BAB 2
KAJIAN REFERENSI
2.1 Penelitian Sebelumnya (State of The Art)
Dalam sebuah penelitian, umumnya dibutuhkan hasil dari penelitian
sebelumnya, sebagai suatu referensi atau perbandingan untuk penelitian yang
dilakukan. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penelitian yang dilakukan
dengan penelitian lainnya dirangkum dalam bentuk tabel yang akan menunjukkan
nama penulis, judul, nama jurnal, hasil penelitian dan manfaat bagi penelitian ini.
Adapun beberapa daftar dari penelitian sebelumnya (state of the art) adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
No Nama Penulis & Keterangan Judul Jurnal / Penelitian
1 Peneliti: R. Aswin Rahadi, Sudarso
Kaderi Wiryono, Deddy P.
Koesrindartoto, Indra Budiman Syamwil
Jurnal: Procedia – Social and Behavioral
Science
Management, Volume 50, 2012, Page
865-874
Relationship Between
Consumer Preferences
and Value Propositions:
A Study of Residential
Product
Hasil Penelitian ini menghasilkan beberapa faktor utama yang berkontribusi
dalam developer perception dan preferensi konsumen untuk harga
produk residensial, yaitu salah satunya adalah developer brand
(reputasi) untuk persepsi dari developer dan juga reputasi untuk
preferensi konsumen. Selain itu, desain, aksesibilitas, dan juga
keamanan juga merupakan faktor utama yang ikut berkontribusi.
9
2
Perbedaan Jurnal tersebut menitikberatkan pada reputasi sebuah perusahaan
developer secara umum.
No Nama Penulis & Keterangan Judul Jurnal / Penelitian
2 Peneliti : Gillian Moran, Laurent
Muzellec, Eoghan Nolah
Jurnal: Journal of Advertising, 1 June
2014, Volume 54, Issue 2, Page 200-204
Consumer Moments of
Truth in the Digital
Context
Hasil Penelitian ini menetapkan siklus dari e-WOM (word of mouth) yang
mempengaruhi saat rekomendasi yang disebarkan dan dicari antara
para konsumen digital, dan bahwa para marketers telah sukses
mengelola Moments of Truth melalui e-WOM.
Perbedaan Jurnal ini membahas bagaimana e-WOM membuat konsumen
mengubah pandangan mereka akan brand tersebut (moment of truth).
No Nama Penulis & Keterangan Judul Jurnal / Penelitian
3 Peneliti: Katja Hutter
Jurnal: Journal of Product & Brand
Management, 15 July 2013, Volume 22,
Issue 5/6, Page 342-351
The impact of user
interactions in social
media on brand
awareness and purchase
intention: the case of
MINI on Facebook
Hasil
Penelitian
Penelitian ini menganalisis pengaruh aktivitas media sosial dari brand
mempengaruhi proses pemutusan pembelian dari konsumen.
Temuannya bahwa keterlibatan dengan Facebook page dan e-WOM
memberikan efek yang positif terhadap brand awareness dari
konsumen.
Dan penelitian dari Hutter ini membuktikan bahwa aktivitas media
sosial mempengaruhi proses pemutusan pembelian.
3
Perbedaan Penelitian ini menitikberatkan aktivitas media sosial pada bisnis
pembuatan mobil dan aktivitas WOM serta niat membeli dari
konsumen.
No Nama Penulis & Keterangan Judul Jurnal / Penelitian
4 Peneliti: Syaifullah & Abdi Saputra
Jurnal: Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Sistem Informasi, Agustus 2015, Volume
1, No. 2, Page 49-54
E-Marketing System
Agent Property
Menggunakan
Pendekatan Sostac
Framework
Hasil
Penelitian
E-Marketing adalah upaya perusahaan untuk memasarkan produk dan
jasa dan membangun hubungan dengan pelanggan melalui media
internet. Strategi e-marketing mempermudah dan meningkatkan
pemasaran penjualan serta sewa properti di Pekanbaru dan dapat
mempermudah jangkauan pemasaran.
Perbedaan Media yang digunakan adalah aplikasi properti yang dapat diakses
oleh pelanggan dan juga sales.
No Nama Penulis & Keterangan Judul Jurnal / Penelitian
5 Peneliti: Christina Natalia & Dr. Dra
Verina H. Secapramana, M.M.
