Download - Documentx

Transcript

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Gambaran Umum Puskemas Pembina Palembang4.1.1 Sejarah Kepemilikan Puskesmas Pembina PalembangPuskesmas Pembina dahulunya adalah sebuah klinik bersalin yang merupakan cabang Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin (RSU Palembang dahulunya). Klinik bersalin ini cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat yang membutuhkannya. Dengan semakin ramainya pengunjung dan semakin luasnya kebutuhan kesehatan masyarakat sekitar klinik maka klinik bersalin ini dikembangkan menjadi sebuah poliklinik yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang.

Sehingga semenjak tanggal 2 Mei 1993, klinik bersalin cabang RS Dr. Mohammad Hoesin ini diserahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Daerah Kota Palembang yang pelaksanaannya diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kota Palembang yang diberi nama Puskesmas Pembina 8 Ulu. Oleh karenanya sejak saat itu dalam pelaksanaan kegiatannya Puskesmas Pembina selalu dalam pengawasan Dinas Kesehatan Kota Palembang.

Berdasarkan SK Walikota Palembang tertanggal 1 April 1994 nama Puskesmas Pembina 8 Ulu diganti menjadi Puskesmas Pembina Palembang dengan wilayah kerja meliputi Kelurahan 8 Ulu dan Kelurahan Silaberanti. Sejak tanggal 17 Juli 2003 Puskesmas Pembina Palembang ditetapkan menjadi Puskesmas uji coba Swakelola.

Dengan adanya perjanjian kerjasama antara PT Asuransi Kesehatan Indonesia cabang Palembang dan Puskesmas Pembina Palembang Nomor: PKS/0601/1203 maka terhitung sejak tanggal 1 Desember 2003 Puskesmas Pembina Palembang melayani pemeliharaan kesehatan untuk peserta Askes Keluarga.

4.1.2 Letak Geografi

Puskesmas Pembina terletak di Jalan Ahmad Yani Kelurahan Silaberanti Seberang Ulu II. Letak puskesmas ini tepat di pinggir jalan raya yang cukup strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu juga banyak dilalui oleh kendaraan umum.

Wilayah kerjanya meliputi 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Silaberanti dan Kelurahan 8 Ulu, dengan luas wilayah kerjanya 678 Ha.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Pembina PalembangNoNama KelurahanLuas Wilayah

1Kelurahan Silaberanti 381 Ha

2Kelurahan 8 Ulu 297 Ha

Jumlah

Sumber : Profil Puskesmas Pembina Palembang Tahun 20144.1.3 Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang

Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang terdiri dari sebagai berikut.

a. Batas wilayah utara berbatasan dengan 9/10 Ulu

b. Batas wilayah selatan berbatasan dengan 13 Ulu

c. Batas wilayah barat berbatasan dengan 7 Ulu

d. Batas wilayah timur berbatasan dengan Plaju Ilir

4.1.4 Keadaan Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Pembina meliputi Kelurahan Silaberanti dan Kelurahan 8 Ulu dengan jumlah penduduk 27.772 jiwa. Berdasarkan keadaan sosial ekonominya dan pekerjaan peduduk Kelurahan Silaberanti dan Kelurahan 8 Ulu hampir sama, yaitu diantaranya :

a. Buruh kasar

b. Pegawai negeri

c. Pedagang

d. Pensiunan

e. Pengrajin

Tabel 4.2

Peta Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang

NoKELURAHANJumlah

Silaberanti8 Ulu

1Jumlah Penduduk17.27010.50227.772

2Jumlah KK3.5902.0015.601

3Jumlah Maskin5.5542.9918.545

4Jumlah Ibu hamil327312639

5Jumlah Ibu bersalin455244599

6Jumlah ibu meneteki163122285

7Jumlah Bayi288302590

8Jumlah balita1.9431.8963.839

9Jumlah Lansia474312786

10Jumlah RT372966

11Jumlah Rumah214513523497

12Jumlah Posyandu111223

13Jumlah Posyandu Lansia123

14Jumlah Kader 364682

15Jumlah SD / MI6/118

16Jumlah SMP404

17Jumlah SMA101

18Jumlah PTN/PTS101

19Jumlah TTU181331

20Jumlah TPM453075

21Jumlah TPS224

22Jumlah Sumber Air bersih

Sumur gali

SPTDK

Saringan Pasir

PDAM89

18

79

146341

12

14

1008130

40

93

2471

23Jumlah Jamban keluarga157110082579

Sumber : Profil Puskesmas Pembina Palembang Tahun 20144.1.5 Fasilitas Penunjang Pelayanan Kesehatan

