Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) TERHADAP SERANGAN
PENYAKIT ANTRAKNOSA DENGAN PEMAKAIAN MULSA PLASTIK
SKRIPSI
OLEH :
ERIK MELPIN GIRSANG 030302003
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) TERHADAP SERANGAN
PENYAKIT ANTRAKNOSA DENGAN PEMAKAIAN MULSA PLASTIK
SKRIPSI
OLEH :
ERIK MELPIN GIRSANG 030302003
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar sarjana Di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas pertanian , Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
( Dr. Ir. Hasanuddin, MS. ) ( Ir. Syamsinar Yusuf, MS. ) Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Erik Melpin Girsang, Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik dibawah bimbingan Dr. Ir. Hasanuddin, MS. selaku ketua dan Ir. Syamsinar Yusuf, MS. sebagai anggota. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan beberapa varietas tanaman cabai (Capsicum annum L.) terhadap serangan penyakit antraknosa dan untuk mengetahui pemakaian mulsa plastik terhadap penyakit antraknosa pada tanaman cabai (Capsicum annum L.). Jenis penyakit yang merusak tanaman cabai adalah penyakit antraknosa menyerang tanaman cabai dengan menginfeksi kulit buah yang muda maupun tua sehingga buah akan mengerut, mengeriting, warna buah berubah menjadi kehitaman dan membusuk dan keguguran, akhirnya produksi menurun kalau serangannya dibiarkan maka tanaman akan mati. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu faktor varietas cabai :V1 (Varitas TM-999), V2 (Varietas Hot Beauty), V3 (Varietas Laris), V4 (Varietas Lokal) dan faktor mulsa : M0 (tanpa Mulsa), M1 (Mulsa Plastik Hitam Perak), M2 (Mulsa Plastik Hitam), dan diulang sebanyak 3 kali. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Merek, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, dari bulan September 2007 sampai April 2008. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai varietas dengan mulsa berbeda nyata dalam persentase serangan pada buah, dimana persentase serangan terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 33,60 % dan persentase serangan tertinggi dengan faktor mulsa terdapat pada M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 41,38 % dan persentase serangan terendah pada faktor varietas pada V1 (TM-999) sebesar 30,60 % pada pengamatan 17 MST dan persentase serangan yang tertinggi pada faktor varietas pada V3 (Varietas Laris) yaitu sebesar 41,83 %. Sedangkan persentase serangan terendah dengan interaksi kedua faktor adalah pada perlakuan M1V1 (Mulsa Hitam Perak dengan Varietas TM-999) yaitu sebesar 16,97 % pada pengamatan 17 MST dan persentase serangan tertinggi pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas Laris) yaitu sebesar 29,65 % pada pengamatan 17 MST. Perlakuan berbagai varietas dengan mulsa berbeda nyata dalam produksi buah, dimana produksi buah tertinggi dengan faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar 3,657 ton/ha dan produksi buah terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar 2,733 ton/ha dan produksi buah tertinggi pada faktor varietas pada V1 (TM-999) sebesar 3,605 ton/ha pada pengamatan 20 MST dan produksi buah yang terendah pada faktor varietas pada V3 (Varietas Laris) yaitu sebesar 2,478 ton/ha.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Sedangkan produksi buah tertinggi dengan interaksi kedua faktor adalah pada perlakuan M1V1 (Mulsa Hitam Perak dengan Varietas TM-999) yaitu sebesar 2,627 ton/ha pada pengamatan 20 MST dan produksi buah terendah pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas Laris) yaitu sebesar 1,400 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRACT
Erik Melpin Girsang, Resistence Test of Chilli Varieties (Capsicum annum L.) on Attact of Antracnosa diseases Using Plastic Mulsa Under Supervision of Dr. Ir. Hasanuddin, MS. As Chairman and Ir. Syamsinar Yususf, MS. as member. This research aims to test the resistence of any varieties of chilli (Capsicum annum L.) on the attact of Antracnosa disease on chilli (Capsicum annum L). The disease damage the chilli crop is antracnosa by infect the young or od fruit of chilli that make the chilli folded in black color, demaged and fall and the production will decrease if the disease is not eliminated. This research applies the Faktorial Group Random Sampling (RAK) that consists of two treatments, i.e chilli variety factor : V1 ( Variety TM-999), V2 (Variety Hot Beauty), V3 ( Variety of Laris), V4 (Local Variety) and mulsa factors : M0 (Without mulsa), M1 (Silver Black plastic mulsa), M2 (Black plastic mulsa) and repeated for 3 times. This reseach was conducted at village of Merek, subdistrict of Merek, regency of Karo since September 2007 up April 2008. The results of research indicates that the treatment on varieties with mulsa has a significant diference in attaction percentage on fruit in which the lower attact percentage by mulsa factor found on M1 (silver black mulsa) on observation 17 MST i.e 33,60 % and the higehr attact percentage with mulse factor on M0 (without mulse) on observation of 17 MST i.e 41,38 %. And the lower attact on varicety factor on V1 (TM-999) for 40,60 % on observation of 17 MST and the higher attact on variety factor on V3 (Variety Laris) for 41.83 %. While the lower attact with interaction of both factors is on treatment of M1V1 (Slver blackmulsa and variety of TM-999) i.e 26,65 % on observatio of 17 MST. The treatment on various varieties with mulsa has a significant different on fruit production, in which the higher fruit production with mulsa factor on M1 (Silver black mulsa on observation of 20 MST for 3,657 ton/ha and the lower production with mulsa factor on M0 (without mulsa) on observation 20 MST for 2,733ton/ha and the higher fruit production on variety factor on V1 (TM-999) for 3,605 ton/ha on observatio of 20 MST and the lower production with variety factor on V3 (variety of Laris) for 2,478 ton/ha. While the higher fruit production with interaction of the both factors on the treatment of M1V1 (Silver black plastic mulsa with variety of TM-999) for 2,627 ton/ha on observation of 20 MST and the lower fruit production on treatment of M0V3 (without mulsa with variety of Laris) for 1,400 ton/ha on observation of 20 MST
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Erik Melpin Girsang, lahir pada tanggal 04 april 1985 di Medan,
anak ke 4 dari 5 bersaudara. Bapak Drs. St. Apul Girsang dan Ibu
Sarianna Br. Sembiring Meliala.
Pendidikan yang ditempuh :
Tahun 1997 : Lulus dari SD Negeri 064026 Ladang Bambu,
Medan Tuntungan.
Tahun 2000 : Lulus dari SLTP Negeri 1 Pancur Batu, Deli
Serdang.
Tahun 2003 : Lulus dari SMU Negeri 1 Pancur Batu, Deli
Serdang.
Tahun 2003 : Diterima di Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Juni – Juli 2007 : Melaksanakan PKL (Praktek Kerja
Lapangan) di Desa Kerasaan, Kecamatan Kerasaan
Kabupaten Simalungun.
September 2007 - : Melaksanakan praktek skripsi di Desa Merek
April 2008 Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ UJI KETAHANAN
BEBERAPA VARIETAS TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)
TERHADAP SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA DENGAN
PEMAKAIAN MULSA PLASTIK ” yang disusun sebagai salah satu syarat
untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Dr. Ir. Hasanuddin, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan ibu
Ir. Syamsinar Yusuf, MS. Selaku anggota yang telah banyak memberikan
saran dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaannya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………...…i RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………ii KATA PENGANTAR…………………………………………………..………iii DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv DAFTAR TABEL………………………………………………………………vi DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..……vii PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
Latar Belakang……………………………………………..……………1 Tujuan Penelitian……………………………………………………..…4 Hipotesa Penelitian..…………………………………………………….4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………….5
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….6 Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)………………………………..6 Botani tanaman cabai………………………………………...…6 Morfologi tanaman cabai………………………………………..7 Penyakit Antraknosa…………………………………………………….8 Penyebab Penyakit………………………………………….…..8 Gejala Serangan……………………………………………….10 Daur Penyakit…………………………………………………..11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit……………….12 Pengendalian………………………………………………...…13 Varietas Tahan…………………………………………………………15 Pengaruh Pemberian Mulsa…………………………………………..19
BAHAN DAN METODA………………………………………………………23 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………..23 Bahan dan Alat…………………………………………………………23 Metode Penelitian…………………………………………………...…23 Pelaksanaan Penelitian……………………………………………….25 Parameter Pengamatan………………………………………………26 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………...28 Hasil……………………………………………………………………..28
1. Persentase Serangan Buah……………………………..28 2. Produksi Buah………………………………………………31
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Pembahasan……………………………………………………………34 1. Persentase Serangan Buah……………………………….34 2. Produksi Buah……………………………………………….39 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………44 Kesimpulan……………………………………………………………..44 Saran……………………………………………………………………45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Hal
1. Persentase serangan pada buah dengan uji jarak duncan 30
dengan faktor mulsa dan varietas
2. Persentase serangan pada buah dengan uji jarak duncan 30
dengan interaksi mulsa dan varietas
3. Produksi buah dengan uji jarak duncan dengan faktor 33
mulsa dan varietas
4. Produksi buah dengan uji jarak duncan dengan interaksi 33
varietas dengan mulsa
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Hal
1. Gambar 1. Histogram Persentase serangan pada buah 34
dengan faktor mulsa
2. Gambar 2. Histogram Persentase serangan pada buah 35
dengan faktor varietas
3. Gambar 3. Histogram Persentase serangan pada buah 37
dengan interaksi faktor varietas dan mulsa
4. Gambar 4. Histogram produksi buah dengan faktor mulsa 39
5. Gambar 5. Histogram produksi buah dengan faktor 41
varietas
6. Gambar 6. Histogram Produksi buah dengan interaksi 42
faktor varietas dan mulsa
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum spp.) merupakan sayuran dan rempah paling
penting di dunia. Genus Capsicum berasal dari dunia baru, spesies
C. annum dari Meksiko dan spesies lain (C. frustescens, C. Baccatum,
C. Chinense, dan C. Pubescens) dari Amerika Selatan. Oleh pedagang
portugis dan Spanyol, cabai diintroduksikan ke Asia pada abad ke-16, dan
spesies cabai pedas tersebar paling luas di Asia Tenggara
(Sanjaya, dkk, 2002).
Aspek penting pertanian berkelanjutan antara lain, bagaimana
sistem budidaya pertanian tetap memelihara kesehatan tanaman dengan
kapasitas produksi maksimum, serta mengurangi dampak kegiatan
pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas
lingkungan hidup. Berbagai jenis organisme pengganggu tanaman (OPT)
dapat mengganggu kesehatan tanaman, yang mengakibatkan penurunan
hasil produksi dan penurunan kualitas produk ( Siwi, 2006).
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah dilakukan penanaman
secara intensif maupun ekstensif, tetapi produktivitas cabai merah sampai
saat ini belum mengembirakan. Beberapa kendala yang menyebabkan
rendahnya rata-rata hasil diantaranya faktor varietas yang berdaya hasil
rendah (Wardani dan Ratnawilis, 2002).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Sekarang ini, sisa pestisida pertanian telah menjangkau air permukaan
dibanyak tempat di dunia, dan yang telah menjadi masalah internasional
sehingga memerlukan upaya detoksifikasi (penyehatan) air-air permukaan
terkontaminasi tersebut. Dalam hal ini termasuk teknik yang
mengkombinasikan pengelolaan hama terpadu (PHT), praktik pengolahan
tanah sesuai kondisi, dan pengembangan tanaman lebih tahan hama
(Hanafiah, dkk, 2005).
Dewasa ini penggunaan insektisida sangat tinggi untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Diperkirakan 50 % dari biaya
produksi digunakan untuk membeli insektisida. Penggunaan insektisida
oleh para petani bawang-cabai dilapangan sudah sangat intensif, baik
jenis maupun dosis yang digunakan, serta interval penyemprotan yang
sudah sangat pendek tenggang waktunya. Keadaan ini akan menimbulkan
berbagai permasalahan serius karena insektisida dapat mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, pada sistem pertanian sekarang
diperkenalkan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yaitu suatu
sistem yang menggunakan berbagai cara selain insektisida agar populasi
hama/penyakit tetap berada dalam ambang toleransi (Sanjaya, 2004).
Antraknosa merupakan salah satu penyakit penting dalam produksi
cabai di daerah tropis yang panas dan lembab, dan juga dikenal sebagai
penyakit busuk buah prapanen dan pasca panen. Serangan penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp, dan dapat menurunkan
produksi sebesar 45-60 % dan kualitas cabai (Hidayat, dkk, 2004).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Untuk mengatasi penyakit antraknosa pada tanaman cabai,
umumnya dilakukan pengendalian secara kimiawi. Cara ini memberikan
hasil yang memuaskan, tetapi akan mengakibatkan terjadinya kekebalan
penyebab penyakit terhadap fungisida. Selain itu berdampak negatif
terhadap lingkungan, terjadinya resurgensi, dan kecenderungan
konsumen memilih produk yang bebas pestisida (Tenaya, 2001).
Tingkat keberhasilan suatu program perbenihan sangat ditentukan
oleh keunggulan benih yang tersedia bagi konsumen. Penggunaan benih
yang unggul dan bermutu tinggi merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan produksi tanaman yang menguntungkan secara ekonomis.
Sebaliknya, penggunaan benih yang bermutu rendah akan menghasilkan
persentase pemunculan bibit yang rendah dan kurang toleran terhadap
cekaman abiotik, lebih sensitif terhadap penyakit tanaman, serta
memberikan pengaruh negatif terhadap mutu dan hasil tanaman
(Syamsuddin, 2007).
Menurut Muhuria (2003) suatu varietas disebut tahan apabila :
(1) memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu menghindar, atau
pulih kembali dari serangan hama/penyakit pada keadaan yang akan
mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan,
(2) memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan
yang disebabkan oleh serangan hama,
(3) memiliki sekumpulan sifat yang dapat diwariskan, yang dapat
mengurangi kemungkinan hama untuk menggunakan tanaman
tersebut sebagai inang, atau
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
(4) mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik
dibandingkan dengan varietas lain pada tingkat populasi
hama/penyakit yang sama.
Penggunaan mulsa ditujukan untuk mencegah terjadinya
pemadatan tanah, terutama pada lapisan tanah bagian atas, mengurangi
fluktuasi suhu tanah, dan mencegah terjadinya kontak langsung antara
buah dengan tanah yang dapat menyebabkan busuk buah
(Wardjito, 2001).
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ketahanan beberapa varietas tanaman cabai
(Capsicum annum L.) terhadap serangan penyakit antraknosa.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian mulsa plastik terhadap
serangan penyakit antraknosa.
3. Untuk mengetahui varietas tanaman cabai (Capsicum annum L.)
yang tahan dan pemakaian mulsa plastik yang sesuai untuk
menekan serangan penyakit antraknosa.
Hipotesa Penelitian
1. Varietas tanaman cabai yang berbeda mempunyai tingkat
ketahanan yang berbeda terhadap serangan penyakit antraknosa.
2. Dengan pemakaian mulsa plastik dapat mengurangi serangan
penyakit antraknosa.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
3. Dengan tingkat ketahanan varietas cabai dengan pemakaian
mulsa plastik dapat mengurangi serangan penyakit antraknosa.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
untuk usaha pengendalian penyakit antraknosa tanaman cabai.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Botani Tanaman Cabai Tanaman cabai (Capsicum annum Linn) adalah merupakan
tanaman sayuran yang tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu, dari
suku (famili) terong-terongan (Solanaceae). Menurut Tindall (1983)
tanaman ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Ordo : Polemoniales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Tanaman cabai termasuk tanaman semusim yang tergolong ke
dalam famili Solanaceae, buahnya sangat digemari, karena memiliki rasa
pedas dan merupakan perangsang bagi selera makan. Selain itu buah
cabai memiliki kandungan vitamin-vitamin, protein dan gula fruktosa. Di
Indonesia tanaman ini mempunyai arti ekonomi penting dan menduduki
tempat kedua setelah sayuran kacang-kacangan (Rusli dkk, 1997).
Cabai (Capsicum spp.) merupakan sayuran dan rempah
penting.Spesies C. annum berasal dari Meksiko, spesies yang lain seperti
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
spesies C. frustescens, C. baccatu, C. chinense, dan C. pubescens
berasal dari Amerika Selatan. Oleh pedagang Portugis dan spanyol, cabai
diintroduksikan ke Asia pada abad ke-16, dan spesies cabai pedas
tersebar paling luas di Asia Tenggara (Sanjaya, dkk, 2002).
Morfologi Tanaman Cabai Secara umum cabai merah dapat di tanam di lahan basah (sawah)
dan lahan kering (tegalan) dan dapat di budidayakan di saat musim dan
kering. Cabai merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang
mempunyai ketinggian sampai 900 m dari permukaan laut, tanah kaya
akan bahan organik dengan pH 6-7, tekstur tanah remah (Sudiono, 2006).
Cabai merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia, karena selain sebagai
penghasil gizi, juga sebagai bahan campuran makanan dan obat-obatan.
Daerah pertanaman cabai di Indonesia tersebar di Pulau Jawa seperti
Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedangkan kawasan luar
Jawa meliputi Lampung, Sumatera Barat dan Aceh bagian Timur
(Rompas, 2001).
Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya mencapai 1,5 – 2 m
dan lebar tajuk tanaman dapat mencapai 1,2 m. Daun cabai pada
umumnya berwarna hijau cerah pada saat masih muda dan akan berubah
menjadi hijau gelap bila daun sudah tua. Daun cabai ditopang oleh tangkai
daun yang mempunyai tulang menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur,
lonjong dan oval dengan ujung runcing, tergantung pada jenis dan
varietasnya. Bunga cabai berbentuk terompet atau campanulate, sama
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
dengan bentuk bunga keluarga solanaceae lainnya. Bunga cabai
merupakan bunga sempurna dan berwarna putih bersih, bentuk buahnya
berbeda-beda menurut jenis dan varietasnya (Tindall, 1983).
Buahnya bulat sampai bulat panjang, mempunyai 2-3 ruang yang
berbiji banyak. Letak buah cabai besar pada umumnya adalah bergantung
pada varietasnya. Tetapi buah yang telah tua (matang) umumnya kuning
sampai merah dengan aroma yang berbeda sesuai dengan varietasnya.
Bijinya kecil, bulat pipih seperti ginjal (buah pinggang) yang warnanya
kuning kecoklatan. Berat 1000 biji kering berkisar antara 3-6 gram. Proses
penuaan buah berlangsung antara 50-60 hari sejak bunga mekar
(Sunaryono, 1996).
Penyakit Antraknosa Penyebab Penyakit Menurut Alexopoulus (1952) jamur yang disebut
Colletotrichum capsici dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Phylum : Eumycophyta
Class : Deuteromycetes (Fungi Imperfecti)
Ordo : Melanconiales
Family : Melanconiales
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum capsici (Sydow Butler dan Disbey)
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Salah satu kendala rendahnya produksi adalah adanya gangguan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), satu diantaranya penyakit
antraknosa. Penyebab penyakit antraknosa pada cabai adalah jamur
Colletotrichum capsici. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit
penting pada tanaman cabai karena dapat menyebabkan kerugian antara
20 – 50 % (Rompas, 2001).
Rendahnya tingkat produksi diberbagai daerah disamping
disebabkan oleh faktor-faktor agronomis juga oleh adanya serangan
penyakit. Kerusakan oleh penyakit seringkali mencapai 80 % hingga 100
%. Dari hasil inventarisasi didapatkan bahwa antraknosa merupakan
penyakit yang sering menimbulkan kerugian. Penyakit disebabkan oleh
jamur Colletotrichum sp (Wiratma, dkk, 1983).
Serangan antraknosa ini disebabkan cendawan genus
Colletotrichum. Cendawan ini mempunyai enam spesies utama yaitu C.
gloeosporiodes, C.acutatum, C.dematium, C.capsici dan C.acutatum.
Colletotrichum gloeosporiodes dan C.acutatum mengakibatkan
kerusakan buah dan kehilangan hasil paling besar. Lebih dari 90 persen
antraknosa yang menginfeksi cabai diakibatkan Colletotrichum
gloeosporiodes. Namun akhir-akhir ini, Colletotrichum acutatum
menggantikan 'posisi' gloeosporiodes (Syukur, 2007).
Ordo ini terdiri dari satu family khusus, yaitu Melanconiaceae.
Banyak spesies yang masuk family khusus ini merupakan parasit yang
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
menyebabkan penyakit tumbuhan yang dikenal dengan antraknosa
(Dwidjoseputro, 1978).
Ordo dari class Deuteromycetes ini mempunyai konidiofor yang
pendek dan beragrasi pada permukaan yang tipis dari parenkimoid dan
stroma (suatu aservulus) konidia dibentuk dalam aservulus (Djas, 1980).
Acervulus tersusun di bawah epidermis tumbuhan inang. Epidermis
pecah apabila konidia telah dewasa. Konidia keluar sebagai percikan
berwarna putih , kuning, jingga, hitam atau warna lain sesuai dengan
pigmen yang dikandung konidia. Diantara melanconiales yang konidianya
cerah (hialin) adalah gleosporium dan colletrotichum, keduanya
mempunyai konidia yang memanjang dengan penciutan di tengah
(Dwidjoseputro, 1978).
Colletotrichum mempunyai stroma yang terdiri dari massa miselium
yang berbentuk aservulus, bersepta, panjang antara 30-90 mµ , umumnya
berkembang merupakan perpanjangan dari setiap aservulus. Konidia
berwarna hialin, bersel tunggal dan berukuran 5-15 mµ (Daniel, 1972).
Gejala Serangan Kehilangan hasil buah cabai merah yang disebabkan penyakit
antraknosa ini bervariasi antara 21 % - 65 %. Terdapat dua jamur yang
dapat menyebabkan penyakit antraknosa pada tanaman cabai
merah. Kedua patogen termasuk dalam ordo Melanconiales, yaitu :
Colletotrchum gloeosporioides dan Colletotrichum capsici (Pranoto, 2005).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Penyakit antraknosa pada tanaman mudah kelihatan oleh ciri becak
yaitu bulat panjang, berwarna merah kecoklatan, dengan meninggalkan
sepanjang becak luka. Infeksi ini terjadi dalam lokasi potongan kecil
tersebar kemana-mana dan menyerang daun (Dehne, et all, 1997).
Gejala penyakit ini berupa bercak kecil pada buah cabai. Selama
musim hujan bercak ini berkembang cepat. Bahkan pada lingkungan
kondusif penyakit ini dapat menghancurkan seluruh areal pertanaman
cabai (Syukur, 2007).
Serangan terjadi pada buah muda maupun yang sudah masak.
Gejala segera nampak berupa titik gelap, sedikit cekung dan bergaris
tengah 1 mm. Bercak akan segera berkembang hingga mencapai seluruh
permukaan buah. Patogen dapat masuk menginfeksi buah melalui luka
maupun secara langsung. Sedangkan keadaan yang basah dan adanya
air hujan sangat berperanan dalam penyebaran spora dari satu tanaman
ke tanaman lain (Wiratma, dkk, 1983).
Penyakit antraknosa ini menyerang buah cabai yang masih muda
melalui luka akibat lalat buah. Gejalanya ialah noda lekukan berwarna
hitam kelam pada buahnya, dan dapat pula pada batang serta ranting-
rantingnya. Penyakit ini dapat ditularkan melalui benih (biji) yang ditanam
(Seed borne). Pada serangan hebat dapat merusakkan tanaman sehingga
tidak dapat dipanen karena buahnya tidak dapat dijual. Biji cabai yang
terserang penyakit ini biasanya berkerut dan berwarna kehitaman hitaman
(Sunaryono, 1992).
Daur Penyakit
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah-
buah. Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji.
Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah sakit. Jamur
hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi
memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau.
Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman
sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Semangun, 2004).
Jamur Colletotrichum dapat menginfeksi, cabang ranting, daun dan
buah. Infeksi pada buah terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan
sudah tua. Gejala diawali berupa bintik-bintik kecil yang berwarna
kehitam-hitaman dan sedikit melekuk. Serangan lebih lanjut
mengakibatkan buah mengerut, kering, membusuk dan jatuh. Jamur dapat
terbawa biji dari buah sakit dan menginfeksi tanaman di persemaian
(Rusli, dkk, 1997).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit
Antraknosa adalah penyakit terpenting yang menyerang cabai di
Indonesia. Penyakit ini distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relatif
tinggi. Penyakit antraknosa dapat menyebabkan kerusakan sejak dari
persemaian sampai sampai tanaman cabai berbuah, dan merupakan
masalah utama pada buah masak, serta berakibat serius terhadap
penurunan hasil dan penyebaran penyakit (Syamsuddin, 2007).
Penyakit kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang
mempunyai drainase baik, dan gulmanya terkendali dengan baik.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Perkembangan becak dari kedua penyakit tersebut paling baik terjadi
pada suhu 30 o C, sedang sporulasi jamur G. piperatum pada suhu 23 o C,
dan C. capsici pada suhu 30 o C. Buah yang muda cenderung lebih rentan
dari pada yang setengah masak. Tetapi perkembangan becak karena
C. capsici lebih cepat terjadi pada buah yang lebih tua, meskipun buah
muda lebih cepat gugur karena infeksi ini (Semangun, 2004).
Serangan penyakit antraknosa pada buah masak lebih parah
dibandingkan dengan buah yang belum masak (masih hijau). Buah cabai
yang masak, selain mengandung glukosa dan sukrosa, juga mengandung
fruktosa, sedangkan buah yang hijau hanya mengandung sukrosa dan
glukosa. Dengan demikian, diduga fruktosa merupakan jenis gula
mempunyai korelasi dengan penyakit antraknosa, sehingga fruktosa
dalam buah dapat dijadikan karakter seleksi ketahanan tanaman cabai
terhadap serangan antraknosa (Tenaya, 2001).
Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan tidak menanam
biji yang terinfeksi. Buah-buah yang terinfeksi jangan diambil bijinya. Biji
dapat diobati dengan thiram 0,2 %. Jika diperlukan, penyakit dapat
dikendalikan dengan menggunakan fungisida. Bermacam-macam
fungisida dapat dipakai untuk keperluan ini, antara lain Antracol
(propineb), Velimek (maneb dan zineb), Delsene MX-200 (karbendazim
dan mankozeb), Benlate dan Manzate (benomyl dan maneb), DithaneZ-78
(zineb), dan fungisida tembaga (Semangun, 2004).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Pada tanaman cabai secara in-vitro dan in-vivo menunjukkan
bahwa penggunaan ekstrak daun nimba dapat digunakan untuk
mengendalikan patogen Gloeosporium piperatum yang juga
menyebabkan penyakit antraknosa pada cabai. Beberapa jenis tanaman
lain yang dapat menghasilkan produk baik dalam bentuk tepung, ekstrak
atau minyak atsiri yang memiliki potensi sebagai pengendali patogen
tanaman adalah cengkeh (Syzgium aromaticum), kencur
(Kaempferia galanga) dan kunyit (Curcuma domestica)
(Syamsuddin, 2007).
Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici
dan Gloeosporium piperatum merupakan penyakit penting pada tanaman
cabai merah. Usaha pengendalian penyakit antraknosa salah satunya
adalah dengan menginduksi ketahanan tanaman cabai. Pengendalian
yang sering digunakan oleh petani adalah dengan menggunakan
fungisida. Prinsip penggunaan fungisida didasarkan pada prinsip antibiotik
terhadap tanaman. Prinsip lainnya yang berpotensi untuk mengendalikan
penyakit yaitu penggunaan bahan kimia sintetik yang mampu memicu
ketahanan tanaman (Hersanti, dkk, 2001).
Penyakit antraknosa buah cabai ditemukan menginfeksi buah cabai
diseluruh pertanaman cabai di Sumatera Barat. Penyebab penyakit
antraknosa buah cabai adalah jamur Colletotrichum capsici. Dengan
ditemukannya penyakit ini diseluruh pertanaman cabe Sumatera Barat,
maka usaha pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan
yang digemari konsumen perlu dikembangkan (Rusli, dkk, 1997).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Usaha pengendalian penyakit antraknosa dengan cara biologis
adalah paling ekonomis yaitu dengan penanaman kultivar yang tahan.
Usaha pemuliaan untuk mendapatkan varietas cabai yang tahan dapat
dilakukan dengan cara persilangan antarspesies antara cabai rawit
dengan cabai merah (Tenaya, 2001).
Menurut Muhuria (2003) menggunakan varietas resisten dalam
pengendalian hama/penyakit antara lain :
(1) mengendalikan populasi hama/penyakit tetap di bawah ambang
kerusakan dalam jangka panjang,
(2) tidak berdampak negative,
(3) tidak membutuhkan alat dan teknik aplikasi tertentu, dan
(4) tidak membutuhkan biaya tambahan.
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) bertujuan untuk memperbaiki
pertumbuhan tanaman dan mengurangi masalah-masalah hama dan
penyakit. Mulsa dapat menjadi salah satu komponen PTT. Penggunaan
mulsa sintetis dapat menjadi salah satu metode untuk menolak serangga
tertentu, untuk mengendalikan beberapa patogen yang ditularkan melalui
tanah dan rumput-rumputan, untuk memodifikasi suhu tanah, mengurangi
penguapan, mengendalikan pencucian unsur hara, untuk meningkatkan
hasil pane dan memperbaiki kualitas produk panen (Vos, 1994)
Varietas Tahan
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi
cabai di Indonesia, kendala produksi yang paling penting yaitu sebagai
berikut :
a. kurangnya kuantitas benih cabai yang tersedia dan bermutu tinggi
b. kehilangan hasil yang tinggi karena serangan hama penyakit di
pertanaman dan kehilangan hasil karena penanganan pasca panen
c. menurunnya tingkat kesuburan tanah karena penanaman cabai dan
sayuran lainnya secara terus menerus
(Duriat dan Sastrosiswojo, 1995).
Produksi cabai yang dipanen umumnya hasilnya rendah, ini
dikarenakan pertumbuhan tanaman kurang baik, kualitas benih rendah
dan pengetahuan petani yang kurang tentang aspek budidaya. Teknik
pembudidayaan akan dapt mengubah lingkungan tanaman dan
menurunkan kemampuan hidup dan virulensi jasad pengganggu
(Vos, 1994)
Peningkatan produksi cabai dapat dilakukan dengan menggunakan
varietas yang berdaya hasil tinggi. Varietas yang berdaya hasil tinggi yang
ditanam pada kondisi lingkungan yang sesuai, tentunya perlu didukung
dengan teknologi kultur teknis yang memadai (Hayati, 2001).
Jika kita membandingkan serangan suatu patogen terhadap
beberapa kultivar (varietas, klon) satu jenis tumbuhan tertentu, sering
tampak adanya reaksi yang berbeda-beda dari kultivar-kultivar itu, yang
berkisar antara sangat rentan, dan sangat tahan. Ketahanan dan
kerentanan adalah pengertian yang relatif, dengan tidak ada batas-
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
batasnya yang tajam. Jika suatu kultivar tumbuhan disebut tahan terhadap
serangan patogen tertentu, sedangkan kultivar lainnya dikatakan rentan,
maka ini berarti bahwa kultivar yang pertama mempunyai ketahanan lebih
tinggi dari pada kultivar kedua. Bahkan ketahanan dan kerentanan ini
dapat bervariasi karena pengaruh lingkungan dan ras patogen
(Semangun, 1996).
Setiap spesies tanaman diganggu oleh hampir seratus jenis
cendawan, bakteri, molikut, virus dan nematoda yang berbeda-beda.
Seringkali, satu tanaman diserang oleh ratusan bahkan ribuan patogen.
Walaupun tanaman mungkin menderita kerusakan ringan atau berat,
tetapi banyak diantaranya yang tetap dapat bertahan hidup dari semua
serangan itu, bahkan bukan tidak mungkin dapat membuatnya untuk
tumbuh lebih baik dan memberikan hasil yang memuaskan
(Lisnawita, 2003).
Jenis ketahanan tanaman yang bersifat palsu atau sering disebut
dengan ketahanan fungsional, dimana tanaman akan terbebas dari
patogen karena pengaruh lingkungan yang belum mendukung patogen
tersebut melakukan infeksi terhadap tanaman tersebut (Fry, 1982).
Mekanisme resistensi pada tanaman yang resisten cepat terjadi
setelah patogen muncul, sehingga dapat menghambat atau mencegah
perkembangan patogen, sebaliknya pada tanaman yang rentan,
mekanisme tersebut lebih lambat terjadi sehingga patogen telah
berkembang terlebih dahulu. Keberhasilan patogen berkembang di dalam
inang sangat tergantung dari pengenalan inang terhadap patogen suatu
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
interaksi yang kompatibel antara inang dan patogen akan menyebabkan
patogen mampu menekan kemampuan tanaman untuk menghambat
inokulasi berikutnya dari patogen yang tidak kompatibel dan sebaliknya
interaksi yang tidak kompatibel dapat melidungi tanaman dari infeksi
patogen yang kompatibel
(Lisnawita, 2003).
Ketahanan suatu varietas tahan tidak berlangsung lama, karena
satu varietas yang semula tahan, kemudian menjadi rentan setelah
ditanam 2-3 musim berturut-turut. Dominasi populasi ras di suatu daerah
berbeda pada lokasi dan musim yang berbeda sehingga varietas yang
tahan disuatu daerah, di daerah lain rentan (Sudir, dkk, 1999).
Setiap varietas cabai memiliki ketahanan yang berbeda dengan
varietas lainnya terhadap penyakit. Ketahanan tanaman mempunyai
beberapa macam ketahanan tanaman terhadap penyakit yaitu ketahanan
mekanis, ketahanan kimiawi dan ketahanan fungsional. Ketahanan
mekanis dan ketahanan kimiawi dapat terdiri atas ketahanan pasif dan
ketahanan aktif. Pada ketahanan pasif atau statis sifat-sifat tersebut baru
terjadi setelah tumbuhan terinfeksi (Semangun, 1996).
