Download - Uas Kesenian (Recovered)
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA IKONOGRAFI DALAM LUKISAN I NYOMAN
MASRIADI YANG BERTEMAKAN SINDIRAN TERHADAP
LIFESTYLE MANUSIA MODERN DALAM 6 KARYA
MASRIADI
TUGAS AKHIR
SEJARAH KESENIAN
MUHAMMAD FARIS
1006761963
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
DEPOK
DESEMBER 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Seni merupakan I Nyoman Masriadi telah masuk ke dalam jajaran elit
dalam pelukis kontemporer Indonesia. Pencapaian itu ia dapatkan setelah menjadi
yang terbaik di dalam acara lelang Southeby’s di Hongkong.1 Pada acara tersebut
ia telah mengalahkan tidak hanya senior-seniornya dari Indonesia, tetapi juga dari
negara-negara Asia khususnya di Asia Tenggara.
Perjuangannya tersebut di acara tersebut tidak seperti “membalikkan
telapak tangan” karena sebelum ia mencapai posisi tersebut, Masriadi harus
berusaha selama 10 tahun untuk dalam posisi seperti ini. Dalam perjuangannya
tersebut ia pernah berkali-kali lukisannya ditolak oleh kolektor seni pada awal-
awal karirnya.
Dari penolakan tersebut, Masriadi tidak menyerah dalam usaha
melukisnya. Akhirnya ia dapat menjalin koneksi tersebut melalui berbagai
pameran seni bersama tersebut ia kemudian mulai meretas jalan ke Internasional.
Selain perjuangannya dalam usaha agar tetap eksis di dalam dunia perlukisan,
Masriadi juga tetap dalam idealisme melukisnya. Idealisme tersebut dia
pertahankan selama ini tanpa merubahnya, yaitu dalam teknik permainan warna,
gelap terang, dan figur-figur imajinatif dengan lekuk-lekuk tubuh. Kesemuanya
ide yang ia dapatkan, yaitu dari kebiasaannya sehari-harinya baik dari keluarga
maupun hobinya yang menyukai game dan kartun.
Dengan hobinya dan idealisme tersebut Nyoman Masriadi membuat
gambar-gambarnya yang sangat bersifat ekspresionis. Lukisan ekspresionis
tersebut ditambah dengan unsur-unsur, seperti judul yang dibuat sedikit jenaka
1 http://files.shareholder.com/downloads/BID/404267219x0x238915/ee256844-9a9a-4929-9649-c6dca80b44ed/238915.pdf diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 09.35 WIB
dan pengambaran yang sedikit menyindir. Dari unsur-unsur tersebut maka saya
mencoba untuk mengambil tema sindiran dalam kehidupan manusia modern
karena lukisan-lukisan yang terpilih sangat terlihat kehidupan orang kota yang
modern dengan berbagai tingkah lakunya baik yang positif maupun negatif.
1.2 Rumusan Penulisan
Dalam penulisan kali, penulis mencoba untuk menganalisa 6 karya I
Nyoman Masriadi dengan mengunakan teknik Ikonografi. Sehingga dalam
perumusannnya akan terdapat pertanyaan-pertanyaan agar memudahkan penulis
menganalisa:
1. Apakah teknik ikonografi tersebut? Dan bagaimanakah melakukan teknik
ikonografi dalam sebuah lukisan?
2. Dalam penulisan kali mengambil 6 karya I Nyoman Masriadi yang telah
dihimpun dalam satu tema, yaitu Kritik Sosial pada Masyarakat Modern,
lalu bagaimanakah cara menganalisanya menggunakan teknik ikonografi?
BAB 2
ISI
2.1 Proses Pendekatan Ikonografi
Kemunculan seni tidak lepas dari sejarah berkembangnya peradaban
manusia di dunia. Bahkan seni itu sendiri dalam sejarahnya pernah menjadi
pertanda dari majunya peradaban manusia pada zaman dahulu, karena pada waktu
belum adanya tulisan di dunia ini manusia mendeskripsikan dirinya dengan
menggunakan gambar atau lukisan. 2Dari gambar dan lukisan tersebut manusia
menjelaskan kehidupannya selama itu.