Untuk menunjang keberhasilan Puskesmas Pembina dalam rangka pelayanan kesehatan pada masyarakat maka seluruh kegiatan harus berpedoman pada Visi, Misi, Motto dan Nilai. Puskesmas Pembina serta pelaksanaanya harus berpedoman pada Protap-Protap (standar pelayanan) yang telah dibakukan.

4.1.6 Visi, Misi dan MottoVisi, misi dan motto Puskesmas Pembina Palembang sebagai berikut.

a. Visi

Tercapainya Kelurahan 8 Ulu dan Silaberanti sehat yang optimal tahun 2008.

b. Misi

1. Memasyarakatkan paradigma sehat pada semua pihak.

2. Meningkatkan profesionalisme seluruh petugas kesehatan yang berorientasi pada standar pelayanan kesehatan.

3. Pengadaan sarana dan prasrana kesehatan yang bermutu prima.

4. Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada.

c. Motto

1. Tanpa anda, kami tiada arti

2. Anda sehat kami puas

d. Nilai

Ramah Tamah dan Keterbukaan

4.1.7 Ketenagaan dan Struktur Organisasi

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sehari-harinya, Puskesmas Pembina dipimpin oleh seorang Pimpinan Puskesmas yang sejak Agustus 2002 dijabat oleh dr. Hj. Erfiana Umar yang dibantu oleh 1 orang dokter umum, 1 orang dokter spesialis kandungan, 1 orang dokter gigi, 2 orang sarjana kesehatan masyarakat, 4 orang perawat ahli madya, 4 orang perawat, 3 orang perawat gigi, 7 orang bidan, 2 orang asisten apoteker, 2 orang sanitarian, 1 orang petugas gizi, 1 orang analis kesehatan.

Sesuai dengan komitmen yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan seluruh staf Puskesmas Pembina maka diadakan jadwal pembelajaran dan pelatihan baik di dalam maupun di luar Puskesmas Pembina, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan dan Sumber Daya Manusia yang ada di Puskesmas Pembina.

4.2 Analisa Data

4.2.1 Analisa UnivariatAnalisis univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel.Analisa univariat bertujuan menggambarkan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan cermat. Analisa univariat ini terdiri dari: kejadian anemia dan umur dan jarak kehamilan. Jumlah total sampel terdiri dari ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014 yang berjumlah 260 responden. 1. Kejadian AnemiaHasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden menurut kejadian anemia setelah dikategorikan terlihat dalam tabel berikut ini:Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia

di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014

NoKejadian AnemiaJumlahPersentase (%)

1.Anemia8733,5

2.Tidak Anemia17366,5

Total260100

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 260 responden, yang tidak mengalami kejadian anemia sebanyak 173 orang (66,5%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami kejadian anemia yaitu sebanyak 87 orang (33,5%).2. UmurHasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden menurut umur setelah dikategorikan terlihat dalam tabel berikut ini:Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014

NoUmurJumlahPersentase (%)

1.Resiko Tinggi10239,2

2.Resiko Rendah15860,8

Total260100

Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa dari 260 responden, yang tidak memiliki umur resiko rendah sebanyak 158 orang (60,8%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki umur resiko tinggi yaitu sebanyak 102 orang (39,2%).3. Jarak KehamilanHasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden menurut jarak kehamilan setelah dikategorikan terlihat dalam tabel berikut ini:Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan

di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014

NoJarak KehamilanJumlahPersentase (%)

1.Resiko Tinggi11343,5

2.Resiko Rendah14756,5

Total260100

Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa dari 260 responden, yang tidak memiliki jarak kehamilan resiko rendah sebanyak 147 orang (56,5%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki jarak kehamilan resiko tinggi yaitu sebanyak 113 orang (43,5%).4.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (crosstab) dan uji chi-square untuk menemukan bentuk hubungan statistik antara variabel independen (umur dan jarak kehamilan) dengan variabel dependen (kejadian anemia). Hasil analisis bivariat menemukan hubungan antara masing-masing variabel independen dan variabel dependen.1. Hubungan antara Umur dengan Kejadian AnemiaTabel berikut ini menjelaskan hasil analisa hubungan antara umur dengan kejadian anemia di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014.Tabel 4.6Hubungan antara Umur dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014