Ketahanan mekanis pasif, yaitu ketahanan yang dimiliki oleh
tanaman karena memiliki suatu struktur-struktur morfologis yang sukar
diinfeksi oleh patogen, misalnya tanaman yang memiliki epidermis yang
tebal, adanya lapisan lilin, mempunyai mulut kulit yang sempit dan sedikit,
adanya bulu-bulu di permukaan daun dan sebagainya. Sedangkan
ketahanan mekanis aktif adalah ketahanan tumbuhan yang bekerja
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
setelah inang mengalami invasi patogen. Mekanisme ketahanan aktif
merupakan hasil interaksi antara sistem-sistem genetik tumbuhan inang
dengan patogen. Pertahanan mekanis yang aktif terutama terdiri atas
reaksi ketahanan yang bersifat histologis. Ini terjadi dengan pembentukan
lapisan sel yang membatasi bagian tumbuhan yang terinfeksi dan
terbentuknya bengkakan mirip kalus (kalosit) pada dinding sel. Di sekitar
bagian yang terinfeksi dapat terbentuk lapisan pemisah yang terdiri atas
lapisan gabus, sel-sel yang terisi gom (blendok), sel-sel absisi dan tilosis
(Semangun, 1996).
Ketahanan fungsional terjadi karena pertumbuhan tanaman yang
sedemikian rupa sehingga tanaman dapat menghindari penyakit,
meskipun tanaman itu sendiri rentan. Tumbuhan melewati fase rentannya
pada saat tidak ada patogen atau pada waktu lingkungan tidak cocok
untuk infeksinya. Karena itu ketahanan ini sering disebut ketahanan palsu
(Semangun, 1996).
Menurut Muhuria (2003) pemanfaatan varietas unggul dengan tipe
ketahanan vertikal hanya akan efektif bila :
(1) hama/penyakit yang dikendalikan merupakan satu-satunya hama yang
menyebabkan turunnya produksi (tidak ada hama lain)
(2) varietas ini tidak ditanam secara terus menerus tetapi harus
dirotasikan dengan tanaman lain
(3) tidak diusahakan secara besar-besaran dalam hamparan yang luas
(4). ditanam dengan sistem tumpang sari (multiple cropping).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Penyerangan suatu penyakit meliputi tahapan inokulasi, penetrasi,
infeksi sampai berkembang menjadi penyakit sehingga tanaman
digolongkan sebagai tanaman peka (Utami, 1999).
Pengaruh Pemberian Mulsa
Mulsa adalah setiap bahan yang dapat diaplikasikan ke permukaan
tanah, terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Mulsa anorganik
(sintetis) misalnya plastik hitam perak digunakan untuk memodifikasi suhu
tanah, mengurangi penguapan, mengendalikan pencucian hara, memacu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk meningkatkan hasil
panen serta memperbaiki kualitas produk (Vos, 1994).
Berdasarkan bahan dan cara pembuatan, mulsa dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mulsa organik, mulsa anorganik, dan
mulsa sintetis. Mulsa organik berasal dari bahan sisa pertanian seperti
jerami dan daun-daunan. Mulsa anorganik berasal dari bahan batu-batuan
dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu kerikil, dan mulsa kimia
sintetis berasal dari bahan plastik seperti mulsa plastik hitam perak mulsa
jerami dapat dimanfaatkan untuk tiap jenis tanah dan tanaman. Karena
sifatnya yang mudah lapuk, mulsa jerami banyak diaplikasikan pada tanah
yang telah dieksploitasi berat agar kesuburan tanah pada jangka waktu
tertentu dapat dikembalikan melalui pelapukan mulsa jerami tersebut.
Dewasa ini mulsa plastik hitam perak telah diterapkan secara luas, karena
warna perak dapat memantulkan cahaya matahari sehingga energi
cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih besar Energi matahari
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
yang diterima tanaman akan mempengaruhi aktivitas fotosintesis; makin
besar energi yang diterima tanamanmakin tinggi aktivitas fotosintesisnya
(Abdurahman, 2004).
Pengaruh mulsa organik dan mulsa sintetis terhadap beberapa
hama dan penyakit utama pada tanaman cabai diantaranya adalah busuk
buah antraknosa, bercak daun cercospora, lalat buah, trips, virus dan
tungau (Vos, 1994).
Untuk keberhasilan tanaman sayuran selain perlu dipenuhi
persyaratan tumbuh pokok, diperlukan teknik budidaya yang tepat.
Penggunaan mulsa sudah dianggap kebutuhan karena banyak
manfaatnya antara lain dapat meningkatkan produksi. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa mulsa berperan baik dalam
mempertahankan suhu optimum dan kandungan air dalam tanah
sehingga tercipta kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman
(Asnawi dan Dwiwarni, 2000).
Penggunaan mulsa merupakan salah satu alternatif atau cara untuk
mengendalikan gulma dalam upaya peningkatan produksi. Pemulsaan
sangat berfaedah dalam hal mempertahankan kondisi lingkungan tanah
yang dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal.
Adanya mulsa pada permukaan tanah dapat mengubah iklim mikroklimat
disekitar tanaman sehingga dapat memperbaiki perkembangan tanaman
pokok. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan,
dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan
persediaan air dapat terjaga (Wardjito, 2001).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Pemberian mulsa pada tanaman, selain ditujukan untuk
mempertahankan kelengasan tanah, menekan pertumbuhan gulma,
memantapkan agregat tanah, menekan terjadinya erosi juga untuk
menambahkan unsur hara kedalam tanah untuk dimanfaatkan oleh
tanaman (Priyambada, 2005).
Produksi cabai merah di Indonesia belum mencukupi kebutuhan
nasional, karena produktivitasnya ditingkat petani masih rendah.
Teknologi penggunaan mulsa dan pola tanam telah diuji untuk melihat
pengaruhnya terhadap produksi cabai merah. Lokasi percobaan terletak di
Kecamatan Sumber jaya, kabupaten Majalengka. Percobaan ini
menggunakan rancangan petak terpisah dengan ulangan empat kali.
Petak utama adalah perlakuan penggunaan mulsa plastik hitam perak
(MPHP) dengan anak petak perlakuan pola tanam. Perlakuan
penggunaan MPHP menunjukkan tinggi tanaman, diameter kanopi dan
produksi lebih tinggi daripada tanpa MPHP. (Kusbiantoro, dkk, 2007).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Merek. Kecamatan Merek,
Kabupaten Karo. Dengan ketinggian 1350 m dpl. Dimulai dari bulan
September 2007 sampai dengan April 2008.
Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
mulsa plastik , bibit dari 4 varietas cabai merah, pupuk kandang, pupuk
urea, SP-36 dan KCL.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, gembor,
plakat nama, timbangan, tali, pacak, gembor, label, alat tulis dan
kalkulator.
Metoda Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu :
I. Varietas cabai, yaitu :
V1 = varietas TM-999
V2= Varietas Hot Beauty
V3 = Varietas Laris
V4 = Varietas Lokal
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
II. Jenis Mulsa, yaitu :
M0 = Tanpa mulsa
M1 = Mulsa plastik hitam perak
M2 = Mulsa plastik hitam
Sehingga didapat 12 kombinasi perlakuan, yaitu :
M0V1 M1V1 M2V1
M0V2 M1V2 M2V2
M0V3 M1V3 M2V3
M0V4 M1V4 M2V4
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot : 36
Jarak tanam : 55 cm x 60 cm
Jumlah tanaman per plot : 20 tanaman
Jumlah tanaman sampel : 3 tanaman
Jarak antar plot : 1 meter
Ukuran Plot : 2 x 3 meter
Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan
model linier sebagai berikut :
Yiijk = µ + i + αj + βk + (αβ)jk + εjk
dimana :
Yiijk : Hasil pengamatan dari plot yang mendapat perlakuan varietas
cabai taraf ke-j dan jenis mulsa taraf ke-k pada blok ke-i
µ : Rataan atau nilai tengah umum
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
i : Pengaruh blok taraf ke-i
αj : Pengaruh varietas cabai taraf ke-j
βk : Pengaruh jenis mulsa taraf ke-k
(αβ)jk : Pengaruh interaksi antara varietas cabai taraf ke-j dan jenis
mulsa taraf ke-k
εjk : Pengaruh eror dari blok ke-i yang mendapat perlakuan varietas
cabai taraf ke-j dan jenis mulsa taraf ke-k
Bila dalam pengujian sidik ragam diperoleh pengaruh perlakuan
berbeda nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak
Duncan.
Pelaksanaan Penelitian Pembibitan Benih cabai disemaikan dalam media campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1 dan tempat persemaian diberi
naungan. Persemaian disiram tiap hari pada pagi dan sore hari.
Persiapan lahan
Pengolahan lahan dilakukan 2 minggu sebelum tanam. Lahan yang
akan ditanam diolah sebanyak 2 kali, kemudian tanah dihaluskan. Tanah
dibagi menjadi 3 blok sebagai ulangan. Dalam setiap plot 2 x 3 m, jarak
antar blok 100 cm. Jumlah plot sebanyak 36 plot. Dalam setiap plot dibuat
lubang untuk memberi pupuk kandang atau kompos 1-1,5 kg/tanaman.
Penanaman
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Setelah bibit berumur 14 hari, bibit cabai dapat dipindahkan
kepertanaman. Penanaman dilakukan pada sore hari.
Perawatan Tanaman
Perawatan yang dilakukan terhadap tanaman meliputi penyiraman,
pemupukan dan pengendalian gulma atau penyulaman. Penyulaman
dilakukan dua minggu setelah tanam. Bila terdapat tanaman yang mati
atau menunjukkan pertumbuhan yang kurang baik.
Pemupukan dilakukan pada saat tanaman cabai ditanam, saat
berumur 30 hari dan 60 hari dengan menggunakan pupuk urea, SP-36,
KCL masing-masing 10 gram : 13,5 gram : 10 gram. Pemupukan kedua,
yaitu urea : SP-36 : KCL masing-masing 10 gram : 6,5 gram : 13,5 gram.
Pemupukan dilakukan dengan jarak 10-15 cm dari tanaman.
Pemasangan Mulsa
Cara pemasangan mulsa plastik yaitu dengan menarik kedua
ujungmulsa ke masing-masing ujung bedengan dengan arah memanjang,
kemudian dikuatkan dengan jepitan yang terbuat dari bilah bambu yang
berbentuk “V”, yang ditancapkan di setiap sisi bedengan, kemudian mulsa
plastik tersebut ditarik ke bagian sisi kanan bedengan hingga tampak rata
menutupi seluruh permukaan bedengan.
Parameter Pengamatan Persentase Serangan Buah Pengamatan persentase serangan buah antraknosa yaitu dengan
mengamati gejala busuk pada buah. Pengamatan dilakukan pada saat 12
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
MST (Minggu Setelah Tanam). Pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali
pengamatan dengan interval 1 minggu sekali dengan rumus sebagai
berikut :
P = a x 100 % b keterangan :
P : Persentase serangan buah
a : Jumlah buah yang terserang / sampel
b : Jumlah buah / sampel
(Moekasan, dkk, 2000).
Produksi Cabai
Produksi dihitung mulai dari cabai siap panen yaitu pada saat 15
MST (Minggu Setelah Tanam), dilakukan sebanyak 10 kali pemanenan
dengan interval 1 minggu sekali, dengan menimbang berat cabai yang
dipanen dari setiap plot perlakuan (Kg/plot) dari 3 tanaman sampel,
kemudian dikonversikan kedalam ton/Ha dengan menggunakan rumus :
Data Pendukung
Data pendukung yang digunakan adalah data curah hujan dan
kelembaban selama musim tanam.
Kategori ketahanan cabai terhadap antraknosa berdasarkan kriteria
Intensitas Serangan adalah :
Produksi Ton/Ha = Luas areal dalam 1 ha (10.000 m2) Luas plot
X Produksi per plot
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
0 – 20 % = tahan 41 – 50 % = sedang
21 – 40 % = agak tahan > 50 % = peka
(Wardani dan Ratnawilis, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 1. Persentase Serangan Buah Hasil pengamatan persentase serangan pada buah pada
pengamatan 12,13,14,15,16,17,18,19,20,21 MST (Minggu Setelah
Tanam) dapat dilihat pada lampiran 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa mulsa
berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 17,18,19,20,21 MST
terhadap persentase serangan pada buah. Demikian juga pengaruh
varietas terhadap persentase serangan pada buah berpegaruh sangat
nyata pada pengamatan 18,19,20,21 MST. Tetapi interaksi varietas
dengan mulsa tidak nyata pada pengamatan 12,13 MST.
Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata dan
sangat nyata maka dilakuakan Uji Jarak Duncan dengan faktor varietas
dan mulsa dapat dilihat pada tabel 1.
Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata dan
sangat nyata maka dilakuakan Uji Jarak Duncan dengan interaksi kedua
faktor varietas dengan mulsa yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
Dari tabel 1 diperoleh bahwa persentase serangan pada buah yang
terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Perak Hitam)
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 33,60 % dan yang tertinggi
dengan faktor mulsa terdapat pada M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan
17 MST yaitu sebesar 41,38 %.
Dari tabel 1 diperoleh bahwa persentase serangan pada buah yang
terendah pada faktor varietas pada V1 (TM-999) yaitu sebesar 30,60 %
pada pengamatan 17 MST dan yang tertinggi pada V3 (varietas laris)
yaitu sebesar 41,83 % pada pengamatan 17 MST.
Dari tabel 2 diperoleh persentase serangan pada buah yang
terendah dengan interaksi kedua faktor tersebut pada perlakuan M1V1
(Mulsa hitam perak dengan varietas TM-999) yaitu sebesar 16,97 % pada
pengamatan 17 MST dan yang tertinggi pada perlakuan M0V3 (tanpa
mulsa dengan varietas laris) yaitu sebesar 29,65 % pada pengamatan 17
MST.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 1. Persentase serangan pada buah dengan uji jarak duncan dengan faktor mulsa dan varietas Perlakuan Persentase serangan (%) / Pengamatan Minggu Setelah Tanam 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Faktor Mulsa M0 0.00 tn 2.18 tn 11.3 tn 17 tn 30.37 a 41.38 A 21.27 A 18.6 A 16.65 A 17.4 A M1 0.00 tn 0.00 tn 6.78 tn 9.23 tn 19.41 b 33.69 B 18.99 B 16.5 C 14.63 C 14.2 C M2 0.00 tn 0.00 tn 11 tn 12.3 tn 25.27 ab 37.67 AB 20.96 C 16 B 15.85 B 15.8 B Faktor Varietas V1 0.00 tn 0.00 tn 5.17 tn 9.29 b 17.54 b 30.61 c 17.18 D 14.5 D 12.38 D 12.9 C V2 0.00 tn 0.93 tn 9.57 tn 12.7 ab 26.03 ab 34.24 b 19.92 B 17.1 A 15.45 B 14.7 B V3 0.00 tn 1.81 tn 13 tn 15.30 a 28.37 ab 41.84 a 20.86 A 16.2 B 17.11 A 17.3 A V4 0.00 tn 0.00 tn 8.62 tn 10.9 ab 21.87 ab 34.14 b 18.57 C 32.2 C 13.98 C 14.4 B ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 % dan 5 % Tabel 2. Persentase serangan pada buah dengan uji jarak duncan dengan interaksi mulsa dengan varietas Perlakuan Persentase Serangan (%) / Pengamatan Minggu Setelah Tanam 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 M0V1 0.00 tn 0.00 tn 4.15 D 8.27 ABC 15.29 AB 23.05 AB 11.85 DE 10.31 DEF 8.62 DE 9.64 CD M0V2 0.00 tn 1.85 tn 7.59 B 11.16 ABC 21.15 AB 24.33 AB 13.96 AB 12.32 AB 10.76 BC 11.04 ABC M0V3 0.00 tn 3.61 tn 10.38 A 14.11 ABC 22.16 A 29.66 A 14.61 AB 12.59 AB 12.42 A 12.34 A M0V4 0.00 tn 0.00 tn 6.13 C 9.07 ABC 17.34 AB 26.42 AB 12.77 CD 11.34 C 9.82 CD 10.35 BC M1V1 0.00 tn 0.00 tn 1.70 F 4.38 C 7.23 B 16.97 A 10.53 F 8.83 G 7.77 E 7.48 E M1V2 0.00 tn 0.00 tn 4.78 E 6.14 BC 13.58 AB 20.62 AB 12.44 DE 10.79 CDE 9.72 CD 8.54 DE M1V3 0.00 tn 0.00 tn 6.28 D 7.45 BC 14.87 AB 26.89 AB 12.83 CD 11.60 BC 10.33 BC 10.78 BC M1V4 0.00 tn 0.00 tn 4.19 E 5.08 C 12.84 AB 19.54 AB 11.67 E 10.08 EF 8.76 DE 8.78 DE M2V1 0.00 tn 0.00 tn 4.49 E 5.94 BC 12.59 AB 21.18 AB 11.98 DE 9.85 F 8.37 DE 8.73 DE M2V2 0.00 tn 0.00 tn 6.76 D 8.00 BC 17.33 AB 23.54 AB 13.44 BC 11.14 CDE 10.42 BC 9.72 CD M2V3 0.00 tn 0.00 tn 9.31 B 9.05 ABC 19.70 AB 27.13 AB 14.28 AB 8.28 G 11.47 AB 11.55 ABC M2V4 0.00 tn 0.00 tn 6.92 D 7.67 BC 13.55 AB 22.32 AB 12.70 CD 10.82 CDE 9.36 CD 9.61 CD ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 %
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 3. Produksi buah dengan uji jarak duncan dengan faktor mulsa dan varietas Perlakuan Produksi buah (ton/ha) / Pengamatan Minggu Setelah Tanam 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Faktor Mulsa M0 0.38 B 0.56 C 0.80 B 1.21 tn 1.91 b 2.73 C 0.70 C 0.43 tn 0.38 B 0.02 tn M1 0.55 A 0.84 A 1.09 A 1.92 tn 2.51 a 3.66 A 1.02 A 0.78 tn 0.54 A 0.03 tn M2 0.44 AB 0.70 B 1.02 A 1.47 tn 2.30 a 3.42 B 0.90 B 0.65 tn 0.44 B 0.04 tn Faktor Varietas V1 0.56 A 0.77 A 1.02 a 1.97 a 2.52 tn 3.61 A 0.95 A 0.77 tn 0.56 A 0.07 tn V2 0.43 AB 0.66 AB 0.91 ab 1.38 b 2.13 tn 3.02 B 0.82 A 0.55 tn 0.41 AB 0.01 tn V3 0.33 B 0.53 B 0.78 b 1.08 b 1.68 tn 2.48 C 0.70 B 0.38 tn 0.34 B 0.00 tn V4 0.40 AB 0.67 AB 0.99 ab 1.32 b 2.07 tn 3.15 B 0.79 A 0.63 tn 0.38 AB 0.04 tn ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 % dan 5 % Tabel 4. Produksi buah dengan uji jarak duncan dengan interaksi kedua faktor mulsa dan varietas Perlakuan produksi buah (ton/ha) / Pengamatan Minggu Setelah Tanam 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 M0V1 0.34 abc 0.41 cd 0.56 CDE 1.15 abc 1.55 bc 2.07 DEF 0.51 BCD 0.11 tn 0.33 AB 0.02 tn M0V2 0.23 de 0.37 d 0.50 EF 0.65 bc 1.24 e 1.59 GH 0.45 CDE 0.09 tn 0.23 AB 0.01 tn M0V3 0.18 e 0.29 e 0.42 F 0.57 c 0.90 g 1.40 H 0.37 E 0.06 tn 0.19 B 0.00 tn M0V4 0.21 de 0.35 d 0.51 EF 0.65 bc 1.08 f 1.78 FG 0.40 DE 0.10 tn 0.21 B 0.01 tn M1V1 0.42 abc 0.80 a 0.77 A 1.51 a 1.84 a 2.63 A 0.73 A 0.22 tn 0.42 AB 0.03 tn M1V2 0.35 abc 0.54 ab 0.67 ABC 1.18 ab 1.58 bc 2.26 BCD 0.61 AB 0.15 tn 0.33 AB 0.01 tn M1V3 0.27 bcd 0.40 cd 0.60 BCDE 0.93 abc 1.28 e 1.87 EFG 0.55 BC 0.11 tn 0.28 AB 0.00 tn M1V4 0.34 abc 0.55 b 0.67 BCDE 1.18 ab 1.59 bc 2.38 ABC 0.65 AB 0.17 tn 0.31 AB 0.01 tn M2V1 0.37 abc 0.54 ab 0.71 ABC 1.28 ab 1.65 b 2.52 AB 0.65 AB 0.18 tn 0.37 AB 0.08 tn M2V2 0.23 bcd 0.41 cd 0.65 ABCD 0.93 abc 1.44 d 2.19 CD 0.58 AB 0.12 tn 0.26 AB 0.01 tn M2V3 0.20 de 0.37 d 0.53 DE 0.65 bc 1.18 e 1.69 GH 0.47 CDE 0.09 tn 0.22 B 0.00 tn
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
M2V4 0.26 cde 0.43 c 0.66 ABC 0.81 bc 1.48 cd 2.14 CDE 0.53 BC 0.15 tn 0.25 AB 0.00 tn Ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% dan 5 %
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
2. Produksi Buah Hasil pengamatan produksi buah pada pengamatan
15,16,17,18,19,20,21,22,23,24 MST (Minggu Setelah Tanam) dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada lampiran 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20.
Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa mulsa berpengaruh
sangat nyata pada pengamatan 15,16,17,20,21,23 MST terhadap
produksi buah. Demikian juga pengaruh varietas terhadap produksi buah
berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 15,16,20,21,23 MST. Tetapi
interaksi varietas dengan mulsa tidak nyata pada pengamatan 22 dan 24
MST.
Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata dan
sangat nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan dengan faktor varietas dan
mulsa yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.
Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata dan
sangat nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan dengan interaksi kedua
faktor varietas dan mulsa yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
Dari tabel 3 diperoleh produksi buah yang tertinggi dengan faktor
mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Perak Hitam) pada pengamatan 20 MST
yaitu sebesar 3,66 ton/ha dan yang terendah terdapat pada M0 (tanpa
mulsa) pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar 2,73 ton/ha
Dari tabel 3 diperoleh produksi buah yang tertinggi dengan faktor
varietas terdapat pada V1(TM-999) yaitu sebesar 3,61 ton/ha pada
pengamatan 20 MST dan yang terendah pada V3 (Varietas laris) yaitu
sebesar 2,73 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Produksi buah yang tertinggi dengan interaksi kedua faktor tersebut
dapat dilihat pada tabel 4 yaitu pada perlakuan M1V1 (Mulsa hitam perak
dengan varietas TM-999) yaitu sebesar 2,63 ton/ha pada pengamatan 20
MST dan yang terendah pada M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas laris)
yaitu sebesar 1,40 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Pembahasan
1. Persentase serangan buah Dari tabel 1 diperoleh bahwa persentase serangan pada buah yang
terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Hitam Perak)
pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 33,60 % dan yang tertinggi pada
M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 41,38 %.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. histogram persentase
serangan pada buah dengan faktor mulsa sebagai berikut :
Gambar 1. Histogram persentase serangan pada buah dengan faktor mulsa
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
per
sen
tase
ser
ang
an
bu
ah (
%)
M0 M1 M2
Rendahnya persentase serangan buah pada M1 yang ditunjukkan
pada gambar 1, disebabkan karena M1 memakai mulsa plastik hitam
perak yang dapat menekan pertumbuhan gulma, meeduksi penguapan
dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan
pesediaan air terjaga sehingga mengurangi sumber inokulum (sumber
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
penyakit) antraknosa pada tanaman cabai. Hal ini sesuai dengan literatur
yang dikemukakan oleh Wardjito (2001) yang menyatakan bahwa mulsa
dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan dan
kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan persediaan
air dapat dapat terjaga.
Dari tabel 1 diperoleh bahwa persentase serangan pada buah yang
terendah dengan faktor varietas terdapat pada V1 (varietas TM-999) pada
pengamatan 17 MST yaitu sebesar 30,60 % dan yang tertinggi pada V3
(varietas laris) pada pengamata 17 MST yaitu sebesar 41,83 % yang
dapat dilihat pada gambar 2. histogram persentase serangan pada buah
dengan faktor varietas sebagai berikut :
Gambar 2. Histogram persentase serangan pada buah dengan faktor varietas
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
per
sen
tase
ser
ang
an
(%)
V1 V2 V3 V4
Faktor varietas yang ditunjukkan pada gambar 2 menandakan
bahwa perlakuan dengan faktor varietas V1 (varietas TM-999) dapat
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
menurunkan persentase serangan pada buah hal ini disebabkan karena
varietas TM-999 memiliki morfologi yang strukturnya menyebabkan
varietas TM-999 tahan terhadap serangan penyakit antraknosa, yaitu
adanya lapisan kutikula pada kulit buah yang tebal dibandingkan dengan
varietas lain. Ketahanan yang dimiliki tanaman cabai yang mekanismenya
seperti ini disebut dengan ketahanan mekanis pasif. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Semangun (1996) yang menyatakan
bahwa Ketahanan mekanis pasif, yaitu ketahanan yang dimiliki oleh
tanaman karena memiliki suatu struktur-struktur morfologis yang sukar
diinfeksi oleh patogen, misalnya tanaman yang memiliki epidermis yang
tebal, adanya lapisan lilin, mempunyai mulut kulit yang sempit dan sedikit,
adanya bulu-bulu di permukaan daun dan sebagainya.
Dari tabel 2 diperoleh bahwa persentase serangan buah yang
terendah dengan interaksi kedua faktor varietas dengan mulsa terdapat
pada M1V1 (Mulsa plastik hitam perak dengan varietas TM-999) pada
pengamatan 17 MST yaitu sebesar 16,97 % dan yang tertinggi pada
perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas Laris) sebesar 29,65 %
pada pengamatan 17 MST yang dapat dilihat pada gambar 3. histogram
rata-rata jumlah persentase serangan pada buah dengan interaksi kedua
faktor varietas dengan mulsa sebagai berikut :
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 3. Histogram persentase serangan pada buah dengan interaksi kedua faktor varietas dengan mulsa
0.000
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
per
enta
se s
eran
gan
(%)
M0V1 M0V2 M0V3 M0V4 M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Interaksi kedua faktor mulsa dan varietas yang ditunjukkan pada
gambar 3 menandakan bahwa perlakuan dengan M1V1 dapat
menurunkan persentase serangan pada buah hal ini disebabkan oleh
karena varietas V1 (TM-999) perlakuan M1V1 yang digunakan dalam
penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan lain,
karena penggunaan varietas unggul sangat mendukung penekanan
persentase serangan pada buah dan merupakan varietas yang berdaya
hasil tinggi karena memiliki karakteristik yang cukup baik seperti ketebalan
kulit buah dan kerapatan kanopi yang kompak sehingga kelembaban
dapat terjaga dan perkembangan penyakit dapat ditekan pertumbuhannya
demikian juga penggunaan mulsa hitam perak (M1) dengan warna perak
diatasnya sehingga dapat memantulkan cahaya matahari yang
mengakibatkan berkurangnya serangan penyakit karena permukaan
mulsa perak dapat memantulkan cahaya matahari yang diterima oleh
tanaman lebih besar yang akan mempengaruhi aktivitas fotosintesis
sehingga membantu ketahanan tanaman terhadap serangan antraknosa.
Demikian juga warna hitam pada bagian bawah menimbulkan kesan gelap
sehingga dapat menekan pertumbuhan rumput-rumput liar atau gulma
yang merupakan host alternatif bagi patogen dan hama yang
menyebarkan penyakit antraknosa. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Vos (1994) yang menyatakan bahwa pengaruh mulsa
organik dan mulsa sintetis terhadap beberapa hama dan penyakit utama
pada tanaman cabai diantaranya adalah busuk buah antraknosa, bercak
daun cercospora, lalat buah, trips, virus dan tungau.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
2. Produksi
Dari tabel 3 diperoleh bahwa produksi buah yang tertinggi dengan
faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa hitam perak) pada pengamatan 20
MST yaitu sebesar 3,66 ton/ha dan yang terendah pada M0 (tanpa
mulsa) pada pengamatan 21 MST yaitu sebesar 2,73 ton/ha yang dapat
dilihat pada gambar 4. histogram produksi buah dengan faktor mulsa
sebagai berikut :
Gambar 4. Histogram produksi buah dengan faktor mulsa
00.5
11.5
22.5
33.5
4
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
prod
uksi
bua
h (to
n/ha
)
M0 M1 M2
Faktor mulsa yang ditunjukkan pada gambar 4. menandakan
bahwa perlakuan dengan mulsa perak hitam (M1) dapat menaikkan
produksi buah hal ini disebabkan penggunaan mulsa dapat
mengendalikan gulma dan mempertahankan kondisi lingkungan tanah
yang dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal,
karena dapat mengubah iklim mikroklimat disekitar tanaman sehingga
dapat memperbaiki perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Wardjito (2001) yang menyatakan bahwa
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
penggunaan mulsa merupakan slah satu alternatif atau cara untuk
mengendalikan gulma dalam upaya untuk peningkatan produksi.
Rendahnya produksi pada M0 sebesar 2,733 ton/ha pada
pengamatan 20 MST juga disebabkan oleh persentase serangan buah
oleh antraknosa dengan faktor mulsa M0 cukup tinggi dengan persentase
serangan tertinggi mencapai 41,38 % pada pengamatan 17 MST . hal ini
disebabkan karena pada bulan desember (16,17,18 MST) menunjukkan
curah hujan yang cukup tinggi mencapai rata-rata 7,7 mm dengan
kelembaban 89,1 % sehingga membantu perkembangan penyakit
antraknosa karena dengan kelembaban relatif antara 80-92 % merupakan
saat yang tepat untuk periode inkubasi antraknosa. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Syamsuddin (2007) yang menyatakan
bahwa antraknosa adalah penyakit terpenting yang menyerang cabai di
Indonesia. Penyakit ini distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relatif
tinggi. Penyakit antraknosa dapat menyebabkan kerusakan sejak dari
persemaian sampai sampai tanaman cabai berbuah, dan merupakan
masalah utama pada buah masak, serta berakibat serius terhadap
penurunan hasil dan penyebaran penyakit.
Dari tabel 3 diperoleh bahwa produksi buah yang tertinggi dengan
faktor varietas terdapat pada V1 pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar
3,61 ton/ha dan yang terendah pada V3 pada pengamatan 20 MST yaitu
sebesar 2,48 ton/ha yang dapat dilihat pada gambar 5. histogram
produksi buah dengan faktor varietas sebagai berikut :
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 5. Histogram produksi buah dengan faktor varietas
00.5
11.5
22.5
33.5
4
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
prod
uksi
bua
h (to
n/ha
)
V1 V2 V3 V4
Faktor varietas yang ditunjukkan pada gambar 5 menandakan
bahwa perlakuan dengan varietas V1 (TM-999) dapat menaikkan jumlah
produksi buah. Hal ini disebabkan karena varietas V1 (TM-999) memiliki
ukuran buah yang lebih besar dibandingkan dengan varietas lainnya.
Selain itu juga varietas TM-999 merupakan varietas yang super tahan
terhadap penyakit antraknosa. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Hayati (2001) yang menyatakan bahwa peningkatan
produksi cabai dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang
berdaya hasil tinggi.
Dari tabel 4 diperoleh bahwa produksi buah yang tertinggi dengan
interaksi kedua faktor varietas dengan mulsa terdapat pada M1V1 pada
pengamatan 20 MST yaitu sebesar 2,63 ton/ha dan yang terendah pada
perlakuan M0V3 sebesar 1,40 ton/ha pada pengamatan 20 MST yang
dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini :
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 6. Histogram produksi buah dengan interaksi kedua faktor varietas dengan mulsa
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24pengamatan Minggu Setelah Tanam
pro
du
ks
i b
ua
h (
ton
/ha
)
M0V1 M0V2 M0V3 M0V4 M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Interaksi kedua faktor mulsa dan varietas yang ditunjukkan pada
gambar 6 menandakan bahwa perlakuan dengan M1V1 dapat menaikkan
produksi buah, hal ini disebabkan oleh karena varietas V1 (TM-999)
perlakuan M1V1 yang digunakan dalam penelitian menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap perlakuan lain, karena penggunaan
varietas unggul sangat mendukung penekanan persentase serangan pada
buah dan karena varietas V1 (TM-999) merupakan varietas yang berdaya
hasil tinggi demikian juga halnya dengan penggunaan mulsa plastik hitam
perak yang sangat mempengaruhi produksi tanaman cabai dan
mengurangi persentase serangan antraknosa. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Tenaya (2001) yang menyatakan bahwa
usaha pengendalian penyakit antraknosa dengan cara biologis adalah
paling ekonomis yaitu dengan penanaman kultivar yang tahan. Serta
literatur yang dikemukakan Wardjito (2001) yang menyatakan bahwa
penggunaan mulsa merupakan salah satu alternatif atau cara untuk
mengendalikan gulma dalam upaya peningkatan produksi. Pemulsaan
sangat berfaedah dalam hal mempertahankan kondisi lingkungan tanah
yang dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal.
Adanya mulsa pada permukaan tanah dapat mengubah iklim mikroklimat
disekitar tanaman sehingga dapat memperbaiki perkembangan tanaman
pokok. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan,
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan
persediaan air dapat terjaga
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase serangan pada buah yang terendah dengan faktor
mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 17
MST yaitu sebesar 33,60 % dan yang tertinggi pada M0 yaitu
sebesar 41,38 % pada 17 MST sedangkan persentase serangan
pada buah yang terendah dengan faktor varietas pada V1 (TM-
999) sebesar 30,60 % pada pengamatan 17 MST dan yang
tertinggi pada V3 yaitu sebesar 41,83 % pada pengamatan 17
MST.
2. Persentase serangan buah yang terendah dengan interaksi kedua
faktor adalah pada perlakuan M1V1 (Mulsa hitam perak dengan
varietas TM-999) yaitu sebesar 16,97 % pada pengamatan 17 MST
dan yang tertinggi pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan
varietas laris) yaitu sebesar 29,65 % pada pengamatan 17 MST.
