Download - Waktu Penyembuhan Luka
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
1/10
W.H AUDEN dalam tulis-
annya The Art of Healing
sudah memperingatkan
bahwa penyembuhan lu-
ka, bisa terjadi secara
alami. Tinggal bagaimana kita mem-bantu proses alamiah itu terjaga dan
tidak membuat tindakan intervensi
yang justru memperburuk kondisi.
Penyembuhan luka merupakan res-
pons alamiah terhadap kerusakan ja-
ringan. Proses penyembuhan sendiri
bukan hal yang sederhana, tetapi me-
rupakan proses bertahap yang sangat
kompleks di tingkat selular. Mekanis-
me di tingkat sel akan diikuti proses
penutupan, rekonstitusi, dan restorasiperegangan kulit yang telanjur koyak.
Luka yang menahun atau luka kro-
nik menjadi beban baik mental mau-
pun material yang sangat signifikan
tak hanya pada pasien tetapi juga
dokter dan keluarga pasien karena
biaya perawatan yang sangat besar. Di
Amerika Serikat, sekitar 5,7 juta pa-
sien memiliki luka kronik dengan be-
ban perawatan mencapai lebih dari
20 miliar dolar setiap tahun.
Agar penatalaksaan luka berjalan
efektif, maka semua pihak yang terli-
bat dalam proses penyembuhan luka
harus memahami konsep proses pe-
nyembuhan luka secara alami, me-ningkatkan kemampuan fisik dan ling-
kungan biokimiawi yang mendukung.
Beberapa luka kronik yang sulit di-
tangani adalah luka diabetik terutama
pada kaki, luka karena tekanan (pres-
The Art of Healing
FARMACIA 16 Maret 2013
RACIKAN UTAMA
Healing... is not a science butthe intuitive art of wooing nature.
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
2/10
sure ulcer) dan luka vena statis. Luka
diabetik menjadi penyebab utama
amputasi kaki di Amerika Serikat, dan
di negara lain. Insiden kaki diabetik
mencapai 2% per tahun dengan biaya
perawatan yang sangat besar.
Patogenesis kaki diabetik adalah
gangguan neuropati, gangguan kese-
imbangan muskuloskeletal serta pe-
nurunan sistem imun akibat disfungsi
leukosit dan penyakit vaskular perifer.Gangguan-gangguan ini menyebab-
kan komplikasi pada luka. Luka kro-
nik sulit disembuhkan karena disertai
penurunan faktor-faktor pertumbuhan
yang sangat berperan dalam proses
penyembuhan.
Pasien yang berbaring dalam waktu
lama akibat lumpuh atau menderita
penyakit kronis yang mengharuskan
dia berbaring sepanjang tahun di tem-
pat tidur, rentan terkena luka akibat
tekanan. Sedangkan luka akibat venastatis terjadi akibat hipoksia pada
area-area di ekstremitas bawah, dise-
babkan vena yang tersumbat. Suplai
oksigen terhambat.
Wound healing: TIMEPrinciple
Penyembuhan luka merupakan pro-
ses sistemik yang secara tradisional
bisa dijelaskan dalam empat proses:
hemostatis, inflamasi, proliferasi, danmaturasi. Platelet memegang peran
penting dalam proses pembekuan da-
rah di tahap hemostatis. Sel-sel infla-
masi akan memakan jaringan yang ru-
sak di tahap inflamasi. Proses epiteli-
sasi, fibroplasia, dan angiogenesis ter-
jadi selama fase proliferasi. Sementara
itu jaringan granulasi terbentuk dan lu-
ka mulai menutup. Akhirnya, di fase
maturasi, terbentuk ikatan kolagen
yang berikatan dengan molekul-mole-
kul protein yang akan menyangga pe-
regangan kulit sebagai penutup luka.
Nampaknya, proses ini seperti ta-
hap-tahap berurutan yang terpisah.
Namun proses keseluruhan jauh lebih
rumit. Banyak aspek dalam penyem-
buhan luka yang belum terungkap.
