ANGGARAN RUMAH TANGGA
FEDERASI PEKERJA MANDIRI
BAB I
KEDUDUKAN, DEWAN PIMPINAN PUSAT, DAN DEWAN PENGURUS DAERAH
FEDERASI PEKERJA MANDIRI
Pasal 1
Dewan Pimpinan Pusat Federasi Pekerja Mandiri disingkat DPP FPM berkedudukan di
Jakarta.
Untuk membantu tugas melaksanakan fungsi dan peran DPP FPM, di tiap provinsi se-
Indonesia dibentuk DPD, dan DPC di Kota/Kabupaten seluruh Indonesia.
Sesuai dengan kedudukan Federasi Pekerja Mandiri sebagai organisasi pekerja yang tidak
mempunyai hubungan kerja (mandiri) yang bersifat terbuka, demokratis, independent,
bebas, professional dan bertanggungjawab, DPP dan DPDdan DPC merupakan bagian
integral dan tidak terpisahkan.
BAB II
SEKRETARIAT DAN ATRIBUT ORGANISASI
Pasal 2
DPP berkantor di ibukota negara, sedangkan DPD berkantor di ibukota provinsi dan DPC
berkantor di ibukota kota/kabupaten.
Papan nama, kepala surat, cap dan atribut-atribut FPM diatur dengan pedoman
penyelenggaraan administrasi yang disusun oleh pimpinan DPP.
BAB III
SUSUNAN DAN PERANGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASI
Pasal 3
Federasi Pekerja Mandiri mempunyai susunan organisasi sebagai berikut:
1. Ditingkat pusat dengan cakupan seluruh indonesia disebut DPP FPM;
2. Di tingkat provinsi disebut DPD FPM provinsi;
3. Di tingkat kota/kabupaten disebut DPC FPM kota/kabupaten.
Perangkat pengambilan keputusan organisasi FPM terdiri dari:
1. Musyawarah FPM;
2. Rapat kerja, rapat pimpinan FPM;
3. Rapat dewan pembina FPM;
4. Rapat dewan penasehat FPM.
Pasal 4
Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tugas dan peran FPM, pimpinan FPM dapat
membentuk kompartemen, biro-biro dan badan khusus organisasi sesuai kebutuhan.
Badan khusus sebagai perangkat organisasi FPM adalah badan pembantu FPM untuk
melaksanakan kegiatan khusus berdasarkan program kerja FPM.
Badan khusus dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada pimpinan dan
dalam melaksanakan fungsinya di bawah koordinasi ketua bidang.
Pembentukan badan khusus FPM disahkan dengan surat keputusan dewan pimpinan
pusat FPM dan dilaporkan kepada rapat kerja.
BAB IV
KEGIATAN
Pasal 5
Kegiatan FPM sesuai dengan fungsinya meliputi penguatan kelembagaan, meningkatkan
fungsi advokasi, dan meningkatkan fungsi fasilitasi bagi pekerja mandiri.
Sebagai penjabaran ayat (1) pasal ini, maka pembagian bidang / biro kegiatan FPM,
antara lain:
1. Bidang organisasi dan kelembagaan, melakukan kegiatan penguatan dan pemantapan
kelembagaan FPM; pemantapan dan pengembangan organisasi; pengembangan sarana
dan prasarana; pemantapan dan peningkatan kemampuan pekerja mandiri; pemantapan
dan peningkatan pelayanan advokasi dan sosialisasi; penguatan dan peningkatan
kemampuan peran pekerja mandiri;
2. Bidang administrasi dan pembiyaan, melakukan pengumpulan dan penguatan database;
penyusunan kebijakan penyelenggaraan kegiatan; pengembangan dan pengayaan dana;
pengembangan dan penguatan jaringan kemitraan dan permodalan; penguatan dan
pengembangan jaminan pekerja;
3. Bidang fasilitasi program, melakukan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan;
pemantapan kerjasama dalam rangka penguatan sistem jaringan pekerja mandiri;
pengkajian terhadap hal-hal strategis khususnya yang berkaitan dengan ekonomi,
kelembagaan, infrastruktur bisnis dan kajian hukum ekonomi dalam arti yang seluas-
luasnya.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 6
Setiap orang yang melakukan pekerjaan dan termasuk klasifikasi tenaga kerja, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tenaga kerja yang melakukan pekerjaannya tanpa adanya hubungan kerja;