Kemudian perkembangan lukisan yang merupakan cabang dari seni
tersebut dapat dievaluasi melalui berbagai Perspektif, seperti estetika, semiotika,
Ikonografi, dan lain-lain. Pendekatan ikonografi menjadi aspek yang sering
dijadikan bahan analisa karena pada Perspektif ini dibahas mengenai
subjek/matter dari sebuah lukisan.
Aspek ikonografi dipopulerkan oleh Erwin Panofsky dari Institut Warburg,
Jerman. Ia memperkenalkan Ikonografi untuk pembacaan sebuah lukisan dengan
tiga tahap, yaitu pra-ikonografi, ikonografi (pendeskripsian), dan interpretasi
ikonografi.3 Dari ketiga tahap tersebut dilakukan secara berurutan untuk dapat
membaca lukisan yang ingin dianalisa. Penjelasan ketiga tahap tersebut, yaitu:
- Pra-ikonografi merupakan tahap awal dari pendekatan ikonografi. Dalam
tahap ini mengindentifikasi bentuk, garis, warna, dan material lainnya
yang merepresentasikan dari objek natural sebuah lukisan
- Ikonografis atau pemabahasan subjek konvensional adalah tahap kedua
dari Ikonografi. Tahap ini menjelaskan mengenai pertautan antara motif,
citra gambar, dan maknanya
2 Harry Sulistianto, MENGKAJI LUCIA HARTINI DAN LUKISANNYA DARI PERSPEKTIF PSIKOANALISIS, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196605251992021-HARRY_SULASTIANTO/ARTIKEL/PENDEKATAN_PSIKOANALISIS_PADA_KARYA_SENI_LUKIS.pdf. diakses pada 28-11-2012, pukul 09.04 WIB3 http://basnendar.dosen.isi-ska.ac.id/2010/07/26/kajian-makna-kartun-editorial-melalui/
- Ikonologis atau Interpretasi Ikonografi adalah tahap terakhir dari
ikonografi. Tahap ini menjelaskan mengenai penafsiran dan penggalian
makna intrinsik atau makna yang hakiki dari lukisan yang menjadi objek
pengamatan.
2.2 Analisa 6 Karya Dalam Perspektif Ikonografi
Pendekatan perspektif Ikonografi akan menjadi metode yang akan
digunakan untuk menganalisa enam karya I Nyoman Masriadi. Keenam karya
tersebut memiliki kesamaan sehingga dalam penentuan temanya, yaitu “Sindiran
Dalam Kehidupan Manusia Modern” dan karya-karya tersebut yaitu :
no Judul Lukisan Lukisan
1 Paparazzi (tahun 2001)
2 Juling
3 Interior
4 Uang Segar (tahun 2007)
5 Gadis Harli
6 Too Small
1. Paparazzi :
a. Deskripsi Preiconographical
Dalam lukisan terdapat seorang laki-laki dengan badan yang maskulin dan
hanya mengenakan celana pendek dan kaos kaki . Lelaki tersebut menjadi
karakter tunggal dalam lukisan yaitu dengan hampir satu lukisan penuh (potrait)
dan lelaki tersebut juga sedang memegang dengan kamera dan kemudian ia
tersenyum saat melihat sesuatu dengan kameranya. Lukisan ini dominan dengan
sedikit warna gelap yaitu tubuh karakter yang ditampilkan dan background
lukisan yang sedikit terang yaitu abu-abu bergaris-garis yang berada di belakang
karakter.
