Tugas Mata Kuliah
Sistem Informasi Manajemen (SIMM)
Dosen : Dr. Ir. Arief Imam Suroso
Urgensi Maintainability dalam Pengembangan Sistem
Informasi Melalui Suatu Software
Studi Kasus pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan)
Tugas Mandiri
MAULITA LUTFIANI
K25161130
Angkatan E-63
MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
DAFTAR ISI
Daftar isi …………………………………………………………………………… i
Daftar Gambar …………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1
1.1 Latar belakang …………………………………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………… 2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN …………………………………………………… 3
2.1 Pengertian ….......………………………………………………………………… 3
2.1.1 Pengertian Software ………………………….…………………………… 3
2.1.2 Pengertian Sistem Informasi …………………………………………… 5
2.2 Kerangka Kerja Sistem Informasi …………………………………………… 5
2.3 Peran Dasar Sistem Informasi dalam Bisnis dan Organisasi ………………………. 6
2.4 Pengembangan Sistem Informasi …………………………………………………… 6
2.5 Pemeliharaan Sistem (System Maintenance) …………………………………… 8
2.6 Urgensi Maintainability Dalam Pengembangan Sistem Informasi melalui suatu
Software ………………………………………………………………………… 11
BAB III PEMBAHASAN DAN CONTOH KASUS ….……………………………… 14
3.1 Contoh Kasus Urgensi Maintainablity dalam Pengembangan Sistem Informasi …. 14
BAB IV KESIMPULAN ………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… iv
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 ……………………………………………………………………………. 15
Gambar 3.1 ……………………………………………………………………………. 16
Gambar 3.1 ……………………………………………………………………………. 16
ii
Urgensi Maintainability dalam Pengembangan
Sistem Informasi Melalui Suatu Software
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem informasi memegang peranan penting bagi organisasi atau perusahaan untuk
mendukung peningkatan produktivitas dan keunggulan kompetitif dalam aktivitas bisnisnya.
Investasi perusahaan di bidang sistem informasi dan teknologi informasi diyakini sebagai salah
satu prioritas yang diambil pemangku kepentingan di perusahaan untuk meraih keunggulan
kompetitif. Investasi di bidang sistem informasi tersebut mencakup pemanfaatan dan
pengembangan berbagai komponen sistem informasi yang meliputi hardware, software, data,
jaringan serta sumber daya manusia. Seiring dengan meningkatnya aktivitas dan dinamika
dalam perusahaan, seringkali timbul masalah dalam implementasi atau penerapan sistem
informasi.Untuk diperlukan peranan pengembangan sistem informasi sebagai bagian dari
kerangka kerja sistem informasi yang dapat digunakan untuk mengembangankan sistem
informasi tersebut agar mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan bisnis perusahaan di tengah
himpitan persaingan yang semakin ketat.
Seperti telah diuraikan diatas salah satu komponen sistem informasi adalah software
atau sumberdaya perangkat lunak yang merupakan serangkaian perintah pemrosesan informasi
yang meliputi program dan prosedur. Software yang baik akan mampu mendukung
terselenggaranya aktivitas sistem informasi yang baik pula sehingga diperlukan usaha untuk
membuat software tersebut berjalan sesuai fungsinya. Salah satu karakteristik software yang
baik sesuai ISO 9126 adalah kemampuan software untuk dapat dimodifikasi yaitu dapat
dilakukan koreksi, adaptasi serta perbaikan yang lebih dikenal dengan konsep maintainability.
Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk menerapkan proses pengembangan
sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi khususnya dalam hal perawatan sistem atau
software yang digunakan sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai peningkatan
produktivitas dan keunggulan kompetitif dalam menjalankan roda bisnisnya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang
akan diulas dalam makalah ini adalah tentang mengapa harus ada pengembangan software yang
digunakan dalam suatu organisasi dan perusahaan.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah tersebut tujuan penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk mengetahui urgensi maintainability dalam pengembangan sistem informasi pada
organisasi ataupun perusahaan dalam pengembangan software yang digunakan dalam Sistem
Informasi manajemen yang diterapkan.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Software
Software atau perangkat lunak, adalah program komputer yang berfungsi sebagai
sarana interaksi (penghubung) antara pengguna (user) dan perangkat keras (hardware).
Software bisa juga dikatakan sebagai "penerjemah" perintah-perintah yang dijalankan
pengguna komputer untuk diteruskan atau diproses oleh perangkat keras (Hardware).
Software adalah program komputer yang isi intruksinya dapat diubah dengan mudah.
Software pada umumnya digunakan untuk mengontrol perangkat keras (yang sering disebut
device driver), melakukan proses perhitungan, berinteraksi dengan Software yang lain dan
lebih mendasar (seperti sistem operasi, dan bahasa pemrograman), dan lain-lain.
Software dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya :
1. Sistem Operasi (Operating System)
2. Program Aplikasi (Aplication Program)
3. Program Tambahan ( Utility Program)
4. Bahasa Pemrograman (Programing Language)
5. Program Paket
Pengertian Perangkat Lunak Menurut para ahli
Menurut R. Wilman & Riyan, Software merupakan sebuah perangkat operasi kerja
untuk menjalankan komponen hardware. Software bersofat maya, artinya software tidak
terlihat, tetapi keberadaannya sangat dirasakan. Menurut Wiwit Siswoutomo Software
merupakan nyawa dari sebuah komputer. Tanpa perangkat lunak, komputer hanya sebuah
perangkat keras mati yang tidak ada gunanya. Sedangkan menurut Wahana Komputer Software
adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk melakukan kontrol dan manajemen hardware.
Software dalam komputer meliputi sistem operasi dan aplikasi.
Menurut Juntak Teamwork, software merupakan konstruksi atau bangunan program
yang telah disusun dan diatur sedemikian rupa, demi peruntukkan sebuah sistem kerja yang
dijalankannya. Pengertian Software menurut Fauziah software adalah program untuk
memasukkan data, mengecek data, menyimpan data, memperoleh data hasil, dan presentasi
serta manipulasi data. Sedangkan menurut Sunarto, S,Kom software merupakan nyawa sebuah
komputer sehingga komputer tidak dapat digunakan bila tidak dilengkapi dengan software.
Pengertian perangkat lunak menurut Al Bahra bin Ladjamudin (2006:3) menjelaskan
bahwa perangkat lunak adalah objek tertentu yang dapat dijalankan seperti kode sumber, kode
objek atau sebuah programnyang lengkap. Produk perangkat lunak memiliki pengertian
perangkat lunak yang ditambahkan dengan semua item dan pelayanan pendukung yang secara
keseluruhan dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Produk perangkat lunak memiliki banyak
bagian yang meliputi manual, referensi, tutorial, intruksi instalasi, data sampel, pelayanan
pendidikan, pelayanan pendukung teknis dan sebagainya. Semua yang dihasilkan oleh proyek
perangkat lunak adalah produk kerja (work product).
Menurut jenisnya, software dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
a. Commercial Software (software berbayar)
b. Freeware
c. Shareware
d. Firmware
e. Free Software
f. Open Source Software
g. Malware
2.1.2 Pengertian Sistem Informasi
Definisi sistem informasi menurut O’Brien (2005) adalah kombinasi teratur apapun dari
orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang
bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan
berbagai jenis alat fisik (hardware), perintahdan prosedur pemrosesan informasi (software),
saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) sejak permulaan
peradaban.
