Download - tugas mini projek.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak
dan disimpan dalam hati dan tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
dipenuhi dari luar (essensial).Vitamin A berfungsi untuk penglihatan,
pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI,
2005).Kurang vitamin A (KVA) di Indonesia masih merupakan masalah gizi
utama, meskipun KVA tingkat berat (Xeropthalmia) sudah jarang ditemui, tetapi
KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata,
masihmenimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA tingkat subklinis
hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah
dilaboratorium.1,2
PenanggulanganmasalahKurang VitaminA( KVA)bukanhanyauntuk
mencegahkebutaan,tetapijugaberkaitandenganupayamemacupertumbuhan
d
ankesehatananak.MenurutWHO,kebutaananakdiduniakinitelahmencapai1,5miliar
dengantemuansetengahjutakasusbarudalamsatutahun,gangguan
penglihataniniterutamaterjadipadaawalkehidupan. KekuranganvitaminA pada
anak selama periode ini berisiko dan berdampaknegatif pada
kelangsunganhidupanakdanjugadapatmempengaruhiperkembangananak
ketikaanakmencapaiusiasekolah.3
Sejak tahun 1992,Indonesia dinyatakanbebasmasalahXeropthalmia,
namun50%balitamasihmempunyaiserumretinolkurangdari20µg/dlyang
akanberdampakpadarisikokebutaandankematiankarena infeksi. Survei pemetaan
vitamin A yang dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, dilaporkan bahwa
prevalensiXeropthalmia sebesar 0,12%lebihrendahdaribatasWHOyaitu
sebesar0,5%.Namun,bila dilihatdarikecenderunganpencapaiancakupan pemberian
kapsulvitaminAyang mengalamipenurunan sejaktahun2005, dikhawatirkanakan
muncul kembalikasus tersebut.3
1
Kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap
tahunnya sekitar 1 juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata
tingkat berat (Xeropthalmia) 0,25 persen diantaranya menjadi buta dan 60 persen
dari yang buta ini akan meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A
menyebabkan anak berada dalam resiko besar mengalami kesakitan, tumbuh
kembang yang buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian
sebesar 30 persenantara anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan
anak-anak yang tidak kekurangan vitamin A.4
Permasalahan yang sama dialami oleh para ibu yaitu
pemberiankapsulvitaminAuntukibunifas. Manfaatpenting
bagiibudanbayiyangdisusuinyaselainuntuk meningkatkandayatahantubuh dan
meningkatkankelangsungan hidup anak juga dapat membantu pemulihan
kesehatan ibu.Oleh sebab itu pemerintah di tingkat kabupaten dapat
meningkatkan kualitas kesehatan ibudan anak dengan caramemperkuatprogram
vitaminA ibunifas,akantetapikebijakanyangdibuatmasihberupa pengadaan
sedangkan untuk kegiatan distribusi, sosialisasi dan kunjungan rumah masih
sangatterbatas.Menurutpenelitianyang dilakukansebelumnya,terdapat
hubunganantaraketersediankapsulvitamin Auntukibunifasdenganpemberian
kapsulvitaminA, dantidakterdapathubunganantara penolongpersalinanbaik tenaga
kesehatanmaupundukunbersalindenganpemberiankapsulvitaminA untuk ibu
nifas.3
Sejak tahun 2003pemberian kapsulvitaminAuntukibunifasyang
diberikandua kali diterapkandalamprogramkesehatanibudananak.Cakupan
pemberian kapsulvitaminA di PuskesmasTapian NauliKabupaten Tapanuli
Tengahtahun2009adalah67,14%,sedangkanpedomannasionalyangadasaat
inimerekomendasikanbahwa100%ibunifasmendapat duakapsulvitaminA 200.000
IUyangdiberikan palinglambat 30 hari setelah melahirkan.3
Dalam menanggulangi masalah KVA telah dilakukan program pemberian
kapsul vitamin A kepada bayi balita setiap bulan Februari dan Agustus serta
kepada Ibu yang baru melahirkan (Bulan Kapsul Vitamin A).Dalamjangka
panjang dilakukan program peningkatan konsumsi makanan sumber vitamin A
alamiah (SUVITA) baik sayur-sayuran maupun buah-buahan.5
2
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan
menganalisis tentangpelaksanaan pemberian vitamin A di Puskesmas Rawasari
pada tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian yaitu bagaimana gambaran pelaksanaan pemberian vitamin
A di Puskesmas Rawasari tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penatalaksanaan pemberian vitamin A di
Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi jumlah balita yang mendapat vitamin A di
Puskesmas Rawasari Kota Jambi pada tahun 2014.
2. Mengetahui distribusi jumlah ibu nifas yang mendapat vitamin A di
Puskesmas Rawasari Kota Jambi pada tahun 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi peneliti
a. Mengasah kemampuan dalam melakukan penelitian.
b. Mengembangkan nalar dan berpikir kritis dalam melakukan penelitian.
c. Mengetahui gambaran pemberian vitamin A di Puskesmas Rawasari.
d. Sebagai syarat kelulusan pendidikan internsip.
1.4.2 Manfaat bagi puskesmas
a. Memberikan gambaran pemberian vitamin A di Puskesmas Rawasari.
b. Membantu puskesmas mengevaluasi program pemberian vitamin A.
c. Membantu puskesmas meningkatkan program pemberian vitamin A.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
a. Memberikan gambaran pemberian vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas Rawasari.
