Download - Unp Ekokes
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP DERAJAT KESEHATAN DI INDIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi Kesehatan
Di Ajukan Kepada : Rumita Ena Sari,SKM, MKM
Oleh :
Utami Nabila Putri
(G1D114032)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada ALLAH SWT karena hanya atas Berkah
dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Derajat Kesehatan di India”.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Kesehatan semester ketiga.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu. Rumita Ena Sari,
SKM, MKM selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Kesehatan serta kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan manfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Derajat Kesehatan di Suatu Negara.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jambi ,18 September 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................................4
1.4. Manfaat Penulisan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pemerintahan India........................................................................................5
2.2. Pertumbuhan Ekonomi India.....................................................................................8
2.3. Kontribusi Sektor Kesehatan Terhadap Ekonomi di India......................................18
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................24
3.2. Saran........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat. Pembangunan
ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada
kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu
keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari penyakit
atau kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan nasional
adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bermutu, merata, dan terjangkau oleh
masyarakat secara ekonomis, serta tersedianya pelayanan kesehatan tidak semata-mata
berada di tangan pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif
segenap anggota masyarakat (Suryandari, 2008).
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia yang harus
dilaksanakan negara. Pemerintah harus mampu memberikan perlakuan yang sama kepada
warganya dalam pelayanan kesehatan maupun pelayanan publik lainnya. Dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, masyarakat dengan status ekonomi lebih tinggi
mempunyai askses terhadap pelayanan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan mereka
dengan status ekonomi rendah (Susanto dan Mubasysyir, 2006). Peningkatan pelayanan
kesehatan diharapkan dapat menghasilkan derajat kesehatan masyarakat lebih tinggi
sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif, baik secara ekonomi maupun
sosial sehingga tercipta masyarakat sehat secara keseluruhan.
Pembangunan sosial ekonomi harus sejalan, karena dengan adanya peningkatan
kesehatan masyarakat saja tanpa adanya upaya memerangi kemiskinan akan memperlambat
penurunan angka kematian di masa mendatang yang memang sangat erat hubungannya
dengan bidang kesehatan tersebut. Aspek ekonomi seperti pendapatan merupakan syarat
utama untuk dapat menikmati fasilitas kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan antara lain, tersedianya
sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai, dan mutu makanan yang di
konsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan
memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang berkaitan (Rahmi, 2008). Keadaan faktor
sosial ekonomi juga berpengaruh dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia,
seperti pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga
(Yulia, 2009).
1
Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan pada dasarnya pengambilan keputusan
dilakukan oleh rumah tangga. Tingginya pemanfaatan pelayanan pemerintah
menggambarkan kebutuhan pelayanan dan perbedaan dalam perilaku permintaan pelanggan
kesehatan. Masyarakat terkadang terkendala oleh beberapa faktor diantaranya kemiskinan,
pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, keadaan lingkungan, pendapatan, dan pekerjaan
kepala rumah tangga. Kemisikinan menjadi pengaruh bagi masyarakat dalam mencapai
pelayanan kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait
dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan
kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh
yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit tertentu (DinKes, 2008).
Tingkat pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat.
Pendidikan masyarakat yang rendah membuat mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya
menjaga kesehatan dan sanitasi lingkungan perumahan dalam mencegah terjangkitnya
penyakit menular. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka
tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular (BPS, 2011).
Kebutuhan anggota keluarga akan makanan berbeda-beda tergantung dari struktur
umur. Menurut Akmal (2001), distribusi kebutuhan pangan dalam keluarga tidak merata,
artinya setiap anggota keluarga tersebut mendapat jumlah makanan yang sesuai dengan
tingkat kebutuhannya, menurut umur dan keadaan fisiknya. Zat gizi yang diperlukan oleh
anak-anak dan anggota keluarga yang masih muda pada umumnya lebih tinggi dari
kebutuhan orang dewasa, tetapi kalau dinyatakan dalam kuantum absolut, anak-anak tentu
membutuhkan kuantum makanan yang lebih kecil dibandingkan dengan kuantum makanan
yang diperlukan oleh orang dewasa (BPS, 2011).
Keadaan lingkungan merupakan hal yang perlu mendapat perhatian, karena
menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti peledakan penduduk,
penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah penggunaan pestisida,
masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara,
abrasi pantai, penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan
satu model penyakit (Taringan, 2004). Lingkungan yang bersih akan terbebas dari serangan
penyakit, sehingga bagi lingkungan yang bersih tersebut akan terhindar dari penyakit, dan
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
Pekerjaan seseorang juga merupakan suatu determinan risiko dan determinan terpapar
yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan
dan kondisi tempat seseorang bekerja (Widyastuti dalam Wulandari, 2009). Mereka yang
bekerja pada sektor formal akan memperoleh pendapatan yang lebih besar bila
2
dibandingkan dengan mereka yang bekerja disektor informal. Besarnya pendapatan yang
diterima akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang, karena mereka dapat membeli
makanan yang lebih sehat sehingga kesehatan mereka dapat terbebas dari penyakit.
Sampai tahun 1990an, dunia masih memandang India sebagai negara miskin dengan
penduduk satu miliar lebih dan penuh bencana. Kecelakaan kereta api, banjir, dan badai
adalah berita-berita dari India yang sering kali terdengar. Kemiskinan penduduk terjadi
dimana-mana. Polusi kota menjadi pemberitaan utama tentang India, misalnya New Delhi
disebut-sebut sebagai sebagai kota terpolutif di dunia.
