e-faktur pajak

21
SEMINAR PERPAJAKAN PELUANG DAN KEUNTUNGAN KELAS X-B DIPLOMA IV KEUANGAN SPESIALISASI AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA Kelompok 6: 1. Dela Farhana (10) 2. Indra Ahmad Wijaya (17) 3. Risca Dessyanty (24) 4. Tesalonika Broery A (28) 5. Wahyu Hidayat (29) E-FAKTUR PAJAK

Upload: tesalonika-broery-agustin

Post on 26-Dec-2015

1.914 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

E-Faktur Pajak

TRANSCRIPT

Page 1: E-Faktur Pajak

SEMINAR PERPAJAKAN

PELUANG DAN KEUNTUNGAN

KELAS X-B

DIPLOMA IV KEUANGAN

SPESIALISASI AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

Kelompok 6:

1. Dela Farhana (10)

2. Indra Ahmad Wijaya (17)

3. Risca Dessyanty (24)

4. Tesalonika Broery A (28)

5. Wahyu Hidayat (29)

E-FAKTUR PAJAK

Page 2: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

Pengusaha Kena Pajak ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................... i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Identifikasi Permasalahan ........................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

D. Metodologi ............................................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................................. 3

A. Dasar Hukum ............................................................................................................ 3

B. Faktur Pajak PPN dan Perkembangannya ................................................................ 3

BAB III MEKANISME PENERAPAN E-FAKTUR ............................................................................... 4

A. Tahapan Implementasi e-Faktur .............................................................................. 5

B. Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan e-Faktur ........................................................ 7

BAB IV ELECTRONIC TAX INVOICE DI KOREA SELATAN ................................................................ 12

A. Dasar Hukum ............................................................................................................ 12

B. Faktur Pajak (Tax Invoice) ........................................................................................ 12

C. Electronic Tax Invoice ............................................................................................... 12

BAB V PELUANG DAN KEUNTUNGAN PENGGUNAAN E-FAKTUR PAJAK .................................... 17

DAFTAR REFERENSI ......................................................................................................................... 19

Page 3: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tonggak Reformasi Perpajakan di Indonesia sudah dimulai sejak disahkannya Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM). Niat baik dari

Direktorat Jenderal Pajak untuk membuat sistem administrasi perpajakan menjadi lebih baik rupanya

tidak cukup sampai di situ. Bergantinya sistem pemungutan pajak dari semula official assessment

menjadi self assessment, membawa tantangan tersendiri dari segi pengawasan terhadap kepatuhan

pemenuhan perpajakan wajib pajak. Dinamisnya berbagai perubahan dunia bisnis yang diiringi

dengan era globalisasi, membuat Direktorat Jenderal Pajak harus cukup adaptif menjawab semua

tantangan tersebut, salah satunya adalah dengan terus melakukan pembenahan di

bidangadministrasi.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tergolong sebagai pajak objektif, dipandang sangat terkait

erat dengan dunia usaha karena melingkupi “Pengusaha Kena Pajak” yang dijelaskan dalam Undang-

Undang PPN sebagai pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena

Pajak. Para Pengusaha Kena Pajak yang diberi kepercayaan untuk memungut PPN, menghitung PPN

terutang, serta melaporkannya kepada Kantor Pelayanan Pajak, rupanya belum semua mematuhi

kewajibannya. Kasus para Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Fiktif sehingga

membuat kerugian kepada keuangan negara, membuat Direktorat Jenderal Pajak akhirnya

melakukan reformasi lanjutan, yaitu Reformasi Sistem Administrasi PPN.

Program Reformasi Sistem Administrasi PPN merupakan sebuah “pembenahan” administrasi

untuk menangkal ketidakpatuhan PKP dan demi mewujudkan sistem administrasi DJP yang lebih

efektif dan efisien. Program ini sudah berlangsung sejak tahun 2011 dan dituangkan dalam roadmap

DJP sampai tahun 2015. Adapun rencana pembenahan administrasi PPN meliputi Evaluasi Bentuk

Pelaporan SPT , Registrasi Ulang PKP, Evaluasi Sistem Value Added Tax (VAT) dan pertimbangan

untuk mengadopsi sistem Pajak Konsumsi (GST-Goods and Sales Tax), Kewajiban Penggunaan e-SPT

bagi Wajib Pajak Badan dan PKP individu tertentu, kenaikan batas omzet bagi pengusaha kecil, serta

implementasi Faktur Pajak elektronik (e-faktur).

Faktur Pajak Elektronik dilatarbelakangi oleh 2 (dua) hal utama, yaitu adanya penyalahgunaan

PKP/ Faktur Pajak dan Tingginya beban administrasi Faktur Pajak. Oleh karena itu, melalui Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 yang dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor 16/PJ/2014, maka dibuatlah mekanisme faktur pajak elektronik tersebut.