3
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian
vitamin A.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin A
2.1.1 Definisi Vitamin A
Vitamin merupakan nutrien organik yang
dibutuhkandalamjumlahkeciluntukberbagaifungsi
biokimiawidanyangumumnyatidakdisintesisoleh
tubuhsehinggaharusdipasokdarimakanan. 2,7Vitmain A ditemukan pada tahun
1913 oleh Mc. Collum dan Davis. VitaminA atauretinalmerupakansenyawa
poliisoprenoid yang mengandung
cincinsikloheksenil.VitaminAmerupakanistilahgenerik untuk semua senyawa
dari sumber hewani yang memperlihatkanaktivitasbiologikvitamin A.
Senyawa-senyawa tersebut adalah retinal, asam retinoat dan retinol. Hanya
retinol yang memiliki aktivitaspenuhvitamin A,yanglainnyahanya
mempunyaisebagianfungsivitaminA. 2,7,8
VitaminA mempunyaiprovitaminyaitu karoten. Padasayuranvitamin
Aterdapatsebagai provitamindalambentukpigmenberwarnakuningß karoten, yang
terdiri atas dua molekul retinal yang dihubungkan pada ujung aldehid rantai
karbonnya. Tetapikarenaßkarotentidakmengalamimetabolisme yang efisien, maka
ßkaroten mempunyai efektifitas
sebagaisumbervitaminAhanyasepersepuluhretinal. 7
2.1.2 Struktur Kimia Vitamin A 9
Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu:
1. Retinol
2. retinal (retinaldehyde) dan
3. retinoic acid (Gambar 2.2)
4
Gambar 2.1 Tiga biomolekul aktif vitamin A 9
2.1.3 Klasifikasi Vitamin A 4
Menurut sifatnya vitamin A dikenal menjadi 4 bentuk, yaitu :
1. Retinol Vitamin A (Vitamin A Alkohol)
Merupakan vitamin A yang diberikan kepada bayi/balita dan ibu nifas
dalam bentuk kapsul.
2. Retinyl ester Vitamin A (Vitamin A ester)
3. Retinaldehid Vitamin A (Vitamin A aldehid)
4. Retinoic acid (Vitamin Acid/asam)
Menurut sumbernya vitamin A dibedakan menjadi:
1. Sumber hewani yang mengandung retinol
2. Sumber nabati yang mengandung karoten
2.1.4 Sumber Vitamin A 4
Sumber-sumber vitamin A adalah sebagai berikut:
5
1. Vitamin A dari buah-buahan: Buah apel, buah manga, buah negeri, buah
pepaya, buah pisang, buah kesemek, dan sukun.
2. Vitamin A dari sereal: Pada jagung kuning.
3. Vitamin A dari umbi-umbian: Ubi kuning, ubi rambat merah, dan ubi jalar
merah.
4. Vitamin A dari biji-bijian: Kacang merah dan kacang ercis.
5. Vitamin A dari sayuran: Sayuran bayam, wortel, kangkung, labu kuning ,
terong, semanggi, bungkil daun talas, daun jambu, daun genjer, kacang
panjang , gandaria, kol cina, putri malu, sawi, rumput laut, dan ranti muda.
6. Vitamin A dari hewan: Daging ayam, ginjal domba, daging bebek, hati ayam,
hati sapi, ikan, dan telur.
7. Vitamin A dari hasil olahan: Mentega, minyak ikan, kepala susu, minyak
kelapa sawit, dan tepung ikan.
2.1.5 Fungsi Vitamin A 4,7
Vitamin A berperan daalam proses-proses didalam tubuh, yaitu :
1. Menjaga kesehatan mata dengan menjaga kornea mata agar tetap sehat.
2. Mempercepat penyembuhan luka.
3. Mempertahankan kesehatan dan struktur kulit, rambut dan gigi.
4. sebagai antioksidan, yang membantu merangsang dan memperkuat daya tahan
tubuhdalam meningkatkan aktivitas sel pembunuh kuman (natural killer cell),
memproduksi limfosit, f agositis, dan antibodi.
5. memperkuat kekebalan selular (sistemsel) yang menghancurkan sel kanker
6. mencegah dan memperbaiki penciutan kelenjartimus(kelenjar utama yang
berperandalam sistem imun) yang terjadi sebagai akibat stress kronis.
7. sistem reproduksi, pembuatan dan aktivitas hormonadrenalin, pembuatan dan
aktivitas hormon tiroid, mempertahankanstruktur dan fungsisel‐sel saraf.
8. Membantu metabolisme protein .
9. pencegahaninsidensi terjadinyakanker jaringan epitelial C jaringanpelindung
yang menjadi lapisan terluar dari organ tubuh), yaitu kanker paruparu, saluran
pencernaan, saluran kemih, dan kulit.
