RINGKASAN EKSEKUTIF
UPAYA PENINGKATAN KINERJA
BUMN DAN BUMD
PENGELOLA SUMBER DAYA AIR
2018 Peneliti:
Achmad Sani Alhusain
PUSAT PENELITIAN
BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA
1
Saat ini, dunia termasuk Indonesia masih didera kasus kematian anak karena buruknya
akses terhadap air bersih dan sanitasi buruk. Hal ini erat hubungannya dengan kondisi
ketersediaan sumber daya air. Permasalahannya terkait dengan sumber daya air adalah
adanya kekurangan air di banyak lokasi, ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan, serta kualitas air yang buruk. Ditambahkannya bahwa sebanyak 70
persen sungai tercemar dan hanya 2 persen yang air baku sungainya masuk dalam
kategori kedua, yang bisa untuk budidaya air atau diselami dengan aman dari segi
kesehatan. Kualitas air baku tahun 2016 ada pada poin 50 dari skala 1-100. Kualitas ini
turun dibandingkan tahun 2015 yang ada pada poin 50,12. Buruknya kualitas air akibat
sungai-sungai tercemar, terutama oleh bakteri Ecoli, yang 80-90 persen berasal dari
limbah domestik.
Seiring dengan masih banyaknya permasalahan mengenai sumber daya air,
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) pada tahun 2013
dibatalkan oleh MK karena tidak memenuhi enam prinsip dasar pembatasan
pengelolaan sumber daya air. Enam prinsip dasar batasan pengelolaan SDA yaitu (1)
pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan
hak rakyat atas air; (2) negara harus memenuhi hak rakyat atas air, dan akses terhadap
air adalah salah satu hak asasi tersendiri; (3) kelestarian lingkungan hidup sebagai
salah satu hak asasi manusia sesuai dengan pasal 28 H ayat 1 UUD NRI Tahun 1945; (4)
pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air sifatnya mutlak; (5) prioritas utama
yang diberikan pengusahaan atas air adalah BUMN atau BUMD; dan (6) pemerintah
masih dimungkinkan untuk memberikan izin kepada swasta untuk melakukan
pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.
Berdasarkan amanat putusan MK point ke 5, maka negara baik pusat maupun
daerah harus memiliki BUMN dan BUMD yang berkinerja tinggi. Hal ini menjadi penting
karena Indonesia memiliki wilayah yang sangat besar yang terdiri dari belasan ribu
pulau baik besar maupun kecil. Disamping itu, penduduk Indonesia sudah mencapai
lebih dari 250 juta orang. Oleh karena itu, pertanyaan besarnya adalah apakah negara
sudah memiliki BUMN dan BUMD yang secara khusus menangani pengelolaan sumber
daya air dan apakah kinerja BUMN dan BUMD tersebut sudah berkinerja baik dalam
memastikan rakyat Indonesia yang banyak dan tersebar telah terpenuhi hak
konstitusionalnya yaitu memperoleh akses terhadap sumber daya air yang layak
digunakan.
2
Direktur Amrta Institute, Nila Ardhianie mengatakan, pemerintah harus
memastikan bahwa secara kelembagaan dan sumber pendanaan, BUMN/BUMD yang
akan ditugasi untuk mengelola sumber daya air kuat. Selain menerbitkan peraturan
pemerintah mengenai Pengusahaan Air dan Sistem Penyediaan Air Minum, pemerintah
juga perlu menyiapkan peraturan perundangan untuk menguatkan BUMN/BUMD
berikut dukungan pendanaannya. Tanpa landasan hukum dan pendanaan yang kuat
bagi BUMN/BUMD maksud pemerintah untuk mengelola sumber daya air untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sulit tercapai.1
Berdasarkan latar belakang tersebut, memperlihatkan bahwa negara harus hadir
untuk melakukan pengelolaan sumber daya air sebagai amanat UUD NRI Tahun 1945.