b. Analisa Iconographical
Paparazzi berasal dari bahasa Italia yang artinya fotografer, sehingga
Paparazzi dapat disebut bagian dari fotografer yang memfoto orang-orang terkenal
atau penting, seperti Artis, politikus, atlit, dan lain-lain. Namun, dalam faktanya
Paparazzi tidak seperti fotografer biasanya karena dia merupakan fotografer
independen sehingga ia tidak terikat terhadap institusi apapun. Paparazzi dalam
bekerja selalu sembunyi-sembunyi sehingga keadaan mereka tidak diketahui oleh
targetnya. Dari cara bekerja mereka tersebut Paparazzi dapat menghasilkan foto-
foto yang luar biasa dibandingkan fotografer lainnya karena mereka selalu
berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akibat dari cara mereka
tersebut kadang-kadang target mereka merasa kesal karena kehidupan pribadinya
terusik dengan keberadaan Paparazzi. Paparazzi semakin berkembang dengan
berkembangnya dunia entertaiment di dunia sehingga semakin berkembang
kehidupan modern manusia maka akan bertambah juga profesi Paparazzi.
c. analisa Interpretasi Ikonologi
Lukisan Paparazzi yang dibuat oleh I Nyoman Masriadi pada tahun 2001.
Lukisan ini memiliki makna yaitu Paparazzi yang merupakan fotografer yang
misterius dan melakukan apa saja untuk mendapatkan foto, digambarkan dengan
laki-laki yang bahkan dia tidak memperhatikan dirinya sendiri. Dapat dilihat
dengan pakaian yang dipakai oleh Paparazzi tersebut hanya celana pendek dan
kaos kaki, namun ketika dia sudah mendapatkan apa yang diinginkan seperti
target misalnya seorang artis melakukan sebuah kontroversi, maka sang Paparazzi
akan tersenyum melihat keadaan tersebut walau dia lupa akan dirinya sendiri.
2. Juling :
a. Deskripsi Preiconographical
Pada gambar ini terdapat beberapa orang seperti yang dijadikan objek
lukisan. Orang-orang tersebut hanya digambar dengan setengah badan ataupun
kepalanya saja. Karakter-karakter di lukisan tersebut semuanya memegang
handphone dan mata-mata mereka terfokus hanya kepada handphone yang
dipegang. Pewarnaan dalam lukisan yang dipakai adalah warna-warna tersier,
seperti coklat merah maupun kuning. Penggambaran waran coklat tersebut
memiliki makna bijaksan, maskulin, sopan, dan lain-lain. Sehingga terlihat
kehidupan modern dari lukisan tersebut dengan tambahan unsur teknologi yaitu
handphone.
b. Analisa Iconographical
Penggambaran visual dari lukisan sangat terlihat jelas kehidupan modern
masyarakat kota yang kebanyakan adalah pekerja kantoran. Visual tersebut
terlihat dengan pakaian dari karakter-karakter yang ditampilkan, seperti
perempuannya berpakaian formil atau terkesan elegan dengan tambahan seperti
syal dan aksesoris-aksesoris lainnya yang menambah kesan feminim dari pekerja
kantoran wanita. Untuk pria digambarkan memakai kemeja dan ada beberapa
yang beberapa karakternya memakai jas dan dasi menambah kesan maskulin dari
karakter-karakter pria tersebut. Untuk menambah kesan modern ditambah
handphone yang merupakan alat komunikasi yang tidak bisa dilepaskan dalam
dunia modern.
c. analisa Interpretasi Ikonologi
Dalam pemaknaan lukisan Juling karya Nyoman Masriadi ini adalah
sebuah sindiran terhadap berkembangnya Handphone sekarang ini. Pada awalnya
dibuat sebagai alat komunikasi jarak jauh yang dapat dipakai dimana saja, namun
saat ini Handphone berubah menjadi lifestyle bagi masyarakat kota ataupun
modern. Berkembangnya teknologi dalam handphone juga berpengaruh terhadap
lifestyle manusia terhadap pemakaiannya, sampai ada joke dari anak-anak sekolah
saat ini,”lebih baik ketinggalan tugas rumah (PR) daripada ketinggalan
handphone”. Oleh sebab itu dapat diinterpretasikan judul Juling dari lukisan ini
adalah sindiran bagi orang-orang modern saat ini yang matanya tidak dapat
terlepas dari handphone yang mereka miliki.
3. Interior
a. Deskripsi Preiconographical
Dalam gambar ini terdapat dua latar berbeda yang menjadi satu lukisan.
