Download - UTS Fraud
AKUNTANSI FORENSIK
UJIAN TENGAH SEMESTER
IDA I DEWA GEDE PARAMARTA WIDNYANA
2015250965
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1. Dalam menilai gejala fraud yang mungkin terjadi dalam sebuah tindakan fraud, bisa
dilakukan dengan cara mempelajari contoh dari tindakan-tindakan fraud itu sendiri.
Beberapa tindakan fraud dan gejalanya yaitu:
i. Penyalahgunaan Aset. Penyalahgunaan aset adalah tindakan menggunakan aset
perusahaan untuk keperluan pribadi1. Penyalahgunaan aset ini dapat dibagi kedalam 2
jenis yaitu kecurangan kas serta kecurangan persediaan dan aktiva lainnya. Dalam
prakteknya, tindakan yang sering terjadi untuk jenis fraud ini adalah mencuri kas
kecil yang ada dikasir, mencuri persediaan di gudang, melakukan penggelapan atas
pendapatan perusahaan, serta membuat vendor viktif untuk melakukan pembayaran
palsu. Dari tindakan-tindakan yang sering terjadi ini kita dapat melihat bagaimana
gejala yang akan terjadi. Gejala yang sering terjadi beberapa diantaranya yaitu
kegelisahan yang dirasakan oleh pelaku, terjadinya perubahan sifat yang aneh dari
pelaku sesaat sebelum dan setelah melakukan jenis fraud ini, terhadinya ketidak
cocokan dalam pengecekan stock opname dan jumlah tercatat, memberikan jawaban
yang ragu-ragu saat dikonfirmsi. Untuk menghindari terjadinya jenis fraud seperti ini
maka perlu ditetapkan pengendalian atas barang yang ada digudang serta kas yang ada
dikasir, serta pengecekan karyawan setelah mereka selesai melakukan pekerjaannya.
Beberap hal yang dapat dilakukan yaitu: melakukan pengecekan stock op name setiap
akhir bulan, mengecek kecocokan kas yang diterima berdasarkan catatan dengan kas
di kasir, memberalakukan pengwasan atas kinerja karyawan dengan memasang CCTV
serta pintu keluar satu pintu, jika ini adalah perusahaan dagang yang memberlakukan
sales penjualan maka harus memberlakukan prinsip ganti rugi jika barang yang
mereka jual mengalami ketidak cocokan jumlah.
ii. Korupsi. UU NO.31/1999 jo UU No.20/2001 menyebutkan bahwa pengertian korupsi
mencakup perbuatan2:
a. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan /perekonomian negara (pasal 2).
b. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat
merugikan keuangan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan/perekonomian negara (pasal 3)
1 Prasetyo, Andrian Budi. 2011. Kualitas Prosedur Pengendalian Internal: Antecedents dan Pengaruh Moderating pada Keadilan Organisational dan Kecurangan Pegawai. Universitas Diponegoro: Semarang. Hal 22
2 http://www.kpk.go.id/id/faq. Diakses tanggal 7 Juli 2015.
