MENJAGA SUHU MESIN TETAS UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS HEWAN UNGGAS
Proposal Penelitian
Disusun Oleh:
NAMA : IMAM AHDY SAGA
NIM : H1F114221
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
TERIMA KASIH KEPADA
i
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
Kepala Prodi Teknik Mesin
Achmad Kusairi S, ST,. MT., MM.
Mahasiswa
Imam Ahdy Saga
Wakil Rektor Bidang Akademik
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M,Sc
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.d
Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST, M.Kes.
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT
Rektor Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
nya sehingga proposal penelitian yang berjudul “Menjaga Suhu Mesin Tetas
Untuk Meningkatkan Produktivitas Hewan Unggas” dapat terselesaikan. Dalam
penyusunan Proposal Metode Penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan kerja sama,
serta dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Bapak Ach. Kusairi S, MM., MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
2. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., ST., M.Kes. selaku Dosen
Pengampu 1
3. Bapak dan Ibu saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta
doanya yang selalu menyertai saya.
Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah
Metode Penelitian (HMKK 538). Penulis memahami sepenuhnya bahwa proposal
ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata dengan segala keikhlasan hati mengucapkan terima kasih.
Semoga proposal ini dapat memberikan inspirasi bagi pembaca dan semoga
proposal penelitian ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehiupan bangsa.
Banjarbaru, Oktober 2016
Penulis
IMAM AHDY SAGA
ii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iiI
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
BAB I Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 3
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………….... 3
BAB II Tinjauan Pustaka .............................................................................. 4
2.1 Penelitan Terdahulu ........................................................................... 4
2.2 Mesin tetas semi otomatis ……………………………………………... 5
2.3 Full otomatic turning / Pemutar rak telur otomatis (AT) …………… 6
2.4 Thermostat Besi …………………………………..…………………… 7
2.5 Thermostat Plastik ….………………………..………………………. 8
2.6 Cara Mensetting Suhu Thermostat …………………………………. 8
2.7 Lampu Pijar …………………………………………...……………….. 9
2.8 Aki ………….………………………………………..………………… 10
2.9 inventer………….………………………………………………………. 10
2.10 Cara menset suhu yang di kehendaki (83 Derajat Celcius/100
Farenheit)………………………..……………………………………... 11
BAB III Metode Penelitian............................................................................ .. 12
3.1 Objek Penelitian …………….......................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ……………................................................ 12
3.3 Teknik Pengumpulan Data …………................................................... 13
3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1 Mesin tetas semi otomatis .………………………………… 6
Gambar 2.2 MCU …………………………………………………………… 7
Gambar 2.3 Full auto panel ……….……….……………….. 7
Gambar 2.4 Thermostat Besi ………………….………….…………… 7
Gambar 2.5 Termostat Plastik ………………………….………………. 8
Gambar 2.6 Pengeset Suhu ………………………………………………... 8
Gambar 2.7 Thermometer Ruang…..…………………………………….……. 9
Gambar 2.8 Lampu Pijar ……………………………………………………… 9
Gambar 2.9 ACCU ……………………………………………………………. 10
Gambar 2.10 Inventer ………………………………………………………….. 11
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang
dimanfaatkan untuk daging dan telurnya serta jenis burung yang tubuhnya
ditutupi oleh bulu. Umumnya unggas merupakan bagian dari ordo Gallifores
(seperti ayam dan kalkun), dan Anseriformes (seperti bebek). Unggas adalah
tipe hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur.
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air,
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
pertumbuhan embrio sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah
harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan
telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur
tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur
tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk
dikonsumsi saja. Adapun untuk menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal
yang menunjang keberhasilan dalam menetaskan.
Untuk memperbanyak populasi hewan unggas seperti itik, ayam, dan
burung puyuh dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman
telur tetas yang akan diperbanyak. Pengeraman ini dapat terjadi jika sifat
mengerami telur pada unggas itu telah muncul.
Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang
sesuai untuk perkembangan embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat
2
pengeraman sangat tergantung dari jenis hewannya. Semakin kecil hewan,
semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan,
semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya
seragam, waktu penetasan akan selalu hampir bersamaan. Berbeda dengan
ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh tidak mempunyai sifat
mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya dengan seleksi
alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini, dengan
adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi
unggas ini.
Di Indonesia, sebenarnya mesin tetas buatan telah ada sebelum zaman
kemerdekaan dengan prinsip dan cara pengoperasian mirip dengan mesin
tetas sekarang. Usaha itu mulai dikembangkan pada akhir tahun 1959-an dan
berkembang terus hingga kini. Walaupun masih dalam bentuk yang
sederhana, tetapi Indonesia sudah mampu membuatnya. Mulai dari kapasitas
seratus hingga ribuan, karena memang prinsipnya sederhana.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas didapatkan perumusan masalah sebagai
berikut:
a. Berapa celcious kah suhu yang di perlukan dalam penetasan telur ungags
tersebut?
b. Bagaimana cara mengatasi agar suhu yang di perlukan dalam penetasan
dapat stabil pada saat listrik dari PLN padam?
3
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut :
a. Mengetahui apa itu penetasan telur
b. Mengetahui syarat penetasan telur yang baik.
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penetasan telur.
d. Memaksimalkan kinerja mesin dengan bantuan aki saat listrik PLN
padam
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi peneliti, dengan penelitian ini dapat mengetahui bagaimana kerja
yang terdapat pada mesin tetas telur semi otomatis dan cara
memaksimalkan kerja mesin tersebut dalam menjaga suhu ruangan yang
diperlukan dalam penetasan.
b. Bagi Universitas, dengan penelitian ini dapat menjadi tolak ukur tarhadap
kemampuan mahasiswanya.
c. Bagi labotarium teknik mesin, dengan penelitian ini dapat menjadi arsip
labotarium kedepannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Maulidya Siella Ningtyas dkk, (2013). Melakukan penelitian dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap daya tetas, mortalitas
dan hasil tetas telur itik. Penelitian menggunakan metode eksperimental
dengan rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri atas tiga perlakuan.
Ratih Dewanti dkk, (2014). Melakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh bobot dan frekuensi pemutaran telur terhadap fertilitas,
daya tetas, dan bobot day old ducks (DOD) itik lokal.
Edy Susanto dkk, (2013). Melakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh berat telur terhadap daya tetas dan berat tetas pada
ayam kampung. Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental
(Percobaan). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan Kelompok Berat telur (I, II dan III) sebagai perlakuan, dan
masing-masing 3 kali. data dianalisis dengan analisi varian (anova) dengan
bantuan program SPSS versi 16.0. Materi yang digunakan adalah 45 butir telur
ayam kampung yang dibagi menjadi tiga kelompok berat, masing-masing
adalah kelompok I (berat kecil = 37.38-39,49 gram), Kelompok II (Berat sedang
= 40,20-45,92 gram) dan Kelompok III (berat besar = 46,41-49,46 gram). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
(P>0,05) berat telur terhadap daya tetas telur ayam kampung. Namun nilai
5
rata-rata tertinggi diperoleh dari kelompok II (berat sedang : 40,20 – 45,92
gram) yaitu sebesar 66,67%.
