di kelasnya. Pada lomba inovasi pembelajaran yang diselenggarakan Kemdikbud, dia membuat KIT TV Pemberani dan menulis tentang MIKIR. “Saya masuk 10 besar terbaik lomba inovasi pembelajaran nasional 2018,” katanya.

Untuk meman�k kepercayaan diri siswa, dia mengajak siswanya membuat replika TV yang terbuat dari kardus berukuran 42 inchi. TV tersebut diberi nama TV Pemberani karena digunakan sebagai media untuk siswa berpresentasi. ”MIKIR menjadi bagian pembelajaran

yang saya fasilitasi di kelas. Seper� dalam melakukan percobaan menjernihkan air, membuat telor asin,

berwawancara, atau menceritakan kembali isi bacaan. Hanya pada saat diminta presentasi, siswa masih banyak yang malu-malu,” tukasnya.

“Melalui TV ini siswa menjadi terbiasa tampil percaya diri, berkomunikasi

dengan intonasi yang tepat, dan ekspresif. Mereka juga bisa berla�h menjadi reporter,” kata Pak Anys lagi.

Wonogiri, Jawa Tengah – Setelah mendapat pela�han pembelajaran MIKIR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi), Anys Susilo Nugroho SPd.SD, guru kelas IV SDN 2 Pokoh Kidul, langsung menerapkannya di kelas. Misalnya dengan memfasilitasi siswa lebih banyak melakukan kegiatan percobaan, pengamatan, wawancara, dan berdiskusi.

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

Pak Anys Soesilo menunjukkan kit TV Pemberani yang diikutkan pada lomba inovasi pembelajaran Kemdikbud. Dengan TV Pemberani, siswa dila�h untuk terbiasa mengkomunikasikan hasil karyanya.

Page 7: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

6 7

Kendal, Jawa Tengah - Pembelajaran perbandingan skala di kelas VB SDN 2 Sukorejo, saya lakukan dengan menggunakan sumber belajar yang ada di kelas (17/9). Hasil evaluasi seminggu sebelumnya, pada materi yang sama dengan siswa yang berbeda, siswa masih terpancang pada rumus skala, jarak pada denah atau peta, dan jarak sebenarnya. Siswa masih belum memahami cara menggunakan skala dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengatasi hal tersebut, saya mengajak siswa untuk menggambar berskala dengan mengukur ukuran sebenarnya. Setelah itu mereka diminta menyajikannya dalam gambar berskala. Caranya, siswa diminta untuk mengukur

Kegiatan dilanjutkan dengan menginterpretasikan hasil pengukuran dengan menggunakan dua contoh skala, yaitu skala 1:100 dan skala 1:50.

panjang dan lebar ruangan kelas menggunakan penggaris.

Hasil penghitungan yang mereka lakukan secara berkelompok, menunjukkan bahwa ukuran pada denah akan menemui perbedaan jika menggunakan skala yang berbeda. Ukuran panjang dan lebar ruang kelas hasil diskusi, mereka gambarkan pada kertas kerja. Contohnya, panjang ruang kelas 600 cm maka pada skala 1:100 mereka menghitung panjang ruang kelas pada gambar menjadi 6 cm. Sedangkan pada skala 1:50, panjang ruang kelas pada gambar menjadi 12 cm.

Kegiatan selanjutnya adalah mengukur panjang papan tulis, kemudian menuliskannya dalam sebuah gambar berskala seperti yang mereka lakukan ketika mengukur panjang dan lebar ruang kelas, dengan bantuan guru tentunya. Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mengukur berbagai ukuran dalam kelas mulai dari ukuran panjang dan lebar kelas, serta ukuran panjang papan tulis, meja guru, dan meja kelompok. Setelah itu siswa menghitung ukuran ruang kelas dengan menggunakan skala yang ditentukan sehingga menghasilkan ukuran baru pada denah.

Hasil dari pembelajaran ini, siswa menjadi lebih mengenal konsep skala dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga dapat memahami mengapa dengan skala yang lebih kecil, gambar yang dihasilkan semakin besar. Dampak lainnya adalah, siswa dapat mencari jarak pada denah jika jarak sebenarnya dan skala sudah ditentukan.

“Saya jadi tahu, kalau skala yang kita gunakan lebih kecil, gambar yang kita buat menjadi semakin besar,” ujar Olla siswa kelas VB.

Oleh Diannita Ayu Kurniasih; Guru Kelas VB SDN 2 Sukorejo

Mudahnya Belajar Skala dengan Pengukuran Langsung

Para siswa secara berkelompok praktik mengukur kelas dan menggambarkan hasilnya pada dua skala yang berbeda.

Media kolase pizza ini digunakan untuk mengenalkan konsep pecahan sebagai pembagian dari satu benda. Misalnya 1/2 (setengah) didapat dari membagi 1 pizza menjadi 2 bagian sama besar. Lakukan hal yang sama untuk 1/3 dan 1/6. Dari sana bandingkanlah potongan pizza 1/2 dan 1/6. Lihat, jika pizza dipotong menjadi 6 bagian yang sama dan kita berikan kepada 2 orang dengan jumlah sama, ternyata masing-masing mendapat 3 potong pizza.

Batubara, Sumatera Utara - Saya menggunakan media kolase bergambar pizza untuk mengajar tentang pecahan. Bahan-bahannya terbuat dari kardus bekas, lem, kertas origami, dan manik-manik. Cara membuatnya, tempelkan kertas origami pada kardus. Kemudian potong kardus dan kertas origami tersebut seper� bentuk pizza yang akan dijadikan kolase. Ukurannya bisa disesuaikan dengan keinginan. Agar lebih menarik, tempelkan manik-manik pada kertas origami berbentuk pizza tersebut.

“Ibu membeli sebuah pizza kemudian pizza tersebut dipotong menjadi 4 bagian yang sama untuk dibagikan kepada 4 anaknya, berapa bagian untuk masing-masing anak?” Cyn�a menjawab dengan memberikan ilustrasi gambar pizza yang dibagi empat dan menuliskan angka 1/4 pada gambar pizza yang dibagi empat. Dari soal cerita dan jawaban yang dibuat siswa, saya dapat mengetahui �ngkat kemampuan mereka memahami materi pecahan. Kebanyakan siswa hanya menuliskan laporan kegiatan atau membuat pecahan secara langsung, mereka kesulitan membuat soal cerita. Ini menjadi catatan saya untuk memperbaiki pembelajaran ke depan.

Setelah siswa memahami konsep pecahan, se�ap kelompok diminta mempresentasikan hasil prak�k memahami pecahan dengan media kolase pizza. Selesai presentasi, saya meminta siswa menuliskan pemahaman mereka tentang pembelajaran pecahan dengan media kolase pizza dengan kata-katanya sendiri. Tujuannya agar ilmu yang mereka pahami dapat diikat dalam bentuk tulisan sehingga mereka lebih mudah memahaminya. Siswa juga diminta membuat soal cerita tentang pecahan dan menjawab sendiri soal cerita yang

dibuatnya. Berikut adalah soal cerita yang dibuat oleh Cyn�a Laura, salah seorang siswa.

Oleh Lili Gusni, S.Pd.SD; Guru Kelas IV SDN 010216 Sipare-pare

Belajar Pecahan dengan Kolase Pizza

Siswa membuat soal cerita tentang pecahan dan menjawabnya sendiri.

Siswa saya bagi menjadi lima orang perkelompok. Se�ap kelompok mendapatkan alat dan bahan percobaan seper� 2 buah kentang segar yang besar, 1 buah bohlam kecil, kabel

panjang sekitar 1 meter, 4 buah penjepit buaya, 1 buah lempengan tembaga, dan 1 buah lempengan seng.

Siswa diminta untuk mengama� hasil percobaannya. Jika nyala lampu belum kelihatan, siswa diminta mencoba membalik kentangnya. Jika lampunya belum menyala juga maka masing-masing kelompok boleh menambahkan kentang lagi dan melakukan cara yang sama seper� sebelumnya. Kelompok yang berhasil menyalakan lampu dengan energi kentang diminta untuk mempresentasikan hasil percobaannya. Para siswa tampak senang karena mampu memanfaatkan bahan bio untuk mendapatkan energi alterna�f.

Pematangsiantar, Sumatera Utara – Pada pembelajaran subtema energi alterna�f, saya menerapkan unsur pembelajaran ak�f MIKIR yang baru saja saya dapatkan dari pela�han Tanoto Founda�on. Salah satu sumber energi adalah tumbuhan yang disebut 'bahan bio'.

Saya menjelaskan ada beberapa buah - buahan dan sayuran yang bermanfaat untuk dikonsumsi dapat juga digunakan sebagai sumber energi alterna�f. Bahan bio tersebut antara lain bisa ditemukan pada buah-buahan seper� jeruk, apel dan kentang. Tujuan percobaan ini agar siswa dapat memanfaatkan bahan bio menggan�kan baterai sebagai

penghasil listrik.

Mereka ditugaskan untuk menusukkan lempengan tembaga dan seng ke dalam kentang dengan jarak beberapa sen�meter atau jangan disatukan. Guru memandu para siswa saat menggunakan penjepit buaya. “Caranya, salah satu penjepitnya dihubungkan dengan lempengan dan penjepit yang lain dihubungkan dengan bola lampu,” kata guru. Demikian dilakukan untuk semua kentang.

Catatan untuk ide pembelajaran lainnya: Sediakan 2-4 jenis buah yang berbeda. Di awal pembelajaran siswa �dak diberitahu buah-buahan yang mengandung energi listrik tetapi diminta memperkirakan dulu buah-buahan itu mengandung listrik atau �dak? Apa alasannya? Hal ini untuk mela�h siswa membuat hipotesis. Mereka akan menemukan jawabannya melalui proses percobaan yang akan dilakukan. Termasuk menemukan buah yang paling �nggi kandungan energi listriknya.

kemudian dihubungkan dengan lampu.

Siswa sedang menghubungkan kabel dengan lempengan yang ditusukkan pada kentang

Oleh Renny Laksmy Sinaga, S.Pd; Guru Kelas IV SD Swasta GKPS

Memanfaatkan Bahan Bio Kentang sebagai Energi Alterna�f

Tampil Percaya Diri melalui TV Pemberani

Sebelum mendapat pela�han Tanoto Founda�on, dia mengaku kelasnya masih kosongan. Sekarang beragam hasil karya siswa dipajang di kelasnya. Pada lomba inovasi pembelajaran yang diselenggarakan Kemdikbud, dia membuat KIT TV Pemberani dan menulis tentang MIKIR. “Saya masuk 10 besar terbaik lomba inovasi pembelajaran nasional 2018,” katanya.

Untuk meman�k kepercayaan diri siswa, dia mengajak siswanya membuat replika TV yang terbuat dari kardus berukuran 42 inchi. TV tersebut diberi nama TV Pemberani karena digunakan sebagai media untuk siswa berpresentasi. ”MIKIR menjadi bagian pembelajaran

yang saya fasilitasi di kelas. Seper� dalam melakukan percobaan menjernihkan air, membuat telor asin,

berwawancara, atau menceritakan kembali isi bacaan. Hanya pada saat diminta presentasi, siswa masih banyak yang malu-malu,” tukasnya.

“Melalui TV ini siswa menjadi terbiasa tampil percaya diri, berkomunikasi

dengan intonasi yang tepat, dan ekspresif. Mereka juga bisa berla�h menjadi reporter,” kata Pak Anys lagi.

Wonogiri, Jawa Tengah – Setelah mendapat pela�han pembelajaran MIKIR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi), Anys Susilo Nugroho SPd.SD, guru kelas IV SDN 2 Pokoh Kidul, langsung menerapkannya di kelas. Misalnya dengan memfasilitasi siswa lebih banyak melakukan kegiatan percobaan, pengamatan, wawancara, dan berdiskusi.