Perubahannya mencakup : 1) Format Faktur Pajak yang telah ditentukan sistem, 2) bentuk tanda

tangan elektronik, 3) lembaran faktur pajak yang tidak perlu docetak, 4) PKP yang membuat hanya

yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak, 5) Jenis transaksi yang dibuatkan faktur pajak kini terbatas pada

penyerahan BKP dan JKP saja, dan 6) pelaporan dengan menggunakan aplikasi yang sama dengan

pembuatan e-faktur. Uraian lebih lanjut mengenai e-Faktur akan disampaikan pada bagian

Pembahasan dalam paper ini.

Page 4: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 2

B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba merumuskan permasalahan yang akan

ditulis sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan penggunaan E-Faktur Pajak?

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan E-Faktur Pajak?

3. Bagaimana perbandingan dengan E-Faktur di Korea Selatan?

4. Apa peluang dan keuntungan penggunaan E-Faktur?

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

Maksud dan tujuan penulisan makalah ini selain dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

Seminar Perpajakan, juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis terkait Pengusaha

Kena Pajak.

D. METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi kapustakaan, dimana

bahan yang diolah dari berbagai sumber baik berupa peraturan perpajakan maupun literatur-

literatur perpajakan online.

Page 5: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasar Hukum

Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun 1983 sebagaiman telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan Dan

Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian Faktur Pajak

Peraturan Dirjen Pajak Nomor 16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak

Berbentuk Elektronik

Peraturan Dirjen Pajak Nomor 17/PJ/2014 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian

Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau

Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-27/PJ./2010 tentang Dokumen Tertentu yang

Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur Pajak

B. Faktur Pajak PPN dan Perkembangannya

Di dalam Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun 1983 sebagaiman telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, definisi Faktur Pajak ada pada Pasal 1 angka 21, yakni :

“Faktur Pajak adalah buktipungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak”.

Definisi ini menyederhanakan pengertian Faktur Pajak sebelumnya, yang mencakup bukti

pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak (BKP) yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai (DJBC). Penulis berpendapat bahwa penyederhanaan definisi ini sudah tepat, karena bukti

pungutan pajak karena impor akan dijelaskan dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-27/PJ/2011,

sehingga definisi dalam Undang-Undang mengenai Faktur Pajak cukup sampai dengan penyerahan

BKP dan atau JKP saja.

Adapun dokumen yang dipersamakan dengan faktur pajak menurut SE tersebut :

a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB)

c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP)

d. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi

e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill

f. Nota Penjualan Jasa yang untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;

g. Bukti tagihan atas penyerahan listrik

h. Pemberitahuan Ekspor JKP/ BKP Tidak Berwujud

i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

j. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak terwujud atau

JKP dari luar Daerah Pabean;

Page 6: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 4

k. Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/ atau JKP Pajak oleh Perusahaan Air Minum:

l. Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek; dan

m. Bukti tagihan atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perbankan.

Faktur Pajak hanya dapat dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak. Adapun transaksi yang mewajibkan

dibuatnya Faktur Pajak yakni

Penyerahan BKP, termasuk penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan sebagaimana tercantum dalam Pasal 16D

Penyerahan JKP

Ekspor BKP tidak berwujud

Ekspor Jasa

Saat dibuatnya Faktur Pajak oleh PKP adalah pada saat penyerahan BKP/ JKP. Namun dalam hal

ada pembayaran sebelum dilakukan penyerahan, baik untuk keseluruhan penyerahan maupun hanya

sebagian (termin) maka Faktur Pajak dibuat pada saat pembayaran diterima. Pengecualian lainnya

adalah PKP dapat membuat Faktur Pajak Gabungan, yakni akumulasi penyerahan BKP atau JKP

selama satu bulan kalender, dengan syarat diserahkan kepada pembeli yang sama. Faktur Pajak ini

harus dibuat paling lama pada saat akhir bulan penyerahan.

Hal selanjutnya yang perlu dicermati dari perkembangan Faktur Pajak adalah perubahan

jenisnya. Pada aturan sebelum tahun 2010, kita mengenal ada 3 (tiga) bentuk Faktur Pajak, yakni

Faktur Pajak Standar dan dokumen tertentu yang dipersamakan dengan faktur pajak standar

Faktur Pajak sederhana

Faktur Pajak Gabungan

Semenjak berlakunya Undang-undang Nomor 42 tahun 2009 maka istilah Faktur Pajak Standar

dan Faktur Pajak Sederhana dihilangkan, sehingga di dalam ketentuan tersebut, hanya ada istilah

Faktur Pajak dan Faktur Pajak Gabungan. Dihilangkannya istilah Faktur Pajak Standar dan Sederhana,

merujuk pada perubahan Pasal 13 ayat (5) dan (7).