2.2. Mesin Tetas Semi Otomatis
Mesin tetas semi otomatis merupakan mesin tetas yang operasional
mesinnya dilakukan secara langsung oleh mesin itu sendiri, tanpa campur
tangan si pemilik,pemilik tinggal mengontrol saja.namun bukan berarti kita bisa
lepas tangan, peranan pemilik tetap ada, pembalikan telur dilakukan oleh
motor listrik atau menggunakan pneumatic, urusan kelembapanpun mesin
akan mengatur secara langsung, sistem otomatisasi diatur oleh microcontrol
atau bisa juga diatur oleh sistem komputer untuk mesin tetas sekala besar
secara garis besar mesin tetas full otomatis memiliki kelengkapan :
a. kontrol otomatis suhu
b. kontrol otomatis kelembapan
c. kontrol otomatis gas karbon
d. alarm system
e. kontrol otomatis udara/ventilasi
Membuat mesin tetas full otomatis, bisa kita pertimbangkan jika kita
ingin usaha ternak bebek kita besarkan, karena dengan menggunakan mesin
tetas manual, sepertinya kurang efektif terutama masalah tenaga kerja
pembalikan telur, banyakkan berapa banyak tenaga dan tempat yang akan
dibutuhkan jika kita ingin menetaskan telur diatas 100.000 butir, jelas tidak
efisien, namun jika kita menggunakan mesin tetas full otomatis, kita akan bisa
lebih efektif memanage usaha ternak bebek kita dalam skala besar
6
Gambar 2.1 Mesin Tetas Semi OtomatisSumber : http://www.mjincubator.com
2.3. Full otomatic turning / Pemutar rak telur otomatis (AT)
Pada mesin penetas AT, yang terdapat pada gambar mesin tidak ada
pegangan atau lubang putar 80 derajat. Karena pada mesin ini sudah
terinstalasi motor beserta sistem MCU nya, yang mana mesin ini dapat bekerja
atau memutar mesin secara standar yaitu 1 hari 3 kali pemutaran berarti
dalam satu hari satu malam atau 24 jam. Mesin jenis ini dirasa sangat
memudahkan pengguna dalam proses penetasan dan meningkatkan efisiensi
dalam pemutaran serta meningkatkan keberhasilan pengguna mesin dalam
proses penetasan telur, hal ini dirasa pantas dikarenakan harga yang sangat
tinggi bisa mencapai 2 s/d 3 kali lipat lebih mahal dibandingkan mesin dengan
sistem rak putar samping, dengan cara menekan tombol setting pemutaran
telur saja pengguna bisa melakukan gerakkan pemutaran rak telur secara
efisien. Pengguna juga diberikan menu dari tombol sistem mesin penetas jenis
AT ini.
7
2.4. Thermostat Besi
Karena
pemakaian mesin
penetas telur
dengan suhu yang
berubah-ubah
yang berakibat
patahnya rangka
thermostat, maka
terciptalah
thermostat besi
jenis ini jelas lebih
kuat dan tidak mudah patah, tahan lama, selama masih ada perawatan pada
mesin, jika terjadi kerusakan tidak pada besinya tetapi kemungkinan terjadi
pada mikroswitch atau pada kapsul.
Gambar 2.4. Thermostat besiSumber : http://www.vogellink.com/2013/02/mengenal-mesin-penetas-telur.com
2.5. Thermostat Plastik
Sebenarnya bahan lapisan plastik sudah cukup untuk membuat
model kerangka thermostat pengatur suhu, bahan yang terbuat dari plastik ini
Gambar 2.2. MCUSumber : http://www.vogellink.com/2013/02/mengenal-mesin-penetas-telur.com
Gambar 2.3. Full Auto PanelSumber : http://www.vogellink.com/2013/02/mengenal-mesin-penetas-telur.com
8
memang sedikit mudah patah, memang harga lebih murah dibandingkan
dengan thermostat berbahan dasar besi, tetapi dengan biaya yang murah
pengguna bisa menggunakan mesin penetas telur lebih dari satu buah.
Gambar 2.5. Thermostat plasticSumber : http://www.vogellink.com/2013/02/mengenal-mesin-penetas-telur.com
2.6. Cara Mensetting Suhu Thermostat
Langkah awal sebelum kita memasukkan telur ke dalam rak mesin
penetas adalah dengan cara menset ke stabilan suhu, agar thermostat
mengetahui pada saat suhu berapa dia akan mati dan pada saat suhu berapa
dia akan hidup kembali, sedangkan pada mesin yang kami produksi suhu yang
digunakkan maksimal 38 derajat celcius atau 100 derajat fareinheit dan untuk
kelembaban 40-55 %.
