draf 4 10-6-2017 - bp2d.jabarprov.go.idbp2d.jabarprov.go.id/storage/app/media/pdf/... · mengingat...

30
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : … TAHUN …. TENTANG KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa Jawa Barat memiliki berbagai hasil kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual dan Ekspresi Budaya Tradisional yang harus dilestarikan, dilindungi, dibina, dan dikembangkan; b. bahwa dalam upaya melindungi hasil kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual dan Ekspresi Budaya Tradisional sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a dari pengakuan oleh pihak lain, perlu dilakukan upaya strategis melalui penetapan peraturan daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Kekayaan Intelektual; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai DRAF – 4 10-6-2017

Upload: vudiep

Post on 25-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR : … TAHUN ….

TENTANG

KEKAYAAN INTELEKTUAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT,

Menimbang : a. bahwa Jawa Barat memiliki berbagai hasil kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual dan Ekspresi Budaya Tradisional yang harus dilestarikan, dilindungi, dibina, dan dikembangkan;

b. bahwa dalam upaya melindungi hasil kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual dan Ekspresi Budaya Tradisional sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a dari pengakuan oleh pihak lain, perlu dilakukan upaya strategis melalui penetapan peraturan daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Kekayaan Intelektual;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

DRAF – 4 10-6-2017

Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043);

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4044);

6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 243, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046);

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 266, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599);

12. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5922);

13. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 252, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5953);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran dan Penggunaan Varietas Tanaman untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 30);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2004 tentang Syarat dan Tata Cara Pengalihan Perlindungan Varietas Tanaman dan Penggunaan Varietas yang Dilindungi oleh Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 31;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2004 tentang Sarana Produksi Berteknologi Tinggi untuk Cakram Optik (Optical Disc) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4425);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4465);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4497);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46);

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan

Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 5 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 117);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

dan

GUBERNUR JAWA BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KEKAYAAN INTELEKTUAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Definisi

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat.

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.

4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

5. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah

Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

6. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah

Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa

Barat yang terkait dengan tugas dan fungsi perlindungan Kekayaan

Intelektual.

7. Perlindungan adalah segala bentuk upaya melindungi kekayaan intelektual

meliputi HKI dan hak terkait, serta kebudayaan Daerah dari pemanfaatan

secara komersial.

8. Pemanfaatan adalah pendayagunaan HKI, hak terkait, dan kebudayaan

Daerah baik secara komersial maupun non komersial.

9. Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang timbul atau lahir karena

kemampuan intelektual manusia melalui daya cipta, rasa, dan karsanya

yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan

sastra.

10. Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HKI adalah hak

eksklusif yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan kepada

seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya, meliputi hak cipta,

paten, merek, desain industri, rahasia dagang, varietas tanaman, dan

desain tata letak sirkuit terpadu.

11. Ekspresi Budaya Tradisional (Folklore) adalah kebudayaan karya

intelektual dalam bidang seni, termasuk ekspresi sastra yang mengandung

unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan,

dan dipelihara oleh kustodiannya.

12. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Pejabat

PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah

Daerah dan/atau Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya

meliputi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual produk masyarakat dan

kebudayaan Daerah.

13. Penyidik Polri adalah Penyidik Kepolisian Republik Indonesia.

14. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan

yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu

pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses

produksi.

15. Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau

orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal

dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

16. Lembaga penelitian dan pengembangan yang selanjutnya disebut lembaga

litbang adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau

pengembangan.

17. Badan usaha adalah badan atau lembaga berbadan hukum yang

melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangundangan.

18. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

19. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri

atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan

pribadi.

20. Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,

dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan, alau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk

nyata.

21. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak

yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang

menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara

sah.

22. Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan

hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga

Penyiaran.

23. Program Komputer adalah seperangkat instruksi yang diekspresikan dalam

bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang ditujukan

agarkomputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai

hasi.l tertentu.

24. Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia.

25. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, suatu ciptaan

dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik

atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,

didengar, atau dilihat orang lain.

26. Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu

salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam

bentuk apapun, secara permanen atau sementara.

27. Fiksasi adalah perekaman suara yang dapat didengar, perekaman gambar

atau keduanya, yang dapat dilihat, didengar, digandakan, atau

dikomunikasikan melalui perangkat apapun.