Dijelaskan Dr Poengki Dwi Poer-
wantoro, SpBP, MM dari Divisi Bedah
Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta,
kadang proses penyembuhan luka tidak
mulus. Bisa terhenti di fase inflamasi
atau proliferasi. Akibatnya luka tidak
kunjung membaik dan harus diinter-
vensi, jelas dokter bedah plastik yang
mendalami manajemen luka bakar ini.
Dari empat fase penyembuhan lu-
ka, fase hemostatis buka termasuk fa-se penyembuhan. Ia merupakan me-
kanisme alamiah tubuh untuk melin-
dungi diri. Jadi tiga fase penyembuh-
an luka dimulai dari fase inflamasi di-
lanjutkan fase proliferasi, dan epi-
telisasi.
Cedera akan menyebabkan rekruit-
men sel-sel inflamasi. Mereka ditarik
sebanyak-banyaknya ke area luka.
Skenario ini melibatkan interaksi yang
kompleks antara mediator-mediator
jaringan lokal dan sel-sel yang bermi-grasi ke area luka. Fase inflamasi ter-
jadi di hari-hari pertama terjadinya lu-
ka. Migrasi sel-sel epitel terjadi dalam
12-24 jam pertama namun pemben-
tukan jaringan baru terjadi pada 10-
14 hari kemudian.
Epitelisasi dan neovaskularisasi
merupakan dampak dari peningkatan
aktivitas di tingat selular. Elemen-ele-
17 FARMACIAMaret 2013
RACIKAN UTAMA
Dr Poengki Dwi Poerwantoro SpBP BP
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
3/10
men stromal pada pembentukan ma-
triks ekstraselular disekresi dan dior-
ganisir dengan rapi. Jaringan baru
yang disebut jaringan granulasi sangat
tergantung dari keberadaan faktor
pertumbuhan yang spesifik. Proses ini
berlangsung dalam hitungan minggu
bahkan berbulan-bulan tergantung
kondisi individual.
Akhirnya di tahap remodeling
jaringan, di mana kontraksi dan kete-gangan jaringan bisa dicapai, terjadi
pada 6-12 bulan. Luka seakan lenyap
dan sudah terganti dengan kulit baru.
Namun jarigan yang terjadi tidak akan
sama persis dengan aslinya. Paling ba-
gus adalah 80% dari kulit sebelum
terjadi luka.
Ada beberapa penyebab proses pe-
nyembuhan luka berhenti. Penyakit
sistemik dan faktor-faktor lokal sangat
mempengaruhi penyembuhan luka.
Kadang diperlukan intervensi untukmempercepat penyembuhan luka.
Dalam manajemen luka saat ini
dikenal TIME principle, yaitu Tissue,
Infection, Moisture, dan wound Edge.
Prinsip TIME dimaksudkan membantu
klinisi membuat langkah sistematik
dalam menangani luka.
T Tissue/Jaringan
Inti dalam observasi jaringan ada-
lah menemukan dan membuang ja-ringan mati atau nekrosis. Nekrosis
biasanya berwarna hitam, kering dan
keras, terbentuk dari jaringan granu-
lasi setelah kematian fibroblast dan
sel-sel endotel. Nekrosis bisa me-
ngandung sel inflamasi sehingga bisa
meningkatkan risiko inflamasi dan
menunda pembentukan matriks eks-
traselular. Jaringan ini secara fisik
menghalangi migrasi sel epidermal
dan hidrasi pada luka menjadi tidak
optimal. Debridement adalah proses
pembuangan jaringan nekrosis. Ada
beberapa cara yang bisa dilakukan
yaitu dengan pembedahan, pisau,
autolitik atau penggunaan enzim,
larva, atau secara mekanik.
I Infeksi/InflamasiInfeksi di luka menyebabkan nyeri
dan rasa tidak nyaman pada pasien.
