duo trio
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL
PERIKANAN
DUO-TRIO TEST (UJI DUO-TRIO)
Oleh:
Brigitta Laksmi Paramita
11/318053/PN/12375
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
I.1.Tinjauan Pustaka
Uji pembeda (discriminative test) merupakan salah satu jenis uji sensoris. Uji
pembeda adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
karakteristik atau sifat sensori antara dua atau lebih contoh. Uji ini digunakan untuk
menilai pengaruh perubahan proses produksi atau pergantian bahan dalam
pengolahan pangan, juga untuk mengetahui perbedaan antara dua produk dari bahan
baku yang sama (Setyaningsih et al, 2010). Salah satu uji yang dikategorikan dalam
uji pembeda (discriminative test) adalah uji duo trio.
Uji duo trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (discriminative
test). Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri,
selain itu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sifat sensorik atau
organoleptik antara beberapa contoh produk dengan menggunakan sampel
pembanding. Pembedaan di dalam uji duo trio tidak terarah dan tidak perlu
disertai penyataan sifat yang satu lebih dari yang lainnya namun hanya perlu
menyatakan ada atau tidaknya perbedaan antara sampel yang diujikan dengan
sampel pembanding (Kartika et al, 1988). Prinsip pengujian dengan metode duo trio
adalah memberikan 3 sampel dimana 1 dari 3 sampel tersebut merupakan
sampel pembanding (R) sedangkan 2 sampel yang lain salah satunya memiliki
intensitas parameter uji yang sama sama dengan R dan yang salah satu yang
lainnya berbeda dengan R sehingga diharapkan ketika dilakukan pengujian, panelis
dapat membedakan sampel mana yang paling berbeda dengan sampel pembanding.
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sampel
makanan yang disajikan berdasarkan parameter yang dijujikan (Soekarto, 1985).
Selain untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sampel makanan, uji duo
trio juga dapat digunakan untuk melakukan seleksi panelis. Calon panelis yang dapat
mendeteksi perbedaan dengan benar lebih dari 60%, maka seluruh penyajian dapat
diambil sebagai panelis (Kartika et al,1988). Kelemahan dari pengujian Duo trio
ini adalah berdasarkan daya ingat dari panelis terhadap atribut yang dinilai,
oleh karena itu akan banyak sekali pengaruh dari human eror akibat pengaruh
psikologis atau pun fisiologis (Rahayu, 2010).
I.2.Tujuan
1. Mengetahui prinsip uji duo trio
2. Mengetahui cara seleksi panelis dengan uji duo trio
II. METODOLOGI
II.1. Alat dan Bahan
1. Sampel nugget
2. Air mineral
3. Scoresheet
II.2. Cara kerja
1. Menyiapkan tiga gelas. Dua gelas diisi dengan sampel nugget yang sama,
sedangkan gelas yang lain diisi dengan sampel nugget yang berbeda. Masing-
masing gelas diberi label. Salah satu dari dua sampel yang sama diberi kode R,
sedangkan 2 gelas yang lain diberi kode yang terdiri dari 3 angka acak.
2. Masing-masing panelis menghadapi 3 gelas uji beserta scoresheet.
3. Panelis diminta menentukan salah satu perlakuan yang tingkat kegurihannya
(rasa) berbeda dengan R atau yang sama dengan R.
III. PEMBAHASAN
Uji duo trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (discriminative test).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam perlakuan
modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, selain itu untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara beberapa
contoh produk dengan menggunakan sampel pembanding. Pembedaan di dalam uji duo
trio tidak terarah dan tidak perlu disertai penyataan sifat yang satu lebih dari yang
lainnya namun hanya perlu menyatakan ada atau tidaknya perbedaan antara sampel
yang diujikan dengan sampel pembanding (Kartika et al, 1988).
Prinsip pengujian dengan metode duo trio adalah memberikan 3 sampel dimana 1
dari 3 sampel tersebut merupakan sampel pembanding (R) sedangkan 2 sampel yang
lain salah satunya memiliki intensitas parameter uji yang sama sama dengan R dan yang
salah satu yang lainnya berbeda dengan R sehingga diharapkan ketika dilakukan pengujian,
panelis dapat membedakan sampel mana yang paling berbeda dengan sampel pembanding.
