dsusun oleh : bambang pranoto nim : 103070029035 …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN ETOS
KERJA PENGUSAHA WARUNG TEGAL (WARTEG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi
Dsusun Oleh :
BAMBANG PRANOTO
NIM : 103070029035
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H/2011 M
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN
ETOS KERJA PENGUSAHA WARUNG TEGAL
(WARTEG)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusus oleh:
Bambang Pranoto
NIM : 103070029035
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi Liany Luzvinda, M. Psi
NIDN : 03-1505-4701 NIP : 150 411152
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN ETOS
KERJA PENGUSAHA WARUNG TEGAL, telah diajukan dalam munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2011.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 15 Juni 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan/
Ketua, Sekretaris,
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si.
NIP: 150 215 938 NIP: 150 238 773
Anggota:
Drs. Akhmad Baidun, M. Si Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi
NIP : 19640814 200112 1001 NIDN : 03-1505-4701
Liany Luzvinda, M. Psi
NIP : 150 411152
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Bambang pranoto
NIM : 103070029035
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan antara Motivasi
Kerja dengan Etos Kerja Pengusaha Warung Tegal” benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi ini. Adapun
kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber
pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-
undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 15 Juni 2011
Bambang Pranoto
NIM : 103070029035
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini penulis persembahkan sebagai kado ulang tahun terindah yang
diberikan kepada Ibu Rohmah dan Bapak Watna serta Istriku tercinta, yang telah
memberikan kasih sayang yang tulus dan motivasi serta doa yang senantiasa terucap.
Tidak lupa pula karya ilmiah ini pun Penulis persembahkan kepada semua orang
yang telah memberikan kontribusi baik pikiran maupun tenaga kepada penulis.
MOTTO
Memiliki motivasi kerja dan etos kerja yang tinggi serta ahlak yang mulia merupakan
pintu gerbang menuju kesuksesan.
Jangan meninggalkan suatu pekerjaan sebagai kegagalan, bertahan terus tanpa
menyerah, pantang menyerah pada kelemahan anda sendiri. Bentuk kesalahan apapun
tidak mampu menghadapi keuletan dan ketekunan, IQ yang tinggi dan memiliki bakat
sekalipun, tanpa adanya keuletan sering gagal dalam kehidupannya.
Hadapilah kesukaran anda, berjuanglah pantang menyerah, semangat terus semangat
guna mencapai tujuan hidup.
ABSTRAK
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Juni 2011
Bambang Pranoto
Hubungan antara Motivasi Kerja Dengan Etos Kerja Pengusaha Warung tegal
Halaman xiii + 92
Pembangunan perekonomian sangat penting dalam perubahan bangsa dan
negara. Bangsa yang ingin maju mampu mengembangkan perekonomian yang
ada dinegaranya. Salah satunya orang Tegal yang dikenal dengan usahanya
yaitu Warung Tegal. Etos kerja adalah semangat dan sikap batin yang tetap
yang memuat tekanan dan nilai-nilai moral tertentu dan yang direflesikan
dalam kehidupan sosial (etos sosial), suatu pekerjaan (etos kerja), atau
keinginan ilmiah (etos ilmiah). Sedangkan Motivasi kerja diartikan segala
sesuatu yang mendorong ke arah tingkah laku yang menuntut atau mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Motivasi Kerja
terhadap Etos Kerja Pengusaha Warung Tegal (Warteg). Independen variabel
mencakupi fisiologis, rasa aman dan perlindungan, sosial, penghargaan,
aktualisasi diri, jenis kelamin, pendidikan, dan usia.
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif. Penelitian
dilaksanakan di Jakarta Selatan, dengan menggunakan sampel pengusaha
Warteg. Jumlah sampel sebanyak 61 orang dengan menggunakan sampling
purposive. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis
statistik menggunakan software SPSS 17. Pengujian Validitas dan reabilitas
menggunakan Confirmatory Faktor Analysis (CFA). Sedangkan untuk
menguji hipotesis penilitian menggunakan Multipel Regression Analysis (
MRA).
Dalam pengujian hipotesis untuk variabel mayor didapat nilai R square
sebesar 0,573. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel motivasi
kerja terhadap etos kerja sebesar 57,3%, dan selebihnya yakni 42.7%.
Kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap etos kerja.
Kemudian dilakukan uji Anova didapat f hitung sebesar 8.711 dengan p value
sebesar 0.00, karena p value yang didapat <0.05, maka persamaan garis regresi
yang digunakan dalam penilitian ini dapat dikatakan signifikan.
Dalam pengujian hipotesis pada variabel minor diperoleh R square dan
sumbangan yang diberikan terhadap variabel etos kerja, pada : variabel
fisiologis sebesar 12.9%, rasa aman 14.1%, rosial 52.2%, penghargaan 53.3%,
54.1%, gender 54.3%, pendididkan 54.6%, usia 57.3%. Kemungkinan variabel
lain yang memiliki peranan terhadap etos kerja? Kemudian dilakukan uji
Anova pada variabel minor, pada: variabel fisiologis 0.05, rasa aman 0.12,
sosial 0.00, penghargaan 0.00, aktualisasi diri 0.00, gender 0.00, pendidikan
0.00, usia 0.00. Dari persamaan garis regresi pada delapan variabel diatas
yang dipergunakan dalam penilitian ini, yang tidak dikatakan signifikan hanya
dua variabel yaitu : fisiologis dan rasa aman.
Berdasarkan proporsi varian dan masing-masing independent variabel, hanya
variabel fisiologis dan sosial yang memiliki pengaruh secara signifikan dan
memiliki kontribusi terhadap etos kerja yaitu: fisiologis 0.129 sedangkan
Sosial 0.,522. Hal ini berarti, pengusaha Warteg yang menganggap etos kerja
penting, maka semakin tinggi memiliki motivasi kerja.
Kesimpulan berdasarkan penjelasan uji regresi Anova di atas adalah hipotesis
variabel mayor (H0) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan
antara Motivasi kerja terhadap etos kerja pengusaha warteg atau H diterima.
Sedangkan hipotesis variabel minor (H1, H2) terdapat hubungan yang tidak
signifikan terhadap etos kerja ditolak. Sementara ( H3, H4, H5, H6, H7, H8)
yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan terhadap etos kerja
diterima. Dengan demikian hanya enam dari delapan independen variabel lain
yang memiliki hubungan secara signifikan.
Bahan bacaan : 21 buku, 1 website
Kata kunci : Etos Kerja dan Motivasi Kerja
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Etos Kerja Pengusaha Warung Tegal”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini,
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi, dosen pembimbing I atas bimbingan,
pengarahan, keikhlasan, kesabaran, serta dukungan, yang bermanfaat kepada
penulis selama penyusunan skripsi.
3. Ibu liany Luzyinda, M. Psi, dosen pembimbing II atas bimbingan, pengarahan,
keikhlasan, kesabaran, serta dukungan yang sangat berarti selama penyusunan
skripsi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Drs. Akhmad Baidun, M.Si, dosen penguji I, atas pengarahan, keikhlasan,
serta dukungan yang bermanfaat kepada penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmunya selama penulis kuliah, dan kepada seluruh karyawan
perpustakan yang telah membantu menyediakan literatur selama penulis
menyelesaikan skripsi, serta staf karyawan yang membantu dalam melengkapi
semua yang bersangkutan dengan skripsi.
6. Ibu Rohmah dan Bapak Watna, orang tua penulis tercinta atas segala doa dan
jerih payah beliau dalam mendidik, membimbing, membesarkan penulis
dengan kasih sayang demi mencari dan menuju mmasa depan yang terang
dalam ridho Allah SWT, dan dukungan moril maupun materil serta doa yang
selalu menyertai penulis.
7. Sahabat penulis Via, Adio, Nufus dan yang tidak dapat disebutkan Satu
persatu. Terima kasih atas segala doa, motivasi, dukungan, perhatian, canda
tawa, dan masukan yang berguna selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis yang telah memberikan
dukungan, serta doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan
berkah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi
ini semaksimal mungkin, tetapi kekurangan dan kesalahan tetap ada, maka
penulis mohon maaf sebesar – besarnya. Dan akhirnya Penulis mohon kiranya
semua pihak untuk dapat memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi
ini, yang bersifat membangun, sangat penulis butuhkan dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat umumnya bagi pembaca, pengusaha
Warteg dan khususnya bagi penulis pribadi, Amin.
Jakarta, 15 Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Pengesahan……………………………………………………………………………..i
Pengesahan Panitia ujian………………………………………………………………ii
Pernyataan…………………………………………………………………………….iii
Persembahan…………………………………………………………………………..iv
Motto…………………………………………………………………………………..v
Abstrak………………………………………………………………………………..vi
Kata Pengantar………………………………………………………………………viii
Daftar isi……………………………………………………………………………….x
Daftar Tabel…………………………………………………………………………..xii
Lampiran…………………………………………………………………………….xiii
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………...................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah ……………………………………………….....9
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………….....................9
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………9
1.5 Kegunaan Penelitian …………………………………………………10
1.6 Sistematika Penulisan ………………………………………………..10
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Etos Kerja…………………………………………………………….12
2.2 Definisi Etos kerja……………………………………………………12
2.3 Proses Pembentukan Etos Kerja……………………………………...13
2.4 Ciri – ciri Etos kerja………………………………………………….14
2.5 Ciri – cirri Etos kerja muslim………………………………………...16
2.6 Motivasi...………………………………………………………...….21
2.6.1 Definisi Motivasi……………………………………………..........21
2.6.2 Hakekat Motivasi…………………………………………………..22
2.6.3 Tujuan Motivasi……………………………………………………23
2.6.4 Motivasi Kerja……………………………………………………...24
2.6.5. Definisi Motivasi Kerja.…..……………………………………….24
2.6.6 Hakekat Motivasi Kerja…...………………………………………..24
2.6.7 Teori Motivasi……………………………………………………...25
2.7 Kerangka Berpikir……...…………………………………………….36
2.8 Hipotesis Penelitian….......…………………………………………...39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian…………………………………………………….40
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………….40
3.3 Metode Penelitian……………………………………………………40
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………...41
3.5 Instrumen Penelitian…………………………………………………43
3.6 Uji Validitas…………………………………………………………48
3.6.1Validitas Etos Kerja………………………………………………...49
3.6.2 Validitas Motivasi kerja…………………………………………...49
3.7 Uji Reabilitas………………………………………………………...49
3.8 Metode Analisis Data………………………………………………..51
3.9 Prosedur Penilitian…………………………………………………..53
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Responden………………………………………………..56
4.2 Uji Regresi…………………………………………………………...59
4.3 Hasil Uji Hipotesis…………………………………………………...75
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………...82
5.2 Diskusi………………………………………………………………..85
5.3 Saran………………………………………………………………….88
5.3.1 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya……………………………….…89
5.3.2 Saran Teoritis……………………………………………………….89
5.3.3 Saran Praktis………………………………………………………..90
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….91
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skoring item………………………………………………………………44
Tabel 3.2 Try out etos kerja………………………………………………………….45
Tabel 3.3 Skala etos kerja……………………………………………………………46
Tabel 3.4 Try out motivasi kerja……………………………………………………..47
Tabel 3.5 Skala motiasi kerja………………………………………………………..48
Tabel 3.6 Kreteria Reliabilitas………………………………………………………..50
Tabel 4.1 Responden berdasarkan jenis kelamin…………………………………….57
Tabel 4.2 Responden berdasarkan pendidikan……………………………………….57
Tabel 4.5 Responden berdasarkan usia………………………………………………58
Tabel 4.4 Model summary ( Regresi variabel mayor)………………………………..60
Tabel 4.5 Anova ( Regresi variable mayor)………………………………………….61
Tabel 4.6 Model summary ( Regresi varibel minor)………………………………...62
Tabel 4.7 Anova ( Regresi ariabel minor)……………………………………………66
Tabel 4.8 Coefficients ……………………………………………………………….69
Tabel 4.9 Proporsi varians IV terhadap DV ………………………………………..71
lAMPIRAN
Lampiran 1 Data mentah Etos kerja (Skala etos kerja)………………………………93
Lampiran 2 Data mentah motivasi kerja (Skala motivasi kerja)…………………….97
Lampiran 3 Data mentah Etos kerja ( Skoring etos kerja) ………………………..105
Lampiran 4 data mentah Motivasi kerja ( Skoring motivasi kerja)…………………106
Lampiran 6 Validitas Analisis regresi Motivasi kerja………………………………107
Lampiran 8 Hasil perhitungan Analisis RegresiVariabel minor Fisiologis, Rasa aman,
Sosial, Penghargaan, Aktualisasi diri, Jenis kelamin, Pendidikan, Usia
Dan Etos kerja………………………………………………………………………111
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan
sistematika penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan perekonomian sangat penting dalam perubahan bangsa dan
Negara. Bangsa yang ingin maju harus mampu mengembangkan perekonomian yang
ada di negaranya. Warga Negara yang ikut serta mengembangkan perekonomian
dinegaranya adalah selalu berusaha untuk membuka lapangan kerja. Salah satunya
orang tegal yang dikenal dengan usahanya yaitu warung tegal (Warteg).
Pengusaha Warung Tegal dikenal membuka jenis usaha jenis usaha yang
menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Warung Tegal biasa
dikenal juga dengan singkatan Warteg. Nama warteg ini seolah sudah menjadi istilah
generik untuk warung makan kelas menengah ke bawah di pinggir jalan, baik yang
berada di kota Tegal maupun di tempat lain, baik yang dikelola oleh orang asal Tegal
maupun dari daerah lain.
Warung Tegal pada awalnya banyak dikelola oleh masyarakat dari tiga desa di
Tegal yaitu warga desa Sidapurna, Sidakaton & Krandon, Kecamatan Dukuhturi
Kabupaten Tegal. Mereka mengelola warung tegal secara bergiliran (antar keluarga
dalam satu ikatan famili) setiap 3 s/d 4 bulan. Yang tidak mendapat giliran mengelola
warung biasanya bertani di kampung halamannya. Pengelola warung tegal di Jakarta
yang asli orang Tegal biasanya tergabung dalam Koperasi Warung Tegal, yang
populer dengan singkatan Kowarteg.
Fakta yang unik dari bisnis Warteg ini, meski melayani masyarakat menengah
ke bawah, hasil yang didapatkan cukup besar. Hal ini terbukti dari tingkat ekonomi
para pengusaha Warteg yang lebih mampu dibandingkan dengan masyarakat tegal
pada umumnya. Di Kelurahan, Sidapurna, Sidakaton, dan Krandon dapat
menyaksikan rumah-rumah relative mewah dibangun disana.Rumah-rumah itu
kebanyakan milik para pengusaha Warteg yang membuka usaha di rantan.
Walaupun Pengusaha Warteg itu identik dari Tegal. Pada awalnya Warteg
banyak dikelola oleh masyarakat. Tegal yang berasal dari Desa Sidapurna, Sidakaton
& Krandon. Namun saat ini, karena bisnis ini sangat menjanjikan, sehingga
pengelolannya tidak hanya di lakukan oleh masyarakat Tegal saja, melainkan
masyarakat daerah lain pun membuka Wartegt. Walaupun banyak yang bilang Warteg
konsumennya dari kalangan masyarakat menengah ke bawah, tapi hasil yang
didapatkan oleh pengusaha Warteg relatif menguntungkan. Pengusaha Warteg
mempunyai taraf ekonomi yang relative berkecukupan. Tak heran didaerah asalnya
tidak jarang dijumpai rumah pengusaha warteg yang berjejer mewah di pinggir jalan.
