e library stikes nani hasanuddin zulkifliju 136 1 artikel20

9
Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 1 HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS PANAIKANG KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI Zulkifli Jufri, Hamzah Tasak, Sukriyadi Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tidak Tetap STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tetap Program S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Zulkifli Jufri, Hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai (Dibimbing oleh Hamzah Tasak dan Sukriyadi) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana di jumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia diatas 50 (WHO, 2001). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode pendekatan Deskriptif kuantitatif dengan rancangan Cross sectional. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Non Probability sampling dengan teknik proposive sampling, didapatkan 62 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan program statistik (SPSS). Analisis data mencakup analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasilnya analisis bivariat menunjukan bahwa pola makan (p = 0,000), aktivitas fisik (p = 0,510) dan kebiasaan merokok (p = 0,008). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pola makan dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.Masyarakat agar lebih memperhatikan gaya hidup terutama pola makan, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok untuk meminimalkan resiko akibat hipertensi. Kata Kunci : Kejadian hipertensi, Pola makan, Aktivitas fisik, Kebiasaan merokok. PENDAHULUAN Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan yang mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang. Hipertensi sering diberi gelar the silent killer karena penyakit ini merupakan pembunuh tersembunyi. Tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg. The joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS & keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi. Hipertensi sistol diastolik didiagnosis bila TDS 140 mmHg dan TDD 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi (HST) adalah bila TDS _ 140 mmHg dengan TDD < 90 mmHg (Kuswardani, 2006). Hipertensi dapat berakibat meluas seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan infark miokard. Timbunan lemak atau plak didalam dinding arteri koroner pada jantung, arteri yang menuju otak serta tungkai menyebabkan terjadinya penyempitan arteri sehingga tekanan darah meningkat. Hal ini memungkinkan penyandang penyakit ini akan memiliki resiko tinggi terkena stroke. Peningkatan tekanan darah diotak menyebabkan pecahnya pembuluh arteri. Biasanya hipertensi menyebabkan keadaan jantung bekerja menjadi berat atau memompa darah, volume jantung membesar dan dinding menipis sehingga akhirnya menyebabkan gagal jantung. Komplikasi lain dari jantung yaitu perdarahan, infark serebral, thrombosis, retinopati hipertensif pada mata, hipertensi pada jantung, nefroksklerosis pada ginjal dan kegagalan faal ginjal. Apabila hipertensi tidak ditanggulangi secara baik maka akan

Upload: lukas-dwiputra-tesan

Post on 26-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hipertension

TRANSCRIPT

Page 1: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 1

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS PANAIKANG

KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI

Zulkifli Jufri, Hamzah Tasak, Sukriyadi Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Dosen Tidak Tetap STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tetap Program S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK Zulkifli Jufri, Hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai (Dibimbing oleh Hamzah Tasak dan Sukriyadi)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana di jumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia diatas 50 (WHO, 2001). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode pendekatan Deskriptif kuantitatif dengan rancangan Cross sectional. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Non Probability sampling dengan teknik proposive sampling, didapatkan 62 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan program statistik (SPSS). Analisis data mencakup analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasilnya analisis bivariat menunjukan bahwa pola makan (p = 0,000), aktivitas fisik (p = 0,510) dan kebiasaan merokok (p = 0,008). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pola makan dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.Masyarakat agar lebih memperhatikan gaya hidup terutama pola makan, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok untuk meminimalkan resiko akibat hipertensi.

Kata Kunci : Kejadian hipertensi, Pola makan, Aktivitas fisik, Kebiasaan merokok.

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan yang mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang. Hipertensi sering diberi gelar the silent killer karena penyakit ini merupakan pembunuh tersembunyi. Tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg. The joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS & keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi. Hipertensi sistol diastolik didiagnosis bila TDS 140 mmHg dan TDD 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi (HST) adalah bila TDS _ 140 mmHg dengan TDD < 90 mmHg (Kuswardani, 2006).