Sumber daya alam lain yang dikuasai negara perlu dikelola dengan baik melalui BUMN
dan BUMD sebagaimana amanat putusan MK. Untuk itu, kehadiran BUMN dan BUMD
yang profesional menjadi penting agar pengelolaan sumber daya air dapat dilaksanakan
dengan optimal. Selain itu, untuk mengantisipasi pemberian kewenangan yang besar
dimasa mendatang untuk dapat menyediakan sumber daya air yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia maka BUMN dan BUMD yang ditunjuk
harus menyiapkan strategi sebagai upaya untuk meningkatkan kinerjanya lebih dari
yang telah dicapai saat ini. Oleh kerena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1)
mengetahui kondisi kinerja BUMN dan BUMD yang saat ini melakukan pengelolaan
sumber daya air. (2) mengetahui upaya peningkatan kinerja BUMN dan BUMD dalam
pengelolaan sumber daya air.
Penilaian kinerja BUMN diatur dalam Surat Sekretaris Kementerian BUMN NO. S-
153/S.MBU/2012 tanggal 19 Juli 2012 perihal Pelaporan Kinerja mengenai Kriteria
Penilaian Kinerja Unggulan (KPKU) BUMN yang bertujuan meningkat persaingan global.
Kementrian BUMN memutuskan untuk membangun dan mengimplementasikan suatu
sistem pengelolaan dan pengendalian kinerja BUMN berbasis Kriteria Kinerja Unggul
yang diadopsi dari Malcolm Balgride Criteria for Performance Excellence, yang kemudian
dinamakan dengan istilah KPKU. KPKU bertujuan menjadi metode terpadu dalam
pengelolaan kinerja BUMN yang diperuntukkan menghasilkan nilai yang meningkat
kepada pelanggan dan kepada pemangku kepentingan lainnya sehingga berdampak
1 http://sp.beritasatu.com/home/pemerintah-harus-perkuat-bumnbumd-untuk-kelola-sumber-daya-
air/90947, diakses pada tanggal 3 Mei 2018.
3
pada keberlangsungan perusahaan dan meningkatkan efektifitas dan kapabilitas BUMN
secara menyeluruh.
Sementara itu, penilaian kinerja BUMD merupakan evaluasi standar kualitas dan
kinerja pelayanan penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM), yang selanjutnya disebut evaluasi kinerja Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Evaluasi ini merupakan kegiatan penilaian dan pengukuran tiap-tiap aspek
penilaian kinerja sehingga dapat diketahui kualitas dan capaian kinerja PDAM dalam
memberikan pelayanan penyediaan air minum kepada masyarakat. Evaluasi kinerja
PDAM juga merupakan salah satu upaya untuk melihat dan sekaligus mengukur tingkat
kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan, sehingga dapat diketahui efisiensi
dan efektifitas pengelolaan PDAM bersangkutan. Indikator penilaian/evaluasi kinerja
PDAM yang digunakan saat ini mengacu kepada empat aspek penilaian yaitu aspek
keuangan, pelayanan, operasional, dan sumber daya manusia. Hal tersebut mengacu
pada pasal 59 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Selain itu,
untuk detail evaluasi kinerja, masing-masing aspek dirinci kedalam beberapa indikator
penilaian dan hasil penilaiannya diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu PDAM
Sehat, PDAM Kurang Sehat dan PDAM Sakit. Prinsip yang digunakan dalam indikator
kinerja dengan menggunakan pendekatan Balance Score Card. Dengan pendekatan
tersebut, indikator penilaian kinerja PDAM disusun dengan menerapkan prinsip-prinsip
skor berimbang, dengan mempertimbangkan karakteristik PDAM itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang berupaya menganalisis kinerja
BUMN dan BUMD pengelola sumber daya air berdasarkan Laporan Kinerja BUMN dan
BUMD dalam periode 5 tahun yang dikombinasikan dengan informasi langsung hasil
wawancara sebegai bentuk pendalaman permasalahan. Sifat penelitian ini deskriptif,
yaitu menggambarkan secara jelas jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini. Penjelasan deskriptif akan memperdalam penjelasan mengenai capaian
kinerja BUMN dan BUMD pengelola sumber daya air, kendala yang dihadapi dan upaya
antisipasi adanya pelimpahan kewenangan yang besar dalam pengelolaan sumber daya
air melalui analisis data primer dan sekunder. Penelitian difokuskan pada dua daerah
yang merupakan tempat BUMN pengelola sumber daya air beroperasi sehingga akan
diketahui berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang saat ini dan yang
akan dihadapi. Kemudian hasil analisis diambil kesimpulan dan rekomendasi.