10. Membantu pembentukan kembali se-sel tubuh
6
2.2 Kekurangan Vitamin A (KVA)
2.2.1 Definisi Kekurangan Vitamin A
KVA merupakan salah satu masalah gizi kurang di Indonesia. Vitamin A
itu sendiri berfungsi antara lain menjaga kelembaban dan kejernihan selaput
lendir, memungkinkan mata dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang
cahaya (sore atau senja hari), serta pada ibu nifas akan meningkatkan mutu
vitamin A dalam ASI, sehingga bayi akan mendapatkan vitamin A yang cukup
dari ASI. Akibat dari kekurangan vitamin A ini bermacam-macam antara lain
terhambatnya pertumbuhan, gangguan pada kemampuan mata dalam menerima
cahaya, kelainan-kelainan pada mata seperti xerosis dan xerophthalmia, serta
meningkatnya kemungkinan menderita penyakit infeksi.Pada anak yang
mengalami kekurangan vitamin A berat angka kematian meningkat sampai 50%.10
KVA ditunjukan dengan kadar serum retinol dalam darah kurang dari
20μg/dl. Masih dalam buku tersebut terdapat Xeroptalmia merupakan Istilah yang
menerangkan gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin A, termasuk
terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retinayang dapat
menyebabkan kebutaan. KVA adalah suatu keadaan, ditandai rendahnya kadar
Vitamin A dalam jaringan penyimpanan (hati) & melemahnya kemampuan
adaptasi terhadap gelap & sangat rendahnya konsumsi/ masukkan karotin dari
Vitamin A (WHO, 1976).11
Kekurangan vitamin Apada anak-anak berakibat lebih buruk dibandingkan
pada orang dewasa. Pertumbuhan badan terganggu dan kekebalan terhadap
penyakit infeksi berkurang. Sering ditemukan hubungan peningkatan defisiensi
vitamin A terjadi seiring peningkatan angka kesakitan khususnya pada penyakit
infeksi. Konsumsi vitamin A dan provitamin A yang rendah (di bawah kecukupan
konsumsi vitamin A yang dianjurkan), berlangsung dalam waktu lama. Pada
dewasa normal, simpanan vitamin A dalam hati bisa memenuhi kebutuhan selama
±24 bulan. Pada anak-anak yang mengalami tumbuh kembang, jika konsumsi
makanan yang mengandung vitamin A tidak memenuhi angka kecukupan gizi
yang dianjurkan, maka Xeropthalmia kelihatan dalam beberapa minggu. Sebuah
gejala awal kekurangan vitamin A adalah buta senja (night blindness). Buta senja
7
terjadi ketika cadangan vitamin A di hati hampir habis. Kemudian ocular lesions
seperti conjunctiva xerosis, Bitot's spot, keratomalacia, dan Xeropthalmia dapat
terjadi. Untuk mendeteksi kondisi buta senja seseorang, dapat melalui suatu
proses pengujian dengan metode yang sesuai, seperti rapid dark adaptation
test atau photostress test (Gibson, 1990). 11
Tingkatan kekurangan Vitamin A adalah :
1. Buta Senja (XN)
2. Xerosis Konjungtiva (X1A)
3. Xerosis Konjungtiva dan Bercak Bitot (X1B)
4. Xerosis Kornea (X2)
5. Keratomalasia dan Ulcus Kornea (X3A dan X3B)
6. Xerophtalmia Scar (XS)
7. Xerophtalmia Fundus (XF) 11
2.2.2 Epidemiologi Kekurangan Vitamin A
Saat ini, masih ada 0,8 milyar orang di dunia defisiensi vitamin A. 4000
balita di dunia meninggal karena kekurangan vitamin A. Di Indonesia, 1 dari 2
anak balita kemungkinan besar mengalami Kurang Vitamin A (KVA). Lebih dari
100 juta orang Indonesia mengalami defisiensi zat gizi dan 10 juta balita
mengalami KVA. KVA adalah ancaman daya saing bangsa. Selain itu,
berdasarkan data organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 25 – 30 % kematian bayi
dan balita disebabkan kekurangan vitamin A. Sedangkan di Indonesia sekitar
14,6% anak di atas usia 1 tahun mengalami kekurangan vitamin A dan berdampak
pada penglihatan. 10
2.2.3 Penanggulangan
2.2.3.1 Pemberian Suplementasi Kapsul Vitamin A
A. Suplementasi Vitamin A
Pemberian suplementasi secara periodik ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya KVA dan meningkatkan simpanan/cadangan vitamin A (WHO, 1997).
8
Dengan demikian, rendahnya asupan vitamin A dan meningkatnya kebutuhan
akan vitamin A dapat diimbangi dengan pemberian suplementasi. 11
Kapsul vitamin A yang digunakan dalam kegiatan suplementasi vitamin A
adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi :
Gambar 2.1 Kapsul vitamin A 11
B. Sasaran
1. Bayi
Kapsul vitamin A 100.000 IU (warna biru) diberikan kepada semua
bayi berumur 6 – 11 bulan, baik sehat maupun sakit.
2. Anak Balita
Kapsul vitamin A 200.000 IU (warna merah) diberikan kepada semua
anak balita (umur 1 – 5 tahun), baik sehat maupun sakit.
3. Ibu Nifas
Kapsul vitamin A 200.000 IU (warna merah) diberikan kepada ibu
yang baru melahirkan (nifas) sehingga bayinya akan memperoleh vitamin
A yang cukup melalui ASI. 2,11
C. Dosis Vitamin A
Secara Periodik
1 Bayi umur 6 – 11 bulan
9
Satu kapsul vitamin A 100.000 IU (warna biru) diberikan satu kali
secara serentak pada bulan Februari atau Agustus.
2 Anak Balita umur 1 – 5 tahun
Satu kapsul vitamin A 200.000 IU (warna merah) tiap 6 bulan,
diberikan secara serentak pada bulan Februari danAgustus.
