dunia artis dan politik

14
Dunia Artis dan Politik, sangat Kontras Dunia artis dinilai sangat kontras dengan politik. Dunia artis merupakan dunia entertainment atau hiburan. Berbeda dengan dunia politik, yang merupakan dunia maha serius bertujuan untuk membangun bangsa, kata pengamat politik Tjipta Lesmana . Melanjutkan artis masuk kedunia politik hanya sinergi. Jadi parpol perlu artis untuk vote getter. Saya yakin artis di DPR tidak mampu, paling di DPR hanya bergoyang dan senyum-senyum, kata Tjipta . Artis yang duduk di DPR jarang yang berbunyi, berteriak keras dan ngotot memperjuangkan daerah pilihannya. Loyalitas para artis masih diragukan bila duduk di legislatif. Periode Pemilu 2004-2009 ada beberapa artis yang duduk di DPR telah membuktikan. Para artis itu tak berbunyi selama di DPR. Bukan urusan negara atau rakyat yang membuat mereka besar, melainkan karena gosip dan beritanya di infotainment. Simak saja apakah ada artis yang bersuara lantang membela rakyat? Sangat jarang sekali mereka berbicara soal rakyat. Kalaupun ada, pemberitaan tentang artis di legislatif, beritanyapun ditayangkan di infotainment. Setelah KPU menetapkan hasil perhitungan suara untuk pemilihan legislatif tercatat sebanyak sekitar 15 artis dipastikan lolos kesenayan setelah bertarung dalam pemilu legislatif, 9 April lalu. Mereka adalah Vena Melinda, Tere Pardede, Adjie Massaid, Angelina Sondakh, Inggrid Kansil, Nurul Qomar dan Ruhut Sitompul dari partai Demokrat. Di susul dari partai Golkar yaitu Nurul Arifin, Tantowi Yahya dan Teti Kadi. Sementara PDIP meloloskan Rieke Dyah Pitaloka (Oneng) dan Dedi “Miing”Gumelar. Dari partai Gerindra ada Rachel Maryam serta dari PAN yaitu Eko Patriot dan Primus Yustisio. Kehadiran semakin banyaknya artis di gedung DPR menurut pengamat politik dari CSIS J. Kristiadi tidak akan menambah kualitas wakil rakyat menjadi lebih baik justru sebaliknya DPR akan semakin lebih

Upload: martia-putri-gitrin

Post on 10-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

yes

TRANSCRIPT

Dunia Artis dan Politik, sangat KontrasDunia artis dinilai sangat kontras dengan politik. Dunia artis merupakan dunia entertainment atau hiburan. Berbeda dengan dunia politik, yang merupakan dunia maha serius bertujuan untuk membangun bangsa, kata pengamat politikTjipta Lesmana. Melanjutkan artis masuk kedunia politik hanya sinergi. Jadi parpol perlu artis untuk vote getter. Saya yakin artis di DPR tidak mampu, paling di DPR hanya bergoyang dan senyum-senyum, kataTjipta. Artis yang duduk di DPR jarang yang berbunyi, berteriak keras dan ngotot memperjuangkan daerah pilihannya.Loyalitas para artis masih diragukan bila duduk di legislatif. Periode Pemilu 2004-2009 ada beberapa artis yang duduk di DPR telah membuktikan. Para artis itu tak berbunyi selama di DPR. Bukan urusan negara atau rakyat yang membuat mereka besar, melainkan karena gosip dan beritanya di infotainment. Simak saja apakah ada artis yang bersuara lantang membela rakyat? Sangat jarang sekali mereka berbicara soal rakyat. Kalaupun ada, pemberitaan tentang artis di legislatif, beritanyapun ditayangkan di infotainment.Setelah KPU menetapkan hasil perhitungan suara untuk pemilihan legislatif tercatat sebanyak sekitar 15 artis dipastikan lolos kesenayan setelah bertarung dalam pemilu legislatif, 9 April lalu. Mereka adalah Vena Melinda, Tere Pardede, Adjie Massaid, Angelina Sondakh, Inggrid Kansil, Nurul Qomar dan Ruhut Sitompul dari partai Demokrat. Di susul dari partai Golkar yaitu Nurul Arifin, Tantowi Yahya dan Teti Kadi. Sementara PDIP meloloskan Rieke Dyah Pitaloka (Oneng) dan Dedi MiingGumelar.Dari partai Gerindra ada Rachel Maryam serta dari PAN yaitu Eko Patriot dan Primus Yustisio.Kehadiran semakin banyaknya artis di gedung DPR menurut pengamat politik dari CSISJ. Kristiaditidak akan menambah kualitas wakil rakyat menjadi lebih baik justru sebaliknya DPR akan semakin lebih terpuruk. Dia meragukan para pesohor itu dapat mengikuti pembahasan-pembahasan di DPR karena wawasan mereka yang tidak memadai,mereka mengerti politik hukum tidak, itu nanti sudah pasti ngawur,tegasJ Kristiadi.Keberadaan sejumlah artis memunculkan banyak keraguan atas kinerja mereka nantinya di DPR. Artis tersebut diragukan untuk mampu memberikan sumbangsih yang berarti bagi rakyat yang mereka wakili. Dunia artis sangat berbeda dengan dunia politik, sehingga mereka akan kesulitan memberikan kontribusi yang berarti, misalnya ketika mereka harus terlibat saat pembahasan APBN atau kebijakan negara lainnya. Dunia artis dan politik seperti siang dan malam, sangat jauh perbedaan ilmunya. Banyak para artis yang tidak memeiliki latar belakang yang memadai untuk menjadi seorang wakil rakyat, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa di DPR. Itu bisa dilihat dari para artis yang telah lebih dulu ada di Senayan. Tapi tidak ada larangan bagi mereka, silahkan saja paling tidak buat ramai-ramai, setidaknya di DPR jadi banyak yang cantik daripada lihat politisi saja, hitung-hitung cuci mata.