Hipertensi dapat berakibat meluas seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan infark miokard. Timbunan lemak atau plak didalam dinding arteri koroner pada jantung, arteri yang menuju otak serta tungkai menyebabkan terjadinya penyempitan arteri sehingga tekanan darah meningkat. Hal ini memungkinkan penyandang penyakit ini akan memiliki resiko tinggi terkena stroke. Peningkatan tekanan darah diotak menyebabkan pecahnya pembuluh arteri. Biasanya hipertensi menyebabkan keadaan jantung bekerja menjadi berat atau memompa darah, volume jantung membesar dan dinding menipis sehingga akhirnya menyebabkan gagal jantung. Komplikasi lain dari jantung yaitu perdarahan, infark serebral, thrombosis, retinopati hipertensif pada mata, hipertensi pada jantung, nefroksklerosis pada ginjal dan kegagalan faal ginjal. Apabila hipertensi tidak ditanggulangi secara baik maka akan

Page 2: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 2

mengakibatkan gangguan ginjal dan pembuluh darah sistem syaraf pusat. Keadaan ini akan memperpendek usia penderita dan sekitar 10-12% mengalami kematian (Hasan, 2005).

Menurut Ningsih (2008) salah satu penyebab kejadian hipertensi adalah gaya hidup yang kurang sehat. Gaya hidup dapat diklasifikasikan menjadi beberapa komponen yang berkaitan dengan kejadian hipertensi yaitu terdiri dari merokok, merawat berat badan tetap ideal, aktif beraktivitas dan minum alkohol. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi dimana merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dan meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke, merawat badan tetap ideal yaitu aktif beraktivitas dapat melindungi dari penyakit hipertensi, selain itu aktif beraktivitas secara teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan memperbesar penurunan berat badan dan batasi minum alkohol karena apabila seseorang minum alkohol berlebihan tidak hanya meningkatkan tekanan darah tetapi juga menaikkan berat badan. Selain itu, mengkonsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan resistensi pada terapi antihipertensi dan berisiko terjadinya beberapa penyakit lain seperti stroke dan jantung (Yusuf, 2008).

Studi Epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit mematikan ini diderita oleh lebih dari 800 juta orang diseluruh dunia. Di Asia tahun 2000 ada 38,4 juta penderita hipertensi dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat sebesar 67,3 juta atau sekitar 57%. Data ini menunjukkan bahwa hipertensi masih menjadi ancaman bagi masyarakat dunia. Beban kesehatan akibat hipertensi sangat besar karena merupakan faktor pemicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.

Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sj’bani (2008) didapatkan bahwa penderita hipertensi berkisar antara 22,8% sampai 34,7% terutama untuk hipertensi esensial.

Menurut data Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan penyakit tidak menular dengan persentase terbesar yang berbasis Puskesmas adalah penyakit Hipertensi

(Dinkes Sulawesi Selatan, 2008). Berdasarkan hasil laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai pada tahun 2009 jumlah angka penderita hipertensi di Kabupaten Sinjai ada sebanyak 6705 orang dan pada tahun 2010 meningkat sampai pada angka 7717 orang penderita. Jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai pada tahun 2011 ada sebanyak 248 orang.

Menurut Sarastini (2010), peningkatan jumlah angka penderita hipertensi ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol antara lain obesitas, stress, aktivitas fisik, kurang olahraga, merokok, menderita diabetes mellitus, mengkonsumsi garam berlebihan, minum alkohol, diet, minum kopi, pil KB, stress emosional dan sebagainya. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan. Disamping itu penyebab hipertensi yang sering kali terjadi disebabkan oleh beberapa hal seperti aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal dan sistem saraf simpatis sedangkan pada ibu-ibu hamil kejadian hipertensi bisa disebabkan oleh kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stress, dan ketegangan akibat kehamilan (Yusuf, 2008).

Berdasarkan data dari Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai bahwa jumlah penderita hipertensi pada tahun 2011 ada sebanyak 248 orang dan beberapa penjelasan mengenai akibat dari penyakit hipertensi maka peneliti tertarik dan merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai pada tanggal 19 - 26 Juli 2012.