Sedangkan menurut McLeod (1996), sistem informasi manajemen didefinisikan
sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai
yang mempunyai kebutuhan yang serupa. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu
sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang
dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan
periodik, laporan khusus dan output dari simulasi matematika. Informasi digunakan oleh
pengelola maupun staf lainnya pada saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan
masalah
2.2 Kerangka Kerja Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005) bidang sistem informasi melintasi banyak teknologi
kompleks, konsep perilaku yang abstrak dan aplikasi khusus dalam bidang-bidang bisnis
serta non bisnisyang tidak terhitung jumlahnya.
1. Konsep-konsep dasar (Foundation Concepts)
Konsep dasar perilaku, teknis, bisnis dan manajerial termasuk berbagai komponen dan
peran sistem informasi.
2. Teknologi Informasi (Information Technologies)
Konsep-konsep utama, pengembangan dan berbagai isu manajemen teknologi informasi
yang meliputi hardware, software, jaringan manajemen data dan teknologi berbasis
internet.
3. Aplikasi Bisnis (Business Application)
Penggunaan utama dari sistem informasi untuk operasi, manajemen dan keunggulan
kompetitif bisnis. Aplikasi teknologi informasi dalam bidang fungsional bisnis seperti
pemasaran, produksi, akuntansi serta aplikasi lintas fungsi perusahaan seperti
manajemen hubungan dengan pelanggan dan perencanaan sumber daya perusahaan.
4. Proses Pengembangan (Development Process)
Bagaimana praktisi bisnis dan pakar informasi merencanakan, mengembangkan dan
mengimplementasikansistem informasi untuk memenuhi peluang bisnis.
5. Tantangan Manajemen (Management Challenges)
Tantangan untuk secara efektif dan etis dalam mengelola teknologi informasi pada
tingkat pemakai akhir (end user), perusahaan dan global bisnis.
2.3 Peran Dasar Sistem Informasi dalam Bisnis dan Organisasi
Menurut O’Brien (2005) terdapat tiga alasan mendasar untuk semua aplikasi bisnis
dalam teknologi informasi. Alasan tersebut dapat ditemukan dalam tiga peran penting yang
dapat dilakukan sistem informasi untuk sebuah perusahaan bisnis yaitu :
1. Mendukung proses dan operasi bisnis.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan para karyawan dan manajernya.
3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif.
2.4 Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi merupakan salah satu proses dalam kerangka kerja
sistem informasi yaitu proses pengembangan (development process) yaitu proses dimana para
praktisi bisnis dan pakar informasi merencanakan, mengembangankan dan
mengimplementasikan sistem informasi untuk memenuhi peluang bisnis
(O’Brien,2005). Makna dari pernyataan ini adalah sistem informasi memiliki peranan yang
sangan penting untuk mendukung perusahaan dalam meraih keunggulan kompetitif di tengah
persaingan bisnis yang pesat dewasa ini dengan tetap memperhatikan prinsip efektivitas dan
efisiensi dalam pengelolaan bisnisnya.
Pendekatan sistem digunakan untuk mengembangkan solusi sistem informasi sebagai
suatu proses multi langkah yang disebut siklus pengembangan sistem informasi (information
systems development cycle) atau siklus hidup pengembangan sistem (systems development life
cycle – SDLC ).
Terdapat 5 (lima) tahapan atau siklus dalam pengembangan sistem informasi menurut
O’Brien (2005) yaitu :
1. Investigasi Sistem
Tahap ini merupakan langkah untuk menentukan bagaimana menanggapi peluang dan
prioritas bisnis, melakukan studi kelayakan untuk menentukan apakah sistem bisnis yang
diambil merupakan solusi yang layak. Selanjutnya manajemen melakukan pengembangan
rencana manajemen proyek yang disetujui oleh manajemen perusahaan.
2. Analisis Sistem
Yaitu melakukan analisa terhadap kebutuhan informasi karyawan, pelanggan dan
stakeholder lainnya. Selanjutnya melakukan pengembangan persyaratan fungsional
sistem yang dapat memenuhi prioritas bisnis dan kebutuhan semua stakeholder.
3. Desain Sistem
Yaitu mengembangkan spesifikasi untuk hardware, software, orang-orang, jaringan, data
serta produk informasi yang dapat memenuhi persyaratan fungsional dari sistem informasi
bisnis yang diusulkan.
4. Implementasi sistem
Yaitu mengembangkan hardware, software, menguji sistem dan melatih orang-orang untuk
mengoperasikan dan menggunakan sistem tersebut.Selanjutnya melakukan perubahan ke
sistem bisnis yang baru dan mengelola pengaruh perubahan sistem terhadap pemakai
akhir.
5. Pemeliharaan sistem
Yaitu menggunakan proses peninjauan pasca implementasi untuk mengawasi,
mengevaluasi dan memodifikasi sistem bisnis sesuai kebutuhan.
2.5 Pemeliharaan Sistem ( System Maintenance )
Menurut O;Brien (2005), pemeliharaan sistem adalah pengawasan, evaluasi dan
modifikasi sistem bisnis operasional untuk menghasilkan perbaikan yang lebih diinginkan atau
diperlukan. Proses implementasi sistem yang baru dapat menghasilkan fenomena kurva belajar
( learning curve ). Sumber daya manusia yang mengoperasikan suatu sistem atau software
berpotensi melakukan kesalahan apabila tidak terbiasa dalam penggunaannya. Pemeliharaan
sistem diperlukan untuk mengantisipasi kegagalan pada saat sistem berjalan. Selanjutnya end
user melakukan pemecahan masalah untuk memperbaiki kegagalan tersebut.
Proses pemeliharaan sistem mencakup tinjauan pasca implementasi untuk memastikan
bahwa sistem yang baru diimplementasikan mampu memenuhi tujuan bisnis yang ditetapkan.
Beberapa langkah proses pemeliharaan sistem yaitu :
a. Tinjauan berkala atau audit sistem untuk memastikan sistem berjalan dengan benar dan
memenuhi tujuan.
b. Melakukan pengawasan secara berkelanjutan terhadap sistem untuk melihat potensi
permasalahan dan perubahan yang diperlukan.
c. Melakukan modifikasi terhadap sistem yang telah dibenuk karena beberapa perubahan
dalam organisasi bisnis atau lingkungan bisnis. Misalnya peraturan pajak terbaru yang
memerlukan suatu software khusus untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak.
Menurut ISO (International Organization for Standarization) 9126, software yang berkualitas
memiliki beberapa karakteristik seperti tercantum pada tabel berikut:
Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126
Karakteristik Sub Karakteristik
Functionality :
Software untuk menjalankan fungsinya sebagimana
kebutuhan sistemnya.
Suitability, accuracy,
interoperability, security
Reliability :
Kemampuan software untuk dapat tetap tampil
sesuai dengan fungsi ketika digunakan.
Maturity, Fault tolerance,
Recoverability
Usability :
Kemampuan software untuk menampilkan
performans relatif terhadap penggunaan
sumberdaya.
Understanbility, Learnability,
Operability, Attractiveness
Efficiency :
Kemampuan software untuk menampilkan
performans relatif terhadap penggunaan
sumberdaya.
Time behaviour, Resource
Utilization
Maintainability :
Kemampuan software untuk dimodifikasi (koreksi,
adaptasi, perbaikan)
Analyzability, Changeability,
Stability, Testability
Portability :
Kemampuan software untuk ditransfer dari satu
lingkungan ke lingkungan lain.