Pengusaha warteg lebih termotivasi karena hampir tiada satu manusia pun di Jakarta
maupun di pelosok nusantara yang tidak mengenal tentang Warteg alias Warung
Tegal. Hingga dalam seluruh masyarakat seniman Tegal pun memberikan semacam
apresiasi tersendiri keberadaan Warteg sebagai penawar kekalahan Pasukan perang
Sultan Agung ke wilayah Batavia ketika jaman kerajaan.
Dan seiring dengan perkembangannya, Warteg hidup dan berkembang layaknya
jamur dimusim penghujan. Pengusaha warteg bermunculan disudut-sudut
Metropolitan, di pusat-pusat perkantoran serta wilayah-wilayah perdagangan maupun
dikawasan elite pun Warteg ada. Hingga sekarang anggota kowarteg yang
terakomodir di Puskowarteg berjumlah 26.700 warteg yang tersebar diseluruh penjuru
Jakarta dan sekitarnya.(www.goole.com)
Hal itu mengingat keberadaan warteg yang terdapat di berbagai pelosok daerah
di Indonesia seperti di Pulau Jawa sendiri, Kalimantan, Timor Timur dan lain-lain.
Namun berdirinya Induk koperasi, tentunya setelah pada tiap provinsi sudah memiliki
minimal 5 Puskowarteg ( Pusat Koperasi Warung Tegal ).
Kini keberadaan pengusaha warteg semakin tersebar luas karena banyak orang
tegal tertarik dengan usaha tersebut.yang makin maju dan menjanjikan, bahkan
sebagian penduduk Kabupaten Tegal menjadikan peluang usaha warteg sebagai mata
pencaharian utama. Makin banyaknya persaingan di bisnis ini, membuat para
pengelolanya semakin giat dan memutar otak untuk mengembangkannya, misalnya
dengan membuat cabang warteg yang baru. Karena mereka berfikir semakin bnyak
membuka cabang, maka akan semakin besar pendapatan yang diperoleh.
Di tahun 2010 para pengusaha warteg sudah semakin sulit untuk mendapatkan
pendapatan yang besar, ini karena makin maraknya warteg-warteg yang bermunculan
dan berdekatan. Makin sulitnya mendapatkan keuntungan yang besar ini, semakin
memunculkan banyak kontra dengan kebijakan pajak 10% yang sedang digodog oleh
pemda DKI jakarta. Pajak 10% dianggap makin memberatkan para pengusaha warteg,
karena pendapatan mereka tidak sebanyak dulu.
Ditambah lagi dengan kondisi semakin mahalnya bahan baku, gaji untuk para
pembantu dan sewa tempat yang terus melambung tinggi. Karena ini dikhawatirkan
akan memberikan dampak besar bagi kelangsungan warteg. Tidak menutup
kemungkinan juga, sebagian pengusaha warteg akan mengalami kerugian, karena
semakin menipisnya keuntungan yang diperoleh, apalagi jika kebijakan pajak 10%
diberlakukan.
Ketika Menteri Koperasi Adi Sasono yang memang punya perhatian besar pada
koperasi, Puskowarteg kini memiliki kekuatan hukum. Pengusaha warteg tidak kwatir
lagi, dengan keberadaan wartegnya.usaha ini diharapkan berkembang pesat.
Sementara pada perkembangan selanjutnya, warteg akan mempunyai wadah yang
cakupannya akan semakin luas dengan akan di dirikannya Induk Koperasi Warteg.
Di era kompetisi yang makin ketat seperti sekarang ini, seorang pengusaha
dituntut mampu menciptakan dan menyediakan produk permintaan konsumen yang
dapat terjamin kualitas dan kuantitasnya. Semakin banyaknya pengusaha yang
bergerak dalam bidang yang sama, maka semakin ketat pula kompetisi antara
pengusaha yang bergerak dibidang tersebut.
Pengelolanya biasa kita kenal dengan pengusaha, tepatnya pengusaha warteg,
para pengusaha warteg ini berbeda–beda dalam meningkatkan kulitas kerja dan
mengembangkan usahanya, etos kerja para pengusaha warteg diharapkan selalu
meningkat, karena pada umumnya etos kerja masyarakat kita rendah, sebagai contoh
yaitu suka meremehkan waktu, suka menera bas, tidak percaya diri, tidak disiplin dan
suka mengabaikan tanggung jawab.(Kasiram,2002).
Berdasarkan kenyataan ini, maka perlu diupayakan peningkatan etos kerja
tersebut sescara terus menerus dan dengan berbagai jalur serta metode. Menurut
kuntjaraningrat sekurang – kurangnya ada empat upaya dalam meningkatkan kualitas
etos kerja yaitu: memberikan contoh yang baik, memberikan stimulasi yang cocok,
persuasi dan penerangan, serta pembinaan dan pengasuhan generasi muda untuk masa
depan sejak kecil didalam kalangan keluarga (Kasiram, 2002)
Ada banyak hal yang dapat mendukung keberhasilan mereka, salah satunya
adalah memiliki motivasi kerja yang tinggi. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai
dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, guna melakukan sesusatu, yang
terlihat dari dimensi eksternal dan dimensi internal, atau dengan kata lain, Motivasi
kerja memilki dua dimensi, yaitu (1) dimensi dorongan internal, dan (2) dimensi
dorongan eksternal (Hamzah, 2007).
Berdasarkan dari penjelasan diatas, motivasi kerja pengusaha warteg tidak lain
adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakan pengusaha warteg agar
prilakunya dapat diarahkan pada upaya – upaya nyata untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.Variabel motivasi kerja hampir sama dengan variabel lain yang
sangat berpengaruh terhadap etos kerja pengusaha warteg.secara implisit motivasi
kerja pengusaha warteg tampak melalui teori maslow tentang hirarki kebutuhan: (1)
Kebutuhan Fisiologis, (2) Kebutuhan akan rasa aman, (3) Kebutuhan Sosial, (4)
Kebutuhan akan Penghargaan, (5) Kebutuhan Aktualisasi diri. Dari kelima hal
tersebut dapat dijadikan dimensi penting guna menelusuri motivasi kerja pengusaha
warteg. (Ngalim, 2003).
Motivasi kerja pengusaha warteg banyak menimbulkan hasil dari kerja keras
yang telah dilakukan, Kerja keras tidak bisa diabaikan karena persaingan usaha
semakin ketat, dalam hal ini adalah pengembangan usaha yang dimiliki pengusaha
warteg, begitu juga dengan dorongan untuk maju pengusaha warteg, setiap seorang
pengusaha menginginkan usaha untuk maju, untuk itu dibutuhkan dorongan untuk
maju.
Setiap pengusaha tentunya memiliki kebutuhan sehingga berusaha
meningkatkan serta mengembangkan usahanya, dengan mengadakan berbagai cara
yang tersusun dalam program peningkatan mutu motivasi kerja pengusaha khususnya
pengusaha pada warteg .Dalam Teori Kebutahan beranggapan bahwa tindakan yang
dilakukan manusia pada hakekatya adalah untuk memenuhi kebutuhanya, baik
kebutuhan fisik maupun psikis.(Ngalim Purwanto, 2002, hal.77). Pengusaha yang
maju mampu menerapkan sistem kerja dengan baik dan benar. Sistem kerja yang baik
dan benar merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya
peningkatan dan kemajuan usahanya, yang akhirnya akan mampu bersaing dengan
pengusaha lain tentunya secara sportif.
Motivasi kerja pengusaha terkait erat dengan etos kerja, baik dari dalam diri
pengusaha itu sendiri maupun dari luar dirinya. Tinggi rendanya motivasi kerja yang
dimiliki oleh seorang pengusaha dipengaruhi oleh etos kerja dari pengusaha yang
bersangkutan. Semakin tinggi etos kerja yang dimiliki oleh seorang pengusaha akan
semakin meningkatkan motivasi para pengusaha, sehingga dapat memajukan
usahanya.
Etos kerja dan motivasi kerja adalah dua hal yang berbeda namun berkaitan dan
saling melengkapi. Etos kerja adalah semangat dan sikap batin yang tetap yang
memuat tekanan dan nilai nilai moral tertentu, serta yang terlefleksikan dalam
kehidupan social (etos social), suatu pekerjaan (etos kerja) atau kegiatan ilmiah (etos
ilmiah) dan sebagainya.(Kasiram). Sedangkan motivasi kerja merupakan salah satu
faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh
motivasi pada kinrja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas pada
motivasi yang diberikan.(Hamzah, 2007).
Motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang pengusaha mempengaruhi oleh etos
kerja sehingga dapat membentuk prestasi atau produktifitas kerja. Kelemahan pada
salah satunya, apalagi keduanya, akan menurunkan produktifitas kerja tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut maka hubungan antara dua variabel tersebut perlu
diteliti lebih lanjut penilitian ini berjudul, “Hubungan antara Motivasi Kerja
Dengan Etos Kerja Pengusaha Warung tegal (Warteg)”.
1.2 Pembatasan Masalah
Untuk menjaga agar penelitian terarah maka penelitian ini dibatasi hanya
mengenai hubungan antara motivasi kerja dengan etos kerja pengusaha warteg.
- Motivasi kerja pada pengusaha warteg
- Etos kerja pada pengusaha warteg
- Pengusaha warteg diwilayah kampung melayu
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas maka dapat
dirumuskan masalah yaitu :
Apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan etos kerja pengusaha warteg?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara Motivasi
Kerja dengan Etos Kerja Pengusaha Warteg.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara motivasi kerja dengan etos kerja
pengusaha warteg, diharapkan dapat memberikan manfaat. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam memperbaiki atau meningkatkan
motivasi kerja dan etos kerja terutama pengusaha warteg
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dan pembahasab dalam penelitian maka
penulis akan menyusun hasil penelitian dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN : Bab ini memuat teori-teori yang menjadi dasar penelitian, seperti
definisi etos kerja, pengertian etos kerja, definisi motivasi, definisi motivasi kerja,
kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN : Bab ini akan dijelaskan mengenai metode
yang akan digunakan oleh penulis dari pengumpulan data sampai dengan pengolahan
data yang akan dianalisis sebagai hasil dan pembahasan.
Bab IV HASIL PENELITIAN : Bab ini memuat uraian mengenai deskripsi data, uji
hipotesis, kesimpulan analisis.
BAB V PENUTUP : Dalam bab ini akan memuat ringkasan, implikasi dan dan saran,
berdasarkan hasil penilitian yang dipeloleh penulis beserta analisis dari hasil
penelitian tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Etos Kerja
2.2 Definisi Etos Kerja
Dalam kamus lengkap psikologi etos artinya watak atau karakter suatu
kelompok nasional atau kelompok rasial tertentu.(j.p chaplin, 2002). Sedangkan Etos
yang berarti pandangan hidup dalam suatu golongan secara khusus.(Bambang
marhijanto, hal 112). Etos juga sering disamakan dengan sikap etis yan g berasal dari
kata etika, pendapat lain mengenai Etos adalah ciri khas, adat kebiasaan, sentimen,
moralitas, kepercayaan yang membimbing dan semangat yang membedakan individu,
kelompok atau masyarakat yang satu dari yang lainnya.(kasiram, hal 196).
Etos tersebut selalu dikaitkan dengan sesuatu persoalan yan dihadapi individu,
kelompok, atau masyarakat. Jika persoalan tersebut berupa persoalan sosial, maka
disebut etos sosial, dan jika persoalan pekerjaan disebut etos kerja, dan seterusnya.
Sedangkan etos kerja itu sendiri artinya: semangat dan sikap batin yang tetap yang
memuat tekanan dan nilai-nilai moral tertentu dan yang terefleksikan dalam
kehidupan sosial (etos sosial ), suatu pekerjaan (etos kerja), atau kegiatan ilmiah(etos
ilmiah), dan sebagainya.(Kasiram, 188).
Menurut perspektif sosiologis, etos kerja tumbuh dan berkembang melalui
proses sosialisasi sejak dini, sejak dalam lingkungan keluarga, kemudian berlanjut
disekolah atau dilingkungan kerja di tengah-tengah masyarakat.
Orang tua, guru, merupakan pihak yang berperan penting dalam rangka pembentukan
etos kerja anak. mereka itulah yang menanamkan nilai-nilai yang membentuk etos
kerja baik dalam pengertian positif ataupun negatif. Etos kerja positif maksudnya etos
kerja yang tinggi, sedangkan etos kerja yang negatif adalah etos kerja yang rendah.
2.3 Proses Pembentukan Etos kerja
Suatu etos, menurut F.Magnis Suseno (1991:192) hanya bisa berkembang atas
dasar sikap-sikap yang dibentuk dalam tahun-tahun pertama hidup manusia. Dengan
begitu, seperti dijelaskan dimuka, etos kerja terbentuk melalui proses sosialisasi anak
sejak dilingkungan keluarga.selain proses sosialisasi dalam keluarga, etos kerja
dibentuk melalui pelatihan kerja oleh orang tua yang kemudian dilanjutkan
pembentukanya melalui pendidikan pengajaran disekolah oleh guru-guru mereka.
Dalam keluarga, orang tua melalui meaknisme ganjaran dan hukuman,
membiasakan nilai-nilai etos kerja tertentu kepada anak, mulai dari pekerjaan yang
sederhana seperti bersikat gigi, mengatur tempat tidur, hingga pekerjaan yang lebih
kompleks .
Dengan mekanisme ganjaran dan hukuman, anak pada mulanya akan merasa terpaksa,
namun secara bertahap akan menerimanya secara sadar, karena penghayatanya
terhadp nilai-nilai pekerjaan itu sendiri. setahap demi setahap, nilai- nilai tersebut
akan membentuk sikap mental yang pada akhirnya merupakan bahan dasar
terbentuknya etos kerja.
Nilai-nilai etos kerja yang ditanamkan oleh orang tua, merupakan nilai-nilai yang
dipandang baik dan mulia. Nilai-nilai ini dapat berasal dari petuah leluhur, maupun
dari ajaran agama.(kasiram, hal 197).
2.3 Ciri-ciri Etos Kerja
Tasmara (1992), memaparkan bahwa orang-orang yang mempunyai etos kerja
tinggi, memandang kerja merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah
Allah yang akan memuliakan dam memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia
pilihan. Adapun ciri-ciri orang yang mempunyai etos kerja tinggi diantaranya:
1. Memiliki jiwa kepimimpinan, artinya seseorang yang memiliki etos kerja
mempunyai pandangan ke depan dan gagasan pikirannya melampaui zamannya
sehingga mereka pantas disebut sebagai pemimpin yang memiliki pandangan atau
wawasan ke depan.
2. Bertanggung jawab, yaitu cara diri seseorang mempertahankan prinsip dan
kemudian bertanggung jawab untuk melaksanakan prinsip-prinsipnya tersebut.
3. Memiliki jiwa yang mandiri, semangat jihad yang dimilikinya melahirkan sejuta
kebahagiaan yang diantaranya ialah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan usaha
atas karsa dan karya dari dirinya sendiri.
4. Memiliki semangat bertanding dan tidak pernah menyerah pada kelemahan dan
rintangan.
Secara umum tolok ukur atau indikator dari perilaku yang mencerminkan etos
kerja adalah yang disampaikan oleh Gunnar Myrdal seperti yang dikutip Raharjo
(1996), yang meliputi efesiensi, kerajinan, keterampilan, sikap tekun, tepat waktu,
kesederhanaan, sikap mengakui rasio dalam mengambil keputusan dan tindakan,
kegesitan dalam menggunakan kesempatan-kesempatan yang muncul, sikap bekerja
secara energik, dan kesediaan mau memandang jauh ke masa depan.