Keterangan yang harus ada pada Faktur Pajak :

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa

Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa

Kena Pajak;

c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak

Memori penjelasan pada pasal 13 ayat (5) menyebutkan bahwa Faktur Pajak yang tidak diisi

lengkap sesuai ketentuan akan berimbas pada tidak dapat dikreditkannya Pajak Masukan atas

penyerahan tersebut. Sebenarnya, hal tersebut sudah mengakomodir definisi Faktur Pajak Sederhana

pada ketentuan sebelumnya, dimana tidak semua syarat ketentuan wajib diisi, dan diatur lebih lanjut

pada ayat (7). Menurut penulis, hal ini sudah tepat, mengingat sifat Faktur Pajak sederhana yang juga

Page 7: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 5

tidak dapat dikreditkan. Dan untuk melengkapi dihapusnya istilah Faktur Pajak sederhana, maka

istilah Faktur Pajak Standar yang merujuk pada dipenuhinya semua syarat keterangan pada ayat (5)

juga dihapuskan.

Terdapat dua hal yang menjadi latar belakang Direktorat Jenderal Pajak menetapkan E-Faktur

menjadi bagian dari sistem administrasi PPN di Indonesia. Latar belakang tersebut adalah :

1. Penyalahgunaan kewenangan PKP dan faktur pajak

Penyalahgunaan atas kewenangan PKP dan faktur pajak banyak sekali terjadi diantaranya

adalah wajib pajak yang belum dikukuhkan sebagai PKP menerbitkan faktur pajak, faktur

pajak atas transaksi tidak diterbitkan, banyak ditemukannya faktur pajak fiktif dan faktur

pajak ganda. E-Faktur diharapkan mampu menjadi alat pengendalian dan pengawasan

yang efektif atas PKP dan faktur pajak itu sendiri karena penyalahgunaan yang terjadi

menjadi indikasi penurunan kepatuhan PKP sehingga menyebabkan penerimaan PPN

kurang optimal.

2. Beban administrasi faktur pajak terus meningkat

Ketentuan faktur pajak tercetak seperti yang sebelumnya diterapkan menimbulkan beban

administrasi yang cukup signifikan. Faktur Pajak dilaporkan tercetak secara manual ke

Kantor Pelayanan Pajak begitu juga sebagian dari SPT masa PPN sehingga menimbulkan

beban kerja pegawai dan beban administrasi yang besar. E-Faktur akan mempermudah

pengadministrasian dan secara otomatis mengurangi beban administrasi. Selain itu,

administrasi faktur pajak secara manual membuat pengawasan kepatuhan atas PKP

menjadi sulit sehingga beban pengawasan PKP menjadi semakin besar seiring semakin

meningkatnya jumlah PKP dan penerbitan faktur pajak. E-Faktur akan mempermudah

proses pengawasan PKP dan menurunkan beban pengawasan.

E-Faktur Pajak ditetapkan dengan mempertimbangkan kepentingan wajib pajak khususnya

PKP, tidak hanya melihat kepentingan dari DJP semata. Manfaat penetapan e-Faktur dapat dirasakan

baik oleh DJP maupun PKP. Manfaat adanya e-Faktur bagi DJP adalah untuk mempermudah

pelayanan dalam percepatan proses pemeriksaan, percepatan proses pelaporan dan percepatan

pemberian nomor seri faktur pajak serta mempermudah pengawasan atas PKP dan Faktur Pajak

karena validasi PK-PM lebih akurat dan data atas faktur pajak menjadi lebih lengkap. Manfaat e-

Faktur bagi PKP adalah meningkatkan kenyamanan PKP karena penggunaan tanda tangan elektronik,

tidak perlu dilaporkan tercetak dan e-Faktur menjadi satu kesatuan dengan SPT Masa PPN. Manfaat

lainnya bagi PKP adalah adanya perlindungan dari penyalahgunaan oleh pihak yang tidak

bertanggungjawab karena dalam pelaksanaannya di butuhkan approval atas e-Faktur dari DJP dan

adanya transparansi karena validasi faktur pajak dapat diketahui oleh pihak pembeli.

Page 8: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 6

BAB III

MEKANISME PENERAPAN E-FAKTUR

A. Tahapan Implementasi e-Faktur

Program E-Faktur diimplementasikan secara bertahap dari segi waktu dan wilayah.

Implementasi e-Faktur kepada Pengusahan Kena Pajak (PKP) tertentu di Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya di Jakarta

mulai 1 Juli 2014. 1 Juli 2015 E-Faktur Pajak akan diberlakukan untuk seluruh PKP di Kantor

Pelayanan Pajak Pulau Jawa dan Bali. Sedangkan pemberlakukan e-Faktur Pajak secara nasional akan

dimulai pada 1 Juli 2016.

Sebelum murni dilaksanakannya e-Faktur, terlebih dahulu DJP melakukan pembenahan

administrasi di bidang PPN, di antaranya dengan melakukan Program Registrasi Ulang PKP, yakni

suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi,

pengawasan, dan untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif Pengusaha Kena Pajak.

Registrasi Ulang PKP adalah program utama terkait penertiban PKP yang telah selesai dilaksanakan

pada 31 Desember 2012 dan output dari program ini telah dijadikan sumber data untuk pelaksanaan

program selanjutnya terkait PKP antara lain E-Nofa (Elektronik nomor faktur) dan E-Faktur

(Elektronik Faktur Pajak). Tujuan utama program Registrasi Ulang ini adalah untuk menyaring PKP

yang benar-benar memenuhi kriteria Objektif dan Subjektif untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Imbasnya, penerbitan Faktur Pajak juga akan semakin tertib dan dilakukan oleh PKP yang memang

berhak.