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

Pak Anys Soesilo menunjukkan kit TV Pemberani yang diikutkan pada lomba inovasi pembelajaran Kemdikbud. Dengan TV Pemberani, siswa dila�h untuk terbiasa mengkomunikasikan hasil karyanya.

Page 8: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

8 9

Pembelajaran Telling Time: Waktu Seper� Berjalan Begitu Cepat

Sragen - “Awalnya grogi. Tapi setelah dibantu caranya, jadi mudah dan menyenangkan,” kata Rahmawa� siswa kelas VII SMPN 3 Sragen usai pembelajaran bahasa Inggris yang diampu Ibu Sri Nurhasan� dan �m yang berprak�k mengajar. Untuk memudahkan siswa belajar bahasa Inggris tentang telling �me (menanyakan dan menyatakan waktu), Ibu Sri menggunakan realia berupa jam sehingga siswa mengalami pembelajaran sesuai dengan kehidupan nyata. Mereka juga menyusun lembar kerja dengan media gambar-gambar ak�vitas yang biasa siswa gunakan dan alami se�ap hari.

Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan MIKIR. Kegiatan diawali dengan mencoba memutar dan menunjukkan waktu melalui realia jam. Beberapa pertanyaan pancingan diberikan kepada siswa, untuk mela�h keberaniannya. Siswa diminta saling menebak ak�vitas ru�n yang dilakukan di pagi, siang, dan malam hari.Pada proses mengalami, siswa diajak untuk mengama� gambar tentang ak�vitas di pagi hari dengan seksama. Lalu siswa diajak untuk menyebutkan dalam bahasa

Inggris jenis- jenis ak�vitas yang dilakukan di pagi hari berdasarkan gambar yang disiapkan guru. Setelah itu, mereka menuliskan jenis- jenis ak�vitas yang dilakukan di pagi hari berdasarkan gambar yang disiapkan guru yang ada di lembar kerja pertama.

Kegiatan tersebut dilakukan dalam kelompok. Mereka kemudian berdiskusi secara bergan�an untuk menyebutkan waktu ak�vitas tertentu yang mereka lakukan di pagi hari dan menuliskan waktu ak�vitas tertentu yang ada di lembar kerja kedua.

Pada tahap interaksi, siswa secara berpasangan berla�h mengiden�fikasi kegiatan dan waktu pada lembar kerja

ke�ga. Kemudian secara individu berla�h menuliskan waktu yang ada di lembar kerja keempat dan mengisi tabel kegiatan di pagi hari lengkap dengan waktu terjadinya.`

Kegiatan terakhir yaitu refleksi. Guru bersama siswa, mengevaluasi seluruh rangkaian ak�vitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh. Terutama untuk menemukan manfaat langsung dari belajar menanyakan dan menyatakan waktu. “Dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan unsur MIKIR, siswa saya lihat menjadi lebih ak�f, dan memiliki keberanian untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lain,” kata Ibu Sri usai pembelajaran.

Selanjutnya di tahap komunikasi siswa menyampaikan hasil tanya jawab dengan teman dalam kelompoknya. Diskusi tersebut dilanjutkan dengan mengirim perwakilan kepada kelompok lain dan begitu juga dengan kelompok lain. Diskusi berlangsung sekitar 7 menit.

(Kiri) Siswa berdiskusi cara menanyakan waktu. (Kanan) Kumpulan tulisan hasil karya siswa menanyakan dan menyatakan waktu dalam bahasa Inggris.

Oleh Bonardo Lumbanraja, S.Pd Guru SMPN I Lima Puluh

Batu Bara, Sumatera Utara - Pada pembelajaran IPS kelas VIII tentang Mobilitas Sosial, saya menerapkan MIKIR. Saya mengajukan pertanyaan untuk mengajak mereka "Curhat Pendapat". Pertanyaannya, apakah penger�an dari mobilitas sosial? Siswa diberi kesempatan selama �ga menit untuk memikirkan serta menyampaikan ide maupun gagasannya.

Kegiatan dilanjutkan dengan siswa mencari informasi di internet tentang contoh nyata bentuk-bentuk mobilitas sosial. Siswa menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo yang berkecimpung di dunia poli�k terus mengalami mobilitas sosial yang bersifat ver�kal naik. Mulai dari menjadi walikota, gubernur, sampai menjabat presiden.

Sedangkan contoh mobilitas horizontal yang pernah dialami oleh tokoh poli�k perempuan, seper� Ibu Khofifah Indar Parawansa yang pernah menjabat Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial, dan beberapa contoh lainnya.

Selesai wawancara para siswa berdiskusi di kelompok untuk menyimpulkan dan

menyajikan informasi."Ada guru yang sebelumnya menjadi guru honorer, sekarang sudah diangkat menjadi guru PNS. Guru tersebut mengalami mobilitas ver�kal," kata salah seorang siswa dalam presentasinya. Pada kegiatan refleksi, saya menyampaikan status sosial bukan didasarkan kekayaan melainkan status yang sama di hadapan Tuhan YME.

Langkah selanjutnya adalah kegiatan prak�k, yaitu dengan metode wawancara. Guru membagi siswa ke dalam lima kelompok. Siswa dibekali dengan pertanyaan untuk responden. Hal pen�ng yang perlu ditanyakan adalah perubahan status sosial apa saja yang pernah dialami oleh responden. Dalam hal ini siswa diminta untuk mewancarai para guru di sekolah.

Iden�fikasi Mobilitas Sosial dengan Pola MIKIR

Siswa menampilkan hasil diskusi kelompok mobilitas sosial vertikal Bapak Sukanto Tanoto.Praktik Baik

“Dari data eksprimen yang kami dapatkan, kertas yang paling sedikit terambil adalah kertas yang berwarna hijau. Penyebabnya kertas warna hijau sama dengan warna latar tempat kertas tersebut yaitu rumput. Hal ini bila dikaitkan dengan adaptasi dan seleksi alam, yaitu makhluk hidup yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan dapat bertahan hidup. Sedangkan mahluk hidup yang �dak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannnya akan musnah.” Demikian presentasi salah satu perwakilan kelompok. Kelompok lain juga diberi kesempatan berpresentasi. Dari laporan dan presentasi siswa, siswa dapat menemukan konsep adaptasi dan seleksi alam dalam kelangsungan makhluk hidup.

Secara bergiliran, para siswa dalam kelompok mencoba mengambil satu persatu kertas warna-warni dalam waktu 60 de�k. Mereka menghitung kertas yang diambil dan memasukkan data yang didapat ke dalam tabel hasil pengamatan. Setelah selesai, semua kembali ke kelas dan mendiskusikan hasil eksprimen untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LK.

Berdasar jawaban siswa yang beragam, saya sampaikan akan kita buk�kan dalam percobaan. Siswa yang sudah dibagi dalam enam kelompok mendapatkan lembar kerja (LK). Alat dan bahan yang sudah dipersiapkan berupa kertas warna warni, tali rafia, meteran, paku, dan pengukur waktu. Para siswa diminta menuju lapangan sekolah yang ditumbuhi rumput.

Jambi - Untuk menemukan konsep adaptasi dan seleksi alam dalam kelangsungan mahluk hidup, saya mengajak siswa kelas IX A melakukan eksprimen kertas warna warni. Saya memperlihatkan dua buah gambar kupu-kupu yang berwarna warni dan kupu-kupu berwarna hijau. “Menurut pendapat kalian kupu-kupu yang mana bisa bertahan hidup lebih lama, bila kupu-kupu tersebut hidup di taman bunga?”

Masing-masing kelompok membuat petakan berukuran 2 x 2 m dengan tali rafia dan paku. Mereka menyebarkan secara acak dan merata kertas warna warni yang berupa kertas warna kuning, hijau, hitam dan merah jambu yang dibuat dengan ukuran 2 x 2 cm dari kertas karton. Masing-masing dimasukkan 50 lembar kertas ke dalam petakan yang telah dibuat

Oleh Heni Purnamawa�; Guru IPA SMPN 7 Muaro Jambi

Menemukan Konsep Adaptasi dan Seleksi Alam

Siswa membuat petakan di halaman sekolah untuk melakukan percobaan adaptasi dan seleksi alam.

Oleh Erwin Prasetyo, S.Pd.Si Guru MTs Darul Islam Sukorejo

Kendal, Jawa Tengah - Siang itu siswa kelas VIIA MTs Darul Ishlah sedang mempelajari materi larutan asam dan larutan basa. Saya mengajak siswa prak�k menguji larutan asam basa yang biasa dijumpai. Sebelumnya saya membagi siswa menjadi lima kelompok. Setelah kelompok terbentuk saya menyampaikan bahwa siswa akan mempelajari materi tentang larutan asam basa.

Para siswa menyatakan senang karena belajar IPA dengan berprak�k. Ke depan saya akan mengembangkan percobaan ini menggunakan indikator alami seper� kunyit, kembang sepatu, atau kol merah.

Semua siswa melakukan percobaan dan mengama� perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus. Ke�ka lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan

garam maka warna kertas lakmus tetap merah, ke�ka lakmus biru dicelupkan ke dalam larutan yang sama maka warnanya tetap biru. Siswa menguji sampai semua larutan teruji. Hasil percobaan dicatat pada lembar pengamatan yang ada pada lembar kerja. Se�ap kelompok juga menulis laporan dalam kertas plano.

Setelah selesai, semua kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya. “Pada air perasan jeruk, air teh, dan air tebu jika yang dicelupkan lakmus merah maka lakmus tetap merah, dan jika yang dicelupkan lakmus biru maka lakmus berubah menjadi merah. Air perasan jeruk, air teh, dan air tebu

bersifat memerahkan lakmus sehingga larutan ini termasuk larutan asam,” demikian presentasi salah satu kelompok.

Mereka juga menemukan larutan sabun dan deterjen bila diuji dengan kertas lakmus biru warnanya tetap biru, sedangkan bila dimasukkan kertas yang berwarna merah berubah menjadi biru. Sedangkan pada larutan yang netral seper� air garam �dak ada perubahan warna pada kertas lakmus.

Alat dan bahan yang diperlukan berupa kertas lakmus merah, kertas lakmus biru, beberapa macam larutan yang dibuat siswa sendiri seper� larutan sabun, larutan detergen, air perasan tebu, air perasan jeruk, larutan garam, dan air teh. Saya membimbing siswa untuk menguji masing-masing larutan menggunakan kertas lakmus merah dan lakmus biru.

Uji Larutan Asam dan Basa di Lingkungan Sekitar

Siswa sedang menguji larutan yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari untuk diketahui jenis larutan asam atau basa dengan menggunakan kertas lakmus.

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

Page 9: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

8 9

Pembelajaran Telling Time: Waktu Seper� Berjalan Begitu Cepat

Sragen - “Awalnya grogi. Tapi setelah dibantu caranya, jadi mudah dan menyenangkan,” kata Rahmawa� siswa kelas VII SMPN 3 Sragen usai pembelajaran bahasa Inggris yang diampu Ibu Sri Nurhasan� dan �m yang berprak�k mengajar. Untuk memudahkan siswa belajar bahasa Inggris tentang telling �me (menanyakan dan menyatakan waktu), Ibu Sri menggunakan realia berupa jam sehingga siswa mengalami pembelajaran sesuai dengan kehidupan nyata. Mereka juga menyusun lembar kerja dengan media gambar-gambar ak�vitas yang biasa siswa gunakan dan alami se�ap hari.

Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan MIKIR. Kegiatan diawali dengan mencoba memutar dan menunjukkan waktu melalui realia jam. Beberapa pertanyaan pancingan diberikan kepada siswa, untuk mela�h keberaniannya. Siswa diminta saling menebak ak�vitas ru�n yang dilakukan di pagi, siang, dan malam hari.Pada proses mengalami, siswa diajak untuk mengama� gambar tentang ak�vitas di pagi hari dengan seksama. Lalu siswa diajak untuk menyebutkan dalam bahasa

Inggris jenis- jenis ak�vitas yang dilakukan di pagi hari berdasarkan gambar yang disiapkan guru. Setelah itu, mereka menuliskan jenis- jenis ak�vitas yang dilakukan di pagi hari berdasarkan gambar yang disiapkan guru yang ada di lembar kerja pertama.