c. Kelompok delik penyuapan (pasal 5,6, dan 11)
d. Kelompok delik penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9, dan 10)
e. Delik pemerasan dalam jabatan (pasal 12)
f. Delik yang berkaitan dengan pemborongan (pasal 7)
g. Delik gratifikasi (pasal 12B dan 12C)
Menurut JAK.com3 beberapa tindakan korupsi yaitu: menerima suap dari vendor,
setelah memberi perlakuan istimewa (yang menguntungkan vendor), menerima suap
atas pemberian kontrak menyetujui pemberian order kepada supplier guna
memperoleh suap membayar atau tidak membayar vendor, yang secara langsung-tidak
langsung memberi keuntungan komersial atau bentuk manfaat kompetitif lainnya bagi
pada vendor lain, dan memperoleh suap darinya, menyuap petugas/pejabat pemerintah
guna memperoleh perlakuan istimewa atau keuntungan tertentu (misal: auditor pajak,
bea cukai, imigrasi, dll). Atas tindakan-tindakan ini, gejala yang sering muncul yaitu:
munculmya vendor tunggal dalam perusahaan atau satu vendor tetap untuk jenis
barang tertentu, barang yang diterima tidak sesuai dengan spesifikasi, kelainan pada
catatan akuntansi, proses pemilihan vendor yang tidak ttransparan, terdapat
pendapatan yang tidak diketahui sumbernya dalam jumlah yang material. Dalam
mengatasi resiko ini maka beberapa hal yang perlu dilakukan adalah dengan
memberlakukan trander untuk pemilihan vendor dengan cara yang transparan,
memberlakukan pengendalian internal yang baik dalam perusahaan, melakukan
pengecekan atas rekenig-rekening manajemen atas pendapatan yang tidak diketahui
secara jelas sumberny, melakukan sistem rolling vedor, penanaman konsep bahwa
perbuatan jujur lebih ditekankan dari pada keuntungan beberapa pihak.
iii. Kecurangan Laporan Keuangan. Didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan
investor dan kreditor4. Beberapa tindakan dalam jenis fraud ini yaitu: mencatat
penjualan dan pengiriman barang fiktif, memasukan nilai penjualan yang lebih besar
dari kenyataannya, tidak mencatat dan menghilangkan bukti transaksi penjualan agar
laba nampak kecil (untuk penghindaran pajak), dengan sengaja memasukaan jenis
penjualan non-operasional ke kelompok pendapatan opersional, atau sebaliknya,
3 http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/05/apa-itu-fraud-apa-saja-jenis-modusnya-plus-contoh-di-bag-mana-terjadi/. Diakses tanggal 7 Juli 2015
4 Norbarani, Listiana. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam Sas No.99. Universitas Diponegoro: Semarang, hal 25
memanipulasi angka diskon atau rabat, membuat estimasi barang kembali, melakukan
perubahan harga dan jenis konsesi lainnya. Gejala yang ditimbulkan dari kegiatan ini
yaitu: ketidak normalan laporan keuangan jika dibandingkan denga tahun
sebelumnya, terjadi pendapatan yang berubah-ubah namun informasi yang sedikit,
meningkatnya saham perusahaan dikarenakan hal yang kurnag jelas, pengendalian
internal yang tidak baik, pertumbuhan perusahaan yang terlalu cepat. Untuk
menghindari hal ini beberapa hal yang dapat dilakukan adalah melakukan pengawasan
dan evaluasi intrnal kontrol perusahaan, melakukan penilaian atas manajeme laba
yang baik, melakukan audit setiap akhir tahun, melakukan pengawasan atas akun-
akun yang material, melakukan pemisahan tugas serta memperdayakan akun-akun
serta salinan dokumen sebagai alat kontrol dalam perusahaan.
2. Penjelasan Pasal 12 B (1) UU No.31/1999 junto UU No.20 Tahun 2001 menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan "gratifikasi" adalah pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjawalan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya5. Untuk melakukan pembuktian atas gratifikasi dan suap yang diserahkan
melakui tas kresek dan amplop memang cukup sulit untuk di buktikan karena dokumen
pendukung dan jejak uaditnya sulit dilacak. Namun jika terdapat saksi atau kurir yang
mengaku membantu penyerahan itu maka bisa saja hal ini terugkap. Dengan
tertangkapnya kuris atau adanya saksi pada saat suap terjadi maka mereka dapat dimintai
keterangan atas tindakan ini. Auditor investigasi bisa saja melakukan penangkapan atas
hal ini namun yang fokuskan pada alasan penangkapan bukan suap yang diamplop atau
tas kresek namun dari mana dana itu berasal. Jika terjadi pengurangan dana dalam
rekening secara tidak wajar bisa saja itu digunakan sebagai indikasi atas dana ini.
Terlebih jika kurir ini tertangkap dan mengaku, maka hal ini bisa lebih memungkinkan.