Program selanjutnya yang terkait adalah e-Nofa, dengan dasar pelaksanaannya yaitu Peraturan

Dirjen Pajak Nomor PER-24/PJ/2012. E-Nofa merupakan penentuan mekanisme untuk penomoran

Faktur Pajak yang berupa kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf, dimana

penomoran ini ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sebelumnya, pemberian Nomor Faktur

Pajak diserahkan kepada PKP masing-masing, sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun dengan

terbitnya peraturan ini maka semua penomoran berasal dari DJP.

Penetapan Nomor Seri Faktur Pajak oleh DJP dapat mempermudah pelaksanaan pengawasan

atas kepatuhan perpajakan PKP. DJP dapat mudah melakukan pengawasan dengan melacak transaksi

terkait PKP dengan melihat penggunaan nomor seri faktur pajak dan juga konfirmasi kebenaran

faktur, karena data konfirmasi faktur berada pada internal DJP. Sistem ini pun dapat menurunkan

tingkat terjadinya faktur pajak fiktif karena nomor seri faktur bersifat unik dan tidak didapatkan

dengan mudah serta sulit disalahgunakan oleh Wajib Pajak.

Tahapan selanjutnya yakni Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur) dengan disahkannya peraturan

Dirjen Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 yang menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak

memberikan sertifikat elektronik kepada PKP yang berfungsi sebagai otentifikasi pengguna layanan

perpajakan secara elektronik yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, berupa penggunaan

aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak

untuk pembuatan Faktur Pajak berbentuk elektronik.

Page 9: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 7

Sumber : Materi sosialisasi E-Faktur (DJP, 2014)

B. Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan e-Faktur

e-Faktur Pajak merupakan kelanjutan pembenahan sistem sejak tahun 2011 untuk memudahkan

administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sebelumnya, DJP telah melakukan pembenahan dengan

melakukan registrasi ulang PKP, batasan pengukuhan PKP, pengembangan aplikasi pengawasan PKP,

penunjukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemungut PPN hingga penomoran faktur

pajak secara elektronik (e-Nomor Faktur/ e-NoFa). Tahun 2014 pembenahan dilanjutkan dengan

peluncuran e-Faktur Pajak bagi wajib pajak tertentu.

Peluncuran e-Faktur diatur dalam Per Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara

Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. Faktur Pajak berbentuk elektronik,

yang selanjutnya disebut e-Faktur, adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem

elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh DJP. Aplikasi atau sistem elektronik tersebut

dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (manual user) yang merupakan satu kesatuan dengan

aplikasi atau sistem elektronik tersebut.

1. Pembuatan e-Faktur oleh PKP

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang diwajibkan untuk membuat E-Faktur diatur di dalam

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena

Pajak Yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. PKP yang termuat dalam

lampiran 1 Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut adalah 45 PKP yang diwajibkan menerapkan

e-Faktur sejak 1 Juli 2014. Lampiran kedua Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut menetapkan

pemberlakuan untuk seluruh PKP di Kantor Pelayanan Pajak Pulau Jawa dan Bali pada 1 Juli 2015.

Sedangkan pemberlakuan e-Faktur Pajak secara nasional akan dimulai pada 1 Juli 2016.

Bagi PKP selain yang tercantum dalam lampiran 1, 2 KEP-136/PJ/2014 dan PKP yang kewajiban

pelaksanaan e-faktur nya diatur tersendiri, yang dikukuhkan setelah tanggal 1 Juli 2016 wajib

membuat e-Faktur sejak PKP tersebut dikukuhkan.

Page 10: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 8

Pasal 2, Ayat 1 memuat kewajiban pembuatan e-Faktur oleh PKP dimaksud untuk setiap:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a

dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009; dan/atau

b. Penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Ayat 2 memuat pengecualian atas kewajiban pembuatan e-Faktur antara lain atas penyerahan

BKP dan/atau JKP:

a. yang dilakukan oleh pedagang eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Peraturan

Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012;

b. yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak Toko Retail kepada orang pribadi pemegang

paspor luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E Undang- Undang Nomor 8 Tahun

1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42

Tahun 2009; dan

c. yang bukti pungutan Pajak Pertambahan Nilainya berupa dokumen tertentu yang

kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan

Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Sedangkan waktu pembuatan e-Faktur dimuat dalam pasal 3, e-Faktur wajib dibuat oleh PKP

dimaksud pada:

1. saat penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a

dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;

2. saat penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;

3. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

4. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;

5. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

Page 11: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 9

2. Kriteria e-Faktur yang sah

Pasal 4 menyatakan bahwa e-Faktur harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan

Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa

Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa

Kena Pajak;

c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak, tandatangan yang

digunakan dalam e-Faktur adalah tandatangan elektronik.