Kegiatan tersebut dilakukan dalam kelompok. Mereka kemudian berdiskusi secara bergan�an untuk menyebutkan waktu ak�vitas tertentu yang mereka lakukan di pagi hari dan menuliskan waktu ak�vitas tertentu yang ada di lembar kerja kedua.

Pada tahap interaksi, siswa secara berpasangan berla�h mengiden�fikasi kegiatan dan waktu pada lembar kerja

ke�ga. Kemudian secara individu berla�h menuliskan waktu yang ada di lembar kerja keempat dan mengisi tabel kegiatan di pagi hari lengkap dengan waktu terjadinya.`

Kegiatan terakhir yaitu refleksi. Guru bersama siswa, mengevaluasi seluruh rangkaian ak�vitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh. Terutama untuk menemukan manfaat langsung dari belajar menanyakan dan menyatakan waktu. “Dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan unsur MIKIR, siswa saya lihat menjadi lebih ak�f, dan memiliki keberanian untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lain,” kata Ibu Sri usai pembelajaran.

Selanjutnya di tahap komunikasi siswa menyampaikan hasil tanya jawab dengan teman dalam kelompoknya. Diskusi tersebut dilanjutkan dengan mengirim perwakilan kepada kelompok lain dan begitu juga dengan kelompok lain. Diskusi berlangsung sekitar 7 menit.

(Kiri) Siswa berdiskusi cara menanyakan waktu. (Kanan) Kumpulan tulisan hasil karya siswa menanyakan dan menyatakan waktu dalam bahasa Inggris.

Oleh Bonardo Lumbanraja, S.Pd Guru SMPN I Lima Puluh

Batu Bara, Sumatera Utara - Pada pembelajaran IPS kelas VIII tentang Mobilitas Sosial, saya menerapkan MIKIR. Saya mengajukan pertanyaan untuk mengajak mereka "Curhat Pendapat". Pertanyaannya, apakah penger�an dari mobilitas sosial? Siswa diberi kesempatan selama �ga menit untuk memikirkan serta menyampaikan ide maupun gagasannya.

Kegiatan dilanjutkan dengan siswa mencari informasi di internet tentang contoh nyata bentuk-bentuk mobilitas sosial. Siswa menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo yang berkecimpung di dunia poli�k terus mengalami mobilitas sosial yang bersifat ver�kal naik. Mulai dari menjadi walikota, gubernur, sampai menjabat presiden.

Sedangkan contoh mobilitas horizontal yang pernah dialami oleh tokoh poli�k perempuan, seper� Ibu Khofifah Indar Parawansa yang pernah menjabat Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial, dan beberapa contoh lainnya.

Selesai wawancara para siswa berdiskusi di kelompok untuk menyimpulkan dan

menyajikan informasi."Ada guru yang sebelumnya menjadi guru honorer, sekarang sudah diangkat menjadi guru PNS. Guru tersebut mengalami mobilitas ver�kal," kata salah seorang siswa dalam presentasinya. Pada kegiatan refleksi, saya menyampaikan status sosial bukan didasarkan kekayaan melainkan status yang sama di hadapan Tuhan YME.

Langkah selanjutnya adalah kegiatan prak�k, yaitu dengan metode wawancara. Guru membagi siswa ke dalam lima kelompok. Siswa dibekali dengan pertanyaan untuk responden. Hal pen�ng yang perlu ditanyakan adalah perubahan status sosial apa saja yang pernah dialami oleh responden. Dalam hal ini siswa diminta untuk mewancarai para guru di sekolah.

Iden�fikasi Mobilitas Sosial dengan Pola MIKIR

Siswa menampilkan hasil diskusi kelompok mobilitas sosial vertikal Bapak Sukanto Tanoto.Praktik Baik

“Dari data eksprimen yang kami dapatkan, kertas yang paling sedikit terambil adalah kertas yang berwarna hijau. Penyebabnya kertas warna hijau sama dengan warna latar tempat kertas tersebut yaitu rumput. Hal ini bila dikaitkan dengan adaptasi dan seleksi alam, yaitu makhluk hidup yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan dapat bertahan hidup. Sedangkan mahluk hidup yang �dak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannnya akan musnah.” Demikian presentasi salah satu perwakilan kelompok. Kelompok lain juga diberi kesempatan berpresentasi. Dari laporan dan presentasi siswa, siswa dapat menemukan konsep adaptasi dan seleksi alam dalam kelangsungan makhluk hidup.

Secara bergiliran, para siswa dalam kelompok mencoba mengambil satu persatu kertas warna-warni dalam waktu 60 de�k. Mereka menghitung kertas yang diambil dan memasukkan data yang didapat ke dalam tabel hasil pengamatan. Setelah selesai, semua kembali ke kelas dan mendiskusikan hasil eksprimen untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LK.

Berdasar jawaban siswa yang beragam, saya sampaikan akan kita buk�kan dalam percobaan. Siswa yang sudah dibagi dalam enam kelompok mendapatkan lembar kerja (LK). Alat dan bahan yang sudah dipersiapkan berupa kertas warna warni, tali rafia, meteran, paku, dan pengukur waktu. Para siswa diminta menuju lapangan sekolah yang ditumbuhi rumput.

Jambi - Untuk menemukan konsep adaptasi dan seleksi alam dalam kelangsungan mahluk hidup, saya mengajak siswa kelas IX A melakukan eksprimen kertas warna warni. Saya memperlihatkan dua buah gambar kupu-kupu yang berwarna warni dan kupu-kupu berwarna hijau. “Menurut pendapat kalian kupu-kupu yang mana bisa bertahan hidup lebih lama, bila kupu-kupu tersebut hidup di taman bunga?”

Masing-masing kelompok membuat petakan berukuran 2 x 2 m dengan tali rafia dan paku. Mereka menyebarkan secara acak dan merata kertas warna warni yang berupa kertas warna kuning, hijau, hitam dan merah jambu yang dibuat dengan ukuran 2 x 2 cm dari kertas karton. Masing-masing dimasukkan 50 lembar kertas ke dalam petakan yang telah dibuat

Oleh Heni Purnamawa�; Guru IPA SMPN 7 Muaro Jambi

Menemukan Konsep Adaptasi dan Seleksi Alam

Siswa membuat petakan di halaman sekolah untuk melakukan percobaan adaptasi dan seleksi alam.

Oleh Erwin Prasetyo, S.Pd.Si Guru MTs Darul Islam Sukorejo

Kendal, Jawa Tengah - Siang itu siswa kelas VIIA MTs Darul Ishlah sedang mempelajari materi larutan asam dan larutan basa. Saya mengajak siswa prak�k menguji larutan asam basa yang biasa dijumpai. Sebelumnya saya membagi siswa menjadi lima kelompok. Setelah kelompok terbentuk saya menyampaikan bahwa siswa akan mempelajari materi tentang larutan asam basa.

Para siswa menyatakan senang karena belajar IPA dengan berprak�k. Ke depan saya akan mengembangkan percobaan ini menggunakan indikator alami seper� kunyit, kembang sepatu, atau kol merah.

Semua siswa melakukan percobaan dan mengama� perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus. Ke�ka lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan

garam maka warna kertas lakmus tetap merah, ke�ka lakmus biru dicelupkan ke dalam larutan yang sama maka warnanya tetap biru. Siswa menguji sampai semua larutan teruji. Hasil percobaan dicatat pada lembar pengamatan yang ada pada lembar kerja. Se�ap kelompok juga menulis laporan dalam kertas plano.

Setelah selesai, semua kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya. “Pada air perasan jeruk, air teh, dan air tebu jika yang dicelupkan lakmus merah maka lakmus tetap merah, dan jika yang dicelupkan lakmus biru maka lakmus berubah menjadi merah. Air perasan jeruk, air teh, dan air tebu

bersifat memerahkan lakmus sehingga larutan ini termasuk larutan asam,” demikian presentasi salah satu kelompok.

Mereka juga menemukan larutan sabun dan deterjen bila diuji dengan kertas lakmus biru warnanya tetap biru, sedangkan bila dimasukkan kertas yang berwarna merah berubah menjadi biru. Sedangkan pada larutan yang netral seper� air garam �dak ada perubahan warna pada kertas lakmus.

Alat dan bahan yang diperlukan berupa kertas lakmus merah, kertas lakmus biru, beberapa macam larutan yang dibuat siswa sendiri seper� larutan sabun, larutan detergen, air perasan tebu, air perasan jeruk, larutan garam, dan air teh. Saya membimbing siswa untuk menguji masing-masing larutan menggunakan kertas lakmus merah dan lakmus biru.

Uji Larutan Asam dan Basa di Lingkungan Sekitar

Siswa sedang menguji larutan yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari untuk diketahui jenis larutan asam atau basa dengan menggunakan kertas lakmus.

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

Page 10: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

Pak Untung Wahyudi mendampingi siswanya di kelompok melakukan percobaan mencari keuntungan mekanis roda berporos.

10 11

Ke�ga kaleng yang ukurannya berbeda-beda yaitu besar, sedang, dan kecil dipasang pada batang pipa plas�k atau paralon. Salah satu kaleng yang paling kecil, diberikan beban seberat satu newton. Kaleng kedua yang diameter sedikit lebih besar atau sedang, diberi tali dan dihubungkan dengan neraca pegas atau dinamo meter. Sesuai dengan langkah kerja, neraca pegas tersebut ditarik sehingga beban yang ada pada kaleng kecil juga ikut terangkat. Setelah dibaca siswa, ternyata gaya tarik yang ditunjukkan oleh dinamo meter hanya 0,5 newton.

Balikpapan, Kalimantan Timur - Dalam mengajar konsep Keuntungan Mekanis Roda Berporos, Pak Untung Wahyudi, guru kelas VIII SMPN 1 Balikpapan menerapkan MIKIR. Roda berporos adalah sebuah roda yang dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama. Salah satu contohnya seper� roda sepeda.

Mengawali pembelajaran Pak Untung meminta siswa untuk membaca buku materi Keuntungan Mekanis Roda Berporos selama 10 menit. Setelah itu, melakukan tanya jawab menguji pemahaman siswa terhadap bacaan. Kelihatan dari diskusi singkat tersebut, siswa masih meraba-raba tentang konsep yang telah dibaca. Langkah berikutnya adalah merangkai alat roda berporos dan melakukan percobaan. Para siswa dibagi menjadi enam kelompok. Se�ap kelompok menerima lembar kerja (LK) yang berisi penjelasan tentang alat dan bahan percobaan, cara merangkai, dan petunjuk kerja.

Para siswa secara berkelompok diminta membawa alat dan bahan percobaan roda berporos ini dari rumah. Alatnya yaitu 3 batang pipa plas�k sepanjang 1 meter, 2 batang pipa plas�k sepanjang 0,5 meter, 4 batang pipa plas�k sepanjang 0,2 meter, 3 tabung kaleng berbahan seng dengan diameter yang berbeda, 3 potong benang @1 meter, 6 penyambung pipa yang berbentuk L, dan 2 buah penyambung pipa berbentuk T. Sekolah juga sudah menyiapkan beban berukuran 1 newton, dan 3 buah dinamometer 3 newton.