4
Untuk menjawab tujuan penelitian pertama maka berdasarkan hasil penelitian
maka diperoleh informasi bahwa kepercayaan Pemerintah atas kehandalan Perum Jasa
Tirta I (PJT I) dalam pengelolaan sumber daya air meningkat dengan bertambahnya
wilayah kerja perusahaan pada 3 (tiga) Wilayah Sungai (WS) baru, yaitu WS Toba
Asahan, WS Serayu Bogowonto, dan WS Jratunse-luna, sesuai Keppres Nomor 2 tahun
2014, merupakan tantangan tersendiri yang harus dibuktikan. Sebelumnya Perum Jasa
Tirta I hanya memiliki wilayah kerja di Wilayah Sungai Brantas dan Wilayah Sungai
Bengawan Solo. Sehingga secara keseluruhan Perum Jasa Tirta I melakukan pengelolaan
atas 5 Wilayah Sungai.
Dalam melaksanakan tugasnya PJT I selain membantu untuk memberikan suplai
air untuk irigasi pertanian juga dapat melayani penyediaan air baku untuk industri,
PDAM dan untuk kebutuhan pembangkit listrik. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
tercatat bahwa pendapatan dan laba PJT I selalu meningkat. Berdasarkan penilaian
kinerja keuangan tersebut PJT I merupakan BUMN yang sehat “AA”. Disamping itu,
berdasarkan evaluasi penerapan Good Corporate Governance(GCG), PJT I juga dinilai
telah melakukan pembenahan manajemen dengan baik.
Sementara itu, Perum Jasa Tirta II yang merupakan BUMN pengelola sumber air
yang diberi tugas untuk mengelola wilayah sungai Citarum dan sebagian wilayah sungai
Ciliwung-Cisadane yang mencakup daerah seluas ±12.000 Km2. Wilayah kerja PJT II
mencakup 74 Sungai dan Anak Sungai yang menjadi Kesatuan Hidrologis di Jawa Barat
bagian utara. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, PJT II selalu memperlihatkan kinerja
yang baik. Laporan Keuangan 2016 dan 2017 PJT II tersebut meraih Predikat AAA dari
Kementerian BUMN. Ini merupakan pencapaian tertinggi yang diraih PJT II mengingat
jumlah BUMN yang mendapat penilaian AAA dari Kementerian BUMN masih terbatas.
PJT II melakukan pengelolaan air di mana 90% bersifat sosial dan baru sisanya
10% yang kami kelola untuk usaha. 90% pengelolaan air itu sifatnya sosial terutama
mendukung ketahanan pangan melalui penyedia air baku untuk irigasi pertanian di
sebagian wilayah Jawa Barat. Air irigasi itu diberikan secara gratis kepada petani
melalui saluran-saluran irigasi yang dikelola oleh PJT II. Dalam penyediaan air baku, PJT
II juga bekerjasama dengan perusahaan air minun PAM Jaya dan PDAM
Kabupaten/kota, serta industri. 80% kebutuhan air baku Jakarta dipasok oleh PJT II. PJT
II juga menjalankan unit usaha pembangkit energi listrik. Selain dipasok untuk PLN,
energi listrik ini juga ada yang disuplai untuk pelaku industri kecil sehingga mereka
5
mendapatkan harga produksi yang lebih murah. Ini potensi membangun wilayah
industri dengan listrik lebih murah dan merupakan bentuk subsidi bagi industri.
Untuk kinerja BUMD, penelitian dilaksanakan di PDAM Kota Malang dan PDAM
Tirtawening Kota Bandung. PDAM Kota Malang merupakan salah satu PDAM yang
selalu mendapat penilaian kinerja PDAM yang Sehat. Dalam lima tahun terakhir, PDAM
Kota Malang berdasarkan penilaian kinerja BPPSPAM selalu mendapatkan predikat
“Sehat”. Hal ini ditunjukkan dengan total penilaian kinerja yang selalu di atas, 3,50.