Adaptability, Installability
Berdasarkan tabel diatas, maintainability merupakan salah satu karak teristik penting
dalam menentukan berkualitas atau tidaknya suatu sistem atau software. Maintainability adalah
kemampuan software atau sistem untuk dapat dimodifikasi yaitu dilakukan koreksi atau
perbaikan, adaptasi serta perbaikan. Sebuah software setalah berhasil diciptakan dan diterapkan
harus dapat dilakukan proses kekinian atau update sesuai perkembangan dan dinamika yang
berjalan di dalam maupun di luar organisasi atau perusahaan. Maintainability suatu software
memiliki sub karakteristik yang meliputi :
Analyzability, yaitu kemudahan untuk melakukan analisis terhadap penyebab terjadinya
kesalahan.
Changeability, yaitu kemudahan untuk melakukan perubahan atau koreksi terhadap
software
Stability, yaitu kemudahan sistem untuk tetap stabil pada saat dioperasikan
Testability yaitu kemampuan sistem untuk dapat di test atau dilakukan uji coba setelah
dilakukan perbaikan.
Menurut O’Brien dan Marakas (2009) terdapat beberapa aktivitas dalam perawatan
software yaitu :
1. Correctice Maintenance
Merupakan aktivitas yang dilakukan untuk menyelesaikan bugs dan logic error yang
tidak terdeteksi pada saat implementasi periode percobaan. Prosentase biaya mencapai
21% dari total biaya perawatan yang dialokasikan.
2. Adaptive Maintenance
Merupakan aktivitas perawatan yang dilakuka karena pertumbuhan atau perkembangan
perangkat lunak atau perangkat keras sehingga memerlukan modifikasi atau penambahan
fungsi yang lebih mutakhir untuk mengikuti perubahan lingkungan bisnis. Aktivitas ini
membutuhkan 25% dari total biaya yang dialokasikan.
3. Perfective Maintenance
Merupakan aktivitas perawatan yang dilakukan pada saat software telah ada dan
dilakukan uji coba kemudian dilakukan peningkatan performa atau kemampuannya.
Aktivitas ini membutuhkan porsi biaya yang paling besar yaitu mencapai 50% dari total
biaya perawatan yang dialokasikan.
4. Preventive Maintenance
Merupakan aktivitas perawatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya
kegagalan sistem atau menambah kapasitas dari daya guna sistem sebelumnya.
2.6 Urgensi Maintainability Dalam Pengembangan Sistem Informasi melalui suatu
Software
Seperti telah diuraikan sebelumnya, maintainability merupakan karakteristik penting
atau prasayarat sebuah software atau sistem yang baik. Software yang berkualitas harus dapat
memiliki kemampuan untuk dapat dilakukan pemeliharaan yang meliputi proses monitoring,
evaluasi dan modifikasi sistem agar mampu menghasilkan kemampuan yang dibutuhkan.
Software yang baik juga harus mampu untuk dilakukan perbaikan atau revisi sehingga
selalu mampu untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan organisasi. Perawatan dan
pemeliharaan terhadap software diperlukan agar sistem yang telah ada dapat selalu bekerja
sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan standar ISO tentang kualitas software di atas, aspek maintainability sangat
menentukan kualitas dari suatu software. Suatu software dianggap berkualitas baik apabila
software tersebut mudah dianalisa, fleksibel, stabil, dan dapat diuji hasil maintenance-nya.
Maintainability tidak terikat pada kode, maintainability menjelaskan berbagai produk software,
termasuk spesifikasi, desain dan test plan documents. Jadi kita membutuhkan suatu ukuran
maintainability untuk seluruh produk yang kita harapkan dapat di-maintain (April and Abran,
2008).
Software System maintainability menjadi urgen karena pada software system
maintenance terjadi usaha perbaikan secara berkelanjutan untuk mempertemukan kebutuhan
organisasi terhadap sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun. Maintainer programmer
diharapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan end-user. Seperti halnya tugas maintenance yang
lain, akan lebih mudah jika programmer yang bersangkutan juga terlibat dalam pengembangan
software tersebut (Smith, 1999).
Operasi software maintenance idealnya tidak menurunkan keandalan dan struktur dari
system utama, tidak juga menurunkan kemudahan pemeliharannya. Jika tidak ada perubahan
pada masa depan, pemeliharannya akan menjadi lebih sulit dan mahal dalam penerapannya
(Simarmata, 2010)
Selain itu pemeliharaan rutin juga harus dilakukan untuk mendukung software
maintenance. Pemeliharaan rutin itu terdiri dari pemeliharaan fisik, pemeliharaan system
operasi server dan software aplikasinya, pemeliharaan dan perlindungan data, serta
perlindungan software user dari virus dan spam, juga hacker dan cracker (Wahyono, 2007).
Pentingnya proses pemeliharaan sistem ini dirasakan oleh orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas sistem informasi baik programmer maupun end user yang menggunakan sistem
tersebut. Adapan urgensi atau alasan yang mendasari pentingnya maintainablity system dapat
dipaparkan sebagai berikut :
1. Mampu meningkatkan produktivitas perusahaan
Dengan melakukan pemeliharaan terhadap sistem atau software maka
produktivitas perusahaan dapat ditingkatkan karena software yang digunakan dapat
berjalan sesuai fungsinya tanpa ada hambatan. Sebaliknya sistem yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya akibat kurangnya pemeliharaan atau proses maintenance dapat
berakibat pada terhambatnya pekerjaan dan timbulnya kerugian bagi perusahaan atau
organisasi.
2. Mampu meminimalisir biaya
Pemeliharaan sistem memerlukan biaya yang besar namun apabila dibandingankan dengan
biaya penggantian atau konversi dari sistem lama yang dinilai gagal ke sistem baru tentunya
biaya yang dibutuhkan jauh lebih murah. Pembelian sistem yang baru berarti mengganti
semua perangkat yang telah ada termasuk memberikan pelatihan ulang kepada operator
atau pengguna.
3. Mampu memperbaiki kesalahan
Dengan menerapkan pemeliharaan sistem yang berkelanjutan maka tingkat kesalahan
dalam penggunaan sistem dapat diminimalisir. Kesalahan yang mungkin terjadi dapat
diperbaiki dengan menyediakan software yang terpercaya dan dapat diandalkan.
4. Mampu menjamin dan meningkatkan daya kerja sistem
Pemeliharaan sistem secara berkala akan mampu menjamin kemampuan sistem bekerja
dengan lebih baik. Aktivitas ini dilakukan dengan cara melakukan peninjauan atau
monitoring secara periodik terhadap sistem sehingga masalah yang mungkin timbul dapat
segera terdeteksi dan segera dilakukan perbaikan.
5. Mampu menjaga kekinian sistem
Pemeliharaan sistem akan mampu membuat sistem tangguh dan adaptif terhadap berbagai
perubahan yang terjadi baik perubahan secara internal maupun eksternal lingkungan
organisasi atau lingkungan bisnis. Proses update atau pemutakhiran sistem dilakukan
melalui modifikasi dalam setiap komponen yang dibutuhkan sistem.
BAB III
PEMBAHASAN DAN CONTOH KASUS
3.1 Contoh Kasus Urgensi Maintainablity dalam Pengembangan Sistem Informasi
Studi Kasus pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan)
Contoh pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) yang
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang pada awalnya bernama ASKES, merupakan
Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri
Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek)
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak
tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh
PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes
Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diluncurkan oleh Pemerintah
melalui BPJS Kesehatan sejak Januari 2014 bersifat wajib bagi seluruh warga Indonesia.