Kegiatan ini dilakukan beberapa kali pada posisi berbeda-beda. Kadang beban ditaruh pada kaleng yang lebih besar, atau diletakkan di kaleng yang lebih kecil. Hal ini untuk melihat keuntungan mekanis terhadap diameter kaleng atau jari-jari roda. Siswa menyimpulkan untuk menarik beban yang besar, mereka bisa menggunakan tenaga yang kecil jika roda berporosnya lebih besar. Keuntungan mekanis dapat dilihat dari perbandingan jari-jari antar kedua roda. Roda yang besar dibandingkan dengan roda yang kecil. Dengan percobaan ini, siswa bisa menemukan rumus Keuntungan Mekanis (KM): “Pela�han ini sangat bermanfaat �dak

hanya untuk guru tetapi sampai dosen di perguruan �nggi juga sangat bermanfaat. Di pela�han ini saya menemukan

beberapa hal baru seper� menerapkan MIKIR atau mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi dalam pembelajaran. Pela�han ini cukup efek�f dan lengkap karena sampai prak�k mengajar. Saya juga berprak�k mengajar dengan menerapkan materi pela�han, dan ternyata para siswa antusias dengan pembelajaran yang saya fasilitasi," kata Prof. Dr. Retno Winarni, dosen FKIP Universitas Sebelas Maret usai mengiku� pela�han di Solo, Jawa Tengah (14/9).

Prof. Dr. Hasnah Faizah, Dosen FKIP Universitas Riau "Ke�ka saya diminta Rektor berangkat ke pela�han ini, saya agak malas karena paling pela�han sebagaimana biasanya banyak dengar ceramah. Tetapi setelah mengiku� pela�han ini ternyata menyenangkan dan mendapat banyak ilmu," kata Prof. Dr. Hasnah Faizah, dosen FKIP Universitas Riau, setelah mengiku� pela�han selama empat hari untuk fasilitator daerah dan LPTK Mitra, di Provinsi Jambi (21/9).

“Konten pelatihannya sangat menarik karena kami bisa mengaitkan antara kurikulum 2013 dengan 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau mengolah

informasi, dan mengomunikasikan. Hal ini juga relevan dengan kebutuhan untuk menanamkan keterampilan abad 21 pada siswa yang meliputi 4C yaitu Communication, Collaborative, Critical Thinking dan Creativity,” kata Prof. Lambang Subagiyo, Ph.D dosen FKIP Universitas Mulawarwan di sela-sela pelatihan di Solo, Jawa Tengah (13/9).

Prof. Dr. Retno Winarni, Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Menurutnya, peran para fasilitator juga sangat signifikan sehingga mampu membuat para peserta aktif dan sangat antusias. Dia juga berpesan agar para dosen yang ikut dalam pelatihan bertambah kreatif. “Tugas dosen tidak cuma sebagai pengajar tapi juga sebagai pengembang pendidikan. Kita harus lebih inovatif sehingga mahasiswanya pun demikian,” ujarnya.

Prof. Lambang Subagiyo, Ph.D, Dosen FKIP Universitas Mulawarman

Dari kiri ke kanan: Prof. Herlambang Subagiyo, Ph.D saat berprak�k mengajar di SMPN 3 Sragen Jawa Tengah. Prof. Dr. Hasnah Faizah (kedua dari kanan) sedang berdiskusi mengembangkan LK yang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir �ngkat �nggi. Prof. Dr. Retno Winarni melakukan kunjung karya pada pela�han untuk fasilitator daerah di Solo, Jawa Tengah.

Ini Kata Tiga Guru Besar tentang Pela�han Program PINTAR

Berdasarkan informasi gambar denah pada LK, ada �ga penugasan untuk siswa:1. Rute mana sajakah yang dapat dilalui keduanya?

3. Bagaimana cara kamu mengukur jarak terdekat dari rumah Jono dari kedua rute jalan tersebut?

Medan, Sumatera Utara - Ibu Indra Maryan� dosen FKIP Universitas Muhammadiyah dan Bapak Ibnu Hadi, guru SMPN 5 Air Pu�h Batu Bara, prak�k mengajar tentang denah dalam pembelajaran matema�ka kelas VIII. Mereka menugaskan siswa mengama� gambar denah pada LK tentang peta perjalanan Jono dari sekolah ke rumah. Ada dua rute perjalanan yang diperlihatkan jarak dari se�ap jalan yang harus dilalui.

Jawaban siswa sangat menarik. Mereka memiliki beberapa cara dan jawaban yang berbeda untuk menemukan rute terdekat seper� pada foto.

2. Rute mana yang paling dekat bagi Jono untuk sampai ke rumahnya? Berikan alasannya?

Walaupun siswa berkelompok, guru memberikan tugas bervariasi, misalnya siswa ditugaskan untuk menyelesaikan �ga penugasan dalam lembar kerja (LK) secara individu, sebelum mereka membahasnya menjadi hasil kelompok.

Menemukan Rute Terdekat

Karya siswa mencari rute terdekat dari membaca denah.

Membaca Senyap Gerakan Budaya Baca Mahasiswa PGSD UNJA

“Kebanyakan mahasiswa akan membaca buku kalau ujian. Sekarang kebiasaan membaca mereka sudah tumbuh dan ada yang bilang menjadi lebih fokus dalam membaca,” katanya. Yang juga menarik, dinding ruang kelas perkuliahan PGSD UNJA dilukis dengan gambar mural yang bernuansa ceria. Lukisan mural ini, menurut Pak Yantoro untuk memberikan inspirasi kepada mahasiswa dalam menata ruangan kelas yang membuat siswa menjadi nyaman dan betah dalam belajar.

Pada kegiatan membaca senyap tersebut, mahasiswa diperbolehkan membaca buku dari gawai pintar yang mereka miliki. Mereka bisa mengunduh buku-buku bacaan tersebut dari elektronik file yang diberikan oleh dosen melalui aplikasi whatsApp group kelas.

“Yang terpen�ng kegiatan ini bisa membuat mahasiswa terbiasa dan senang membaca. Mereka akan menjadi guru yang mengajak siswanya untuk senang membaca sehingga mahasiswa calon guru perlu ditumbuhkan kesenangannya membaca buku,” tukas Pak Yantoro. Mahasiswa juga merespons posi�f kegiatan ini. Mereka merasa minat membacanya dibangunkan setelah lama ter�dur.

Jambi - Dr. Yantoro, dosen pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) Universitas Jambi (UNJA) mengajak mahasiswanya membaca buku-buku bacaan yang mereka miliki atau pinjam di perpustakaan. Sebelum perkuliahan dimulai mahasiswa membaca buku selama 15 menit. ”Kegiatan ini oleh-oleh dari pela�han Tanoto Founda�on yang saya iku�. Saya ingin membiasakan mahasiswa membaca buku bacaan,” kata Pak Yantoro yang juga fasilitator dosen LPTK mitra Program PINTAR Tanoto Founda�on.

Mahasiswa PGSD Universitas Jambi sedang membaca senyap buku-buku bacaan yang mereka miliki. Cat ruang perkuliahan juga dibuat ceria untuk memberikan nuansa yang menyenangkan seper� di SD.

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

Mencari Keuntungan Mekanis Roda Berporos

KM =jari-jari roda yang dihubungkan dengan kuasa

jari-jari roda yang dihubungkan dengan beban =Rr

Page 11: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

Pak Untung Wahyudi mendampingi siswanya di kelompok melakukan percobaan mencari keuntungan mekanis roda berporos.

10 11

Ke�ga kaleng yang ukurannya berbeda-beda yaitu besar, sedang, dan kecil dipasang pada batang pipa plas�k atau paralon. Salah satu kaleng yang paling kecil, diberikan beban seberat satu newton. Kaleng kedua yang diameter sedikit lebih besar atau sedang, diberi tali dan dihubungkan dengan neraca pegas atau dinamo meter. Sesuai dengan langkah kerja, neraca pegas tersebut ditarik sehingga beban yang ada pada kaleng kecil juga ikut terangkat. Setelah dibaca siswa, ternyata gaya tarik yang ditunjukkan oleh dinamo meter hanya 0,5 newton.

Balikpapan, Kalimantan Timur - Dalam mengajar konsep Keuntungan Mekanis Roda Berporos, Pak Untung Wahyudi, guru kelas VIII SMPN 1 Balikpapan menerapkan MIKIR. Roda berporos adalah sebuah roda yang dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama. Salah satu contohnya seper� roda sepeda.

Mengawali pembelajaran Pak Untung meminta siswa untuk membaca buku materi Keuntungan Mekanis Roda Berporos selama 10 menit. Setelah itu, melakukan tanya jawab menguji pemahaman siswa terhadap bacaan. Kelihatan dari diskusi singkat tersebut, siswa masih meraba-raba tentang konsep yang telah dibaca. Langkah berikutnya adalah merangkai alat roda berporos dan melakukan percobaan. Para siswa dibagi menjadi enam kelompok. Se�ap kelompok menerima lembar kerja (LK) yang berisi penjelasan tentang alat dan bahan percobaan, cara merangkai, dan petunjuk kerja.

Para siswa secara berkelompok diminta membawa alat dan bahan percobaan roda berporos ini dari rumah. Alatnya yaitu 3 batang pipa plas�k sepanjang 1 meter, 2 batang pipa plas�k sepanjang 0,5 meter, 4 batang pipa plas�k sepanjang 0,2 meter, 3 tabung kaleng berbahan seng dengan diameter yang berbeda, 3 potong benang @1 meter, 6 penyambung pipa yang berbentuk L, dan 2 buah penyambung pipa berbentuk T. Sekolah juga sudah menyiapkan beban berukuran 1 newton, dan 3 buah dinamometer 3 newton.

Kegiatan ini dilakukan beberapa kali pada posisi berbeda-beda. Kadang beban ditaruh pada kaleng yang lebih besar, atau diletakkan di kaleng yang lebih kecil. Hal ini untuk melihat keuntungan mekanis terhadap diameter kaleng atau jari-jari roda. Siswa menyimpulkan untuk menarik beban yang besar, mereka bisa menggunakan tenaga yang kecil jika roda berporosnya lebih besar. Keuntungan mekanis dapat dilihat dari perbandingan jari-jari antar kedua roda. Roda yang besar dibandingkan dengan roda yang kecil. Dengan percobaan ini, siswa bisa menemukan rumus Keuntungan Mekanis (KM): “Pela�han ini sangat bermanfaat �dak

hanya untuk guru tetapi sampai dosen di perguruan �nggi juga sangat bermanfaat. Di pela�han ini saya menemukan

beberapa hal baru seper� menerapkan MIKIR atau mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi dalam pembelajaran. Pela�han ini cukup efek�f dan lengkap karena sampai prak�k mengajar. Saya juga berprak�k mengajar dengan menerapkan materi pela�han, dan ternyata para siswa antusias dengan pembelajaran yang saya fasilitasi," kata Prof. Dr. Retno Winarni, dosen FKIP Universitas Sebelas Maret usai mengiku� pela�han di Solo, Jawa Tengah (14/9).

Prof. Dr. Hasnah Faizah, Dosen FKIP Universitas Riau "Ke�ka saya diminta Rektor berangkat ke pela�han ini, saya agak malas karena paling pela�han sebagaimana biasanya banyak dengar ceramah. Tetapi setelah mengiku� pela�han ini ternyata menyenangkan dan mendapat banyak ilmu," kata Prof. Dr. Hasnah Faizah, dosen FKIP Universitas Riau, setelah mengiku� pela�han selama empat hari untuk fasilitator daerah dan LPTK Mitra, di Provinsi Jambi (21/9).

“Konten pelatihannya sangat menarik karena kami bisa mengaitkan antara kurikulum 2013 dengan 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau mengolah

informasi, dan mengomunikasikan. Hal ini juga relevan dengan kebutuhan untuk menanamkan keterampilan abad 21 pada siswa yang meliputi 4C yaitu Communication, Collaborative, Critical Thinking dan Creativity,” kata Prof. Lambang Subagiyo, Ph.D dosen FKIP Universitas Mulawarwan di sela-sela pelatihan di Solo, Jawa Tengah (13/9).