2. Melakukan pekerjaanya kurang dari 8 (delapan) jam sehari;
3. Berpenghasilan tidak menentu.
Kelompok-kelompok usaha yang melakukan pekerjaan sejenis seperti kelompok tani,
kelompok nelayan, kelompok pedagang pasar tradisional, kelompok pedagang kaki lima,
dan lain sebagainya, yang dalam menjalankan usahanya secara mandiri.
Pengusaha-pengusaha yang termasuk klasifikasi koperasi usaha mikro kecil menengah
(UMKM)
Penerimaan anggota FPM disahkan dengan surat keputusan pimpinan FPM yang
dilanjutkan dengan pemberian kartu anggota dan surat pengantar mengikuti program
Jamsostek.
DPD dan DPC FPM memberikan laporan kepada DPP mengenai pendaftaran anggota di
daerahnya masing-masing.
Pasal 7
Anggota luar biasa adalah:
1. Pekerja yang bekerja pada perusahaan baik yang telah mempunyai badan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum yang mempunyai pekerja kurang dari 10 (sepuluh) orang;
2. Pengusaha yang melakukan usahanya memiliki karyawan kurang dari 10 (sepuluh) orang.
Syarat dan ketentuan menjadi anggota luar biasa FPM diatur dalam peraturan organisasi.
Pasal 8
Berakhirnya keanggotaan karena:
1. Anggota meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri dari keanggotaan FPM;
3. Diberhentikan oleh FPM.
BAB VI
RAPAT-RAPAT
Pasal 9
Rapat Federasi pekerja mandiri terdiri dari:
1. Rapat Kerja Nasional;
2. Rapat Kerja Daerah;
3. Rapat Kerja Cabang;
4. Rapat Pimpinan.
Pasal 10
RAPAT KERJA NASIONAL
Rapat kerja nasional sebagaimana diatur dalam anggaran dasar FPM diselenggarakan
oleh dewan pimpinan pusat FPM sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode
kepengurusan.
Rapat kerja nasional di hadiri oleh seluruh pengurus dewan pimpinan pusat FPM dan
utusan dari dewan pimpinan daerah FPM Provinsi.
Pasal 11
RAPAT KERJA DAERAH
Rapat kerja daerah sebagaiman diatur dalam anggaran dasar FPM di selenggarakan oleh
dewan pimpinan daerah FPM provinsi sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
periode kepengurusan.
Rapat kerja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dihadiri oleh seluruh
pengurus dewan pimpinan daerah FPM provinsi dan perwakilan dewan pimpinan cabang
kota/kabupaten.
Rapat kerja daerah membahas program kerja daerah.
Pasal 12
RAPAT KERJA CABANG
Rapat kerja cabang sebagaiman diatur dalam anggaran dasar FPM diselenggarakan oleh
dewan pimpinan daerah FPM kota/kabupaten sekurang-kurangnya 1 (satu)kali dalam 1
(satu) periode kepengurusan.
Rapat kerja cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dihadiri oleh seluruh
pengurus dewan pimpinan cabang FPM kota/kabupaten dan perwakilan kelompok-
kelompok pekerja mandiri yang telah terdaftar.
Rapat kerja cabang membahas mengenai program kerja cabang.
Pasal 13
RAPAT PIMPINAN
Rapat pimpinan diselenggarakan oleh setiap tingkatan dewan pengurus dan
diselenggarakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun dan atau setiap waktu apabila
diperlukan.