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sampel makanan
yang disajikan berdasarkan parameter yang dijujikan (Soekarto, 1985). Selain untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sampel makanan, uji duo trio juga dapat
digunakan untuk melakukan seleksi panelis. Kegunaan uji duo trio ini sama dengan uji
triangle, namun ada perbedaan antara kedua uji tersebut. Hal yang membedakan uji duo trio
dengan uji triangle adalah adanya sampel pembanding (kontrol) sedangkan pada uji triangle
tidak ada sampel pembanding (kontrol). Itulah sebabnya uji triangle lebih sulit daripada uji
duo trio.
Sampel yang digunakan dalam praktikum uji duo trio adalah nugget ikan. Nugget
adalah makanan yang berprotein tinggi yang biasanya terbuat dari daging yang mengandung
protein hewani ataupun dari biji-bijian yang mengandung protein nabati. Nugget merupakan
makanan yang lezat dengan bahan campuran tepung tapioka dan telur, serta bahan rempah-
rempah serta garam sebagai penyedap. Nugget ikan adalah jenis makanan yang terbuat dari
ikan yang diberi bumbu dan diolah secara modern. Produk yang dihasilkan mempunyai
bentuk persegi, bau yang khas, awet dan mengandung protein yang tinggi.
Uji duo trio yang dilakukan pada praktikum melalui beberapa tahap. Pertama-tama,
penguji menyiapkan 2 sampel nugget yang diberi kode secara acak dan satu sampel
pembanding atau kontrol (R). Sampel-sampel tersebut ditempatkan pada masing-masing cup
plastik. Sampel yang sudah dipersiapkan tersebut kemudian disajikan kepada panelis beserta
dengan scoresheet. Panelis diminta mengamati atribut rasa yaitu tingkat kegurihan dari ketiga
sampel nugget yang diberikan dan memilih 1 sampel yang memiliki tingkat kegurihan yang
sama dengan sampel pembanding (R) di antara 2 sampel yang disajikan. Pengujian dilakukan
7 putaran. Hasil jawaban panelis kemudian dikalkulasikan dan dianalisis menggunakan tabel
jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji pasangan, uji duo trio, uji pembanding
ganda, uji pembanding jamak dengan hipotesis berekor dua menurut Setyaningsih (2010)
yang dapat dilihat di bawah ini:
Jumlah Penguji
Jumlah terkecil untuk beda nyata tingkat
5% 1% 0,10%6 6 7 78 8 89 8 9
10 9 1011 10 11 1112 10 11 1213 11 12 1314 12 13 1415 12 13 1416 13 14 1517 13 15 1618 14 15 1719 15 16 1720 15 17 18
Tabel berikut memperlihatkan jumlah terkecil sampel dikatakan beda nyata pada
beberapa tingkat eror, namun untuk seleksi panelis, jumlah penguji pada tabel merupakan
jumlah sampel (banyaknya pengujian dilakukan). Jumlah jawaban benar panelis yang
memenuhi syarat jumlah terkecil pada tabel pada tingkat eror tertentu, maka panelis tersebut
lolos sebagai panelis terlatih. Opsi kedua untuk menentukan lolos tidaknya menjadi panelis
terlatih adalah calon panelis yang dapat mendeteksi perbedaan dengan benar lebih dari 60%
dari jumlah pengujian dinyatakan lolos sebagai panelis terlatih.
Praktikum pengujian duo trio menghasilkan data sebagai berikut:
Tabel di atas memperlihatkan hasil seleksi panelis dengan uji duo trio. Seleksi panelis
diikuti oleh 16 peserta dengan hasil 11 peserta dinyatakan lolos sebagai panelis terlatih dan 5
peserta dinyatakan tidak lolos sebagai panelis terlatih. Terlatih atau tidaknya peserta sebagai
panelis terlatih ditentukan dengan tabel jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji
pasangan, uji duo trio, uji pembanding ganda, uji pembanding jamak dengan hipotesis
berekor dua menurut Setyaningsih (2010). Menurut tabel, pengujian dengan 7 putaran pada
tingkat eror 5%, jumlah jawaban benar minimal panelis dinyatakan lolos sebagai panelis
terlatih adalah 7. Namun karena tidak ada peserta yang lolos sebagai panelis terlatih, maka
digunakan opsi kedua yaitu peserta dinyatakan lolos sebagai panelis terlatih adalah peserta
yang dapat menjawab dengan benar 60% dari jumlah pengujian (4-5 jawaban benar)
kemudian didapatkan jumlah peserta yang lolos sebagai panelis terlatih sebanyak 11 dan yang
tidak lolos sebagai panelis terlatih sebanyak 5.