Prof. Dr. Retno Winarni, Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Menurutnya, peran para fasilitator juga sangat signifikan sehingga mampu membuat para peserta aktif dan sangat antusias. Dia juga berpesan agar para dosen yang ikut dalam pelatihan bertambah kreatif. “Tugas dosen tidak cuma sebagai pengajar tapi juga sebagai pengembang pendidikan. Kita harus lebih inovatif sehingga mahasiswanya pun demikian,” ujarnya.

Prof. Lambang Subagiyo, Ph.D, Dosen FKIP Universitas Mulawarman

Dari kiri ke kanan: Prof. Herlambang Subagiyo, Ph.D saat berprak�k mengajar di SMPN 3 Sragen Jawa Tengah. Prof. Dr. Hasnah Faizah (kedua dari kanan) sedang berdiskusi mengembangkan LK yang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir �ngkat �nggi. Prof. Dr. Retno Winarni melakukan kunjung karya pada pela�han untuk fasilitator daerah di Solo, Jawa Tengah.

Ini Kata Tiga Guru Besar tentang Pela�han Program PINTAR

Berdasarkan informasi gambar denah pada LK, ada �ga penugasan untuk siswa:1. Rute mana sajakah yang dapat dilalui keduanya?

3. Bagaimana cara kamu mengukur jarak terdekat dari rumah Jono dari kedua rute jalan tersebut?

Medan, Sumatera Utara - Ibu Indra Maryan� dosen FKIP Universitas Muhammadiyah dan Bapak Ibnu Hadi, guru SMPN 5 Air Pu�h Batu Bara, prak�k mengajar tentang denah dalam pembelajaran matema�ka kelas VIII. Mereka menugaskan siswa mengama� gambar denah pada LK tentang peta perjalanan Jono dari sekolah ke rumah. Ada dua rute perjalanan yang diperlihatkan jarak dari se�ap jalan yang harus dilalui.

Jawaban siswa sangat menarik. Mereka memiliki beberapa cara dan jawaban yang berbeda untuk menemukan rute terdekat seper� pada foto.

2. Rute mana yang paling dekat bagi Jono untuk sampai ke rumahnya? Berikan alasannya?

Walaupun siswa berkelompok, guru memberikan tugas bervariasi, misalnya siswa ditugaskan untuk menyelesaikan �ga penugasan dalam lembar kerja (LK) secara individu, sebelum mereka membahasnya menjadi hasil kelompok.

Menemukan Rute Terdekat

Karya siswa mencari rute terdekat dari membaca denah.

Membaca Senyap Gerakan Budaya Baca Mahasiswa PGSD UNJA

“Kebanyakan mahasiswa akan membaca buku kalau ujian. Sekarang kebiasaan membaca mereka sudah tumbuh dan ada yang bilang menjadi lebih fokus dalam membaca,” katanya. Yang juga menarik, dinding ruang kelas perkuliahan PGSD UNJA dilukis dengan gambar mural yang bernuansa ceria. Lukisan mural ini, menurut Pak Yantoro untuk memberikan inspirasi kepada mahasiswa dalam menata ruangan kelas yang membuat siswa menjadi nyaman dan betah dalam belajar.

Pada kegiatan membaca senyap tersebut, mahasiswa diperbolehkan membaca buku dari gawai pintar yang mereka miliki. Mereka bisa mengunduh buku-buku bacaan tersebut dari elektronik file yang diberikan oleh dosen melalui aplikasi whatsApp group kelas.

“Yang terpen�ng kegiatan ini bisa membuat mahasiswa terbiasa dan senang membaca. Mereka akan menjadi guru yang mengajak siswanya untuk senang membaca sehingga mahasiswa calon guru perlu ditumbuhkan kesenangannya membaca buku,” tukas Pak Yantoro. Mahasiswa juga merespons posi�f kegiatan ini. Mereka merasa minat membacanya dibangunkan setelah lama ter�dur.

Jambi - Dr. Yantoro, dosen pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) Universitas Jambi (UNJA) mengajak mahasiswanya membaca buku-buku bacaan yang mereka miliki atau pinjam di perpustakaan. Sebelum perkuliahan dimulai mahasiswa membaca buku selama 15 menit. ”Kegiatan ini oleh-oleh dari pela�han Tanoto Founda�on yang saya iku�. Saya ingin membiasakan mahasiswa membaca buku bacaan,” kata Pak Yantoro yang juga fasilitator dosen LPTK mitra Program PINTAR Tanoto Founda�on.

Mahasiswa PGSD Universitas Jambi sedang membaca senyap buku-buku bacaan yang mereka miliki. Cat ruang perkuliahan juga dibuat ceria untuk memberikan nuansa yang menyenangkan seper� di SD.

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

Mencari Keuntungan Mekanis Roda Berporos

KM =jari-jari roda yang dihubungkan dengan kuasa

jari-jari roda yang dihubungkan dengan beban =Rr

Page 12: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

12 13

Praktik Percobaan Bersama di MGMP

Para guru sedang bersimulasi melakukan percobaan dalam pertemuan MGMP IPA 2 Kabupaten Batang Hari, Jambi.

Alat dan bahan yang digunakan untuk prak�k percobaan berasal dari iuran para pengurus dan anggota MGMP. Sebagian bahan percobaan kadang juga dibawa langsung dari rumah. Kami ingin menunjukkan bahwa pembelajaran ak�f dalam IPA dapat dilaksanakan dengan biaya terjangkau, alat dan bahannya mudah diperoleh.

Pada awal pertemuan MGMP, kami bersepakat menentukan tema-tema yang akan dibahas dan menyepaka� narasumbernya. Narasumber tersebut akan memfasilitasi para guru melakukan percobaan. Dari kegiatan ini, kami berdiskusi kelebihan dan hal-hal yang perlu diperbaiki. Semua bisa saling belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

Batang Hari, Jambi - Awalnya banyak anggota MGMP IPA Kabupaten Batang Hari ini yang kurang tertarik mengiku� kegiatan MGMP. Menurut mereka kegiatan yang dilaksanakan kurang bervaria�f, seper� hanya saling melihat RPP atau membuat soal bersama. Kami para pengurus mulai memikirkan bagaimana membuat kegiatan yang dibutuhkan para guru anggota MGMP, terutama dalam memprak�kkan pembelajaran ak�f.

Selama ini dalam pembelajaran IPA kegiatan percobaan masih belum banyak dilakukan di sekolah. Untuk itulah pertemuan dua minggu sekali di MGMP dimanfaatkan berla�h melakukan percobaan sebelum diprak�kkan di dalam kelas. Apalagi setelah beberapa guru pengurus MGMP terlibat menjadi fasilitator daerah Program PINTAR Tanoto Founda�on, ide-ide mengembangkan pembelajaran ak�f menjadi lebih kaya untuk diprak�kkan pada kegiatan MGMP.

Fasilitator Daerah Pembelajaran IPA Kabupaten Batang Hari, JambiOleh Ti�en Supriha�en, S.Pd

Sesi pembelajaran ak�f bertujuan mengenalkan unsur-unsur dalam pembelajaran ak�f dengan mengiden�fikasi kegiatan yang mencerminkan kegiatan MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi). Begitu juga dengan budaya baca, guru-guru mengiden�fikasi

pen�ngnya kegiatan membaca, prak�k membaca, dan mengiden�fikasi metode prak�s dalam mengembangkan budaya baca di sekolah.

Kepala Sekolah MIN 1 Pekanbaru

Sungguh menyenangkan melihat para guru ak�f dalam mengiku� diseminasi pela�han. Maklum saja, guru-guru di madrasah kami jarang mendapatkan pela�han yang menggunakan metode

yang menyenangkan dan interak�f seper� pela�han Tanoto Founda�on.

Kegiatan KKG ini dihadiri oleh Kepala Kemenag dan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam Kota Pekanbaru. Kami juga merencanakan kegiatan diseminasi melalui kelompok kerja madrasah yang ada di Kota Pekanbaru.

Pada sesi pengelolaan lingkungan belajar, guru harus mampu memaksimalkan lingkungan kelas dan sekolah sebagai sumber belajar. Mulai dari pengaturan tempat duduk, mengatur komposisi siswa dalam kelompok, menata pajangan kelas. Sampai sesi terakhir yaitu sesi mengembangkan pertanyaan dan lembar kerja siswa �dak tampak wajah bosan dari para guru. sesi-sesi dibawakan dengan metode yang menarik, ada diskusi, curah pendapat, presentasi hasil diskusi, dan yang paling seru ke�ka unjuk karya antar kelompok.

Oleh Fitrisma

Pekanbaru, Riau - Kami memanfaatkan KKG mini untuk membuat diseminasi pela�han Modul I untuk semua guru MIN 1 Pekanbaru. Madrasah saya mempunyai jumlah guru yang lumayan banyak, yaitu 45 guru. Mereka mengajar untuk 29 rombongan belajar dengan 1.040 siswa. Beruntung, saya dan dua guru berkesempatan menjadi fasilitator daerah Program PINTAR Tanoto Founda�on sehingga ilmu yang kami peroleh digunakan untuk mela�h para guru lainnya.

Pembagian kelompok berdasarkan kelas, diskusi yang produk�f serta presentasi hasil diskusi merupakan kegiatan-kegiatan yang mendominasi pada kegiatan KKG ini. Hal ini dilakukan untuk membiasakan para guru untuk menerapkan kegiatan ini di kelas bersama siswa.

Materi yang menjadi fokus dalam KKG ini adalah pembelajaran ak�f, budaya baca, pengelolaan lingkungan belajar, serta mengembangkan pertanyaan/tugas dan lembar kerja. Sesi ini difasilitasi oleh saya, Ibu Nora Gus�, dan Ibu Desmarni.

Diseminasi di KKG Mini MIN 1 Pekanbaru

Diseminasi pelatihan Modul I di KKG mini MIN 1 Balikpapan.

Libatkan Orang Tua Sediakan Buku Bacaan untuk Anak

Ibu Arlely mengumpulkan guru-guru untuk menyosialisasikan terlebih dahulu tentang bagaimana menggali peran serta masyarakat dan orang tua untuk menyumbang buku. Kemudian kepala sekolah mengundang orang tua untuk berdiskusi penyediaan buku-buku bacaan untuk anak-anak mereka. “Orang tua sangat antusias mengiku� kegiatan sosialisasi ini, apalagi sumbangan buku dari orang tua tersebut nan�nya untuk anak-anak mereka juga,” ungkap Ibu Arlely.

3. Setelah satu bulan buku tersebut berada di ruang kelas, maka guru kelas berkewajiban untuk menukar buku dengan kelas lain.

Ibu Arlely berharap, dengan adanya dukungan orang tua, maka masalah kekurangan buku bisa teratasi dan minat membaca siswa lebih meningkat.

Batang Hari, Jambi – SDN 20/I Jembatan Emas merupakan salah satu sekolah mitra PINTAR di Kabupaten Batang Hari. Ibu Arlely, kepala sekolahnya yang penuh semangat berprinsip, pela�han sebagus apapun jika �dak di�ndak lanju� dengan implementasi maka hanya membuang waktu. Karenanya, setelah mengiku� Training of Trainers (ToT) Fasilitator Daerah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Program PINTAR Tanoto Founda�on di Jambi, Ibu Arlely segera mengimplementasikan rencana �ndak lanjut yang dia buat di pela�han. Dia

menemukan kendala ketersediaan buku bacaan bagi siswanya. Tentu ini masalah serius, mengingat siswa akan cepat bosan jika �dak ada pembaruan buku.

Berikut beberapa hasil kesepakatan sekolah dengan orang tua:

1. Orang tua membawa satu buah buku bacaan anak-anak atau majalah, buku tersebut dibawa pada saat oleh anak ke�ka berangkat sekolah, satu minggu setelah sosialisasi.