28. Fonogram adalah Fiksasi suara pertunjukan atau suara lainnya, atau

representasi suara, yang tidak termasuk bentuk Fiksasi yang tergabung

dalam sinematografi atau Ciptaan audiovisual lainnya.

29. Penyiaran adalah pentransmisian suatu Ciptaan atau produk Hak Terkait

tanpa kabel sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi yang jauh

dari tempat transmisi berasal.

30. Komunikasi kepada pubiik yang selanjutnya disebut Komunikasi adalah

pentransmisian suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram melalui kabel

atau media Iainnya selain Penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik,

termasuk penyediaan suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram agar

dapat diakses public dari tempat dan waktu yang dipilihnya.

31. Pendistribusian adalah penjualan, pengedaran, dan/ataupenyebaran

Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait.

32. Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau

Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi

atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu.

33. Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,

logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua)

dimensi dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2

(dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan Zatau jasa

yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan

perdagangan barang darr/atau jasa.

34. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sarna

atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.

35. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pacta jasa yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersarna-sarna atau badan

hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.

36. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang danjatau jasa

dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu

barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh

beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk

membedakan dengan barang danjatau jasa sejenis lainnya.

37. Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal

suatu barang danjatau produk yang karena faktor lingkungan geografis

termasuk faktor alarn, faktor manusia atau kornbinasi dari kedua faktor

tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada

barang danjatau produk yang dihasilkan.

38. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor

atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu

melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan

kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

39. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan

pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau

proses, ataupenyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

40. Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama

melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan

Invensi.

41. Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik paten, pihak yang

menerima hak atas paten tersebut dari pemilik Paten, atau pihak lain yang

menerima lebih lanjut hak atas Paten tersebut yang terdaftar dalam daftar

umum Paten.

42. Royalti adalah imbalan yang diberikan untuk penggunaan hak atas Paten.

43. Imbalan adalah kompensasi yang diterima oleh pihak yang berhak

memperoleh Paten atas suatu Invensi yang dihasilkan, dalam hubungan

kerja atau Invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja

yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia

dalampekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya

untuk menghasilkan Invensi atau Pemegang Paten atas Invensi yang

dihasilkan oleh Inventor dalam hubungan dinas atau pemegang paten dari

Penerima Lisensi-wajib atau pemegang paten atas Paten yang dilaksanakan

oleh pemerintah.

44. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten, baik yang bersifat

eksklusif maupun non-eksklusif, kepada penerima lisensi berdasarkan

perjanjian tertulis untuk menggunakan Paten yang masih dilindungi

dalamjangka waktu dan syarat tertentu.

45. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode

ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan

keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian

kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah

bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

46. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah

terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan

teknologi baru.

47. Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang

dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu

pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan,

kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia.

48. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun,

dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan pendekatan

tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat

kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian

gejala alam dan/atau gejala kemasyarakatan tertentu.

49. Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah

perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili

oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor PVT, terhadap

Varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan

pemuliaan.

50. Varietas Tanaman, yang selanjutnya disebut Varietas, adalah sekelompok

tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,

pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik

genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau

spesies yang sama oleh sekurangkurangnya satu sifat yang menentukan

dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

51. Varietas Asal adalah Varietas yang digunakan sebagai bahan dasar untuk

pembuatan Varietas Turunan Esensial yang meliputi varietas yang

mendapat PVT dan Varietas yang tidak mendapat PVT tetapi telah diberi

nama dan didaftar oleh Pemerintah.

52. Varietas Turunan Esensial adalah varietas hasil perakitan dari Varietas

Asal dengan menggunakan seleksi tertentu sedemikian rupa sehingga

Varietas tersebut mempertahankan ekspresi sifat-sifat Esensial dari

Varietas Asalnya tetapi dapat dibedakan secara jelas dengan Varietas

Asalnya dari sifat-sifat yang timbul dari tindakan penurunan itu sendiri.

53. Varietas Lokal adalah Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara

turun temurun oleh petani, serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai

oleh negara.

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 2

Tujuan Peraturan Daerah ini adalah :

a. meningkatkan produktivitas, kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual

masyarakat Jawa Barat;

b. meningkatkan produktivitas, kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

c. memberikan kepastian hukum bagi masyarakat Jawa Barat atas kekayaan

intelektual yang dihasilkan.