Kode sampel merupakan hal yang penting dalam melakukan uji sensori. Kode sampel
menunjukkan identitas sampel yang diujikan. Dalam menentukan kode sampel, kita
membutuhkan table of random number. Berikut contoh cuplikan dari table of random
number:
No NamaJumlah yang
benarPersentase
% Keterangan1 Bhatara 4 57 Terlatih2 Arif 5 71 Terlatih3 Ulfa 3 43 Tidak Terlatih4 Median 3 43 Tidak Terlatih5 Tafrizi 5 71 Terlatih6 Rinto 2 29 Tidak Terlatih7 Elka 4 57 Terlatih8 Ardha 5 71 Terlatih9 Mufli 3 43 Tidak Terlatih
10 Bobby 4 57 Terlatih11 April 3 43 Tidak Terlatih12 Afwa 4 57 Terlatih13 Bekti 4 57 Terlatih14 Gitta 4 57 Terlatih15 Pipit 4 57 Terlatih16 Reza 4 57 Terlatih
Cara penentuan kode sampel dari table of random number tersebut adalah memilih 1 jenis
dari angka random tersebut yang terdiri dari 5 digit angka kemudian ditentukan kode sampel
yang terdiri dari 3 digit angka. Aturan penentuan kode sampel ini adalah jangan sampai
menghasilkan kode sampel yang sama. Sebagai contoh, yang terpilih adalah angka 48047,
maka cara penentuannya adalah mengambil 3 digit angka pertama, kemudian 3 digit angka
berikutnya mulai dari digit kedua yaitu 8, dan seterusnya. Jika sudah mencapai angka 7 dan
terbentuk 3 kode sampel, dapat ditambahkan 2 digit pertama dari 5 digit tersebut kemudian
diletakkan di belakang 5 digit tersebut, yang dapat dilihat pada langkah di bawah ini:
Langkah tersebut menghasilkan 5 kode sampel yaitu 480, 804, 047, 474, dan 748. Tujuan dari
penentuan kode sampel adalah untuk mendapatkan kode sampel yang digunakan sebagai
identitas sampel yang diujikan sehingga mendapatkan hasil pengujian yang tidak bias.
4 8 0 4 7 4 8
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan
1. Prinsip pengujian dengan metode duo trio adalah memberikan 3 sampel
dimana 1 dari 3 sampel tersebut merupakan sampel pembanding (R)
sedangkan 2 sampel yang lain salah satunya memiliki intensitas parameter
uji yang sama sama dengan R dan yang salah satu yang lainnya berbeda dengan
R sehingga diharapkan ketika dilakukan pengujian, panelis dapat membedakan
sampel mana yang paling berbeda dengan sampel pembanding.
2. Cara seleksi panelis menggunakan uji duo trio adalah dengan mengkalkulasikan
jumlah jawaban benar calon panelis dan kemudian dianalisis menggunakan tabel
jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji duo trio dengan tingkat
eror tertentu. Calon panelis yang memiliki jawaban benar lebih dari atau sama
dengan jumlah terkecil pada tabel dengan tingkat eror tertentu, dinyatakan lolos
sebagai panelis terlatih sedangkan calon panelis yang memiliki jawaban benar
kurang dari jumlah terkecil pada tabel dengan tingkat eror tertentu, dinyatakan
tidak lolos sebagai panelis terlatih. Opsi kedua untuk menentukan lolos tidaknya
menjadi panelis terlatih adalah calon panelis yang dapat mendeteksi perbedaan
dengan benar lebih dari 60% dari jumlah pengujian dinyatakan lolos sebagai
panelis terlatih.
IV.2. Saran
Sebaiknya sampel yang digunakan adalah sampel yang memiliki tingkat
kegurihan yang lebih dominan daripada nugget, seperti bakso.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.
PAU Pangan Gizi. UGM, Yogyakarta.
Rahayu, W. P. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan
dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Setyaningsih D., A. Apriyantono dan M. P. Sari. 2010. Analisis Sensori Untuk
Industri Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.
Soekarto, Soewarno. 1985. Penilaian Organoleptik. PT. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.