3 Ibu Nifas
Satu kapsul vitamin A 200.000 IU (warna merah) dalam masa nifas.
Kapsulvitamin A diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan. 2,11
Kejadian Tertentu
1. Xeropthalmia
Bila ditemukan bayi atau anak balita dengan salah satu tanda
Xeropthalmia seperti: buta senja, bercak putih (bercak bitot), mata keruh atau
kering.
a. Saat ditemukan, segera diberi 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI atau
100.000 SI sesuai umur.
b. Hari berikutnya, 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI atau 100.000 SI
sesuai umur.
c. Empat minggu berikutnya: 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI atau
100.000 SI sesuai umur (kelainan mata berupa bercak bitot, mata keruh
atau kering yang disertai luka perlu diberikan pengobatan lokal seperti
salep antibiotik). 2
2. Campak, Pneumonia, Diare, Gizi Buruk dan Infeksi lain
Anak balita yang menderita penyakit seperti tersebut di atas segera dib
eri satu kapsul vitamin A 200.000 SI. Untuk bayi diberi satu kapsul vitamin
A 100.000 SI. 2
Catatan: Bila di suatu desa terdapat ”Kejadian Luar Biasa (KLB)”
campak, maka sebaiknya seluruh anak balita di desa tersebut masing-
masing diberi satukapsul vitamin A.
10
D. Periode Pemberian
1. Bulan Kapsul
Untuk tujuan pencegahan, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
diberikan kepada bayi dan anak balita secara periodik, yaitu untuk bayi
diberikan pada bulan Februari dan Agustus. Pemberian secara serentak dalam
bulan Februari dan Agustus mempunyai beberapa keuntungan:
a. Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk
pencatatan dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal
pemberian yang sama.
b. Memudahkan dalam upaya pengerakkan masyarakat, karena kampanye
dapat dilakukan secara nasional disamping secara spesifik daerah.
c. Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV,
spotradio, barang-barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi
dan disebarluaskan oleh tingkat Pusat/Propinsi/Kabupaten.
d. Dalam rangka Hari Proklamasi RI (Agustus) biasanya bnayak kegiatan-
kegiatan yang dapat digunakan untuk promosi kesehatan, termasuk
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
e. Bulan Februari dan Agustus merupakan bulan pemantauan garam
beryodium di tingkat masyarakat sehingga kegiatan tersebut dapat
diintegrasikan ditingkat Puskesmas. 2
2. “Sweeping”/Kunjungan Rumah
Sweeping dilakukan apabila bayi/balita tidak mendapatkan vitamin A
pada bulan februari dan agustus. Sweeping bulan februari dilakukan sampai
minggu ketiga maret sedangkan sweeping bulan agustus dilakukan sampai
minggu ketiga september. 2
E. Cara Pemberian
1. Pada Bayi/Balita
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita,
apakah pernah menerima kapsul Vitamin A pada 1 (satu) bulan terakhir.
Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita:
11
Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000
IU) untuk balita
Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul (dan tidak
membuang sedikitpun isi kapsul)
Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung satu kapsul
untuk diminum. 11
2. Pada Ibu Nifas
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan sampai 6 minggu setelah
kelahiran bayi (0- 42 hari). Ibu nifas harus diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi
karena:
Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan
Vitamin A dalam ASI selama 60 hari
Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup menambah
kandungan Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan.
Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan
Mencegah infeksi pada ibu nifas 11
Kapsul Vitamin A merah (200.000 IU) diberikan pada masa nifas
sebanyak 2 kali yaitu :
1 (satu) kapsul Vitamin A diminum segera setelah saat persalinan
1 (satu) kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul
pertama 11
Catatan :
Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A,
maka kapsul vitamin A dapat diberikan pada kunjungan ibu nifas :
Pada KN 1 (6-48 jam) atau saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0)
Pada KN 2 (bayi berumur 3-7 hari) atau
Pada KN 3 (bayi berumur 8 -28 hari)
2.2.3.2 Manajemen Kegiatan Suplementasi Vitamin A 2
Manajemen Suplementasi Vitamin A merupakan komponen penting dalam
kegiatan suplementasi vitamin A, kegiatan ini meliputi:
12
A. Perencanaan Kebutuhan Kapsul Vitamin A
Kebutuhan kapsul vitamin A perlu dihitung secara seksama karena akan
mempengaruhi dalam proses pengadaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam proses perencanaan ini adalah:
1. Kebutuhan Kapsul Vitamin A
a. Perhitungan Jumlah Sasaran
Sasaran kegiatan suplementasi vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan,
anak balita dan ibu nifas yang jumlahnya harus diketahui secara tepat. Hal ini
sangat diperlukan dalam perencanaan untuk mencegah terjadinya kekurangan
atau sebaliknya kelebihan jumlah kapsul yang disediakan. Untuk mengetahui
jumlah sasaran dapat dilakukan melalui perhitungan menurut konsep wilayah
kerja, yaitu:
Puskesmas
Data sasaran bayi, anak balita dan ibu nifas merupakan sasaran riil di
tingkat desa/kelurahan;
Data sasaran bayi, anak balita dan ibu nifas di tingkat puskesmas
merupakan rekapitulasi data desa/kelurahan;
Data jumlah sasaran tersebut sebaiknya disepakati oleh bagian KIA,
gizi dan imunisasi;
Data sasaran riil digunakan untuk mengajukan kebutuhan kapsul
vitamin A ke kabupaten/kota dan pelayanan pemberian kapsul vitamin
A.