Bagian Ketiga

Ruang Lingkup

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:

Pengelolaan atas Kekayaan Intelektual yang dihasilkan masyarakat dan

pemerintah Jawa Barat berdasarkan kewenangan yang diberikan peraturan

perundang-undangan.

BAB III

PERLINDUNGAN KEKAYAAN INTELEKTUAL

Pasal 4

Kekayaan intelektual sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini

meliputi :

a. Hak Cipta dan Ekspresi Budaya Tradisional;

b. Paten;

c. Merek dan Indikasi Geografis;dan

d. Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Esensial.

BAB IV

HAK CIPTA DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

Bagian Kesatu

Paragraf 1

Hak Pemerintah Daerah atas Hak Cipta

Pasal 5

Pemerintah Daerah memegang Hak Cipta atas Ciptaan yang dihasilkan oleh

suatu kegiatan yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari

Pemerintah Daerah, kecuali dinyatakan lain dalam perjanjian.

Paragraf 2

Hak Pemerintah Daerah atas Hak Cipta

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah menginventarisasi Hak Cipta yang merupakan Ciptaan

yang berasal dari Ciptaan yang diturunkan dari Budaya masyarakat Jawa

Barat.

(2) Pemerintah Daerah memfasilitasi pemrosesan perlindungan Hak Cipta atas

Ciptaan sebagaima dimaksud pada ayat (1) bilamana Ciptaan tersebut:

a. tidak diketahui Penciptanya;

b. tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan tersebut belum dilakukan

Pengumuman.

c. tidak diketahui Penciptanya, atau hanya tertera nama aliasnya atau

samaran Penciptanya yang diumumkan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan Pencipta.

d. dalam hal Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Pencipta dan

pihak yang melakukan Pengumuman.

(3) Pemerintah Daerah memfasilitasi pemrosesan perlindungan Hak Cipta atas

Ciptaan sebagaima dimaksud pada ayat (1) yang diusulkan masyarakat

Jawa Barat.

(4) Tata cara fasilitasi pemrosesan perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan

sebagaima dimaksud pada ayat (1) akan ditetapkan dengan Peraturan

Gubernur.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

berlaku jika Pencipta dan/atau pihak yang melakukan Pengumuman dapat

membuktikan kepemilikan atas Ciptaan tersebut.

Paragraf 2

Perlindungan Hak Cipta

Pasal 7

(1) Fasilitasi perlindungan Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (1) diberikan terhadap karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan

sastra.

(2) Karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dilindungi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua

hasil karya tulis lainnya:

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; karya seni terapan; karya

arsitektur;

g. peta;

h. karya seni batik atau seni motif lain;

i. karya fotografi;

j. Potret;

k. karya sinematograh;

l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,

aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

m. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modihkasi

ekspresi budaya tradisional;

n. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca

dengan Program Komputer maupun media lainnya;

o. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli;

p. permainan video; dan

q. Program Komputer.

(2) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk

pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum dilakukan

Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang

memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.

Bagian Kedua

Ekspresi Budaya Tradisional Dan Ciptaan Yang Dilindungi

Paragraf 1

Ekspresi Budaya Tradisional dan Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya

Tidak Diketahui

Pasal 8

(1) Pemerintah Daerah menginventarisasi, menjaga, dan memelihara ekspresi

budaya tradisional Jawa Barat.

(2) Pemerintah Daerah memegang Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional

yang Penciptaanya sebagian atau seluruhnya pembiayaannya berasal dari

pemerintah Daerah.

(3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat

pengembannya.

Paragraf 2

Salinan Ciptaan atau Bagian Ciptaan

Pasal 9

(1) Perpustakaan daerah atau lembaga arsip daerah yang tidak bertujuan

komersial dapat membuat 1 (satu) salinan Ciptaan atau bagian Ciptaan

tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.