Tetapi yang lebih berbahaya, infeksi
memperlama penyembuhan dan bisa
mengancam nyawa. Belum lagi bicara
tentang penambahan biaya perawatan
untuk antibiotik. Pada dasarnya se-
mua luka mengandung bakteri de-
ngan derajat berbeda-beda yang dida-
patkan dari kontaminasi, kolonisasi
hingga terjadi infeksi. Adanya bakteripada luka kronik tidak selalu meng-
indikasikan infeksi, tetapi infeksi yang
terjadi akan mengganggu proses pe-
nyembuhan. Beberapa bakteri bisa
menguntungkan karena menghasilkan
enzim seperti hyaluronidase yang ber-
kontribusi dalam proses debridement
dan menstimulasi neutrofil melepas-
kan protease.
Diagnosis infeksi harus berdasar-
kan kemampuan klinis dan data mi-
krobiologi. Secara klasik, gejala infek-
si pada luka akut berupa nyeri, erite-
ma, edema, adanya duh yang purulen
dan peningkatan suhu. Untuk luka
kronik harus ditambahkan kriteria be-
rupa penyembuhan yang lama, pe-
ningkatan eksudat, diskolorisasi men-
jadi merah menyala pada jaringangranulasi, bau, dan sebagainya.
Infeksi harus menjadi fokus utama
dalam manajemen luka. Antibiotik
sistemik tidak diperlukan, kecuali in-
feksi sangat dalam yang tidak bisa di-
jangkau terapi lokal. Metode pena-
nganan infeksi lokal bisa dilakukan
dengan debridement untuk mem-
buang jaringan yang tidak perlu, pem-
bersihan luka, dan pemberian
antimikroba topikal seperti dressings
dan silver. Untuk terapi sistemik harusberdasarkan gejala seperti adanya
demam dan selulitis setidaknya
melebihi 1 cm dari margin luka dan
menjangkau struktur yang dalam.
M moisture imbalance
Menciptakan keseimbangan kelem-
baban pada luka sangat penting. Eksu-
FARMACIA 18 Maret 2013
RACIKAN UTAMA
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
4/10
dat diproduksi sebagai respons tubuh
akan adanya kerusakan jaringan. Jum-
lah eksudat yang diproduksi tergan-
tung seberapa besar tekanan pada ja-
ringan. Luka yang sedang dalam tahap
penyembuhan memproduksi cukup
kelembaban untuk merangsang proli-
ferasi dan membantu membuang ja-
ringan yang tidak dibutuhkan dengan
proses autolisis. Tetapi jika luka mera-
dang dan atau terhenti di fase inflama-si, maka produksi eksudat meningkat
akibat pembuluh darah melebar.
Manajemen pembuangan eksudat
berlebih pada luka kronik cukup sulit,
karena ada faktor sistemik dan lokal.
Dalam pemilihan dressing, harus di-
pertimbangkan volume eksudat dan
viskostas dressing. Beberapa dressing
memiliki daya serap lebih banyak se-
hingga lebih efektif untuk luka de-
ngan eksudat berlebih. Ada beberapa
dressing untuk mengatasi eksudat ini,mulai bentuk busa, hidrokoloid, algi-
nat, hidrofibrat, cadexomer iodine
hingga dressing dengan aksi kapiler.
Semuanya memegang peran penting
dalam membuang cairan dari permu-
kaan luka. Beberapa jenis dressing
melalui kemampuan mengubah eksu-
dat menjadi gel, bisa mempertahan-
kan kelembaban permukaan luka.
E edge
Jika margin epidermal gagal bermi-grasi melewati luka atau tebing luka
gagal menyusut maka bisa jadi ada ke-
salahan dalam manajemen T, I, dan M.
Tahap final penyembuhan luka adalah
epitelisasi. Yang merupakan proses
pembelahan aktif, migrasi, dan pema-
tangan sel-sel epidermal dari tepi luka
hingga luka sepenuhnya tertutup. Ada
beberapa faktor yang dibutuhkan agar
proses epitelisasi bisa berjalan sempur-
na. Dasar luka harus dipenuhi jaringan
granulasi dengan vaskularisasi bagusagar sel-sel epidermal yang berprolife-
rasi bisa bermigrasi.