b. Perhitungan Kebutuhan
Untuk menghitung kebutuhan suplementasi vitamin A untuk bayi,
anak balita dan ibu nifas sebaiknya berdasarkan sasaran riil dari data tahun
lalu, tetapi jika tidak ada data dapat menggunakan CBR dan untuk perlu
menghitung jumlah sasaran terlebih dahulu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Perhitungan sasaran dan kebutuhan kapsul vitamin A untuk bayi 6-11
bulan
13
Crude Birth Rate ( CBR ) x Jumlah penduduk2
Catatan :
1. CBR diambil dari data BPS masing-masing propinsi
2. Untuk kabupaten/kota yang sudah mempunyai CBR dapat
digunakan untuk melakukan perhitungan sasaran diatas
Perhitungan sasaran dan kebutuhan kapsul vitamin A untuk balita
12-59 bulan
Jumlah balita 0-59 bulan = proporsi balita x jumlah penduduk
Jumlah bayi 0-11 bulan = CBR x jumlah penduduk
Jumlah anak balita 12-59 bulan = jumlah balita - jumlah bayi
Catatan :
1. CBR dan proporsi balita diambil dari data BPS masing-masing
propinsi
2. Untuk kabupaten/kota yang sudah mempunyai CBR dan proporsi
balita dapat digunakan untuk perhitungan sasaran diatas
Perhitungan kebutuhan suplementasi vitamin A untuk Ibu nifas
Menghitung jumlah sasaran ibu nifas (0-42 hari setelah
melahirkan): 1.05 x Crude Birth Rate x jumlah penduduk
Catatan :
1. CBR diambil dari data BPS masing-masing propinsi
2. Untuk kab/kota yang sudah mempunyai CBR dapat digunakan
untuk perhitungan sasaran diatas.
B. Mekanisme Penyediaan Kapsul Vitamin A
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kegiatan distribusi vitamin
A dilaksanakan yaitu:
1. Puskesmas
14
a. Kapsul Vitamin A harus sudah tersedia di puskesmas minimal 1 bulan
sebelum pelaksanaan bulan vitamin A
b. Permintaan kapsul vitamin A menggunakan formulir khusus
c. Petugas gizi puskesmas mengambil kapsul vitamin A ke kabupaten/kota
2. Kabupaten/Kota
a. Pengadaan kapsul vitamin A di kabupaten/kota diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan 100% sasaran.
b. Pengadaan kapsul vitamin A dilakukan oleh Tim Pengadaan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (menggunakan Dana APBD).
c. Kapsul Vitamin A harus sudah tersedia di kabupaten/kota 2 bulan sebelum
pelaksanaan bulan Vitamin A.
d. Pengelola program gizi membuat rencana distribusi kapsul Vitamin A
untuk puskesmas dan disampaikan ke pengelola.
e. Gudang Farmasi Kabupaten/kota atau Instalasi Farmasi Kabupaten/kota
(GFK/IFK).
C. Distribusi Kapsul Vitamin A
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan pembagian kapsul vitamin A
dari puskesmas ke kelompok sasaran dengan tepat jumlah dan dosisnya. Kegiatan
distribusi kapsul dilakukan sebagai berikut :
1. Bulan Februari dan Agustus yang merupakan bulan Kapsul vitamin A untuk
bayi dan anak balita. Pada bulan kapsul ini, semua bayi dan anak balita
serentak mendapat kapsul Vitamin A di posyandu di sarana pelayanan
kesehatan lain, atau di sekolah Taman Kanak-kanak dan kelompok bermain.
Kegiatan ini diikuti dan digerakkan oleh semua unsur masyarakat. Untuk
meningkatkankan cakupan kapsul vitamin A dapat berintegrasi dengan
kegiatan kampanye imunisasi dan kegiatan pelayanan kesehatan lainnya.
2. Khususnya daerah yang terpencil dan kepulauan mekanisme distribusi
mengikuti sistem pelayanan kesehatan yang ada, yang harus diperhatikan
adalah mempersiapkan dan melakukan pengiriman kapsul vitamin A lebih
awal.
15
D. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian penting dari kegiatan
pemantuan dan evaluasi. Pencatatan dan pelaporan cakupan suplementasi vitamin
A pada bayi, anak balita dan ibu nifas dilakukan secara berjenjang mulai dari
Posyandu sampai dengan provinsi.
1. Data Utama yang Harus Dicantumkan
Data utama yang harus dicantumkan adalah data jumlah sasaran program,
data jumlah yang menerima kapsul vitamin A, dan cakupan kapsul vitamin A.
a. Data Jumlah Sasaran Program
Data tentang jumlah bayi, anak balita dan ibu nifas yang seharusnya
menerima suplementasi vitamin A dengan dosis sesuai umur. Jumlah sasaran
yang ada:
Di kabupaten menggunakan data proyeksi sasaran program kesehatan dari
data BPS.
Di Puskesmas jumlah sasaran menggunakan data sasaran riil (hasil
rekapitulasi sasaran per desa).
b. Data Sasaran yang Menerima Suplementasi Vitamin A
Data tentang jumlah bayi, anak balita dan ibu nifas yang menerima kapsul
vitamin A baik dari posyandu, fasilitas pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta (klinik-klinik bidan/dokter atau rumah sakit),
atau tempat lainnya seperti TK dan PAUD (kelompok bermain).