Penilaian ini mencerminkan bahwa manajemen PDAM Kota Malang telah berhasil
menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan, pelayanan dan bahkan
pengembangan kualitas sumber daya manusianya (SDM).
Dalam hal pelayanan, PDAM Kota Malang terus berusaha untuk meningkatkan
pelayanannya kepada penduduk kota malang diwilayah pelayanannya. Sampai tahun
2016 jumlah penduduk yang terlayani kebutuhan air bersih melalui pipanisasi PDAM
adalah sebanyak 763.995 jiwa atau 86,1% dari jumlah penduduk di wilayah
pelayanannya yaitu 887.085 jiwa. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2015 yaitu
sekitar 84,6%, namun masih dibawah jumlah penduduk yang terlayani pada tahun 2014
yang mencapai 94,3%. PDAM Kota Malang sangat menyadari masih menghadapi
kendala untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan pada awal tahun yaitu pertama,
terbatasnya sumber air dalam area perkotaan, sehingga harus membayar kontribusi
kepada daerah sekitar yang memiliki sumber air. Kedua, beban operasi yang tinggi
seperti tarif listrik untuk operasi pompa dikenakan standar industri dengan tarif cukup
tinggi.
Demikian pula dengan Kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung, Laporan Hasil
Audit Kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,
selalu memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian. Berdasarkan indikator penilaian
BPPSPAM terkait tingkat kesehatan PDAM maka PDAM Tirtawening Kota Bandung
secara rata-rata tergolong dalam PDAM yang Sehat. Demikian juga berdasarkan
indikator penilaian menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999,
bahwa PDAM Tirtawening secara rata-rata tergolong PDAM yang Baik. Meskipun secara
penilaian angka/score terdapat kenaikan atau penurunan tetapi secara rata-rata kinerja
PDAM Tirtawening Kota Bandung masuk dalam golongan PDAM yang Sehat dan Baik,
Disadari bahwa cakupan layanan PDAM Tirtawening Kota Bandung ini belum
dapat memenuhi seluruh penduduk kota Bandung. Upaya perubahan pola layanan
6
dengan cara mengubah pola distribusi air dan penambahan kapasitas produksi belum
dapat memaksimalkan penambahan Sambungan Langganan (SL). Hal tersebut
disebabkan oleh (1) penambahan jumlah langganan baru masih lebih rendah
dibandingkan dengan pelanggan aktif yang diputus karena menunggak, (2) jumlah calon
pelanggan baru terdapat di wilayah pelayanan yang kondisi pengaliran airnya kurang
baik, (3) laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung sebesar 1% sementara kapasitas
produksi, jaringan transmisi dan distribusi cenderung tetap, (4) sebagian besar unit
produksi berada di wilayah Utara Kota Bandung sementara pertumbuhan penduduk
lebih berkembang ke arah Selatan dan Timur, dan (5) kurangnya sumber produksi air.
PDAM Tirtawening sampai saat ini secara kuantitas telah mampu menyediakan air
sesuai dengan kebutuhan masyarakat kota Bandung. PDAM Tirtawening tercatat telah
mampu memenuhi kebutuhan pemakaian air pelanggannya. Sayangnya, secara kualitas
dan kontinuitas air yang dikelola PDAM Tirtawening belum dapat memenuhi standa
minimumnya.
Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua maka upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja BUMN dapat digambarkan bahwa ditengah pencapaian kinerja
yang sangat tergantung dengan cuaca (curah hujan) maka kedua BUMN ini mampu
mengelola penyediaan air baku sesuai dengan wilayah sungai (WS) yang menjadi
tanggungjawabnya. Kedua BUMN mampu mengatur ketersediaan air baku untuk para
petani yang membutuhkan pengairan di lahan sawahnya, mampu memberikan
kontribusi penyediaan air untuk industri yang berada di wilayah kerjanya, mampu
memberikan penyediaan air untuk PDAM agar mampu nyalurkan air bersih kepada
masyarakat khususnya pelanggan, mampu mendukung kebijakan pemerintah dalam
mencapai ketersediaan energi listrik, dan bahkan mampu menyelenggarakan Sistem
Penyedia Air minum untuk masyarakat disekitar wilayah kerja yang tidak terjangkau
oleh pipanisasi PDAM. Disamping itu, kedua BUMN terlah berkontribusi dalam
pengendalian bencana banjir, yang potensinya selalu besar pada saat curah hujan di
Indonesia tinggi.