3. Produksi pada buah yang tertinggi dengan faktor mulsa terdapat
pada M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 20 MST yaitu
sebesar 3,66 ton/ha dan yang terendah pada M0 yaitu sebesar
2,73 ton/ha pada 20 MST sedangkan produksi pada buah yang
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
tertinggi dengan faktor varietas pada V1 (TM-999) sebesar 3,61
ton/ha pada pengamatan 20 MST dan yang terendah pada V3 yaitu
sebesar 2,73 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
4. Produksi buah yang tertinggi dengan interaksi kedua faktor adalah
pada perlakuan M1V1 (Mulsa hitam perak dengan varietas TM-999)
yaitu sebesar 2,63 ton/ha pada pengamatan 20 MST dan yang
terendah pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas laris)
yaitu sebesar 1,40 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
5. Dengan perlakuan M1V1 (Mulsa Hitam Perak dengan Varietas
TM-999) dapat menekan perkembangan penyakit antraknosa.
Saran Cabai varietas TM-999 dengan mulsa plastik hitam perak sebaiknya
digunakan oleh para petani dalam hal mengurangi serangan penyakit
antraknosa pada cabai
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, 2004. Teknik Pemberian Pupuk Organik dan Mulsa
Pada Budidaya Mentimun Jepang., Buletin Teknik Pertanian Vol. 10 No.2, 20005 diakses dari http://www.pustaka .deptan .go.id /publication/bt102054,pdf pada tanggal 5 maret 2007.
Asnawi, R. dan Dwiwarni, I., 2000. Pengaruh Mulsa Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Enam Varietas Cabai (Capsicum annum Liin). Jurnal Agrotropika Vol. V No. 1 Juni 2000 : 5-8.
Alexopolus, C. J., 1952. Introductory Mycology. Jhon Willey and Son. New
York. Chapman and Hall. Limited . London. Page :324-332. Daniel, A., 1972. Fundameantal Of Plant Pathology. W.H.Reemen and
Company. San Fransisco. Toppan Limited Tokyo. Japan. P:409. Dehne, W.H., Adam, G., Diekmann, M., Frahm, J., Machnik, M.A., and
Halteren, V.P., 1997. Diagnosis and Identification of Plant Pathogens, Kluwer Academic Publishers, London.
Duriat, A.S., dan S., Sastrosiswojo, 1995. Pengendalian Hama Penyakit
Terpadu Pada Agribisnis Cabai. Dalam Santika A., (1995) Agribisnis Cabai : Penebar Swadaya , Jakarta. Hal : 98-99.
Djas, F., 1980. Classification Of Fungi and Spesific Characteristic of Each
Class. Fakultas Pertanian USU. Medan. Hal:29. Dwidjoseputro, 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni Bandung. Hal :
123. Fry, W.W., 1982. Principles of Plant Diseases Management, Academic
Press. New York. Hanafiah, A. K., Anas, I., Napoleon, A., dan Ghoffar, N., 2005. Biologi
Tanah Ekologi dan Mikrobiologi Tanah, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hersanti, Ling, F., dan Zulkarnaen, I., 2001. Pengujian Kemampuan
Campuran Senyawa benzothiadiazole 1%-mankozeb 48% Dalam Meningkatkan Ketahanan Tanaman Cabai Merah Terhadap Penyakit Antraknosa. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah, Bogor, 22-24 Agustus 2001. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. 160,162.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Hayati, M., 2001. Pengujian Pertumbuhan, Hasil dan Rendemen Oleoresin
Pada Dua Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Dengan Pemberian Dekamon. Jurnal Agrista Vol. 5 No. 3, 2001:266.
Hidayat, I. M., Sulastrini, I., Kusandriani, Y. dan Permadi, A. H., 2004.
Lesio Sebagai Komponen Tanggap Buah 20 Galur dan atau Varietas Cabai Terhadap Inokulasi Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Jurnal Hortikultura Vol. 14 No. 3 2004: 161-162.
Kusbiantoro, B., Sukarna, E. dan Djakaria, M., 2007.
Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Hitam dan Pola Tanam Pada Produksi Cabe Merah., Seminar hasil pengkajian dan desiminasi 12 januari 2007. Diakses dari http://jabar.litbang.deptan.go.id/html/tp-023html. Pada tanggal 5 maret 2007.
Lisnawita, 2003. Penggunaan Tanaman Resisten: Suatu Strategi
Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman. Laporan Penelitian 2003 Digitized by USU digital library. Diakses dari http://www.library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Downloads&file=index&req=getit&lid=742. Pada tanggal 10 maret 2007.
Muhuria, L., 2003. Strategi Perakitan Gen-Gen Ketahanan Terhadap
Hama. Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca sarjana/S3 Institut Pertanian Bogor November 2003. diakses dari http://tumoutou.net/702_07134/la_muhuria.pdf. Pada Tanggal 10 Maret 2007.
Priyambada, 2005. Pengaruh Pengolahan Tanah Latosol & Penggunaan
Mulsa Alang-Alang Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Buletin Ilmiah Instiper Vol. 12 No. 12, oktober 2005, 17-25.
Pranoto, I., 2005. Pengujian Khamir Untuk Menghambat Patogen Penyakit
Antraknosa Pada Buah Cabai Merah ((Capsicum annnum L.) di Laboratorium. Undergraduate Theses dari JIPTUMMPP/2005. Diakses dari http://digilib.umm.ac.id/go.php?id=jiptimmpp-gdl-s1-2005-idiansiswo-3303. pada tanggal 3 maret 2007.
Rompas, J.P., 2001. Efek Isolasi Bertingkat Colletotrichum capsici
Terhadap Penyakit Antraknosa Pada Cabai. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah, Bogor, 22-24 Agustus 2001. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. 163.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Rusli, I., Mardinus dan Zulpadli, 1997. Penyakit Antraknosa Pada Buah Cabai Di Sumatera Barat. Prosiding Kongres Nasional XIV dan Seminar Ilmiah, Palembang, 27-29 Oktober 1997. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. 187,190.
Sanjaya, Y., 2004. Perbandingan Penggunaan Insektisida dan Sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Terhadap Kelimpahan Plankton. Journal of Biological Science, Biosmart. Volume 6, nomor 2., 135.
Sanjaya, L. Wattimena , G.A., Guharja, E., Yusuf, M., Aswidinnoor, H. dan
Stam, P., 2002. Keragaman Ketahanan Aksesi Capsicum Terhadap Antraknosa (Colletotrichum capsici) Berdasarkan Penanda RAPD. Jurnal Bioteknologi Pertanian. Vol. 7.No. 2. 2002. pp 37-42.
Siwi, S. S., 2006. Peran Ilmu Biotaksonomi Serangga Dalam
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Di Era Globalisasi. Berita Biologi Vol. 8, No. 1. April 2006:1.
Sudir, Wahyuni, T., Suparyono, dan Amir, M., 1999. Pengaruh Varietas,
Pupuk dan Cara Bertanam Terhadap Penyakit Blas Leher Padi. Prosiding Kongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI Purwokerto, 16-18 September 1999: 140.
Sudiono., 2006. Pengaruh Fungisida dan Waktu Aplikasi Terhadap
Penyakit Antraknosa Buah Cabai, LAPTUNILAPP, diakses dari http://digilib.unila.ac.id/go.php?id=laptunilapp-gdl-res-2006-sudiono-127&node=19&start=185.
Sumaryono, H., 1992. Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.). Sinar
Baru Algesindo. Bandung. Hal :27-28. ____________, 1996. Budidaya Cabai Merah, Sinar Baru Algesindo,
Bandung. Hal : 9-10. Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Universitas
Gajah Mada Press, Yogyakarta. ___________, 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di
Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Syukur, M., 2007. Mencari Genotip Cabai Tahan Antraknosa, diakses dari
http://ipb.bogor.Agricultural.university/mencari.genotip.cabai.tahan.antraknosa.htm.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Tenaya, I. M. N., 2001. Pewarisan Kandungan Fruktosa dan Kapsaisin Serta Aktivitas Enzim Peroksidase Pada Tanaman Hasil Persilangan Cabai Rawit Dengan Cabai Merah. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Agritop Vol 20, No. 2, Juni 2001:80.
Tindall, H.D., 1983. Vegetable in the Tropics. Mac Milan Press Ltd.,
London. Syamsudin, 2007. Pengendalian Penyakit Terbawa Benih (Seed Born
Diseases) pada Tanaman Cabai (Capsicum annnum Liin).menggunakan agen Biokontrol dan Ekstrak Botani, diakses darihttp://www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/abstrak/agrobio-vol2-no2-1999-dwinita.php. Pada tanggal 10 maret 2007.
Utami, D. W., 1999. Interaksi Poligenik Ketahanan Tanaman Padi
Terhadap Patogen Blas. Buletin Agrobio, Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian Vol. 2 No. 2. Tahun
1999. diakses dari http://www.indobiogen.or.id/ terbitan /agrobio /abstrak/agrobio_vol2_no2_1999_Dwinita.php. Pada tanggal 10 maret 2007.
Vos, J.G.M., 1994. Pengolahan Tanaman Terpadu Pada Tanaman Cabai
(Capsicum spp) Dataran Rendah Tropic. Balai Penelitian Hortikultura. Lembang.
Wardjito, 2001. Pengaruh Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Zuchini (Cucurbitae pepo L.). Jurnal Hortikultura. Vol. 11 No. 4:244, 2001.
Wardani, N. dan Ratnawilis, 2002. Ketahanan Beberapa Varietas
Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp). Jurnal Agrotropika, Vol. VII No. 1. Juni 2002: 25.
Wiratma, D. A., Murwani, E. R. dan Sastrahidayat, I. R., 1983. Pengaruh
Komponen Cuaca Terhadap Tingkat Serangan Jamur Colletotrichum sp. Penyebab Antraknose Pada Cabe Rawit di Laboratorium. Kongres Nasional PFI Ke VII Medan, 21-23 September 1983.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 1. Intensitas serangan pengamatan 1 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M0V2 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M0V3 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M0V4 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M1V1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M1V2 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M1V3 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M1V4 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M2V1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M2V2 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M2V3 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M2V4 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Total 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Rataan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Transformasi Arcsin Vp Data pengamatan presentase Pengamatan 1 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M0V2 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M0V3 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M0V4 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M1V1 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M1V2 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M1V3 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M1V4 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M2V1 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M2V2 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M2V3 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M2V4 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 Total 60.360 60.360 60.360 181.080 Rataan 5.030 5.030 5.030 5.030 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 1 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 15.090 15.090 15.090 15.090 60.360 24.144 M1 15.090 15.090 15.090 15.090 60.360 24.144 M2 15.090 15.090 15.090 15.090 60.360 24.144
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Total 45.270 45.270 45.270 45.270 181.080 Rataan 22.635 22.635 22.635 22.635 24.144 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 1 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2.000 0.000 0.000 0.000 tn 3.420 5.660 Perlakuan 11.000 0.000 0.000 0.000 tn 2.240 3.140 M 2.000 0.000 0.000 0.000 tn 3.420 5.660 V 3.000 0.000 0.000 0.000 tn 3.030 4.760 MxV 5.000 0.000 0.000 0.000 tn 2.640 3.940 Galat 23.000 Total Keterangan : FK = 910.832 Ket : tn : tidak nyata KK = * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 2. Intensitas serangan pengamatan 2 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M0V2 5.550 0.000 0.000 5.550 1.850 M0V3 10.830 0.000 0.000 10.830 3.610 M0V4 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M1V1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M1V2 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M1V3 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M1V4 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M2V1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M2V2 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M2V3 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 M2V4 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Total 16.380 0.000 0.000 16.380 Rataan 1.365 0.000 0.000 0.455 Transformasi Arcsin Vp Data pengamatan presentase Pengamatan 2 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M0V2 13.690 5.030 5.030 23.750 7.917 M0V3 19.190 5.030 5.030 29.250 9.750 M0V4 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M1V1 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M1V2 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M1V3 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M1V4 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M2V1 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M2V2 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M2V3 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 M2V4 5.030 5.030 5.030 15.090 5.030 Total 83.180 60.360 60.360 203.900 Rataan 6.932 5.030 5.030 5.664 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 2 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 15.090 23.750 29.250 15.090 83.180 33.272 M1 15.090 15.090 15.090 15.090 60.360 24.144 M2 15.090 15.090 15.090 15.090 60.360 24.144
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Total 45.270 53.930 59.430 45.270 203.900 Rataan 22.635 26.965 29.715 22.635 27.187 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 2 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 28.931 14.465 1.094 tn 3.420 5.660 Perlakuan 11 77.368 7.033 5.349 ** 2.240 3.140 M 2 28.931 14.465 4.375 * 3.420 5.660 V 3 16.146 5.382 1.628 tn 3.030 4.760 MxV 5 32.292 9.766 2.311 tn 2.640 3.940 Galat 23 76.053 3.307 Total 46 259.721 Keterangan : FK = 1154.867 Ket : tn : tidak nyata KK = 4.218 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 3. Intensitas serangan pengamatan 3 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 4.600 4.160 3.700 12.460 4.153 M0V2 10.520 6.950 5.310 22.780 7.593 M0V3 12.370 11.380 7.390 31.140 10.380 M0V4 8.180 4.760 5.450 18.390 6.130 M1V1 2.380 0.000 2.720 5.100 1.700 M1V2 5.710 5.120 3.510 14.340 4.780 M1V3 6.860 6.660 5.310 18.830 6.277 M1V4 4.440 4.860 3.260 12.560 4.187 M2V1 7.900 2.560 3.000 13.460 4.487 M2V2 9.290 6.740 4.240 20.270 6.757 M2V3 13.450 8.900 5.570 27.920 9.307 M2V4 7.900 8.370 4.480 20.750 6.917 Total 93.600 70.460 53.940 218.000 Rataan 7.800 5.872 4.495 6.056 Transformasi Arcsin Vp Data pengamatan presentase Pengamatan 3 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 12.390 19.820 11.090 43.300 14.433 M0V2 18.910 23.030 13.310 55.250 18.417 M0V3 20.620 26.350 15.790 62.760 20.920 M0V4 16.640 20.880 13.560 51.080 17.027 M1V1 8.910 5.030 9.460 23.400 7.800 M1V2 13.810 13.050 10.780 37.640 12.547 M1V3 15.230 15.000 13.310 43.540 14.513 M1V4 12.250 12.790 10.470 35.510 11.837 M2V1 16.320 8.720 9.980 35.020 11.673 M2V2 17.760 15.000 11.970 44.730 14.910 M2V3 21.560 17.360 13.690 52.610 17.537 M2V4 16.320 16.850 12.250 45.420 15.140 Total 190.720 193.880 145.660 530.260 Rataan 15.893 16.157 12.138 14.729 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 3 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 43.300 55.250 62.760 51.080 212.390 84.956 M1 23.400 37.640 43.540 35.510 140.090 56.036 M2 35.020 44.730 52.610 45.420 177.780 71.112 Total 101.720 137.620 158.910 132.010 530.260