2.4 Ciri-ciri Etos Kerja Muslim
Dalam hal ini ada 25 jenis ciri -ciri etos kerja muslim antara lain:
1. Kecanduan terhadap waktu
Salah satu esensi dan hakekat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati,
memahami dan merasakan betapa berharganya waktu. Karena waktu adalah sehelai
kertas kehidupan yang harus ditulis dengan deretan kalimat kerja dan prestasi.
Sebagaimana firman-NYa, “Maka, apabila engkau telah selesai dari suatu pekerjaan,
maka kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh-sungguh”. (al-Insyirah: 7)
2. Memiliki Moralitas yang Bersih (Ikhlas)
Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seseorang yang berbudaya kerja
islami itu adalah nilai keikhlasan. Ikhlas merupakan energi batin yang akan
membentengi diri dari segala bentuk yang kotor (rizsun), itu sebabnya Allah
berfirman, “Warujza fahjur, dan tinggalkanlah segala bentuk yang kotor,” (Al-
Muddatstsir: 5).
3. Kecanduan Kejujuran
Jujur berasal dari kata shidq’kejujuran’. Kata Siddiq adalah bentuk penekanan
(mubalaghah) dari shadiq dan berarti orang yang didominasi kejujuran. Prilaku yang
jujur adalah prilaku yang diikuti oleh sikap tanggung jawab atas apa yang
diperbuatnya .seakan-akan dia membacakan firman Allah,”Dan sesungguhnya,kami
telah menciptakan manusia dan mengetahuinya apa yang dibisikan oleh hatinya,dan
kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.”(Qaaf:16).
4. Memiliki komitmen (Aqidah, Aqad, Itiqad)
Goldman mengidentifikasikan cirri – ciri orang yang berkomitmen antara lain
sebagai berikut:
Sikap berkorban demi pemenuhan sasaran perusahaan yang lebih penting.
Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar.
Menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan dan penjabaran
pilihan-pilihan.
5. Istiqamah, Kuat Pendirian
Kemampuan untuk bersikap secara taat asas, pantang menyerah, dan mampu
mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko
yang membahayakan dirinya.
6. Disiplin
Kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun
dalam situasi yang sangat menekan.
7. Konsekuen dan Berani Menghadapi Tantangan
Bagi mereka hidup adalah pilihan dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab
pribadinya.
8. Memiliki Sikap Percaya Diri
Pribadi muslim yang percaya diri tampil bagai lampu yang benderang,
memancarkan raut wajahyang cerah dan berkharisma.
9. Kreatif
Pribadi muslim yang kereatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru
dan asli, sehingga diharapkan hasil kinerja dapat dilaksanakan secara efisien, terapi
efektif
10. Bertanggung jawab
Tanggung jawab = menanggung dan memberi jawaban,sebagaimana didalam
bahasa inggris, kita mengenal responsibility = ableto response.
11. Bahagia karena melayani
Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan
kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan.
12. Memiliki Harga diri
Aparat yang professional dan berakhlak akam berpikir dalam format tiga
dimensi, yaitu konsep diri, citra diri, dan harga diri.
13. Memiliki Jiwa Kepemimpinan (Leadeship)
Memimpin berarti mengambil paran secara aktif untuk mempengaruhi dirinya
sendiri dan memberikan inspirasi teladan bagi orang lain.
14. Berorientasi ke Masa Depan
Rasulullah bersabda dengan ungkapannya yang paling indah, “Bekerjalah untuk
duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah untuk
akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.”
15. Hidup Berhemat dan Efisien
Orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan jauh ke depan
(baca surah: al-Hasyr: 18, an-Nahl: 10-11).
16. Memiliki jiwa Wiraswasta (Entrepreneurship)
Jiwa wiraswasta yang tinggi yaitu, kesadaran dan kemampuan yang sangat
mendalam. Mereka mendayagunakan kemampuannya, ilmu, dan pengalamannya.
17. Memiliki Insting Bertanding
Semangat bertanding merupakan sisi lain dari citra seorang muslim yang
memiliki semangat jihad.
18. Keinginan untuk Mandiri (Independent)
Karena sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa
yang merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya.
19. Kecanduan Belajar dan Haus Mencari Ilmu
Seorang mujahid adalah seorang yang haus dahaga untuk mencicipi ilmu, karena
dia sadar bahwa Rasulullah mewajibkan kepada setiap muslimin dan muslimat untuk
mencari dan menggali ilmu.
20. Memiliki semangat perantauan
Salah satu cirri pribadi muslim ingin menjelajahi hamparan bumi, memetik
hikmah, mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa budaya manusia.
21. Memperhatikan Kesehatan Dan Gizi
Dia sangat memperhatikan sabda Rasulullah, “sesungguhnya jasadmu
mempunyai hak atas dirimu.
22. Tangguh dan Pantang Menyerah
Keuletan merupakan modal besar didalam menghadapi tantangan atau tekanan.
23. Berorientasi pada Produktivitas
Karena setiap pribadi sangat menghayati arti waktusebagai asset, dia tidak
mungkin membiarkan waktu berlalu tanpa arti.
24. Memperkaya Jaringan Silaturahmi
Rasulullah saw bersabda, “’Barang siapa yang ingin panjang umur dan banyak
rezeki, sambung;ah silaturahmi”.
25. Memiliki Semangat Perubahan
Pribadi yang memiliki etos kerja sangat sadar bahwa tidak akan ada satu
makhluk pun di muka bumi yang mampu mengubah dirinya sendiri kecuali dirinya
sendiri.
(Toto Tasmara, 2002)
2.6 Motivasi
2.6.1 Definisi Motivasi
Dalam kamus lengkap Psikologi kata “motivasi” yang berarti : 1). Mendorong
untuk berbuat atau bereaksi. 2). Menjalankan tugas sebagai satu insentif, atau sebagai
suatu tujuan. (J.P Chaplin, 2002). Sementara itu seorang ahli administrsi dalam
bukunya, organizational behavior, mengemukakan bahwa di dalam konsep
manajemen motivasi berarati setiap usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku
seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai
tujuan organisasi, 3). Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang
menjadi tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi
kebutuhan.(Abdul Rahman shaleh, 2004).
Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-
pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk yang dikehendaki. Kemudian
John P. Campbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam devinisi tersebut
dengan mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan
tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Disamping itu istilah
itupun mencakup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need),
rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan
tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya.
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung 3 komponen pokok yaitu
menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang
untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-
respons efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap
sesuatu.
Untuk menjaga dan menopang tingkah laku,linkungan sekitar harus menguatkan
(reinforce ) intensitas dan arah dorongan – dorongan dan kekuatan – kekuatan
individu.
Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas, Hoy dan Misket dalam buku
Educational Administration (1982 : 137) mengemukakan bahwa “motivasi dapat
didefinisikan sebagai kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-
kebutuhan, pernyataan-pernyatan ketegangan (tension states), atau mekanisme-
mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke
arah pencapaian tujuan-tujuan personal.”
2.6.2 Hakekat motivasi
Seluruh upaya umat manusia, dengan cara apa pun atau melalui cara apa pun,
sebenarnya merupakan upaya untuk hidup tentram dan untuk menepis kematian.
Dengan memusatkan seluruh kekuatan yang berpusat didalam hatinya., seseorang
akan menemukan diri sejatinya dan akan berhasil mencapai kebahagian, kedamaian,
dan kehidupan abadi. Dikatakan juga bahwa Orang dengan profil “nurturance” tinggi
akan dapat dimotivasi dengan menciptakan suasana persahabatan yang akrab.(Jahja
umar, 2010, hal 131).
Motivasi dapat juga diselidiki pada tingkat yang lebih mendasar. Secara fisik,
kita dilahirkan sebagai kumpulan rumit yang mengagumkan dan sebagai organisme
efisien yang dilengkapi segala peralatan yang diperlukan untuk melihat, mendengar,
bergerak, tumbuh, bahasa, belajar, dst.(lynn wilcok, 2003).
2.6.3 Tujuan motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang
manajer, tujuan motivasi ialah untuk menggerakan pegawai atau bawahan dalam
usaha untuk meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang
dipimpinnya. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau
memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan Sdan didalam kurikulum sekolah.
2.6.4 Motivasi kerja
2.6.5. Definisi Motivasi kerja
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kerja
seseorang. Besar atau kecilnya hubungan motivasi kerja seseorang tergantung pada
etos kerja yang diberikan. Sedangkan arti motivasi kerja itu sendiri artinya dorongan
dari dalam diri dan luar diri seseorang. Untuk melakukan sesuatu yang terlihat dari
dimensi internal dan dimensi ekternal.
2.6.6 Hakekat Motivasi Kerja
Meneliti Pengusaha warteg sebagai salah satu pelaksana kegiatan usaha jual
beli makanan. Tidak jarang ditemukan pengusaha yang kurang memeiliki gairah
dalam menjalani usahanya ketika pendapatnya merosot, yang berakibat kurang
berhasilnya tujuan yang ingin dicapai. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor.Salah
satunya adalah kurangnya motivasi kerja pengusaha. Pertanyaan yang muncul yaitu
apa yang dimaksud dengan motivasi kerja itu? Untuk membahas motivasi
kerja,terlebih dahulu dikemukakan tentang konsep motivasi. Motivasi seperti yang
telah dikemukakan diatas berasal dari kata yang motif yang dapat diartikan sebagai
tenaga penggerak yang memengaruhi kesiapan untuk melakukan rangkaian kegitan
dalam suatu prilaku(Hamzah, 2010). Motivasi tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya.Motivasi dapat dipandang sebagai
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling, dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menciptakan keinginan yang
merangsang dorongan-dorongan dalam diri individu untuk mencapainya. Dorongan
inilah yang menimbulkan perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan
tertentu. Dengan demikian, pemberian motivasi tidak dapat dipisahkan dengan
kebutuhan manusia. Motivasi merupakan istilah umum yang mencakup keseluruhan
dorongan keinginan, kebutuhan, dan gaya yang sejenisnya. Dengan menyatakan
bahwa pengusaha memotivasi pegawainya, berarti mereka melakukan hal-hal yang
diharapkan dapat memuaskan dorongan dan keinginan tersebut sehingga
menimbulkan dorongan bagi pegawainya untuk bertindak sesuai dengan yang
diinginkan.
Dalam melakukan pekerjaan, biasanya seseorang tidak selamanya hanya
dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik seperti pemenuhan keuangan semata, tetapi
motivasi intrinsik merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Motivasi intrinsic
tersebut antara lain kebanggaan akan dirinya dapat melakukan sesuatu pekerjaan
orang lain belum tentu mampu melakukanya, kecintaan terhadap pekerjaan itu, atau
minat yang besar terhadap tugas atau pekerjaan yang dilakukan selama ini. Oleh sebab
itu, motivasi kerja tidak hanya berwujud kepentingan ekonomis saja, tetapi bias juga
berbentuk kebutuhan psikis untuk lebih melakukan pekerjaan secara aktif.
2.2.6 Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan dalam pasal ini adalah :
a. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau
kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa
tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang
bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakekatnya adalah
makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan.
Implikasi dari teori ini adalah anggapan bahwa semua orang akan cenderung
menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko
berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya.
b. Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok – yang dalam hal
ini disebut juga naluri – yaitu:
- dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri,
- dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan
- dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasaan kebiasaan atau
tindakan-tindakan dan tingkah laku manusi yang diperbuatnya sehari-hari mendapat
dorongan atau digerakan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori
ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan
perlu dikembangkan.
c. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan
naluri-naluri, tetapi berdasrkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari
kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang balajar paling banyak dari lingkungan
kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan.oleh karena itu, teori ini disebut juga
teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini apabila seorang pemimpin atau
pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didik, pemimpin atau pendidik itu
hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-
orang yang dipimpinnya.
d. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori yang dipelajari.
Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang
luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong atau jenis
kelamin yang lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan
Aktua
lisasi
penghargaan
Sosial
Rasa aman dan perlindungan
Fisiologis
terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar
belakang kebudayaan masing-masing.
e. Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada
hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun
psikis. Teori Abraham Maslow mengemukakan lima tingkatan kebutuhan pokok
manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud dapat dilihat
pada gambar berikut:
Keterangan:
1. Kebutuhan fisiologis; kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat
primer dan Vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme
manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik,
kebutuhan seks, dsb.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin
keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan,
kelaparan, perlakuan tidak adil. Anggota kelompok sebaiknya bekerja dalam rasa
ama, tidak terdapat ancaman dari salah seorang anggota terhadap yang
lain.(Gerungan, 2004, hal 134).
3. Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan
dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia
kawan, kerjasama.
4. Kebutuhan akan Penghargaan (esteem needs) termasuk kebutuhan dihargai
karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dsb.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan
mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal,
kreatifitas dan ekspresi diri.
Tingkatan atau hirarki kebutuhan dari maslow ini tidak dimaksud sebagai suatu
keranga yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang
dapat digunakan sewaktu - waktu bila mana diperlukan untuk memprakirakan tingkat
kebutuhan mana yang mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak
melakukan sesuatu.
Di dalam kehidupan sehari - hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan Manusia itu
berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan
itu antara lain latar belakang pendidikan, pandangan atau falsafah hidup, cita – dan
harapan masa depan,dari tiap individu.
Berdasarkan urutan tngkat kebutahan menurut teori maslow kehidupan tiap
manusia dapat dijelaskan sebagai berikut: pada mulanya kebutuhan manusia yang
paling mendasak adalah kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, papan dan
kesehatan.jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-
kebutuhan berikutnya yang mendesak ialah kebutuhan akan rasa aman dan
terlindungi.Apabila kebutuhan ini pun telah terpenuhi sehingga tidak dirasakan lagi
sebagai kebutuhan yang mendesak, maka timbul kebutuhan berikutnya yang dirasakan
mendesak, yaitu kebutuhan sosial seperti ingin masuk organisasi kemasyarakatan,
ikut aktif dalam perkumpulan arisan keluarga dsb. Jika kebutuhan sosial ini pun telah
dapat terpenuhi sehingga tidak terasa lagi sebagai kebutuhan mendesak, timbul
kebutuhan lain yang dirasakan mendesak, yaitu kebutuhan akan penghargaan atau
prestise.demikian seterusnya sampai kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri: ingin
menjadi orang ternama, terkenal diseluruh Negara atau dunia.
Namun, jangan diartikan bahwa kehidupan tiap manusia itu akan mengikuti
urutan kelima tingkatan kebutuhan maslow itu secara teratur dari tingkat kebutuhan
fisiologis sampai dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri.Proses kehidupan manusia
itu berbeda beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang meningkat. Kadang
kadang melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat kebutuhan lain dengan
melampaui ting kat kebutuhan yang berbeda diatasnya.atau kemungkinan pula terjadi
lompatan balik; dari tingkat kebutuhan lebih tinggi ke tinvkat kebutuhan
dibawahnya.dengan demikian,pada saat – saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang
berbeda dengan orang – orang yang lain.
Meta kebutuhan dari Maslow
1. Kebenaran 11. Keadilan
2. Kebaikan 12. Keteraturan
3. Keindahan/kecantikan 13. Keserhanaan
4. Keseluruhan 14. Kekayaan
5. Dikhotomi-transendasi 15. Tanpa susah payah
6. Berkehidupan 16. Bermain
7. keunikan 17. Mencukupi diri sendiri
8. Kesempurnaan
9. Keniscayaan
10. Penyelesaian
(Sarlito, 2000).