Untuk memastikan ketersediaan air baku yang berasal dari air permukaan terjaga
dengan baik maka kedua BUMN telah berupaya menyelenggarakan pengelolaan sumber
daya air baku secara berkelanjutan (sustainable) melalui upaya reboisasi, pengerukan
sedimen waduk dan sungai serta menjaga kebersihan air baku melalui treatment yang
7
telah dilakukan. Pelaksanaan uji laboratorium untuk memastikan kualitas air yang
tersedia juga secara berkala dilakukan.
Agar BUMN Pengelola Sumber Daya Air ini semakin meningkat kinerjanya
terutama fokus untuk melaksanaan tugas yang diberikan oleh pemerintah yaitu
melakukan pengelolaan sumber daya air khususnya mengelola ketersediaan air baku
yang berasal dari air permukaan maka perlu dipertimbangkan untuk menjadikan kedua
BUMN ini sebagai pelaksana public service obligation (PSO) tanpa dibebani kewajiban
untuk menghasilkan laba. Kedua BUMN ini didorong untuk lebih banyak mengelola
wilayah sungai (WS) lain yang belum dikelola dengan baik oleh negara. Sebagai contoh
BUMN Perum Jasa Tirta I yang berdomisili di Kota Malang telah mampu melakukan
pengelolaan air baku di Wilayah Sungai Toba Asahan yang berada di Sumatera Utara.
Harapan kedepan adalah dengan lebih fokusnya pelaksanaan tugas BUMN
pengelola sumber daya air untuk melakukan pengelolaan sumber daya air untuk
kebutuhan publik maka tidak tertutup kemudian kedua BUMN tersebut dapat diberikan
tambahan tugas untuk mengelola wilayah sungai lain di Indonesia yang belum
tertangani melalui pengelolaan sumber daya air yang profesional. Seperti yang telah
dibuktikan dengan kinerjanya selama ini.
Upaya yang dilakukan BUMD dalam meningkatkan kinerja dalam pengelolaai
sumber daya air adalah dengan meningkatkan efektifitas kegiatan dan efisiensi
anggaran membuat kedua BUMD ini mampu menghasilkan laba dalam usahanya. Selain
itu, kedua BUMD sudah berupaya untuk meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya.
Untuk penyediaan aliran air yang berkualitas, kedua BUMD tersebut telah mampu
memenuhi air bersih yang berkualitas, melalui pangawasan dan uji laboratorium secara
berkala. Untuk kualitas air ini, PDAM Kota Malang mampu memastikan bahwa air yang
disalurkan ke setiap pelanggan merupakan air yang dapat dimunum. Untuk kuantitas
dan kontinuitas, PDAM Kota Malang sudah berupaya untuk memenuhi standar yang
ditetapkan BPPSPAM. Sementara PDAM Tirtawening Kota Bandung masih harus
berupaya untuk memenuhi standar kualitas dan kontinuitas air yang dihasilkannya.
Ditengah kinerja yang baik dari kedua BUMD, ternyata masih menyisakan masalah
dalam upayanya untuk memenuhi kebutuhan air minum di wilayah saluran pipa PDAM.