Metode Penelitian: Kuantitatif
Jurnal: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 2015, Volume 4,
No: 2, Page: 1-15
Pengaruh Komunikasi
Media Sosial yang
Berdampak pada Minat
Pembelian Tas Anyaman
Merek Linette
Hasil
Penelitian
Komunikasi media sosial yang dihasilkan pengguna secara positif
mempengaruhi ekuitas merek. Komunikasi media sosial yang
dihasilkan pengguna pada ekuitas merek akan memberikan dampak
peningkatan terhadap brand awareness dan brand association yang
akan mempengaruhi keseluruhan merek.
Perbedaan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menitikberatkan
pada komunikasi media sosial
11
Berbeda dari komputer, DVD, program TV satelit, atau bentuk media baru
lainnya, media sosial dapat didefinisikan sebagai “sekelompok aplikasi berbasis
Internet yang membangun fondasi ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten buatan pengguna” (Shen &
Bissell, 2013). Di antara semua karakteristik yang berbeda antara media tradisional
dan sosial, interaktivitas telah menjadi salah satu dimensi yang paling banyak
dianalisis. Tingkat interaktif yang dihasilkan oleh jenis media tertentu mengacu pada
bagaimana pengguna media dapat melibatkan diri dengan kegiatan yang dimediasi
karena menekankan hubungan dyadic antara alat atau layanan dan pengguna yang
semakin aktif (bukan konsumen pasif) dari media.
Media tradisional digunakan oleh sejumlah kecil entitas sosial (individu atau
organisasi) untuk menyampaikan informasi dan pesan kepada konsumen media,
seperti program TV, surat kabar, majalah, atau publikasi berbasis kertas, yang
mencontohkan model komunikasi satu arah. Model komunikatif yang tertanam di
media sosial, di sisi lain, telah berevolusi menjadi pengalaman dua arah.
Penelitian dari Shen & Bissell (2013) memulai penyelidikan tentang
bagaimana merek kecantikan menggunakan media sosial, khususnya Facebook,
untuk meningkatkan kesadaran merek dan memperkuat kesetiaan merek. Tidak
diragukan lagi bahwa perubahan dalam pola konsumtif media telah menyebabkan
perusahaan mengalihkan fokus mereka dari produk ke manusia dan dari
penyampaian informasi ke pertukaran informasi.
Realitas komunikasi pemasaran baru menghadirkan tantangan dan peluang
baru bagi perusahaan karena keputusan pembelian semakin dipengaruhi oleh
interaksi media sosial. Orang lebih mengandalkan jaringan sosial mereka saat
membuat keputusan. Namun demikian, hasil kegiatan media sosial masih
diperdebatkan dalam praktek. Efek dari kampanye media sosial pada persepsi
konsumen tentang produk dan merek serta efek pada keputusan pembelian belum
dipahami dengan lebih baik.
Hutter (2013) menyelidiki bagaimana aktivitas media sosial, khususnya
penampilan Facebook dari produsen mobil, mempengaruhi persepsi merek, dan pada
akhirnya mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen sambil
mempertimbangkan risiko yang dapat menciptakan gangguan. Dari sudut pandang
teoritis, hasil penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang potensi
peningkatan nilai dari kampanye media sosial dan menunjukkan bahwa persepsi
merek dipengaruhi melalui media sosial. Menurut Aaker, brand awareness artinya
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa
suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu Brand awareness
adalah sebuah aset yang sangat tahan lama dan berkelanjutan. Orang-orang menyukai
hal yang familiar bagi mereka dan cenderung menganggap positif hal-hal yang sudah
mereka kenal dengan baik Suatu produk yang telah dipilih konsumen sehingga
konsumen tersebut memiliki kesadaran dominan akan produk tersebut sangatlah sulit
untuk tergantikan dengan produk lainnya. (Aaker D. , 2014)
Dari hasil penelitian Bangun & Saputri (2016), advertising yang dilakukan
oleh Zalora berjalan dengan baik karena advertising yang dibuat oleh Zalora
menarik, unik, komunikatif, dan tidak mudah untuk ditebak, sehingga menimbulkan
rasa keingin tahuan yang mendalam oleh para konsumen terhadap produk Zalora.
Melalui advertising yang dilakukan di media sosial, kebanyakan responden
mengetahui dan pernah berbelanja pada Zalora. Menurut hasil yang diperoleh rata-
rata konsumen dapat dengan mudah mengingat Zalora ketika ingin berbelanja
fashion online.