Harus dipastikan nutrisi dan oksi-
gen cukup untuk mendukung regene-
rasi epidermal. Beberapa penyebab
kegagalan proses ini adalah bakteri
dan jaringan mati yang eksis. Selain
itu hipoksia, infeksi, dressing tidak te-
pat, hyperkeratosis dan adanya kalus
bisa juga menjadi hambatan. Pada lu-
ka diabetik, ada overproduksi hiper-
karatosis atau kalus.
Penting untuk diingat bahwa lukasangat tergantung mikro dan makro
vaskulariasasi terutama di tungkai
bawah. Harus dilakukan penilaian
menyeluruh adanya penyakit iskemia
untuk melihat sejauh mana luka bisa
sembuh tanpa intervensi vaskular.
Melihat luka dengan tepat sejak
awal merupakan praktik terbaik untuk
memberikan penilaian akurat pada
hasil intervensi klinis. Pemantauan
harus terus dilakukan untuk melihat
kesuksesan intervensi atau justru ke-gagalan. Ujung luka tidak akan per-
nah bisa terjadi epitelisasi selama da-
sar luka tidak disiapkan dengan baik.
Selalu mempertimbangkan T,I dan M
terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa penggunaan terapi secara luas
akan bermanfaat.
Manajemen luka kronik saat ini su-
dah mengalami kemajuan signifikan
mulai dari penilaian status luka, pe-
mahaman secara molekular dan selu-
lar, dan pencegahan komplikasi. Kon-sep persiapan dasar luka secara simul-
tan terus dikembangkan. Dengan de-
mikian manajemen secara sistemik bi-
sa mengatasi berbagai hambatan pe-
nyembuhan luka secara alami dan
meningkatkan efek terapi tingkat lan-
jut. Preparasi dasar luka dan prisnip-
prinsip TIME bisa berhasil jika dila-
kukan dengan benar. tanF
19 FARMACIAMaret 2013
RACIKAN UTAMA
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
5/10
MALAM pergantian tahun
2012 menjadi malam yang
mengubah hidup Amelia
Yunita. Rencana melewat-
kan pergantian tahun de-
ngan barbeque di apartemen bersama
keluarga musnah berganti bencana.
Bahan bakar bensin yang ia percikkan
ke tungku batu bara tiba-tiba boom.
menyulutkan api dan langsung me-nyambar muka, tangan dan bajunya.
Malang, pemilih biro petualangan
Arus Liar ini saat itu mengenakan baju
berbahan silk, menjadikan api dengan
mudahnya merajalela menguasi seba-
gian tubuhnya.
Secepat kilat, Amelia melepas baju
dan lari ke kamar mandi. Darah terus
mengalir diikuti rasa panas tiada terki-
ra. Ia mengguyur tubuhnya di bawah
shower sembari berteriak minta ban-
tuan. Anak-anak dan kerabat tengahberusaha memadamkan api yang te-
rus membesar. Suasana kacau dan
chaos terjadi. Bantuan pun tidak begi-
tu saja datang mengingat saat itu se-
mua orang merayakan tahun baru.
Ambulans tak bisa datang karena ma-
cet. Dengan taksi, Amelia berhasil
mencapai rumah sakit. Ia tak sadar-
kan diri selama 3 jam di UGD.
Genap satu tahun lewat satu bulan
peristiwa itu terjadi. Kini Amelia bisa
dikatakan terlahir kembali. Bagi yangmelihat langsung bagaimana parah-
nya luka bakar yang ia derita, serasa
keajaiban melihat kondisi ibu dua
anak ini pasca perawatan. Tak hanya
cantik kembali, Amelia bisa beraktivi-
tas seperti semula, termasuk menya-
lurkan hobinya berpetualang. Septem-
ber lalu, ia baru kembali dari menda-
ki pegunungan Cartenz, di Papua.
Keberhasilan terapi Amelia ditentu-
kan sejak insiden terjadi. Pertolongan
pertama yang ia lakukan sangat tepat
sehingga memudahkan penanganan
selanjutnya di rumah sakit. Luka bakar
memang dikenal sangat katastropik
dan meninggalkan penderitaan berat
bagi penderitanya: rasa sakit, kecacat-
an, dan biaya yang besar. Data di Ame-
rika menunjukkan tak kurang dari 2juta penduduknya mengalami luka
bakar, meskipun sebagian besar bersi-
fat minor. Tahun 1991, ada 5.053 ke-
matian akibat luka bakar. Luka bakar
tersering diperoleh di tempat kerja.