Maslow juga membedakan antara basicneeds dan metaneeds. Basicneeds
meliputi: lapar, kasih sayang , rasa aman, harga diri, dan sebagainya.Sedangkan
metaneeds meliputi: Keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan dan
sebagainya.(Supratiknya, 2005, hal 109).angagapan maslow dalam psikoanlisis bahwa
nilai-nilai tinggi dalam kehidupan hanyalah topeng untuk menutupi kebutuhan
naluriah yang rendah, ia menjadi menjadi halic.(jalaludin rakhmat, 2004, hal 120).
6. Gender
Para teoritis psikoanalitis seperti Sigmund Freud dan Erik Erikson berpendapat
bahwa jenis kelamin seseorang memainkan suatu peran yang sangat penting. Freud
berpendapat bahwa perilaku dan sejarah manusia secara langsung dipengaruhi oleh
dorongan-dorongan seksual dan menyatakan bahwa perilaku gaender dan seksual
pada dasarnya tidak dipelajari dan bersifat naluriah. Erikson bahkan berpendapat lebih
jauh, ia berpendapat bahwa karena struktur jenis kelamin, laki-laki lebih suka
mengganggu dan agresif, perempuan lebih inklusif dan pasif. Pengkritik Erikson
berpendapat bahwa, ia tidak memberi cukup penghargaan terhadap pengalaman, dan
mereka mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki lebih bebas memilih perilaku
mereka dari pada yang diijinkan Erikson. Sebagai tanggapan, Erikson mengklarifikasi
pandangannya dengan menunjukan bahwa ia tidak pernah menentukan perbedaan-
perbedaan antara jenis-jenis kelamin. Menurut faktor biologis berinteraksi baik
dengan faktor kebudayaan maupun faktor psikologis untuk menghasilkan
perilaku.(john w.Santrock, hal 281)
Penentuan jenis kelamin, Jenis kelamin ini tergantung pada jenis spermatozoa
yang menyatu dengan ovum. Setiap sel benih mengandung 23 kromosom.salah satu
dari 23 pasangan kromosom ini terdapat kromosom jenis kelamin. Sel telur atau
ovum wanita yang matang mengandung kromosom X, sedangkan spermatozoa pria
mengandung sebuah kromosom X dan sebuah kromosom Y. Bila telur wanita yang
mengandung kromosom X bersatu dengan sperma pria yang mengandung kromosom
Y, hasilnya menjadi kombinasi kromosom XY, yang akan menghasilkan jenis
kelamin pria. Bila spermatozoa yang mengandung kromosom X bersatu dengan
ovum, hasilnya menjadi kombinasi kromosom XX, ini selalu menghasilkan keturunan
wanita.(Samsunu wiyati, 2007, hal 76).
7. Pendidikan
Mengapa anak (manusia) perlu dan harus dididik? Pertanyaan ini menuntut
jawaban yang tidak berbeda dengan pertanyaan mengapa anak(manusia) harus
belajar?sebagai jawaban terhadap pertanyaan ini,agaknya kita sependapat bahwa
didunia I ini tak ada mahluk hidup,yang sewaktu baru dilahrkan sedemikian tidak lain
di dunia ini setelah dewesa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia
dewasa.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa
yang lain, tidak belajar, niscaya binasahlah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia
jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia. Benar bahwa bayi yang bru dilahirkan
telah membawa beberapa naluri/instink dan potensi-potensi yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya, tetapi jumlahnya terbatas sekali. Jika potensi-potensi bawaan
itu tidak mungkin berkembang baik tanpa pengaruh dari luar. Disamping kepandaian-
kepandaian yang bersifat jasmaniah (skill, motor ability), seperti: merangkak, duduk
berjalan tegak, lari, naik sepeda, makan dengan sendok dan sebagainya,
anak(manusia) itu membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat rohaniah.
Manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya dengan hewan. Manusia adalah
makhluk sosial dan budaya. Jelaslah kiranya, bahwa belajar sangat penting bagi
kehidupan seorang manusia. Juga mengerti pula kita sekarang, mengapa
anak(manusia) membutuhkan waktu lama untuk belajar sehingga menjadi manusia
dewasa. Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamanapun dan di manapun ia
berada. (Ngalim, 1990)
8. Usia
Freud berpendapat bahwa anak sampai kira-kira umur 5;0 melawati fase-fase
terdiferensiasikan secara dinamik, kemudian sampai umur 12;0 atau 13;0 mengalami
masa tenang atau fase laten, pada masa laten ini dinamika menjadi stabil.Dengan
datangnya masa remaja (pubertas) dinamika meletus lagi, dan selanjutnya makin
tenang kalau orang menjadi makin dewasa, yaitu sekitar umur 20;0. Walaupun
perkembangan ke arah kedewasaan itu berlangsung sampai individu berumur 20;0,
namun menurut Freud masa yang paling menentukan dalam pembentukan kepribadian
adalah masa sampai umur 5;0.(Fauji, 1999).
Dari teori – teori motivasi diatas, pada teori kebutuhan maslow yang dijadikan
objekpenelitian lebih lanjut oleh peneliti,dengan dimensi sebagai berikut: (1)
kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman dan perlindungan, (3) kebutuhan sosial,
(4) kebutahan akan penghargaan, (5) kebutuhan akan aktualisasi diri.Dari 5 dimensi
tersebut ditambah 3 dimensi lagi diambil dari identitas responden guna perkembangan
variabel X, yaitu: (1) Gender, (2) pendidikan, (3) usia
2.7 Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian teoritik diatas, maka dapat dibangun kerangka berpikir
sebagai berikut:
Seseorang termasuk pengusaha warteg memiliki kebutuhan, sesuai dengan teori
motivasi pada teori maslow, Mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok
manusia. kelima tingkat kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan kunci
mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang
dimaksud adalah: kebutuhan psikologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan aktualisasi diri. Dari
5 kebutuhan tersebut, yang akan dijadikan dimensi motivasi dalam penlitian dan
ditambah 3 dimensi dari identitas responden yaitu: Jenis kelamin, usia dan pendidikan
yang dijadikan pengembangan variabel X.
Disampimg itu etos kerja seseorang pengusaha warteg yang memiliki sifat-sifat:
efesiensi dalam bekerja, kerajinan dalam bekerja, ketrampilan atas apa yang
dikerjakan, memiliki sikap tekun ketika bekerja, tepat waktu ketika melaksankan
pekerjaan, kesederhanaan dalam kehidupan sehari - harinya, menggunakan rasio,
kegesitan jika ada kesempatan, bekerja energik, berpikir jauh ke masa depan.Dari sifat
– sifat tersebut kemudian dijadikan indikator dalam penelitian yaitu sebagai variabel
Y
Hubungan antara variabel mayor tersebut dapat digambarkan secara bagan sebagai
berikut:
Keterangan:
Variabel Bebas (X) = Motivasi
Variabel Terikat(Y) = Etos kerja
Gambar kerangka Berpikir antara varibel minor X dengan variabel Y
X Y
Fisiologis
Rasa aman
2.8 Hipotesis Penelitian
Karena di dalam penelitian ini terdapat lima aspek Motivasi kerja dan faktor
demografi seperti jenis kelamin, usia dan pendidikan. Maka dapat ditarik sebanyak 8
hipotesa minor. Untuk setiap korelasi antara suatu jenis motivasi kerja dengan etos
kerja. Selanjutnya untuk keperluan analisa statistika maka hipotesa-hipotesa diatas
diubah menjadi hipotesa mayor yaitu:
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Motivasi kerja dengan etos
kerja
Ha : Ada hubungan yang siginifikan antara Motivasi kerja dengan Etos kerja.
Sedangkan untuk hipotesa minor yaitu :
Gender
Pendidikan
Usia
Etos kerja
Sosial
Penghargaan
Aktualisasi diri
H1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Fisiologis dengan Etos kerja
H2 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Rasa aman dan perlindungan
dengan Etos kerja
H3 : Ada hubungan yang signifikan antara Sosial dengan Etos kerja
H4 : Ada hubungan yang signifikan antara Penghargaan dengan Etos kerja
H5 : Ada hubungan yang signifikan antara Aktualisasi diri dengan Etos kerja
H6 : Ada hubungan yang signifikan antara Gender dengan Etos kerja
H7 : Ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan dengan Etos kerja
H8 : Ada hubungan yang signifikan antara Usia dengan Etos kerja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai :Tujuan penelitian, Waktu dan tempat
penilitian, Metode penelitian, Populasi dan sampel penilitian, Instrument
penilitian,Teknik analisis data.
3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja dengan
etos kerja pada pengusaha warteg.
Untuk lengkapnya tujuan penilitian ini dapat diidentifikasikan dalam variabel
yang diteliti yaitu:
1.Variabel bebas adalah : Motivasi kerja.
2.Variabel terikat adalah: Etos kerja.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
1.Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan yakni bulan Desember 2010 .
2.penelitian ini bertempat tinggal di wilayah Jakarta selatan.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey, dimana kita perlu mengkaji populasi
yang berarti seluruh elemen yang akan diteliti dan sampel yang berarti sepereangkat
elemen yang merupakan bagian dari populasi, baik mengkaji populasi (univers) yang
besar maupun yang kecil tentunya juga dilakukan penyelesaian serta pengkajian
sampel yang dipilih dari populasi untuk menentukan endensi, distribusi dan interelasi
relatif dari variable-variabel penelitian. Arahnya adalah membuat interpretasi yang
akurat mengenai karakteristik-karakteristik keseluruhan populasi sehingga
dimungkinkan tercapainya deskripsi dari masing-masing variabel penelitian serta
hubungan antar variabel yang dalam penelitian ini adalah motivasi Kerja sebagai
variabel bebas dan etos Kerja sebagai variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan
antat variabel tersebut digunakan teknik uji regresil.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas:obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu. (Sugiono,
2010). Karena populasi dalam penelitian ini sangat besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, diarenakan keterbatasan dana, waktu dan
tenaga, sehingga peneliti tidak mencantumkan jumlah populasi.
b.Sampel
Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peniliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang dipelajari dari sampel,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). (Sugiono, 2010).
penelitian digunakan sebanyak 121 orang. Dengan Try out : 60 orang dan
Penilitian : 61 orang, Penentuan jumlah sampel dilakukan secara proporsional
mewakili masing-masing warteg. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan
mempertimbangkan keterbatasan kemampuan peneliti untuk menjangkau populasi.
Sedangkan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penelitian lapangan
yaitu terjun langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan sampel yang
dibutuhkan. Penelitian lapangan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner.Teknik
pengambilan sampel ini menggunakan teknik sampling purposive yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.(sugiyono , 2009, hal.96) .
Adapun metode Pengumpulan data yang menggunakan teknik sample random
sampling atau sampel acak sederhana yaitu semua Individu yang masuk dalam
katagori terjangkau mempunyai kesempatan yang sama dan bebas untuk dipilih atau
terpilih dan terwakili sebagai anggota dari suatu sampel.
3.5 Instrumen Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian
maka dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner
untuk memperoleh data-data variabel Etos Kerja dan Motivasi Kerja kuesioner
merupakan salah satu jenis instrument pengumpul data yang disampaikan kepada
responden/subyek penelitian melalui sejumlah pernyataan. Teknik ini dipilih semata-
mata karena; subyek adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri, apa yang
dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya dan
interpretasi subyek tentang pertanyaan/pernyataan yang diajukan kepada subyek
subtansinya sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan
didesain berdasarkan skala model Likert yang berisi sejumlah pernyataan yang
menyatakan obyek yang hendak diungkap.
Penskoran atau kuesioner skala model Likert yang digunakan dalam penelitian
ini variabel motivasi dan etos kerja merujuk pada empat alternatife jawaban sebagai
berikut: Sangat setuju(Ss), Setuju(S), Tidak Setuju(Ts), Sangat tidak
setuju(Sts).(Saifudin Azwar, 2006).
Tabel 3.1
Skoring item
Kelompok pernyataan Favorabel Unfavorabel
Ss Sangat setuju 4 1
S Setuju 3 2
Ts Tidak setuju 2 3
Sts Sangat tidak setuju 1 4
1. Definisi Operasional
a. Etos kerja (Y)
Etosa kerja adalah semangat dan sikap batin pengusaha warteg yang tetap yang
memuat tekanan nilai – nilai moral tertentu dan yang tereflesikan dalam kehidupan
sosial(etos social), suatu pekerjaan(etos kerja), atau kegiatan ilmiah(etos ilmiah),dan
sebagainya, yang diukur melalui indikator : Efesiensi, Kerajinan, Ketrampilan, Sikap
tekun, Tepat waktu, Kesederhanaan, Menggunakan rasio dan tindakan, Kegesitan
ketika muncul kesempatan, Bekerja energik, Berpikir jauh kemasa depan.
Tabel 3.2. Try out Etos kerja.
No
Indikator
No. Butir pernyataan
Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Efesiensi 1,2,3 31*,32*,33 6
2 Kerajinan 4,5*,6,35 34,36 6
3 Ketrampilan 7,9,37,38*,39* 8 6
4 Sikap tekun 10*,11,12,40 41,42 6
5 Tepat waktu 13,14,15*, 43,45 44 6
6 Kesederhanaan 16,17,18*, 48* 46*,47* 6
7 Menggunakan Rasio 19,20,21*, 49*,51* 50* 6
8 Kegesitan jika ada kesempatan 22,23*,24, 53,54 52 6
9 Bekerja energik 25,26*,27*,56*,57 55 6
10 Berpikir jauh ke masa depan 28*,29*,30*,58*,59* 60* 6
Jumlah Total 60
Tabel 3.3.Skala Etos kerja.
No
Indikator
No. Butir pernyataan
Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Efesiensi - 31*,32* 2
2 Kerajinan 5* - 1
3 Ketrampilan 38*,39* - 2
4 Sikap tekun 10* - 1
5 Tepat waktu 15* - 1
6 Kesederhanaan 18*, 48* 46*,47* 4
7 Menggunakan Rasio 21*, 49*,51* 50* 4
8 Kegesitan jika ada kesempatan 23* - 1
9 Bekerja energik 26*,27*,56* - 3
10 Berpikir jauh ke masa depan 28*,29*,30*,58*,59* 60* 6
Jumlah Total 25
b. Motivasi (X)
Motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang,untuk
melakukan sesuatu yang terlihatdari dimensi internal dan dimensi eksternal.atau
dengan kata lain , Motivasi kerja memiliki dua dimensi, yaitu (1) dimensi dorongan
internal, dan (2) dimensi dorongan eksternal.
Tabel 3.4 Try out Motivasi kerja
No
Indikator
No. Butir Pernyataan
Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Kebutuhan Fisiologis 1*,2,6,8,9,51,52* 3,4*,5,7*,10*,53*,5
4*,55*, 56*,57*
17
2 Rasa Aman dan Perlindungan 11,12*,15,18,59 13,14,16*,17,19*,20 11
3 Kebutuhan social 21*,23*,25,26,28 22,24,27*,29,30*,60 11
4 Kebutuhan akan Penghargaan 32,34,35,36*,40 31,33,37,38,39 11
5 Kebutuhan akan Aktualisasi
Diri
41,42,43,44,46,4
7,48*
45*,49*,50* 10
Jumlah Total 60
Tabel 3.5. Skala Motivasi kerja
No
Indikator
No. Butir Pernyataan
Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Kebutuhan Fisiologis 1*,52* 4*,7*,10*,53*,4*,55
*, 56*,57*
10
2 Rasa Aman dan Perlindungan 12* 16*,19* 3
3 Kebutuhan social 21*,23* 27*,29,30* 5
4 Kebutuhan akan Penghargaan 36* - 1
5 Kebutuhan akan Aktualisasi
Diri
48* 45*,49*,50* 4
Jumlah Total 23
Ket: * : Item valid
3. 6 Uji Validitas
Validitas skala adalah sejauh mana skala tersebut menghasilkan data yang akurat
(tepat) dan cermat sesuai dengan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument
pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya tes yang menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki
validitas rendah (Azwar, 2003).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak.