PEREKRUTAN ARTIS OLEH PARPOL SEBAGAI WAKIL RAKYATOLEH:DWI SETIAWATI (09.01.111.00068)

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURAFAKULTAS HUKUMILMU HUKUM2010

BAB IIPENDAHULUAN1. A.Latar Belakang PermasalahanDewasa ini di era reformasi telah menyebabkan adanya perubahan paradigma dalam sistem perpolitikan bangsa Indonesia. Salah satu bukti nyata yang paling dominan banyaknya partai politik yang berkompetisi pada Pemilihan Umum Tahun 2009. Dimana yang terjadi saat ini, partai politik yang ada tidak lagi memperhatikan kualitas calon anggota legislatif, tetapi hanya mengandalkan popularitas, kekuasaan dan kekayaan. Pada pemilu 2009, hampir rata-rata parpol merekrut calon legislative berasal dari kalangan artis. yang memunculkan wajah-wajah baru dalam daftar peserta pemilu. Pada dasarnya permasalahan bukan terletak pada wajah baru atau wajah lama, akan tetapi permasalahan adalah ketika publik menimbang pengalaman politik, kapabilitas, dan kemampuan yang juga banyak mengundang keraguan. Berbagai Partai Politik ( Parpol ) berlomba mendapatkan suara dan simpati dari rakyat, termasuk di dalamnya para artis sebagai calon legislative, Fenomena yang menarik pada kampanye Pemilu 2009 adalah keterlibatan artis artis atau selebriti yang direkrut oleh partai partai politik secara instan. suatu fenomena menarik mengenai kecenderungan perekrutan parpol yang terjadi dikalangan artis beramai ramai beralih kedunia politik, namun yang menjadi kenyataan pindahnya para artis kedunia politik menimbulkan berbagai prasangka dan kekhawatiran untuk menjalankan tugas anggota dewan yang tidak mudah. profesi artis menjadi pilihan untuk maju dalam pemilu legislatif dan pilkada merupakan suatu realitas, mengingat para artis umumnya telah memiliki modalitas terpenting untuk mengikutinya, yakni dikenal publik dan disukai. ada partai yang kemudian lebih mementingkan berpolitik secara instan dengan mengandalkan popularitas calon ketimbang kapabilitasnya. karenanya menarik untuk membahas perekrutan artis oleh parpol sebagai wakil rakyat. Kemudian yang menjadi persoalan berikutnya serta menarik dibahas lebih lanjut adalah justru mengapa partai politik berlomba mencari artis untuk dijadikan anggota legislatif, padahal pihaknya sudah mengetahui tentang kehidupan artis itu sendiri.Sehingga dari latar belakang masalah seperti dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :1. Apakah artis mampu menjalankan fungsinya ketika berhasil menduduki kursi anggota dewan tersebut?2. Mengapa Partai Politik berusaha mencari artis untuk dijadikan calon anggota legislatif ?1. B.Dasar HukumLandasan Hukum yang di pakai dalam permasalahan ini adalah:v UUD 1945v UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, pasal 29 ayat (1) huruf a,b,c,d1. C.Beberapa Teori Ketatanegaraan dan Pendapat Para AhliPendapat pengamat politik Muhammad Qodari MA mengingatkan partai politik tidak boleh asal merekrut artis menjadi calon anggota legislatif (caleg) namun harus tetap mementingkan kualitas dan kapabilitas.v Teori Partai PolitikPerubahan UUD 1945 telah menegaskan bahwa partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam rangka membangun kehidupan politik nasional. Bahkan, partai politik sebagai wahana demokrasi tidak bisa diabaikan eksistensinya, karena rekrutmen kepemimpinan dan anggota lembaga kenegaraan nasional dan lokal di bidang eksekutif dan legislatif hanya dapat dilakukan melalui partai politik. Sejauh mana kualitas kelembagaan negara tersebut sangat tergantung dari proses rekrutmen kader yang nantinya akan diusulkan oleh partai politik sebagai calon pemimpin dan anggota lembaga-lembaga negara tersebut[1].Surbakti (1999:116-121) mengemukakan Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program- program yang disusun berdasarkan idiologi tertentu[2]. Berikut ini dikemukakan sejumlah fungsi lain tersebut :a. Sosialisasi politikb. Rekrutmen politikc. Partisipasi politikd. Pemandu Kepentingane. Komunikasi Politikf. Pengendalian konflikg. Kontrol politikUntuk memperluas atau menyebarkaan kegiatan politiknya, partai politik membutuhkan anggota berkompeten, karena jika anggotanya tidak berkompeten tentunya akan membawa citra buruk bagi partai di masyarakat. Pendapat pakar politik Surbakti bahwa Rekrutmen politik mencakup pemilihan, seleksi, dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Pendapat