Besarnya pengaruh Advertising terhadap pembentukan Brand awareness
yang dilakukan oleh Zalora Indonesia memiliki kontribusi yang baik dan positif.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan Advertising mempunyai pengaruh yang positif
terhadap brand awareness yang dapat dilihat dari faktor-faktor advertising itu
sendiri, dimana para konsumen merasa tertarik dan menyukai advertising yang
dilakukan oleh Zalora. Oleh karena rasa ketertarikan terhadap advertising Zalora,
kemudian Zalora mampu membentuk brand awareness pada benak konsumen yang
telah mempercayai Zalora Indonesia sebagai tempat berbelanja secara online yang
menarik dan terpercaya.
2.2 Landasan Teori / Konsep
Berdasarkan indetifikasi masalah yang sudah tertera pada bagian latar
belakang, maka akan dilakukan pembahasan dan penjelasan akan landasan
konseptual yang berhubungan dengan penelitian ini untuk membantu pemahaman
yang lebih dalam atas permasalahan yang akan dibahas.
11
2.2.1 Public Relations
Menurut Broom dan Sha, public relations adalah fungsi manajemen yang
khas yang membantu membangun dan mempertahankan saluran komunikasi,
pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dan publiknya; melibatkan
manajemen dari masalah atau isu; membantu mengukur tanggung jawab manajemen
untuk melayani kepentingan umum; membantu manajemen tetap mengikuti dan
secara efektif menggunakan perubahan, melayani sebagai sistem peringatan disini
untuk membantu mengantisipasi tren; dan menggunakan penelitian dan komunikasi
yang baik dan etis sebagai alat utamanya. Public relations adalah fungsi manajemen
yang menetapkan dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara
organisasi dan publik yang sukses atau gagal. (Broom & Sha, 2013)
Public Relations di Indonesia dikenal dengan sebutan Purel atau Humas
(Hubungan Masyarakat). Istilah Humas lebih sering digunakan di lembaga-lembaga
pemerintah. Sedangkan istilah “PR” lebih sering digunakan di perusahaan ataupun
jasa perorangan. Public relations merupakan jabatan atau posisi seseorang di sebuah
organisasi atau perusahaan. Public relations bisa juga kegiatan perusahaan yang
berkaitan dengan penyebaran informasi pada publik. Public relations didefinisikan
sebagai kegiatan perusahaan atau lembaga atau perorangan dalam menyampaikan
informasi. Informasi disampaikan berkaitan dengan pemberi informasi, sehingga
pada akhirnya menguatkan atau memperteguh brand. Jenis kegiatan public relations
dapat berupa peluncuran produk atau program, acara pemasaran atau perusahaan,
penempatan informasi di media massa atau media sosial.
Dalam konsep public relations, brand adalah “something that has actually
created a certain amount of awareness, reputation, promincence, and so on in the
marketplace” (Keller, Strategic Brand Management: Building, Measuring, and
Managing Brand Equity, 2013). Dalam konsep public relations, brand merupakan
sesuatu yang diciptakan sehingga menjadi sejumlah kesadaran, reputasi, keunggulan,
dan sebagainya dibenak masyarakat. Jadi brand bukan sekadar penamaan terhadap
sebuah produk atau jasa, melainkan sejumlah informasi yang ada pada pikiran
masyarakat tentang produk atau jasa dengan merk tertentu. Berdasarkan konsep
brand tersebut, kerangka kerja public relations berhubungan dengan hal-hal berikut:
(1) pemangku kepentingan (stakeholders); (2) media; (3) produk atau jasa; (4)
kegiatan. Oleh karena itu, ketika membuat program kerja public relations, yang perlu
dipertimbangkan pertama ialah pemangku kepentingan. Pemangku kepetingan
disebut target market dalam kegiatan marketing. Sedangkan dalam kegiatan public
relations, pemangku kepentingan disebut masyarakat umum (publik) karena
berkaitan dengan sekelompok orang yang berkaitan dengan kepentingan tertentu.
(Yunus, Angeline, & Ramadanty, 2017)
Kemudian setelah diketahui dengan jelas siapa pemangku kepentingan,
ditetapkan medianya – apakah melalui media massa, media sosial, atau tatap muka
langsung. Sesudah mengidentifikasi hal tersebut, public relations menyimpan
informasi produk atau jasa ke benak publik. Lalu rangkaian kegiatan ditetapkan
dengan tujuan pengembangan brand dalam benak publik.