Pasal 5 mengatur bahwa e-Faktur dibuat dengan menggunakan mata uang Rupiah dan Untuk

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang menggunakan mata uang

selain Rupiah maka harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dengan

menggunakan kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan pada saat pembuatan e-

Faktur.

3. E-Faktur dengan kesalahan pengisian, penulisan, rusak atau hilang dan pembatalan transaksi

Pasal 6 mengatur tentang e-faktur dengan kesalahan pengisian dan penulisan sedangkan pasal 8

mengatur e-Faktur yang rusak atau hilang. Atas e-Faktur yang salah dalam pengisian atau salah

dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena

Pajak yang membuat e-Faktur tersebut dapat membuat e-Faktur pengganti melalui aplikasi atau

sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan DJP.

Pasal 8 memuat ayat-ayat sebagai berikut :

1. Atas hasil cetak e-Faktur yang rusak atau hilang, Pengusaha Kena Pajak yang membuat e-

Faktur dapat melakukan cetak ulang melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan

dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak.

2. Atas data e-Faktur yang rusak atau hilang, Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan

permintaan data e-Faktur ke Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak

tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dengan menyampaikan surat Permintaan data e-

Faktur sebagaimana diatur dalam Lampiran PER-16/PJ/2014

3. Permintaan data e-Faktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terbatas pada data e-Faktur

yang telah diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan telah memperoleh

persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

Pasal 7 menyatakan dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang e-Fakturnya telah dibuat, Pengusaha Kena Pajak yang

membuat e-Faktur harus melakukan pembatalan e-Faktur melalui aplikasi atau sistem elektronik

yang ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak.

Page 12: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 10

4. Pelaporan e-Faktur oleh PKP

Bentuk e-Faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak, yang merupakan hasil

keluaran (output) dari aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh

Direktorat Jenderal Pajak. e-Faktur tidak diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy).

Pasal 11 memuat tata cara pelaporan e-Faktur oleh PKP yaitu;

1. e-Faktur wajib dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak dengan

cara diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan memperoleh persetujuan dari

Direktorat Jenderal Pajak.

2. Pelaporan e-Faktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan

aplikasi atau sistem elektronik yang telah ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal

Pajak.

3. Direktorat Jenderal Pajak memberikan persetujuan untuk setiap e-Faktur yang telah

diunggah (upload) sepanjang Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan untuk penomoran e-

Faktur tersebut adalah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak

kepada Pengusaha Kena Pajak yang membuate-Faktur sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

4. e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak bukan

merupakan Faktur Pajak.

Secara umum gambaran proses pembuatan dan pelaporan e-Faktur dapat digambarkan sebagai

berikut :

Page 13: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 11

5. Perbedaan e-Faktur dan Faktur Pajak Manual

Sumber : Materi sosialisasi E-Faktur (DJP, 2014)

Dari tabel perbandingan e-Faktur dan Faktur Pajak Manual dapat kita lihat bahwa e-Faktur

memberikan banyak kemudahan bagi PKP. Format FP telah tersedia sesuai keluaran dari aplikasi atau

sistem sehingga PKP tidak perlu lagi mendesain format FP sendiri. Tanda tangan pejabat yang

ditunjuk menandatangani FP pun tidak wajib lagi tandatangan basah tetapi cukup tandatangan

elektronik. PKP pun tidak wajib mencetak FP dalam bentuk kertas sehingga beban administrasi atas

FP menjadi berkurang. E-Faktur pun secara sistem harus menggunakan e-Nofa dan dilaporkan

dengan cara upload ke server DJP kemudian mendapatkan validasi sehingga lebih aman dari

penyalahgunaan. Untuk pelaporan SPT masa PPN atas e-Faktur digunakan aplikasi yang sama

sehingga menjadi lebih ringkas dan cepat prosesnya.

NO KETERANGAN FAKTUR PAJAK MANUAL e-FAKTUR

1 Format/lay out Bebas tidak ditentukan dan dapat

mengikuti contoh di lampiran PER-

24/PJ/2014

Ditentukan oleh aplikasi/sistem

yang ditentukan dan atau

disediakan oleh DJP

2 Tanda tangan

pegawai/pejabat yg ditunjuk

oleh PKP

Tanda tangan basah diatas FP

kertas

Tanda tangan elektronik berbentuk

QR code

3 Bentuk dan jumlah lembar Diwajibkan berbentuk kertas dan

jumlah lembar diatur

Tidak diwajibkan untuk dicetak

dalam bentuk kertas

4 PKP yang membuat Seluruh PKP PKP yang ditetapkan oleh DJP (per 1

Juli 2014)

5 Jenis Transaksi seluruh Penyerahan BKP/JKP saja

6 Prosedur Lapor/upload dan

persetujuan DJP

- e-Faktur dilaporkan ke DJP dengan

cara upload dan mendapat

persetujuan DJP

7 Pelaporan SPT PPN Menggunakan aplikasi tersendiri Menggunakan aplikasi yang sama

dengan aplikasi pembuatan e-Faktur

Page 14: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 12

BAB IV

ELECTRONIC TAX INVOICE DI KOREA SELATAN

A. Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam pengaturan dalam penerbitan dan pengelolaan

Electronic Tax Invoice (e-Tax Invoice) di Korea Selatan adalah Value Added Tax (VAT) Act Article 16

yang diterbitkan pada tahun 2008 yang diterbitkan oleh instansi perpajakan Korea Selatan, yaitu

National Tax Service (NTS).

