draft pp indikasi kedaruratan medis

7
Draft PP-Indikasi Kedaruratan Medis & Perkosaan-30 Juni2010-YKP-BiroHukum-Kemenkes Page 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG INDIKASI KEDARURATAN MEDIS DAN PERKOSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 75 ayat (2), (3) dan ayat (4), Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Indikasi Kedaruratan Medis dan Perkosaan Mengingat : 1. Pasal .......ayat....Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara ....) MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG INDIKASI KEDARURATAN MEDIS DAN PERKOSAAN UNTUK PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Aborsi adalah penghentian kehamilan sebelum usia janin 20 minggu atau berat janin 500 mg (WHO) 2. Pelayanan Aborsi yang bermutu, aman dan bertanggung jawab adalah pelayanan aborsi yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih, ditempat/klinik terdaftar, menggunakan metode dan peralatan yang memenuhi standar WHO, tidak diskriminatif dan tidak mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis 3. Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis (diambil dari UU No36/2009).

Upload: cintacici

Post on 03-Jan-2016

134 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draft PP Indikasi Kedaruratan Medis

Draft PP-Indikasi Kedaruratan Medis & Perkosaan-30 Juni2010-YKP-BiroHukum-Kemenkes Page 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

INDIKASI KEDARURATAN MEDIS DAN PERKOSAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 75 ayat (2), (3) dan ayat

(4), Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Indikasi Kedaruratan

Medis dan Perkosaan

Mengingat : 1. Pasal.......ayat....Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara ....)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG INDIKASI

KEDARURATAN MEDIS DAN PERKOSAAN UNTUK

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI

BAB I

KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Aborsi adalah penghentian kehamilan sebelum usia janin 20 minggu atau berat janin

500 mg (WHO)

2. Pelayanan Aborsi yang bermutu, aman dan bertanggung jawab adalah pelayanan

aborsi yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih, ditempat/klinik terdaftar,

menggunakan metode dan peralatan yang memenuhi standar WHO, tidak

diskriminatif dan tidak mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis

3. Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak

bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa

persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang tidak profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang berlaku,

diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis

(diambil dari UU No36/2009).

Page 2: Draft PP Indikasi Kedaruratan Medis

Draft PP-Indikasi Kedaruratan Medis & Perkosaan-30 Juni2010-YKP-BiroHukum-Kemenkes Page 2

4. Indikasi Kedaruratan medis adalah kondisi kehamilan yang menurut pendapat dokter

dapat membahayakan kesehatan ibu atau janinnya.

5. Perkosaan

adalah pemaksaan fisik dan non fisik dalam hubungan seksual atau perusakan organ

reproduksi yang dilakukan dengan berbagai cara terhadap seseorang oleh siapapun

baik dalam ikatan keluarga maupun diluar ikatan keluarga.

6. Konseling kesehatan reproduksi adalah proses memberdayakan klien yang dilakukan

oleh konselor kesehatan reproduksi agar klien dapat mengambil keputusan yang

bertanggung jawab.

7. Konselor kesehatan reproduksi adalah setiap orang yang telah mendapatkan pelatihan

konseling kesehatan reproduksi dan telah bersertifikat

BAB II

INDIKASI KEDARURATAN MEDIS

1. Indikasi kedarutan medis bagi kehamilan, meliputi:

1.1 Penyakit-penyakit fisik pada perempuan yang secara kesehatan akan semakin

parah apabila kehamilan dilanjutkan

1.2 Kehamilan yang disertai dan akan menyebabkan gangguan kejiwaan

berdasarkan pendapat dokter atau psikolog.

1.3 Kehamilan akibat perkosaan, yakni pemaksaan secara fisik dan non fisik

secara seksual, baik dalam ikatan keluarga maupun diluar ikatan keluarga

2. Indikasi kedarutan medis bagi janin, meliputi:

Kelainan pada janin jika diketahui janin karena menderita penyakit-penyakit atau

cacat bawaan, yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup

di luar kandungan.

BAB III

KORBAN PERKOSAAN

1. Setiap korban perkosaan akan mengalami trauma yaitu goncangan emosional yang

mendalam pada korban yang bisa merusak seluruh hari depannya, sehingga berhak

mendapatkan layanan konseling yang memadai

2. Setiap korban perkosaan berhak mendapatkan layanan pencegahan kehamilan,

pemeriksaan penularan IMS termasuk HIV , aborsi aman dan penanganan

komplikasi lainnya sesuai kehendak dan kebutuhan korban.