(2) Salinan Ciptaan atau bagian Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan cara:

a. Penggandaan tulisan secara reprografi yang telah dilakukan

Pengumuman, diringkas, atau dirangkum untuk memenuhi permintaan

seseorang dengan syarat:

1. perpustakaan daerah atau lembaga arsip daerah menjamin bahwa

salinan tersebut hanya akan digunakan untuk tujuan pendidikan

atau penelitian;

2. Penggandaan tersebut dilakukan secara terpisah dan jika dilakukan

secara berulang, penggandaan tersebut harus merupakan kejadian

yang tidak saling berhubungan; dan

3. tidak ada Lisensi yang ditawarkan oleh Lembaga Manajemen Kolektif

kepada perpustakaan daerah atau lembaga arsip daerah

sehubungan dengan bagian yang digandakan.

b. Pembuatan salinan dilakukan untuk pemeliharaan, penggantian

salinan yang diperlukan, atau penggantian salinan dalam hal saiinan

hilang, rusak, atau musnah dari koleksi permanen di perpustakan

daerah atau lembaga arsip daerah lain dengan syarat:

1. perpustakan daerah atau lembaga arsip daerah tidak mungkin

memperoleh salinan dalam kondisi wajar; atau

2. pembuatan salinan tersebut dilakukan secara terpisah atau jika

dilakukan secara berulang, pembuatan salinan tersebut harus

merupakan kejadian yang tidak saling berhubungan.

e. Pembuatan salinan dimaksudkan unluk Komunikasi atau pertukaran

informasi antar perpustakaan, antar lembaga arsip, serta antara

perpustakaan dan lembaga arsip.

Paragraf 3

Kerjasama dan Koordinasi Pengawasan

Pasal 10

(1) Pemerintah Daerah melakukan kerjasama dan koordinasi pengawasan

untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana

berbasis teknologi informasi.

(2) Kerjasama dan koordinasi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dalam rangka:

a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten

pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;

b. kerja sama dan koordinasi dalam pencegahan pembuatan dan

penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; dan

c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan

media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat

pertunjukan.

Paragraf 5

Sarana dan Prasarana Kota Kreatif

Pasal 11

Untuk pengembangan ekonomi kreatif melalui Pemanfaatan dan Perlindungan

Hak Kekayaan Intelektual, Pemerintah Daerah wajib menyediakan sarana dan

prasarana kota kreatif.

BAB V

PATEN

Bagian Kesatu

Pemegang Paten

Pasal 12

(1) Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan

oleh Inventor:

a. dalam hubungan dinas dengan instansi pemerintah daerah, kecuali

diperjanjikan lain.

b. bilamana dalam hubungan kerja Pemerintah Daerah merupakan pihak

yang memberikan pekerjaan, kecuali diperjanjikan lain.

(2) Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan,

baik oleh karyawan maupun pekerja instansi pemerintah daerah yang

menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya.

(3) Pemerintah Daerah sebagai Inventor, berhak mendapatkan Imbalan atas

Paten yang dihasilkannya dari sumber penerimaan negara bukan pajak,

setelah Paten dikomersialkan.

(4) Dalam Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Paten tidak dapat

melaksanakan Patennya, Inventor atas persetujuan Pemegang Paten dapat

melaksanakan paten dengan pihak ketiga.

Bagian Kedua

Royalti

Pasal 13

Terhadap pelaksanaan Paten sebagaimana dimaksud ayat (4), Pemerintah

Daerah sebagai Inventor memperoleh Royalti dari pihak ketiga yang

mendapatkan manfaat ekonomi dari komersialisasi Paten tersebut.

Bagian Ketiga

Lisensi

Pasal 14

(1) Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Paten berhak memberikan Lisensi

kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi baik eksklusif maupun

non-eksklusif.

(2) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat mencakup semua

atau sebagian perbuatan untuk melarang pihak lain yang tanpa

persetujuannya:

a. dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual,

mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk

dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten;

b. dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi

Paten untuk membuat barang atau tindakan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam huruf a.

(3) Larangan menggunakan proses produksi yang diberi Paten sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b, hanya berlaku terhadap impor produk

yang semata-mata dihasilkan dari penggunaan proses yang diberi

pelindungan Paten.

(4) Dalam hal untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau

analisis, larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat

dikecualikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari

Pemegang Paten dan tidak bersifat komersial.

(5) Perjanjian Lisensi berlaku selama jangka waktu Lisensi diberikan dan

berlaku di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB VI

PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK

PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15

(1) Gubernur yang daerahnya meliputi tempat di mana suatu Varietas Lokal

berada dan Kantor PVT memiliki wewenang untuk atas nama dan

kepentingan masyarakat pemilik suatu Varietas Lokal memberikan

persetujuan kepada orang atau badan hukum yang akan menggunakan

Varietas Lokal tersebut sebagai Varietas Asal dalam pembuatan Varietas

Turunan Esensial dalam bentuk perjanjian tertulis.