Data penerima vitamin A balita dan bayi di tingkat posyandu di dicatat di
KMS, buku KIA dan dicatat kembali dalam buku register balita.
Data penerima vitamin A balita dan bayi yang menerima kapsul vitamin A
di fasilitas pelayanan kesehatan dicatat di buku kohort balita dan buku
kohort bayi.
Data ibu nifas yang menerima kapsul vitamin A dicatat pada buku KIA dan
dicatat kembali dalam buku kohort ibu.
2. Data Sisa Pemakaian Kapsul Vitamin A
Sisa pemakaian kapsul Vitamin A dari tempat seluruh pelayanan di
catat dalam formulir pencatatan.
16
2.2.3.3 Perhitungan Cakupan Suplementasi Vitamin A 2
Cara menghitung cakupan suplementasi Vitamin A merupakan hasil
pembagian antara jumlah bayi, anak balita dan ibu nifas yang menerima kapsul
dengan jumlah seluruh sasaran dan dikalikan 100%. Cara menghitung cakupan
sebagai berikut:
a. Cakupan Vitamin A Bayi (6-11 bulan) :
Jumlah bayi yang menerima kapsul vitamin A (6-11 bulan ) x 100%Jumlah seluruh Bayi umur 6-11 bulan
b. Cakupan Vitamin A Anak Balita (12-59 bulan) :
Jumlah anak balita yang menerima kapsul vitamin A (12-59 bulan )Jumlah seluruh Anak Balita umur 12-59 bulan x100%
c. Cakupan Vitamin A ibu Nifas :
Jumlah ibu nifas yang menerima kapsul vitamin A x 100%Jumlah seluruh ibu nifas
Laporan cakupan kapsul vitamin A anak balita mendapat 2 kapsul
dalam 1 tahun dan pilih cakupan pemberian kapsul vitamin A bulan Februari
atau Agustus yang terendah.
2.2.4.4. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan 2
Pencatatan dan pelaporan dilakukan di semua tingkatan, data yang
dilaporkan adalah sebagai berikut:
1. Posyandu
a. Setiap posyandu melakukan registrasi semua bayi umur 6-11 bulan dan
anak balita umur 12-59 bulan, hasilnya dicatat pada buku register yang ada
seperti Register Penimbangan Balita atau Sistem Informasi Posyandu
(SIP) .
b. Setiap pemberian kapsul vitamin A dicatat pada KMS, buku KIA dan
direkapitulasi dalam buku bantu.
17
c. Setiap pemberian kapsul vitamin A yang dilakukan melalui sweeping juga
harus dicatat pada buku pencatatan kegiatan yang ada.
d. Pencatatan di semua posyandu dan diluar posyandu seperti di TK, PAUD
dll direkapitulasi untuk memperoleh cakupan tingkat desa;
e. Hasil rekapitulasi pemberian Vitamin A setiap desa dilaporkan ke
puskesmas.
2. Puskesmas
a. Pemberian kapsul vitamin A ibu nifas dicatat di kohort ibu, termasuk
pemberian vitamin A yang dilakukan pada pelayanan praktek swasta.
b. Pemberian kapsul vitamin A bayi dan anak balita yang dilaksanakan di di
klinik bidan/dokter, rumah sakit, dan lain-lain harus dicatat dan dilaporkan
oleh puskesmas.
c. Pemberian kapsul vitamin A yang dilaksanakan di posyandu dan tempat
lainnya seperti TK, Pos PAUD direkapitulasi di tingkat desa dan
dilaporkan menjadi laporan tingkat puskesmas.
d. Hasil rekapitulasi tingkat puskesmas dilaporkan ke kabupaten/kota oleh
pengelola program gizi setelah berkoordinasi dengan pengelola program
KIA.
2.2.4 Pencegahan 12
Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani sedangkan karoten terutama
di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di
dalam lemaknya), dan mentega. Sedangkan sumber karoten adalah sayuran
berwarna hijau tua serta sayuran dan buah-buahanyang berwarna kuning-jingga
seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis,
wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak dan jeruk. Minyak
kelapa sawit yang berwarna merah kaya akan karoten.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitan deskriptif.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitan
3.2.1 Tempat Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan di Puskesmas Rawasari Kota
Jambi.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitiandilaksanakan dari Juli 2014 sampai dengan Agustus
2014.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Target
Populasi penelitian adalah balita dan ibu nifas yang mendapat vitamin A di
wilayah kerja Puskesmas Rawasari.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah balita dan ibu nifas yang mendapat vitamin A
di wilayah kerja Puskesmas Rawasari dan tercatat di database tahun 2014.
3.3.3 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah balita dan ibu nifas yang mendapat vitamin A di
wilayah kerja Puskesmas Rawasari dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi:
1. Balita yang mendapat vitamin A di Puskesmas Rawasari
2. Ibu nifas yang mendapat vitamin A di Puskesmas Rawasari
b. Kriteria Eksklusi:
19
1. Data tidak lengkap.
3.3.4 Cara Pengambilan Data
Pengambilan sampel data dilakukan dengan cara mengambil data balita
dan ibu nifas yang mendapat vitamin A di Puskesmas Rawasari tahun 2014.