B. Faktur Pajak (Tax Invoice)

Berdasarkan VAT Act, ketika seorang pengusaha yang terdaftar sebagai “tax payment

obligor” melakukan penyerahan barang atau jasa, dia wajib menerbitkan faktur pajak (Tax Invoice)

kemudian menyerahkannya kepada pelanggan.

Isi dari Tax Invoice tersebut harus memuat:

1. Nomor registrasi VAT dan nama “tax payment obligor”, yang melakukan penyerahan

2. Nomor registrasi VAT dari pihak yang menerima penyerahan;

3. Nilai penyerahan dan nilai VAT yang terutang;

4. Tanggal penerbitanTax Invoice;

5. Informasi lainnya yang ditentukan sesuai peraturan.

Bagi pengusaha (baik perusahaan atau pribadi) diwajibkan untuk menerbitkan faktur pajak

elektronik (Electronic Tax Invoice)sejak tahun 2010.

Contoh Faktur Pajak (Tax Invoice) adalah sebagai berikut:

C. ElectronicTax Invoice

e-Tax Invoice system adalah sistem yang mengelola faktur pajak secara online yang

memungkinkan penerbitan dan distribusi faktur pajak secara online, dan transmisi data faktur

pajak tersebut ke National Tax Service (NTS). Sistem ini diharapkan dapat mengurangi biaya

Page 15: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 13

kepatuhan wajib pajak (compliance cost). Badan usaha diwajibkan untuk menggunakan e-Tax

Invoice, sementara pengusaha individu dapat memilih faktur pajak kertas (ordinary Tax Invoice)

atau e-Tax Invoice.

a. Aplikasi Faktur Pajak Elektronik (e-Tax Invoice)

Aplikasi atau media yang dapat dilakukan untuk menerbitkan dan mendistribusikan faktur

pajak elektronik adalah sebagai berikut:

eSero

Pada saat penerbitan dan distribusi faktur pajak, pengguna (user) harus melakukan login

ke www.esero.go.kr menggunakan Sertifikat Terakreditasi (Accredited Certificate). Setelah

membuat faktur pajak, user harus memberikan faktur tersebut melalui e-mail ke

pelanggannya. Layanan eSero tersedia secara gratis.

ASP (Application Service Provide)

Pengusaha juga dapat menggunakan ASP selain eSero untuk mengeluarkan dan

mengirimkan faktur pajak.

ERP

Sebuah perusahaan besar dengan ERP system sendiri dapat menggunakan sistem tersebut

untuk menerbitkan dan mengirimkan faktur pajak.

Telepon atauTax Office

Bagi pengusaha yang tidak memiliki akses ke internet dapat menggunakan layanan AVRS

untuk mengeluarkan e-Tax Invoice, atau mengunjungi Kantor Pelayanan Pajak untuk

menerbitkan faktur pajak tersebut.

b. Penerbitan dan Distribuse-Tax Invoice

Sebuah faktur pajak elektronik diterbitkan pada saat barang atau jasa diberikan kepada

pelanggan, hal ini sama dengan penerbitan faktur pajak kertas. Secara garis besar proses

penerbitan e-Tax Invoice adalah sebagai berikut:

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa, Penjual harus melakukan log in dahulu kepada

issuance system yang ada (menggunakan eSero atau ASP/ERP), kemudian mengisi data di aplikasi

tersebut, setelah itu maka e-Tax Invoice diterbitkan dan harus dikirimkan kepada pembeli melalui

email. Data transaksi dan e-Tax Invoice yang diterbitkan harus ditransmisikan kepada NTS secara

online.

Page 16: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 14

Pembeli juga dapat melihat atau melakukan pengecekan terhadap e-Tax Invoice yang

diterimanya apakah benar-benar faktur pajak yang diterbitkan penjual dan sudah terdata di NTS

dengan mengecek langsung ke issuance system yang ada (menggunakan eSero atau ESP/ERP).

Apabila menggunakan ASP, maka prosesnya dapat terlihat sebagai berikut: (contoh

menggunakan ASP Nongshim Data System dengan aplikasi bernama Speed Bill)

Secara garis besar prosesnya sama dengan yang sebelumnya, hanya gambar di atas

menggambarkan proses menggunakan aplikasi Speed Bill yang disediakan oleh NDS, bukan

melalui eSero yang disediakan oleh NTS.