Program ini sengaja diluncurkan bentuk perlindungan agar warganya dapat memperoleh solusi
pengobatan dan perawatan penyakit dengan mudah. Walaupun pada prakteknya masih ada hal-
hal yang perlu dibenahi, namun terobosab ini patut diacungi jempol sehingga nantinya
diharapkan tidak ada lagi warga yang terlantar mendapatkan pelayanan kesehatan karena
termasuk golongan tak mampu.
Berbeda dengan program ASKES (Asuransi Kesehatan) yang hanya berlaku untuk
pegawai pemerintah namun BPJS Kesehatan ini wajib bagi semua orang termasuk yang tidak
memiliki penghasilan sekalipun, termasuk bagi warga yang tidak bersetatus sebagai
pegawai/pekerja di badan usaha/perusahaan. Disini salah satu manfaat BPJS Kesehatan adalah
sistem subsidi silang dimana uang jaminan dari orang yang mampu dan belum terpakai akan
digunakan oleh yang tidak mampu. Selain adanya sistem pelayanan kelas 1,2 dan 3, manfaat
BPJS Kesehatn pun dapat dirasakan oleh golongan orang tidak mampu ataupun tanpa iuran.
Dalam pelayanannya BPJS mulai mengembangkan sistem pelayanan yang lebih
memudahkan bagi pesertanya, jika dahulu pendaftaran sebagai peserta BPJS harus secara
manual mengisi formulir di kantor-kantor BPJS, saat ini formulir dan pendaftaran sudah dapat
diakses melalui internet dengan cara pendaftaran online (http://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/15/Pendaftaran-Peserta) dan cukup
datang untuk verifikasi data formulir dan pengambilan kartu di kator-kantor BPJS.
Gambar 3.1
Selain pelayanan pendaftaran, pelayanan untuk klaim dan cek iuran bagi peserta BPJS
dapat pula di akses melalui computer. Bahkan setelah berkembangnya smartphone di
Indonesia, BPJS telah memiliki aplikasi yang memudahkan pelayanannya melalui telepon
pintar alias smartphone tersebut. Aplikasi tersebut dapat di download di smartphone peserta
dan melakukan install aplikasi kemudian registrasi untuk dapat digunakan. Aplikasi yang
diluncurkan tanggal 17 Mei 2015 lalu pada versi 2.1 telah di download sebanyak 50.000 lebih
telah mengalami beberapakali perubahan pada 29 Agustus 2015, hingga 11 September 2015
telah tersedia versi 3.0 dan pada 23 November 2016 telah tersedia versi 1.4.
Gambar 3.2
Aplikasi ini dapat di gunakan oleh peserta yang telah memiliki kartu dan mendaftarkan
diri sebagai peserta untuk mengakses data-data hanya pemilik peserta yang telah didaftarkan.
Beragam fitur yang dapat diakses melalui BPJS kesehatan mobile ini antara lain:
1. Profil. Menampilkan data kepesertaan pengguna
2. Peserta. Mencari data kepesertaan melalui nomer kartu atau NIK
3. Fasilitas Kesehatan. Menampilkan daftar fasilitas kesehatan dan peta faskes terdekat
4. Iuran. Mencari informasi tentang iuran maupun tunggakan
5. Survey. Menilai tentang kinerja BPJS kesehatan
6. Simulasi. Mencari tahu tentang kondisi yang akan diterima dari berbagai kasus
7. Informasi. Mencari berbagai informasi terkait JKN dan BPJS kesehatan
8. Notifikasi. Menerima pemberitahuan dari BPJS kesehatan
9. Bantuan. Yaitu layanan live chat dengan operator, bisa untuk bertanya langsung
apabila ada kesulitan mengenai BPJS kesehatan
Gambar 3.3
Bagi peserta yang bekerja pada badan usaha atau perusahaan, pengelolaan pendaftaran
BPJS dapat dikelola langsung oleh perusahaan. Pendaftaran dan layanan BPJS dapat dilakukan
melalui e-DABU. Edabu merupakan kependekan dari Elektronik Data Badan Usaha,
Merupakan sistem yang di buat oleh team BPJS Kesehatan guna memberikan kemudahan bagi
badan usaha seperti PT, CV atau organisasi lain untuk memudahkan proses pendaftaran peserta
masal , update data kepesertaan dll.
Edabu yang kini telah berganti menjadi Edabu New merupakan bentuk penyempurnaan
dari edabu sebelumnya yang masih banyak ditemukan kekurangan – kekurangan dalam
mengakomodir kebutuhan akses data secara masal.
Dengan aplikasi Edabu New seseorang pengusaha yang ingin mendaftarkan pekerjanya
menjadi peserta BPJS Kesehatan atau seorang pegawai HRD yang mendapatkan kewenangan
mendaftarkan seluruh karyawan perusahaan tidak harus repot mengantri di kantor BPJS
Kesehatan cukup dengan membuka website Edabu New kita bisa mendaftarkan peserta dalam
jumlah banyak.
Fiture yang tersedia dalam aplikasi Edabu New :
Cek data Kepesertaan (sebagai user yang mendapatkan account dan berhasil login bisa
langsung menggunakan fitur cek data kepesertaan sehingga bisa mengetahui status
seorang peserta BPJS kesehatan).
Tambah , Edit kepesertaan (dengan menu ini user bisa melakukan penambahan peserta,
edit data yang sudah terdaftar, menambahkan anggota keluarga untuk menjadi peserta
, termasuk juga mutasi peserta).
Upload Masal (dengan menyiapkan data kepesertaan dalam format excel kita bisa
mendaftarakan ribuan peserta cukup sekali klik upload data excel).
Approval (Fitur ini memungkinkan user memberikan persetujuan apakah menyetujui
terhadap sebuah data calon peserta untuk dilanjutkan pendaftaran atau di pending).
Laporan Rekap iuran (user dapat mendownload jumlah iuran bulanan dari keseluruhan
peserta yang telah didaftarkan).
Cetak Kartu & Cetak Tagihan (User Bisa mencetak E-id sendiri dan cetak rekap tagihan
iurannya).
Ubah Profil & ganti password (Pada kolom ini user bisa memberikan perubahan pada
informasi user serta mengganti password yang di gunakan).
Namun perkembangan sistem informasi seperti ini masih harus terus dikembangkan
agar memudahkan baik perusahaan maupun para anggota/peserta yang menjadi peserta BPJS
Kesehatan untuk dapat menerima pelayanan dengan baik dari pihak Organisasi/perusahaan dan
agar para stakeholder yang membutuhkan data dalam organisasi/perusahaan BPJS Kesehatan
mendapat kemudahan dalam rekap dan perolehan informasi mengenai pelayanan dan
bagaimana perkembangan dari organisasi/perusahaan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Maintainability merupakan salah satu karakteristik penting dalam menentukan
berkualitas atau tidaknya suatu sistem atau software. Maintainability adalah kemampuan
software atau sistem untuk dapat dimodifikasi yaitu dilakukan koreksi atau perbaikan, adaptasi
serta perbaikan.
Maintainability berperan penting dalam pengembangan sistem informasi karena terjadi
usaha perbaikan secara berkelanjutan untuk mempertemukan kebutuhan organisasi terhadap
sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun.