Di Unit Luka Bakar RSCM, setidak-
nya 150 pasien luka bakar masuk se-
tiap tahunnya. Sebagian besar luka
bakar dikarenakan api dengan penye-
bab yang bermacam-macam. Ada pu-
la yang disebabkan hal lain selain api,
namun dengan persentase yang kecil.
Luka bakar bisa diklasifikasikan
menjadi enam jenis berdasarkan me-
kanisme terjadinya luka: luka karena
air mendidih, kontak dengan benda
panas, api, listrik dan radiasi. Dalam
dua dekade terakhir, kematian akibatluka bakar berhasil diturunkan. Penu-
runan ini merupakan hasil pelayanan
kesehatan dan teknik penanganan lu-
ka bakar yang terus berkembang.
Namun jauh sebelum dibawa ke
unit perawatan, langkah pertama me-
nolong penderita adalah menghenti-
kan proses luka bakar. Menghentikan
Luka Bakar:
Kuras Fisik dan Mental
FARMACIA 20 Maret 2013
RACIKAN UTAMA
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
6/10
proses luka bakar dapat dilakukan de-
ngan menjauhkan sumber panas atau
membawa korban menjauhi sumber
panas, misalkan dengan memadam-
kan api.
Langkah selanjutnya adalah de-
ngan mendinginkan luka. Cara men-
dinginkan luka adalah dengan mem-
basuh luka dengan air mengalir (suhu
15 derajat celsius) selama 20 menit.
Mengaliri daerah yang terkena de-
ngan air seperti ini akan mendingin-kan luka, mengurangi nyeri dan men-
cegah bengkak atau luka lebih lanjut.
Selain itu proses irigasi ini akan me-
ningkatkan proses penyembuhan dan
mencegah timbulnya skar (luka parut)
atau bekas menonjol. Tidak disaran-
kan penggunaan kecap, sabun, pasta
gigi, minyak dan lain sebagainya kare-
na justru akan membuat luka bakar
menjadi lebih dalam. Obat seperti pa-
rasetamol atau ibuprofen dapat pula
digunakan untuk mengurangi nyeri.
Menutup luka adalah tahap selan-
jutnya. Tujuan dari tindakan ini ada-
lah perlindungan terhadap hipoter-
mia. Luka dapat ditutup mengguna-
kanpolyvinyl chloride film (cling film)
atau yang mudah ditemukan adalah
plastik yang biasanya digunakan un-
tuk menutup makanan. Plastik ini di-
pilih sebagai bahan penutup karenatidak lengket, mudah digunakan, dan
transparan sehingga mudah untuk
melihatnya. Bisa juga ditambah de-
ngan hidrogel atau gel khusus luka
bakar, namun ini jarang digunakan.
Tatalaksana Luka Bakar
Dijelaskan Kepala Unit Luka Bakar
RSCM, dr Aditya Wardana SpBP, yang
termasuk dalam kategori luka bakar
minor adalah luka bakar yang meli-
puti luka bakar dangkal
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
7/10
Burn Congres, 9 Februari lalu menje-
laskan, resusitasi cairan diberikan un-
tuk pasien dengan luka bakar lebih
dari 20% untuk orang dewasa dan
10% untuk pasien anak. Namun di
RSCM, menurut Aditya, infus diberi-
kan untuk luas luka bakar > 16%. Se-
lain resusitasi dengan infus, yang ti-
dak boleh dilupakan adalah kateter
untuk pemantauan.
Pada prinsipnya, menurut Aditya,menangani luka bakar harus secara si-
multan dan melibatkan tim. Hal per-
tama yang dilakukan ketika pasien da-
tang adalah life saving. Selalu ingat
ACLS. Periksa ABC atau airway,
breathing, dan sirkulasi. Saat akan di-
lakukan resusitasi cairan selalu tanya-
kan kapan luka bakar terjadi bukan
saat pasien datang ke pelayanan kese-
hatan, jelas Aditya. Setelah pasien
stabil, baru lakukan penilaian cepat
tentang luas dan kedalaman luka. Ja-ngan sampai, terbalik. Dokter sibuk
menilai kondisi luka dan melupakan
life saving.