Rapat pimpinan dihadiri oleh ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan apabila
diperlukan dapat menghadirkan ketua-ketua biro.
Rapat pimpinan membahas mengenai kebijakan-kebijakan organisasi selama kebijakan
dimaksud belum diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga FPM.
BAB VII
MUSYAWARAH PESERTA DAN WAKTU PELAKSANAAN MUSYAWARAH
Pasal 14
MUSYAWARAH
Sesuai dengan Anggaran Dasar FPM musyawarah terdiri dari:
1. Musyawarah Besar;
2. Musyawarah Daerah;
3. Musyawarah Cabang;
4. Musyawarah Luar Biasa.
Pasal 15
MUSYAWARAH BESAR
Musyawarah Besar merupakan kekuasaan tertinggi FPM
Musyawarah Besar diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali.
Musyawarah berwenang untuk:
1. memilih dan mengangkat ketua umum dewan pimpinan pusat FPM;
2. menolak laporan pertanggungjawaban dewan pimpinan pusat FPM;
3. menilai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga FPM;
4. menentukan kebijakan-kebijakan umum organisasi.
Pasal 16
PESERTA MUSYAWARAH BESAR
Peserta musyawarah besar terdiri dari:
1. Seluruh dewan pengurus DPP FPM;
2. 3 (tiga) orang perwakilan DPD FPM provinsi;
3. 1 (satu) orang perwakilan dari kelompok pekerja mandiri yang dipilih dan ditunjuk oleh
masing-masing DPC FPM kota/kabupaten.
Pasal17
MUSYAWARAH DAERAH
Musyawarah daerahdilaksanakan pada setiap 5 (lima) tahun sekali.
Musyawarah daerahberwenang untuk:
1. mengangkat dan memilih ketua dewan pimpinan daerah FPM provinsi;
2. menilai laporan pertanggungjawaban dewan pimpinan daerah FPM provinsi;
3. menentukan arah kebijakan daerah selama tidak melanggar arah dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh dewan pimpinan pusat FPM.
Pasal 18
PESERTA MUSYAWARAH DAERAH
Musyawarah daerah dihadiri oleh:
1. 2 (dua) orang perwakilan dari dewan pimpinan pusat FPM;
2. seluruh pengurus dewan pimpinan daerah FPM provinsi bersangkutan;
3. 3 (dua) orang perwakilan dari dewan pimpinan cabang FPM kota/kabupaten.
Pasal 19
MUSYAWARAH CABANG
Musyawarah cabang dilaksanakan pada setiap 5 (lima) tahun sekali.
Musyawarah Cabang berwenang untuk:
1. mengangkat dan memilih ketua dewan pimpinan cabang FPM kota/kabupaten;
2. menilai laporan pertanggung jawaban dewan pimpinan cabang FPM kota/kabupaten;
3. menentukan arah kebijakan cabang selama tidak melanggar arah dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh dewan pimpinan pusat FPM.
Pasal 20
PESERTA MUSYAWARAH CABANG
Musyawarah cabang dihadiri oleh:
1. 2 (dua) orang perwakilan dari dewan pimpinan daerah FPM provinsi;
2. seluruh pengurus dewan pimpinan cabang FPM kota/kabupaten bersangkutan;
3. 3 (dua) orang perwakilan dari koordinator kecamatan.
Pasal 21
WAKTU PELAKSANAAN MUSYAWARAH
Waktu tempat dan lamanya musyawarah yang diselenggarakan ditetapkan oleh dewan
pimpinan pusat untuk penyelenggaraan musyawarah besar, dewan pimpinan daerah untuk
penyelenggaraan musyawarah daerah, dan dewan pimpinan cabang untuk
penyelenggaraan musyawarah cabang.
Untuk membantu memperlancar pelaksanaan musyawarah dapat membentuk panitia dan
kelompok kerja.
Undangan dan bahan dibahas dalam musyawarah sudah di terima selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sebelum musyawarah di selenggarakan.