Urgensi atau pentingnya maintainability dalam proses pengembangan sistem informasi
antara lain :
Mampu meningkatkan produktivitas perusahaan
Mampu meminimalisir biaya (efisiensi biaya)
Mampu memperbaiki kesalahan
Mampu menjamin dan meningkatkan daya kerja sistem Mampu menjaga kekinian
sistem
DAFTAR PUSTAKA
Artadi, Nugraha. 2013. Pentingnya Pemeliharaan Software. Diakses melalui
http://blogstudent.mp.ipb.ac.id
Maghdalena, Yurike, ; MJ Dewiyani Sunarto dan Julianto Lemantara. 2013.Rancang Bangun
Sistem Informasi Pemeliharaan Lokomotif Kereta Api. Studi Kasus : Dipo
Lokomotif Sidotopo. Jurnal Sistem Informasi. Vol 2 No. 2 (2013)/ISSN 2338-
137X. Stikom Surabaya.
O’Brien, James A. 2005. Pengantar Sistem Informasi: Perspektif Bisnis dan Manajerial.
Edisi 12. Jakarta(ID): Salemba Empat.
O’Brien, James A and GM Marakas. 2009. Management Information Systems. Global Edition
11th edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Perkassa, Shanda. 2014. RPL Tugas 10: Pemeliharaan, Jenis Pemeliharaan dan Manfaat
Pemeliharaan Software. Diakses melalui : http://shandabrotz.blog. widyatama.ac.id.
Suhendi. 2010. Urgensi Unsur Maintainability Dalam Suatu Pengembangan Software.
Diakses melalui http://blogstudent.mp.ipb.ac.id
http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/12
https://play.google.com/store/apps/details?id=app.bpjs.mobile&hl=in
http://bpjs-kesehatan.android.informer.com/1.0/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55485/3/Chapter%20II.pdf
iv
Tugas Mata Kuliah
Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Dosen : Dr. Ir. Arief Imam Suroso
Penerapan Sistem Informasi In-sourcing pada PT. Karya Prima Perkasa
Tugas Mandiri
MAULITA LUTFIANI
K25161130
Angkatan E-63
MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
DAFTAR ISI
Daftar isi …………………………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1
1.4 Latar belakang …………………………………………………………………… 1
1.5 Tujuan …………………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………… 3
2.1 Pengembangan Sistem Informasi …………………………………………………… 3
2.2 Outsorcing ……….………………………...………………………………… 3
2.3 In-sourcing …………………………………………………………………… 6
2.4 Co-sourcing …………………………………………………………………… 7
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………………… 9
Penerapan Sistem Informasi In-Sourcing pada PT Karya Prima Perkasa …………… 8
3.1 Profil Perusahaan …………………………………………………………………… 8
3.2 PT Karya Prima Putera Menerapkan Sistem Informasi In-Sourcing …………… 10
3.3 Produk PT Karya Prima Putera Perkasa …………………………………………… 10
3.4 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) …………………………… 11
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………… 15
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling terhubung dengan batasan yang
jelas bekerja bersama-sama untuk mencapai seperangkat tujuan. Sistem informasi adalah
kombinasi dari people, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber-sumber data,
prosedur dan kebijakan yang terorganisasi dengan baik yang dapat menyimpan, mengadakan
lagi, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam suatu organisasi. Orang bergantung
pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan
berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software),
saluran komunikasi (jaringan) dan data yang disimpan (sumber daya data).
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sistem informasi
memberikan peran yang sangat penting dalam dunia bisnis sehingga seringkali orang
menggunakan keunggulan sistem informasi yang ia gunakan sebagai kunci strategi bisnis.
Sistem Informasi Manajemen merupakan jaringan prosedur pengolahan data yang
dikembangkan dalam suatu organisasi dan disahkan bila diperlukan untuk memberikan data
kepada manajemen untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan. Data-
data tersebut diolah oleh manajemen untuk menjadi sebuah informasi.
Pada era persaingan global dan kompetisi yang semakin ketat, setiap perusahaan harus
mampu melakukan inovasi untuk bertahan, salah satunya adalah dengan menerapkan teknologi
tepat guna. Sistem informasi merupakan salah satu alat (tool) yang sering digunakan oleh
perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahan demi mencapai efektifitas dan efesiensi
perusahaan. Organisasi (perusahaan) dan sistem informasi memerlukan kontribusi, komitmen
dan kepedulian untuk mendapatkan potensi yang sesungguhnya. Efektifitas dan
efisiensi dalam mentransfer teknologi memerlukan perubahan yang terus menerus dan
berkelanjutan. Teknologi dan sistem informasi yang merupakan kolaborasi antara teknologi
informasi dan komunikasi yang memainkan peran utama pengembangan sistem informasi
Untuk memenuhi terhadap sistem informasi perusahaan yang baik, termasuk di
antaranya dengan memperhatikan aliran data dan informasi yang berkesinambungan,
perusahaan dapat memenuhi kebutuhan aplikasi sistem informasi dengan beberapa alternatif.
Dalam mengembangkan sistem informasi tersebut, perusahaan harus memperhatikan dengan
seksama aspek pembiayaan dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Pembangunan sistem
informasi pada umumnya dapat dilakukan dengan cara outsourcing, insourcing maupun co
sourcing. Oleh karena itu pemilihan sistem outsourcing harus dianalisis dan dilakukan dengan
baik sehingga sehingga memberikan manfaat yang besar serta mampu meningkatkan dan
berkontribusi besar terhadap kinerja perusahaan secara tepat dan efisien.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peranan sistem informasi
manajemen dalam sebuah rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Sistem Informasi
Dalam pengembangan sistem informasi pada suatu perusahaan atau organisasi dapat
dilakukan dalam tiga (3) cara, yaitu sebagai berikut:
1. Insourcing
2. Outsourcing
3. Co Sourcing
2.2 Outsourcing
Outsourcing berasal dari bahasa Inggris yang berarti “alih daya”. Outsourcing
mempunyai nama lain yaitu “contracting out” merupakan sebuah pemindahan operasi dari satu
perusahaan ke tempat lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk memperkecil biaya produksi atau
untuk memusatkan perhatian kepada hal lain. Beberapa bidang yang dapat dilakukan
outsourcing oleh perusahaan antara lain yaitu pemeliharaan dan perbaikan teknologi informasi
maupun sistem informasi, pelatihan karyawan mengenai kemampuan TI dan SI,
pengembangan aplikasi software maupun hardware, konsultasi, pengelolaan sumber data,
servis server, jaringan administrasi, servis desktop, layanan terhadap end user, dan outsourcing
terhadap total teknologi informasi perusahaan. Outsourcing dapat dilakukan dalam beberapa
model yaitu perusahaan dapat membeli aplikasi software yang sudah jadi, membeli aplikasi
software dan melakukan modifikasi sesuai kebutuhan oleh vendor, membeli aplikasi software
yang sudah jadi dan melakukan modifikasi sendiri, dan mengembangkan sistem atau software
yang belum pernah ada sebelumnya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Banyak
perusahaan dan organisasi memilih melakukan pengembangan sistem informasi dengan cara
outsourcing dibandingkan cara lainnya. Pemilihan tersebut dilandasi beberapa pertimbangan
yang melihat bahwa outsoursing mempunyai lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan
kelemahan yang dimilikinya.
Keunggulan outsourcing dibandingkan pendekatan lain yaitu:
1. Perusahaan tidak perlu melakukan investasi yang mahal di bidang teknologi untuk
mengembangkan sistem informasi perusahaannya.