2. Orang tua yang mengantarkan anaknya, terutama kelas awal ikut program membaca 15 menit. Mereka ikut mendampingi putra-putrinya.

Orang tua SDN 20/1 Jembatan Emas membantu membelikan buku yang disukai anaknya. Para orang tua juga dilibatkan untuk mendampingi anak-anaknya membaca.

Total infak yang diperoleh dari dua kali kegiatan kurang lebih 1,5 juta. Dana itu kemudian diserahkan ke Aliansi Bikers Sosial Balikpapan untuk dibelikan buku-buku bacaan yang menarik, seper� buku fiksi dan nonfiksi. Buku-buku bacaan tersebut membuat siswa semakin senang membacanya.

Menurut Ibu Umi Putri Ibalia, Kepala Perpustakaan Madrasah, minat baca siswa cukup �nggi. Sayangnya buku di perpustakaan terbatas. Kebanyakan buku yang ada adalah buku-buku paket pelajaran. Kurang banyak buku yang bisa menarik siswa membaca.

Balikpapan, Kalimantan Timur - Penyediaan buku-buku bacaan yang ru�n diperbarui menjadi salah satu kunci sukses program budaya baca. Buku-buku bacaan yang banyak dan bervariasi akan membuat siswa �dak kehabisan sumber buku untuk dibaca. Untuk bisa menyediakan buku-buku bacaan yang menarik dan bervariasi, ada prak�k yang baik yang dilakukan oleh MTsN 1 Balikpapan. Madrasah mitra Program PINTAR Tanoto Founda�on ini, memiliki lebih dari 800 orang siswa. Tiap jenjang kelas memiliki rata-rata delapan kelas.

Untuk terus menjaga pengadaan buku bacaan yang menarik minat membaca siswa, maka perlu terobosan pengadaan buku. Dana dari sekolah sangat terbatas karena masih banyak kebutuhan lain yang harus dibiayai. Didukung Aliansi Bikers Sosial Balikpapan, Ibu Umi

mengadakan terobosan program yang ia sebut dengan nama Koinku untuk Buku. Program ini bertujuan mengumpulkan infaq koin sebanyak-banyaknya dari siswa untuk menambah koleksi buku perpustakaan. Koin yang sudah terkumpul kemudian diserahkan ke Aliansi Bikers Sosial Balikpapan untuk pembelian buku. Aliansi ini adalah komunitas penghobi sepeda yang ak�f melakukan Program Gemar Membaca di masyarakat. Misalnya mengadakan Program Lapak Gemar Membaca di Lapangan Merdeka, Pustaka Baca Keliling, Kampung Baca, dan lain-lain.

Berdasarkan persetujuan dengan madrasah, program “Koinku untuk Buku” dilakukan �ap bulan sekali. Biasanya pada Senin awal bulan, setelah selesai

upacara. Para siswa yang telah ditunjuk khusus berkeliling ke semua peserta upacara membawa kotak infak. Minggu sebelumnya para siswa tersebut dihimbau membawa koin yang dibutuhkan.

Koinku untuk Buku, Gerakan Unik Literasi MTsN 1 Balikpapan

Didampingi Ibu Umi Putri Ibalia, Stuart Weston, Direktur Program PINTAR ikut melakukan infaq Koinku untuk Buku.

Edisi 1/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

Page 13: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

12 13

Praktik Percobaan Bersama di MGMP

Para guru sedang bersimulasi melakukan percobaan dalam pertemuan MGMP IPA 2 Kabupaten Batang Hari, Jambi.

Alat dan bahan yang digunakan untuk prak�k percobaan berasal dari iuran para pengurus dan anggota MGMP. Sebagian bahan percobaan kadang juga dibawa langsung dari rumah. Kami ingin menunjukkan bahwa pembelajaran ak�f dalam IPA dapat dilaksanakan dengan biaya terjangkau, alat dan bahannya mudah diperoleh.

Pada awal pertemuan MGMP, kami bersepakat menentukan tema-tema yang akan dibahas dan menyepaka� narasumbernya. Narasumber tersebut akan memfasilitasi para guru melakukan percobaan. Dari kegiatan ini, kami berdiskusi kelebihan dan hal-hal yang perlu diperbaiki. Semua bisa saling belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

Batang Hari, Jambi - Awalnya banyak anggota MGMP IPA Kabupaten Batang Hari ini yang kurang tertarik mengiku� kegiatan MGMP. Menurut mereka kegiatan yang dilaksanakan kurang bervaria�f, seper� hanya saling melihat RPP atau membuat soal bersama. Kami para pengurus mulai memikirkan bagaimana membuat kegiatan yang dibutuhkan para guru anggota MGMP, terutama dalam memprak�kkan pembelajaran ak�f.

Selama ini dalam pembelajaran IPA kegiatan percobaan masih belum banyak dilakukan di sekolah. Untuk itulah pertemuan dua minggu sekali di MGMP dimanfaatkan berla�h melakukan percobaan sebelum diprak�kkan di dalam kelas. Apalagi setelah beberapa guru pengurus MGMP terlibat menjadi fasilitator daerah Program PINTAR Tanoto Founda�on, ide-ide mengembangkan pembelajaran ak�f menjadi lebih kaya untuk diprak�kkan pada kegiatan MGMP.

Fasilitator Daerah Pembelajaran IPA Kabupaten Batang Hari, JambiOleh Ti�en Supriha�en, S.Pd

Sesi pembelajaran ak�f bertujuan mengenalkan unsur-unsur dalam pembelajaran ak�f dengan mengiden�fikasi kegiatan yang mencerminkan kegiatan MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi). Begitu juga dengan budaya baca, guru-guru mengiden�fikasi

pen�ngnya kegiatan membaca, prak�k membaca, dan mengiden�fikasi metode prak�s dalam mengembangkan budaya baca di sekolah.

Kepala Sekolah MIN 1 Pekanbaru

Sungguh menyenangkan melihat para guru ak�f dalam mengiku� diseminasi pela�han. Maklum saja, guru-guru di madrasah kami jarang mendapatkan pela�han yang menggunakan metode

yang menyenangkan dan interak�f seper� pela�han Tanoto Founda�on.

Kegiatan KKG ini dihadiri oleh Kepala Kemenag dan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam Kota Pekanbaru. Kami juga merencanakan kegiatan diseminasi melalui kelompok kerja madrasah yang ada di Kota Pekanbaru.

Pada sesi pengelolaan lingkungan belajar, guru harus mampu memaksimalkan lingkungan kelas dan sekolah sebagai sumber belajar. Mulai dari pengaturan tempat duduk, mengatur komposisi siswa dalam kelompok, menata pajangan kelas. Sampai sesi terakhir yaitu sesi mengembangkan pertanyaan dan lembar kerja siswa �dak tampak wajah bosan dari para guru. sesi-sesi dibawakan dengan metode yang menarik, ada diskusi, curah pendapat, presentasi hasil diskusi, dan yang paling seru ke�ka unjuk karya antar kelompok.

Oleh Fitrisma

Pekanbaru, Riau - Kami memanfaatkan KKG mini untuk membuat diseminasi pela�han Modul I untuk semua guru MIN 1 Pekanbaru. Madrasah saya mempunyai jumlah guru yang lumayan banyak, yaitu 45 guru. Mereka mengajar untuk 29 rombongan belajar dengan 1.040 siswa. Beruntung, saya dan dua guru berkesempatan menjadi fasilitator daerah Program PINTAR Tanoto Founda�on sehingga ilmu yang kami peroleh digunakan untuk mela�h para guru lainnya.

Pembagian kelompok berdasarkan kelas, diskusi yang produk�f serta presentasi hasil diskusi merupakan kegiatan-kegiatan yang mendominasi pada kegiatan KKG ini. Hal ini dilakukan untuk membiasakan para guru untuk menerapkan kegiatan ini di kelas bersama siswa.

Materi yang menjadi fokus dalam KKG ini adalah pembelajaran ak�f, budaya baca, pengelolaan lingkungan belajar, serta mengembangkan pertanyaan/tugas dan lembar kerja. Sesi ini difasilitasi oleh saya, Ibu Nora Gus�, dan Ibu Desmarni.

Diseminasi di KKG Mini MIN 1 Pekanbaru

Diseminasi pelatihan Modul I di KKG mini MIN 1 Balikpapan.

Libatkan Orang Tua Sediakan Buku Bacaan untuk Anak

Ibu Arlely mengumpulkan guru-guru untuk menyosialisasikan terlebih dahulu tentang bagaimana menggali peran serta masyarakat dan orang tua untuk menyumbang buku. Kemudian kepala sekolah mengundang orang tua untuk berdiskusi penyediaan buku-buku bacaan untuk anak-anak mereka. “Orang tua sangat antusias mengiku� kegiatan sosialisasi ini, apalagi sumbangan buku dari orang tua tersebut nan�nya untuk anak-anak mereka juga,” ungkap Ibu Arlely.

3. Setelah satu bulan buku tersebut berada di ruang kelas, maka guru kelas berkewajiban untuk menukar buku dengan kelas lain.

Ibu Arlely berharap, dengan adanya dukungan orang tua, maka masalah kekurangan buku bisa teratasi dan minat membaca siswa lebih meningkat.

Batang Hari, Jambi – SDN 20/I Jembatan Emas merupakan salah satu sekolah mitra PINTAR di Kabupaten Batang Hari. Ibu Arlely, kepala sekolahnya yang penuh semangat berprinsip, pela�han sebagus apapun jika �dak di�ndak lanju� dengan implementasi maka hanya membuang waktu. Karenanya, setelah mengiku� Training of Trainers (ToT) Fasilitator Daerah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Program PINTAR Tanoto Founda�on di Jambi, Ibu Arlely segera mengimplementasikan rencana �ndak lanjut yang dia buat di pela�han. Dia

menemukan kendala ketersediaan buku bacaan bagi siswanya. Tentu ini masalah serius, mengingat siswa akan cepat bosan jika �dak ada pembaruan buku.

Berikut beberapa hasil kesepakatan sekolah dengan orang tua:

1. Orang tua membawa satu buah buku bacaan anak-anak atau majalah, buku tersebut dibawa pada saat oleh anak ke�ka berangkat sekolah, satu minggu setelah sosialisasi.

2. Orang tua yang mengantarkan anaknya, terutama kelas awal ikut program membaca 15 menit. Mereka ikut mendampingi putra-putrinya.

Orang tua SDN 20/1 Jembatan Emas membantu membelikan buku yang disukai anaknya. Para orang tua juga dilibatkan untuk mendampingi anak-anaknya membaca.

Total infak yang diperoleh dari dua kali kegiatan kurang lebih 1,5 juta. Dana itu kemudian diserahkan ke Aliansi Bikers Sosial Balikpapan untuk dibelikan buku-buku bacaan yang menarik, seper� buku fiksi dan nonfiksi. Buku-buku bacaan tersebut membuat siswa semakin senang membacanya.

Menurut Ibu Umi Putri Ibalia, Kepala Perpustakaan Madrasah, minat baca siswa cukup �nggi. Sayangnya buku di perpustakaan terbatas. Kebanyakan buku yang ada adalah buku-buku paket pelajaran. Kurang banyak buku yang bisa menarik siswa membaca.

Balikpapan, Kalimantan Timur - Penyediaan buku-buku bacaan yang ru�n diperbarui menjadi salah satu kunci sukses program budaya baca. Buku-buku bacaan yang banyak dan bervariasi akan membuat siswa �dak kehabisan sumber buku untuk dibaca. Untuk bisa menyediakan buku-buku bacaan yang menarik dan bervariasi, ada prak�k yang baik yang dilakukan oleh MTsN 1 Balikpapan. Madrasah mitra Program PINTAR Tanoto Founda�on ini, memiliki lebih dari 800 orang siswa. Tiap jenjang kelas memiliki rata-rata delapan kelas.