2.2.2 Branding
Brand menurut American Marketing Association Dictionary ialah “name, term,
sign, symbol, or any other feature that identifies one seller’s good or service as
distinct from those of other sellers’. Bahkan, merek kata berasal kata Norse Kuno
brandr, yang berarti 'membakar', dan digunakan dalam referensi-ingin menandai
ternak dengan membakar merek pemilik ke mereka. Ide branding ini telah
dikembangkan selama bertahun-tahun menjadi faktor dalam seperangkat
pertimbangan yang jauh lebih luas. Serta ide dari identitas visual yang dapat
mempertimbangkan pikiran, perasaan, persepsi, gambar, pengalaman, keyakinan,
sikap dan sebagainya yang terkait dengan merek. Kumpulan pertimbangan ini
membangun citra merek, dan juga dapat berbicara tentang pengalaman merek itu
sendiri. Jadi merek itu adalah kepribadian dari sesuatu. (Rowles, 2014)
Menurut Kotler dan Keller, “branding endowing products and services with the
power of a brand”. Branding adalah proses memberi makna pada produk tertentu
dengan menciptakan dan membentuk merek di benak konsumen. Ini adalah strategi
yang dirancang oleh perusahaan untuk membantu orang-orang mengidentifikasi
produk dan organisasi mereka dengan cepat, dan memberi mereka alasan untuk
memilih produk mereka dibandingkan pesaing, dengan memberikan penjelasan
mengenai produk tersebut. Tujuannya adalah untuk menarik dan mempertahankan
pelanggan setia dengan memberikan produk yang selalu selaras dengan apa yang
dijanjikan oleh merek. Siapa yang terpengaruh? (Marion, 2015)
11
1. Konsumen: Sebagaimana dibahas di atas, sebuah merek memberikan kepada
konsumen cara pintas untuk pengambilan keputusan ketika mereka merasa
ragu tentang produk yang sama dari perusahaan yang berbeda.
2. Karyawan / pemegang saham / pihak ketiga: Selain membantu konsumen
untuk membedakan produk serupa, strategi pengenalan merek yang sukses
juga menambah reputasi perusahaan. Aset ini dapat memengaruhi berbagai
orang, mulai dari konsumen hingga karyawan, investor, pemegang saham,
penyedia, dan distributor.
Branding dapat dicapai melalui :
a. Iklan dan komunikasi
b. Desain produk dan kemasan
c. Pengalaman di dalam toko
d. Harga
e. Sponsor dan kemitraan
f. Identitas visual dari merek (logo, website dan warna, dll). (Marion, 2015)
2.2.3 Digital Branding
Menurut Rowles, digital branding merupakan seluruh pengalaman yang kita
dapat tentang sesuatu secara digital dan apa dampak dari pengalaman tersebut.
Sebenarnya untuk mendapatkan dampak yang kita inginkan dari target konsumen
kita, kita perlu melihat lebih dekat pengalaman apa yang diinginkan oleh target
konsumen kita itu saat mereka melihat publikasi kita. Dengan begitu kita akan lebih
mengerti dengan jelas apa yang kita akan lakukan dan mengerti keinginan dari target
konsumen kita. Dari situ kita juga akan mengerti tentang konten yang akan dibuat
dan platform yang akan dipakai untuk perancangan digital branding.
Branding secara mendasar telah berubah karena digital media. Digital telah
menuntun brand ke komunikasi dua arah antara brand tersebut dengan konsumen.
Dengan digital atau media sosial sekarang kita dapat berbicara secara langsung brand
favorit kita. Faktanya, hampir semua komunikasi dengan media digital tidak lagi
melibatkan brand itu dan sekarang secara langsung melibat sesama konsumen. Untuk
mencapai kepada keputusan pembelian, sekarang kita hanya perlu melihat review di
website tentang konsumen lain terhadap brand tersebut.
Pergeseran ini membuat pendekatan tradisional terhadap branding tidak lagi
memadai. Sekarang brand perlu mengetahui bahwa pencarian dan media sosial telah
mempengaruhi persepsi target konsumen mereka dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi keputusan pembelian terhadap produk mereka. (Rowles, 2014)
Menurut DeLane, digital branding adalah membangun kisah dan kehadiran
sebuah brand di ruang digital. Digital branding adalah kunci untuk membangun
hubungan yang berarti dengan target konsumen, dengan menggunakan proposisi
yang unik untuk membedakan diri dari kompetitor. (DeLane, 2017)
Gambar 2. 1 Digital Branding Propotition
Sumber: Digital Branding Institute
a. Digital Identity
Pencitraan digital branding harus berbeda dari ide branding tradisional.
Sebuah merek tidak bisa begitu saja memberi tahu tentang perusahannya atau apa
yang dijualnya dan kemudian mengharapkan orang untuk mempercayainya. Merek
harus menghidupkan nilainya dan kemudian mengomunikasikannya melalui
pencitraan digital branding. Dua media kuat yang digunakan untuk membangun
identitas digital adalah content marketing dan media sosial.