Pada latar sebelah kiri terdapat sepasang pria dan wanita yang sedang
bercengkrama dan sebelah kanan terdapat tiga orang yaitu satu laki-laki dan dua
wanita sedang duduk di sofa. Pewarnaan yang dipakai, yaitu latar keduanya
dipakai warna hitam-putih yang memiliki makna bijak, karakter laki-laki
disebelah kanan berwarna abu-abu dan sebelah kiri berwarna hitam. Terakhir
pewarnaan untuk karakter wanita adalah warna tersier.
b. Analisa Iconographical
Penggambaran visual dari dua latar yang disajikan dalam satu lukisan ini
adalah kehidupan orang perkotaan dan modern saat ini. Sebelah kiri laki-laki yang
digambarkan memiliki tubuh yang besar yang memiliki makna orang yang berduit
atau kaya sedang memegang tangan seorang wanita. Kemudian laki-laki itu
tersenyum seperti sedang menawarkan sesuatu kepada wanita, lalu wanita tersebut
berkata “jangan begicu dong” yang memiliki makna menolak atau malu akan
ajakan laki-laki tersebut. Pada latar sebelah kiri terlihat seorang laki-laki hanya
memakai singlet dan celana pendek sedang duduk, lalu disebelah kanan dan kiri
lelaki tersebut terdapat dua wanita berpakaian seksi. Kedua wanita tersebut
bersikap menggoda laki-laki dengan kata-kata yang berada dalam lukisan
c. analisa Interpretasi Ikonologi
Pemaknaan lukisan tidak dapat terlepas dari judul lukisan tersebut yaitu
Interior. Dalam visualisasi lukisan yang terdapat dua latar dalam satu lukisan.
Dalam latar sebelah kanan visualisasi laki-laki dengan perut gendut yang memiliki
makna seorang laki-laki kaya sedang menggoda wanita yang berpakaian seksi.
Pada latar sebelah kiri hampir sama dengan latar di samping lelaki kaya sedang
dikelilingi oleh dua wanita berpakaian seksi. Maka dapat diinterpretasikan bahwa
seorang laki-laki kaya dapat menjadikan wanita menjadi “interior” dari
kehidupannya. Hal tersebut juga karena terbentuknya karakter materialisme di
dalam diri beberapa wanita pada kehidupan modern saat, sehingga jika ada laki-
laki kaya yang ingin memacarinya atau menikahinya maka akan diterima.
4. Uang Segar :
a. Deskripsi Preiconographical
Dalam lukisan ini hanya terdapat satu karakter yaitu seorang wanita
memakai baju ucansee, celana jeans, dan terdapat selipan uang di dada sebelah
kirinya . Di belakang wanita terebut terdapat banyak bantal yang bersusun-susun
sampai tingginya melebihi wanita tersebut. Pewarnaan yang dipakai adalah warna
coklat kemerahan untuk karakter wanita yang memiliki kesan maskulin atau
feminim, sedangkan pakaian dan latarnya dipakai warna-warna terang yang
mengesankan suasana meriah dan mengairahkan.
b. Analisa Iconographical
Penggambaran visual dari lukisan Uang segar adalah karakter wanita yang
memakai pakaian seksi. Wanita tersebut sedang berpose menggoda yaitu
mengangkat tangan kirinya keatas dan tangan kanannya bertolak-pinggang. Selain
itu, terdapat selipan uang seratus ribu segenggam yang berada diselipan dada
sebelah kirinya. Di belakang terdapat bantal yang bertumpuk, bantal biasanya
berada di sebuah kamar dan di kamar biasanya orang tidur atau berhubungan
suami istri.
c. Analisa Interpretasi Ikonologi
Pemaknaan lukisan dengan judul uang segar ini tidak terlepas dengan
visualisasi lukisan. Visualisasi dari lukisan tersebut ialah seorang wanita yang
berpakaian seksi dengan pewarnaan warna-warna cerah yang menggairahkan.