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Rataan 50.860 68.810 79.455 66.005 70.701 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 3 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 121.265 60.633 2.499 tn 3.420 5.660 Perlakuan 11 407.705 37.064 6.724 ** 2.240 3.140 M 2 217.936 108.968 4.490 * 3.420 5.660 V 3 185.704 61.901 5.102 ** 3.030 4.760 MxV 5 4.065 1.675 3.690 * 2.640 3.940 Galat 23 55.815 2.427 Total 46 992.490 Keterangan : FK = 7810.435 Ket : tn : tidak nyata KK = 61.174 % * : nyata ** : sangat nyata
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 3 Sy = 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.42 3.44 LSR0.05 1.185 1.246 1.282 1.311 1.331 1.343 1.355 1.363 1.371 1.383 1.391 Perlakuan M1V1 M2V1 M1V4 M1V2 M0V1 M1V3 M2V2 M2V4 M0V4 M2V3 M0V2 M0V3 Rataan 6.277 9.307 6.757 4.187 10.380 4.487 6.917 6.056 4.780 72.667 6.130 1.700 a b c d e . f
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 4. Intensitas serangan pengamatan 4 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 4.790 10.690 9.330 24.810 8.270 M0V2 8.700 14.700 10.070 33.470 11.157 M0V3 10.760 18.940 12.620 42.320 14.107 M0V4 6.670 10.900 9.630 27.200 9.067 M1V1 3.460 5.120 4.550 13.130 4.377 M1V2 4.600 6.820 7.100 18.520 6.173 M1V3 5.310 8.570 8.480 22.360 7.453 M1V4 4.300 5.380 5.550 15.230 5.077 M2V1 4.100 7.220 6.500 17.820 5.940 M2V2 6.400 9.530 8.080 24.010 8.003 M2V3 6.820 10.990 9.330 27.140 9.047 M2V4 6.740 8.900 7.360 23.000 7.667 Total 72.650 117.760 98.600 289.010 Rataan 6.054 9.813 8.217 8.028 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 4 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 24.810 33.470 42.320 27.200 127.800 51.120 M1 13.130 18.520 22.360 15.230 69.240 27.696 M2 17.820 24.010 27.140 23.000 91.970 36.788 Total 55.760 76.000 91.820 65.430 289.010 Rataan 27.880 38.000 45.910 32.715 38.535 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 4 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 85.428 42.714 1.025 tn 3.420 5.660 Perlakuan 11 237.652 21.605 5.564 ** 2.240 3.140 M 2 145.270 72.635 6.970 ** 3.420 5.660 V 3 79.498 26.499 3.543 * 3.030 4.760 MxV 5 12.884 1.236 3.119 * 2.640 3.940 Galat 23 239.677 10.421 Total 46 800.409 Keterangan : FK = 2320.188 Ket : tn : tidak nyata KK = 5.114 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 4 Sy = 1,737 1,737 1,737 1,737 1,737 1,737 1,737 1,737 1,737 1,737 1,737 1,737 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.05 5,089 5,349 5,506 5,627 5,714 5,766 5,818 5,853 5,888 5,940 5,975 Perlakuan M1V1 M1V4 M2V1 M1V2 M1V3 M2V4 M2V2 M0V1 M2V3 M0V4 M0V2 M0V3 Rataan 4,377 5,007 5,940 6,173 7,453 7,667 8,003 8,207 9,047 9,067 11,157 14,107 B C UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 1,737 1,737 1,737 1,737 P 2 3 4 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 LSR0.05 5,089 5,349 5,506 Perlakuan V1 V4 V2 V3 Rataan 9,293 10,905 12,667 15,303 a b
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 5. Intensitas serangan pengamatan 5 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 16.520 14.760 14.500 45.780 15.260 M0V2 21.950 20.580 20.920 63.450 21.150 M0V3 23.520 20.99 21.980 66.490 22.163 M0V4 18.850 16.930 16.250 52.030 17.343 M1V1 7.550 7.050 7.100 21.700 7.233 M1V2 14.780 12.710 13.250 40.740 13.580 M1V3 15.680 14.490 14.450 44.620 14.873 M1V4 12.830 14.490 11.210 38.530 12.843 M2V1 12.580 14.490 10.710 37.780 12.593 M2V2 17.680 17.210 17.100 51.990 17.330 M2V3 20.320 19.440 19.330 59.090 19.697 M2V4 14.280 13.460 12.900 40.640 13.547 Total 196.540 186.600 179.700 562.840 Rataan 16.378 15.550 14.975 15.634 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 5 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 45.780 63.450 66.490 52.030 227.750 91.100 M1 21.700 40.740 44.620 38.530 145.590 58.236 M2 37.780 51.990 59.090 40.640 189.500 75.800 Total 105.260 156.180 170.200 131.200 562.840 Rataan 52.630 78.090 85.100 65.600 75.045 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 5 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 11.944 5.972 0.243 tn 3.420 5.660 Perlakuan 11 576.783 52.435 9.658 ** 2.240 3.140 M 2 281.706 140.853 5.731 ** 3.420 5.660 V 3 272.903 90.968 3.701 * 3.030 4.760 MxV 5 22.174 0.902 3.037 * 2.640 3.940 Galat 23 565.315 24.579 Total 46 1730.825 Keterangan : FK = 8799.691 Ket : tn : tidak nyata KK = 0.982 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 5 Sy = 4.097 4.097 4.097 4.097 4.097 4.097 4.097 4.097 4.097 4.097 4.097 4.097 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.42 3.44 LSR0.05 12.003 12.617 12.986 13.273 13.477 13.600 13.723 13.805 13.887 14.010 14.092 Perlakuan M1V1 M2V1 M1V4 M2V4 M1V2 M1V3 M0V1 M2V2 M0V4 M2V3 M0V2 M0V3 Rataan 7.233 12.593 12.843 13.547 13.580 14.873 15.260 17.330 17.343 19.697 21.150 22.153 A B UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 4.097 4.097 4.097 4.097 P 2 3 4 SSR0.05 2.93 3.08 3.17 LSR0.05 12.003 12.617 12.986 Perlakuan V1 V4 V2 V3 Rataan 17.543 21.867 26.030 28.367 a b
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 3,110 3,110 3,110 P 2 3 SSR0.05 2,93 3,08 LSR0.05 9,112 9,579 Perlakuan M1 M2 M0 Rataan 19,412 25,267 30,367 a b
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 7. Intensitas serangan pengamatan 7 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 11,820 12,140 11,580 35,540 11,847 M0V2 14,270 13,840 13,760 41,870 13,957 M0V3 14,980 14,560 14,280 43,820 14,607 M0V4 12,800 12,850 12,670 38,320 12,773 M1V1 10,520 10,460 10,610 31,590 10,530 M1V2 12,660 12,090 12,580 37,330 12,443 M1V3 13,680 12,890 11,920 38,490 12,830 M1V4 11,920 11,920 11,160 35,000 11,667 M2V1 11,360 11,150 13,430 35,940 11,980 M2V2 13,580 13,300 13,430 40,310 13,437 M2V3 14,590 14,380 13,870 42,840 14,280 M2V4 12,760 13,050 12,300 38,110 12,703 Total 154,940 152,630 151,590 459,160 Rataan 12,912 12,719 12,633 12,754 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 7 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 35,540 41,870 43,820 38,320 159,550 63,820 M1 31,590 37,330 38,490 35,000 142,410 56,964 M2 35,940 40,310 42,840 38,110 157,200 62,880 Total 103,070 119,510 125,150 111,430 459,160 Rataan 51,535 59,755 62,575 55,715 61,221 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 7 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 0,490 0,245 0,141 tn 3,420 5,660 Perlakuan 11 45,989 4,181 18,771 ** 2,240 3,140 M 2 14,390 7,195 4,136 * 3,420 5,660 V 3 30,917 10,306 5,924 ** 3,030 4,760 MxV 5 0,681 0,392 3,225 * 2,640 3,940 Galat 23 40,011 1,740 Total 46 132,478 Keterangan : FK = 5856,331 Ket : tn : tidak nyata KK = 0,244 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 7 Sy = 0,290 0,290 0,290 0,290 0,290 0,290 0,290 0,290 0,290 0,290 0,290 0,290 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.05 0,850 0,893 0,919 0,940 0,954 0,963 0,972 0,977 0,983 0,992 0,998 Perlakuan M1V1 M1V4 M0V1 M2V1 M1V2 M2V4 M0V4 M1V3 M2V2 M0V2 M2V3 M0V3 Rataan 16,973 19,543 20,167 21,183 22,317 23,053 23,540 24,327 26,442 26,887 27,127 29,657 A B UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 0,290 0,290 0,290 0,290 P 2 3 4 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 LSR0.05 0,850 0,893 0,919 Perlakuan V1 V4 V2 V3 Rataan 51,535 55,715 59,755 62,575 UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 0,290 0,290 0,290 P 2 3 SSR0.05 2,93 3,08 LSR0.05 0,850 0,893 Perlakuan M1 M2 M0 Rataan 56,964 62,880 63,820 a b c
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 8. Intensitas serangan pengamatan 8 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 9,950 10,610 10,380 30,940 10,313 M0V2 12,270 12,390 12,310 36,970 12,323 M0V3 12,520 12,730 12,520 37,770 12,590 M0V4 10,940 11,310 11,770 34,020 11,340 M1V1 8,270 8,550 9,660 26,480 8,827 M1V2 10,810 11,030 10,520 32,360 10,787 M1V3 11,870 11,080 11,840 34,790 11,597 M1V4 9,800 10,020 10,420 30,240 10,080 M2V1 9,130 10,310 10,100 29,540 9,847 M2V2 11,290 11,310 10,810 33,410 11,137 M2V3 12,220 0,420 12,200 24,840 8,280 M2V4 10,660 10,810 10,990 32,460 10,820 Total 129,730 120,570 133,520 383,820 Rataan 10,811 10,048 11,127 10,662 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 8 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 30,940 36,970 37,770 34,020 139,700 55,880 M1 26,480 32,360 34,790 30,240 123,870 49,548 M2 29,540 33,410 24,840 32,460 120,250 48,100 Total 86,960 102,740 97,400 96,720 383,820 Rataan 43,480 51,370 48,700 48,360 51,176 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 8 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 7,388 3,694 2,526 tn 3,420 5,660 Perlakuan 11 54,731 4,976 14,816 ** 2,240 3,140 M 2 17,833 8,917 6,097 ** 3,420 5,660 V 3 14,402 4,801 3,282 * 3,030 4,760 MxV 5 22,496 15,381 10,516 ** 2,640 3,940 Galat 23 33,639 1,463 Total 46 150,490 Keterangan : FK = 4092,161 Ket : tn : tidak nyata KK = 1,132 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 8 Sy = 0,244 0,244 0,244 0,244 0,244 0,244 0,244 0,244 0,244 0,244 0,244 0,244 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.05 0,714 0,751 0,773 0,790 0,802 0,810 0,817 0,822 0,827 0,834 0,839 Perlakuan M2V3 M1V1 M2V1 M1V4 M0V1 M1V2 M2V4 M2V2 M0V4 M1V3 M0V2 M0V3 Rataan 10,530 11,667 11,847 11,880 12,443 12,703 12,773 12,830 13,347 13,957 14,280 14,607 a b c d e f g UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 0,244 0,244 0,244 0,244 P 2 3 4 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 LSR0.05 0,714 0,751 0,773 Perlakuan V1 V4 V3 V2 Rataan 43,480 48,360 48,700 51,370 a b c d UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 0,244 0,244 0,244 P 2 3 SSR0.05 2,93 3,08 LSR0.05 0,714 0,751 Perlakuan M1 M2 M0
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Rataan 48,100 49,548 55,880 a b c
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 9. Intensitas serangan pengamatan 9 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 8,290 8,490 9,090 25,870 8,623 M0V2 10,520 10,450 11,300 32,270 10,757 M0V3 12,080 12,340 12,850 37,270 12,423 M0V4 9,460 9,780 10,220 29,460 9,820 M1V1 7,630 7,260 8,410 23,300 7,767 M1V2 9,360 9,620 10,180 29,160 9,720 M1V3 9,910 9,970 11,100 30,980 10,327 M1V4 8,420 8,690 9,190 26,300 8,767 M2V1 8,050 8,220 8,840 25,110 8,370 M2V2 10,190 9,960 11,100 31,250 10,417 M2V3 11,290 11,120 12,000 34,410 11,470 M2V4 9,110 8,920 10,060 28,090 9,363 Total 114,310 114,820 124,340 353,470 Rataan 9,526 9,568 10,362 9,819 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 9 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 25,870 32,270 37,270 29,460 124,870 49,948 M1 23,300 29,160 30,980 26,300 109,740 43,896 M2 25,110 31,250 34,410 28,090 118,860 47,544 Total 74,280 92,680 102,660 83,850 353,470 Rataan 37,140 46,340 51,330 41,925 47,129 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 9 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 5,319 2,660 1,022 tn 3,420 5,660 Perlakuan 11 60,206 5,473 22,637 ** 2,240 3,140 M 2 9,673 4,836 1,858 tn 3,420 5,660 V 3 49,082 16,361 6,284 ** 3,030 4,760 MxV 5 1,451 0,557 3,214 * 2,640 3,940 Galat 23 59,878 2,603 Total 46 185,609 Keterangan : FK = 3470,584 Ket : tn : tidak nyata KK = 1,043 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 9 Sy = 0,434 0,434 0,434 0,434 0,434 0,434 0,434 0,434 0,434 0,434 0,434 0,434 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.05 1,271 1,336 1,375 1,406 1,427 1,440 1,453 1,462 1,471 1,484 1,492 Perlakuan M1V1 M2V1 M0V1 M1V4 M2V4 M1V2 M0V4 M1V3 M2V2 M0V2 M2V3 M0V3 Rataan 10,553 10,553 11,667 11,847 11,980 12,443 12,703 12,773 12,830 13,437 14,280 14,607 a b c d e UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 0,434 0,434 0,434 0,434 P 2 3 4 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 LSR0.05 1,271 1,336 1,375 Perlakuan V1 V4 V2 V3 Rataan 37,140 41,925 46,340 51,330 a b c d UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 0,434 0,434 0,434 P 2 3 SSR0.05 2,93 3,08 LSR0.05 1,271 1,336 Perlakuan M1 M2 M0 Rataan 43,896 47,544 49,948
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
a b c
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 10. Intensitas serangan pengamatan 10 Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 9,300 9,470 10,160 28,930 9,643 M0V2 10,700 10,420 11,990 33,110 11,037 M0V3 12,110 12,820 12,090 37,020 12,340 M0V4 10,140 9,800 11,100 31,040 10,347 M1V1 7,230 7,080 8,120 22,430 7,477 M1V2 9,090 7,500 9,030 25,620 8,540 M1V3 11,280 9,760 11,300 32,340 10,780 M1V4 8,800 8,870 8,660 26,330 8,777 M2V1 8,330 8,870 9,000 26,200 8,733 M2V2 9,420 9,420 10,330 29,170 9,723 M2V3 11,480 11,440 11,720 34,640 11,547 M2V4 9,560 9,440 9,820 28,820 9,607 Total 117,440 114,890 123,320 355,650 Rataan 9,787 9,574 10,277 9,879 Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 10 Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 28,930 33,110 37,020 31,040 130,100 52,040 M1 22,430 25,620 32,340 26,330 106,720 42,688 M2 26,200 29,170 34,640 28,820 118,830 47,532 Total 77,560 87,900 104,000 86,190 355,650 Rataan 38,780 43,950 52,000 43,095 47,420 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 10 SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 3,115 1,558 0,599 tn 3,420 5,660 Perlakuan 11 64,362 5,851 41,323 ** 2,240 3,140 M 2 22,786 11,393 4,383 * 3,420 5,660 V 3 40,550 13,517 5,200 ** 3,030 4,760 MxV 5 1,027 0,395 3,152 * 2,640 3,940 Galat 23 59,781 2,599 Total 46 191,621 Keterangan : FK = 3513,526 Ket : tn : tidak nyata KK = 0,794 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 10 Sy = 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.05 1,269 1,334 1,373 1,403 1,425 1,438 1,451 1,460 1,468 1,481 1,490 Perlakuan M1V1 M1V2 M2V1 M1V4 M2V4 M0V1 M2V2 M0V4 M1V3 M0V2 M2V3 M0V3 Rataan 7,767 8,370 8,370 8,623 8,767 9,363 9,720 9,820 10,327 10,417 11,470 12,423 a b c d e UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 0,433 0,433 0,433 0,433 P 2 3 4 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 LSR0.05 1,269 1,334 1,373 Perlakuan V1 V4 V3 V2 Rataan 38,780 43,095 43,950 52,000 a b c d UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Sy = 0,433 0,433 0,433 P 2 3 SSR0.05 2,93 3,08 LSR0.05 1,269 1,334 Perlakuan M1 M2 M0 Rataan 42,688 47,532 52,040 a