Setelah penerbitan dan distribusi e-Tax Invoice, faktur tersebut hanya dapat direvisi dalam

kasus-kasus tertentu. Penerbitan faktur pajak selesai ketika file faktur pajak elektronik dikirim ke

e-mail pembeli. Jika pembeli tidak memiliki akun e-mail, penerbitan faktur pajak dianggap selesai

ketika data dimasukan dan dikirim ke eSero. Faktur pajak harus dikirimkan ke NTS segera setelah

faktur pajak didistribusikan. Namun, pengusaha dapat mengirimkan e-Tax Invoice ke NTS paling

lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya. User membutuhkan Sertifikat Terakreditasi (Accredited

Certificate) untuk menggunakan sistem e-Tax Invoice System. User diperlukan untuk mendapatkan

rekening bisnis e-mail dari pembeli untuk mendistribusikan faktur pajak.

c. Sanksi

Wajib pajak badan diwajibkan untuk menggunakan e-Tax Invoice sejak tahun 2010. Wajib

pajak badan dikenakan denda sebesar 2% dari nilai penyerahan jika mereka tidak menggunakan

sistem e-Tax Invoice. Jika pengusaha menerbitkan e-Tax Invoice tetapi belum/tidak

mengirimkannya ke NTS pada tanggal 10 bulan berikutnya, maka dia akan dikenakan denda

sebesar 1% dari nilai penyerahan.

d. Manfaat Faktur e-tax

Dengan menggunakan e-Faktur Pajak, pengusaha menerima kredit pajak sebesar 100 KRW

per penerbitan (sampai satu juta KRW dapat dikreditkan per tahun). Setelah dikirim ke NTS,

Page 17: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 15

pengusaha tidak perlu untuk mencetak atau menyimpan e-Tax Invoice tersebut. Dalam kasus

pihak ketiga seperti organisasi pemerintah atau lembaga keuangan meminta pengecekan tentang

penerbitan faktur pajak, pengusaha dapat mengakses "Third Party Checking” pada eSero.

Pengusaha tidak perlu membuat daftar faktur pajak yang diterbitkan dan diterima.

Pada bulan April 2012, telah dilakukan survei di situs e-Tax Invoice. Dari 63.000 orang yang

disurvei, 74% dari responden berpikir Sistem e-Tax Invoice nyaman, dan 75% mengatakan perlu

untuk membuat e-Tax Invoice menjadi wajib untuk semua pengusaha individu.

e. Perbaikan terbaru untuk Sistem Faktur e-tax

e-Tax Invoice Early Warning System & Early Verification System

Dalam rangka meningkatkan transparansi dalam transaksi, yang "e-Tax Invoice Early

Warning System" diadopsi pada bulan Oktober 2010. Sistem ini secara konstan memantau

transaksi “before” (yaitu, "Pre-filing Early Warning System”) dan “after” (yaitu, “Post-filing

Early Verification System”) VAT filling.

Pre-filing Early Warning System memantau e-Tax Invoice segera setelah diterbitkan dan

ditransmisikan sehingga dapat mendeteksi penipuan terhadap faktur pajak secara real-

time. Post-filing Early Verification System melacak orang-orang yang melakukan

pengkreditan pajak masukan palsu dengan menganalisis berbagai data (misalnya, catatan

pembelian dan penjualan) segera setelahVAT Return diajukan.

Pada Oktober 2012, NTS telah diaudit 374 pengusaha, dan dapat mendeteksi sekitar 5,03

triliun Won transaksi yang melanggar peraturan VAT, dapat mengumpulkan 373,6 Miliar

Won dalam bentuk pajak yang belum dibayar, dan mengenakan denda kepada 288 wajib

pajak karena melakukan kesalahan.

PenerbitanFaktur e-tax via Ponsel

e-Tax Invoice sebelumnya dikeluarkan melalui PC dengan akses internet atau layanan telepon

AVRS. Namun, mulai Januari 2013, pemilik usaha dapat mulai mengeluarkan e-Tax Invoice

dengan ponsel. Hal ini memungkinkan pengusaha individu untuk mengeluarkan e-Tax Invoice

dengan mudah.

Page 18: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 16

Pengusaha individu tersebut harus login ke sistem eSero menggunakan Sertifikat Terakreditasi

(Accredited Certificate) atau Security Card untuk mengeluarkan e-Tax Invoice.

Page 19: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 17

BAB V

PELUANG DAN KEUNTUNGAN PENGGUNAAN E-FAKTUR PAJAK

Dengan penggunaan e-faktur pajak, akan memberi manfaat baik terhadap pengusaha kena

pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak. Manfaat bagi pengusaha kena pajak diantaranya adalah :

1. Mengurangi cost compliance

Dengan tidak diwajibkannya tanda tangan basah (penggunaan tanda tangan elektronik) maka

e-Faktur Pajak tidak diwajibkan untuk dicetak dalam lembaran kertas. Dengan sistem

paperless ini maka dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahan untuk

pengadaan kertas dan pencetakan. Selain itu penggunaan aplikasi untuk menerbitkan faktur

juga dapat mengurangi cost tenaga kerja verifikasi, pengkodean, dan mengurangi pegawai

yang dipekerjakan untuk menangani PPN.