Pertama, kedua PDAM sangat tergantung kepada sumber air baku yang berada di luar
wilayah administrasi kota. PDAM Kota Malang sumber airnya sebagian besar berasal
dari air tanah (sumur bor) ditambah dari sumber air baku di kabupaten Malang dan
8
Kota Batu. Hal ini yang menyebabkan biaya operasional PDAM Kota Malang cukup
tinggi. Hal ini dikarenakan untuk mengalirkan air dari sumber air diperlukan pompa
yang membutuhkan listrik sehingga biaya listrik menjadi tinggi. Hal yang sama juga
terjadi di PDAM Tirtawening Kota Bandung. Untuk mengalirkan air dari sumber air
baku sebagian besar membutuhkan pompa air yang membutuhkan biaya listrik. Kedua,
seringkali sumber air yang menjadi andalan kedua PDAM biayanya menjadi meningkat
karena adanya kebijakan pemerintah daerah dimana sumber air diperoleh
meningkatkan biaya atau pajaknya. Tentunya hal ini akan sangat berpengaruh pada
biaya operasional PDAM. Sementara itu, pelanggan mengharapkan tarif air PDAM tidak
meningkat. Ketiga, sebagai BUMD tentunya pemerintah daerah sebagai pemilik
tunggalnya mengharapkan laba atas pengelolaan air minum ini. Hal ini menjadikan
gerak ekspansi PDAM untuk meningkatkan pelayanan bagi penduduk yang
menginginkan sambungan air PDAM menjadi sedikit tertunda. Bahkan sebagai
kreatifitas untuk menghasilkan laba maka kedua PDAM memproduksi air minum dalam
kemasan (AMDK) yang sebetulnya belum tentu masuk skala ekonominya. Dan kembali
kasus ini seperti halnya BUMN, untuk menghasilkan AMDK ini sepertinya akan
mengurangi porsi layanan yang menjadi tugas utamanya yaitu menyediakan air bersih
atau bahkan air bersih dengan kualitas air yang dapat diminum menjadi berkurang.
Atas permasalahan tersebut di atas, untuk menekan biaya operasional untuk
memperoleh sumber air di luar daerah administrasi, sekiranya pemerintah serius untuk
memastikan bahwa air bersih merupakan hak setiap rakyat Indonesia maka
penguasaan sumber air harus diatur langsung oleh negara sehingga tidak menyebabkan
akses atas sumber air terganggu oleh persoalan wilayah administrasi. Sehingga biaya
operasional pengelolaan air oleh PDAM dapat ditekan. Pemerintah daerah sebagai
pemilik tunggal PDAM perlu mengeluarkan kebijakan untuk tidak menarik deviden atas
laba PDAM. Hal ini dapat membantu PDAM untuk lebih fokus menjaga kualitas,
kuantitas dan kontinuitas penyediaan air minum. PDAM juga dapat bergerak lebih cepat
dan lebih luas untuk memberikan pelayanan kebutuhan air minum kepada seluruh
penduduk di daerah. Utamanya, PDAM tidak perlu memaksakan diri untuk
menghasilkan laba melalui produksi AMDK yang belum tentu menguntungkan.
Kesimpulan yang dapat diambul dari penelitian ini adalah baik BUMN dan BUMD
pengelola sumber daya air yang menjadi objek penelitian menunjukkan kinerja yang
sangat baik. Sebagai BUMN dan BUMD telah mampu menghasilkan laba atas hasi
9
pengelolaan sumber daya air dan penyediaan air bersih untuk penduduk di daerah
wilayah kerjanya. Bahkan BUMN yang ditugaskan untuk mengelola sumber daya air
telah dapat menyediakan kebutuhan air untuk para petani untuk memdukung
terciptanya ketahanan pangan, industri untuk medukung dalam menghasilkan produk
yang memiliki daya saing dan bahkan turut berkontribusi untuk menghasilkan energi
listrik dalam mendukung program energi pemerintah. Selain itu, BUMN ini juga mampu
membantu pemerintah dalam mencegah bencana banjir pada saat musim penghujan.
Sementara itu, PDAM di kedua daerah terus berupaya untuk memastikan seluruh
penduduk daerah di wilayah kerjanya mampu mengakses air bersih atau air minum
yang tidak membebani masyarakat.
Faktanya sebagai BUMN dan BUMD yang pada dasarnya memiliki tugas sebagai
pelaksana public service obligation (PSO) masih memiliki beban atau kewajiban untuk
menghasilkan laba. Hal ini mendorong BUMN dan BUMD untuk berkreasi memenuhi
tuntutan tersebuh dengan mencoba peruntungan dengan memproduksi air minum
dalam kemasan (AMDK) dimana air yang dihasilkan bersifat komersial. Hal ini sedikit
banyak mengganggu fokus kerja BUMN dan BUMD tersebut untuk memastikan seluruh
penduduk Indonesia dapat mengakses air bersih sebagai kebutuhan minimal.