pengamat politik Muhammad Qodari MA mengingatkan partai politik tidak boleh asal merekrut artis menjadi calon anggota legislatif (caleg) namun harus tetap mementingkan kualitas dan kapabilitas.BAB IIIPEMBAHASAN1. REKRUTMEN ARTIS OLEH PARPOL SEBAGAI WAKIL RAKYAT BERDASARKAN TEORI HTN DAN PENDAPAT PARA AHLI SERTA PERUNDANG-UNDANGANDi negara yang menganut faham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut menentukan siapa-siapa yang akan menjadi mereka yang nantinya menentukan kebijakan umum. Dalam pengertian modern, parpol adalah suatu kelompok yang mengajukan calon-calon bagi jabatan public untuk dipilih oleh rakyat, sehingga dapat mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah. Salah satu fungsi parpol ialah rekrutmen politik[3].Berkaitan dengan fenomena yang terjadi bahwa parpol bersemangat menjadi artis sebagai caleg, muncul berbagai pendapat baik dari kalangan artis itu sendiri meupun dari kalangan parpol yang mencalonkan. Kecenderungan yang terjadi bahwa menjadi cakeg khususnya dari artis hanya sebagai pengumpul suara ( vote getter ) karena sosoknya sebagai public figure. Namun terdapat parpol yang menentukan alasan direkrutnya artis menjadi caleg antara lain karena didasari oleh keinginan untuk mendapatkan dukungan sebanyak-banyaknya suara dari rakyat, yang ini dicermati akan dapat diperoleh salah satunya melalui pemunculan artis di dalam tubuh parpol untuk di jadikan caleg. Sebenarnya makna itu tidak lain adalah juga untuk menjaring suara atau istilah lain sering dikatakan sebagai penggembira , karena setelah ditelusuri lebih lanjut banyak dari kalangan itu sendiri yang masih kurang memahami visi dan misi dari parpol kubunya. memang kebanyakan artis dijadikan objek. Jadi mereka direkrut hanya sebagai daya tarik, karena dia adalah public figure untuk kepentingan dibelakangnya[4].Fenomena banyaknya artis yang terjun ke dunia politik merupakan konsekuensi dari sistem pemilu terbuka yang dilaksanakan di Indonesia sehingga orang dari segala macam latar belakang bisa ikut serta. Dengan pemilihan secara langsung, popularitas seorang calon anggota legislatif menjadi penting. Tetapi sebenarnya yang lebih penting lagi adalah faktor kemampuan dan kapabilitas seorang calon legeslatif. Tetapi kita tidak boleh berprasangka buruk terhadap gerbong artis, sebab semua orang memiliki hak politik yang sama. Meskipun perekrutan para selebriti ini ada hubungan langsung dengan kegiatan hiburan di lapangan, terutama semasa kampanye. Sebab kita selalu berharap, para artis ini bisa belajar cepat dan bisa mengubah perilakunya, dari dunia gemerlap ke dunia yang butuh kerja keras membela kesejahteraan rakyat. Saya termasuk tidak khawatir dengan artis, karena mereka juga punya hak untuk mencalonkan, dan yang memilih juga berhak untuk mencontreng nama mereka, misalnya artis Rieke Diah Pitaloka. Jadi siapa yang bisa protes, karena kualitas Rieke juga tidak buruk. Reike memiliki pengalaman di LSM perempuan dan sekolah S2 di Universitas Indonesia[5].Banyaknya artis yang dicalonkan parpol menjadi caleg, itu artinya ada masalah regenerasi dan kaderisasi kepemimpinan di partai tersebut dan itu tidak baik, profesi artis menjadi pilihan untuk maju dalam pemilu legislatif dan pilkada merupakan suatu realitas, mengingat para artis umumnya telah memiliki modalitas terpenting untuk mengikutinya, yakni dikenal publik dan disukai. ada partai yang kemudian lebih mementingkan berpolitik secara instan dengan mengandalkan popularitas calon ketimbang kapabilitasnya.BAB IIIPENUTUP1. B.Kesimpulan Semua orang memiliki hak politik yang sama dan juga punya hak untuk mencalonkan termasuk artis yang direkrut oleh parpol. Bisa tidaknya menjalankan tugas sebagai wakil rakyat tidak tergantung pada popularitas,kekuasaan dan kekayaan tetapi parameternya terletak pada kemampuan dan kapabilitas orang tersebut, serta benar-benar ingin total mengabdikan dirinya di dunia politiklah yang boleh maju ke kursi parlemen. Partai politik merekrut artis untuk dijadikan sebagai wakil rakyat dikarenakan di dalam masyarakat sedang terjadi krisis kepercayaan pada parpol berusaha untuk menarik massa dengan menggunakan publik figur yang cukup terkenal yakni dari kalangan selebritis. Alasan lain dari perekrutan artis oleh parpol untuk menjadikan sebagai calon anggota dewan karena kurangnya kader partai yang berkualitas.