Untuk terus menjaga pengadaan buku bacaan yang menarik minat membaca siswa, maka perlu terobosan pengadaan buku. Dana dari sekolah sangat terbatas karena masih banyak kebutuhan lain yang harus dibiayai. Didukung Aliansi Bikers Sosial Balikpapan, Ibu Umi

mengadakan terobosan program yang ia sebut dengan nama Koinku untuk Buku. Program ini bertujuan mengumpulkan infaq koin sebanyak-banyaknya dari siswa untuk menambah koleksi buku perpustakaan. Koin yang sudah terkumpul kemudian diserahkan ke Aliansi Bikers Sosial Balikpapan untuk pembelian buku. Aliansi ini adalah komunitas penghobi sepeda yang ak�f melakukan Program Gemar Membaca di masyarakat. Misalnya mengadakan Program Lapak Gemar Membaca di Lapangan Merdeka, Pustaka Baca Keliling, Kampung Baca, dan lain-lain.

Berdasarkan persetujuan dengan madrasah, program “Koinku untuk Buku” dilakukan �ap bulan sekali. Biasanya pada Senin awal bulan, setelah selesai

upacara. Para siswa yang telah ditunjuk khusus berkeliling ke semua peserta upacara membawa kotak infak. Minggu sebelumnya para siswa tersebut dihimbau membawa koin yang dibutuhkan.

Koinku untuk Buku, Gerakan Unik Literasi MTsN 1 Balikpapan

Didampingi Ibu Umi Putri Ibalia, Stuart Weston, Direktur Program PINTAR ikut melakukan infaq Koinku untuk Buku.

Edisi 1/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

Page 14: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

14 15

Tumbuhkan Semangat Literasi Mulai Jumat Wage

2. Siswa bersama guru, kepala sekolah dan tata usaha berkumpul di lapangan sekolah untuk melaksanakan kegiatan membaca senyap. Di mulai pukul 07.00 - 07.30 WIB dengan cara duduk lesehan dan berdampingan rapi.

Kegiatan Literasi Jumat Wage melipu�:

Kendal, Jawa Tengah – Pak Supardi, Kepala SMPN 2 Kendal, usai mengiku� pela�han Tanoto Founda�on, langsung beraksi menumbuhkan semangat literasi di sekolahnya. Dia mengajak koordinasi guru dan komite sekolah. Mereka sepakat melakukan kegiatan membaca untuk warga sekolah yang dimulai pada Jumat Wage, yang selanjutnya dilaksanakan se�ap hari.

1. Mewajibkan seluruh warga sekolah membawa buku bacaan fiksi dari rumah. Jika belum memiliki buku, dibolehkan untuk bisa meminjam di perpustakaan.

5. Kepala Sekolah, guru dan tata usaha juga ditugaskan membuat resume pada grup WA sekolah.

Pak Supardi menjelaskan, kegiatan membaca Jumat Wage menjadi momentum bagi semua warga sekolah, yaitu dimulainya kegiatan membaca buku bacaan yang disukai selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.

“Literasi membutuhkan sebuah gerakan, pembiasaan dan keteladanan. Hal itu yang sedang kami lakukan secara bertahap,” ungkap Pak Supardi.

3. Usai membaca senyap, siswa masuk ke kelas membuat ringkasan pada satu lembar kertas folio yang telah

disediakan. Kemudian mereka menuliskan pada buku jurnal literasi. Durasi waktu selama 30 Menit dari jam 07.30 s.d 08.00. Kegiatan menulis ringkasan ini hanya dilaksanakan pada Jumat Wage.

4. Wali Kelas mengumpulkan hasil ringkasan siswa dan diberi kepada bidang kesiswaan untuk dipajang dan diarsipkan.

Kegiatan wajib membaca dilakukan karena selama ini siswa, guru, dan warga sekolah belum op�mal memanfaatkan buku bacaan di perpustakaan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari minimnya peminjaman buku di perpustakaan.

Suasana Jumat membaca di SMPN 2 Kendal. Seluruh warga sekolah melakukan kegiatan membaca bersama.

Pekanbaru, Riau - “Selesai!” Kata Pak Andri guru matema�ka SMPN 12 Pekanbaru kepada para siswa yang baru saja membuat Pojok Baca di kelas. Semua tampak bahagia, sekarang semua kelas mempunyai pojok baca. Awalnya, sekolah hanya menggunakan perpustakaan sebagai tempat membaca yang biasanya dimanfaatkan pada jam is�rahat

Pojok-pojok baca yang sudah dibuat di semua kelas dimanfaatkan siswa membaca buku-buku bacaan yang mereka sukai.

Buat Pojok Baca di Semua Kelas

“Setelah membaca senyap, anak-anak dipersilakan bertanya kata-kata sulit yang �dak dimenger� selama membaca. Misalnya hari minggu kemarin, beberapa anak-anak bertanya ar� kata strategis, masa lampau dan sebagainya,” ujar Ibu Lusi Ambarani, guru kelas II MINU.

Pela�han modul 1 yang di dalamnya memfasilitasi sekolah untuk

mengembangkan budaya baca, �dak perlu waktu lama untuk menunjukkan

hasil. Sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR mengembangkan

berbagai inisia�f untuk menumbuhkan minat membaca siswanya.

Balikpapan, Kalimantan Timur - Beberapa sekolah di Balikpapan kini mulai bergerak untuk menerapkan gerakan literasi. Salah satunya yang paling getol adalah madrasah mungil yang terletak di tengah kota Balikpapan, yaitu Madrasah Ib�daiyah Nahdlatul Ulama atau MINU Balikpapan.

Dengan dimotori oleh kepala madrasahnya, Bapak Gunanto, madrasah ini mulai menggeliat menerapkan banyak program literasi. Mereka ingin menerapkan salah satu perintah Tuhan yang amat pen�ng.

“Dengan segala keterbatasan, kami ingin siswa-siswa kami menerapkan apa yang telah diperintahkan Allah untuk pertama kalinya kepada Nabi, yaitu membaca!” ujar Pak Gunanto bersemangat.

Untuk itu, mulai akhir bulan September 2018 setelah pela�han Program PINTAR Tanoto Founda�on, MINU Balikpapan mulai menerapkan program gemar membaca dengan mengambil waktu-waktu khusus.

Se�ap hari Selasa, Rabu, dan Kamis, siswa masuk kelas masing-masing untuk membaca senyap selama 15 menit

sebelum pembelajaran dimulai. Membaca senyap adalah model membaca dengan meminimalkan suara, sehingga para siswa bisa berkonsentrasi terhadap bacaan, sehingga bisa menikma� apa yang dibacanya.

Sedangkan pada hari Sabtu, siswa membaca di lapangan secara massal bersama-sama juga selama 15 menit. Membaca secara massal membangkitkan semangat para siswa membaca. Mereka saling termo�vasi melihat teman-temannya membaca. Setelah 15 menit membaca, �ap kelas mengirimkan satu siswa untuk menceritakan hasil bacaannya di hadapan teman-temannya.

Selain membaca senyap, pada hari Selasa, para guru juga biasa melakukan kegiatan membaca nyaring sebuah cerita yang menarik. Seper� yang pernah dilakukan oleh ibu Lusi, secara ekpresif dia menceritakan di hadapan anak-anak cerita Malin Kundang.

“Para siswa jadi tahu bagaimana cara bercerita yang ekspresif dan menyenangkan. Beberapa siswa yang berani mencoba meniru gurunya, bercerita di depan anak-anak lain. Ini membuat mereka juga jadi tampil berani dan terla�h kemampuan komunikasinya,” katanya lagi.

Untuk menunjang program-program membaca ini, �ap kelas di MINU sekarang sudah memiliki sudut atau pojok baca. Buku-buku yang diletakkan di sudut baca atau pojok baca ini ada yang berasal dari perpustakaan, ada juga yang berasal dari sumbangan orang tua siswa.

Menurut Ibu Lusi, dampak dari kegiatan membaca ini sudah mulai kelihatan, Anak-anak kelas II yang dia asuh, mulai kaya dengan kosa kata. Mereka juga mampu membuat cerita dengan kalimat panjang-panjang, seper� saat ditugaskan membuat cerita tentang bencana alam.

Agar siswa semakin tertarik membaca, selain sudut baca, MINU juga telah menyiapkan tempat yang strategis untuk membaca dan menyebutnya dengan halte baca dan stasiun baca. Keduanya berbentuk seper� gazebo dan terletak di luar kelas. Sedangkan di lantai �ga, MINU membuat terminal baca.

Mereka juga mampu menggambar dengan baik dan bahkan diantara mereka membuat deskripsinya lebih dari 10 kalimat. “Bagi saya ini perkembangan luar biasa!” ujar Bu Lusi bangga.

“Untuk yang dari orang tua siswa, kami memperolehnya setelah memberi tahu mereka bahwa untuk gerakan membaca di madrasah, kami butuh bantuan buku secara sukarela. Di kelas saya, dari 28 orang tua siswa, 18 dari mereka telah menyumbangkan buku-buku cerita yang menarik,” terangnya.

Agar buku-buku tersebut aman dan bergan�-gan�, perwakilan siswa dari kelas IV, V, dan VI secara bergan�an bertanggung jawab terhadap buku-buku di tempat tersebut. Di antara tugas mereka adalah menjaga dan memasukkan kembali buku ke ruang kantor guru saat sekolah usai.

Gerakan Literasi di MINU BalikpapanStasiun dan halte baca sederhana, perpustakaan kecil di luar kelas MINU Balikpapan, tempat buku-buku cerita diletakkan. Siswa menjadi lebih mudah untuk mendapatkan buku-buku bacaan yang mereka sukai.

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

dan pada pelajaran bahasa Indonesia. Sementara kegiatan membaca senyap dilakukan secara bersama-sama di luar kelas. Terinspirasi dari pela�han Tanoto Founda�on, Pak Andri bersama kepala sekolah Ibu Syafrida Dewi membuat pojok baca di semua kelas.

Setelah mengiku� pela�han, mereka melakukan sosialisasi kepada warga sekolah tentang program literasi yang sudah dibuat dalam rencana �ndak lanjut. Salah satu kegiatan awal yang disepaka� adalah membuat pojok baca di kelas. “Pojok baca berfungsi sebagai sumber referensi membaca di kelas dan mendekatkan siswa dengan buku. Setelah siswa senang membaca buku, kita bisa memberi tantangan. Misalnya dengan membuat ringkasan cerita dari buku yang dibaca, membuat pohon bacaan buku yang berisi tentang informasi mengenai buku seper� judul, penulis, jalan cerita, dan kesan mereka setelah membaca buku tersebut. Hal ini untuk memas�kan siswa paham dengan buku yang dibaca,” papar Pak Andri.

Para guru menyambut gembira dengan rencana tersebut sehingga terbentuklah pojok baca di semua kelas. Bukunya diambil dari perpustakaan sekolah dan diperbarui secara ru�n. Perpustakaan sekolah juga tetap ak�f, lebih teratur, dan ru�n dimanfaatkan siswa yang ingin membaca lebih banyak buku. Kegiatan membaca senyap selama 15 menit sekarang se�ap hari juga sudah dilaksanakan dengan menggunakan buku dari pojok baca kelas.

Page 15: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

14 15

Tumbuhkan Semangat Literasi Mulai Jumat Wage

2. Siswa bersama guru, kepala sekolah dan tata usaha berkumpul di lapangan sekolah untuk melaksanakan kegiatan membaca senyap. Di mulai pukul 07.00 - 07.30 WIB dengan cara duduk lesehan dan berdampingan rapi.