11
b. Visibility
Komponen kedua dari digital branding adalah visibilitas. Visibilitas adalah
semua titik kontak di mana target konsumen dari merek tersebut melihat merek itu di
ruang digital, seperti situs web, hasil pencarian online, jaringan media sosial, dan
situs ulasan. Tentu saja, prioritas dan sumber daya ditempatkan pada titik-titik yang
"terkontrol" seperti situs web Anda tetapi titik sentuh yang paling berpengaruh
adalah yang "tidak terkontrol" yang merupakan peringkat dan situs ulasan dari merek
tersebut. Dua media kuat yang digunakan untuk membangun identitas digital adalah
digital ads dan SEO.
c. Credibility
Sebuah merek dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun
kredibilitas merek tersebut, tetapi butuh waktu beberapa detik untuk hancur. Penting
untuk secara aktif membangun umpan balik dengan target konsumen untuk
melindungi kredibilitas itu. Digital branding yang dibuat dengan baik dapat
menggunakan semua titik kontak untuk mengumpulkan umpan balik yang, pada
gilirannya, akan meningkatkan kredibilitas. Keterlibatan sosial juga berkontribusi
pada kredibilitas itu. Saat menggunakan keterlibatan sosial untuk kredibilitas digital
branding, perlu mempertimbangkan pengalaman pengguna secara keseluruhan dan
fokus pada transparansi dan kepercayaan.
2.2.4 Website
Shelly dan Woods menyatakan bahwa website adalah kumpulan halaman web
yang saling terkait yang dibuat dan dikelola oleh perorangan, perusahaan, lembaga
pendidikan, atau organisasi lainnya. Setiap situs web berisi halaman depan (home),
yang merupakan dokumen pertama yang dilihat oleh pengguna ketika mereka
mengakses situs web tersebut. Halaman rumah (home) sering berfungsi sebagai
indeks atau daftar isi untuk dokumen dan file yang ditampilkan di dalam situs.
(Shelly & Woods, 2010) Jenis-jenis website berdasarkan tujuannya, dibagi menjadi:
a. Personal Website: website yang berisi informasi pribadi seseorang.
b. Corporate Website: website yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.
c. Portal Website: website yang mempunyai banyak layanan, mulai dari layanan
berita, email, dan jasa-jasa lainnya.
d. Forum Website: sebuah web yang bertujuan sebagai media diskusi.
Empat alasan mengapa website merupakan marketing tool yang paling
penting: (vizzwebsolutions, 2017)
1) Aksesibilitas 24 jam
Orang-orang sangat terikat dengan rutinitas sehari-hari dan kesibukan
mereka. Jadi, tidak mungkin bagi setiap orang untuk datang mengunjungi toko
fisik sebuat brand. Jika sebua brand mengembangkan situs web, ada peluang
untuk menarik banyak konsumen potensial atau konsumen untuk terhubung
dengan brand tersebut. Karena kebanyakan orang terhubung dengan internet di
malam hari. Mereka menyukai hal yang instan, apabila mereka melihat iklan atau
tertarik dengan produk dari suatu brand mereka akan segera mencari informasi
tersebut di internet. Isi situs web dengan semua informasi mengenai brand
tersebut. Orang-orang akan dapat mengaksesnya dimanapun dan kapanpun.
2) Kenyamanan
Dengan situs web yang dikembangkan dengan baik, orang-orang selalu dapat
mendengarkan dan mencari apa yang mereka butuhkan. Mereka akan lebih
memilih membeli produk di toko online ketimbang harus bersusah payah ke toko
fisik. Jadi ada baiknya untuk meletakkan semuanya di situs web seperti informasi
produk atau nomor yang dapat dihubungi.
Pastikan situs web Anda dikembangkan untuk mempermudah dan tidak
membingungkan pengunjung untuk menangkap audiens yang lebih besar dengan
penilaian positif.
3) Pemasaran Seluruh Dunia
Dengan situs web, brand dapat melakukan publikasi ke forum sosial dan
memasarkan produk mereka ke khalayak luas di seluruh dunia. Mereka dapat
secara teratur beriklan dan membagikan karya mereka di forum sosial untuk
mendapatkan lebih dari sekadar pemirsa yang ditargetkan.
4) Sumber Kredibel
Situs web adalah platform perusahaan / organisasi yang paling kredibel. Situs
web resmi tersebut bahkan dapat berfungsi sebagai kantor tunggal. Jika lokasi
fisik perusahaan tidak pada akses yang mudah atau tidak dikelola dengan baik,
dapat diatasi dengan berfokus pada situs web.