Saran yang dapat didisampaikan adalah dengan masih banyaknya Sumber daya air
yang belum dikelola dengan baik diseluruh wilayah Indonesia maka menjadi tugas
Pemerintah pusat melalui BUMN dan daerah melalui BUMD untuk mendorong BUMN
dan BUMD pengelola sumber daya air ini untuk dapat mengelola sumber daya air secara
berkesinambungan dan memperluas wilayah kerjanya agar seluruh masyarakat
Indonesia dapat mengakses air bersih atau bahkan air minum sebagai pemenuhan hak
dasar rakyat.
Pemerintah harus dapat mengkoordinasikan pengelolaan sumber daya air ini agar
tidak terjadi permasalahan ke depan akibat wilayah administrasi daerah. Hal ini
menjadi sangat penting agar BUMN dan BUMD pengelola sumber daya air tidak
mendapatkan masalah akibat dibenturkan dengan kewenangan wilayah administrasi
ini.
Pemerintah pusat dan daerah sebagai pemilik BUMN dan BUMD harus dapat lebih
memfokuskan kerja BUMD dan BUMD untuk menyediakan air bersih atau air minum
sebagai barang publik (public good) bagi masyarakat luas bukan menyediakan barang
privat/komersial (private good) seperti AMDK, dengan mengurangi beban tututan
10
BUMN dan BUMD ini untuk menghasilkan laba. Sehingga diharapkan BUMN dan BUMD
dapat melakukan perluasan wilayah kerja dan perluasan saluran pipa air minum
masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Joedo dan Dwidjowijoto, 2006. Reinventing BUMD. PT. Elex Media Komputindo, Garmedia. Jakarta.
Kinerja PDAM 2015, Kantor Wilayah II Pulau Jawa. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
Laporan Tahunan 2015. Transformasi Pengelolaan Sumberdaya Air Untuk Menunjang Kedaulatan Pangan dan Energi Nasional. Perum Jasa Tirta I. Malang.
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE-UGM. Yogyakarta.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Refika Aditama. Bandung.
Pasolong, H. 2010. Teori Administrasi Publik. Alfabeta. Bandung.
Sedarmayanti. 2007. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Penerbit Mandar Maju. Bandung.
Tangkilisan, Hessel Nogi.S. 2007. Manajemen Publik. PT.Grasindo. Jakarta.
Tika, P. 2006. Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Buku Hasil Audit Kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung, 2013 – 2017.
Buku Laporan Tahunan PDAM 2015, Pekerjaan Umum.
Buku Laporan Tahunan PDAM 2017, Pekerjaan Umum
Website
https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20170404/282222305603707, diakses pada tanggal 4 Juni 2018.
Din: Harus Ada BUMN yang Mengelola Sumber Daya Air, https://sumbar.antaranews.com/berita/138839/din-harus-ada-bumn-yang-mengelola-sumber-daya-air, diakses pada tanggal 3 Mei 2018
Pemerintah Harus Perkuat BUMN/BUMD untuk Kelola Sumber Daya Air, http://sp.beritasatu.com/home/pemerintah-harus-perkuat-bumnbumd-untuk-kelola-sumber-daya-air/90947, diakses pada tanggal 3 Mei 2018.
12
PJT I Jadi BUMN dengan Akuntabilitas Terbaik Kedua Nasional, http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/pjt-i-jadi-bumn-dengan-akuntabilitas-terbaik-kedua-nasional, diakses pada tanggal 3 November 2018.
Kinerja Keuangan Perum Jasa Tirta (PJT) II Meningkat Pesat, http://www.tribunnews.com/bisnis/2017/05/10/kinerja-keuangan-perum-jasa-tirta-pjt-ii-meningkat-pesat, diakses pada tanggal 3 November 2018.
www.jasatirta1.co.id.
www.jasatirta2.co.id.