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
b c
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 11. Data Produksi pengamatan 15 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0,330 0,340 0,350 1,020 0,340 M0V2 0,220 0,230 0,230 0,680 0,227 M0V3 0,180 0,170 0,190 0,540 0,180 M0V4 0,200 0,210 0,210 0,620 0,207 M1V1 0,410 0,420 0,420 1,250 0,417 M1V2 0,340 0,350 0,350 1,040 0,347 M1V3 0,260 0,270 0,270 0,800 0,267 M1V4 0,320 0,340 0,350 1,010 0,337 M2V1 0,360 0,370 0,370 1,100 0,367 M2V2 0,270 0,270 0,290 0,830 0,277 M2V3 0,200 0,200 0,210 0,610 0,203 M2V4 0,250 0,260 0,270 0,780 0,260 Total 3,340 3,430 3,510 10,280 Rataan 0,278 0,286 0,293 0,286 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 15 MST
Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 0,340 0,227 0,180 0,207 0,953 0,381 M1 0,417 0,347 0,267 0,337 1,367 0,547 M2 0,367 0,277 0,203 0,260 1,107 0,443 Total 1,123 0,850 0,650 0,803 3,427 Rataan 0,562 0,425 0,325 0,402 0,457 Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 15 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 3,290 3,340 3,390 10,020 3,340 M0V2 2,690 2,750 2,750 8,190 2,730 M0V3 2,430 2,360 2,500 7,290 2,430 M0V4 2,560 2,630 2,630 7,820 2,607 M1V1 3,670 3,720 3,720 11,110 3,703 M1V2 3,340 3,390 3,390 10,120 3,373 M1V3 2,920 2,980 2,980 8,880 2,960 M1V4 3,240 3,340 3,390 9,970 3,323 M2V1 3,440 3,490 3,490 10,420 3,473 M2V2 2,980 2,980 3,090 9,050 3,017 M2V3 2,560 2,560 2,630 7,750 2,583 M2V4 2,870 2,920 2,980 8,770 2,923 Total 35,990 36,460 36,940 109,390 Rataan 2,999 3,038 3,078 3,039 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 15 MST
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 3,340 2,730 2,430 2,607 11,107 4,443 M1 3,703 3,373 2,960 3,323 13,360 5,344 M2 3,473 3,017 2,583 2,923 11,997 4,799 Total 10,517 9,120 7,973 8,853 36,463 Rataan 5,258 4,560 3,987 4,427 4,862 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 15 MST
SK db JK KT Fh F0.05 F0.01
Ulangan 2 25,733 12,866 M 2 9,917 4,959 10,551 ** 3,420 5,660 V 3 7,356 2,452 5,217 ** 3,030 4,760 MxV 11 18,287 1,662 3,537 * 2,640 3,940 Galat 18 8,459 0,470 Total 36 69,753 Keterangan : FK = 1,970 Ket : tn : tidak nyata KK = 62,043 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 15 MST Sy = 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.05 0,488 0,513 0,528 0,540 0,548 0,553 0,558 0,562 0,565 0,570 0,573 Perlakuan M0V3 M2V3 M0V4 M0V2 M2V4 M1V3 M2V2 M1V4 M0V1 M1V2 M2V1 M1V1 Rataan 2,430 2,583 2,607 2,730 2,923 2,960 3,017 3,323 3,340 3,373 3,473 3,703 A B C D E UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Sy = 0,167 0,167 0,167 0,167 P 2 3 4 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 LSR0.01 0,488 0,513 0,528 Perlakuan V3 V4 V2 V1 Rataan 3,987 4,427 4,560 5,258 A B UJD Pengaruh Mulsa TerhadapProduksi Sy = 0,167 0,167 0,167 P 2 3 SSR0.01 2,93 3,08 LSR0.01 0,488 0,513 Perlakuan M0 M2 M1 Rataan 4,443 4,799 5,344 A B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 12. Data Produksi pengamatan 16 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0,410 0,400 0,420 1,230 0,410 M0V2 0,370 0,350 0,380 1,100 0,367 M0V3 0,290 0,280 0,290 0,860 0,287 M0V4 0,350 0,350 0,340 1,040 0,347 M1V1 0,600 0,600 0,600 1,800 0,600 M1V2 0,550 0,530 0,550 1,630 0,543 M1V3 0,400 0,400 0,410 1,210 0,403 M1V4 0,560 0,530 0,570 1,660 0,553 M2V1 0,530 0,550 0,530 1,610 0,537 M2V2 0,420 0,410 0,410 1,240 0,413 M2V3 0,370 0,380 0,350 1,100 0,367 M2V4 0,430 0,450 0,420 1,300 0,433 Total 5,280 5,230 5,270 15,780 Rataan 0,440 0,436 0,439 0,438 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 16 MST Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 0,410 0,367 0,287 0,347 1,410 0,564 M1 0,600 0,543 0,403 0,553 2,100 0,840 M2 0,537 0,413 0,367 0,433 1,750 0,700 Total 1,547 1,323 1,057 1,333 5,260 Rataan 0,773 0,662 0,528 0,667 0,701 Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 16 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 3,670 3,630 3,720 11,020 3,673 M0V2 3,490 3,390 3,530 10,410 3,470 M0V3 3,090 3,030 3,090 9,210 3,070 M0V4 3,390 3,390 3,340 10,120 3,373 M1V1 4,440 4,440 4,440 13,320 4,440 M1V2 4,250 4,170 4,250 12,670 4,223 M1V3 3,630 3,630 3,670 10,930 3,643 M1V4 4,290 4,170 4,000 12,460 4,153 M2V1 4,170 4,250 4,330 12,750 4,250 M2V2 3,720 3,670 3,670 11,060 3,687 M2V3 3,490 3,530 3,390 10,410 3,470 M2V4 3,760 3,850 3,720 11,330 3,777 Total 45,390 45,150 45,150 135,690 Rataan 3,783 3,763 3,763 3,769 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 16 MST Mulsa Varietas Total Rataan V2 V3 V4
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
V1 M0 3,673 3,470 3,070 3,373 13,587 5,435 M1 4,440 4,223 3,643 4,153 16,460 6,584 M2 4,250 3,687 3,470 3,777 15,183 6,073 Total 12,363 11,380 10,183 11,303 45,230 Rataan 6,182 5,690 5,092 5,652 6,031 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 16 MST
SK db JK KT Fh
F0.05 F0.01
Ulangan 2 39,589 19,795 M 2 15,264 7,632 10,501 ** 3,420 5,660 V 3 11,242 3,747 5,156 ** 3,030 4,760 MxV 11 27,920 2,538 3,492 * 2,640 3,940 Galat 18 13,083 0,727 Total 36 107,099 Keterangan : FK = 3,031 Ket : tn : tidak nyata KK = 69,096 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 16 MST Sy = 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.01 0,195 0,205 0,211 0,216 0,219 0,221 0,223 0,225 0,226 0,228 0,229 Perlakuan M0V3 M0V4 M2V3 M0V2 M1V3 M0V1 M2V2 M2V4 M1V4 M1V2 M2V1 M1V1 Rataan 3,070 3,373 3,470 3,470 3,643 3,673 3,687 3,777 4,153 4,223 4,250 4,440 A B C D . E UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Sy = 0,067 0,067 0,067 0,067 P 2 3 4 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 LSR0.01 0,195 0,205 0,211 Perlakuan V3 V2 V4 V1 Rataan 5,092 5,690 5,652 6,182 A B UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi Sy = 0,067 0,067 0,067 P 2 3 SSR0.01 2,93 3,08 LSR0.01 0,195 0,205 Perlakuan M0 M2 M1 Rataan 5,435 6,073 6,584 A B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
C
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 13. Data Produksi pengamatan 17 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0,550 0,570 0,560 1,680 0,560 M0V2 0,500 0,500 0,510 1,510 0,503 M0V3 0,420 0,430 0,420 1,270 0,423 M0V4 0,500 0,520 0,500 1,520 0,507 M1V1 0,780 0,770 0,760 2,310 0,770 M1V2 0,680 0,680 0,650 2,010 0,670 M1V3 0,600 0,610 0,600 1,810 0,603 M1V4 0,670 0,680 0,670 2,020 0,673 M2V1 0,700 0,710 0,710 2,120 0,707 M2V2 0,650 0,660 0,630 1,940 0,647 M2V3 0,530 0,540 0,530 1,600 0,533 M2V4 0,660 0,670 0,640 1,970 0,657 Total 7,240 7,340 7,180 21,760 Rataan 0,603 0,612 0,598 0,604 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 17 MST Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 0,560 0,503 0,423 0,507 1,993 0,797 M1 0,770 0,670 0,603 0,673 2,717 1,087 M2 0,707 0,647 0,533 0,657 2,543 1,017 Total 2,037 1,820 1,560 1,837 7,253 Rataan 1,018 0,910 0,780 0,918 0,967 Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 17 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 4,250 4,330 4,290 12,870 4,290 M0V2 4,050 4,050 4,090 12,190 4,063 M0V3 3,720 3,760 3,720 11,200 3,733 M0V4 4,050 4,130 4,050 12,230 4,077 M1V1 5,070 5,030 5,000 15,100 5,033 M1V2 4,730 4,730 4,620 14,080 4,693 M1V3 4,440 4,480 4,440 13,360 4,453 M1V4 4,690 4,730 4,090 13,510 4,503 M2V1 4,800 4,830 4,830 14,460 4,820 M2V2 4,620 4,660 4,550 13,830 4,610 M2V3 4,170 4,210 4,170 12,550 4,183 M2V4 4,660 4,690 4,590 13,940 4,647 Total 53,250 53,630 52,440 159,320 Rataan 4,438 4,469 4,370 4,426 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 17 MST Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
M0 4,290 4,063 3,733 4,077 16,163 6,465 M1 5,033 4,693 4,453 4,503 18,683 7,473 M2 4,820 4,610 4,183 4,647 18,260 7,304 Total 14,143 13,367 12,370 13,227 53,107 Rataan 7,072 6,683 6,185 6,613 7,081 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 17 MST
SK db JK KT Fh F0.05 F0.01
Ulangan 2 54,584 27,292 M 2 20,988 10,494 10,593 ** 3,420 5,660 V 3 15,451 5,150 5,199 * 3,030 4,760 MxV 11 38,223 3,475 35,076 ** 2,640 3,940 Galat 18 1,783 0,099 Total 36 131,029 Keterangan : FK = 4,178 Ket : tn : tidak nyata KK = 69,056 % * : nyata ** : sangat nyata
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 17 MST Sy = 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.05 0,488 0,513 0,528 0,540 0,548 0,553 0,558 0,562 0,565 0,570 0,573 Perlakuan M0V3 M0V2 M0V4 M2V3 M0V1 M1V3 M1V4 M2V2 M2V4 M1V2 M2V1 M1V1 Rataan 3,733 4,063 4,077 4,183 4,290 4,453 4,503 4,610 4,647 4,693 4,820 5,033 A B C D E F UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Sy = 0,167 0,167 0,167 0,167 P 2 3 4 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 LSR0.05 0,488 0,513 0,528
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Perlakuan V3 V4 V2 V1 Rataan 6,185 6,613 6,683 7,072 A B UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi Sy = 0,167 0,167 0,167 0,167 P 2 3 SSR0.05 2,93 3,08 LSR0.05 0,488 0,513 Perlakuan M0 M2 M1 Rataan 6,465 7,304 7,473 A B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 14. Data Produksi pengamatan 18 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 1,150 1,150 1,150 3,450 1,150 M0V2 0,570 0,810 0,570 1,950 0,650 M0V3 0,570 0,570 0,570 1,710 0,570 M0V4 0,570 0,810 0,570 1,950 0,650 M1V1 1,520 1,400 1,620 4,540 1,513 M1V2 1,280 0,990 1,280 3,550 1,183 M1V3 0,990 0,810 0,990 2,790 0,930 M1V4 1,280 0,990 1,280 3,550 1,183 M2V1 1,280 1,280 1,280 3,840 1,280 M2V2 0,990 0,810 0,990 2,790 0,930 M2V3 0,810 0,570 0,570 1,950 0,650 M2V4 0,810 0,810 0,810 2,430 0,810 Total 11,820 11,000 11,680 34,500 Rataan 0,985 0,917 0,973 0,958 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 18 MST
Mulsa Varietas Total
Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 1,150 0,650 0,570 0,650 3,020 1,208 M1 1,513 1,183 0,930 1,183 4,810 1,924 M2 1,280 0,930 0,650 0,810 3,670 1,468 Total 3,943 2,763 2,150 2,643 11,500 Rataan 1,972 1,382 1,075 1,322 1,533 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 18 MST
SK db JK KT Fh F0.05
F0.01
Ulangan 2 32,899 16,449 M 2 0,414 0,207 2,576 tn 3,420 5,660 V 3 0,771 0,257 3,199 * 3,030 4,760 MxV 11 2,630 0,239 2,977 * 2,640 3,940 Galat 18 1,445 0,080 Total 36 38,158 Keterangan : FK = 0,196 Ket : tn : tidak nyata KK = 124,916 % * : nyata ** : sangat nyata
\
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 18 MST Sy = 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.01 0,537 0,565 0,581 0,594 0,603 0,609 0,614 0,618 0,622 0,627 0,631 Perlakuan M0V3 M2V3 M0V4 M0V2 M2V4 M2V2 M1V3 M0V1 M1V4 M1V2 M2V1 M1V1 Rataan 0,570 0,650 0,650 0,650 0,810 0,930 0,930 1,150 1,183 1,183 1,280 1,513 A B C UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Sy = 0,183 0,183 0,183 0,183 P 2 3 4 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 LSR0.01 0,537 0,565 0,581 Perlakuan V3 V4 V2 V1 Rataan 1,073 1,322 1,382 1,972 A B UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi Sy = 0,183 0,183 0,183 P 2 3 SSR0.01 2,93 3,08 LSR0.01 0,537 0,565 Perlakuan M0 M2 M1 Rataan 1,208 1,468 1,924 tn
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 15. Data Produksi pengamatan 19 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 1,520 1,620 1,520 4,660 1,553 M0V2 1,280 1,150 1,280 3,710 1,237 M0V3 0,990 0,570 1,150 2,710 0,903 M0V4 1,150 1,280 0,810 3,240 1,080 M1V1 1,810 1,990 1,720 5,520 1,840 M1V2 1,620 1,720 1,400 4,740 1,580 M1V3 1,280 1,400 1,150 3,830 1,277 M1V4 1,620 1,620 1,520 4,760 1,587 M2V1 1,720 1,620 1,620 4,960 1,653 M2V2 1,520 1,400 1,400 4,320 1,440 M2V3 1,280 1,280 0,990 3,550 1,183 M2V4 1,520 1,520 1,400 4,440 1,480 Total 17,310 17,170 15,960 50,440 Rataan 1,443 1,431 1,330 1,401 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 19 MST
Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 1,553 1,237 0,903 1,080 4,773 1,909 M1 1,840 1,580 1,277 1,587 6,283 2,513 M2 1,653 1,440 1,183 1,480 5,757 2,303 Total 5,047 4,257 3,363 4,147 16,813 Rataan 2,523 2,128 1,682 2,073 2,242 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 19 MST
SK db JK KT Fh F0.05
F0.01
Ulangan 2 0,073 0,036 M 2 2,125 1,063 3,475 * 3,420 5,660 V 3 1,584 0,528 1,727 tn 3,030 4,760 MxV 11 9,632 0,876 2,864 * 2,640 3,940 Galat 18 5,504 0,306 Total 36 18,917 Keterangan : FK = 0,419 Ket : tn : tidak nyata KK = 1,659 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 19 MST Sy = 0,032 0,032 0,032 0,032 0,032 0,032 0,032 0,032 0,032 0,032 0,032 0,032 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.01 0,093 0,098 0,100 0,103 0,104 0,105 0,106 0,107 0,107 0,108 0,109 Perlakuan M0V3 M0V4 M2V3 M0V2 M1V3 M2V2 M2V4 M0V1 M1V2 M1V4 M2V1 M1V1 Rataan 0,903 1,080 1,183 1,237 1,277 1,440 1,480 1,553 1,580 1,587 1,653 1,840 A B C D E F . G UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Sy = 0,032 0,032 0,032 0,032 P 2 3 4 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 LSR0.01 0,093 0,098 0,100 Perlakuan V3 V4 V2 V1 Rataan 1,682 2,073 2,128 2,523 A B C UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi Sy = 0,032 0,032 0,032 P 2 3 SSR0.01 2,93 3,08 LSR0.01 0,093 0,098 Perlakuan M0 M2 M1 Rataan 1,909 2,303 2,513
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
A B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 16. Data Produksi pengamatan 20 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 2,070 1,990 2,140 6,200 2,067 M0V2 1,620 1,520 1,620 4,760 1,587 M0V3 1,400 1,280 1,520 4,200 1,400 M0V4 1,810 1,720 1,810 5,340 1,780 M1V1 2,690 2,560 2,630 7,880 2,627 M1V2 2,290 2,140 2,360 6,790 2,263 M1V3 1,900 1,810 1,900 5,610 1,870 M1V4 2,430 2,290 2,430 7,150 2,383 M2V1 2,560 2,430 2,560 7,550 2,517 M2V2 2,430 2,070 2,070 6,570 2,190 M2V3 1,620 1,720 1,720 5,060 1,687 M2V4 2,220 2,070 2,140 6,430 2,143 Total 25,040 23,600 24,900 73,540 Rataan 2,087 1,967 2,075 2,043 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 20 MST
Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 2,067 1,587 1,400 1,780 6,833 2,733 M1 2,627 2,263 1,870 2,383 9,143 3,657 M2 2,517 2,190 1,687 2,143 8,537 3,415 Total 7,210 6,040 4,957 6,307 24,513 Rataan 3,605 3,020 2,478 3,153 3,268 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 20 MST
SK db JK KT Fh F0.05 F0.01
Ulangan 2 11,637 5,819 M 2 4,528 2,264 71,010 ** 3,420 5,660 V 3 3,354 1,118 35,073 ** 3,030 4,760 MxV 11 8,456 0,769 24,113 ** 2,640 3,940 Galat 18 0,574 0,032 Total 36 28,549 Keterangan : FK = 0,890 Ket : tn : tidak nyata KK = 33,688 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 20 MST Sy = 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 0,083 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.01 0,244 0,257 0,264 0,270 0,274 0,277 0,279 0,281 0,283 0,285 0,287 Perlakuan M0V3 M0V2 M2V3 M0V4 M1V3 M0V1 M2V4 M2V2 M1V2 M1V4 M2V1 M1V1 Rataan 1,400 1,587 1,687 1,780 1,870 2,067 2,143 2,190 2,263 2,383 2,517 2,627 A B C D E F G H UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Sy = 0,083 0,083 0,083 0,083 P 2 3 4 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 LSR0.01 0,244 0,257 0,264 Perlakuan V3 V2 V4 V1 Rataan 2,478 3,020 3,153 3,605 A B C UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi Sy = 0,083 0,083 0,083 P 2 3 SSR0.01 2,93 3,08