2. Memudahkan pelaporan SPT Masa PPN

Kedepannya aplikasi e-faktur pajak akan disinergikan dengan e-SPT. Dengan disinergikannya

aplikasi e-faktur pajak dan e-SPT maka akan memudahkan pengusaha kena pajak dalam

melaporkan PPN terkait kegiatan usahanya.

3. Permintaan nomor faktur pajak secara online

Setelah terbit PER-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,

Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan,Tata Cara Pembetulan Atau

Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak terjadi perubahan mekanisme

penomoran faktur pajak.Dalam peraturan tersebut Nomor Seri Faktur Pajak didefinisikan

sebagai nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Pengusaha Kena

Pajak dengan mekanisme tertentu untuk penomoran Faktur Pajak yang berupa kumpulan

angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal

Pajak. Dengan berlakunya peraturan ini maka pengusaha kena pajak tidak diperkenankan

memberi nomor sendiri dan harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka

permintaan nomor faktur pajak.Dengan adanya e-faktur client aplication dapat melakukan

permintaan nomor seri faktur pajak secara online.

4. Meningkatnya validitas faktur pajak

Yang sering menjadi permasalahan baik bagi pengusaha kena pajak maupun Direktorat

Jenderal Pajak adalah penggunaan faktur pajak fiktif dan atau faktur pajak tidak standar.

Dengan penggunaan Aplikasi e-faktur dari Direktorat Jenderal Pajak maka validitas akan lebih

terjaga karena perlu ada persetujuan/ approval dari Direktorat Jenderal Pajak ketika

pengusaha kena pajak akan menerbitkan faktur pajak. Sedangkan format faktur akan lebih

terstandar karena merupakan hasil dari aplikasi yang sama.

Page 20: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 18

5. Meningkatkan keamanan data

Data merupakan hal yang penting bagi sebuah perusahaan. Banyak hal yang berpengaruh

pada keamanan data. Keamanan yang dimaksud di sini terkait dengan proses penyimpanan

data. Jika proses penyimpanan data pada sebuah perusahan tidak memadai maka dapat

dimungkinkan data tersebut hilang atau rusak. Dengan menggunakan aplikasi e-faktur dan

melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak secara tidak langsung pengusaha kena pajak juga

melakukan penyimpanan pada Server Direktorat Jenderal Pajak. Jika sewaktu-waktu terjadi

kerusakan atau data yang dimiliki oleh pengusaha kena pajak hilang maka dapat mengajukan

permintaan data kepada Direktorat Jenderal Pajak.

Selain memberikan manfaat bagi pengusaha kena pajak, penggunaan e-faktur pajak juga

memberi manfaat baik kepada Direktorat Jenderal Pajak diantaranya adalah :

1. Kelengkapan dan validitas data faktur pajak

Dengan adanya proses approval dari Direktorat Jenderal Pajak maka validitas faktur pajak

akan terjaga. Hal ini akan memudahkan Direktorat Jenderal Pajak mendeteksi faktur pajak

palsu sehingga diharapkan akan berimbas pada penerimaan pajak secara nasional

2. Memudahkan pelayanan terhadap pengusaha kena pajak

Penggunaan e-faktur akan mempersingkat waktu karena proses perekaman SPT tidak

dilakukan. Dengan proses yang lebih cepat maka Account Representative dapat segera

memproses data SPT untuk kemudian meneliti potensi yang mungkin ada. Hal ini juga dapat

mempersingkat proses pemeriksaan dalam hal dilakukan pemeriksaan terhadap pengusaha

kena pajak tersebut

Page 21: E-Faktur Pajak

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

E-Faktur Pajak 19

DAFTAR REFERENSI

Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun 1983 sebagaiman telah diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan Dan Tata Cara

Pembetulan Atau Penggantian Faktur Pajak

Peraturan Dirjen Pajak Nomor 16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak Berbentuk

Elektronik

Peraturan Dirjen Pajak Nomor 17/PJ/2014 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,

Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan

Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-27/PJ./2010 tentang Dokumen Tertentu yang Kedudukannya

Dipersamakan dengan Faktur Pajak

KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena Pajak Yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak

Berbentuk Elektronik

SE-20/PJ/2014 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi Dan Password, Permintaan Aktivasi

Akun Pengusaha Kena Pajak Dan Sertifikat Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, Dan

Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak

SE-21/PJ/2014 Tentang Tata Cara Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

Direktur Jenderal Pajak. Materi Sosialisasi Faktur Pajak Elektronik .2014. Direktur Jenderal Pajak –

Kemenkeu. Jakarta

Value Added Tax Act for Korea

Nongshin Data System, Speed Bill, http://nds.nongshim.co.kr/eng/solu/speePage.do (diakses pada

tanggal 9 November 2014)

National Tax Service, e-Tax Invoice, http://www.kdi.re.kr/kdi_eng/highlights/govern_

view.jsp?no=3662&page=315&rowcnt=10 (diakses tanggal 9 November 2014)