2. Perusahaan dapat berkonsentrasi untuk menjalankan core bisnisnya, bersamaan
waktunya dengan proses instalasi sistem informasi.
3. Jaminan mutu kualitas dari hasil aplikasi sistem informasi yang dibangun oleh vendor
yang berpengalaman.
4. Aplikasi sistem informasi yang dibangun dapat sesuai dengan harapan manajemen
perusahaan, bahkan dapat menjadi competitive advantage dibandingkan dengan
perusahaan lain dengan kemampuan vendor untuk membangun sistem dengan
teknologi terbaru disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Kondisi tersebut diperkuat dengan alasan yang dikemukakan oleh O’Brian (2007)
mengenai 10 pertimbangan alasan perusahaan memilih outsourcing sebagai berikut:
1. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasioanal.
2. Meningkatkan fokus perusahaan pada kegiatan utama usahanya tanpa dibebani
permasalahan pengembangan sistem informasi.
3. Mendapatkan akses terhadap sistem informasi premium atau kelas dunia bagi
penerapan sistem informasi di perusahaannya.
4. Sumber daya manusia dalam perusahaan dapat lebih fokus melakukan pekerjaan pada
kegiatan utama perusahaan tanpa dibebani kegiatan pengembangan sistem informasi.
5. Memberi jalan keluar terhadap permasalahan ketidak tersediaan sumber daya dari
perusahaan yang ahli dalam pengembangan sistem informasi, sehingga dapat
mengurangi resiko salah penerapan sistem informasi.
6. Menunjang akselerasi tujuan perusahaan untuk mempercepat mendapatkan
keuntungan/ benefit dengan penerapan sistem informasi yang sesuai.
7. Menghindarkan dari kendali internal mengenai tidak berfungsinya sistem informasi
karena penerapan sistem informasi yang salah atau gagal.
8. Peningkatan benefit perusahaan akan menyebabkan perusahaan dapat meningkatkan
pertumbuhan modal usaha.
9. Berbagi resiko terhadap implementasi sistem informasi antara perusahaan dan vendor.
Kesalahan implementasi tidak ditanggung penuh oleh perusahaan saja, oleh karena itu
dibutuhkan kerjasama yang baik dalam proses perencanaan sistem informasi antara
perusahaan dan vendor.
10. Perusahaan dapat mengontrol pemasukan dan pengeluaran kas dengan bantuan sistem
informasi yang tepat.
Outsourcing juga mempunyai beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya antara lain:
1. Pelanggaran kontrak kerja oleh vendor lebih banyak akan mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan.
2. Perusahaan akan kehilangan kontrol terhadap aplikasi sistem informasi yang dibangun
oleh vendor apabila terjadi ganguan pada sistem informasi yang sangat penting bagi
perusahaan.
3. Perusahaan lain dapat meniru sistem informasi yang dikembangkan oleh vendor yang
sama.
Dalam bukunya O’Brian (2007) juga memberikan tips-tips terhadap 10 faktor yang
harus diperhatikan untuk mencapai kesuksesan pelaksanaan outsourcing, yaitu sebagai berikut:
1. Memahami tujuan perusahaan dan sasaran yang hendak dicapainya.
2. Pengalihdayaan tersebut mempunyai visi dan rencana strategis yang jelas
3. Pemilihan vendor yang tepat.
4. Hubungan yang baik antara vendor dan perusahaan tidak saja pada saat proyek
pengembangan tetapi juga untuk selanjutnya, hal ini berkaitan dengan maintanance
sistem informasinya.
5. Kontrak kerja antara vendor dan perusahaan yang terstruktur
6. Keterbukaan informasi antara vendor dan perusahaan, terutama dalam hal perencanaan
sistem informasi.
7. Dukungan dan keterlibatan dari jajaran eksekutif perusahaan dalam pengembangan
sistem informasi.
8. Memperhatikan terhadap isu atau masalah yang berkembang pada saat proses
pembuatan SI
9. Ketersediaan pendanaan yang dialokasikan khusus untuk pengembangan sistem
informasi
10. Menggunakan tenaga ahli yang berpengalaman untuk mengembangkan sistem
informasi perusahaan
2.3 In-sourcing
In-sourcing adalah suatu model pengembangan dan dukungan dari sistem teknologi
informasi yang dilakukan oleh para pekerja di suatu area fungsional dalam organisasi (misalnya
Akunting, Keuangan, dan Produksi) dengan sedikit bantuan dari pihak spesialis sistem
informasi atau tanpa sama sekali. Model ini dikenal juga dengan istilah end-user computing
atau end-user development. Pengembangan ini dilakukan oleh para spesialis sistem informasi
yang berada dalam departemen EDP (Electronic Data Processing), IT (Information
Technology), atau IS (Information System). Pengembangan sistem umumnya dilakukan dengan
menggunakan SDLC (Systems Development Life Cycle) atau daur hidup pengembangan sistem.
Dengan menggunakan SDLC ini, organisasi akan mengikuti 6 langkah penting, yang mencakup
berbagai tahapan berikut :
1. Perencanaan, yaitu membentuk rencana pengembangan sistem informasi yang
memenuhi rencana-rencana strategis dalam organisasi.
2. Penentuan lingkup, yaitu menentukan lingkup sistem yang diusulkan untuk dibangun.
3. Analisis, yaitu menentukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang diusulkan.
4. Desain, yaitu merancang sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh
pada tahapan analisis.
5. Implementasi, yaitu membuat sistem dan menyiapkan infrastruktur untuk sistem.
6. Pemeliharaan, yaitu mendukung sistem yang telah berjalan.
Pendekatan SDLC biasa disebut sebagai pengembangan tradisional dan mempunyai
kelemahan yakni pengembangannya lambat dan mahal. Selain itu, pemakai akhir kurang
terlibat sehingga rawan terhadap ketidakcocokan dengan yang diinginkan oleh pemakai.
Adapun kelebihan dari In-sourcing sebagai berikut :
1. Sistem dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan.
2. Sistem dapat diintegrasikan dengan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.
3. Dokumentasi menjadi lebih lengkap.
4. Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dikontrol oleh perusahaan.
5. User dalam perusahaan dapat mengendalikan pembuatan sistem.
6. Mengembangkan sistem sendiri dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif
perusahaan.
Selain kelebihan, in-sorcing memiliki kekurangan, yaitu sebagai berikut :
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembangkan sistem karena harus
dimulai dari awal.
2. Adanya kemungkinan program mengandung bug yang sangat besar.
3. Terdapat kesulitan para user dalam menyatakan kebutuhan dan kesukaran pengembang
memahami user dan seringkali hal tersebut membuat para pengembang merasa putus
asa.
4. Memerlukan sumber daya manusia yang ahli dalam bidang sistem informasi dan
teknologi informasi. Jika masih terbatas, maka sangat memerlukan diadakannya
pelatihan.
5. Sistem buatan sendiri kurang efisien dan harganya cukup mahal.
2.4 Co-sourcing
Co-sourcing dapat diartikan partnership dan didasarkan atas hubungan kerjasama
jangka panjang. Pelaksanaan strategi cosourcing oleh suatu perusahaan pada intinya
disebabkan semakin meningkatnya kegiatan bisnis suatu perusahaan pada satu sisi dan adanya
keterbatasan SDM internal dari segi kuantitas maupun knowledge untuk mengatasi secara baik
(efektif dan efisien) meningkatnya kegiatan bisnis tersebut.