Selaku Kepala Burn Unit RSCM,
Aditya merasakan kendala utama da-
lam penanganan luka bakar adalah
terbatasnya jumlah tempat tidur.
RSCM hanya memiliki 7 tempat tidur
untuk luka bakar. Sementara negara
tetangga Singapura memiliki 23 bed
untuk mengakomodasi 4 juta pendu-
duknya. Demikian pula, RSCM se-mentara ini hanya hanya mampu me-
layani 6 pasien luka bakar berat dan
kritis, karena jumlah tersebut sesuai
dengan rasio bed dan perawat, ung-
kap Aditya.
Di samping itu, keadaan psikis pa-
sien selama perawatan juga menjadi
kendala tersendiri. Lamanya perawat-
an dan tindakan operasi yang harus
dilakukan berkali-kali
khususnya pada kasus
luka bakar kritis, mem-
buat kondisi psikis pasien
tertekan. Itulah sebabnya
keberadaan psikiatris sa-
ngat dibutuhkan dalam
proses perawatan pasien
dengan luka bakar.
Kendala lain adalah
biaya yang besar dalampenanganan luka bakar.
Lamanya perawatan ten-
tu saja berdampak pada
membengkaknya biaya
yang harus dikeluarkan
pasien. Hal ini tentu saja
sering memberatkan bagi pasien, khu-
susnya mereka yang tidak mampu.
Penggunaan Dressing
Pengaplikasian dressing pada lukaterus menerus sampai proses penyem-
buhan lengkap, atau intervensi bedah
kadang dibutuhkan agar luka me-
nutup. Dulu, banyak dokter bedah
menggunakan dressing dua kali seha-
ri. Praktik ini kini berubah dengan cu-
kup mengganti dressing sehari sekali.
Hal ini sangat menghemat dari sisi
biaya, nursing time, dan nyeri. Peng-
gantian dressing sekali sehari sangat
baik buat penderita anak dengan luka
bakar superfisial. Namun penggantiandressing dua kali sehari masih diindi-
kasikan pada pasien dengan luka ter-
infeksi atau dengan produk eksudat
yang banyak. Selama penggantian
dressing, luka dibersihkan dengan
spons berpori ukuran sel dan diren-
dam dalam poloxamer 188, gel terla-
rut air, untuk membuang sepenuhnya
antibiotik topikal. Forsep kadang di-
butuhkan untuk debridement dasar
luka. Setelah luka bersih, tutup luka
dengan krim antibiotik.
Kemajuan di bidang dressing saat
ini sudah sangat signifikan. Dressing
yang baik, dijelaskan Dr Poenky DwiPoerwantoro SpPB dari Divisi Bedah
Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta,
setidaknya memenuhi 9 syarat. Tetapi
tidak ada satupun dressing yang me-
menuhi kesembilan kriteri dressing
ideal. Kalaupun ada, maka harganya
akan sangat mahal. Masing-masing
dressing pada akhirnya akan saling
melengkapi.
Occlusive dressings merupakan
metode alternatif dalam manajemen
luka bakar selain krim antibiotik.Occlusive dressings bisa diaplikasi-
kan pada luka bakar derajat 2 dangkal
yang bersih dan baru (kurang dari 24
jam). Dressing ini mampu memperta-
hankan kelembaban luka yang berpe-
ran besar dalam proses penyembuhan
dan mengurangi kebutuhan penggan-
tian dressing.
TransCyte adalah dressing yang di-
FARMACIA 22 Maret 2013
Luka bakar pada anak.