Sedangkan teknik uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik yaitu
menghitung korelasi antara skor butir (X) dengan skor total (Y) memakai rumus
korelasi Product Moment.
3.6.1 Validitas Etos kerja
Dari tabel skala Etos kerja dapat kita lihat bahwa ada 25 item yang valid, yang
terbagi dalam item Efisiensi : 2 item, Kerajinan : 1item, Sikap tekun: 1 item, Tepat
waktu : 1item, Kesederhanaan: 4 item,Menggunakan rasio: 4 item, Kegesitan ketika
ada kesempatan: 1 item, Bekerja energik: 3 item, Berpikir jauh kemasa depan: 4 item.
3.6.2 Validitas Motivasi kerja
Dari tabel Motivasi kerja pada organisasi dapat kita lihat bahwa ada 23 item
yang valid, yang terbagi dalam item Fisiologis: 9 item, Rasa amn dan penghargaan : 3
item, Sosial: 5 item, Penghargaan :1 item, Aktualisasi diri : 4 item.
3. 7 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal . secara
eksternal pengujian dapat dilakukan test-retest(stability)equivalentdan gabungan
keduanya.secara internal realibilitas dapat diuji dengan menanalisis konsistensi butir-
butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.(Sugiyono, 2010, hal 354).
Uji reliabilitas dilakukan pada 60 orang. Pengusaha warteg. Uji reliabilitas skala
ini menggunakan uji Statistic Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS versi
17.00 hasil uji reliabilitas skala etos kerja dan motivasi kerja adalah sebagai berikut:
1. Nilai reliabilitas skala Kecerdasan emosional dengan 25 item yang valid
adalah sebesar 0,416. Oleh karena itu, skala etos kerja ini dapat dikatakan
reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
2. Nilai reliabilitas skala Komitmen pada Organisasi dengan 23 item yang valid
adalah sebesar 0,448. oleh karena itu, skala Motivasi ini dapat dikatakan
reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Hal ini berdasarkan norma reliabilitas yang dikemukakan Guilford seperti
dikutip oleh Hasan (2002) dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.6
Kriteria Reliabilitas
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel > 0,9
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Tidak Reliabel < 0,2
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara
Etos kerja dengan Motivasi kerja adalah menggunakan analisis regresi. Analisis
regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap varibel
terikat. Data yang akan dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda
(multiple regression). Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan sistem
perhitungan SPSS versi 17.
Rumus regresi berganda:
Ŷ = a + b1X1 + b2C + b3X3 + b4X4 + b5X5
Keterangan.
Ŷ : Dependent variabel (DV) yang dalam hal ini adalah kecerdasan
emosional.
X1, X2,....., XP : Independent variabel (IV) yang jumlahnya p
p : Jumlah independent variabel (IV)
a : Intercept / konstanta
b1, b2,......, bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
Selanjutnya analisis regresi, dimulai secara simultan, kemudian dari satu per
satu IV, sehingga nilai R2
yang dihasilkan dapat dilihat secara murni. Fungsi R2
ini
adalah untuk melihat proporsi varians dari perilaku konsumtif yang dipengaruhi oleh
IV yang ada. Melihat jumlah R2
X (dikalikan) 100%. Maka dihasilkanlah proporsi
varians atau determinant. R2
sendiri didapatkan dengan rumus :
Selanjutnya R2
dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikan pada F test biasa.
Selain itu juga uji signifikan bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah
pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2
itu
sendiri dengan df nya (dilambangkan k), yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan
penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah total sampel.
Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut sebagai
denumerator. Jika digambarkan maka :
Atau dengan cara yang berbeda namun hasil yang sama, pembagi adalah Ssreg
dbagi dengan df nya (k) didapat mean square regresi , kemudian penyebutnya Ssres
dibagi dengan df nya (N – k – 1) didapat mean square residu. Sehingga hasil bagi
Msreg dengan Msres didapatkan hasil F. Numerator dan denumerator juga dari df
pembagi dan df penyebut.
Kemudian selanjutnya peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiap-tiap IV
yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi adalah melihat apakah signifikan
dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai t dari tiap IV,
harus didapat dahulu nilai standard error estimate dari b (koefisien regresi) yang
didapatkan melalui akar Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah
bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri.
Jika ditulis dengan rumus maka :
Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu :
1. R² yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dan dependent variabel
(DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi.
Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yag signifikan dari independent
variabel (IV) yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang
berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
3.9 Prosedur Penelitian
Penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang
diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut sebagai
berikut :
1. Persiapan Penelitian
- Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah.
- Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti.
- Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat.
- Melakukan penelitian awal sebelum penelitian dilakukan.
- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu skala Motivasi kerja dan Etos kerja yang dirancang
berupa skala Likert.
2. Tahap Uji Coba
Peneliti melakukan uji coba alat ukur kedua skala pada tanggal 20 januari 2011
pada pengusaha warteg.
Tahap Pengambilan Data:
- Menentukan jumlah sampel penelitian.
- Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan
responden untuk mengisi skala penelitian.
- Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden.
3. Tahap Field Study
Skala Motivasi kerja dan Etos kerja dengan 60 item pernyataan. Selanjutnya skala
ini diberikan kepada 60 pengusaha warteg. Pada tanggal 02 Desember 2010.
4. Penutup
Akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan dari apa yang didapat pada
hasil penelitian serta membuat saran bagaimana layaknya penelitian ini untuk
dijadikan rujukan penelitian lanjutan.
5. Tahap Pengolahan Data
- Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
- Analisis data menggunakan teknik statistik.
- Melakukan Interpretasi dan membahas hasil yang didapat, serta membuat
kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai uji regresi dan uji hipotesis
4.1 Gambaran Umum Responden
Pada penelitian ini subyek penelitian di tetapkan berdasarkan jenis usaha. Usaha
tersebut yaitu salah satu jenis usaha yang bergerak dalam bidang menyediakan
makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Salah satu jenis usaha yang bergerak
dibidang menyediakan makanan dan minuman yaitu Warung Tegal atau yang sering
kita kenal dengan sebutan Warteg. Nama ini sudah populer untuk warung makan
kelas menengah ke bawah, baik yang berada ditegal maupun ditempat lain, baik yang
dikelola oleh orang asal tegal maupun daerah lain.
Subyek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengusaha
warteg di Jakarta selatan. Jumlah subyek penelitian yang digunakan setelah diseleksi
berdasarkan ketentuan yang ada maka ditetapkan subyek penelitian sebanyak 61
orang.
1. Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin
Berikut tabel di bawah ini penjelasan mengenai responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1
Responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 22 36,1%
Perempuan 39 63,9%
Jumlah 61 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden paling banyak adalah
pengusaha laki-laki sebanyak 22 orang dengan persentase 36.1%, sedangkan
responden pengusaha perempuan berjumlah 39 orang dengan persentase 63.9%.
2. Gambaran responden berdasarkan pendidikan.
Berikut tabel dii bawah ini, penjelasan mengenai responden berdasarkan pendidikan.
Tabel 4.2
Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase
Setara SMA 37 60,7%
>SMA 24 39,3%
Jumlah 61 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden paling banyak adalah
pengusaha berpendidikan setara SMA sebanyak 37 orang dengan persentase
60.7%,sedangkan responden pengusaha ber pendidikan >SMA sebsnyak 24 orang
dengan persentase 39.3%.
3. Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Berikut tabel di bawah ini penjelasan mengenai responden berdasarkan usia :
Tabel 4.3
Responden Bersarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
20 – 35 27 44,3%
>35 34 55,7%
Jumlah 61 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kelompok usia antara 20 – 35 tahun
sebanyak
27 orang pengusaha, dengan persentase 44.3%, sedangkan kelompok usia >35tahun
sebanyak 34 orang pengusaha dengan persentase 55.7%.
4.2 Uji regresi
Peneliti juga melakukan uji analisa regresi yaitu dengan menggunakan analisis
regresi ganda digunakan oleh peniliti ,bila jumlah variabel independennya minimal 2
atau dengan kata lain variabel independennya lebih dari satu .untuk mengetahui
besarnya sumbangan tiap variabel. Pada penelitian ini,uji analisis regresi dilakukan
untuk mengetahui sumbangan variabel motivasi kerja (Fisiologis, Rasa aman, Sosial,
Penghargaan, Aktualisasi diri, Jenis kelamin, Pendidikan dan Usia) terhadap variabel
etos kerja.regresi ganda ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Persamaan regresi untuk 8 prediktor (Richard lungan, 2006, hal 32).
Y=a+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+b5x5+b6x6+b7x7+b8x8
Keterangan :
Y = Etos kerja X3 = Sosial X8 = Usia
X = Motivasi kerja X4 = Penghargaan
a = Konstan b X5 = Aktualisasi diri
X1 = Fisiologis X6 = Gender
X2 = Rasa aman X7 = Pendidikan
Akan tetapi uji analisis regresi ini dilakukan dengan SPSS 17. Untuk mengetahui
besarnya sumbangan motivasi kerja terhadap etos kerja.dapat dilihat pada tabel
berikut:
Regresi variabel mayor
Tabel 4.4
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .757a .573 .507 6.48004 .573 8.711 8 52 .000
a. Predictors: Motivasi kerja (Usia, Rasaaman, Fisiologis, Penghargaan, Sosial, Pendidikan,
Aktualisasidiri, Gender)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah sebesar 0.573.
Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel Motivasi kerja terhadap variabel
etos kerja sebesar 57.3%, selebihnya yakni 42.7%, kemungkinan variabel lain yang
memiliki peranan terhadap Etos kerja. Setelah diketahui bahwa persamaan garis
regresi yang dipergunakan dapat diterapkan, kemudian dilakukan penghitungan
Anova untuk melihat signifikansi pengaruh antara variabel diatas di atas. Hasil
penghitungannya disajikan pada table berikut
Tabel 4.5
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2926.352 8 365.794 8.711 .000a
Residual 2183.529 52 41.991
Total 5109.881 60
a. Predictors: Motivasi kerja (Usia, Rasaaman, Fisiologis, Penghargaan, Sosial,
Pendidikan, Aktualisasidiri, Gender )
b. Dependent Variable: Etoskerja
Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 8.711 dengan p value
sebesar 0,00. Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka persamaan garis
regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan signifikan.
Regresi variabel minor
Tabel 4.6
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error Change Statistics
Square of the
Estimate
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .359a 129 .114 8.68643 .129 8.722 1 59 .005
2 .376b .141 .112 8.69734 .013 .852 1 58 .360
3 .723c .522 .497 6.54310 .381 45.479 1 57 .000
4 .730d .533 .500 6.52708 .011 1.280 1 56 .263
5 .736e .541 .499 6.52970 .008 .955 1 55 .333
6 .737f .543 .493 6.57386 .002 .263 1 54 .610
7 .739g .546 .486 6.61892 .002 .267 1 53 .607
8 .757h .573 .507 6.48004 .027 3.296 1 52 .075
a. Predictors: (Constant), Fisiologis
b. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman
c. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial
d. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan
e. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan, Aktualisasidiri
f. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan, Aktualisasidiri, Gender
g. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan, Aktualisasidiri, Gender,
Pendidikan
h. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan, Aktualisasidiri, Gender,
Pendidikan, Usia
a. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.129. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel fisiologis
terhadap variabel etos kerja sebesar 12.9%, selebihnya yakni 87.1%,
kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja.
b. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.141. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel rasa
aman terhadap variabel etos kerja sebesar 14.1%, selebihnya yakni 85.9%,
kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja
c. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.522. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel sosial
terhadap variabel etos kerja sebesar 52.2%, selebihnya yakni 47.8%,
kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja
d. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.533. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel
penghargaan terhadap variabel etos kerja sebesar 53.3%, selebihnya yakni
46.7%, kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos
kerja
e. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.541. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel
Aktualisasi diri terhadap variabel etos kerja sebesar 54.1%, selebihnya
yakni 45.9%, kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap
Etos kerja
f. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.543. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel gender
terhadap variabel etos kerja sebesar 54.3%, selebihnya yakni 45.7%,
kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja
g. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.546. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel
pendidikan terhadap variabel etos kerja sebesar 54.6%, selebihnya yakni
45.4%, kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos
kerja
h. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.573. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel usia
terhadap variabel etos kerja sebesar 57.3%, selebihnya yakni 42.7%,
kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja.
Setelah diketahui bahwa persamaan garis regresi yang dipergunakan
dapat diterapkan, kemudian dilakukan penghitungan Anova untuk melihat
signifikansi pengaruh variabel - variabel diatas di atas. Hasil penghitungannya
disajikan pada table berikut
Tabel 4.7
ANOVAi
Model Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 658.086 1 658.086 8.722 .005a
Residual 4451.795 59 75.454
Total 5109.881 60
2 Regression 722.548 2 361.274 4.776 .012b
Residual 4387.334 58 75.644
Total 5109.881 60
3 Regression 2669.590 3 889.863 20.785 .000c
Residual 2440.291 57 42.812
Total 5109.881 60
4 Regression 2724.126 4 681.032 15.986 .000d
Residual 2385.755 56 42.603
Total 5109.881 60
5 Regression 2764.849 5 552.970 12.969 .000e
Residual 2345.032 55 42.637
Total 5109.881 60
6 Regression 2776.235 6 462.706 10.707 .000f
Residual 2333.646 54 43.216
Total 5109.881 60
7 Regression 2787.947 7 398.278 9.091 .000g
Residual 2321.935 53 43.810
Total 5109.881 60
8 Regression 2926.352 8 365.794 8.711 .000h
Residual 2183.529 52 41.991
Total 5109.881 60
a. Predictors: (Constant), Fisiologis
b. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman
c. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial
d. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan
e. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan,
Aktualisasidiri
f. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan,
Aktualisasidiri, Gender
g. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan,
Aktualisasidiri, Gender, Pendidikan
h. Predictors: (Constant), Fisiologis, Rasaaman, Sosial, Penghargaan,
Aktualisasidiri, Gender, Pendidikan, Usia
i. Dependent Variable: Etoskerja
Selanjutnya, guna menguji hipotesis dapat dilihat pada tabel anova diatas, untuk
cara mengujinya lihat nilai F hitung (Uji F) dan nilai signifikasinya (< 0.05).
a. Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 8.722 dengan p
value sebesar 0.05. Karena nilai p value yang didapat = 0.05, maka
persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak
dikatakan signifikan
b. Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 4.776 dengan p
value sebesar 0.12. Karena nilai p value yang didapat > 0.05, maka
persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak
dikatakan signifikan
c. Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 20.785 dengan p
value sebesar 0.00. Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka
persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat
dikatakan signifikan
d. Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 15.986 dengan p
value sebesar 0.00. Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka
persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat
dikatakan signifikan
e. Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 12.969 dengan p
value sebesar 0.00. Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka
persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat
dikatakan signifikan
f. Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 10.707 dengan p
value sebesar 0.00. Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka
persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat
dikatakan signifikan
g. Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 9.091 dengan p
value sebesar 0.00. Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka
persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat
dikatakan signifikan
h. Dari hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 8.711 dengan p
value sebesar 0.00. Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka
persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat
dikatakan signifikan
Setelah diketahui bahwa persamaan garis regresi yang dipergunakan dapat
diterapkan, kemudian dilakukan penghitungan coefficient constanta dan nilai t hitung
untuk melihat signifikansi pengaruh variabel-variabel diatas di atas. Hasil
penghitungannya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
95.0% Confidence
Interval for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
1 (Constant) 4.496 7.086 .634 .529 -9.723 18.714
Fisiologis .136 .094 .148 1.445 .154 -.053 .326
Rasaaman .008 .089 .009 .089 .929 -.171 .187
Sosial .451 .118 .489 3.823 .000 .214 .688
Penghargaan 1.455 1.825 .084 .797 .429 -2.207 5.117
Aktualisasidiri .148 .124 .160 1.187 .240 -.102 .397
Gender -2.821 3.309 -.148 -.852 .398 -9.462 3.820
Pendidikan 3.287 2.461 .175 1.336 .187 -1.650 8.225
Usia 6.642 3.659 .360 1.816 .075 -.699 13.984
a. Dependent Variable: Etoskerja
Hasil penghitungan nilai coefficient, didapat t hitung sebesar:
1.445 pada Fisiologis (p value 154)
089 pada Rasa aman (p value 929)
3.823 pada Sosial (p value 000)
797 pada Penghargaan (p value 429)
1.187 pada Aktualisasi diri (p value 240)
-852 pada Gender (p value 398)
1.336 Pada Pendidikan (p value 187)
1.816 Pada Usia (p value 075)
Dari penghitungan di atas diketahui hanya satu aspek yang memiliki p value <
0.05, yaitu pada Sosial. Dengan demikian hanya satu aspek tersebut yang benar-benar
memberikan pengaruh terhadap perubahan variable etos kerja.