JAKARTA- Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto menilai artis yang duduk di parlemen hendaknya membatasi diri dari peran yang membuatnya tak optimal menjalankan tugas sebagai wakil rakyat.

"Ya seharusnya artis yang sudah ditahbiskan sebagai wakil rakyat itu memang seharusnya membatasi diri dari peran-peran yang membuat tidak optimalnya peran mereka sebagai wakil rakyat, ujar Gun Gun kepadaokezone, Minggu (17/7/2011).

Menurut Gun Gun, bila para anggota dewan tersebut masih memilih untuk mengambil pekerjaan di dunia entairtement maka pekerjaannya sebagai legislator dikhawatirkan menjadi tidak fokus, mengingat pekerjaan di entertainment menyita banyak waktu.

Memang tidak ada larangan. Tetapi secara etis, fokus mereka akan bergeser jika dunia entertainment banyak menyita waktu mereka. Saat ini peran mereka adalah wakil rakyat artinya mereka punya tugas untuk melakukan artikulasi dan agregasi politik, tutur Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini.

Menurut Gun Gun para artis yang duduk di parlemen sebaiknya tetap focus pada tugasnya sebagai wakil rakyat. Hal tersebut semata-mata untuk menjawab kritik masyarakat selama ini yang cenderung negatif kepada artis yang duduk di Senayan.

Bagi saya ada baiknya mereka tetap fokus dulu memerankan diri sebagai wakil rakyat sembari menunjukkan jati diri politisi artis mampu mengemban tugasnya. Hal tersebut kan bisa menjawab kritik selama ini bahwa politisi selebriti hanya mengandalkan popularitas mereka, bukan basis kerja dan kacakapan politik, kata dosen Komunikasi Politik ini.

Seperti diketahui, masa jabatan anggota dewan berjalan hampir dua tahun di Senayan. Namun, ternyata masih ada anggota DPR yang berlatar belakang keartisan kembali lagi merumput di dunia yang mempopulerkan namanya. Primus Yustisio contohnya. Anggota Komisi VI Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini masih menjalani profesi keartisannya.

Primus saat ini bermain di sinetron Nada Cinta yang ditayangkan di salah satu televisi swasta nasional. Terganggukah kinerjanya? "Sangat tidak mengganggu pekerjaan saya karena saya bisa membagi waktu antara menjadi anggota dewan dan artis," kata Primus kepada okezone, Jumat (15/7/2011) malam.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, Primus mendapat teguran dari fraksi lantaran menjadi pemain sinetron. "Dia sudah ditegur waktu itu, karena dia harus fokus dengan pekerjaannya sebagai anggota dewan. Jadi anggota DPR butuh konsentrasi tinggi, tidak bisa dibagi-bagi," kata pimpinan Fraksi PAN kepada okezone.

Soal anggota dewan nyambi jadi artis ini, Ketua DPR Marzuki Alie enggan berkomentar. Dia hanya menyebut tidak ada larangan terhadap anggota dewan yang tetap menekuni profesi keartisannya. "Memang Undang-Undang tidak dilanggar, tetapi soal etika, tanyakan ke Badan Kehormatan DPR," ujar Marzuki.