RACIKAN UTAMA
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
8/10
buat dari kultur fibroblast kulit dibuah
menjadi material biosintetis berupa
membran semipermeabel sangat tipis
dan dilekatkan pada jaring nylon. Ja-
ring nylon ini akan menjadi media per-
tumbuhan jaringan kulit 3-dimensi. Se-
lanjutnya, membran akan membentuk
epidermis sintetis. Fibroblast yang ber-
proliferasi di jaring nylon akan mense-
kresi protein dan faktor-faktor pertum-buhan yang berkontribusi pada pem-
bentukan matriks dermal 3-dimensi.
Jenis lain adalah biobrane yang meru-
pakan dressing biosintetsis lain yang
terdiri dari film silikon dengan kain
nylon melekat di film.
Saat ini berbagai dressing sintetsis
sudah dikembangkan. Dressing gene-
rasi pertama (misalnya film tipis, hi-
drokoloid hidrogel) berdasarkan kon-
sep bahwa regenerasi epidermal pa-
ling baik terjadi di lingkungan lem-
bab. Generasi kedua dressing me-
ngombinasikan bahan film yang
mampu menahan cairan dari sekali-
gus menyerap hidrokoloid. Secara
teori, membrane sentral menyerap
cairan dari luka melalui poros lapisan
terdalam. Lapisan luar akan membuatuap keluar namun cairan maupun
bakteri dari luar tidak bisa masuk.
Dressing generasi kedua memiliki
fitur-fitur yang lebih baik, namun har-
ganya masih tinggi. Untuk mensiasati-
nya, bisa digunakan alternatif yaitu
dengan menggunakan kasa biasa (tipe
1) yang steril direndam dalam sodium
klorida 0,9% untuk menutup luka.
Lapisan kasa ini kemudian ditutup de-
ngan lapisan multipel dari kasa yang
kasar (tipe 6) dan dilindungi kasa me-
lingkar yang inelastis. Kasa ini dilekat-
kan di luka bakar menggunakan pele-
kat berpori mikro.
Tunjangan Nutrisi
Terapi yang komprehensif pada lu-
ka, jika tidak disertai dukungan nutrisiyang memadai tidak akan tercapai ke-
majuan yang signifikan. Dr Inge Per-
madi MS, SpGK menjelaskan, pende-
rita luka bakar membutuhkan kalori
yang jauh lebih besar. Komposisi nu-
trisi untuk pasien adalah 60% karbo-
hidrat, protein 15-20%, dan sisanya
lemak. Jika pasien tidak bisa makan
secara normal, bisa diberikan makan-
an pengganti dalam bentuk cairan.
Prinsipnya, tambah Inge, regenera-
si jaringan pada pasien luka bakarmembutuhkan protein tinggi, mele-
bihi orang sehat. Pada orang sehat,
kebutuhan protein sekitar 0,8-1
gram/kgBB sedangkan pada penderita
luka bakar sekitar 1,5-2 gram/kgBB.
Protein juga tidak boleh terlalu tinggi
karena akan berdampak pada fungsi
ginjal.
Inge mengakui bahwa banyak pa-
sien luka bakar yang dirawat di rumah
sakit yang pada akhirnya mengalami
malnutrisi akibat dukungan nutrisiyang tidak adekuat. Untuk menjaga
pasien tetap mendapatkan nutrisi cu-
kup, jadwal pemberian makan bisa
dibagi menjadi 8 kali per tiga jam.
jadi untuk proses penyembuhan ce-
pat tidak bisa hanya dengan mengan-
dalkan obat-obatan tetapi juga kebu-
tuhan nutrisi yang cukup, pungkas-
nya. tan/yapF
23 FARMACIAMaret 2013
RACIKAN UTAMA
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
9/10
SABTU siang, 16 Februari silam
menjadi hari pertama bagi Ne-
neng Sovia Diningsih, S.Kep,
Ners bertugas secara resmi di
Klinik Perawatan Luka Surya
Medika, yang berada di wilayah Ga-
ding Serpong, Tangerang. Klinik ini se-
benarnya sebuah klinik fisioterapi dan
stroke, yang tergerak membuka pela-yanan khusus perawatan luka. Pemo-
tongan tumpeng oleh pemilik klinik
dan dihadiri dokter serta pegawai kli-
nik menandai dibukanya layanan pe-
rawatan luka.