(2) Gubernur bertindak untuk dan atas nama serta mewakili kepentingan

masyarakat pemilik Varietas Lokal di wilayahnya memberikan nama

Varietas Lokal berdasarkan persyaratan penamaan.

(3) Gubernur mendaftarkan Varietas Lokal yang telah diberi nama kepada

Kantor PVT dan memberikan tanggapan saran perbaikan nama Varietas

Lokal dari Kantor PVT.

(4) Gubernur dengan orang atau badan hukum wajib membuat perjanjian

penggunaan suatu Varietas Lokal sebagai Varietas Asal untuk pembuatan

Varietas Turunan Esensial.

(5) Gubernur yang mewakili kepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal

melaksanakan penggunaan imbalan.

Bagian Kedua

Persyaratan Penamaan Varietas Lokal

Pasal 16

Persyaratan penamaan Varietas Lokal sebagaimana dimaksud pada Pasal 15

ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. mencerminkan identitas Varietas Lokal yang bersangkutan;

b. tidak menimbulkan kerancuan karakteristik, nilai atau identitas suatu

c. Varietas Lokal;

d. tidak telah digunakan untuk nama Varietas yang sudah ada;

e. tidak menggunakan nama orang terkenal;

f. tidak menggunakan nama alam;

g. tidak menggunakan lambang negara; dan/atau

h. tidak menggunakan merek dagang untuk barang dan jasa yang dihasilkan

dari bahan propagasi seperti benih atau bibit, atau bahan yang dihasilkan

dari Varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman.

BAB VII

MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

Bagian Kesatu

Pemohon Indikasi Geografis

Pasal 17

(3) Pemerintah Daerah dapat bertindak sebagai Pemohon Indikasi Geografis

untuk didaftar oleh Menteri dan memperoleh perlindungan.

(4) Pemerintah Daerah dapat mewakili masyarakat sebagai Pemohon Indikasi

Geografis.

(5) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah masyarakat di

kawasan geografis tertentu yang mengusahakan suatu barang dan/atau

produk berupa:

a. sumber daya alam;

b. barang kerajinan tangan; atau

c. hasil industri.

Bagian Kedua

Pembinaan Indikasi Geografis

Pasal 18

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan Indikasi Geografis sesuai

dengan kewenangannya.

(2) Pernbinaan sebagaimana dimaksud pacta ayat (1) rneliputi:

a. persiapan untuk pemenuhan persyaratan Perrnohonan Indikasi

Geografis;

b. Permohonan pendaftaran Indikasi Geografis;

c. pernanfaatan dan kornersialisasi Indikasi Geografis;

d. sosialisasi dan pemaharnan atas pelindungan Indikasi Geografis;

e. pemetaan dan inventarisasi potensi produk Indikasi Geografis;

f. pelatihan dan pendarnpingan;

g. pernantauan, evaluasi, dan pembinaan;

h. pelindungan hukum; dan

i. fasilitasi pengernbangan, pengolahan, dan pernasaran barang dan/

atau produk Indikasi Geografis.

Bagian Ketiga

Pembinaan dan Pengawasan Indikasi Geografis

Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan Indikasi

Geografis sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) dilakukan untuk:

a. menjarnin tetap adanya reputasi, kualitas, dan karakteristik yang

menjadi dasar diterbitkannya

b. Indikasi Geografis; dan

c. mencegah penggunaan Indikasi Geografis secara tidak sah.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

pula dilakukan oleh masyarakat.

Bagian Keempat

Pendaftaran Merk Kolektif

Pasal 20

Pemerintah Daerah mendaftarkan Merek Kolektif yang diperuntukkan bagi

pengembangan/pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai

Pemohon perlindungan Indikasi Geografis kepada Menteri.

BAB VIII

ALIH TEKNOLOGI, PENYEBARAN INFORMASI, DAN PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Pemilikan Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian dan Pengembangan

Pasal 21

(1) Kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan

yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan oleh

lembaga litbang daerah provinsi yang dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah

Daerah merupakan milik Pemerintah Daerah.

(2) Dalam hal pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan

sebagaimana dimaksud ayat (1) dibiayai sebagian oleh Pemerintah Daerah

dan sebagian oleh pihak lain, kekayaan intelektual serta hasil kegiatan

penelitian dan pengembangan yang dihasilkan merupakan milik

Pemerintah Daerah dan pihak lain yang bersangkutan secara bersama.