Populasi penelitian adalah seluruh jumlah penderita hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Panaikang kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai sebanyak 248

Page 3: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 3

orang. Jumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan rumus perhitungan sampel minimal dengan jumlah sampel adalah 62 orang. 1.Kriteria Inklusi

a. Pasien yang datang berobat jalan di Puskesmas Panaikang yang dapat beraktifitas.

b. Pasien yang datang berobat jalan di Puskesmas Panaikang dan sehat mental.

c. Pasien yang datang berobat jalan di Puskesmas Panaikang dan bersedia untuk menjadi responden.

2.Kriteria Eksklusi Pasien yang datang berobat jalan di Puskesmas Panaikang dan tidak bersedia untuk menjadi responden.

Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Panaikang. Pengolahan data dilakukan dengan: 1. Editing:

Yaitu meneliti kembali kelengkapan pengisian, tulisan, kejelasan jawaban.

2. Coding Yaitu memberi kode-kode tertentu pada jawaban masing–masing kelompok kuesioner.

3. Tabulasi data Memasukkan data dalam suatu tabel untuk mempermudah dalam analisa dan mengelompokkan data.

Analisis data

Analisis data dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang bertujuan untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel (persentase dan jumlah) yang dipaparkan dalam tabel distribusi frekuensi (Sugiyono, 2009).

Analisis bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan menganalisis perbedaan atau hubungan antara dua variabel. Menguji ada tidaknya hubungan antara gaya hidup yang terdiri dari pola makan, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi maka digunakan analisis Chi Square, dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis Chi Square yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan 0,05. Apabila nilai p lebih kecil dari 0,05 maka ada hubungan antara dua variabel tersebut.

HASIL PENELITIAN 1. Hasil Analisis Univariat

Tabel 5.1 : Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Juli 2012

Umur Jumlah Persentasi < 50 tahun 33 53.2 > 50 tahun 29 46.8 Total 62 100 Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 1 menunjukan

bahwa jumlah responden yang umurnya kurang dari 50 tahun sebanyak 33 orang (53.2%) dan 50 tahun ke atas sebanyak 29 responden (46.8%). Tabel 5.2 : Frekuensi Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Juli 2012

Jenis Kelamin Jumlah Persentasi

Laki-laki 23 37.1 Perempuan 39 62.9 Total 62 100.0

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 responden (37.1%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 responden (62.9%).

Tabel 5.3 : Frekuensi Responden

Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Juli 2012

Pendidikan Jumlah Persentasi SD 34 54.8 SMP 9 14.5 SMA 10 16.1 D3 4 6.5 S1 5 8.1 Total 62 100,0 Sumber : data primer

Page 4: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 4

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 34 responden (54,8%) yang pendidikan SD, 9 responden (14.5%) responden yang berpendidikan SMP, 10 responden (16,1%) yang berpendidikan SMA, 4 responden (6,5%) yang berpendidikan D3 dan 5 responden (8,1%) yang berpendidikan SMA.

Tabel 5.4 : Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Juli 2012

Pekerjaan Jumlah Persentasi IRT 29 46,8 Wiraswasta 9 14.5 Nelayan 12 19.4 PNS 5 8.1 Honorer 2 3.2 Petani 5 8.1 Total 62 100.0 sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa

responden yang bekerja sebagai IRT sebanyak 29 orang (46,8%), wiraswasta 9 orang (14.5%), nelayan 12 orang (19,4%) PNS 5 orang (8,1%) dan Honore 2 orang (3,2%), dan petani sebanyak 5 orang (8,1%).

Tabel 5.5 : Frekuensi Responden

Berdasarkan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Juli 2012

Kejadian Hipertensi Jumlah Persentasi Hipertensi 35 56,5 Tidak hipertensi 27 43.5 Total 62 0.0

sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat 35 responden (56,5%) yang mengalami hipertensi dan 27 responden (43,5%) yang tidak hipertensi.