NoUmurKejadian AnemiaJumlah value

AnemiaTidak Anemia

n%n%n%

1.Resiko Tinggi4443,15856,91021000,010

2.Resiko Rendah4327,211572,8158100

Jumlah8733,517366,5260100

Pada tabel 4.6 didapatkan responden yang mengalami kejadian anemia dan memiliki umur resiko tinggi sebanyak 44 orang (43,1%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang mengalami kejadian anemia dan memiliki umur resiko rendah yaitu sebanyak 43 orang (27,2%) dari 87 responden (33,5%). Responden yang tidak mengalami kejadian anemia dan memiliki umur resiko rendah sebanyak 115 orang (72,8%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami kejadian anemia dan memiliki umur resiko tinggi yaitu sebanyak 58 orang (56,9%) dari 173 responden (66,5%). Hasil uji statistik chi square didapatkan value = 0,010, yang jika dibandingkan dengan nilai = 0,05, maka value 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014.2. Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian AnemiaTabel berikut ini menjelaskan hasil analisa hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014.

Tabel 4.7Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014

NoJarak KehamilanKejadian AnemiaJumlah value

AnemiaTidak Anemia

n%n%n%

1.Resiko Tinggi4943,46456,61131000,004

2.Resiko Rendah3825,910974,1147100

Jumlah8733,517366,5260100

Pada tabel 4.7 didapatkan responden yang mengalami kejadian anemia dan memiliki jarak kehamilan resiko tinggi sebanyak 49 orang (43,4%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang mengalami kejadian anemia dan memiliki jarak kehamilan resiko rendah yaitu sebanyak 38 orang (25,9%) dari 87 responden (33,5%). Responden yang tidak mengalami kejadian anemia dan memiliki jarak kehamilan resiko rendah sebanyak 109 orang (74,1%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami kejadian anemia dan memiliki jarak kehamilan resiko tinggi yaitu sebanyak 64 orang (56,6%) dari 173 responden (66,5%). Hasil uji statistik chi square didapatkan value = 0,004, yang jika dibandingkan dengan nilai = 0,05, maka value 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2014.

4.3 Pembahasan4.3.1 Pembahasan Analisa Univariat

1. Kejadian Hiperemesis AnemiaDalam penelitian ini variabel kejadian hiperemesis gravidarum dikategorikan menjadi dua yaitu ya dan tidak. Ya jika di diagnosa dokter hiperemisis gravidarum dan tidak jika ibu hamil normal trimester I. Dari hasil penelitian didapatkan responden yang mengalami kejadian hiperemesis gravidarum sebanyak 47 orang (53,4%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami kejadian hiperemesis gravidarum yaitu sebanyak 41 orang (46,6%).Menurut Hidayati (2009), hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil, sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai akibatnya terjadilah dehidrasi.Penelitian lain yang dilakukan oleh Sistarani (2010) tentang karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di RSUD Karawang Tahun 2010-2011, diperoleh hasil menunjukan dari 38 responden ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum yang tertinggi adalah pada tingkat I sebanyak 30 orang (78,9 %) dan yang terendah pada tingkat III yaitu tidak ada yang mengalami (0%).Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti angka kejadian hiperemesis gravidarum meningkat, hal ini dapat terlihat dari data medical record di Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Pada masa hamil wanita umumnya mengalami nausea dan vomitus yakni gejala klinis dari hiperemesis gravidarum, gejala tersebut biasanya terjadi pada kehamilan bulan ke dua sampai ke empat, muntah-muntah yang hebat akan menyebabkan dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis karena kehilangan asam hidroklorik dan hipokalasemia.2. Paritas