11
2.2.6 System Engine Optimization (SEO)
Menurut Chaffey, SEO adalah pendekatan terstruktur yang digunakan untuk
meningkatkan posisi perusahaan produknya di hasil pencarian mesin pencari sesuai
dengan kata kunci yang di pilih. (Chaffey, 2011) Fungsi dan tujuan SEO:
1. Menaikan page ranking sebuah website agar selalu terindeks pada search engine
sehingga dapat ditampilkan dihalaman utama.
2. Mendatangkan trafik / pengunjung ke website melalui search engine.
3. Membantu meningkatkan pencapain target penjualan melalui rekomendasi
web.
4. Meminimalkan biaya pemasaran online.
Manfaat SEO:
1. Dengan cara optimasi SEO yang baik, web/blog anda akan menduduki
peringkat pertama google.
2. Bila pengunjung yang datang ke sebuah web/blog sudah banyak, secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap potensi penghasilan dari web/ blog
tersebut.
Gambar 2. 2 Search Engine Optimization
Sumber: Google
Di pasar yang kompetitif saat ini, pemasaran SEO lebih penting daripada
sebelumnya. Mesin pencari melayani jutaan pengguna per hari mencari jawaban atas
pertanyaan mereka atau untuk solusi atas masalah mereka.
SEO sangat penting karena : (Chris, 2018)
1) Mayoritas pengguna search engine lebih cenderung mengklik salah satu dari 5
saran teratas di halaman hasil, jadi untuk memanfaatkan ini dan mendapatkan
pengunjung ke situs web atau pelanggan ke situs web sebuah brand, SEO
diperlukan untuk mencapai posisi teratas.
2) SEO tidak hanya tentang mesin pencari tetapi praktik SEO yang baik
meningkatkan pengalaman pengguna dan kegunaan dari situs web.
3) Pengguna memercayai mesin pencari dan memiliki kehadiran di posisi teratas
untuk kata kunci yang dicari pengguna, meningkatkan kepercayaan situs web.
4) SEO baik untuk promosi sosial situs web Anda. Orang-orang yang menemukan
situs web dari brand dengan mencari Google atau Yahoo lebih cenderung
mempromosikannya di Facebook, Twitter, Google+ atau saluran media sosial
lainnya.
5) SEO penting untuk kelancaran situs web besar. Situs web dengan lebih dari satu
penulis dapat memperoleh manfaat dari SEO dengan cara langsung dan tidak
langsung. Manfaat langsung mereka adalah peningkatan lalu lintas mesin pencari
dan manfaat tidak langsung mereka adalah memiliki kerangka kerja umum
(daftar periksa) untuk digunakan sebelum mempublikasikan konten di situs.
6) SEO dapat menempatkan brand di depan persaingan. Jika dua situs web menjual
hal yang sama, mesin pencari yang dioptimalkan situs web lebih cenderung
memiliki lebih banyak pelanggan dan menghasilkan lebih banyak penjualan.
2.2.7 Media Sosial
Menurut Oxford Dictionaries, media sosial adalah website dan aplikasi yang
memungkinkan pengguna untuk membuat dan membagikan konten atau untuk
berpartisipasi dalam jaringan sosial. Media sosial memiliki dampak terbesar pada
branding dari saluran digital manapun. Sebenarnya, memanggil sosial media
‘saluran’ tidak meletakkannya dalam perspektif dengan benar. Media sosial telah
mengubah cara berinteraksi konsumen dan merek secara mendasar dan telah
menyebabkan pergeseran mendasar dalam branding. Pergeseran mendasar adalah
11
komunikasi dua arah dan pemberdayaan konsumen (dalam konteks B2C dan B2B).
Seperti yang sudah dijelaskan di Bab 1, media sosial, tidak hanya menyiarkan, tetapi
konsumen dapat terlibat secara langsung dengan merek tersebut. (Rowles, 2014)
Terdapat banyak manfaat dari media sosial untuk brand building, berikut
lima poin penting manfaat dari media sosial: (Newberry, 2018)
1) Meningkatkan brand awareness
Hampir setengah dari seluruh populasi dunia menggunakan media sosial,
media sosial dapat digunakan sebagai tempat untuk meraih konsumen potensial baru.
Bayangkan apabila 60% pengguna Instagram mengatakan bahwa mereka
menemukan produk baru saat melakukan browsing. Saat Absolut Vodka
menjalankan kampanye Instagram untuk mempromosikan botol edisi terbatas
mereka, perusahaan ini meraih lima poin peningkatan dalam brand atau public
awareness.