Gambar 2.6. Pengeset SuhuSumber : http://www.mjincubator.com
9
Gambar 2.7 Thermometer Ruang
Sumber : http://www.vogellink.com/2013/02/mengenal-mesin-penetas-telur.com
2.7. Lampu Pijar
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui
penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan
menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut
menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak
akan langsung rusak akibat teroksidasi
Gambar 2.8. Lampu PijarSumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_pijar.com
10
2.8. Aki
ACCU(mulator) atau sering disebut aki , adalah salah satu komponen
utama dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan
aki untuk dapat menghidupkan mesin mobil (mencatu arus pada dinamo stater
kendaraan). Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Di
pasaran saat ini sangat beragam jumlah dan jenis aki yang dapat ditemui.
Gambar 2.9. ACCU(Mulator)Sumber : https://images.search.yahoo.com
2.9. Inventer
Inverter merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi sebagai
pengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC) dengan
menggunakan metode switching dengan frekuensi tertentu. Switching itu
sendiri adalah proses perpindahan antara kondisi ON dan OFF ataupun
sebaliknya. Pencacahan arus DC dengan proses switching ini dimaksud
kanagar terbentuk gelombang AC yang dapat diterima oleh peralatan/beban
listrik AC. Komponen utama yang digunakan dalam proses switching sebuah
inverter haruslah sangat cepat, sehingga tidak memungkinkan bila digunakan
saklar ON-OFF, relay, kontaktor dan sejenisnya. Akhirnya dipilihlah peralatan-
11
peralatan semi-konduktor yang mampu berfungsi sebagai saklar/pencacah
tegangan, selain itu juga mampu melakukan Pengertian Inverter.
Gambar 2.10. Inventer
2.10. Cara menset suhu yang di kehendaki (83 Derajat Celcius/100 Farenheit)
a. Keluarkan isi semua pada mesin/perleng kapan pada mesin dengan
mensisakan rak.
b. Hubungkan mesin dengan listrik hingga lampu-lampu di dalam mesin
menyala.
c. Kemudian ambil thermometer lalu letakkan pada tengah-tengah rak tepat
dibawah thermostat.
d. Putar sekrup pada thermostat hingga biji kapsul menyentuh mikroswicth
e. Sambil di putar thermostat amati pada thermostat perubahan suhu
apakah lampu pada mesin penetas telur mati pada saat yang kita
inginkan.(keterangan : semakin dekat jarak antara kapsul dengan
mikroswitch maka waktu pematian lampu semakin pendek)
f. Setelah Jangan lupa masukkan nampan yang berisi air 3/4 di bagian
dalam bawah mesin.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Penelitian ini berfokuskan menjaga suhu ruangan yang terdapat dalam
mesin tetas semi otomatis agar tetap memiliki suhu ruangan yang sesuai
dengan keperluan penetasan. Yang di tujukan pada waktu arus listrik PLN
padam dan sebagai pengganti energi listrik sementara yaitu aki mobil.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mesin Tetas Semi Otomatis
b. Aki Yuasa Pafectal
Tipe : 26A19L/12N24-3
Tegangan : 12 Volt
Arus : 3.0 A
Isi Elektrolit : 1.8 L
Kapaitas (20Hr) : 26 Ah
c. Rangkaian bola lampu sebanyak 5 buah dengan daya masing-masing
lampu adalah 5 Watt.
d. Thermostat besi
e. Thermostat plastik
f. Thermometer ruangan
g. Nampan wadah air
13
3.3. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian mesin tetas semi otomatis
adalah sebagai berikut :
a. Masukkan telur terlebuh dahulu
b. Setting timer
c. Kemudian rak telur akan bergerak sesuai waktu jeda dalam setting timer
yang di lakukan
d. Kemudian cek suhu dalam mesin tetas apakah sudah sesuai yang di
anjurkan dalam penetasan
e. Dan tinggal tunggu hingga telur menetas
14
Diagram Alir
Mulai
Persiapan alat dan bahan pengujian
Pengujian :1. Menjaga suhu ruangan pada mesin
tetas
2. Menjaga waktu gerak rak telur
3. Menjaga kipas angina agar terus
hidup
Bahan:Telur unggas
Besar tegangan lampu 25
wattl Jumlah lampu : 5 lampu
Kesimpulan
Selesai
15
3.4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas
Teknik Banjarbaru dan penelitian dilaksanakan di labotarium Teknik Mesin
pada tanggal 23 November – 21 Desember 2016.