3.3.5 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan jumlah pasien yang tercatat medapat
vitamin A di Puskesmas Rawasari tahun 2014.
3.4 Cara Kerja
Data yang sudah dikumpulkan dari database puskesmas Rawasari
kemudian diolah menggunakan komputer dan menyajiannya dalam bentuk grafik.
3.5 Defenisi Operasional
1. Balita
Bayi yang berumur 0-59 bulan yang mendapat vitamin A
2. Ibu Nifas
Ibu nifas yang mendapat vitamin A
3. Vitamin A
Vitamin yang diberikan kepada balita dan ibu nifas
3.6 Etika Penelitian
Identitas balita yang mendapatkan vitamin A pada penelitian ini
dirahasiakan. Penelitian ini telah mendapat izin dari Kepala Puskesmas Rawasari.
BAB IV
HASIL
4.1 Profil Lingkungan Komunitas Umum
20
Kota Jambi merupakan Ibukota Provinsi Jambi. Provinsi Jambi terdiri dari
10 daerah kabupaten/kota. Luas wilayah Kota Jambi 205.38 km2, serta terletak
pada 010 30’ 2.98” – 010 7’ 1.07” Lintang Selatan dan 1030 40’ 1.67” – 1030 40’
0.23” Bujur Timur. Ditilik dari topografinya, Kota Jambi relatif datar dengan
ketinggian 0-60 m dari permukaan laut. Secara administratif berbatasan langsung
dengan kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.
Tabel 4.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administratif Berdasarkan
Kecamatan Tahun 2011
KecamatanLuas Wilayah
(km2)
Jumlah
KelurahanJumlah RT
Jumlah
Penduduk
Kota Baru 77.77 10 317 142.237
Jambi Selatan 34.07 9 308 122.627
Jelutung 7.92 7 232 77.740
Pasar Jambi 4.02 4 58 13.480
Telanaipura 30.39 11 272 77.931
Danau Teluk 15.70 5 43 13.573
Pelayangan 15.29 6 46 12.824
Jambi Timur 20.21 10 219 79.794
Jumlah 205.38 62 1.495 540.258
Perbandingan penduduk pria dan wanita nyaris sebanding, yaitu sebanyak:
Pria : 275.311 (50.52%)
Wanita : 262.947 (49.48%)
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Tahun 2011
No Kelompok Usia Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1 0-19 tahun 192.496 35.63
2 20-39 tahun 200.303 37.07
21
3 40-59 tahun 118.275 21.89
4 Lebih dari 60 tahun 29.184 5.40
Total 540.258 100
4.2 Profil Puskesmas Rawasari
Puskesmas Rawasari terletak di Kelurahan Beliung Kecamatan Kota Baru
Kota Jambi. Puskesmas Rawasari membawahi 4 Unit Puskesmas Pembantu yaitu
Puskesmas Pembantu Sei.Sawang, Puskemas Pembantu Simpang III Sipin,
Puskesmas pembantu Villa Kenali dan Puskesmas Pembantu Kampung Hidayat.
Wilayah kerja Puskesmas mencakup 4 kelurahan yaitu Kelurahan Rawasari,
Kelurahan Simpang III Sipin, Kelurahan Beliung dan Kelurahan Mayang
Mengurai, dengan luas wilayah 15,8 Km². Adapun batas–batas wilayah
Puskesmas Rawasari adalah :
1. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Selamat
2. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Kenali Besar dan Bagan Pete
3. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Simpang IV Sipin
4. Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Suka Karya dan Kenali Asam
Bawah
4.2.1 Visi dan Misi Puskesmas Rawasari
Visi
Menjadikan Puskesmas Rawasari sebagai pusat pelayanan Kesehatan
masyarakat yang bermutu di kota Jambi.
Misi
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Rawasari
mempunyai misi mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah:
1. Melaksanakan sistem pembiayaan Puskesmas sesuai PERDA yang berlaku
dengan pelayanan satu pintu.
2. Membina SDM Puskesmas menjadi trampil dan bertanggung jawab terhadap
tugasnya.
3. Memelihara dan meningkatkan kerjasama lintas sektoral, lintas program,
masyarakat dalam upaya melaksanakan program kesehatan.
22
4. Melaksanakan 6 program pokok Puskesmas: Pemberantasan Penyakit
Menular, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan serta Pengobatan dan pelayanan kesehatan yang bermutu pada
masyarakat.
5. Memelihara sarana dan prasarana Puskesmas yang mendukung pelayanan
kesehatan.
6. Melaksanakan sistem informasi kesehatan yang cepat dan tepat.
Jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga dan jumlah RT tahun 2013
di banding tahun 2014 serta Keadaan Demografi wilayah kerja Puskesmas
Rawasari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga
No. Kelurahan
Jumlah
Penduduk
Jumlah Kepala
KeluargaJumlah RT
2013 2014 2013 2014 2013 2014
1. Rawasari16.30
617163 3.141 3629 28 28
2. Simpang III Sipin24.10
025373 3.494 5110 43 43
3. Beliung 7.674 8079 5.110 1635 16 16
4. Mayang Mangurai16.70
017584 1.635 3494 44 44
Puskesmas64.78
068199 13.380 13.868 131 131
4.2.2 Sosial Budaya, Agama, Politik dan Ekonomi
Mayoritas penduduk beragama Islam (82,1%), Kristen(13%),
Budha/Hindhu (3,4%) dan lain – lain (1,6%). Perilaku Masyarakat berobat ke
Puskesmas Rawasari dan 4 Puskesmas Pembantu , yaitu Pustu Sei.Sawang, Pustu
Simpang III Sipin, Pustu Kenali Permai dan Pustu Kampung Hidayat. Dan
sebagian ke Puskesmas sekitar atau praktek swasta. Otonomi daerah dengan
dukungan Pemerintah Daerah cukup baik, mata pencarian penduduk mayoritas
23
petani dan pegawai negeri, dan yang lainnya pedagang, buruh dan pensiunan
pegawai negeri.