Pada tahun 1991, menyusul awal terjadinya krisis ekonomi yang menimpa banyak
negara Asia, India mengalami masalah yang serupa bahkan jauh lebih berat. Seratus sepuluh
juta rakyat India masuk kedalam jurang kemiskinan hanya dalam waktu dua tahun. Inflasi
sebesar 17 persen telah merusak sendi-sendi perekonomian India. Di tahun yang sama, 330
juta atau dua dari lima rakyat India hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi keuangan
pemerintah India terpuruk. India mengalami krisis dan pada saat itu, India hampir
dinyatakan bangkrut. Bank-bank telah memberhentikan pinjamannya kepada India dengan
perkiraan mereka tidak akan mampu untuk melunasinya. India’s foreign exchange merosot
tajam hingga berada pada kondisi kesanggupan untuk membayar impor minyak bumi
selama dua minggu saja. Melihat gejolak yang begitu parahnya, International Monetary
Founds (IMF) akhirnya menawarkan bantuan untuk memulihkan keadaan perekonomian
India. Namun pepatah barat selalu mengatakan, “there is no free luch”. IMF bersedia
membantu India dengan catatan pemerintah India setuju untuk membuat beberapa agenda
reformasi di bidang ekonomi. Melalui bantuan IMF, India melaksanakan Structural
Adjusment Programs (SAPs). Seperti yang dijelaskan Budi Winarno, dalam bukunya
Pertarungan Negara VS Pasar (2009:64-66 dalam Etika Pembangunan, 2013:273) bahwa
SAPs ini menjadi biang menajamnya kemiskinan dan kesenjangan. SAPs ini adalah paket
kebijakan yang sejalan dengan neoliberalisme yang memiliki tujuan mengupayakan agar
negara-negara penerima bantuan IMF untuk membuka pintu lebar-lebar bagi masuknya
MNC untuk memperoleh akses tenaga kerja yang murah dan SDM. Program ini juga
mengintegrasikan negara miskin kedalam sistem ekonomi global. Winarno mencontohkan
kasus Venesuela sebagai bukti bahwa kemiskinan dan kesenjangan semakin menajam
setelah negara ini menerima paket bantuan IMF melalui program SAPs.
Secara mengejutkan, pengalaman India menunjukan hal berbeda atas apa yang dialami
oleh Venezuela. Negara ini berhasil memanfaatkan momentum reformasi yang ditandai
dengan perusahan milik negara di bidang perbankan, penerbangan, dan industri
perminyakan dibuka bagi investor mandiri. Secara garis besar, rangkaian gerbong reformasi
3
ekonomi yang dilakukan oleh India meliputi: (1) fiskal dan administrasi; (2) sektor
finansial; (3) perdagangan internasional dan investasi; (4) sektor industri; (5) infrastruktur;
(6) tenaga kerja; dan (7) privatisasi.
Setelah reformasi ekonomi tahun 1991, India mengejutkan dunia dengan pencapaian
besar dalam pertumbuhan ekonominya . Dimulai pada 1997, terlihat pergerakan
pertumbuhan ekonomi India yang mencapai angka rata – rata 7% lebih yang menjadikan
turunnya angka kemiskinan penduduk dunia sebesar 10%. Menurut data yang tercatat, tikat
pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tahun 2006 sekitar 9,6%, dan ditahun 2007
sekitar 9%, sedangkan di tahun 2008 sebesar 6,6%.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana sistem pemerintahan di Negara India
b. Bagaimana pertumbuhan ekonomi India dalam 20 tahun terakhir
c. Bagaimana kontribusi sektor kesehatan terhadap ekonomi di India
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sistem pemerintahan yang dianut oleh Negara India
b. Untuk menganalisa perekonomian India yang telah terjadi selama 20 tahun terakhir
c. Untuk menganalisa kontribusi sektor kesehatan terhadap perekonomian di India
1.4. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan bagi yang
membutuhkan dan bagi mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya. Penulis
mengaharapkan tulisan ini bisa menjadi suatu pemaparan yang dapat menjelaskan
kontribusi sektor kesehatan terhadap perekonomian di India dengan menganalisa
perekonomian negara tersebut serta sistem pemerintahan yang di terapka di India.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pemerintahan India
Secara Geografis India terletak di Asia selatan yang mempunyai jumlah penduduk
terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu milyar jiwa dan negara terbesar
ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis dengan luas wilayah 3.287.590 km². Sungai
penting di India yaitu sungai Gangga yang bersumber dari pegunungan Himalaya dan
Gunung tertinggi di India adalah gunung Kanchenjunga (8598 m) .
India merupakan negara republik. Pernah mengalami penjajahan Inggris selama
lebih dari 300 tahun. Pada tanggal 15 Agustus 1947 India mendapatkan kemerdekaannya
dari Inggris, tetapi baru tanggal 26 Januari 1950 resmi menjadi negara republik berdaulat
penuh. Perdana Menteri India yang pertama adalah Jawaharlal Nehru, kakek Rajiv Gandhi.
HIngga kini India menjadi anggota persemakmuran Inggris.
Ketika dimerdekakan pada tahun 1947, India yang penduduknya sebagian besar
beragama Hindu berpisah dengan Pakistan yang penduduknya sebagian besar beragama
Islam. India terdiri dari 27 negara bagian. Meski merupakan negara mantan jajahan Inggris,
India tidak sepenuhnya mengadopsi sistem pemerintahan Inggris.
Sistem pemerintahannya merupakan sistem pemerintahan parlementer, dengan
Presiden sebagai Kepala Negara/simbol negara dan Perdana Menteri sebagai kepala
pemerintahan. Perdana Menteri diangkat oleh parlemen sedangkan Presiden diangkat
melalui Pemilu. Ciri-ciri sistem pemerintahan parlemen yaitu:
a. Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan
sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
b. Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi
berdasarkan undang-undang.
c. Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat
dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
d. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
e. Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
f. Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
5
Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:
1. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi
partai.
2. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas.
3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:
1. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas
dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan
oleh parlemen.
2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa
ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-
waktu kabinet dapat bubar.
3. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para
anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai
meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai,
anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
4. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan
manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan
Pembentukan sistem politik dan pemerintahan India tentunya memperoleh inspirasi
dari Amerika Serikat yang menganut politik liberal dan praktek-praktek konstitusi Inggris
yang dulunya sebagai penjajah India. Konstitusi India menetapkan India sebagai Uni
Negara Bagian dan beberapa wilayah administrasi federal. India merupakan negara dengan
sistem pemerintahan republik parlementer dan menganut demokrasi parlementer dua kamar
dengan sistem politik multipartai.
Konstitusi India adalah Constitution of India yang merupakan konstitusi terpanjang
di dunia dan memuat 395 pasal dan 8 lampiran. Konstitusi India disetujui oleh Majelis
Konstituante pada tanggal 26 November1949 dan mulai berlaku sejak tanggal 26 Januari
6
1950. Komponen-komponen pemerintahannya terdiri dari tiga yaitu badan eksekutif,
legislatif dan yudikatif.
Cabang eksekutif dipimpin oleh Presiden, yang merupakan Kepala Negara dan
menjalankan kekuasaannya secara langsung atau melalui petugas bawahan kepadanya.