Selanjutnya Peniliti ingin mengetahui dari kedelapan independen variabel (IV),
Varibel manakah yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap dependen variabel
(DV) yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Proporsi varians IV terhadap DV
No IV R square R
square
change
F hitung F tabel Sig
1 X1 .129 .129 8.722 4.00 Sig
2 X1+X2 .141 .013 .852 4.00 Non Sig
3 X1+X2+X3 .522 .381 45.479 4.00 Sig
4 X1+X2+X3+X4 .533 .011 1.280 4.00 Non Sig
5 X1+X2+X3+X4+X5 .541 .008 .955 4.00 Non Sig
6 X1+X2+X3+X4+X5+X6 .543 .002 .263 4.00 Non Sig
7 X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7 .546 .002 .267 4.00 Non Sig
8 X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7+X8 .573 .027 3.296 4.00 Non Sig
Jumlah
.573
Keterangan: F hitung > F tabel : Signifikan
X1 = Fisiologis
X2 = Rasa aman
X3 = Sosial
X4 = Penghargaan
X5 = Aktualisasi diri
X6 = Jenis kelamin
X7 = Pendidikan
X8 = Usia
Berikut ini akan dijelaskan deskripsi untuk masing – masing varibel:
1. Dengan fisiologis sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.129, yang berarti
bahwa variabel fisiologis memiliki kontribusi sebesar 12.9%, dalam mempengaruhi
etos kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 8.722 dan F tabel 4.00,
yang berarti bahwa variabel fisiologis secara positif mempengaruhi etos kerja, dengan
kreteria signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat fisiologis maka semakin
rendah tingkat etos kerjanya.
2. Dengan rasa aman sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.141, yang berarti
bahwa variabel rasa aman memiliki kontribusi sebesar 14.1%, dalam mempengaruhi
etos kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 0.852 dan F tabel 4.00,
yang berarti bahwa variabel rasa aman secara positif mempengaruhi etos kerja,
dengan kreteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat rasa aman
maka semakin rendah tingkat etos kerjanya.
3. Dengan sosial sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.522, yang berarti
bahwa variabel sosial memiliki kontribusi sebesar 52.2%, dalam mempengaruhi etos
kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 45.479 dan F tabel 4.00, yang
berarti bahwa variabel sosial secara positif mempengaruhi etos kerja, dengan kreteria
signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat sosial maka semakin tinggi pula
tingkat etos kerjanya.
4. Dengan penghargaan sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.533, yang
berarti bahwa variabel penghargaan memiliki kontribusi sebesar 53.3%, dalam
mempengaruhi etos kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 1.280 dan
F tabel 4.00, yang berarti bahwa variabel penghargaan secara positif mempengaruhi
etos kerja, dengan kreteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
penghargaan maka semakin rendah tingkat etos kerjanya.
5. Dengan aktualisasi diri sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.541, yang
berarti bahwa variabel aktualisasi diri memiliki kontribusi sebesar 54.1%, dalam
mempengaruhi etos kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 0.955 dan
F tabel 4.00, yang berarti bahwa variabel aktualisasi diri secara positif mempengaruhi
etos kerja, dengan kreteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
aktualisasi diri maka semakin rendah tingkat etos kerjanya.
6. Dengan gender sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.543, yang berarti
bahwa variabel gender memiliki kontribusi sebesar 54.3%, dalam mempengaruhi etos
kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 0.263 dan F tabel 4.00, yang
berarti bahwa variabel gender secara positif mempengaruhi etos kerja, dengan kreteria
tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat gender maka semakin rendah
tingkat etos kerjanya.
7. Dengan pendidikan sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.546, yang berarti
bahwa variabel pendidikan memiliki kontribusi sebesar 54.6%, dalam mempengaruhi
etos kerja .Selain itu untuk uji anova diperoleh nilai sebesar 0.267 dan F tabel 4.00,
yang berarti bahwa variabel pendidiikan secara positif mempengaruhi etos kerja,
dengan kreteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin rendah tingkat etos kerjanya.
8. Dengan usia sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.573, yang berarti bahwa
variabel usia memiliki kontribusi sebesar 57.3%, dalam mempengaruhi etos kerja
.Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 3.296 dan F tabel 400, yang berarti
bahwa variabel usia secara positif mempengaruhi etos kerja, dengan kreteria tidak
signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat usia maka semakin rendah tingkat
etos kerjanya.
4.3 Hasil uji hipotesis
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan multiple regression untuk melihat
korelasi dan pengaruh antar variabel. Hasil penghitungan pada variabel mayor dapat
diketahui bahwa R square yang didapat 0.573. Hal ini berarti sumbangan yang
diberikan variabel Motivasi kerja terhadap variabel etos kerja sebesar 57.3%,
selebihnya yakni 42.7%, kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap
Etos kerja, dan hasil penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 8.711 dengan p
value sebesar 0.00. Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka persamaan garis
regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan signifikan. Sedangkan
pada variabel minor yaitu: Pada fisiologis dapat diketahui bahwa R square yang
didapat adalah sebesar 0,129. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel
fisiologis terhadap variabel etos kerja sebesar 12.9%, selebihnya yakni 87.1%,
kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja, selanjutnya
pada variabel rasa aman dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.141. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel rasa aman terhadap
variabel etos kerja sebesar 14.1%, selebihnya yakni 85.9%, kemungkinan variabel
lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja, selanjutnya pada variabel sosial dapat
diketahui bahwa R square yang didapat adalah sebesar 0.522.
Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel sosial terhadap variabel etos
kerja sebesar 52.2%, selebihnya yakni 47.8%, kemungkinan variabel lain yang
memiliki peranan terhadap Etos kerja, selanjutnya pada varibel penghargaan dapat
diketahui bahwa R square yang didapat sebesar 0.533.Hal ini berarti sumbangan
yang diberikan variabel penghargaan terhadap variabel etos kerja sebesar 52.3%,
selebihnya yakni 47.7%, kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap
Etos kerja, selanjutnya pada variabel aktualisasi diri dapat diketahui bahwa R square
yang didapat adalah sebesar 0.541. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel
aktualisasi diri terhadap variabel etos kerja sebesar 54.1%, selebihnya yakni 45.9%,
kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja, selanjutnya
pada variabel gender dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah sebesar
0.543. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel gender terhadap variabel
etos kerja sebesar 54.3%, selebihnya yakni 45.7%, kemungkinan variabel lain yang
memiliki peranan terhadap Etos kerja, selanjutnya pada variabel pendidikan dapat
diketahui bahwa R square yang didapat adalah sebesar 0.546. Hal ini berarti
sumbangan yang diberikan variabel pendidikan terhadap variabel etos kerja sebesar
54.6%, selebihnya yakni 45.4%, kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan
terhadap Etos kerja, selanjutnya pada variabel usia dapat diketahui bahwa R square
yang didapat sebesar 0.573.Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel usia
terhadap variabel etos kerja sebesar 57.3%, selebihnya yakni 42.7%, kemungkinan
variabel lain yang memiliki peranan terhadap Etos kerja.
Kemudian dilakukan uji anova guna mengetahui F hitung dan signifikasinya (<
0.05) antara variabel: pada variabel fisiologis didapat f hitung sebesar 8.722 dengan p
value sebesar 0,05. Karena nilai p value yang didapat = 0.05, maka persamaan garis
regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak dikatakan signifikan, selanjutnya
pada variabel rasa aman didapat f hitung sebesar 4.776 dengan p value sebesar 0,12.
Karena nilai p value yang didapat > 0.05, maka persamaan garis regresi yang
dipergunakan dalam penelitian ini tidak dikatakan signifikan,selanjutnya pada
variabel sosial didapat f hitung sebesar 20.785 dengan p value sebesar 0,00. Karena
nilai p value yang didapat < 0.05, maka persamaan garis regresi yang dipergunakan
dalam penelitian ini dapat dikatakan signifikan, selanjutnya pada variabel
penghargaan didapat f hitung sebesar 15.986 dengan p value sebesar 0,00. Karena
nilai p value yang didapat < 0.05, maka persamaan garis regresi yang dipergunakan
dalam penelitian ini dapat dikatakan signifikan, selanjutnya pada variabel aktualisasi
diri didapat f hitung sebesar 12.969 dengan p value sebesar 0,00. Karena nilai p value
yang didapat < 0.05, maka persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam
penelitian ini dapat dikatakan signifikan, selnjutnya pada variabel gender didapat f
hitung sebesar 10.707 dengan p value sebesar 0,00. Karena nilai p value yang didapat
< 0.05, maka persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat
dikatakan signifikan, selanjutya pada variabel pendidikan didapat f hitung sebesar
9.091 dengan p value sebesar 0,00.
Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka persamaan garis regresi yang
dipergunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan signifikan, selanjutnya pada
variabel usia didapat f hitung sebesar 8.711 dengan p value sebesar 0,00.
Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka persamaan garis regresi yang
dipergunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan signifikan. Setelah itu dilakukan
uji koefisien constanta uji t untuk melihat korelasi dan pengaruh antar variable
terhadap etos kerja. Hasil dari kedelapan variabel yaitu: fisiologis, rasa aman, sosial,
penghargaan, aktualisasi diri, jenis kelamin, pendidikan dan usia. Hanya variabel
Sosial yang mempunyai korelasi terhadap etos kerja dengan t hitung 3.823 dan p
value 000 karena p value < 0.05.
Kemudian dilakukan proporsi varians anatara variabel IV dan DV dengan
melihat R square guna mengetahui kontribusi yang diberikan variabel IV terhadap
DF, kemudian melihat F hitung dan F tabel guna mengetahui signifikasinya yaitu
apabila F hitung > F tabel, sebagai berikut:
Dengan fisiologis sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.129, yang
berarti bahwa variabel fisiologis memiliki kontribusi sebesar 12.9%, dalam
mempengaruhi etos kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 8.722 dan
F tabel 4.00, yang berarti bahwa variabel fisiologis secara positif mempengaruhi etos
kerja, dengan kreteria signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat fisiologis maka
semakin rendah tingkat etos kerjanya.
Dengan rasa aman sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.141, yang
berarti bahwa variabel rasa aman memiliki kontribusi sebesar 14.1%, dalam
mempengaruhi etos kerja. Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 0.852 dan
F tabel 4.00, yang berarti bahwa variabel rasa aman secara positif mempengaruhi etos
kerja, dengan kreteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat rasa
aman maka semakin rendah tingkat etos kerjanya.
Dengan sosial sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.522, yang berarti
bahwa variabel sosial memiliki kontribusi sebesar 52.2%, dalam mempengaruhi etos
kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 45.479 dan F tabel 4.00, yang
berarti bahwa variabel sosial secara positif mempengaruhi etos kerja, dengan kreteria
signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat sosial maka semakin tinggi pula
tingkat etos kerjanya.
Dengan penghargaan sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.533, yang
berarti bahwa variabel penghargaan memiliki kontribusi sebesar 53.3%, dalam
mempengaruhi etos kerja. Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 1.280 dan
F tabel 4.00, yang berarti bahwa variabel penghargaan secara positif mempengaruhi
etos kerja, dengan kreteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
penghargaan maka semakin rendah tingkat etos kerjanya.
Dengan aktualisasi diri sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.541, yang
berarti bahwa variabel aktualisasi diri memiliki kontribusi sebesar 54.1%, dalam
mempengaruhi etos kerja .Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 0.955 dan
F tabel 4.00, yang berarti bahwa variabel aktualisasi diri secara positif mempengaruhi
etos kerja, dengan kreteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
aktualisasi diri maka semakin rendah tingkat etos kerjanya.
Dengan gender sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.543, yang berarti
bahwa variabel gender memiliki kontribusi sebesar 54.3%, dalam mempengaruhi etos
kerja. Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 0.263 dan F tabel 4.00, yang
berarti bahwa variabel gender secara positif mempengaruhi etos kerja, dengan kreteria
tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat gender maka semakin rendah
tingkat etos kerjanya.
Dengan pendidikan sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.546, yang
berarti bahwa variabel pendidikan memiliki kontribusi sebesar 54.6%, dalam
mempengaruhi etos kerja. Selain itu untuk uji anova diperoleh nilai sebesar 0.267 dan
F tabel 4.00, yang berarti bahwa variabel pendidiikan secara positif mempengaruhi
etos kerja, dengan kreteria tidak signifikan.Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin rendah tingkat etos kerjanya.
Dengan usia sebagai IV, diperoleh nilai R square sebesar 0.573, yang berarti
bahwa variabel usia memiliki kontribusi sebesar 57.3%, dalam mempengaruhi etos
kerja. Selain itu untuk F hitung diperoleh nilai sebesar 3.296 dan F tabel 400, yang
berarti bahwa variabel usia secara positif mempengaruhi etos kerja, dengan kreteria
tidak signifikan.Hal ini berarti semakin tinggi tingkat usia maka semakin rendah
tingkat etos kerjanya.
BAB V
KESIMPULAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran – saran
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dengan tehnik analisis multiple regression diketahui
motivasi memiliki hubungan terhadap etos kerja dengan berdasarkan R square 57.3%.
Artinya, 42.7% terdapat variabel lain yang mampu memberikan perubahan variabel
etos kerja yang tidak terukur dalam penilitian ini, kemudian dengan Hasil
penghitungan uji anova didapat f hitung sebesar 8.711 dengan p value sebesar 0.00.
Karena nilai p value yang didapat < 0.05, maka persamaan garis regresi yang
dipergunakan dalam penelitian ini dapat diterapkan lebih lanjut.
Dari delapan variabel hasil penghitungan nilai uji anova, hanya variabel
fisiologis, dan rasa aman yang tidak memberikan pengaruh terhadap etos kerja dengan
f hitung sebesar 8.722 (p value 0.05) pada variabel fisiologis, dan pada variabel Rasa
aman dengan f hitung sebesar 4.776 (p value 0.12) Dari perhitungan tersebut
diketahui p value >0.05, dengan demikian hanya variabel fisiologis dan rasa aman
yang memberikan pengaruh terhadap etos kerja.