Kegiatan Literasi Jumat Wage melipu�:

Kendal, Jawa Tengah – Pak Supardi, Kepala SMPN 2 Kendal, usai mengiku� pela�han Tanoto Founda�on, langsung beraksi menumbuhkan semangat literasi di sekolahnya. Dia mengajak koordinasi guru dan komite sekolah. Mereka sepakat melakukan kegiatan membaca untuk warga sekolah yang dimulai pada Jumat Wage, yang selanjutnya dilaksanakan se�ap hari.

1. Mewajibkan seluruh warga sekolah membawa buku bacaan fiksi dari rumah. Jika belum memiliki buku, dibolehkan untuk bisa meminjam di perpustakaan.

5. Kepala Sekolah, guru dan tata usaha juga ditugaskan membuat resume pada grup WA sekolah.

Pak Supardi menjelaskan, kegiatan membaca Jumat Wage menjadi momentum bagi semua warga sekolah, yaitu dimulainya kegiatan membaca buku bacaan yang disukai selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.

“Literasi membutuhkan sebuah gerakan, pembiasaan dan keteladanan. Hal itu yang sedang kami lakukan secara bertahap,” ungkap Pak Supardi.

3. Usai membaca senyap, siswa masuk ke kelas membuat ringkasan pada satu lembar kertas folio yang telah

disediakan. Kemudian mereka menuliskan pada buku jurnal literasi. Durasi waktu selama 30 Menit dari jam 07.30 s.d 08.00. Kegiatan menulis ringkasan ini hanya dilaksanakan pada Jumat Wage.

4. Wali Kelas mengumpulkan hasil ringkasan siswa dan diberi kepada bidang kesiswaan untuk dipajang dan diarsipkan.

Kegiatan wajib membaca dilakukan karena selama ini siswa, guru, dan warga sekolah belum op�mal memanfaatkan buku bacaan di perpustakaan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari minimnya peminjaman buku di perpustakaan.

Suasana Jumat membaca di SMPN 2 Kendal. Seluruh warga sekolah melakukan kegiatan membaca bersama.

Pekanbaru, Riau - “Selesai!” Kata Pak Andri guru matema�ka SMPN 12 Pekanbaru kepada para siswa yang baru saja membuat Pojok Baca di kelas. Semua tampak bahagia, sekarang semua kelas mempunyai pojok baca. Awalnya, sekolah hanya menggunakan perpustakaan sebagai tempat membaca yang biasanya dimanfaatkan pada jam is�rahat

Pojok-pojok baca yang sudah dibuat di semua kelas dimanfaatkan siswa membaca buku-buku bacaan yang mereka sukai.

Buat Pojok Baca di Semua Kelas

“Setelah membaca senyap, anak-anak dipersilakan bertanya kata-kata sulit yang �dak dimenger� selama membaca. Misalnya hari minggu kemarin, beberapa anak-anak bertanya ar� kata strategis, masa lampau dan sebagainya,” ujar Ibu Lusi Ambarani, guru kelas II MINU.

Pela�han modul 1 yang di dalamnya memfasilitasi sekolah untuk

mengembangkan budaya baca, �dak perlu waktu lama untuk menunjukkan

hasil. Sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR mengembangkan

berbagai inisia�f untuk menumbuhkan minat membaca siswanya.

Balikpapan, Kalimantan Timur - Beberapa sekolah di Balikpapan kini mulai bergerak untuk menerapkan gerakan literasi. Salah satunya yang paling getol adalah madrasah mungil yang terletak di tengah kota Balikpapan, yaitu Madrasah Ib�daiyah Nahdlatul Ulama atau MINU Balikpapan.

Dengan dimotori oleh kepala madrasahnya, Bapak Gunanto, madrasah ini mulai menggeliat menerapkan banyak program literasi. Mereka ingin menerapkan salah satu perintah Tuhan yang amat pen�ng.

“Dengan segala keterbatasan, kami ingin siswa-siswa kami menerapkan apa yang telah diperintahkan Allah untuk pertama kalinya kepada Nabi, yaitu membaca!” ujar Pak Gunanto bersemangat.

Untuk itu, mulai akhir bulan September 2018 setelah pela�han Program PINTAR Tanoto Founda�on, MINU Balikpapan mulai menerapkan program gemar membaca dengan mengambil waktu-waktu khusus.

Se�ap hari Selasa, Rabu, dan Kamis, siswa masuk kelas masing-masing untuk membaca senyap selama 15 menit

sebelum pembelajaran dimulai. Membaca senyap adalah model membaca dengan meminimalkan suara, sehingga para siswa bisa berkonsentrasi terhadap bacaan, sehingga bisa menikma� apa yang dibacanya.

Sedangkan pada hari Sabtu, siswa membaca di lapangan secara massal bersama-sama juga selama 15 menit. Membaca secara massal membangkitkan semangat para siswa membaca. Mereka saling termo�vasi melihat teman-temannya membaca. Setelah 15 menit membaca, �ap kelas mengirimkan satu siswa untuk menceritakan hasil bacaannya di hadapan teman-temannya.

Selain membaca senyap, pada hari Selasa, para guru juga biasa melakukan kegiatan membaca nyaring sebuah cerita yang menarik. Seper� yang pernah dilakukan oleh ibu Lusi, secara ekpresif dia menceritakan di hadapan anak-anak cerita Malin Kundang.

“Para siswa jadi tahu bagaimana cara bercerita yang ekspresif dan menyenangkan. Beberapa siswa yang berani mencoba meniru gurunya, bercerita di depan anak-anak lain. Ini membuat mereka juga jadi tampil berani dan terla�h kemampuan komunikasinya,” katanya lagi.

Untuk menunjang program-program membaca ini, �ap kelas di MINU sekarang sudah memiliki sudut atau pojok baca. Buku-buku yang diletakkan di sudut baca atau pojok baca ini ada yang berasal dari perpustakaan, ada juga yang berasal dari sumbangan orang tua siswa.

Menurut Ibu Lusi, dampak dari kegiatan membaca ini sudah mulai kelihatan, Anak-anak kelas II yang dia asuh, mulai kaya dengan kosa kata. Mereka juga mampu membuat cerita dengan kalimat panjang-panjang, seper� saat ditugaskan membuat cerita tentang bencana alam.

Agar siswa semakin tertarik membaca, selain sudut baca, MINU juga telah menyiapkan tempat yang strategis untuk membaca dan menyebutnya dengan halte baca dan stasiun baca. Keduanya berbentuk seper� gazebo dan terletak di luar kelas. Sedangkan di lantai �ga, MINU membuat terminal baca.

Mereka juga mampu menggambar dengan baik dan bahkan diantara mereka membuat deskripsinya lebih dari 10 kalimat. “Bagi saya ini perkembangan luar biasa!” ujar Bu Lusi bangga.

“Untuk yang dari orang tua siswa, kami memperolehnya setelah memberi tahu mereka bahwa untuk gerakan membaca di madrasah, kami butuh bantuan buku secara sukarela. Di kelas saya, dari 28 orang tua siswa, 18 dari mereka telah menyumbangkan buku-buku cerita yang menarik,” terangnya.

Agar buku-buku tersebut aman dan bergan�-gan�, perwakilan siswa dari kelas IV, V, dan VI secara bergan�an bertanggung jawab terhadap buku-buku di tempat tersebut. Di antara tugas mereka adalah menjaga dan memasukkan kembali buku ke ruang kantor guru saat sekolah usai.

Gerakan Literasi di MINU BalikpapanStasiun dan halte baca sederhana, perpustakaan kecil di luar kelas MINU Balikpapan, tempat buku-buku cerita diletakkan. Siswa menjadi lebih mudah untuk mendapatkan buku-buku bacaan yang mereka sukai.

Edisi II/September-Desember 2018Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran

Praktik Baik PINTAR

dan pada pelajaran bahasa Indonesia. Sementara kegiatan membaca senyap dilakukan secara bersama-sama di luar kelas. Terinspirasi dari pela�han Tanoto Founda�on, Pak Andri bersama kepala sekolah Ibu Syafrida Dewi membuat pojok baca di semua kelas.

Setelah mengiku� pela�han, mereka melakukan sosialisasi kepada warga sekolah tentang program literasi yang sudah dibuat dalam rencana �ndak lanjut. Salah satu kegiatan awal yang disepaka� adalah membuat pojok baca di kelas. “Pojok baca berfungsi sebagai sumber referensi membaca di kelas dan mendekatkan siswa dengan buku. Setelah siswa senang membaca buku, kita bisa memberi tantangan. Misalnya dengan membuat ringkasan cerita dari buku yang dibaca, membuat pohon bacaan buku yang berisi tentang informasi mengenai buku seper� judul, penulis, jalan cerita, dan kesan mereka setelah membaca buku tersebut. Hal ini untuk memas�kan siswa paham dengan buku yang dibaca,” papar Pak Andri.

Para guru menyambut gembira dengan rencana tersebut sehingga terbentuklah pojok baca di semua kelas. Bukunya diambil dari perpustakaan sekolah dan diperbarui secara ru�n. Perpustakaan sekolah juga tetap ak�f, lebih teratur, dan ru�n dimanfaatkan siswa yang ingin membaca lebih banyak buku. Kegiatan membaca senyap selama 15 menit sekarang se�ap hari juga sudah dilaksanakan dengan menggunakan buku dari pojok baca kelas.

Page 16: EDISI 1 Pintar Nasional · lelahku terbayar dengan tanggapan posif dari peserta pelahan. Catatanku Pada Akhir Sesi Pelatihan di Bumi Lancang Kuning Antusiasme para peserta pelatihan

Program PINTAR Tanoto Founda�on menginisiasi Group Facebook Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan. Para guru,

kepala sekolah, pengawas, dan dosen LPTK mitra program didorong untuk mengunggah pengalaman mereka dalam

mengimplementasikan pembelajaran ak�f, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, dan perkuliahan calon guru di

LPTK yang lebih menekankan pada prak�k. Berikut adalah beberapa pos�ngan yang menginspirasi.

Menunjukkan dan Menyebarkan Prak�k Baik Pendidikan

Group FacebookForum Peningkatan Kualitas Pendidikan

Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi keluarga yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto untuk meningkatkan kehidupan dengan mendukung pendidikan berkualitas. Tanoto Foundation percaya pendidikan yang berkualitas dapat mempercepat kesetaraan peluang untuk kehidupan yang lebih baik. Beberapa program yang telah dilaksanakan sejak tahun 1981 yaitu pendirian sekolah di pedesaan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan, pemberian beasiswa sebagai dukungan terhadap pengembangan pemimpin masa depan Indonesia, pengembangan pendidikan anak usia dini, serta peningkatan mutu pendidikan dasar yang bekerja sama dengan Kemdikbud, Kemenag, dan Kemristekdikti.

Newsletter Nasional Program PINTAR diterbitkan oleh TANOTO FOUNDATION. Sebelumnya newsletter ini bernama PELITA PENDIDIKAN. Newsletter ini digunakan sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.tanotofoundation.org dan Group Facebook Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran, manajemen sekolah, budaya baca, perkuliahan untuk calon guru, video praktik yang baik, dan diskusi online berbagi praktik yang baik. Alamat Redaksi: Jl. M.H Thamrin No. 31 Jakarta 10230. Telp: +6221 392 3189 Faks: +6221 392 3324. Artikel berupa pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email: [email protected].

Memanfaatkan Perpustakaan Sekolah - Ibu Liza Rezeki guru bahasa Indonesia SMPN 27 Tanjung Jabung Timur, Jambi, mengajak siswa kelas IX belajar kri�k sastra di ruang perpustakaan sekolah. Sebelumnya para siswa diminta meminjam buku-buku karya sastra koleksi perpustakaan sekolah. Pada saat pembelajaran di ruang perpustakaan, siswa berdiskusi di kelompok dan menulis tanggapan mereka dari karya sastra yang sudah baca. Kemudian secara bergan�an siswa menyampaikan kri�knya, siswa lainnya menyimak, memberi sanggahan atau penguatan.

ISSN 2622-0539

9 772622 053016