Presiden India adalah kepala negara seremonial India. Ia juga merupakan Panglima
Tertinggi Angkatan Bersenjata India. Sang presiden dipilih setiap lima tahun sekali dan
dapat menjabat untuk masa bakti yang tidak terbatas. Kekuasaan eksekutif pemerintahan
pusat dijalankan oleh sebuah kabinet yang terdiri dari menteri-menteri yang dipimpin oleh
perdana menteri. Dalam setiap negara bagian terdapat seorang gubernur yang ditunjuk oleh
Presiden, badan legislatif dan badan pengadilan sendiri. Sedangkan pemerintahan uni atau
federal dikepalai oleh Presiden dan wakilnya yang dipilih oleh dewan pemilih yang terdiri
atas para anggota badan legislatif pusat atau negara bagian. Kekuasaan badan eksekutif
terbatas, diatur oleh UU dan dipilih serta diawasi oleh badan legislatif.
Pada cabang legislatif atau parlemen dipimpin oleh badan legislatif India yang
tertinggi yaitu Sansad yang terdiri dari majelis rendah (Lok Sabha) dan Majelis tinggi
(Rajya Sabha). Lok Sabha dipilih dengan anggota 545 orang dengan anggota mayoritas
perwakilan dari setiap wilayah negara bagian di India. Anggota Lok Sabha adalah wakil
langsung dari rakyat India, secara langsung dipilih oleh penduduk India yang boleh
memilih dengan usia minimum 21 tahun melalui pemilu.
Dalam sistem parlementer ini, hanya majelis rendah yang berhak mengangkat
kepala pemerintahan atau perdana menteri, dan dapat pula menurunkan mereka melalui
mosi tidak percaya. Beberapa nama umum yang digunakan majelis rendah meliputi:
• Chamber of Deputies
• Chamber of Representatives
• House of Assembly
• House of Commons/ Dewan Bersama
• House of Representatives
• Legislative Assembly/ Dewan Perwakilan Rakyat
• National Assembly/ Majelis Nasional
Di samping majelis rendah, ada pula majelis tinggi yaitu Rajya Sabha yang
beranggotakan 250 orang, 12 anggota di antaranya dipilih langsung oleh Presiden yang
dipercayakan sebagai ahli dalam bidang tertentu seperti seni, ilmu pengetahuan, sastra dan
pelayanan nasional. Anggota Rajya Sabha dikenal sebagai anggota yang dinominasikan
baik oleh Presiden atau partai politik, sedangkan sisanya dipilih oleh legislatif negara
bagian dan teritorial. Ketentuan jabatan Rajya Sabha adalah selama enam tahun dengan
7
satu sepertiga dari anggota pensiun setiap dua tahun. Kekuatan Rajya Sabha lebih kecil
daripada Lok Sabha namun persamaan perlakuan hukum tetap ada.
Cabang yudisial dipimpin oleh Mahkamah Agung pada puncaknya, kemudian 21
pengadilan tinggi di setiap distrik, serta pengadilan perdata, pidana dan keluarga di tingkat
kabupaten. Melalui bentuk pemerintahan dan politik India, hal ini menunjukkan bahwa
India merupakan negara demokrasi terbesar di dunia.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi India
Ekonomi India adalah ekonomi terbesar kesembilan di dunia berdasarkan produk
domestik bruto (PDB) nominal dan yang terbesar ketiga berdasarkan keseimbangan
kemampuan berbelanja (PPP). Negara tersebut adalah anggota G-20 dan juga anggota
BRIC. Pada tahun 2011, PDB PPP per kapita India tercatat sebesar $3.703 (IMF), yang
membuatnya menduduki peringkat 127 di dunia. Dengan demikian pemasukan ekonomi
mereka tergolong ke dalam kelas menengah ke bawah. Negara-negara BRIC di tahun 2015
sudah akan menghasilkan hampir 30 persen dari total produksi dunia. Angka tersebut jauh
lebih tinggi dari kontribusi zona Euro yang nantinya hanya mampu menyumbang 13
persen, padahal di tahun 1995 mencapai level 20 persen. Sudah terlihat diantara tahun 2002
hingga 2010, negara-negara BRIC berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi global dengan
peningkatan impor barang antara 12 hingga 20 persen. Kecuali tahun 2004-2005,
jumlahnya melebihi Amerika Serikat.
India memulai perekonomiannya dengan cara yang salah. India begitu banyak
memiliki banyak keunggulan dalam memulai pengembangan ekonominya pada tahun
1950an, kepemimpinan modern, pelayanan umum yang unggul, serta pemilahan dasar-
dasar industri. Begitu banyak ahli yang diundang sebagai penasihat dalam pengembangan
strategi ekonomi India sejak kemerdekaannya. Manajemen ekonomi India juga begitu
beruntung. Pemerintah tidak menghadapi masalah defisit anggaran dan hutang. Inflasi
India tidak pernah sampai 20 persen, sementara di negara lain mengalami hiper-inflasi.
Akan ada gejolak politik ketika inflasi mendekati angka 20 persen. Dengan sistem
demokrasi memastikan bahwa India terhindar dari gerakan semacam Lompatan Jauh Ke
Depan dan Revolusi Budaya seperti yang dialami China. Setelah itu, pertumbuhan ekonomi
India pun melambat setelah pertumbuhan yang tinggi di awal. 15 tahun setelah tahun 1965
adalah periode terparah ekonomi India.
Sementara di negara Asia lainnya berhasil mengatasi kemiskinan mereka dengan
pertolongan tingkat pertumbuhan. Negara pertama, Jepang, lalu diikuti empat negara
8
Macan Asia seperti Hong Kong, Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan. Negara lain seperti
Thailand, Malaysia, dan Indonesia mengikuti setelahnya.
Masing-masing negara ini membutuhkan waktu sekitar 20 tahun untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen. India hanya mencapai pertumbuhan
ekonomi 3,5 Persen pertahun, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dunia tidak tumbuh
seiring dengan pertumbuhan penduduk. Pendapat warga India hampir stagnan.
Terdapat masa-masa ketika India seperti kehilangan harapan. Seperti sedang duduk
di atas bom waktu Malthusian pada sekitar tahun 1960an, khususnya ketika populasi
bertumbuh tidak sesuai dengan ketersediaan pasokan pangan. Kekeringan luar biasa yang
terjadi pada tahun 1966 menjadikan jutaan warga India mengalami kelaparan. Ekonomi
berjalan di tempat, nilai Rupee jatuh tidak terkendali, jumlah pengangguran di perkotaan
meningkat, dan pemberontak Maoist membuat pemberontakan berdarah di beberapa tempat
di negara itu.