Strategi ini lebih terarah pada performa bisnis yang dilaksanakan setiap perusahaan.
Trend globalisasi dan tantangan yang semakin besar pada lingkungan yang membutuhkan
fleksibilitas, perkembangan berkelanjutan dan fokus kepada kompetensi inti perusahaan
merupakan penyebab perusahaan memilih strategi co-sourcing.
Kelebihan Co-Sourcing :
1. Adanya sharing knowledge antar organisasi.
2. Pengembangan sistem berada didalam pengawasan dan pengarahan perusahaan.
3. Kualitas sistem informasi yang dikembangkan dapat dikendalikan oleh perusahaan.
4. Lebih fokus pada pengembangan sistem informasi terhadap bentuk jenis bisnis.
Kelemahan Co-Sourcing :
1. Rahasia perusahaan diketahui oleh pihak luar.
2. Keamanan sistem kurang terjamin.
3. Ada kemungkinan terjadinya pola pikir yang berbeda antara perusahaan dan partner
dan berdampak pada perpecahan dalam tim tersebut.
4. Sulitnya melakukan modifikasi sistem karena ada dua pihak yang terkait dalam proses
pembuatannya.
5. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat berpindah ke perusahaan pesaing.
Penerapan Sistem Informasi In-sourcing pada PT. Karya Prima Perkasa
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan
Pada tahun 2005, PT Karya Prima Putera Perkasa didirikan seiring dengan semakin
tingginya kebutuhan akan sebuah solusi berbasis teknologi informasi. Berbekal dengan sebuah
semangat dan keyakinan bahwa dengan menggunakan teknologi yang tepat, pekerjaan yang
rumit dan memakan waktu akan menjadi lebih mudah, efisien, dan akurat. PT Karya Prima
Putera Perkasa akan mendampingi setiap customernya dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan yang ada dalam keseharian operasionalnya dengan menggunakan teknologi dan
solusi yang tepat.
Berbasiskan pada strategi pengembangan yang terus-menerus dan berkelanjutan, PT Karya
Prima Putera Perkasa bukan hanya memberikan sebuah solusi yang bersifat sementara, namun
kontinu mengikuti kebutuhan customer yang terus berubah dan berkembang dari waktu ke
waktu sesuai dengan motto yang diusungnya “providing you outstanding services”.
Adapun visi dan misi perusahaan PT. Karya Prima Putera sebagai berikut :
Visi
Menjadi sebuah perusahaan penyedia solusi berbasis teknologi yang memiliki komitmen
layanan terbaik bagi setiap kebutuhan customernya yang unik.
Misi
Secara konsisten, terus-menerus dan berkelanjutan :
Memberikan solusi teknologi dengan kualitas terbaik bagi setiap kebutuhan customer
Memberikan layanan yang hangat dan bersahabat kepada setiap partner yang ada
Memastikan kepuasan setiap customer terhadap solusi yang diberikan
3.2 PT. Karya Prima Putera Menerapkan Sistem Informasi In-sourcing
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang IT, PT Karya Prima Putera menggunakan
sistem insourcing dalam memasakan produknya. Beberapa alasan yang menjadi latar belakang,
perusahaan ini menerapkan sistem informasi insourcing:
1. Perusahaan yang bergerak dengan spesialisasi khusus di bidang IT dimana perusahaan
ini hanya memfokuskan dalam menghasil output beruja jasa aplikasi yang siap pakai
bagi partner perusahaannya
2. Ketersedian sumber daya manusia yang mumpuni dan ahli di bidangnya sehingga
senantiasa berinovasi dalam membuat produk-produk unggulan terpadu
3. Tersedianya infrastrukur yang cukup lengkap sebagai alat-alat pendukung untuk
meningkatkan kinerja perusahaan
4. Sistem manajemennya yang sudah sesuai dengan SOP dengan perencanaan matang
serta struktur organisasinya yang lengkap
5. Pola kemitraan yang lebih mengedepankan visi dan misi perusahaan
3.3 Produk PT Karya Prima Putera Perkasa
PT Karya Prima Putera Perkasa Memiliki beberapa konsep solusi yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing customer. Adapun produk-produk yang
ditawarkan oleh PT Karya Prima Putera Perkasa adalah sebagai berikut :
1. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
2. Sistem Informasi Manajemen HRD
3. PDAM Billing System
4. Sistem Informasi Project (SIP)
5. Web Dashboard
6. Mobile Application / Mobile Support Application
7. Digital Signage & Queuing System
8. On demand Application Development
Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai penerapan sistem informasi
insourcing dari salah satu produk PT Karya Prima Putera Perkasa yaitu Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
3.4 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
Setiap Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan peloparan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH
SAKIT berdasarkan UU Nomor 44 Tahun 2009,tentang Rumah Sakit yaitu pasal 52 Ayat 1.
Penerapan SIMRS di rumah sakit adalah keharusan agar didapat suatu tata kelola manajemen
Rumah Sakit yang baik dan dapat di pertanggungjawabkan. Rumah Sakit mempunyai Pasien
dan Pegawai sebagai subject dari aktivitas di Rumah Sakit. Setiap pasien mempunyai data
pasien seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir dan lain-lain. Pegawai Rumah Sakit
disamping mempunyai nama, alamat dan seterusnya juga memiliki data,mulai pangkat,dan
seterusnya. Informasi yang didapat pasien dan karyawan haruslah Valid dan Konsisten, untuk
menjaga agar tetap valid dan konsisten haruslah dibuat sistem yang mampu menjaganya.
Informasi bukan hanya terkait antara Pasien dan Karyawan RS tetapi yang berkaitan
dengan Rumah Sakit,misalnya pembayaran pasien, Rekam Medis, Pembukuan RS dan lain-
lain. Sumber Informasi yang demikian banyak tersebut,harus dikelola dengan rapi dan
baik,agar pengelolaan Rumah Sakit bisa ditingkatkan menjadi Rumah Sakit yang unggul dan
profesional.Penerapan SIMRS di Rumah Sakit akan membuat semua informasi Rumah Sakit
tetap valid dan konsisten,mudah di akses dan dikelola,sehingga manajemen Rumah Sakit dapat
menentukan yang terbaik buat Rumah Sakit tersebut.
PT Karya Prima Putera Perkasa dipercayai oleh beberapa rumah sakit besar seperti :
1. RSU PMI Bogor
2. RSU Bunda Dalima (BSD)
3. RSIA Putra Dalima (BSD)
4. RS Islam Al-Irsyad (Surabaya
5. RSB Permata Sarana Husada (Tangerang)
6. RSUD Cibinong (Bogor)
7. RSUD Cileungsi (Bogor)
8. RSB Duren Tiga (Jakarta)
9. Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa(Parung)
10. RSIA Aulia - Jagakarsa(Jakarta)
11. RSIA Buah Hati (Pamulang)
12. RSIA Titian Bunda - Cikampek
13. Klinik Garuda Sentra Medika
14. RS.Mekar Arum - Subang
15. RSU.Permata Ibu - Tangerang
16. RSUD Al-Ihsan - Bandung
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) secara garis besar mempunyai dua fungsi yaitu
sistem informasi pelayanan rumah sakit dan sistem informasi manajemen rumah sakit
(SIMRS). Kedua fungsi tersebut saling terkait dan saling melengkapi sehingga pada akhirnya
akan membuat sistem yang terintegrasi dan handal. Peranan operasional sistem informasi
dalam rumah sakit antara lain adalah:
1. Kecepatan, misalnya kecepatan dalam penyelesaian pekerjaan administrasi rumah
sakit.