Tabel 5.6 : Frekuensi Responden

Berdasarkan Pola Makan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Juli 2012

Pola Makan Jumlah Persentasi

Sehat 25 40.3 Tidak Sehat 37 59.7

Total 62 100.0 sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan

bahwa terdapat 25 responden (40,3%) yang memiliki pola makan sehat dan 37 responden (59,7%) yang memiliki pola makan tidak sehat.

Tabel 5.7 : Frekuensi Responden

Berdasarkan Aktivitas Fisik di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Juli 2012

Aktifitas Fisik Jumlah Persentasi

Cukup 11 17.7 Kurang 51 82.3 Total 62 100.0

sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 11 responden (17,7%) yang memiliki aktivitas fisik cukup dan dan 51 responden (82.3%) yang beraktifitas kurang.

Tabel 5.8 : Frekuensi Responden

Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Juli 2012

Kebiasaan Merokok Jumlah Persentasi

Perokok 12 19.4 Bukan Perokok 50 80.6 Total 62 100.0

sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 12 responden (19,4%) yang memiliki kebiasaan perokok dan 50 responden (80,6%) yang bukan perokok.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi

Page 5: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 5

Tabel 5.9 : Tabulasi Silang Antara Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai , Juli 2012

Pola Makan

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

N % n % N % Sehat 6 9.7 19 30.6 25 17.7 Tidak Sehat 29 46.8 8 12.9 37 82.3

Total 35 56.5 27 43.5 62 100,0 P value = 0,000

sumber : Data Primer Berdasarkan data pada tabel 9

terlihat bahwa dari 62 responden yang diteliti terdapat 25 responden (17.7%) yang berpola makan sehat, dari 25 responden tersebut 6 responden (9.7%) yang hipertensi dan 19 responden (30.6%) yang tidak hipertensi. Dan terdapat 37 responden (82.3%) yang berpola makan tidak sehat diantaranya terdapat 29 responden (46.8%) yang hipertensi dan 8 responden (12.9%), yang tidak hipertensi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi.

b. Hubungan aktivitas fisik dengan

Kejadian Hipertensi Tabel 5.10 : Tabulasi Silang Antara

Aktivitas fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai , Juli 2012

Aktivitas Fisik

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

N % n % N % Cukup 5 8.1 6 9.7 11 17.7

Kurang 30 48.4 21 33.9 51 82.3 Total 35 56.5 27 43.5 62 100,0

P value = 0,510 sumber : Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 10

terlihat bahwa dari 61 responden yang diteliti terdapat 11 responden (17,7%) yang memiliki aktivitas fisik cukup, dari 11 responden tersebut terdapat 5 responden

(8,1%) yang hipertensi dan 6 responden (9,7%) yang tidak hipertensi. Sedangkan responden yang aktivitas fisik kurang sebanyak 51 responden (82,3%) diantaranya terdapat 30 responden (48,4%) yang mengalami hipertensi dan 21 responden (33,9%) yang tidak hipertensi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,510 > α (0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.

c.Hubungan Antara Kebiasaan Merokok

dengan Kejadian Hipertensi Tabel 5.11 : Tabulasi Silang Antara

Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai , Juli 2012

Kebiasaan Merokok

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

N % n % N % Perokok 11 17.7 1 1.6 12 19.4 Bukan

Perokok 24 38.7 26 41.9 50 80.6

Total 35 56.5 27 43.5 62 100,0 P value = 0,008

sumber : Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 11 terlihat bahwa dari 62 responden yang diteliti terdapat 12 responden (19,4%) yang perokok, dari 12 responden tersebut 11 responden (17.7%) yang hipertensi dan 1 responden (1.6%) yang tidak hipertensi. Dan terdapat 50 responden (80,6%) yang bukan perokok diantaranya terdapat 24 responden (38,7%) yang hipertensi dan 26 responden (41,9%) yang tidak hipertensi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,008 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