Pemerintah India yang pada awalnya menolak mengembangkan sektor pertanian dan
lebih memilih mengembangkan industri baja seperti yang dilakukan Uni Sovyet mulai
menyadari kesalahannya. Bibit-bibit tanaman hibrida baru, diekspor dari Meksiko, bank-
bank dipaksa untuk memberi pinjaman pada para petani, selain itu pemerintah juga
memberlakukan kebijakan insentif harga. Petani India memberi respon yang luar biasa, dan
negara ini berhasil swa-sembada pertanian dalam kurun waktu lima tahun. Peristiwa ini
disebut sebagai Revolusi Hijau. India masih mengalami kekeringan pada tahun 1973 dan
1978, inflasi tinggi juga melanda negara ini, tetapi India tidak pernah lagi mengalami
kelaparan.
Ahli ekonomi dari Bank Goldman Sachs, Domonic Wilson dan Roopa Purshotaman
mengatakan bahwa 50 tahun mendatang, apa yang mereka katakan sebagai BRIC (Brazil,
Russia, India, dan China) akan menjadi kekuatan ekonomi yang besar di dunia. Mereka
menggunakan tiga unsur, pertumbuhan populasi, akumulasi modal, dan pertumbuhan
produktivitas. Wilson dan Purshotaman mencoba memprediksi tingkat pertumbuhan masa
depan dari empat raksasa ekonomi dunia dibandingkan dengan negara-negara terkaya yang
sudah ada saat ini. Mereka menyimpulkan, GDP BRIC akan menyamai negara-negara kaya
yang ada saat ini. Ekonom Goldman Sachs juga memperkirakan India akan melewati Italia
pada tahun 2015, Perancis pada tahun 2020, Jerman pada tahun 2023, dan Jepang pada
tahun 2032. Ekonomi China akan lebih baik dari negara manapun di dunia pada tahun 2016
dan bahkan akan mengalahkan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2041.
CIA memperkirakan masa depan geopolitik dunia., beranggapan bahwa India akan
mengalami perkembangan ekonomi yang lebih baik dari China. CIA menyebutkan tiga
9
faktor mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertama, usia pekerja dalam populasi India akan
terus bertambah hingga tahun 2020, sedangkan di China jumlah angkatan kerja akan
berkurang seiring dengan kebijakan satu anak yang diterapkan di China. Kedua, sistem
demokrasi di India akan menstabilkan keadaan. Ketiga, India telah mengembangkan pasar
modal dan perusahaan kelas dunia yang akan membantu menjaga kompetisi jangka
panjang.
India pernah mengalami masa surplus anggaran. Namun, pemerintah kolonial
mengambil anggaran tersebut dengan alasan untuk membayar bunga para kreditor dari luar
negeri. Pendapat lain yang masih bisa diperdebatkan adalah biaya yang diambil oleh
penjajah digunakan untuk menjalankan kekaisaran di India, termasuk segala biaya yang
dibutuhkan untuk operasional tentara Inggris selama berada di India serta membayar gaji
dan pensiun para pejabat tinggi kekaisaran. Dampaknya, justru India lah yang membiayai
pemerintah yang menjajahnya. Total biaya yang harus dikeluarkan adalah seperempat dari
anggaran yang dimiliki India yang sebenarnya bisa digunakan untuk membiayai kebutuhan
domestik India.
Selain penggunaan anggaran oleh penjajah, abad 19 adalah abad kebangkitan
ekonomi bagi India. Pendapatan sebagian besar dihasilkan dari kegiatan ekspor. P.R.
10
Brahmanada dalam bukunya memperkirakan pertumbuhan industri India bertumbuh
sebesar 8,4 persen pertahun antara tahun 1861 dan 1900. India bisa mengambil manfaat
dari gelombang pertama globalisasi, sedangkan sekarang sudah terjadi gelombang kedua.
Pada abad 19, India menyumbang 7 persen dari perdagangan dunia. Surplus
perdagangan terjadi pada tahun 1913 di mana India menghasilkan $2,1 miliar ($7 per
kapita) ketika China hanya menghasilkan $1,6 miliar ($3,6 per kapita). Produksi pertanian
juga mengalami sedikit peningkatan karena ada lahan baru yang ditanami dan program
irigasi. Meghnad Desai.
Jika ada kesalahan mendasar dalam ekonomi India, maka proteksionime adalah
kesalahan itu. Perdagangan membuat sebuah negara memiliki komoditas khusus,
menumbuhkan kompetisi, dan menjadi alat untuk memindahkan teknologi dan
pengetahuan. India menutup diri ketika industri pakaian sedang baik selama 40 tahun
setelah kemerdekaannya pada tahun 1947 dan India harus membayar mahal untuk
proteksionisme ini.
Strategi ekonomi pada awal kemerdekannya adalah dengan melakukan perencanaan
nasional serta membangun industri alat-alat berat. Pada tahun 1990, India adalah negara
dengan tingkat proteksionisme tertinggi di dunia. Bahkan Bank Pembangunan Asia
mencatat pada tahun 1997 negara-negara Asia yang membuka diri terhadap perdagangan
internasional memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar dua persen lebih cepat dibandingkan
dengan negara-negara dengan proteksionisme.
Salah satu ekonom yang datang ke India adalah Milton Friedman, ia bukanlah
pendatang biasa. Friedman adalah orang bersikap skeptikal ketika ahli lain justru kagum
terhadap perencanaan ekonomi India juga proteksionismenya. Friedman punya cerita
menarik tentang kebijakan India dalam melindungi perusahaan domestiknya. Friedman
mengatakan bahwa masyarakat India sebenarnya punya potensi untuk membuat perusahaan
mobilnya sendiri dengan segala potensi yang dimiliki dibanding hanya mengimpor mobil
bekas dari Amerika Serikat dan menjualnya dengan harga berkali lipat di India.
Cerita itu berulang di bidang alat-alat industri. India terjebak pada pada ekonomi
yang tidak efisien dan berbiaya tinggi. Ahli ekonomi berargumentasi bahwa kebijakan
ekonomi India harus lebih ramah dengan kegiatan ekspor. Disertasi yang ditulis
Manmohan Singh, seseorang yang nantinya akan menjadi Perdana Menteri India,
menyatakan bahwa mengapa India harus lebih banyak melakukan ekspor agar
mendapatkan mata uang internasional lebih banyak dan mengurangi bantuan luar negeri.
India mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang lamban selama beberapa
dasawarsa, rata- rata hanya 3,0 persen setahun. Baru pada akhir pemerintahan Rajiv
11
Gandhi, akhir 1980-an, terutama setelah 1991 saat Manmohan Singh, menteri keuangan
meluncurkan program reformasi ekonomi yang luas, ekonomi India mulai tumbuh lebih
pesat.
Kinerja perdagangan India sejak tahun 1980-an mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Antara tahun 1978 dan 2005 nominal ekspor dan impor, dinilai berdasarkan harga
sekarang, secara keseluruhan ekonominya tumbuh dua kali lebih pesat. Dari sekitar US $
10 miliar pada tahun 1978, ekspor dan impor barang dan jasa India masing-masing
mencapai US $ 164 miliar dan US $ 188 miliar 2005, atau setara dengan 20% sampai 25%
dari angka Cina. Pertumbuhan perdagangan India juga mengalami peningkatan sejak tahun
2001. Nominal pertumbuhan ekspor dan impor meningkat 28% dan 30,2% antara tahun
2001 dan 2005, dibandingkan dengan 9,1% dan 8,3% untuk periode antara 1978 dan 2001.
Pertumbuhan ekonomi India yang rata-rata di atas 8,0% terjadi setelah tahun 2002.
Pertumbuhan yang secara konsisten tinggi ini sebenarnya berkaitan erat dengan
perkembangan sektoralnya dan dengan dengan langkah-langkah reformasi ekonomi yang
telah dilakukan sejak tahun 1984. Catatan penting yang patut digarisbawahi dari kemajuan
India terletak pada tiga hal yaitu liberalisasi dan reformasi ekonomi, kekuatan internal dan
dukungan lingkungan eksternal. Sejak liberalisasi ekonomi awal 1990-an, India muncul
sebagai negara utama dalam teknologi informasi (TIK) dan komunikasi dan BPO (Business
Process Outsourcing), yang berhasil meningkatkan pertumbuhan rata-rata 6,0 persen
setahun. Pertumbuhan ekonomi kian pesat, terutama sejak 2002 membuat India
disejajarkan dengan China, dua negara adidaya ekonomi Asia.
Program reformasi ekonomi ini meliputi deregulasi sektor keuangan dan liberalisasi
kebijakan perdagangan yang proteksionis dan kebijakan investasi asing langsung yang
amat restriktif. Dampak kumulatif program reformasi kebijakan ekonomi berhasil
mendorong investasi swasta langsung, termasuk swasta asing, sehingga meningkat 7-8
persen dari produk domestik bruto (PDB) India dalam 4-5 tahun.
Sejak merdeka tahun 1947 sampai tahun 1990, aktivitas ekonomi India berjalan
sangat lamban. Kondisi ini akibat kebijakan ekonominya tidak pro pasar, campur tangan
pemerintah yang sangat kuat dan mengandalkan subtitusi impor. Namun sejak terjadi
kesulitan neraca pembayaran tahun 1991 memaksa India harus melakukan reformasi di
berbagai bidang baik ekonomi maupun non ekonomi. Perubahan paradigma ini ternyata
berdampak positif pada ekonomi India tercermin dari peningkatan perdagangan luar negeri,
aliran modal asing mengalir deras baik dalam bentuk PI (Portfolio Investment) maupun
FDI (Foreign Direct Investment) dan aktivitas ekonomi yang mulai bergairah. Progress
kebijakan liberal yang diterapkan dalam hal ini telah menyebabkan meningkatnya aliran
12
masuk investasi asing di negeri ini, baik dalam hal investasi langsung (FDI), serta
portofolio investasi. Agregat tahunan arus masuk investasi asing bervariasi antara US $ 4
menjadi 6 miliar selama periode 1993-94 sampai 2001-2002.
India selama ini dikenal sebagai negara yang relatif tertutup dan pasarnya sulit
ditembus oleh pihak asing. Faktor dominan adalah menisbikan kekuatan pasar diikuti
semangat swadesi (memenuhi kebutuhan sendiri) yang kental. Peran pemerintah sangat
dominan yaitu mengatur segalanya. Strategi ini ternyata tidak ampuh menjadi kekuatan
pembangunan bahkan hasil yang diperoleh kemiskinan semakin merajelela. Di bawah
kepemimpinan PM PV Nashimha Rao dan Menteri Keuangan Manmohan Sigh (kini
menjabat PM) sejak tahun 1991 India mulai membuka diri dengan melakukan liberalisasi
ekonomi. Pemerintah mulai melucuti Lisensi Raja (dalam hal investasi, industri dan lisensi
impor), mengakhir monopoli negara di banyak sektor, dan mengijinkan investor asing
menggeluti bisnis domestik. Perubahan paradigma pada kekuatan pasar dan sentuhan asing
membawa India menjadi kekuatan dunia.
Dua sektor yang luput dari campur tangan pemerintah yaitu bidang teknologi
informasi dan industri film ternyata malah menjadi kekuatan besar India di kemudian hari.
Kemajuan IT (Information Technology) India sangat fenomena, bahkan kota Bangalore
telah menjadi pusat IT dunia. Hampir semua industri IT raksasa membuka kantor di kota
ini dari Microsoft, IBM, Infosys dan Wipro. Kesemuanya itu didukung oleh kualitas
pendidikan teknologi informasi yang memiliki reputasi internasional. Industri film di India
merupakan industri layar lebar terbesar di dunia bahkan telah mengalahkan Hollywood
dalam jumlah produksi film. Industri film ini mempunyai peran yang sangat besar dalam
menyerap tenaga kerja. Sebanyak 2,3 juta orang India bekerja di sektor ini.
Salah satu langkah krusial yang menjadi awal kebangkitan India adalah besarnya
perhatian pemerintah pada kualitas pendidikan. Sistim dan kualitas pendidikan di India
mempunyai standar dunia. Bahkan India dikenal sebagai pemasok pekerja ahli di dunia.
Sebagai gambaran pada tahun 1990 an dari 150.000 pekerja asing yang bekerja di
perusahaan IT Amerika Serikat sebanyak 60.000 diantaranya adalah para pakar software
dari India. Kemajuan teknologi yang pesat menakutkan negara-negara maju lainnya.
Menurut analis JP Morgan, dengan penduduknya yang mayoritas berusia muda dan
berpengetahuan tinggi, maka dalam 20-30 tahun mendatang India diunggulkan dalam
pelayanan teknologi informasi atau berbasis pengetahuan dengan layanan jarak jauh.