Artis Jadi Calon Wujud Kegagalan Parpol22 Apr 2010 Hiburan Suara KaryaJAKARTA (Suara Karya) Maraknya artis atau selebriti ikut pemilihan kepala daerah (pilkada) menunjukkan lemahnya kaderisasi di partai politik. Artis ikut pilkada sebenarnya juga hanya dimanfaatkan sebagai pemancing suara (vote getter).Demikian rangkuman pendapat Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti, pengamat komunikasi politik UI Effendi Ghazali, anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar Basuki Tjahaya Purnama, yang disampaikan secara terpisah di Jakarta, Rabu (22/4).Ray menilai, fenomena maraknya artis maju dalam ajang pilkada dapat dianggap sebagai salah satu kegagalan partai politik dalam melakukan pengaderan. Dalam persoalan tersebut, dia menilai partai politik tidak mampu mencetak kader yang dapat dijagokan sebagai pemimpin."Akhirnya, mereka mencari jalan pintas dengan memilih figur terkenal yang telah lama dikenal publik agar kemenangan dapat dengan mudah diraih," ujarnya. Yang lebih disayangkan, kata dia, sejumlah artis tersebut diusung oleh partai besar. Padahal, jika partai politik mampu menerapkan sistem pengaderan dengan baik, maka sa-ngat kecil kemungkinan mereka akan mengambil nama-nama dari luar partai.Menurut dia, adanya sekitar 10 artis yang akan bertarung dalam pilkada di berbagai daerah makin menunjukkan adanya kesalahan yang dilakukan partai politik. Effendi Ghazali mengatakan, fenomena maraknya artis yang masuk dalam bursa wakil rakyat atau kepala daerah sesungguhnya tidak dibarengi dengan kinerja artis yang sudah terpilih. Sebab, hingga saat ini ia belum mendengar atau membaca program kerja dari Rano Karno selaku Wakil Bupati Tangerang atau Eko Patrio, anggota DPR dari PAN.Namun, dia mengakui ada artis seperti Nurul Arifin, Tantowi Yahya, atau Adjie Massaid yang dinilainya memiliki pemikiran politik yang baik. "Tapi, sampai saat ini artis yang berhasil jadi kepala daerah pun sebatas menduduki posisi wakil," ujarnya.Bahkan, Effendi menilai,para artis yang terjun ke kancah pilkada masih sebatas dijadikan ajang pengumpulan suara (vote getter). Menurut dia, seorang artis dapat dikatakan berhasil sebagai politikus atau menjadi selebriti politik apabila pesan atau pemikiran politiknya didengar."Sebab, pada kenyataannya, selebriti politik yang masih bergaung di Tanah Air buktinya tetap merupakan politikus-politikus yang kini setenar selebriti. Misalnya, Andi Rahmat dari Partai Keadilan Sejahtera atau mantan anggota Pansus Century lainnya," ujarnya.Sementara itu, menyangkut wacana pcrketatan syarat-syarat pencalonan kepala daerah, sebaiknya dilakukan dengan memprioritaskan syarat pembuktian terbalik ketimbang mempersoalkan masalah moral. Tak hanya itu, Basuki menilai, maraknya artis ikut menjadi calon dalam pilkada menjadi tantangan bagi