Pasal 22
MUSYAWARAH LUAR BIASA
Musyawarah luar biasa sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dapat dilaksanakan
sewaktu-waktu apabila:
1. Organisasi berada dalam keadaan darurat dan atau dalam keadaan yang dapat
mengancam kelangsungan organisasi;
2. Adanya suatu keadaan yang dihadapi sehingga mengharuskan perlunya perubahan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Apabila organisasi dalam keadaan sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini, dan atas
permintaan secara tertulis dari sedikitnya 2/3 jumlah DPD FPM provinsi musyawarah
luar biasa DPP FPM dapat dilaksanakan.
Untuk musyawarah luar biasa DPC FPM kota/kabupaten dapat dilaksanakan berdasarkan
keadaan sebagaimana tersebut pada ayat (1) satu pasal ini, dan atas permintaan 2/3
kelompok-kelompok pekerja mandiri yang telah dibentuk dan disahkan.
BAB VIII
HAK SUARA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 23
HAK SUARA
Hak peserta musyawarah biasa maupun musyawarah luar biasa ditentukan dalam tata tertib
musyawarah.
Pasal 24
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan dilaksanakan secara kekeluargaan atas dasar musyawarah untuk
mufakat.
Jika tidak tercapai kesepakatan seperti yang dimaksud dalam ayat (1) maka keputusan
diambil dengan cara pemungutan suara dan keputusannya sah jika disetujui oleh lebih
dari ½ (setengah) tambah 1 (satu) jumlah suara yang masuk.
Jika jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka pemungutan suara
diulang sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali.
Pemungutan suara secara tertulis dilakukan dengan bebas dan rahasia dengan cara:
1. Menuliskan pilihannya diatas secarik kertas yang telah disediakan khusus untuk itu oleh
panitia;
2. Menyerahkan kembali kertas tersebut kepada panitia untuk selanjutnya diadakan
perhitungan suara diumumkan.
Jika dalam pemungutan suara yang di maksud ayat (4) suara yang masuk berimbang
maka pemungutan suara diulang sekali lagi.
Jika dalam pemungutan suara ternyata jumlah suara yang masuk lebih dari jumlah
anggota yang hadir dan berhak memberikan suara, maka pemungutan suara tidak sah dan
harus diulang.
Apabila dalam anggaran dasar ini pengambilan keputusan dalam musyawarah belum
cukup diatur, maka akan diatur dalam tata tertib musyawarah.
Hal-hal yang belum di atur tentang pengambilan keputusan ini akan di atur dalam tata
tertib musyawarah.
BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 25
KEUANGAN
Keuangan FPM berasal dari iuran yang besar dan ketentuannya akan diatur dalam rapat
pimpinan.
Sumbangan kepada FPM yang berasal dari donatur yang tidak mengikat.
Bantuan rutin dari pusat dan daerah yang dapat bersumber pada APBN dan APBD.
Penerimaan dana bantuan baik dari dalam maupun dari luar negeri yang sifatnya tidak
mengikat atau tidak bertentangan dengan ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga FPM.
Usaha-usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan ketentuan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga FPM.
Semua penerimaan, pengeluaran dan penyimpanan dana-dana DPP FPM, DPD FPM dan
DPC FPM dicatat dan dibukukan secara teratur menggunakan sistem akuntansi indonesia.
Pasal 26
KEKAYAAN
Seluruh kekayaan berupa barang bergerak dan tidak bergerak DPP FPM, DPD FPM dan
DPC FPM secara hukum adalah kekayaan FPM.
Seluruh kekayaan DPP FPM, DPD FPM dan DPC FPM sebagaimana ayat (1) dicatat
dalam buku daftar inventaris.