Kemajuan para entrepreneur India sudah mengglobal. Sejumlah perusahaan India
dikenal sebagai pemain kelas dunia seperti Tata, Infosys, dan TVS Motor Company. Sepak
terjang Tata bahkan telah menjadi pemain dunia yang patut diperhitungkan. Saat ini kiprah
13
Tata telah beroperasi di 40 negara dengan 90 perusahaannya. Diversifikasi bisnis Tata
sangat luas dari otomotif, baja, TI dan komunikasi, jasa, consumer products dan pertanian.
Di bidang farmasi India juga dikenal sangat spetakuler dan diperhitungkan di arena
global. India memasok 40% kebutuhan dunia untuk obat-obatan curah (bulk). India dewasa
ini mampu memproduksi obat-obatan jauh lebih murah dari negara manapun yaitu hanya
separuh biaya produksi di Amerika Serikat. Dengan modal intelektual yang sangat kuat,
India mampu memproduksi hingga 10 obat generik dalam setahun, sementara produsen
asing hanya maksimal 2 produk. India saat ini juga mengincar pasar pelayanan medis.
Dengan ongkos 80% lebih rendah di banding di AS, beberapa perusahaan di AS sedang
menjajagi jasa perawatan kesehatan di India.
India memiliki ekonomi yang berada diurutan ke-4 terbesar dalam Paritas Daya Beli.
Ekonomi India dulunya banyak tergantung dari pertanian. Namun sekarang menjadi
Industri penting lainnya termasuk pertambangan, pengasahan berlian, film, tekstil,
teknologi informasi, dan kerajinan tangan. Tahun-tahun belakangan ini, India telah muncul
sebagai salah satu pemain terbesar dalam perangkat lunak dan business process
outsourcing, dengan pendapatan sekitar US$17,2 milyar pada 2011-2012. Ekspor utama
India termasuk produk pertanian, tekstil, batu berharga dan perhiasan, jasa perangkat lunak
dan teknologi, hasil teknik, kimia, hasil kulit dan total ekspor india berjumlah US$69,18
milyar. Impornya adalah minyak mentah, mesin, batu berharga, pupuk, kimia, total impor
India berjumlah sekitar US$89,33 milyar.
India dikenal sebagai sebuah negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia,
dengan jumlah penduduk 1.080.264.388 (Juli 2005). Booming ekonomi yang luar biasa
sebagian besar terjadi berkat layanan yang kompetitif secara global dan sektor teknologi
informasi (TI).
India dengan rata-rata pertumbuhan PDB dalam 3 tahun terakhir 7,57%. Negara ini
memang sedang mengalami transisi perekonomian. Kinerja Perdana Menteri Narendra
Modi yang baru menjabat setahun dipuji-puji berbagai kalangan termasuk analis dan
kritikus Negeri Bollywood. Pertumbuhan ekonomi India ditopang oleh sektor jasa,
berkontribusi 65% terhadap total PDB nasional. Saat ini, PM Modi tengah berupaya
menyelesaikan persoalan korupsi, kemiskinan, dan diskrimiasi terhadap perempuan.
Pada tahun 2013 Di tengah sinyal pemulihan ekonomi negara maju, negara-negara
EM mengalami perlambatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi negara-negara EM
(Emerging Market : BRIC dan Afrika Selatan) mencapai 4,7%, menurun dibandingkan
dengan tahun sebelumnya sebesar 4,9%. Perlambatan ini dipengaruhi kinerja ekonomi
14
beberapa negara seperti China, India, Rusia, Brasil, dan Afrika Selatan yang berada dalam
tren melambat.
Perlambatan ekonomi negara-negara EM dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global
dan permasalahan struktural domestik. Pada satu sisi, penurunan harga komoditas global
telah memberi tekanan kepada ekspor negara-negara EM, terutama pada negara-negara
yang mengandalkan ekspor berbasis komoditas. Pada sisi lain, permasalahan struktural
domestik menyebabkan kapasitas perekonomian belum mampu mengimbangi permintaan
domestik sehingga meningkatkan impor. Kombinasi tekanan terhadap ekspor dan
peningkatan impor tersebut pada gilirannya meningkatkan defisit transaksi berjalan. Selain
itu, tekanan ekspor dan peningkatan impor juga memberi tekanan perlambatan
pertumbuhan ekonomi. Kinerja pertumbuhan ekonomi semakin menurun seiring dengan
rencana tapering off AS yang memengaruhi pembiayaan ekonomi di negara-negara EM.
Selain itu, pembiayaan domestik juga berkurang sejalan dengan pengetatan kebijakan
moneter di beberapa negara.
India juga mengalami perlambatan ekonomi yang diikuti dengan naiknya tekanan
inflasi, melebarnya defisit neraca transaksi berjalan dan tingginya defisit fiskal.
Pertumbuhan ekonomi India pada tahun 2013 tercatat 4,4%, menurun dibandingkan dengan
tahun 2012 yang mencapai 5,1%. Perlambatan ekonomi ini diakibatkan ekspor yang
menurun di tengah impor yang meningkat. Hal ini turut memberi tekanan terhadap
melebarnya defisit transaksi berjalan. India juga mengalami tekanan inflasi yang meningkat
sejalan dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM untuk menurunkan defisit
fiskal yang tinggi. Tekanan inflasi juga menguat akibat meningkatnya depresiasi nilai tukar
yang didorong oleh aliran modal keluar dari India terkait dengan rencana tapering off
(Mengurangi stimulus/ Pembelian obligasi secara bertahap) AS. Tekanan terhadap
ekonomi India mulai terlihat mereda pada beberapa bulan terakhir tahun 2013. Hal ini
tercermin pada meredanya tekanan depresiasi nilai tukar dan meningkatnya aktivitas
industri sebagaimana meningkatnya PMI dan indeks produksi. Perkembangan positif ini
dipengaruhi berbagai
respons pemerintah dan
bank sentral dalam
menstabilkan
perekonomian.
15
Ekonomi global yang melambat dan harga komoditas yang menurun tersebut
kemudian berkontribusi pada menurunnya tekanan inflasi global tahun 2013. Inflasi global
tahun 2013 hanya mencapai 2,9%, terutama disebabkan oleh masih rendahnya inflasi
negara-negara maju yang tercatat sebesar 1,4%, sedangkan inflasi negara-negara EM
sebesar 6,1%. Tekanan inflasi di negara-negara EM masih tinggi seiring dengan masih
kuatnya pertumbuhan ekonomi, terjadinya gangguan pasokan dan peningkatan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Inflasi di India tetap tinggi sebesar 9,1% pada tahun
2013.