Tabel 3.1 Jadwal Tugas Akhir
RENCANA KEGIATANBULAN
SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
MENYUSUN LAPORAN
SEMINAR PROPOSAL
SEMINAR HASIL
SIDANG AKHIR
16
DAFTAR PUSTAKA
Gatot, 2009. Penetasan Telur. http://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-telur.html.
diakses tanggal 5 Mei 2012.
Harianto, Agus. 2008. Tips dan Trik dalam Penetasan Telur
Unggas.http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam penetasan-
telur-unggas/. Diakses tanggal 25 Mei 2012.
Nuryati, Tutik, dkk. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Paimin, Farry. 2000. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, Muhammad. 1990. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.
Sukardi, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.
Deeming, D.C, 1989. Characteristic ofuntuned eggs: critical period, retarded embryonic
growth and poor albumen utilization. Br. Poult. Sci. 30: 253-263.
Suyatno, 1999. Kultur In Vitro Embrio Ayam Dari Ovum Fertil. Thesis. Program Studi Bioteknologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
_______, 2001. Penyempurnaan Mesin Tetas Konvensional Dengan Penambahan Beberapa Komponen Untuk Otomatisasi Pemuatan Telur. Laporan Penelitian DPP. Universitas Muhammadiyah Malang.
Tri Yuwanta, 1983. Bebarapa Metode Praktis Penetasan Telur. Dirjen DIKTI Depdikbud. Jakarta.
Tullett, S.G., 1990. Science and the art of incubation. Pult. Sci. 69 : 1-15
Tullett, S.G. and D.C. Deeming, 1982. The relationship between eggshell porosity and axygen consumption of the embryo in he domistic fowl. Comp. Biochem. Physiol. 72A : 529-533.
Tullett, S.G. and F.G. Burton, 1987. Effect of two gas mixtures on growth of the domestic fowl embryo from days 14 through 17 of incubation. J. Exp. Zool. Suppl. 1 : 347-350
17
Willson, H.R., 1991. Interrelationships of egg size, chick size, posthatching growth and hatchability. World,s Poult. Sci. J. 47 : 5-20.
Deeming, D.C, 1989. Characteristic ofuntuned eggs: critical period, retarded embryonic growth and poor albumen utilization. Br. Poult. Sci. 30: 253-263.
Suyatno, 1999. Kultur In Vitro Embrio Ayam Dari Ovum Fertil. Thesis. Program Studi Bioteknologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
_______, 2001. Penyempurnaan Mesin Tetas Konvensional Dengan Penambahan Beberapa Komponen Untuk Otomatisasi Pemuatan Telur. Laporan Penelitian DPP. Universitas Muhammadiyah Malang.
Tri Yuwanta, 1983. Bebarapa Metode Praktis Penetasan Telur. Dirjen DIKTI Depdikbud. Jakarta.
Tullett, S.G., 1990. Science and the art of incubation. Pult. Sci. 69 : 1-15
Tullett, S.G. and D.C. Deeming, 1982. The relationship between eggshell porosity and axygen consumption of the embryo in he domistic fowl. Comp. Biochem. Physiol. 72A : 529-533.
Tullett, S.G. and F.G. Burton, 1987. Effect of two gas mixtures on growth of the domestic fowl embryo from days 14 through 17 of incubation. J. Exp. Zool. Suppl. 1 : 347-350
Willson, H.R., 1991. Interrelationships of egg size, chick size, posthatching growth and hatchability. World,s Poult. Sci. J. 47 : 5-20.