3. Mata kuliah ini mengajarkn banyak hal yang berpengaruh kepada diri penulis. Dalam
menempuh mata kuliah ini didapatkan banyak pelajaran, baik itu menyangkut sibalus
sebelum UTS maupun setelah UTS. Beberapa hal itu yaitu:
a. Mata kuliah ini membantu penulis memahami jenis-jenis fraud kecurangan yang
sering terjadi, dari deteksi dini, gejala, penanggulangan dan pencegahannya. Hal ini
nantinya akan berdampak pada diri penulis setelah memasuki dunia kerja yang 5 UU No.31/1999 junto UU No.20 Tahun 2001.
dimana pastinya akan dijumpai juga masalah-masalah seperti ini, dan matakuliah ini
membantu menjelaskan serta mengatasi hal ini.
b. Matakuliah ini membantu penulis memahami mengenai ‘sistem tiup peluit’. Dimana
penjelasan atas sistem ini bukan sesederhana yang dibayangkan penulis saat pertama
kali namun lebih luas lagi. Penulis menjadi lebih paham akibat serta dampak adanya
‘sistem tiup peluit’ juga perbedaan sistem ini dengan sistem yang lain. Dampak bagi
diri penulis adalah hal ini menjadi bahan renungan dalam bersikap, bagaimana
seharusnya kita mengadapi kecurangan yang terjadi dan bagaimana mereduksi
dampak yang akan ditimbulkan dari sistem ini dan hasil renungan bisa menjadi
sumbangan pikiran untuk menciptakan sistem memberantas korupsi yang lebih baik.
c. Matakuliah ini juga mengajarkan mengenai pembentukan integritas dalam diri.
Walau ini merupakan materi setelah UTS namun penempatan materi ini diakhir
perkuliahan menjadikan materi ini menjadi kunci kesuksesan atas terlaksananya
seluruh hal yang dibahas dalam materi sebelumnya. Penulis menjadi termotivasi
untuk membentu integritas diri dan intergritas lingkungan diman penulis berdiam
nanti. Hal yang paling mengesankan adalah melihat banyak hal-hal umum yang
sering kita lakukan tapi ternyta hal itu merupakan hal yang salah, seperti melakukan
negosiasi dengan pihak kampus demi melancarkan kegiatan dan dikarenakan kita
juga sudah kenal dengan pihak kampus, menjasikan negosiasi menjadi lebih lancar.
Hal ini secara tidak sadar akan dilanjutkan ke generasai dan jengjang berikutnya
serta menjadikan bibit-bibit fraud pada nantinya.
Dalam hubungannya dengan nilai yang diinginkan penulis, penulis hanya ingin proses
yang baik dan tidak memihak. Satu pelajaran yang diambil penulis dari matakuliah ini
adalah kejujuran harus dipertahankan dalam diri. Penulis tidak akan meminta nilai
khusus namun penulis menyerahkan semuanya kepada proses yang sudah berjalan.
Prinsip yang terbentuk setelah selama menimba ilmu di PPAK adalah proses itu sendiri
yang lebih penting dari pada nilai, nilai hanya sebuah angka yang bisa dibuat namun
pelajaran dalam proses itu yang lebih berguna bagi diri penulis nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/05/apa-itu-fraud-apa-saja-jenis-modusnya-plus-contoh-di-bag-mana-terjadi/. Diakses tanggal 7 Juli 2015
http://www.kpk.go.id/id/faq. Diakses tanggal 7 Juli 2015
Norbarani, Listiana. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam Sas No.99. Universitas Diponegoro: Semarang, hal 25
Prasetyo, Andrian Budi. 2011. Kualitas Prosedur Pengendalian Internal: Antecedents dan Pengaruh Moderating pada Keadilan Organisational dan Kecurangan Pegawai. Universitas Diponegoro: Semarang. Hal 22
UU No.31/1999 junto UU No.20 Tahun 2001.