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
LSR0.01 0,244 0,257 Perlakuan M0 M2 M1 Rataan 2,733 3,415 3,657 A B C
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 17. Data Produksi pengamatan 21 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0,500 0,510 0,510 1,520 0,507 M0V2 0,450 0,460 0,450 1,360 0,453 M0V3 0,380 0,370 0,370 1,120 0,373 M0V4 0,400 0,410 0,400 1,210 0,403 M1V1 0,720 0,750 0,730 2,200 0,733 M1V2 0,600 0,620 0,600 1,820 0,607 M1V3 0,550 0,550 0,550 1,650 0,550 M1V4 0,650 0,660 0,650 1,960 0,653 M2V1 0,650 0,700 0,600 1,950 0,650 M2V2 0,600 0,620 0,530 1,750 0,583 M2V3 0,480 0,490 0,450 1,420 0,473 M2V4 0,610 0,610 0,370 1,590 0,530 Total 6,590 6,750 6,210 19,550 Rataan 0,549 0,563 0,518 0,543 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 21 MST Mulsa Varietas Total Rataan V1 V2 V3 V4 M0 0,507 0,453 0,373 0,403 1,737 0,695 M1 0,733 0,607 0,550 0,653 2,543 1,017 M2 0,650 0,583 0,473 0,530 2,237 0,895 Total 1,890 1,643 1,397 1,587 6,517 Rataan 0,945 0,822 0,698 0,793 0,869 Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 21 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 4,250 4,090 4,090 12,430 4,143 M0V2 3,850 3,890 3,850 11,590 3,863 M0V3 3,530 3,490 3,490 10,510 3,503 M0V4 3,630 3,670 3,630 10,930 3,643 M1V1 4,870 4,970 4,900 14,740 4,913 M1V2 4,440 4,520 4,440 13,400 4,467 M1V3 4,250 4,250 4,250 12,750 4,250 M1V4 4,620 4,660 4,620 13,900 4,633 M2V1 4,620 4,800 4,440 13,860 4,620 M2V2 4,440 4,520 4,170 13,130 4,377 M2V3 3,970 4,010 3,850 11,830 3,943 M2V4 4,480 4,480 3,490 12,450 4,150 Total 50,950 51,350 49,220 151,520 Rataan 4,246 4,279 4,102 4,209 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 21 MST Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
M0 4,143 3,863 3,503 3,643 15,153 6,061 M1 4,913 4,467 4,250 4,633 18,263 7,305 M2 4,620 4,377 3,943 4,150 17,090 6,836 Total 13,677 12,707 11,697 12,427 50,507 Rataan 6,838 6,353 5,848 6,213 6,734 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 21 MST SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 49,383 24,691 M 2 19,027 9,514 10,106 ** 3,420 5,660 V 3 13,992 4,664 49,541 ** 3,030 4,760 MxV 11 34,713 3,156 33,521 ** 2,640 3,940 Galat 18 1,695 0,094 Total 36 118,810 Keterangan : FK = 3,779 Ket : tn : tidak nyata KK = 73,029 % * : nyata ** : sangat nyata
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 21 MST Sy = 0,177 0,043 0,043 0,043 0,043 0,043 0,043 0,043 0,043 0,043 0,043 0,043 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.01 0,519 0,546 0,562 0,574 0,583 0,588 0,593 0,597 0,601 0,606 0,609 Perlakuan M0V3 M0V4 M0V2 M2V3 M0V1 M2V4 M1V3 M2V2 M1V2 M2V1 M1V4 M1V1 Rataan 3,503 3,643 3,863 3,943 4,143 4,150 4,250 4,377 4,467 4,620 4,633 4,913 A B C D E UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Sy = 0,177 0,043 0,043 0,043 P 2 3 4 SSR0.05 2,93 3,08 3,17 LSR0.05 0,519 0,545 0,561 Perlakuan V3 V4 V2 V1
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Rataan 5,848 6,213 6,353 6,838 A B UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi Sy = 0,177 0,043 0,043 P 2 3 SSR0.01 2,93 3,08 LSR0.01 0,519 0,545 Perlakuan M0 M2 M1 Rataan 6,061 6,836 7,305 A B C
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 18. Data Produksi pengamatan 22 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0,120 0,110 0,110 0,340 0,113 M0V2 0,090 0,085 0,090 0,265 0,088 M0V3 0,060 0,060 0,065 0,185 0,062 M0V4 0,100 0,090 0,100 0,290 0,097 M1V1 0,210 0,220 0,220 0,650 0,217 M1V2 0,150 0,160 0,150 0,460 0,153 M1V3 0,100 0,110 0,110 0,320 0,107 M1V4 0,170 0,170 0,180 0,520 0,173 M2V1 0,180 0,180 0,190 0,550 0,183 M2V2 0,120 0,140 0,110 0,370 0,123 M2V3 0,090 0,090 0,080 0,260 0,087 M2V4 0,150 0,150 0,150 0,450 0,150 Total 1,540 1,565 1,555 4,660 Rataan 0,128 0,130 0,130 0,129 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 22 MST Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 0,340 0,265 0,185 0,290 1,080 0,432 M1 0,650 0,460 0,320 0,520 1,950 0,780 M2 0,550 0,370 0,260 0,450 1,630 0,652 Total 1,540 1,095 0,765 1,260 4,660 Rataan 0,770 0,548 0,383 0,630 0,621 Transformasi Arcsin Vp Data Produksi pengamatan 22 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 1,990 1,900 1,900 5,790 1,930 M0V2 1,720 1,720 1,720 5,160 1,720 M0V3 1,400 1,400 1,520 4,320 1,440 M0V4 1,810 1,720 1,810 5,340 1,780 M1V1 2,630 2,690 2,690 8,010 2,670 M1V2 2,220 2,290 2,220 6,730 2,243 M1V3 1,810 1,900 2,220 5,930 1,977 M1V4 2,360 2,360 2,430 7,150 2,383 M2V1 2,430 2,430 2,500 7,360 2,453 M2V2 1,990 2,140 1,900 6,030 2,010 M2V3 1,720 1,720 1,620 5,060 1,687 M2V4 2,220 2,220 2,220 6,660 2,220 Total 24,300 24,490 24,750 73,540 Rataan 2,025 2,041 2,063 2,043 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 22 MST Mulsa Varietas Total Rataan
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
V1 V2 V3 V4
M0 1,930 1,720 1,440 1,780 6,870 2,748 M1 2,670 2,243 1,977 2,383 9,273 3,709 M2 2,453 2,010 1,687 2,220 8,370 3,348 Total 7,053 5,973 5,103 6,383 24,513 Rataan 3,527 2,987 2,552 3,192 3,268 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 22 MST SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 11,629 5,815 M 2 4,530 2,265 1,420 tn 3,420 5,660 V 3 3,338 1,113 0,698 tn 3,030 4,760 MxV 11 8,411 52,728 3,306 tn 2,640 3,940 Galat 18 2,871 0,160 Total 36 30,779 Keterangan : FK = 0,890 Ket : tn : tidak nyata KK = 50,869 % * : nyata ** : sangat nyata Lampiran 19. Data Produksi pengamatan 23 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0,320 0,350 0,330 1,000 0,333 M0V2 0,210 0,250 0,220 0,680 0,227 M0V3 0,180 0,200 0,190 0,570 0,190 M0V4 0,195 0,220 0,200 0,615 0,205 M1V1 0,400 0,450 0,410 1,260 0,420 M1V2 0,330 0,350 0,300 0,980 0,327 M1V3 0,270 0,300 0,270 0,840 0,280 M1V4 0,300 0,360 0,280 0,940 0,313 M2V1 0,350 0,380 0,370 1,100 0,367 M2V2 0,250 0,270 0,250 0,770 0,257 M2V3 0,200 0,230 0,220 0,650 0,217 M2V4 0,230 0,280 0,230 0,740 0,247 Total 3,235 3,640 3,270 10,145 Rataan 0,270 0,303 0,273 0,282 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 23 MST Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 0,333 0,227 0,190 0,205 0,955 0,382 M1 0,420 0,327 0,280 0,313 1,340 0,536 M2 0,367 0,257 0,217 0,247 1,087 0,435 Total 1,120 0,810 0,687 0,765 3,382 Rataan 0,560 0,405 0,343 0,383 0,451 Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 23 MST
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 3,240 3,390 3,290 9,920 3,307 M0V2 2,630 2,870 2,690 8,190 2,730 M0V3 2,430 2,560 2,500 7,490 2,497 M0V4 2,560 2,690 2,560 7,810 2,603 M1V1 3,630 3,850 3,670 11,150 3,717 M1V2 3,290 3,390 3,140 9,820 3,273 M1V3 2,980 3,140 2,980 9,100 3,033 M1V4 3,140 3,440 3,030 9,610 3,203 M2V1 3,390 3,530 3,490 10,410 3,470 M2V2 2,870 2,980 2,870 8,720 2,907 M2V3 2,560 2,750 2,090 7,400 2,467 M2V4 2,750 3,030 2,750 8,530 2,843 Total 35,470 37,620 35,060 108,150 Rataan 2,956 3,135 2,922 3,004 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 23 MST Mulsa Varietas Total Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 3,307 2,730 2,497 2,603 11,137 4,455 M1 3,717 3,273 3,033 3,203 13,227 5,291 M2 3,470 2,907 2,467 2,843 11,687 4,675 Total 10,493 8,910 7,997 8,650 36,050 Rataan 5,247 4,455 3,998 4,325 4,807 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 23 MST SK db JK KT Fh F0.05 F0.01 Ulangan 2 25,176 12,588 M 2 9,689 4,845 16,937 ** 3,420 5,660 V 3 5,115 1,705 5,960 ** 3,030 4,760 MxV 11 19,953 1,814 6,341 ** 2,640 3,940 Galat 18 5,149 0,286 Total 36 65,082 Keterangan : FK = 1,925 Ket : tn : tidak nyata KK = 61,719 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 23 MST Sy = 0,309 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 3,24 3,29 3,32 3,35 3,37 3,39 3,42 3,44 LSR0.01 0,905 0,951 0,979 1,000 1,016 1,025 1,034 1,041 1,047 1,056 1,062 Perlakuan M2V3 M0V3 M0V4 M0V2 M2V4 M2V2 M1V3 M1V4 M1V2 M0V1 M2V1 M1V1 Rataan 2,467 2,497 2,603 2,730 2,843 2,907 3,033 3,203 3,273 3,307 3,470 3,717 A B UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Sy = 0,309 0,150 0,150 0,150 P 2 3 4 SSR0.01 2,93 3,08 3,17 LSR0.01 0,905 0,952 0,980 Perlakuan V3 V4 V2 V1 Rataan 3,998 4,325 4,455 5,247 A B UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi Sy = 0,309 0,150 0,150 P 2 3 SSR0.01 2,93 3,08 LSR0.01 0,905 0,952 Perlakuan M0 M2 M1 Rataan 4,455 4,675 5,291 A B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 20. Data Produksi pengamatan 24 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0,020 0,030 0,020 0,070 0,023 M0V2 0,010 0,010 0,000 0,020 0,007 M0V3 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 M0V4 0,010 0,020 0,000 0,030 0,010 M1V1 0,030 0,040 0,030 0,100 0,033 M1V2 0,000 0,020 0,000 0,020 0,007 M1V3 0,010 0,000 0,000 0,010 0,003 M1V4 0,030 0,010 0,000 0,040 0,013 M2V1 0,200 0,030 0,020 0,250 0,083 M2V2 0,010 0,020 0,000 0,030 0,010 M2V3 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 M2V4 0,000 0,010 0,000 0,010 0,003 Total 0,320 0,190 0,070 0,580 Rataan 0,027 0,016 0,006 0,016 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 24 MST
Mulsa Varietas Total
Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 0,023 0,007 0,000 0,030 0,060 0,024 M1 0,033 0,007 0,003 0,040 0,083 0,033 M2 0,083 0,010 0,000 0,010 0,103 0,041 Total 0,140 0,023 0,003 0,080 0,247 Rataan 0,070 0,012 0,002 0,040 0,033 Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 24 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 M0V1 0,810 0,990 0,810 2,610 0,870 M0V2 0,570 0,570 0,070 1,210 0,403 M0V3 0,070 0,070 0,070 0,210 0,070 M0V4 0,570 0,810 0,070 1,450 0,483 M1V1 0,990 1,150 0,990 3,130 1,043 M1V2 0,070 0,810 0,070 0,950 0,317 M1V3 0,570 0,070 0,070 0,710 0,237 M1V4 0,990 0,570 0,070 1,630 0,543 M2V1 0,810 0,990 0,810 2,610 0,870 M2V2 0,570 0,810 0,070 1,450 0,483 M2V3 0,070 0,070 0,070 0,210 0,070 M2V4 0,070 0,570 0,070 0,710 0,237 Total 6,160 7,480 3,240 16,880 Rataan 0,513 0,623 0,270 0,469 Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 24 MST
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Mulsa Varietas Total
Rataan
V1 V2 V3 V4
M0 0,870 0,403 0,070 0,483 1,827 0,731 M1 1,043 0,317 0,237 0,543 2,140 0,856 M2 0,870 0,483 0,070 0,237 1,660 0,664 Total 2,783 1,203 0,377 1,263 5,627 Rataan 1,392 0,602 0,188 0,632 0,750 Analisis Sidik Ragam Pengamatan 24 MST
SK db JK KT Fh
F0.05
F0.01
Ulangan 2 0,045 0,022 M 2 0,269 0,134 0,500 tn 3,420 5,660 V 3 0,288 0,096 0,333 tn 3,030 4,760 MxV 11 0,677 0,062 0,091 tn 2,640 3,940 Galat 18 0,120 0,007 Total 36 1,399 Keterangan : FK = 0,016 Ket : tn : tidak nyata KK = 6,589 % * : nyata ** : sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 21
Deskripsi tanaman cabai
1. Varietas TM-999
Tinggi tanaman : ± 110 cm
Umur berbunga : ± 35 hari
Umur panen : ± 90 hari
Kerapatan kanopi : ± sangat kompak
Warna batang : hijau dengan garis ungu tua pada ruas-
ruas batang
Ukuran daun : panjang : ± 7 cm, lebar : ± 3 cm
Warna daun : hijau
Warna kelopak bunga : hiaju muda
Warna tangkai bunga : hijau
Warna mahkota bunga : putih
Warna kotak sari : ungu
Jumlah kotak sari : 6-7
Warna kepala putik : kuning
Jumlah helai mahkota : 5-6
Bentuk buah : bulat panjang dengan ujung lancip
Ukuran buah : panjang ± 20 cm, diameter ± 0,8 cm
Permukaan kulit buah : halus mengkilap dan lapisan kutikula
tebal dan kriting
Tebal kulit buah : ± 0,09 cm
Warna buah muda : hiaju muda
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Warna buah tua : merah cerah
Berat/buah : ± 8 gr
Rasa : pedas
Berat/tanaman : ± 2 kg
Hasil : ± 25 ton/ha
Ket : beradaptasi baik di dataran sedang dan
tinggi dengan elevasi 500-1500 m.dpl.
Sumber : Center of Plant Variety ProtectionMinistry
of Agriculture of The Repoblic of
Indonesia
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 22
2. Varietas Hot beuty
Batang : Batang utama berwarna coklat hiaju, berkayu, panjang
antara 20-28 cm dengan diameter 1,5 – 2,5 cm
Daun : berwarna hijau, tulang daun menyirip dilengkapi urat
daun, helaian daun bagian bawah berwarna hijau terang,
sedangkan permukaan atasnya berwarna hijau tua
Bunga : tanaman terus-menerus berbunga, bunga
menggantung. Panjang bunga 1-1,5 cm pada saat
diameter mencapai 2 cm . panjang tangkai bunga 1-2
cm. mahkota bunga berwarna putih dan memiliki 6
kelopak bunga
Buah : rasa pedas, panjang buah berkisar antara 9-15 cm,
diameter 1-1,75 cm
Pertumbuhan : merupakan cabai yang memiliki kemampuan dalam
beradaptasi dengan lingkungan tumbuh cukup tinggi.
Dapat dipanen 75-80 HST dengan interval panen 1-3
hari sekali
Produksi : berat buah/pohon : 1,6-2 kg/tanaman
Berat/buah : 7,5-15 g/buah
Sumber : Nawangsih, AA., HP. Imdad dan A. Wahyuni, 1995.
Cabai Hot Beuty. Penebar Swadaya, Jakarta.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 23
3. varietas Laris
Adaptasi lingkungan : beradaptasi baik pada dataran rendah
sampai tinggi
Kerebahan : tanaman tegar dan tahan rebah
Kemurnian : 99 %
Daya tumbuh : 85 %
Tinggi tanaman : mencapai 100-140 cm
Tipe buah : kriting
Diameter buah : 0,9 cm
Panjang buah : 14,5 cm
Potensi hasil : 0,6 – 0,8 Kg/tanaman
Warna buah : Buah muda berwarna hijau dan matang
merah menyala kelihatan selalu segar
Umur panen : 110-115 HST
Umur berbunga : 60-75 HST
Ketahanan terhadap OPT : Toleran sampai tahan
Daya simpan : lama dan tahan transportasi jauh
Rasa : pedas
Sumber : cap panah merah. PT. East West
Indonesia. PO.BOX.1. Cempaka.
Purwakarta 41181 Indonesia.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
4. Varietas Lokal (Kriting)
Batang : Batang utama berwarna coklat hiaju, berkayu, panjang
antara 25-32 cm dengan diameter 1,5 – 3 cm
Daun : berwarna hijau, tulang daun menyirip dilengkapi urat
daun, helaian daun bagian bawah berwarna hijau terang,
sedangkan permukaan atasnya berwarna terang.
Bunga : tanaman terus-menerus berbunga, bunga
menggantung. Panjang bunga 1-2 cm pada saat
diameter mencapai 2 cm . panjang tangkai bunga 1-2
cm. mahkota bunga berwarna putih dan memiliki 6
kelopak bunga
Buah : rasa pedas, panjang, kecil dan keriting. Panjang buah
berkisar antara 9-15 cm, diameter 1-1,5 cm
Pertumbuhan : merupakan cabai yang memiliki kemampuan dalam
beradaptasi dengan lingkungan tumbuh cukup tinggi.
Dapat dipanen 75-85 HST dengan interval panen 10-13
kali
Produksi : berat buah/pohon : 1-1,5 kg/tanaman
Berat/buah : 4-4,5 g/buah
Sumber : Soetrisno, 1992 dalam Santhika, 1995
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008. USU Repository © 2009