(3) Pemilikan secara bersama atas kekayaan intelektual serta hasil kegiatan

penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan melalui perjanjian bersama Pemerintah Daerah dengan pihak

lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pemanfaatan Kekayaan Intelektual

Pasal 22

(1) Pemilikan oleh Pemerintah Daerah atas kekayaan intelektual serta hasil

kegiatan penelitian dan pengembangan memberikan kewenangan untuk

menentukan dan mengatur pemanfaatan kekayaan intelektual serta hasil

kegiatan penelitian dan pengembangan.

(2) Dalam mengelola kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan

pengembangan lembaga litbang daerah provinsi mengupayakan

perlindungan hukum atas pemilikan kekayaan intelektual serta hasil

kegiatan penelitian dan pengembangan.

Bagian Ketiga

Alih Teknologi

Pasal 23

(1) Pemerintah Daerah wajib mengusahakan alih teknologi kekayaan

intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, yang

dibiayai sepenuhnya atau sebagian oleh pemerintah daerah kepada badan

usaha, pemerintah, atau masyarakat, sejauh tidak bertentangan dengan

ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan.

(2) Apabila sebagian biaya kegiatan penelitian dan pengembangan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dibiayai oleh pihak lain, selain

pemerintah daerah, pengalihan teknologi dilaksanakan berdasarkan

perjanjian yang telah diatur sebelumnya dengan pihak lain tersebut.

Bagian Keempat

Penyebaran Informasi dan Pengelolaan

Pasal 24

Pemerintah Daerah wajib mengusahakan penyebaran informasi hasil-hasil

kegiatan penelitian dan pengembangan serta kekayaan intelektual yang dimiliki

selama tidak mengurangi kepentingan perlindungan kekayaan intelektual.

Bagian Kelima

Penggunaan Pendapatan

Pasal 25

(1) Perguruan tinggi dan lembaga litbang pemerintah berhak menggunakan

pendapatan yang diperolehnya dari hasil alih teknologi dan/atau

pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan

diri.

(2) Penggunaan pendapatan yang diperolehnya dari hasil alih teknologi

dan/atau pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana

dimaksud ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Bagian Keenam

Unit Kerja Pengelolaan Alih Teknologi

Pasal 26

Dalam melaksanakan kewajiban mengusahakan alih teknologi kekayaan

intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, Pemerintah

Daerah wajib membentuk unit kerja yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan pengelolaan dan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil

kegiatan penelitian dan pengembangan dilingkungannya.

BAB IX

SISTEM INFORMASI

Pasal 27

(1) Pemerintah Daerah wajib menyusun basis data atau data base mengenai

Kekayaan Intelektual, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2) Basis data atau data base Kekayaan Intelektual, sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), harus diumumkan dan mudah diakses.

(3) Basis data atau data base Kekayaan Intelektual sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan alat bukti kepemilikan HKI.

BAB X

PERAN MASYARAKAT

Pasal 28

(1) Masyarakat berperan dalam perlindungan Kekayaan Intelektual.

(2) Peran masyarakat dalam perlindungan Kekayaan Intelektual dilakukan

dalam bentuk :

a. seleksi transformasi kebudayaan luar;

b. penyediaan informasi dan data;

c. pelestarian;

d. peningkatan kegiatan dan kreativitas;

e. sosialisasi;

f. bimbingan teknis; dan

g. bantuan proses pendaftaran HKI dan hak terkait;

h. Pengawasan.

BAB XI

SENTRA KEKAYAAN INTELEKTUAL

Pasal 29

(1) Pemerintah Daerah wajib membangun Sentra Kekayaan Intelektual

(2) Pembangunan Sentra Kekayaan Intelektual sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan keuangan

Daerah.

BAB XII

SOSIALISASI DAN PEMBINAAN

Bagian Kesatu

Sosialisasi

Pasal 30

Pemerintah Daerah melaksanakan sosialisasi perlindungan Kekayaan

Intelektual kepada masyarakat.

Bagian Kedua

Pembinaan

Pasal 31

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah menyelenggarakan Pembinaan HKI dan

hak terkait kepada masyarakat secara berkesinambungan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pendampingan penerapan peraturan perundang-undangan;

b. bimbingan, supervisi, dan konsultasi;

c. bantuan teknis dan bantuan program; dan

d. pendidikan dan pelatihan.