partai politik untuk melakukan pengaderan. Menurut Basuki, ada se-jumlah hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah menyangkut penyelenggaraan pilkada. Salah satunya terkait dengan persyaratan yang harus dipenuhi setiap calon kepala daerah.Terlebih lagi, menurut dia, pilkada saat ini cukup ramai dengan keberadaan beberapa figur publik atau artis yang mengikuti ajang demokrasi tersebut. Basuki menyatakan kurang setuju jika pemerintah hanya mempersoalkan masalah persyaratan moral atau calon tidak pernah melakukan perbuatan zina."Sangat konyol jika Menteri Dalam Negeri hanya memikir kan hal itu. Saya kira, ada persyaratan lainnya yang lebih penting, seperti pembuktian terbalik terutama menyannkul kepemilikan dana dari setiap calon," ujarnya. Menurut Basuki, masalah korupsi lebih krusial karena menyangkut nasib rakyat jika calon yang bersangkutan terpilih menjadi pemimpin.Mengenai masalah moral, Basuki meyakini, masyarakat sudah pintar dalam memilih pemimpinnya. Yang paling penting, menurut dia, sebaiknya pemerintah dapat memfokuskan diri dalam membenahi masalah lainnya, seperti memperbaiki daftar pemilih

JAKARTA Anggota Komisi I DPR yang juga artis, Venna Melinda menilai sah saja artis yang duduk dikursi anggota dewan tetap mengambil pekerjaan di dunia entertainment.

Kalau saya melihat tergantung individu masing-masing, selama bisa membagi waktu tidak masalah, ujar Venna saat dihubungiokezone, Minggu (17/7/2011).

Venna menambahkan, setiap orang memiliki hak untuk menentukan ingin fokus sebagai anggota dewan atau menekuni keduanya, lagipula jumlah artis yang duduk di Senayan tidak banyak sehingga tak perlu dipermasalahkan.

Tiap partai punya AD/ART masing-masing, tergantung ketentuan di partainya, tiap partai kan beda-beda. Toh artis jumlahnya kurang dari 20 orang, ini bukan jumlah yang besar, tutur Venna.

Menurut Venna sebaiknya artis yang menjadi anggota dewan tidak mengambil pekerjaan kembali didunia intertainment. Hal ini menurut Venna penting sebagai rasa tanggungjawab kepada para konstituen di daerah pemilihan.

Biasanya kita punya konstituen masing-masing, mendapat penilaian juga dari fraksi, itu menjadi pertimbangan akankah kita masih ambil job dari profesi yang dulu. Kalau saya takut dinilai tidak baik oleh konstituen, itu kan konsekuensinya bisa tidak terpilih lagi nantinya. Yang lebih baik clear kembali ke masyarakat, paparnya.

Hingga saat ini, kata Venna hal tersebut tidak diatur namun bila ke depan diberlakukan penerapan pelarangan untuk tidak mengambil pekerjaan di profesi sebelumnya Venna mengaku tidak masalah.

Kode etik yang baru saya belum tahu apakah untuk seluruh profesi atau hanya profesi artis saja, tapi kalau keputusan 9 fraksi menetapkan demikian ya kita ikut, kata wanita yang sudah berhenti dari dunia hiburan ini.