Dalam penelitian ini variabel paritas dikategorikan menjadi dua yaitu resiko tinggi dan resiko rendah. Risiko tinggi apabila jumlah persalinan ibu >3 kali dan risiko rendah apabila jumlah persalinan ibu 3 kali. Dari hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki paritas risiko rendah sebanyak 63 orang (71,6%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang memiliki paritas resiko tinggi yaitu sebanyak 25 orang (28,4%).Menurut Wiknjosastro (2010), mengelompokan paritas menjadi 2, yaitu paritas rendah dan paritas tinggi. Paritas rendah (anak yang dilahirkan 3 orang) paritas tinggi (anak yang dilahirkan > 3 orang). Paritas tinggi mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi dari salah satu resiko terjadinya hiperemesis gravidarum.Penelitian lain yang dilakukan oleh Handayani di RSUD. Dr Pirngadi Medan Tahun 2012 didapat tingkat kejadian kasus hiperemesis gravidarum berdasarkan gravida ibu mayoritas terjadi pada kehamilan sebanyak 29 orang (85,3%). Dan minoritas terjadi pada kehamilan multigravida sebanyak 5 orang (14,7%). Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dari pada wanita dengan kehamilan kedua atau ketiga. Seorang primigravida berperan dominan pada faktor predisposisi hiperemesis gravidarum, antara lain pada faktor adaptasi, hormonal, dan psikologi. Pada faktor hormonal, primigravida sebagian kecil belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin. Sedangkan pada faktor psikologi, primigravida mempunyai kecenderungan mengalami ambivalen terhadap kehamilan dan perasaan yang saling berkonflik tentang peran dimasa depan sebagai ibu, perubahan tubuh, dan perubahan gaya hidup yang dapat menjadi penyebab episode vomitus.

4.3.2 Pembahasan Analisa Bivariat

1. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Hiperemesis GravidarumDari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan responden yang mengalami kejadian hiperemesis gravidarum dan memiliki paritas resiko tinggi sebanyak 24 orang (96,0%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang mengalami kejadian hiperemesis gravidarum dan memiliki paritas resiko rendah yaitu sebanyak 23 orang (36,5%) dari 47 responden (53,4%). Responden yang tidak mengalami kejadian hiperemesis gravidarum dan memiliki paritas resiko rendah sebanyak 40 orang (63,5%), lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami kejadian hiperemesis gravidarum dan memiliki paritas resiko tinggi yaitu sebanyak 1 orang (4,0%) dari 41 responden (46,6%). Hasil uji statistik chi square didapatkan value = 0,000, yang jika dibandingkan dengan nilai = 0,05, maka value 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2014.Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa rasa mual dan muntah cenderung lebih parah terjadi pada kehamilan pertama, secara emosi ibu yang baru pertama kali hamil cenderung lebih peka terhadap kecemasan dan ketakutan terhadap kehamilannya. Primigravida berisiko mengalami mual dan muntah sebanyak 53,5%, pada Multigravida 36,4%, dan Grande Multipara 11.1%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahidudin (2011) di Puskesmas Keling Surabaya dengan hasil penelitian pada primigravida berjumlah 30 responden pada primigravida sebagian besar (53,3%) mengalami hiperemisis gravidarum dan dari 132 responden pada multigravida sebagian besar (84%) tidak mengalami hiperemisis gravidarum. Hasil uji Chi Square, didapatkan value 0,005 < 0,05, maka yang artinya ada hubungan gravida ibu dengan kejadian hiperemisis gravidarum.Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada dapat dibuat kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan hiperemesis gravidarum. Hal ini dikarenakan hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil hal ini tidak terlepas oleh karena faktor psikologis yakni takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu bila ibu tersebut tidak sanggup lagi mengurus anak-anaknya, ini dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan desain penelitian cross sectional sehingga mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Keterbatasan penulis dari segi waktu.

2. Data sekunder dari catatan medik kadang tidak begitu akurat.

3. Dalam pengumpulan data didapatkan catatan medik yang tidak lengkap datanya, sehingga data tersebut dianggap sebagai missing cases dan tidak bisa diikutsertakan dalam penelitian.

4. Kekurangan metode cross sectional: validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh, oleh karena kasus dipilih oleh penulis maka sukar untuk meyakinkan bahwa itu sebanding dalam berbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya, dan tidak dapat dipakai untuk menetukan lebih dari 1 variabel dependen. 51


Top Related