Selain, itu juga terdapat selipan segenggam uang seratus ribu di dada wanita
tersebut yang menambah kesan sensual dan terdapat adanya bantal yang
bertumpuk menambah kesan sensual. Sehingga dari penggambaran visual tersebut
adanya kesan sensual dari karakter wanita tersebut dan jika dihubungkan dengan
judul yang bernama uang segar akan menjadi tambah sensual. Uang segar
biasanya uang yang dipakai untuk senang-senang. Jadi dapat diinterpretasikan
bahwa uang yang dipakai untuk berhubungan dengan wanita tuna susila.
Keberadaan pekerjaan tersebut sebenarnya sudah dari dulu ada, namun khusus
zaman modern ini dimana tingkat konsumtif sangat besar membuat orang-orang
rela melakukan apa saja untuk memenuhi hasratnya dan wanita biasanya yang
paling tergoda denga perilaku konsumtif ini.
5. Gadis Harli
a. Deskripsi Preiconographical
Dalam lukisan Gadis Harli hanya terdapat satu karakter yaitu seorang
wanita yang memakai linggerie, celana panjang ketat, dan sepatu kulit ber-hak
sedang duduk di sebuah sofa dengan gaya yang cool. Pewarnaan dalam lukisan
yang dipakai pada latar adalah coklat gelap sehingga terlihat sekali kesan
maskulin dan karakter wanitanya pun memakai warna coklat sehingga kesan
maskulin sangat kuat, walaupun karakter yang ditampilkan adalah seorang wanita.
b. Analisa Iconographical
Penggambaran visual dari lukisan gadis harli ini sangat kental kesan
maskulinnya mulai dari teknik pewarnaan, pakaian mulai dari baju hingga sepatu,
dan latar. Dalam posenya wanita terebut mengangkat kaki kanannya, kemudian
memegang rokok setelah menghisapnya dengan melihat asap keluar dari kedua
lubang hindungnya. Selain itu penempatan lilin diatas meja menambah kesan
“gothik” yang biasanya diidentikan dengan pria.
c. Analisa Interpretasi Ikonologi
Jika kita menengok harli atau harley merupakan motor besar buatan
Amerika ini merupakan sepeda motor yang dikhususkan untuk laki-laki, namun
Nyoman Masriadi dalam lukisannya menempatkan wanita sebagai pemakai harli.
Sehingga pemaknaan atau interpretasi dapat membayangkan bagaimana selama
ini kesan-kesan yang selalu diidentikan dengan pria seperti maskulin, macho, dan
keren. Pada saat ini perempuan pun dapat melakukannya aktivitas dan hobi yang
biasanya dilakukan oleh pria, seperti menunggang harli dan merokok. Keadaan
tersebut akibat berkembangnya pendidikan dan emansipasi di segala lini bagi
wanita. Namun, Masriadi dalam lukisannya tidak hanya menggambarkan
emansipasi wanita dengan karakter wanita harli, tetapi wanita-pun juga berubah
seperti laki-laki dalam bergaya dan bertindak sehingga terkadang wanita tersebut
kehilangan sisi feminim dalam dirinya.
6. Too Small
a. Deskripsi Preiconographical
Dalam lukisan Too Small karya Nyoman Masriadi hanya terdapat satu
karakter yaitu seorang pria yang memakai singlet dan celana pendek putih. Selain
itu, Pria tersebut juga sedang memegang celana jeans yang besarnya lebih dari
pria tersebut. Pewarnaan yang dipakai adalah warna-warna terang seperti biru,
putih, dan abu-abu, namun untuk pewarnaan karakter dipakai warna coklat yang
menjadi penggambaran kesan maskulin pada karakter pria.
b. Analisa Iconographical
Pengambaran visual dari lukisan ini ialah adalah seorang laki-laki yang
digambarkan tidak penuh, yaitu kepala dan kakinya tidak diperlihatkan. Lalu pria
tersebut memegang sebuah jeans berwarna biru, dimana jeans tersebut
digambarkan mempunyai ukuran yang melebihi bentuk tubuhnya.
c. Analisa Interpretasi Ikonologi
Pemaknaan yang dipakai dalam menginterpretasikan lukisan Nyoman
Masriadi yang berjudul Too Small. Digambarkan seorang laki-laki ingin memakai
celana yang ukurannya melebihi ukuran tubuhnya, sehingga dapat dibayangkan
bagaimana jika laki-laki tersebut memaksa untuk memakainya. Pasti celana jeans
tersebut akan menutupi semua tubuhnya dan dia-pun tidak akan terlihat.