PEMBAHASAN 1. Hubungan pola makan dengan kejadian

Hipertensi Berdasarkan data pada tabel 9 terlihat

bahwa dari 62 responden yang diteliti terdapat 25 responden (17.7%) yang berpola makan sehat, dari 25 responden tersebut 6 responden (9.7%) yang hipertensi dan 19 responden (30.6%) yang

Page 6: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 6

tidak hipertensi. Dan terdapat 37 responden (82.3%) yang berpola makan tidak sehat diantaranya terdapat 29 responden (46.8%) yang hipertensi dan 8 responden (12.9%), yang tidak hipertensi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi.

Semakin tidak sehat pola makan seseorang maka peluang untuk terjadinya kejadian hipertensi semakin tinggi. Ini terbukti dengan banyaknya responden mengatakan bahwa pernah mengkonsumsi dan ada juga yang mengatakan masih tetap menngonsumsi makanan yang banyak mengandung kadar lemak jenuh tinggi, garam natrium tinggi, makanan dan minuman dalam kaleng, makanan yang diawetkan dan makanan yang banyak mengandung alkohol dimana dari pola makan yang tidak sehat tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa konsumsi lemak dan garam natrium yang berlebih mempunyai pengaruh kuat pada resiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner dan stroke, efek lain pada lipid darah, thrombosis, tekanan darah tinggi (WHO, 2003). Selain itu ada juga teori yang mengatakan bahwa ada beberapa sumber bahan makanan yang tidak sehat yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita bisa mengalami stroke atau infark jantung yaitu: a. Makanan yang berkadar lemak jenuh

tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa) b. Makanan yang diolah dengan

menggunakan garam natrium (biscuit,cracker, keripik, dan makanan kering yang asin)

c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, dan minuman kaleng)

d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang)

e. Susu full cream, mentega, margarine serta sumber protein hewabi yang tinggi kolesterol seperti kuning telur dan kulit ayam

f. Bumbu-bumbu seperti kecap, terasi, asus serta bumbu penyedap lainnya yang mengandung natrium

g. Alkohol dan makanan yang mengandug alkohol seperti durian, tape

Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatma Ningsih (2008) mengenai hubungan karakteristik individu asupan zat gizi dan gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada orang dewasa di Depok dimana dalam penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara kebiasaan makanan tinggi garam dengan kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakuan oleh feky (2008) mengenai hubungan gaya hidup dengan status kesehatan lansia binaan di Bekasi menemukan ada hubungan yang signifikan antara pola makan yang baik dengan status kesehatan lansia dan penelitian lain yang dilakukan oleh Ni Made (2008) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat kelompok usia 30 tahun ke atas di Kelurahan Grogol Depok juga menemukan adanya hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi.

2. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan data pada tabel 10 terlihat bahwa dari 61 responden yang diteliti terdapat 11 responden (17,7%) yang memiliki aktivitas fisik cukup, dari 11 responden tersebut terdapat 5 responden (8,1%) yang hipertensi dan 6 responden (9,7%) yang tidak hipertensi. Sedangkan responden yang aktivitas fisik kurang sebanyak 51 responden (82,3%) diantaranya terdapat 30 responden (48,4%) yang mengalami hipertensi dan 21 responden (33,9%) yang tidak hipertensi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,510 > α (0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmaningsih (2008) mengenai hubungan karakteristik individu, asupan zat gizi, dan gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada orang dewasa dimana dalam penelitian ini juga tidak menemukan adanya hubungan antara olahraga dengan kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Feky (2008) mengenai hubungan gaya hidup dengan status kesehatan lansia binaan puskesmas juga didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan. Penelitian lain yang tidak sejalan adalah penelitian yang dilakulah oleh Ni made (2008) dimana didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara

Page 7: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 7

olahraga dengan kejadian hipertensi. Jika dilihat dari hubungannya maka hipertensi ini dikarenakan sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik yang kurang. Semakin jarang orang beraktivitas maka peluang untuk terjadinya hipertensi semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden merupakan anggota rumah tangga dimana aktivitas fisik tidak terlalu banyak. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa secara teori, aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemulihan fisik, mental, dan kualitas hidup yang sehat bugar (Dirga, 2007). Selain itu sejumlah studi juga menunjukkan bahwa olahraga teratur, mengurangi beberapa faktor resiko terhadap penyakit jantung koroner termasuk hipertensi (Kusuma, 1997). Selain itu kemampuan aktivitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik. komponen aktivitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik, komponen tersebut antara efisiensi kardiovaskuler, kelenturan, pengendalian berat badan, dan pengurangan stress (Ida, 1997).

Adanya perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan jumlah sampel yang berbeda dan juga karakteristik responden yang berbeda. Selain itu perbedaan yang mendasari juga karena perbedaan tempat penelitian. Secara teoritis, kepercayaan, tradisi, dan sistem nilai dimasyarakat sebagai pemudah orang berperilaku (Notoatmodjo, 2005).Meskipun pada hasil uji statistik tidak didapatkan hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi tetapi dilihat dari data pada tabel 5.10 responden yang memiliki aktivitas fisik kurang lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan yang memiliki aktivitas fisik cukup.

3. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan data pada tabel 11 terlihat bahwa dari 62 responden yang diteliti terdapat 12 responden (19,4%) yang perokok, dari 12 responden tersebut 11 responden (17.7%) yang hipertensi dan 1 responden (1.6%) yang tidak hipertensi. Dan terdapat 50 responden (80,6%) yang bukan perokok diantaranya terdapat 24 responden (38,7%) yang hipertensi dan 26 responden (41,9%) yang tidak hipertensi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,008 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

Hasil olah data menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Semakin banyak dan lama seseorang menghisap rokok maka peluang untuk terjadinya penyakit hipertensi semakin tinggi. Hal ini dikarenakan orang-orang yang berada disekitar responden juga memiliki kebiasaan merokok sehingga secara tidak langsung responden juga memiliki kebiasaan merokok. Dengan banyaknya responden yang memiliki kebiasaan merokok maka dapat diketahui bahwa kebiasaan merokok dapat menyebabkan datangnya berbagai macam penyakit termasuk salah satunya penyakit kardiovaskular karena jumlah nikotin yang terdapat dalam darah yang dapat menyebabkan terganggunya sistem sirkulasi darah dalam tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya kejadian hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa apabila makin banyak kita menghisap rokok maka akan mengganggu kerja paru-paru yang normal, karena hemoglobin lebih mudah membawa karbondioksida daripada membawa oksigen. Jika terdapat karbondioksida dalam paru-paru, maka akan dibawa oleh hemoglobin sehingga tubuh memperoleh pemasukan oksigen yang kurang dari biasanya. Kandungan nikotin dalam rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat mempengaruhi bagian tubuh yaitu dapat mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebih cepat dalam satu menit daripada dalam keadaan normal, menurunkan suhu kulit sebesar ½ derajat celcius karena penyempitan pembuluh darah kulit dan menyebabkan hati melepaskan gula ke aliran darah. Selain itu zat yang dihisap melalui rokok seperti zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida dibawa masuk kedalam aliran darah. Selanjutnya zat ini merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, sehingga mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Selain dapat meningkatkan tekanan darah, merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk suplai ke otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi, semakin meningkatkan resiko kerusakan pembuluh arteri (Karyadi, 2002).

Page 8: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 8

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian lain yang terkait yang dilakukan oleh Feky (2008) juga menemukan bahwa ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Ada hubungan antara pola makan dengan

kejadian hipertensi. 2. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi. 3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertensi. Saran 1. Bagi Masyarakat

a. Lebih aktif mencari informasi tentang pola makan yang sehat baik dari petugas kesehatan maupun media lainnya dan mengurangi pola makan yang dapat menyebabkan hipertensi.

b. Agar masyarakat melakukan latihan fisik secara teratur dalam kegiatan sehari-hari.

c. Agar masyarakat dapat mengurangi konsumsi rokok atau kebiasaan merokok.

2. Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan a. Lebih proaktif memberikan penyuluhan

mengenai gaya hidup sehat b. Melakukan kunjungan secara berkala

untuk mengobservasi secara langsung penerapan gaya hidup sehat

3. Bagi Institusi Pendidikan Perlu di lakukan penelitian lebih

lanjut mengenai hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian berikutnya sampel lebih di tingkatkan untuk hasil yang lebih representative.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsir, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Anggraini, F. 2008. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lansia Binaan Puskesmas

Pekayon Jaya Kota Bekasi Tahun 2008. Skripsi tidak di publikasikan: FKM UI Anwar,M.2006. Penatalaksanaan Hipertensi. www.eharmayaku.blogspot.com/2008/03/penatalaksanaan

hipertensi, diakses tanggal 9 Maret 2012 Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2 Ed. 8. Jakarta: EGC Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang Ganong. 2005.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong Ed. 22. EGC: Jakarta Guyton. 2007. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Guyton dan Hall. 2007. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Hartanti, M.T. 2002. Pengaruh Bahasa dalam Komunikasi terhadap partisipasi Masyarakat (Studi Tentang

Perbedaan Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan Kepala Desa antara Yang Menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa terhadap Partisipasi Masyarakat Desa Wonorogo Kecamatan Lumbang. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diit Rumah Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC Hasan, H. 2005. Resiko Penyakit Jantung Koroner Akibat Hipertensi. USU e-Journals (UJ) » Majalah Kedokteran

Nusantara » Vol. 38 No. 3 September 2005 Hidayat, A. 2007. Metodologi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Jnight. 2003. Jantung Kuat Bernapas Lega. Jakarta: Indonesia Publishing House

Page 9: e Library Stikes Nani Hasanuddin Zulkifliju 136 1 Artikel20

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 9

Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, dan Penyakit jantung. Jakarta: Intisasi Mediatama

Kuswardhani, T. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Dalam, Volume 138 7

Nomor 2 Mei 2006, Divisi Geriatri Bagian Penyakit Dalam FK. Unud, RSUP Sanglah Denpasar Mardin, K. 2003. Faktor Resiko Hipertensi Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta 2000.

Skripsi tidak diterbitkan: FKM UI Martini, dkk. 2010. Usia Merokok Pertama Kali Merupakan Faktor yang Meningkatkan Risiko Kejadian Hipertensi:

Besar Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok. Jurnal; Kedokteran Yarsi 14 (3): 191-198 Department of Epidemiology, Airlangga University School of Public Health Surabaya

Ningsih, F. 2008. Hubungan Karakteristik Individu, Asupan Zat Gizi dan Gaya Hidup Terhadap Kejadian

Hipertensi pada orang Dewasa di Depok Tahun 2008. Skripsi tidak diterbitkan: FKM UI Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Nurmasari Widyastuti. 2005. Hubungan Beberapa Indikator Obesitas Dengan Hipertensi Pada Perempuan.

Undergraduate thesis, Program Studi Ilmu Gizi Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Sarastini, 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Kelompok

Usia 30 Tahun Ke Atas Di Kelurahan Depok. Skripsi tidak di terbitkan: Universitas Veteran Pembangunan

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogjakarta: Graha Ilmu Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Edisi 2. EGC: Jakarta Soejono. 2002. Gaya Hidup dan Hipertensi. Diakses pada tanggal 9 Maret 2012

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312041/bab2.pdf Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Sylvia Anderson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. EGC: Jakarta Sylvia & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Ed. 6 Vol. 2. EGC: Jakarta Widihastuti. 2010. Studi Kualitatif Pola Makan Penderita Hipertensi di Kelurahan Bandarharjo Semarang.

Undergraduate thesis, Program Studi Ilmu Gizi Yusuf Ismail. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicinus vol 21, no 3, edisi juli-september 2008