Neneng, bukan orang baru di da-
lam perawatan luka. Sejak kuliah di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universi-
tas Padjajaran Bandung, Neneng su-
dah berminat mengurus luka yang ba-
gi sebagian orang tampak mengeri-
kan. Sebagai bukti keseriusannya, iamengambil kursus perawatan luka
modern yaitu CWCC (Certified
Wound Care Clinician) di Bogor, ta-
hun 2012 lalu. Setelah itu perempuan
usia 30 ini sempat bekerja sebagai pe-
rawat khusus luka di Bogor, BSD, dan
sekarang berlabuh di Serpong.
Namanya saja perawatan luka,
maka yang bertanggungjawab adalah
perawat, jelas Neneng kepada
FARMACIA. Merawat luka dalam konsep
manajemen luka secara modern, sam-bung Neneng, sangat membantu pa-
sien. Selama ini, pasien luka cende-
rung mendapatkan perawatan yang
belum semestinya bahkan di rumah
sakit sekalipun. Biaya yang dikeluar-
kan juga mahal namun kondisinya ti-
dak kunjung membaik terutama pada
luka kronis seperti luka diabetik.
Psikologis pasien, menjadi salah
satu aspek yang diperhatikan dalam
merawat luka. Neneng menceritakan
beberapa pasiennya yang sudah di-
buang oleh keluarga karena luka
yang sudah berbau. Di klinik, selain
luka-luka dirawat dengan standar pe-
rawatan luka modern, pasien juga di-
tempatkan pada lingkungan yang nya-
man seperti rumah sendiri. Nenengsengaja membangun kedekatan per-
sonal dengan pasien, agar pasien mau
datang lagi. Perawatan luka tidak bi-
sa hanya sekali datang. Untuk luka
diabetik dia harus datang setiap 3 hari
sekali untuk mengganti dressing, dan
memberikan obat sampai pasiennya
sembuh, jelasnya.
Ia mengaku terharu dan merasa
puas saat melihat pasien-pasiennya
datang berjalan kaki dengan gagah.
Padahal beberapa bulan sebelumnyasi pasien datang dengan digendong
keluarganya karena luka di kaki yang
parah. Neneng tidak bekerja sendi-
rian. Ia selalu berkonsultasi dengan
dokter terutama jika pasien harus di-
berikan obat-obat yang diminum. Un-
tuk perawatan luka sendiri, Neneng
sudah memiliki kompetensi khusus.
Konsep klinik khusus perawatan lu-
ka masih belum popular di Indonesia.
Padahal kebutuhannya sangat tinggi.
Untuk luka diabetik saja, diperkirakan
lebih dari 20% penderita diabetes akan
mengalaminya. Belum lagi penderita
luka bakar, luka tekan, dan luka karena
kecelakaan lalu lintas. Peluang ini di-
tangkap oleh PT Yasa Promedika Len-
tera, selaku konsultan manajemen kli-nik khusus perawatan luka. Klinik tem-
pat Neneng bekerja adalah satu dari 7
klinik yang dikelola PT YPL.
Sebelumnya, YPL sudah membuka
klinik perawatan luka di RS MMC Ja-
karta, RS Melia Cibubur Jakarta, Klinik
Siaga Medika di Jakarta Timur, RS Pan-
caran Kasih di Manado, dan RS An-
Nufus di Brebes, Jawa Tengah. Tugas
YPL sendiri sebagai konsultan adalah
menyediakan fasilitas dan alat, sistem,
manajemen, hingga SDM seperti pe-rawat dan dokter.
Dengan semakin banyaknya klinik
perawatan luka di daerah perifer, ten-
tu akan lebih banyak pasien terlayani.
Pendekatan di klinik, seperti ditutur-
kan Neneng, jauh lebih manusiawi
dalam pendekatan kepada pasien.
Biaya pun jauh lebih rendah diban-
dingkan di rumah sakit. tanF
FARMACIA 24 Maret 2013
RACIKAN UTAMA
Neneng sedang merawat pasien.
Merawat Luka
dengan Hati
-
7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka
10/10