BAB X
SANKSI ORGANISASI
Pasal 27
Sanksi organisasi dapat diberikan kepada setiap anggota FPM dengan jenis sanksi sebagai
berikut:
1. Teguran atau peringatan;
2. Pemberhentian sementara sebagai anggota;
3. Pemberhentian tetap sebagai anggota.
Pasal 28
Anggota yang terkena ketentuan pasal 27 huruf a diatas adalah anggota yang dianggap
telah melakukan pelanggaran organisasi yang dapat merugikan, akan tetapi masih
dianggap sebagai pelaanggaran ringan dan dapat diperbaiki.
Teguran atau peringatan diberikan sebanyak 3 (tiga) kali dan setiap peringatan berlaku
sampai dengan 3 (tiga) bulan.
Surat peringatan diberikan berdasarkan hasil rapat pimpinan dan ditandatangani oleh
Ketua dan Sekretaris.
Pasal 29
Bahwa apabila anggota yang telah dilakukan peneguran sebanyak 3 (tiga) kali berturut-
turut dan ternyata tidak mengindahkannya, maka berdasarkan hasil keputusan rapat
pimpinan, anggota yang bersangkutan dapat dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam
pasal 18 anggaran dasar ini yang berlaku selama 6 (enam) bulan.
Bahwa apabila anggota melakukan pelanggaran yang dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran terhadap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga rapat pimpinan dapat
memutuskan langsung untuk memberikan sanksi sebagaimana diatur dalam pasal 19
anggaran rumah tangga ini yang berlaku selama 6 (enam) bulan, tanpa adanya teguran
atau peringatan terlebih dahulu.
Pasal 30
Terhadap anggota FPM yang melanggar dan atau tidak mematuhi anggaran dasar atau anggaran
rumah tangga, melanggar peraturan dan ketentuan organisasi atau bertindak merugikan atau
mencemarkan nama baik FPM pada umumnya, rapat pimpinan dapat menjatuhkan sanksi secara
bertahap sebagai berikut:
1. Keputusan pemberhentian sementara berlaku untuk jangka waktu tiga bulan;
2. Keputusan pemberhentian secara tetap;
3. Apabila pemberhentian sementara tersebut pada pasal 27 huruf c setelah jangka waktu
tiga bulan tidak disusuli dengan keputusan pemberhentian tetap, maka pemberhentian
sementara tersebut batal dengan sendirinya.
Pasal 31
Anggota FPM dapat memberikan sanksi sebagaimana diatur pada pasal 25 huruf
berdasarkan hasil keputusan rapat pimpinan apabila:
1. Anggota sudah melakukan pelanggaran berat dan dianggap sudah tidak dapat diperbaiki
lagi;
2. Anggota telah melakukan tindak pidana yang diancam hukuman lebih dari 5 (lima) tahun
dan dianggap dapat menghambat serta merugikan organisasi.
Surat keputusan pemberhentian sementara atau tetap disampaikan kepada yang
bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal surat
keputusan.
Pasal 32
Sanksi-sanksi yang tersebut dalam pasal 29 dan 30 tidak menutup kemungkinan adanya
penuntutan oleh organisasi sesuai dengan hukum yang berlaku.
BAB X
TATA CARA PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 33
Musyawarah besar perubahan anggaran rumah tangga dapat diusulkan oleh peserta
musyawarah besar atau sekurang-kurangnya ½ (setengah) tambah 1 (satu) suara peserta
musyawarah besar.
Keputusan musyawarah besar mengenai perubahan anggaran rumah tangga dihadiri
sekurang-kurangnya oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta musyawarah besar dan
keputusannya sah jika disetujui oleh suara terbanyak dari peserta yang hadir.
Usulan perubahan anggaran rumah tangga yang berasal dari peserta disampaikan secara
tertulis kepada pimpinan musyawarah sebelum musyawarah besar dilaksanakan.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 34
PENUTUP
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam anggaran rumah tangga ini akan diatur lebih
lanjut dalam peraturan organisasi oleh keputusan rapat pimpinan FPM yang tidak boleh
bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Anggaran rumah tangga ini ditetapkan dan disahkan pada tanggal 19 mei tahun 2013.