16
17
2.3. Kontribusi Sektor Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi India
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah
dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang
sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan
penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang
berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan
berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung
oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan
peningkatan gizi.
Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan
oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori
untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa
perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan pendapatan
per kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi
kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk
mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik
keadaan kesehatan dan pendidikannya.
Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10% dari
angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
minimal 0.3–0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan
demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara maju yang
mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang berkembang dengan
AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan pengaruh ini akan terakumulasi terus
menerus.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia
sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok
masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan
tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap
18
individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis
mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia
harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di
bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan
meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Peranan kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat
digambarkan dalam Diagram 1 dibawah ini. Dalam diagram tersebut dapat dilihat,
pembangunan ekonomi disatu pihak, merupakan fungsi dari kebijakan dan institusi
(kebijakan ekonomi, pemerintahan yang baik, dan penyediaan pelayanan publik), dan
faktor masukan (sumber daya manusia, teknologi, dan modal perusahaan) dilain fihak.
Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia
dan modal perusahaan melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan.
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat
19
yang diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas,
kependudukan, dan pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk
dan kronis di negara-negara Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs,
menemukan bahwa lebih dari setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-
negara Afrika jika dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara
statistik dapat diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis
jika dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomi makro dan politik
pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan
hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen atau
lebih setiap tahunnya.
Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah
jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa
angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan. Studi
lain dilakukan oleh Bank Dunia yang membagi keadaan kesehatan antara kelompok
penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-negara tertentu. Sebagai contoh,
tingkat kematian anak pada quantil termiskin di Bolivia dan Turki diperkirakan empat kali
lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil terkaya. Dengan demikian
kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria dan kekurangan gizi
secara langsung merupakan implementasi dari kebijakan mengurangi kemiskinan.
Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan
dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs). Tujuan
pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak sebesar
dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka kematian
ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990; dan (3)
menahan peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada
tahun 2015. Tujuan pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan
pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat
keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang
kesehatan.
Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah:
Pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses
terhadap air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin cenderung
enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena terdapatnya
kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber daya untuk
20
memenuhi kebutuhan dasar, dan terbatasnya pengetahuan untuk menghadapi serangan
penyakit.
Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga
merupakan bencana jika untuk biaya penyembuhannya mengharuskan menjual aset yang
mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh kedalam
kemiskinan, dan jika tidak bisa keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat kesejahteraan
seluruh anggota keluarga bahkan generasi berikutnya. Serangan penyakit yang tidak fatal
dalam kehidupan awal akan mempunyai pengaruh yang merugikan selama siklus hidup
berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal sebagai kunci dari pembangunan, tetapi masih
belum dihargai betapa pentingnya kesehatan anak dalam pencapaian hasil pendidikan.
Kesehatan yang buruk secara langsung menurunkan potensi kognitif dan secara tidak
langsung mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui
menurunnya pendapatan, menurunnya angka harapan hidup, dan menurunya kesejahteraan
psikologis.
Sumber kesehatan di India meskipun tidak memadai, tetapi dapat dikatakan cukup.
Telah ada pertumbuhan yang pasti dalam seluruh sumber daya kesehatan dan tenaga
kesehatan yang terkait dalam satu dekade terakhir. Per kapita di daerah pedesaan
pengeluaran untuk biaya kesehatan tujuh kali lebih rendah dibandingkan pengeluaran
pemerintah di daerah perkotaan. Meskipun pengeluaran untuk kesehatan adalah 6% dari
produk domestik bruto (PDB), belanja negara hanya 0,9% dari total belanja. Dengan
demikian hanya 17% dari semua pengeluaran kesehatan di negara ini ditanggung oleh
negara, dan 83% datang dari 'out of pocket' oleh masyarakat sendiri. Hal ini membuat
sistem kesehatan masyarakat India tidak mencukupi dan kekurangan dana. Hanya lima
negara lain di dunia yang lebih buruk dari India mengenai pengeluaran kesehatan
masyarakat (Burundi, Myanmar, Pakistan, Sudan, Kamboja). Kenyataaannya hasil dari
belanja pemerintah bidang kesehtan ini dikategorikan buruk dan tidak merata pada
pelayanan kesehatan masyarakat itu sendiri, infrastruktur sistem menjadi tidak efektif. Unit
yang paling perifer dan paling penting dari infrastruktur kesehatan masyarakat India adalah
pusat kesehatan primer (PHC).
Perjalanan India di jalan reformasi ekonomi telah berubah ke dunia ekonomi paling
cepat berkembang. Pertumbuhan populasi adalah aset yang terbaik dan bisa empat kali lipat
PDB dan melontarkan India ke liga dari negara maju selama dekade berikutnya. Semua ini
jika satu miliar bisa diubah menjadi tenaga kerja yang produktif.
Selama lebih dari setengah dekade sekarang, India telah melantunkan mantra
demografi dengan kemajuan nyata. Karena, dengan peluang maka datang tantangan. Sektor
21
jasa membutuhkan banyak pekerja dan pengetahuan. Lebih dari 90% angkatan kerja di
India tidak cukup terlatih. Ada indikasi jelas bahwa kesehatan akan menjadi sektor utama
yang merangsang pertumbuhan ekonomi dan memberikan kontribusi kerja.
Lebih dari 40 juta pekerjaan baru diharapkan akan dihasilkan pada tahun 2020,
sesuai laporan berjudul 'India’s New Opportunities-2020' oleh All India Management
Association , Boston Consulting Group and Confederation of Indian Industries (CII).
Industri kesehatan India juga memiliki keunggulan dibandingkan negara berkembang
lainnya untuk menjadi pusat global untuk perawatan medis.
Organisasi Kesehatan Dunia mengakui kesehatan sebagai hak asasi manusia dan
penyebut umum untuk menjamin kesejahteraan sosial. Kita tahu bahwa ada korelasi positif
pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan indikator kesehatan. Namun, kecenderungan
itu belum diamati di India meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 7
persen bahkan selama perlambatan ekonomi dunia. Untuk modal diterjemahkan ke dalam
kesehatan yang positif hasil-hasil tujuan kebijakan harus jelas dan kesehatan harus
diberikan prioritas dalam anggaran; kurang dari 1 persen dari PDB (Produk Domestik
Bruto) sangat tidak memadai. Kesehatan membuat kontribusi penting untuk kemajuan
ekonomi, seperti populasi yang sehat hidup lebih lama dan lebih produktif. India
kehilangan lebih dari enam persen dari PDB setiap tahunnya karena kematian prematur dan
penyakit yang dapat dicegah.