Page 3: Draft PP Indikasi Kedaruratan Medis

Draft PP-Indikasi Kedaruratan Medis & Perkosaan-30 Juni2010-YKP-BiroHukum-Kemenkes Page 3

BAB IV

INFORMASI DAN EDUKASI

1. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan dan

informasi kepada masyarakat dengan tujuan untuk melindungi perempuan dari

kehamilan yang tidak diinginkan dan tindak aborsi yang tidak aman

2. Setiap orang berhak memperoleh informasi yang lengkap dan benar tentang indikasi

kedaruratan medis dan perkosaan yang dapat membahayakan kesehatannya

3. Setiap orang berhak mendapat informasi dengan mudah, lengkap dan benar mengenai

infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS

4. Setiap pendidikan kesehatan harus mencakup pemahaman yang benar mengenai

kehamilan sebagai fungsi sosial yang meliputi:

a. Pemahaman tentang nama, fungsi dan sistem organ reproduksi perempuan dan

laki-laki

b. Pemahaman mengenai cara-cara pencegahan kehamilan dengan mengenali

beragam metode kontrasepsi lengkap dengan kekurangan dan kelebihanya

c. Pemahaman dan cara pencegahan berbagai infeksi menular seksual termasuk

HIV dan AIDS

d. Akses terhadap layanan perawatan kesehatan

BAB V

PENYELENGGARAAN DAN PENGAWASAN LAYANAN ABORSI AMAN

Pasal 1 Prosedur

(1) Prosedur melakukan aborsi aman, meliputi:

1.1 Pemeriksaan fisik dan laboratorium

1.2 Konseling pra dan pasca tindakan

1.3 Informed consent

Tindakan sesuai panduan pelayanan medis yang mutahir dan profesional

1.4 Tindak lanjut

1.5 Prosedur rujukan (bila diperlukan)

Pasal 2 Tenaga Kesehatan

Penjelasan pasal

"panduan tersebut disusun oleh kelompok

profesional yang terkait, dan selalu ditinjau

ulang secara periodik agar sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi, mis. 2

tahun sekali".

Page 4: Draft PP Indikasi Kedaruratan Medis

Draft PP-Indikasi Kedaruratan Medis & Perkosaan-30 Juni2010-YKP-BiroHukum-Kemenkes Page 4

(1) Aborsi harus dilakukan oleh dokter atau bidan yang terlatih dan tersertifikasi untuk

melakukan layanan aborsi aman

(2) Pelatihan diberikan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan

Pasal 3 Konselor

(1) Konselor yang kompeten dan berwenang adalah setiap orang yang telah telah terlatih

dan memiliki sertifikat sebagai konselor aborsi aman

(2) Yang dapat menjadi konselor aborsi adalah psikolog, dokter, perawat, bidan, termasuk

tokoh masyarakat, tokoh agama, relawan pendamping yang mempunyai minat dan

memiliki keterampilan konseling aborsi aman yang tersertifikasi

(3) Pendidikan dan pelatihan bagi konselor aborsi diberikan oleh lembaga yang ditunjuk

oleh Menteri Kesehatan dengan memperhatikan syarat-syarat pengalaman dan

kemampuan dalam memberikan konseling aborsi

Pasal 4 Konseling

(1) Konseling dilakukan sebelum dan sesudah tindakan

(2) Konseling sebelum tindakan layanan aborsi aman dilakukan dengan tujuan

1. Menjajaki keinginan klien

2. Menyampaikan dan menjelaskan kepada klien bahwa tindakan aborsi dapat

atau tidak dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan medis

3. Menjelaskan tahapan tindakan aborsi yang akan dilakukan dan kemungkinan

efek sampingnya

4. Membantu klien untuk mengambil keputusan sendiri untuk menjalani aborsi

atau membatalkan niatnya setelah mendapatkan informasi yang ia pahami

(3) Konseling sesudah tindakan dilakukan, dengan tujuan:

1. Mengobservasi dan mengevaluasi kondisi dan perasaan klien setelah tindakan

aborsi aman dilakukan

2. Membantu klien memahami kondisi umum setelah menjalani aborsi

Menjelaskan kemungkinan efek samping yang dapat terjadi setelah tindakan

aborsi

3. Menjelaskan perlunya kunjungan ulang untuk pemeriksaan medis dan

konseling lanjutan atau rujukan bila diperlukan

4. Menjelaskan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah

terjadinya kehamilan jika klien belum siap untuk hamil lagi dan untuk

mencegah aborsi berulang

Page 5: Draft PP Indikasi Kedaruratan Medis

Draft PP-Indikasi Kedaruratan Medis & Perkosaan-30 Juni2010-YKP-BiroHukum-Kemenkes Page 5

Pasal 5 Penyedia layanan kesehatan

(1) Tempat yang diperbolehkan untuk melakukan aborsi aman adalah tempat pelayanan

kesehatan yang memiliki fasilitas untuk melakukan tindakan aborsi aman dan alat

pendukung darurat.

(2) Tempat tersebut harus mendapat penunjukan dari Menteri Kesehatan

(3) Rujukan adalah tempat pelayanan kesehatan baik rumah sakit pemerintah maupun

swasta yang terdekat, yang memenuhi persyaratan untuk menerima rujukan aborsi

aman

Pasal 6 Pengawasan dan Pelaporan

(1) Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari tindak aborsi yang tidak

aman, tidak bermutu, dan tidak bertanggung jawab, dengan cara menindak pelaku-

pelaku praktek aborsi yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

(2) Pemerintah wajib melakukan pengawasan terhadap prosedur dan metode aborsi agar

sesuai ketentuan perundang-undangan.

(3) Setiap pemberi pelayanan aborsi aman wajib membuat rekam medis yang lengkap dan

laporan periodik kepada Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan

(4) Kementerian Kesehatan berkewajiban melakukan pengawasan, evaluasi dan

mengambil tindakan jika terjadi penyimpangan terhadap Peraturan Pemerintah.

(5) Pengawasan langsung dilakukan oleh Dinas Kesehatan di Kabupaten atau Kotamadya

BAB VI

PEMBIAYAAN

Pasal 7 Pembiayaan

1. Besarnya biaya ditetapkan melalui peraturan Menteri Kesehatan

2. Bagi korban perkosaan yang mengalami kehamilan, pembiayaan atau pendanaan

menyangkut pelaksanaan layanan pencegahan kehamilan, pemeriksaan penularan

IMS dan HIV dan aborsi aman, menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah

daerah dan sumber lain. Besarnya biaya ditetapkan melalui peraturan Menteri

Kesehatan

Page 6: Draft PP Indikasi Kedaruratan Medis

Draft PP-Indikasi Kedaruratan Medis & Perkosaan-30 Juni2010-YKP-BiroHukum-Kemenkes Page 6

BAB VII

SANKSI

1. Barang siapa melakukan aborsi tidak aman dapat dipidana sesuai ketentuan peraturan

undang- undang kesehatan maupun perundang-undangan lainya.

2. Untuk kepentingan penyidikan, rumah sakit wajib memberikan rekam medis maupun

keterangan lainya berkaitan dengan pelaksanan aborsi kepada penyidik

3. Penyidikan tindak pidana ini dilaksanakan oleh penyidik Polri

4. Setiap dokter dan bidan yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk

melakukan layanan aborsi aman sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud

peraturan perundang-undangan, akan mendapatkan sanksi administratif mulai dari

teguran sampai dengan pencabutan surat ijin registrasi pencabutan izin praktek atau....

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal......................

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR.H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal..................

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd PATRIALIS AKBAR

Page 7: Draft PP Indikasi Kedaruratan Medis

Draft PP-Indikasi Kedaruratan Medis & Perkosaan-30 Juni2010-YKP-BiroHukum-Kemenkes Page 7

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN.....NOMOR.......

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR... TAHUN.....

TENTANG INDIKASI KEDARURATAN MEDIS DAN PERKOSAAN

I. UMUM

II. PASAL DEMI PASAL

a. Contoh bagi penyakit fisik dan non fisik kehamilan pada perempuan usia

dibawah umur 18 tahun: perempuan hamil yang terinfeksi HIV dan

kegagalan kontrasepsi