Dari hasil perhitungan proporsi varians hanya varibel fisiologis dan sosial yang
signifikan.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa varibel mayor:
Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja terhadap etos kerja etos
kerja. Hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa R square yang didapat adalah
sebesar 0.573.Hal ini berarti sumbangan yang diberikan IV terhadap DV sebesar
57.3%, sedangkan, Hasil penghitungan uji Anova didapat f hitung sebesar 8.711
dengan p value sebesar 0.000. Karena nilai p value yang didapat < 0.05. Dari hasil
analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis menyatakan ada pengaruh yang
signifikan motivasi kerja terhadap etos kerja terbukti, sedangkan variabel minor:
1.Fisiologis
Ada hubungan positif tetapi tidak signifikan antara fisiologis terhadap etos kerja etos
kerja. Hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa R square 129% dan p value 0.005.
2. Rasa aman
Ada hubungan positif tetapi tidak signifikan antara rasa aman terhadap etos kerja etos
kerja. Hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa R square 141% dan p value 0.012.
3.Sosial
Ada hubungan positif yang signifikan antara sosial terhadap etos kerja etos kerja.
Hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa R square 52.2% dan p value besar 0.00.
4. Penghargaan
Ada hubungan positif signifikan antara penghargaan terhadap etos kerja etos kerja.
Hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa R Square 52.3% dan p value 0.00
5.Aktualisasi diri
Ada hubungan positif signifikan antara aktualisasi diri terhadap etos kerja etos kerja.
Hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa R squre 54.1% dan p value 0.00
6.Gender
Ada hubungan negatif signifikan antara gender terhadap etos kerja etos kerja. Hasil
analisis regresi dapat diketahui bahwa R square 54.3% dan p value 0.00
7.Pendidikan
Ada hubungan positif signifikan antara pendidikan terhadap etos kerja etos kerja.
Hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa R square 54.6% dan p value 0.00
8. Usia
Ada hubungan positif signifikan antara usia terhadap etos kerja etos kerja. Hasil
analisis regresi dapat diketahui bahwa R square 57.3 % dan p value 0.00
5.2 Diskusi
Perkembangan dunia usaha saat ini menyebabkan semakin tingginya tingkat
permasalahan yang dihadapi seorang pengusaha, terutama pengusaha Warteg,
Kemajuan yang terjadi menuntut seorang pengusaha wqarteg untuk bekerja ekstra
dalam mencapai tujuan keberhasilan dari apa yang telah dikerjakan. Keberhasilan
seorang pengusaha Warteg timbul karena adanya motivasi kerja yang merupakan
faktor yang turut menentukan etos kerja seseorang. Besar atau kecil nya pengaruh
motivasi kerja pada etos kerja tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi
yang diberikan.
Dalam penelitian ini, dapat dilihat hubungan antara motivasi kerja terhadap etos
kerja pengusaha Warteg. Dapat dilihat dari beberapa data yang disajikan penulis
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja terhadap etos kerja
pengusaha Warteg. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan bahwa antara variabel
tersebut memberikan sumbangan sebesar 57.3% dan pengaruh sebesar 8.711%
terhadap perubahan variabel etos kerja.
Hal ini berarti semakin positif seseorang motivasi kerjanya maka akan semakin
tinggi etos kerja orang tersebut. Namun, sebaliknya semakin negatif seseorang
motivasi kerjanya maka akan semakin rendah etos kerja orang tersebut.
Selain itu penelitian ini menganalisis pengaruh setiap variabel dari motivasi
kerja yang mencakup: fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, aktualisasi diri, jenis
kelmin, pendidikan dan usia, dari 8 variabel yang telah disebutkan hanya variabel
Sosial.
Dari kedelapan variabel tersebut yang memberikan pengaruh adalah varibel
sosial, penghargaan, aktualisasi diri, jenis kelamin, pendidikan, dan usia yang
memiliki pengaruh terhadap etos kerja.
Selanjutnya variabel sosial, Berdasarkan uji regresi, yang secara signifikan
mempengaruhi etos kerja, dengan arah hubungan yang positif.
Seseorang yang kerja maksimal membuat hasil yang diperoleh pengusaha
sesuai dengan target yang ingin dicapai. Begitu juga ketika seorang pengusaha ada
sosialisasi dengan lingkungan sekitar, mempengaruhi hasil yang diperoleh
pengusaha. Hal ini membuat omset seorang pengusaha warteg menjadi meningkat.
Selanjutnya varibel penghargaan, berdasarkan uji regresi, memiliki pengaruh
signifikan terhadap etos kerja, dengan arah hubungan yang positif.
Seorang pengusaha yang sudah maju maka mengharapkan penghargaan
terhadap dirinya oleh orang lain salah satunya memperoleh prestasi, Kemampuan,
Kedudukan, atau status, Pangkat dsb.
Berikutnya variabel aktualisasi diri, berdasarkan uji regresi, yang secara
signifikan mempengaruhi etos kerja, dengan arah hubungan yang positif.
Ketika seorang pengusaha warteg usahanya maju dan berkembang pesat serta semua
kebutuhan terpenuhi yang didasarkan pada kerja kerasnya, maka pengusaha tersebut
kebutuhan-kebutuhan dibawahnya kecuali berusaha untuk mempertinggi potensi-
potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreatifitas dan ekspresi
diri.
Berikutnya variabel jenis kelamin, Berdasarkan uji regresi, Memiliki pengaruh
signifikan terhadap etos kerja, dengan arah hubungan yang positif.
Berdasarkan jenis kelamin (Bab 4) yang menunjukan bahwa, nilai laki-laki memiliki
persentase yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai persentase perempuan.
Berikutnya variabel pendidikan , Berdasarkan uji regresi, Memiliki pengaruh
signifikan terhadap etos kerja, dengan arah hubungan yang positif.
Berdasarkan pendidikan (Bab 4) yang menunjukan bahwa, nilai setara SMA memiliki
prersentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai persentase >SMA .
Selanjutnya variabel Usia, Berdasarkan uji regresi, Memiliki pengaruh signifikan
terhadap etos kerja, dengan arah hubungan yang positif.
Berdasarkan Usia (Bab 4) yang menunjukan bahwa, nilai Usia antara 20-35
memiliki persentase yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai persentase usia >35.
Tetapi kedua variabel lainnya tidak bisa diabaikan. Variabel fisiologis, kebutuhan
fisiologis dalam kerja perlu diperhatikan, karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan
dasar , yang bersifat primer dan vital.yang menyangkut fungsi fungsi biologis dasar
dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, papan, sandang, kesehatan
fisik, kebutuhan seks, dsb.
Berdasarkan uji regresi, varibel fisiologis memiliki pengaruh yang tidak
signifikan, dengan arah hubungan yang positif.
Begitu juga dengan variabel akan rasa aman dan perlindungan. Seorang pengusaha
warteg perlu mencapai kebutuhan ini sebelum menuju kebutuhan selanjutnya, yaitu
akan rasa aman dan perlindungan terutama keamanan ketika menjalani usahanya, dari
segala permasalahan yang dihadapinya, karena dapat menghambat kemajuan
usahanya selaku pengusaha warteg.
Berdasarkan uji regresi, variabel akan rasa aman dan perlindungan memiliki pengaruh
yang tidak signifikan, dengan arah hubungan yang positif.
5.3 Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran
untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait
dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran teoritis dan saran praktis.
Berdasarkan dari hasil pengamatan selama melakukan penelitian dan dari hasil
penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
5.3.1 Saran bagi penelitian selanjutnya :
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan mempertimbangkan hasil-hasil
analisis statistik beserta kesimpulannya, penulis merasa masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Namun hal tersebut merupakan sebuah proses pembelajaran berharga bagi
penulis. Penulis mengharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memperhatikan
bahwa variabel sosial yang signifikan terhadap etos kerja pada pengusaha warteg
,masih banyak variabel - varibel lain, seperti: Fisiologis, Rasa aman, Penghargaan,
Aktualisasi diri, Jenis kelamin, Pendidikan, dan Usia.guna penyempurnaan penelitian
ini
5.3.2 Saran teoritis
Berdasarkaan hasil penilitian,disarankan agar:
1. Penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperluas cakupan populasi dan
memperbanyak sampel, agar memperoleh data yang lebih variatif
2. Berikutnya variabel fisiologis dan variabel rasa aman dan perlindungan, secara
tidak signifikan pula mempengaruhi etos kerja. Oleh karena itu, pada penilitian
berikiutnya diharapkan lebih fokus pada variabel fisiologis dan akan rasa aman.
3. Memperhatikan kondisi responden ketika penyebaran angket baik ketika TO
maupun penelitian.
4. Selanjutnya, diharapkan mengadakan penelitian Etos kerja dengan karakteristik
yang berbeda(misalnya pengusaha pada rumah makan padang) .
5.3.3 Saran praktis
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Motivasi kerja dengan Etos kerja pengusaha warteg, akan tetapi masih banyak
kekurangan untuk disarankan agar:
1. Hasil penilitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan yang bersifat positif
terutama bagi pengusaha Warteg guna dapat mengembangkan dan memajukan
usahanya dengan baik kedepanya, karena mengingat persaingan usaha yang semakin
ketat.
2. Bagi pengusaha Warteg diharapkan selalu mencari informasi sebanyak mungkin
yang sekiranya berkaitan dengan Warteg, karena dengan mendapatkan informasi
tentang Warteg sebanyak mungkin tersebut akan lebih mudah tercapai tujuan yang
hendak dicapai dalam menjalani usahanya.
3. Dari teori yang digunakan, pengusaha warteg dapat mengaplikasikanya dalam
menjalani usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab.(2004).
Psikologi suatu pengantar dalam perspektif islam .Jakarta: Kencana.
Anwar, Saifudin.(1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Chaplin, J.P.(2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Desmita. ((2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dipl. Psych, Gerungan W.A. (2004). Psikologi sosial. Bandung: Refika aditama.
Fauzi, Ahmad.(1999). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Hariwijaya, M. Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan disertasi.
Kasiram, Moh. Metode Penelitian.
Lynn wilcok.(2003). Ilmu jiwa berjumpa tasawuf. Jakarta:Serambi ilmu semesta.
Lindzey, Gardner, Hall, Calvin, S.(1993).
Teori-teori Holistik (Organismik- Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisus.
Lungan, Richard. (2006). Aplikasi Statistik dan Peluang Hitung. Yogyakarta:
Graha ilmu.
Marhijanto, Bamabang.(1999). Kamus lengkap bahasa indonesia masakini.
Surabaya: Terang terbit.
Nazir, Moh.(1999) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purwanto, Ngalim.(1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin.(2003). Psikologi Agama sebuah pengantar. Bandung: Mizan.
Santrock, John W.(2003). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.
Sarlito W. Sarwono . (2000). Berkenalan dengan aliran-aliran dan
tokoh-tokoh psikologi. Jakarta: Bulan bintang.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tasmara, Toto. (2002). Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.
Umar, jahja.(2010). Analisis statistik dasar–dasar konsep.Bahan ajar.
Uno, Hamzah B. (2006) Teori Motivasi dan Pengukurannya. Gorontalo:
Bumi Aksara.
www.google.com
Assalamualaikum wr.wb
Saya adalah mahasiswa fakultas psikologi UIN tingkat akhir yang sedang
menyelesaikan tugas skripsi mengenai penyusunan yang berjudul motivasi kerja dan
etos kerja pengusaha warteg.
Dalam rangka pengumpulan data, kami mohon kesediaan anda untuk menjadi
responden kami dalam rangka menyusun angket ini. Data ini sangat tergantung dari
jawaban anda yang sejujur-jujurnya dan sesuai dengan diri anda. Saya akan menjamin
kerahasiaan anda dan identitas dari jawaban anda. Bantuan anda sangat berharga
untuk penelitian yang sedang kami lakukan. Dan untuk itu, sudilah kiranya anda
sekali lagi untuk memeriksa kelengkapan jawaban anda.
Atas segala bantuan dan kerja sama yang anda berikan saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
(Bambang Pranoto)
Peneliti
IDENTITAS RESPONDEN
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
TRY OUT SKALA ETOS KERJA
Dalam hal ini anda diminta untuk menilai pernyataan di bawah ini, dengan
cara memberikan tanda checklist (√), pada kolom penilaian yang menggambarkan
pilihan anda. Adapun pilihan sebagai berikut:
Sts : Sangat tidak setuju S : Setuju
Ts : Tidak setuju Ss : Sangat setuju
No Pernyataan Sts Ts S Ss
1. Pekerjaan dapat saya selesaikan dengan cepat.
2. Saya kecewa ketika pekerjaan saya tertunda.
3. Saya mencari jalan alternatif ketika menuju tempat
usaha saya.
4. Saya sering bekerja lembur untuk mencapai target.
5. Saya berusaha untuk mengembangkan usaha saya.
6. Saya dapat menyelesaikan pekerjaan saya sendiri.
7. Saya suka dengan pekerjaan saya.
8. Saya kesal sewaktu saya tidak bias berbuat apa-apa
terhadap pekerjaan saya.
9. Saya bisa berwirausaha karena terbiasa.
10. Saya selau semangat dalam bekerja.
11. Saya tidak keberatan untuk bekerja keras.
12. Walaupun usaha saya terkadang sepi, tetapi saya tidak
pernah putus asa.
13. Saya selalu menyalakan alarm, agar tidak kesiangan.
14. Saya senang jika saya tidak terlambat.
15. Saya menuntut diri saya untuk mengonsep waktu hidup
saya.
16. Saya membeli perlengkapan usaha saya dengan
kualitas tinggi, tetapi harga rendah.
17. Saya menabung laba dari usaha saya untuk kebutuhan
yang lebih penting.
18. Saya tidak suka menghambur-hamburkan uang saya.
19. Saya lebih dominasi menggunakan otak dalam bekerja,
walaupun pekerjaan saya banyak menggunakan tenaga.
20. Keputusan yang saya ambil berdasarkan kesepakatan
dengan pegawai saya.
21. Saya menyelesaikan masalah dengan musyawarah.
22. Saya tidak akam menyia-nyiakan jika ada kesempatan.
23. Saya akan menyelesaikan pekerjaan saya sebelum
waktunya.
24. Saya akan memiliki inisiatif yang tinggi dalam bekerja.
25. Saya tidak boleh malas dalam bekerja.
26. Saya akan cepat tanggap dalam menghadapi pekerjaan
saya.
27. Jika saya terlalu santai dengan pekerjaan saya, saya
akan mendapatkan hasil yang kurang baik.
28. Saya selalu membuat perencanaan dalam hidup saya.
29. saya harus fokus dengan pengembangan usaha saya
dari pada urusan pribadi saya.
30 saya harus bekerja maksimal untuk kebaikan kehidupan
saya.
31. Saya tidak peduli dengan waktu kerja saya
32. Saya menyelesaikan pekerjaan saya dengan cara saya
sendiri tanpa memikirkan pegawai saya.
33. Saya tidak banyak menggunakan banyak pegawai
dalam bekerja.
34. Saya bekerja asalkan selesai, tanpa memikirkan baik
dan buruknya.
35. Saya harus sering bekerja lembur, untuk menghidupi
keluarga saya.
36. Pekerjaan saya ada kalanya dikerjakan orang lain.
37. Saya sering menciptakan ide-ide baru untuk
mengembangkan usaha saya.
38. Sebelum melaksanakan pekerjaan saya terlebih dahulu
menentukan target pelaksanaannya.
39. Ada kalanya saya meminta bantuan pegawai saya
untuk membuat inovasi baru yg berhubungan dengan
usaha saya.
40. Saya selalu bekerja keras meskipun banyak
rintangannya.