2) Stay on top of mind
Gambar 2. 3 Social Media in Use 2018
Sumber: Pew Research Center
Menurut Pew Research Center, kebanyakan pengguna media sosial masuk ke
akun mereka paling tidak sekali sehari, dan banyak orang yang mengecek akun
mereka beberapa kali dalam sehari. Media sosial memberikan kesempatan bagi
brand untuk berhubungan dengan target konsumen atau konsumen mereka setiap kali
mereka log in. Menjaga posting-an agar tetap menarik dan informatif, dan followers
di platform kita pun akan senang dan tertarik saat melihat konten terbaru dari brand
tersebut. Hal ini menjaga nama brand untuk selalu diingat saat mereka siap untuk
melakukan pembelian.
3) Meningkatkan website traffic
Social media post dan iklan adalah cara utama untuk mengarahkan website
traffic. Membagikan konten dari website ke media sosial adalah cara yang bagus
untuk membuat pembaca melihat publikasi terbaru di website.
Menawarkan nilai besar dalam setiap konten publikasi, daripada ke arah
promosi. Pastikan alamat website dicantumkan dalam semua profil media sosial
sehingga orang-orang yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang brand tersebut
dapat melakukannya dengan satu klik mudah. Lebih baik lagi, gunakan pos yang
dipasangi pin untuk menyorot halaman arahan di situs web Anda yang relevan
dengan obrolan.
4) Mendorong penjualan
Apapun yang produk dan brand yang dijual, media sosial dapat membantu
mendorong penjualan dari produk tersebut. Akun sosial adalah bagian penting dari
saluran penjualan suatu brand, proses di mana konsumen potensial menjadi
konsumen.
Karena jumlah orang yang menggunakan media sosial terus bertambah dan
alat penjualan sosial berevolusi, jaringan sosial akan menjadi semakin penting untuk
penelusuran produk dan e-commerce. Saatnya tepat untuk menyelaraskan tujuan
pemasaran sosial dan penjualan dari sebuah brand. Untuk profesional sampai
penjualan individu, media sosial merupakan sarana yang tepat untuk mendorong
penjualan.
5) Bekerja sama dengan influencers
Word of mouth mendorong 20% hingga 50% dari keputusan pembelian.
Ketika sebuah brand dapat membuat orang membicarakan tentang produk atau
perusahaan mereka di media sosial, mereka telah membangun brand awareness dan
kredibilitas, dan menyiapkan diri untuk lebih banyak penjualan. Salah satu cara
11
utama untuk mendorong word of mouth adalah bermitra dengan influencers, orang-
orang yang memiliki banyak pengikut di media sosial dan dapat menarik perhatian
dari followers mereka.
2.2.8 Online Advertising
Online advertising adalah sebagal tipe pesan marketing yang muncul dengan
bantuan internet. Artinya advertising ini dapat muncul di web browser, search
engine, media sosial, handphone, dan bahkan email. Tipe online advertising:
1. Display Ads
Display ads mungkin adalah bentuk online ads yang paling tua, yang terlihat
dari baner dari segala bentuk dan ukuran untuk iklan teks yang relevan dengan
konten halaman. Contohnya terdapat baner dari produk terbaru Sephora di blog dari
beauty blogger.
2. Email Ads
Email ads adalah bentuk pemasaran online populer dimana banyak konsumen
tidak sadar bahwa email tersebut adalah iklan. Saat membuka kotak masuk, kita akan
melihat iklan yang mempromosikan layanan baru dari kartu kredit yang kita pakai,
atau penawaran baru dari produk baju favorit kita. Iklan email terkadang bahkan
datang dalam bentuk kupon atau buletin.
3. Native Ads
Native ads dipasarkan dalam bentuk pos bersponsor, misalnya, Apple melakukan
posting berjudul “6 Lifehacks yang ada di Iphone” di Buzzfeed, atau dalam bentuk
advertorial, iklan online (dan terkadang cetak) yang dirancang agar terlihat seperti
konten editorial tetapi mempromosikan produk atau layanan.
4. Social Media Ads
Entah dari Facebook, Twitter, atau YouTube, pesan pemasaran ada di mana-
mana di platform media sosial. Dari iklan Facebook hingga tweet dan iklan yang
disponsori yang bermunculan di antara video YouTube. Media sosial adalah tempat
yang efektif bagi pemasar untuk menjangkau target audiens mereka karena orang
menghabiskan begitu banyak waktu di media sosial.