Begitupun dengan orang yang berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman,
jika ada handphone model terbaru keluar maka dia akan buru-buru untuk
membelinya sehingga dia tidak dibilang ketinggalan zaman. Namun, perilaku
konsumtif tersebut berbanding terbalik dengan keadaan perekonomiannya
sehingga ia mulai menghutang kemana-kemana dan akhirnya tidak tahu untuk
menutupi semua hutangnya tersebut.
BAB 3
KESIMPULAN
Perkembangan kehidupan manusia di bumi saat ini telah membuat
majunya ilmu, pengetahuan, teknologi. Hal tersebut menyebabkan kehidupan
manusia tidak hanya untuk memenuhi papan dan sandangnya saja, tetapi juga
hasrat untuk memenuhi kebutuhan tersier juga. Sehingga manusia berlomba-
lomba untuk memenuhi hasrat tersebut untuk bergerak maju dalam kegiatan
memenuhi hasrat.
Arus perkembangan kehidupan manusia tersebut menimbulkan sebuah
lifestyle yang hampir diikuti oleh manusia modern saat ini. Namun, tumbuh
berkembanya lifestyle di dalam kehidupan manusia modern tidak selalu
menghasilkan suatu unsur positif dalam perkembangannya, kadang-kadang
perkembang tersebut juga menjurus ke unsur negatif.
Oleh seba itu, Nyoman Masriadi yang merupakan seorang pelukis
khususnya di dalam dunia seni rupa kontemporer, ia membuat beberapa karyanya
untuk menjawab perkembangan lifestyle yang negatif tersebut. Masriadi yang
mempunyai hobi bermain game online di Internet dan menonton anime tersebut
menuangkan idenya dalam sebuah lukisan, sehingga lukisan-lukisannya memiliki
kesan impresionis yang kental dengan perpaduan warna yang beragam.
Dalam menjawab perkembangan negatif dari lifestyle manusia modern
saat ini, masriadi membuatnya dalam sebuah karya dengan sindiran dalam
visualiasi karya. Kemudian dalam memberi judulnya dia gunakan kata-kata yang
memiliki unsur humor, seperti salah satu karya dari enam karya yang terpilih,
yaitu “Juling”. Bahasanya humor yang ia hadirkan dari judul karya tersebut
kemudian ia visualisasikan dengan orang-orang saat ini tidak bisa lepas dari
Handphone. Dimana setiap waktu handphone tersebut ia liat sehingga matanya
menjadi “juling”
Daftar Pustaka
Buku :
Panofsky, Erwin. 1972. Studies in Iconology : Humanistic Themes In The Art Of Renaissance. Westview Perss : Massachussets
Internet :
http://files.shareholder.com/downloads/BID/404267219x0x238915/ee256844-9a9a-4929-9649-c6dca80b44ed/238915.pdf diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 09.35 WIB
Sulistianto, Harry. MENGKAJI LUCIA HARTINI DAN LUKISANNYA DARI PERSPEKTIF PSIKOANALISIS. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196605251992021-HARRY_SULASTIANTO/ARTIKEL/PENDEKATAN_PSIKOANALISIS_PADA_KARYA_SENI_LUKIS.pdf. diakses pada 28-11-2012, pukul 09.04 WIB
http://basnendar.dosen.isi-ska.ac.id/2010/07/26/kajian-makna-kartun-editorial-melalui/ diakses pada 12-12-2012, pukul 12.43 WIB
http://www.wikipaintings.org/en/nyoman-masriadi/mode/all-paintings diakses pada 27-12-2012, pukul 17.30 WIB