India merangkum kinerja yang relatif tidak mengesankan di kesehatan;
ketidakmampuan untuk memberikan layanan kesehatan yang terjangkau untuk yang lebih
1,2 miliar warga hidup berdampingan bersama industri obat generik terbesar yang
mengekspor obat terjangkau ke lebih dari 100 negara. Kurangnya infrastruktur publik,
ketersediaan obat yang kurang, kurangnya fasilitas laboratorium canggih dan peralatan,
tenaga kerja kesehatan sangat dibatasi, sistem kesehatan masyarakat dibiayai dengan sangat
buruk (kurang dari 1,04% dari PDB), merupakan kemacetan dari sistem kesehatan India
yang mencegah sistem kesehatan untuk memberikan perawatan yang tepat dan terjangkau.
Belanja lebih pada kesehatan: Salah satu alasan mendasar untuk fungsi miskin dari
sistem kesehatan dan indikator kesehatan yang buruk adalah rendahnya tingkat investasi
pada kesehatan. Di India pengeluaran publik untuk kesehatan adalah sekitar 1,2 persen dari
PDB yang merupakan salah satu yang terendah di dunia. Oleh karena itu, pemerintah harus
meningkatkan pengeluaran publik untuk kesehatan dengan minimal 3 persen dari PDB
pada tahun 2020, dan 4 persen pada tahun 2025. Namun, peningkatan pembiayaan
kesehatan saja tidak akan cukup kecuali didukung oleh mekanisme pengiriman diakses dan
efisien. Pendekatan harus mempertimbangkan paket layanan, tidak sepotong-sepotong.
22
Peningkatan belanja pada kesehatan saja tidak cukup untuk meningkatkan indikator
kesehatan. Pengembangan pedoman pengobatan standar, pemeriksaan resep dan metode
jaminan kualitas juga diperlukan untuk meningkatkan kinerja, efisiensi, dan akuntabilitas
di sektor publik dan swasta.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. KesimpulanIndia saat ini adalah India yang telah bangkit dari ketebelakangan. Dengan pertumbuhan
ekonomi yang terus tumbuh sejak reformasi ekonomi tahun 1991, negara ini telah
mengejutkan dunia. Ekonomi India tumbuh seiring dengan pesatnya kemajuan tekhnologi
informasi negara tersebut, dan klaim bahwa adanya korelasi antara penguasaan teknologi
dengan kemajuan perekonomian suatu negara memang terbukti dan berhasil dilakukan oleh
India.
Sumber kesehatan di India meskipun tidak memadai, tetapi dapat dikatakan cukup.
Telah ada pertumbuhan yang pasti dalam seluruh sumber daya kesehatan dan tenaga
kesehatan yang terkait dalam satu dekade terakhir. Per kapita di daerah pedesaan
pengeluaran untuk biaya kesehatan tujuh kali lebih rendah dibandingkan pengeluaran
pemerintah di daerah perkotaan. Meskipun pengeluaran untuk kesehatan adalah 6% dari
produk domestik bruto (PDB), belanja negara hanya 0,9% dari total belanja. Dengan
demikian hanya 17% dari semua pengeluaran kesehatan di negara ini ditanggung oleh
negara, dan 83% datang dari 'out of pocket' oleh masyarakat sendiri.
Selama lebih dari setengah dekade sekarang, India telah melantunkan mantra demografi
dengan kemajuan nyata. Karena, dengan peluang maka datang tantangan. Sektor jasa
membutuhkan banyak pekerja dan pengetahuan. Lebih dari 90% angkatan kerja di India
tidak cukup terlatih. Ada indikasi jelas bahwa kesehatan akan menjadi sektor utama yang
merangsang pertumbuhan ekonomi dan memberikan kontribusi kerja.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka saran yang dapat diberikan
berdasarkan hasil penelitian ini adalah selama periode waktu, aspirasi ekonomi India telah
tumbuh bermacam-macam. Untuk mencapai aspirasi tersebut, bersama, setidaknya dua
kebutuhan sosial penting seperti 'Pendidikan' dan 'Perawatan Kesehatan' harus difokuskan
bersamaan. Perawatan kesehatan secara universal dianggap sebagai benteng untuk
kemajuan dan pertumbuhan bangsa manapun yang berkelanjutan. Bahkan semua negara
BRICS telah menyadari dan dilaksanakan. Mari percaya dan berharap, India tidak akan
terus mengabaikan sektor kesehatan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi
bangsa yang kuat. Pengeluaran publik pada kesehatan di India mengerikan jika
dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Pengeluaran pribadi
24
mendominasi total pengeluaran secara signifikan. "Out of Pocket" pengeluaran di India
secara signifikan di atas rata-rata dunia. Tingkat tinggi "Out of Pocket" pengeluaran
menyiratkan bahwa individu tidak terdaftar di bawah skema asuransi yang efektif dan harus
menanggung beban darurat medis dirinya. Oleh karena itu, dalam rangka mendorong
pertumbuhan, pemerintah perlu memantau "Out of Pocket" belanja.
25
DAFTAR PUSTAKA
Engardio, Pete. Chindia. Jakarta: Gramedia Pustaka.2008
Laporan tahunan perekonomian Bagian I Perekonomian Global, Bank Indonesia
Mantra , Dodi. Hegemoni dan Diskursus Noeliberalisme. Bekasi: MantraPress, 2011.
Rajadhyaksha, Niranjan. 2007. Rise Of India : Transformasi Dari Kemiskinan Menuju
Kemakmuran. PT. Elex Media Komputindo
http://www.dw.com/id/potensi-perubahan-peta-ekonomi-dunia/a-15332677 (Di akses tanggal 19 September 2015, 8:15)
http://bandung.bisnis.com/m/read/20150725/34276/538643/pertumbuhan-ekonomi-13-negara-berikut-saingi-tiongkok (Di akses tanggal 19 September 2015, 8:18)
http://www.businesstoday.in/moneytoday/careers/retail-infrastructure-healthcare-sectors-to-hire-more-in-india/story/19528.html (Di akses tanggal 21 September 2015, 21:16)
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4418149/ (Di akses tanggal 21 September 2015, 22:14)
iii