41. Terkadang saya malas untuk melakukan pekerjaan
yang setiap hari saya lakukan.
42. Saya kadang-kadang menyisakan pekerjaan saya.
43. Saya mengerjakan tugas tepat waktu.
44. Saya tidak cemas jika pekerjaan saya belum selesai.
45. Saya gelisah, jika pekerjaan yang saya rencanakan
tidak sesuai target awal.
46. Saya tidak berlebihan dalam menonjolkan sesuatu yang
saya miliki.
47. Saya kesal, jika penampilan saya maupun tempat usaha
saya tidak kelihatan sempurna.
48. Saya selalu menggunakan uang saya untuk sesuatu
yang bermanfaat saja.
49. Saya terkadang menyelesaiakan pekerjaan saya dengan
hati nurani saya.
50. Saya menghadapi masalah dengan emosi.
51. Saya tidak melupakan ibadah walaupun banyak
pekerjaan.
52. Saya terkadang menunda pekerjaan ketika ada
kesempatan baik dalam usaha saya.
53. Saya harus cepat melekukan pekerjaan saya, ketika ada
banyak pembeli.
54. Saya merubah system usaha saya ketika ad aide-ide
bagus.
55. Saya merasa malas bekerja ketika sudah merasa lelah.
56. Saya giat bekerja dan cepat dalam melakukan
pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
57. Saya dan pegawai saya selalu siap dan senang ketika
melayani banyak pembeli.
58. Saya menabung laba usaha saya untuk kebutuhan masa
depan saya dan mengembangkan usaha saya.
59. Saya dan keluarga saya sering berdiskusi tentang
bagaimana memperbaiki tempat usaha saya agar
kedepan semakin maju.
60. Saya tidak memeikirkan bagaimana usaha saya bias
membentuk banyak cabang.
TRY OUT SKALA MOTIVASI KERJA
Dalam hal ini anda diminta untuk menilai pernyataan di bawah ini, dengan
cara memberikan tanda checklist (√), pada kolom penilaian yang menggambarkan
pilihan anda. Adapun pilihan sebagai berikut:
Sts : Sangat tidak setuju S : Setuju
Ts : Tidak setuju Ss : Sangat setuju
No Pernyataan Sts Ts S Ss
1. Saya rasa bekerja merupakan tanggung jawab terhadap
keluarga.
2. Saya bekerja guna mendapatkan uang.
3. Saya piker pendapatan yang saya peroleh kurang
mencukupi kebutuhan keluarga.
4. Pendapatan yang saya terima kurang memadai
dibandingkan dengan kerja keras saya.
5. Saya tidak peduli dengan pekerjaan apapun yang saya
lakukan, asalkan dapat menafkahkan keluarga dan
memajukan usaha saya.
6. Harga bahan baku yang naik memberatkan kondisi
ekonomi (keluarga) saya.
7. Saya kurang bersemangat dalam bekerja karena
pendapatan yang saya peroleh tidak mencukupi
kebutuhan keluarga saya.
8. Saya rela bekerja keras asalkan anak-anak saya dapat
makan dan bersekolah yang layak.
9. Saya senang ketika mendapatkan keuntungan yang
besar walaupun harus bekerja lembur.
10. Uang pendapatan saya selalu habis sebelum waktunya.
11. Pendapatan yang besar merupakan faktor yang penting
guna memotivasi diri saya bekerja lebih baik.
12. Saya merasa nyaman bekerja yang saya lakukan
sekarang.
13. Fasilitas tempat usaha saya kurang memadai.
14. Dapat Menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin
adalah hal yang melelahkan .
15. Persaingan dalam usaha adalah sangat wajar.
16. Pekerjaan yang tidak memiliki tantangan akan sangat
membosankan.
17. Saya tidak berani menghadapi pekerjaan yang penuh
resiko meskipun menjadi tanggung jawab saya.
18. Usaha yang maju hanya dimiliki pengusaha yang
memiliki motivasi kerja yang tinggi.
19. Perdebatan dalam mengambil sebuah keputusan itu
merupakan hal biasa pada keluarga saya.
20. Ide-ide saya sering bertentangan dengan pegawai-
pegawai saya dan itu membuat saya merasa tidak
nyaman dalam melakukan pekerjaan.
21. Hubungan kekeluargaan di luar jam kerja sangat
penting.
22. Keluarga tidak memiliki andil dalam memajukan usaha
saya.
23. Partisipasi pegawai saya merupakan bentuk tanggung
jawab dalam bekerja.
24. Mengisi waktu luang dengan mengobrol bersama-sama
pegawai saya merupakan hal yang menyenangkan.
25. Di lingkungan usaha saya, saya termasuk orang yang
kreatif.
26. Pegawai-pegawai saya sangat memahami sifat saya
yang menjadi skekurangan ataupun kelebihan dalam
diri saya.
27. Dari kecil saya termasuk orang yang sulit beradaptasi
dengan orang lain.
28. Saya tidak pernah kesulitan berkomunikasi dengan
pegawai saya maupun keluarga saya.
29. Saya tidak perlu mengawasi pekerjaan pegawai-
pegawai saya dengan ketat.
30. Saya tidak punya waktu untuk bersosialisasi dengan
rekan-rekan pengusaha warteg yang lain karena
kesibukan pekerjaan saya.
31. Jika mendapat kritik dari orang lain saya tidak peduli.
32. Reward di berikan kepada pegawai yang bekerja baik
33. Menurut saya pegawai menaati perintah saya selaku
pemilik usaha
34. Menurut saya,pewagai saya perlu dikasih teguran
ketika membuat kesalahan
35. pembeli sering merasa puas dengan hidangan yang
saya sajikan.
36. Saya memulai pekerjaan dan menyelesaikannya, tepat
waktu.
37. Bila Saya tidak bisa menangani pekerjaan saya hingga
selesai, saya selalu meminta bantuan pada pegawai
saya.
38. Saya memberikan peraturan pada pegawai saya untuk
kepentingan usaha saya.
39. Saya tidak berani mencoba mengerjakan pekerjaan
diluar kemampuan saya.
40. Saya yakin usaha saya akan maju karena kerja keras
saya
41. Bagi saya setiap pekerjaan memiliki tantangan yang
berbeda.
42. Menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya
merupakan tanggung jawab saya.
43. saya bekerja lebih banyak dari pada pekerjaan yang
saya tetapkan.
44. Saya rela bekerja lembur asalkan hasilnya memuaskan.
45. Saya sering merasa tidak optimal dalam menyelesaikan
pekerjaan.
46. Merencanakan dengan matang sebuah pekerjaan hanya
membuang waktu saja.
47. Saya merasa mampu melaksanakan apapun yang
menjadi tugas dan tanggung jawab saya di tempat
usaha saya.
48. Saya iri dengan kemajuan usaha orang lain dan itu
membuat saya terdorong untuk memajukan usaha
saya..
49. Saya lebih senang mengerjakan pekerjaan yang mudah.
50. Usaha yang saya jalani saat ini tidak sesuai dengan
bidang saya
51. Menurut saya, bekerja dengan serius dapat memajukan
usaha saya.
52. Saya cemas, ketika saya tidak mampu melakukan
pekerjaan saya.
53. Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan pangan saja.
54. Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sandang saja.
55. Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan papan saja.
56. Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik saja.
57. Saya bekerja untuk kebutuhan biologis saja.
58. Saya tidak peduli ketika teman pengusaha saya
bangkrut.
59. Hasil usaha saya sebagian digunakan untuk asuransi
jiwa.s
60. Saya memberikan gaji kepada pegawai saya sama rata.
Assalamualaikum wr.wb
Saya adalah mahasiswa fakultas psikologi UIN tingkat akhir yang sedang
menyelesaikan tugas skripsi mengenai penyusunan yang berjudul motivasi kerja dan
etos kerja pengusaha warteg.
Dalam rangka pengumpulan data, kami mohon kesediaan anda untuk menjadi
responden kami dalam rangka menyusun angket ini. Data ini sangat tergantung dari
jawaban anda yang sejujur-jujurnya dan sesuai dengan diri anda. Saya akan menjamin
kerahasiaan anda dan identitas dari jawaban anda. Bantuan anda sangat berharga
untuk penelitian yang sedang kami lakukan. Dan untuk itu, sudilah kiranya anda
sekali lagi untuk memeriksa kelengkapan jawaban anda.
Atas segala bantuan dan kerja sama yang anda berikan saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
(Bambang Pranoto)
Peneliti
IDENTITAS RESPONDEN
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
SKALA ETOS KERJA
Dalam hal ini anda diminta untuk menilai pernyataan di bawah ini, dengan
cara memberikan tanda checklist (√), pada kolom penilaian yang menggambarkan
pilihan anda. Adapun pilihan sebagai berikut:
Ss : Sangat setuju Ts : Tidak Setuju
S : Setuju Sts : Sangat tidak setuju
No Pernyataan Ss S Ts Sts
1. Pekerjaan dapat saya selesaikan dengan cepat.
2. Saya lelah ketika menghadapi pekerjaan yang banyak.
3. Saya mencari jalan alternatif ketika menuju tempat
usaha saya.
4. Saya sering bekerja lembur, tetapi hasilnya tidak
maksimal.
5. Saya berusaha untuk mengembangkan usaha saya.
6. Saya sering melakukan pekerjaan saya dengan baik.
7. Saya sering membantu pekerjaan pegawai saya.
8. Saya kesal sewaktu saya tidak bisa berbuat apa-apa
terhadap pekerjaan saya.
9. Saya bisa berwirausaha karena terbiasa.
10. Saya selau semangat dalam bekerja.
11. Saya tidak keberatan untuk bekerja keras.
12. Walaupun usaha saya terkadang sepi, tetapi saya tidak
pernah putus asa.
13. Saya terkadang bangun kesiangan.
14. Saya suka menyianyiakan waktu yang ada.
15. Saya menuntut diri saya untuk mengonsep waktu hidup
saya.
16. Saya membeli perlengkapan usaha saya dengan
kualitas tinggi, tetapi harga rendah.
17. Saya menabung laba dari usaha saya untuk kebutuhan
yang lebih penting.
18. Saya tidak suka menghambur-hamburkan uang saya.
19. Saya senang bekerja dengan tenaga dari pada dengan
pikiran.
20. Keputusan yang saya ambil berdasarkan kesepakatan
dengan pegawai saya.
21. Saya menyelesaikan masalah dengan musyawarah.
22. Saya tidak akam menyia-nyiakan jika ada kesempatan.
23. Saya akan menyelesaikan pekerjaan saya sebelum
waktunya.
24. Saya akan memiliki inisiatif yang tinggi dalam bekerja.
25. Saya tidak boleh malas dalam bekerja.
26. Saya akan cepat tanggap dalam menghadapi pekerjaan
saya.
27. Saya selalu menyianyiakan kesempatan dalam bekerja.
28. Saya selalu membuat perencanaan dalam hidup saya.
29. Saya selalu memikirkan kebutuhan sekarang saja.
30. Saya harus bekerja maksimal untuk kebaikan
kehidupan saya.
Assalamualaikum wr.wb
Saya adalah mahasiswa fakultas psikologi UIN tingkat akhir yang sedang
menyelesaikan tugas skripsi mengenai penyusunan yang berjudul motivasi kerja dan
etos kerja pengusaha warteg.
Dalam rangka pengumpulan data, kami mohon kesediaan anda untuk menjadi
responden kami dalam rangka menyusun angket ini. Data ini sangat tergantung dari
jawaban anda yang sejujur-jujurnya dan sesuai dengan diri anda. Saya akan menjamin
kerahasiaan anda dan identitas dari jawaban anda. Bantuan anda sangat berharga
untuk penelitian yang sedang kami lakukan. Dan untuk itu, sudilah kiranya anda
sekali lagi untuk memeriksa kelengkapan jawaban anda.
Atas segala bantuan dan kerja sama yang anda berikan saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
(Bambang Pranoto)
Peneliti
IDENTITAS RESPONDEN
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
SKALA MOTIVASI KERJA
Dalam hal ini anda diminta untuk menilai pernyataan di bawah ini, dengan
cara memberikan tanda checklist (√), pada kolom penilaian yang menggambarkan
pilihan anda. Adapun pilihan sebagai berikut:
Ss : Sangat setuju Ts : Tidak setuju
S : Setuju Sts : Sangat tidak setuju
No Pernyataan Ss S Ts Sts
1. Saya bertanggung jawab penuh atas pekerjaan saya.
2. Pekerjaan saya ada kalanya diselesaikan orang lain.
3. Saya tidak pernah menyelesaikan pekerjaan sampai
akhir.
4. Saya tidak suka ada orang lain yang mengerjakan
pekerjaan saya.
5. Saya mengerjakan tugas tepat waktu.
6. Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan saya terlebih
dahulu menentukan target pelaksanaannya.
7. Saya selalu gelisah, jika pekerjaan saya belum
selesai.
8. Saya kadang-kadang menyisakan pekerjaan saya.
9. Saya tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan
pegawai saya.
10. Saya segan untuk mengerjakan yang tidak ada
kaitannya dengan tugas saya.
11. Saya mempunyai pekerjaan tambahan selain tugas
ruutin saya.
12. Saya senang melakukan tugas-tugas sosial, baik di
tempat usaha saya maupun di masyarakat.
13. Saya lebih baik membaca Koran dari pada membantu
pekerjaan pegawai saya.
14. Saya tidak peduli terhadap pekerjaan yang tidak ada
kaitannya dengan pekerjaan saya.
15. Saya percaya, bahwa apa yang saya harapkan akan
tercapai dengan pekerjaan saya.
16. Keberhasilan akan tercapai, jika usaha kita maksimal.
17. Kerjasama yang baik dalam bentuk saling menolong
dalam pekerjaan, sangat menyenangkan.
18. Keterbukaan diantara pengusaha dengan pegawainya
dapat memperlancar suatu pekerjaan.
19. Untuk menciptakan dan memelihara hubungan antara
pengusaha dan pegawai perlu ada pertemuan.
20. Kerjasama yang baik diantara pegawai mendorong
saya untuk bekerja keras dan menyelesaikan
pekerjaan dengan baik.
21. Saya mengharapkan usaha saya maju.
22. Tambahan pendapatan diluar usaha dibagikan secara
merata.
23. Dengan keterampilan yang saya miliki, kesempatan
mendapatkan penghasilan tambahan terbuka luas.
24. Saya tidak dilarang keluarga untuk mencari tambahan
penghasilan diluar, asal pekerjaan di tempat usaha
saya selesai.
25. Pendapatan yang saya terima tidak sesuai dengan
pekerjaan saya (pendapatan lebih kecil).
26. Pendapatan yang saya terima sesuai dengan tenaga
yang saya keluarkan.
27. Pada waktu senggang, saya gunakan untuk berpikir
tentang kemajuan usaha saya.
28. Saya suka mendiskusikan masukan atau ide dengan
pegawai saya.
29. Saya cenderung untuk mengkritik cara kerja pegawai
saya.
30. Saya menolak orang lain yang ingin membantu
pekerjaan saya.
31. Tidak ada kesempatan bagi saya untuk memecahkan
sendiri masalah-masalah yang berhubungan dengan
pekerjaan.
32. Untuk memperoleh hasil yang baik, saya harus
memperhatikan kebutuhan pegawai saya.
33. Tidak semua pengusaha menghargai saran untuk
perbaikan yang diusulkan pegawainya.
34. Saya selalu berinisiatif membantu pekerjaan pegawai
saya, yang saya anggap susah.
35. Saya melaksanakan hasil keputusan yang sudah
disepakati demi kemajuan usaha saya.
36. Pekerjaan yang saya anggap sulit tidak saya kerjakan.