Online advertising pada dasarnya merupakan segala bentuk dari banner
advertising termasuk video ads, Pasar iklan seluler saat ini sangat terpecah belah
dengan sejumlah besar penargetan, fitur, dan opsi kreatif iklan. Seperti segala bentuk
iklan banner, hasil dari kampanye sangat variabel berdasarkan opsi yang digunakan
dan efektivitas keseluruhan dari pendekatan. Untuk alasan ini, setiap usaha online
advertising seharusnya dipertimbangkan dengan hati-hati dan diikat kembali ke
tujuan bisnis, dengan metodologi yang jelas dan diletakkan sejak awal untuk
melakukan pelacakan dan pengukuran hasil. Pilihan kreatif yang beragam dan
seringkali sangat interaktif akan sangat menarik audiens. (Rowles, 2014)
2.2.9 Brand Awareness
Menurut McDowell dan Batten (1999), brand awareness didefinisikan
sebagai “kemampuan audiens untuk mengidentifikasi merek secara tepat melalui
recognition atau recall”. Keller (1993) dan Chang (2010) mengatakan bahwa brand
awareness adalah performa brand recall dan recognition konsumen, sementara
Aaker mengatakan brand awareness sebagai kemampuan konsumen untuk
mengenali dan me-recall merek tersebut dalam kondisi apapun. Aaker (2002)
kemudian merevisi definisinya menjadi “kemampuan dari kehadiran suatu merek di
pikiran konsumen.”
Membangun brand awareness adalah proses jangka panjang yang
berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, kesukaan, dan penjualan terhadap
merek dari waktu ke waktu (1993). Menurut Majumdar (2009), mengimplikasi
bahwa brand awareness tidak hanya mengacu kepada kemampuan konsumen untuk
mengingat dan mengenali, tapi juga menghubungkan merek dengan asosiasi tertentu
di memori. Seperti, dalamnya kesadaran merek mengacu pada bagaimana merek
tersebut dengan mudah diingat oleh konsumen, sedangkan luasnya kesadaran merek
mengacu pada situasi yang berbeda dimana merek tersebut diingat kembali.
Aaker mendefinisikan tiga tingkat dari brand awareness:
1. Brand Recognition
Recognition mencerminkan keakraban dan keterkaitan yang diperoleh dari
paparan masa lalu. Artinya, merek tersebut akan diingat saat disebutkan diantara
merek lain atau melalui bantuan.
2. Brand Recall
Recall mencerminkan kesadaran akan suatu merek ketika muncul dalam
pikiran segera setelah kelas produknya disebutkan. Suatu cara ingatan tanpa bantuan.
3. Top of Mind
11
Merupakan tingkat kesadaran tertinggi, dimana merek tersebut mendominasi
pikiran dan dapat muncul kapan saja.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan rangkaian penalaran untuk menjelaskan alur
pemikiran yang digunakan dalam penelitian. Kerangka ini digunakan untuk
mempermudah pemahaman terhadap teori-teori atau konsep yang digunakan untuk
menjawab permasalahan yang diangkat dalam sebuah penelitian. Dalam bagian ini,
setiap teori dan manfaatnya akan dijelaskan satu per satu untuk melihat korelasi
antara teori dengan masalah penelitian.
Penelitian ini akan membahas bagaimana branding dijalankan dan dibangun
melalui digital branding untuk meningkatkan brand awareness. Untuk
Digital BrandingSumber: Daniel Rowles
WEBSITE
SEO
SOCIAL MEDIA
ONLINE ADVERTISING
Brand AwarenessSumber: Walter McDowell
and Alan Batten
Digital Branding
Sumber: D
aniel Row
les
Gambar 2. 4 Kerangka Pemikiran
Sumber: Peneliti
mempermudah analisa makan ada tiga saluran digital branding yang digunakan yaitu
(1) Website dan SEO; (2) Social Media; (3) Online Advertising. Penelitian ini
menggunakan beberapa konsep yang mendukung pemahaman dan pemecahan
masalah penelitian. Konsep pertama dalam penelitian ini adalah branding. Branding
adalah suatu proses atau strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengangkat
dan menaikan citra dari merek mereka, agar visi dan misi dari perusahaan mereka
dapat diketahui dan dikenal baik oleh target audiens mereka. Sumber referensi yang
dipakai oleh peneliti adalah teori dari Daniel Rowles melalui buku Digital Branding.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan brand awareness. Teori
yang digunakan yaitu teori dari Marton dan Booth dari sisi psikologi. Teori ini
digunakan dipenilitian ini agar mengetahui dan memahami efek dan dampak
psikologis dari konsumen saat menjalankan kampanye untuk brand awareness ini.