(2) Penyelenggaraan Pembinaan oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai

kemampuan keuangan Daerah.

BAB XIII

INSENTIF DAN DISINSENTIF

Bagian Kesatu

Pasal 32

(1) Pemerintah Daerah memberikan insentif kepada setiap orang, kelompok,

atau lembaga yang berjasa dalam :

a. melakukan inovasi dan menghasilkan kekayaan intelektual; dan

b. melakukan upaya perlindungan serta fasilitasi HKI, hak terkait, dan

Ekspresi Budaya Tradisional.

(2) Insentif yang diberikan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diberikan dalam bentuk fasilitasi pendaftaran, program,

penghargaan, dan/atau bantuan, yang pelaksanaannya disesuaikan

dengan kemampuan keuangan Daerah.

Pasal 33

Syarat dan tata cara pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Gubernur sesuai kewenangan,

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Disinsentif

Pasal 34

Pelaku usaha besar yang melakukan inovasi, menghasilkan kekayaan

intelektual, dan melakukan upaya perlindungan serta fasilitasi HKI, hak terkait,

dan kebudayaan Daerah, tidak diberikan insentif.

Pasal 35

(1) Setiap orang, kelompok atau lembaga yang telah menerima insentif namun

selanjutnya terbukti tidak memenuhi syarat untuk diberikan insentif,

maka insentif yang telah diterima, dapat dihentikan atau ditarik kembali.

(2) Tata cara penghentian dan/atau penarikan kembali insentif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur.

BAB XV

KOORDINASI

Pasal 36

(1) Gubernur melaksanakan koordinasi keterpaduan perlindungan kekayaan

intelektual dengan Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak

lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Koordinasi keterpaduan perlindungan kekayaan intelektual sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), secara teknis operasional dilaksanakan oleh OPD

terkait sesuai kewenangan, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

BAB XVI

LARANGAN

Pasal 37

Setiap orang dilarang :

a. melakukan pembiaran, penghilangan, dan/atau perusakan benda hasil

ekspresi budaya tradisional dan lanskap budaya;

b. menyediakan informasi dan data palsu terkait dengan ekspresi budaya

tradisional, pengetahuan tradisional, dan lanskap budaya;

c. membantu pihak lain yang mengklaim ekspresi budaya tradisional,

pengetahuan tradisional, dan lanskap budaya secara tidak sah;

d. memanfaatkan ekspresi budaya tradisional dan pengetahuan tradisional

tanpa memiliki izin akses pemanfaatan dan perjanjian pemanfaatan; dan

e. menggunakan HKI dan hak terkait milik pihak lain secara tidak sah.

BAB XVII

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 38

Penegakan Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Pejabat Penyidik Pegawai

Negeri Sipil (PPNS) dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Penyidikan

Pasal 39

Penyidikan atas tindak pidana HKI dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Ketentuan Pidana

Pasal 40

(1) Setiap orang yang melanggar kepemilikan HKI dan/atau ketentuan Pasal

42, diancam pidana kurungan atau denda sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan

Daerah dan disetorkan ke Kas Daerah Provinsi Jawa Barat.

BAB XVIII

PEMBIAYAAN

Pasal 41

Pembiayaan atas perlindungan kekayaan intelektual dibebankan pada :

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat; dan

b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

BAB XIX

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 42

(1) Gubernur melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pihak asing

yang memanfaatkan ekspresi budaya tradisional dan/atau pengetahuan

tradisional.

(2) Pengawasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan ekspresi budaya

tradisional dan/atau pengetahuan tradisional dilakukan melalui forum

koordinasi dan fasilitasi dengan OPD dan instansi terkait.

(3) Tata cara pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 43

(1) Gubernur melaksanakan pengawasan terhadap perlindungan HKI, hak

terkait, dan kebudayaan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44

(1) Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah ditetapkan paling

lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini.

(2) Dengan ditetapkan Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Barat Nomor… Tahun 2012 tentang Perlidungan Kekayaan Intelektual

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 45

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Barat.

Ditetapkan di Bandung pada tanggal

…………………...

GUBERNUR JAWA BARAT,

ttd

AHMAD HERYAWAN

Diundangkan di Bandung pada tanggal ………………………….. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT, ttd

……………………………. LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ….. NOMOR … SERI …