2. Akurasi, dengan SIMRS pemeriksaan data transaksi cukup dengan membandingkan
laporan antar unit yang dihasilkan oleh SIMRS dan juga dapat mencegah terjadinya
duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu sehingga data terjamin akurasinya.
3. Integrasi, bila dengan sistem manual data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka
dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di bagian pendaftaran saja.
4. Peningkatan pelayanan, pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin
cepat dan akuratnya pelayanan. Saat ini, pasien tidak perlu menunggu lama untuk
menyelesaikan administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan sebab ketika data-
data tersebut dibutuhkan dapat dilihat dengan waktu yang relatif singkat dan akurat.
5. Peningkatan efisiensi, jika kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan administrasi akan lebih cepat dan menghindari
permintaan pemeriksaan laboratorium berulang dikarenakan kertas hasil pemeriksaan
sebelumnya hilang.
6. Kemudahan pelaporan, proses pelaporan berbasis komputer hanya memakan waktu
beberapa menit sehingga dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.
Dari semua peranan SIMRS berbasis komputer tersebut, akan berpengaruh pada
meningkatnya produktivitas kinerja tenaga medis dan staff administrasi di rumah sakit serta
meningkatkan atau memudahkan pelayanan kesehatan sehingga kini hampir seluruh rumah
sakit telah dilengkapi dengan teknologi komputerisasi dalam sistem informasi rumah sakitnya.
Pelayanan rumah sakit terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan
pelayanan yang bersifat non-medis. Contoh nyata sistem informasi berbasis komputer untuk
mendukung pelayanan bersifat non-medis telah diterapkan dalam rumah sakit yaitu
Computerized Billing System merupakan contoh sistem pengolahan transaksi atau penagihan
elektronik untuk fungsi pelayanan administratif dan keuangan, dimana sistem ini dapat
menjamin manajemen keuangan rumah sakit yang cepat, transparan, dan bertangung jawab.
Sistem ini sudah digunakan hampir di seluruh rumah sakit.
Pelayanan yang bersifat medis contohnya seperti rekam medis berbasis komputer,
secara prinsip digunakan untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event
seorang pasien di rumah sakit dan disimpan secara digital di dalam database komputer.
Aplikasi ini memberikan kemudahan untuk menyimpan, memperbaharui, mengakses dan
mencari catatan-catatan medis pasien secara lengkap dan cepat.
Rekam medis berbasis komputer di Indonesia tidak berkembang dengan cepat karena
adanya isu pengembangan sistem informasi di rumah sakit antara lain dari aspek finansial,
legalitas dan kesiapan pengguna atau tenaga medis. Untuk mendorong minat dan adopsi rekam
medis berbasis komputer, manfaat dan potensinya harus terus menerus disosialisasikan
misalnya mampu menyimpan data pasien dalam jumlah besar hanya menggunakan perangkat
komputer yang bisa dijinjing. Selain itu, dapat memberikan peringatan jika dokter salah
memberikan obat atau ada reaksi antar obat. Di sini, peran penting teknologi dalam sistem
informasi tidak lepas dari potensinya untuk mencegah kesalahan peresepan obat atau medical
error. Disamping sosialisasi yang terus dilakukan, juga memerlukan inisiatif tingkat nasional,
seperti merumuskan perangkat lunak yang sesuai dengan dana rumah sakit dan merancang
aspek legalitas yang memberi jaminan keabsahan informasi rekam medis elektronik. Pada
dasarnya, penggunaan sistem ini sangat tergantung dari tingkat kebutuhan manajemen di rumah
sakit.
Adapun pelayanan medis berbasis komputer lainnya yaitu sistem informasi
keperawatan. Kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan
dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan
keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan
sistem suatu rumah sakit. Pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi
informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan data
secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi
apa yang sesuai dengan diagnosis yan sudah ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa
yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan semua proses
tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association), NIC (Nursing Intervention Classification) dan NOC (Nursing Outcome
Classification). Sistem ini mempermudah perawat memonitor klien dan segera dapat
memasukkan data terkini serta intervensi apa yang telah dilakukan ke dalam komputer yang
sudah tersedia di setiap bangsal sehingga akan mengurangi kesalahan dalam dokumentasi hasil
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan (meningkatkan kualitas dokumentasi karena dapat
mencegah redundancy).
Adapun keuntungan lain dari sistem ini yaitu:
o Meningkatkan kualitas asuhan
o Meningkatkan produktifitas kerja
o Memudahkan komunikasi antara tim kesehatan
o Memudahkan dalam mengakses informasi
o Meningkatkan kepuasan kerja perawat
o Perawat memiliki waktu lebih banyak untuk melayani pasien
o Menurunkan Hospital Cost
o Menurunkan Lost of data and information
Kecenderungan pemanfaatan teknologi juga akan berimbas pada konsep paperless yang
ditandai dengan meluruhnya peran kertas sebagai media pencatat medis. Upaya pengembangan
sistem informasi dalam rumah sakit, saat ini tidak hanya menggunakan teknologi
komputerisasi, tetapi juga telah banyak yang menggunakan teknologi telepon genggam untuk
mendongkrak mutu pelayanan. Layanan informasi rumah sakit yang berbasiskan SMS
terintegrasi dapat melayani registrasi antrian pasien, jadwal praktek dokter, dan kritik dan saran
yang membangun sistem pelayanan kesehatan.
PDA juga menjadi sarana peningkatan pelayanan rumah sakit yang digunakan untuk
menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi tertentu.
Adapun teknologi penyimpan data portable seperti smart card yang dapat menyimpan data
pasien namun aplikasi ini baru digunakan di Eropa dan Amerika Serikat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem insourcing yang ditawarkan oleh PT Karya Prima Putera Perkasa berupa Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) menjadi sangat penting untuk mendukung
kemudahan dalam manajemen rumah sakit. Oleh sebab itu, dengan adanya sistem ini dapat
membantu pengolahan data dan menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan akurat sesuai
kebutuhan sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dalam menyongsong Indonesia sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Dyah. 2007. Pengantar Sistem Informasi.
http://blog.its.ac.id/dyah03tc/2007/10/24/pengantar-sistem-informasi
Fahrur Rozi. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Pengembangan Sistem Informasi.
Ferry Tikos . 2010. Selfsourcing, Insourcing dan Outsourcing
Jogiyanto. 2001. Analisis Dan Desain Sistem Informasi. Andi Offset, Yogyakarta.
McLeod, R. 1983. Manajemen Information System (2nd Ed.). Chicago. Science Reseaerch
Associates Inc.
O’Brien, J and Marakas, G. 2008. Management Information System. 8 th edition. Mc.Graw
Hill International Edition.
O’Brien. J. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis dan Manajerial. Edisi 12.
Salemba Empat. Jakarta.
O’Brien, J.A. & Marakas, G.M. (2006). Introduction to Information Systems, 7th Ed.,
McGraw-Hill/Irwin. New York.
Raharjo. B. 2002. Memahami Teknologi Informasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sidharta. L. 1995. Pengantar Sistem Informasi Bisnis. PT. Gramedia. Jakarta
Situs Wikipedia, http://en.wikipedia.org (diakses tanggal 02 Februari 2017)
Tyo. 2014. Metode Pengembangan Sistem Informasi Perusahaan.
http://www.kp3.co.id (diakses tanggal 02 Februari 2017
ii