4.2.3 Pendidikan
Sebagian besar pendidikan SD sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat
dan Perguruan Tinggi. Fasilitas pendidikan yang ada diwilayah kerja Puskesmas
Rawasari adalah : TK 24, SD/MI = 17/3, SLTP/MTS = 2/3, SLTA/MA = 6/1 dan
PT = 1.
4.2.4 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Rawasari
Puskesmas Rawasari mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan dalam
gedung berupa: pelayanan Gawat Darurat sederhana, Poli umum, Poli gigi,Poli
Anak, Poli Imunisasi, Poli KIA,Poli KB, Kesehatan Anak, Pojok Kesling, Pojok
Gizi, Pojok laktasi, Klinik IMS, Pemeriksaan Labor dan Pelayanan Apotik.
Pelayanan luar gedung berupa : Puskesmas Pembantu 4 buah, posyandu 35 Pos,
Posyandu usila 3 Pos dan UKS Strata Optimal (1) di SD 150/IV kota jambi.
4.2.5 Ketenagaan
Tabel 4.4 Ketenagaan di Puskesmas Rawasari Kota Jambi
NO. TENAGA JUMLAH KETERANGAN
1. Dokter Umum 2 orang 1 Kepala Puskesmas
2. Dokter gigi 1 orang
3. Sarjana Kesehatan 1 orang
4. Bidan D.III 6 orang
5. Bidan D I 9 orang
6. Sarjana Keperawatan 5 orang 1 orang TKS
7 Perawat D III 10 orang
8. Perawat 5 orang
9. Perawat Gigi D III 2 orang 1 orang TKS
10 Perawat Gigi 2 orang
11. Analis Kesehatan 3 orang
12. Sanitarian D III 4 orang
13. Sanitarian D I 1 orang
14. Gizi D 1 1 orang
24
15. S 1 Gizi 1 orang
16. Apoteker S 1 Farmasi 1 orang
17. Asisten Apoteker D III 2 orang
18. Asisten Apoteker 1 orang
19. Crash Program ( PCPPM ) 1 orang
20. LCPK 3 orang
4.2.6 Kelembagaan
Puskesmas Rawasari merupakan salah satu Puskesmas di Kota Jambi yang
dibawahi langsung Dinas kesehatan Kota Jambi. Puskesmas ini diklasifikasikan
Puskesmas Rawat Jalan , dengan membawahi 4 Puskesmas Pembantu. dikepalai
seorang Kepala Puskesmas dan di bantu oleh Tata Usaha serta beberapa
Koordinator Program di Puskesmas. Dalam struktur organisasinya dibagi
beberapa unit program yang masing – masing unit pelayanan akan dipegang oleh
seorang koordinator, yang dibantu beberapa anggotanya.
4.2.7 Program Pelayanan Kesehatan Puskesmas Rawasari
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa program pokok, program
tambahan. Program-program pokok meliputi Promkes, KIA, P2M, Gizi, Kesling,
Pengobatan dasar. Program-program tambahan meliputi KB, Usila, Perkesmas,
Laboratorium, Kesehatan Mata, Kesehatan telinga, Kesehatan Jiwa, UKS/UKGS,
Kesehatan Gigi dan Mulut, Klinik IMS dan SP2TP (SIK). Puskesmas Rawasari
mulai tahun 2008 sudah menerapkan KAWASAN BEBAS ROKOK
dilingkungan Puskesmas, sehingga Puskesmas sudah terasa lebih sehat dan
pengunjung selalu diingatkankan untuk tidak merokok di lingkungan Puskesmas.
4.2.8 Pola Penyakit Terbesar di Puskesmas Rawasari
Tabel 4.5 10 Penyakit Terbesar di Puskemas Rawasari
No
.Penyakit Kode ICD
Jumlah Kasus
1 Nasopaharingitis acut / common cold J 00 11.380
2 Penyakit Otot dan Jaringan Ikat M 79 4.078
3 Hypertensi Essential I 10 3.071
25
4 P. Pulpa dan Jaringan Pariental K 04 3.002
5 Dermatitis kontak allergi L 23 2.117
6 Nekrosis Pulpa K 04 1 2.083
7 Demam Tak Tahu Sebab R 50 1.771
8 G a s t r i t i s K 29 1.379
9 Sakit Kepala R 51 1.122
10 DM tak tergantung insulin E. 12 1.099
4.3 Analisis Hasil
4.3.1 Distribusi Jumlah Balita (6-11 bulan) yang Mendapat Vitamin A di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari pada Bulan Februari dan
Agustus Tahun 2014
Tabel 4.6 Jumlah balita (6-11 bulan) yang mendapat vitamin A
pada bulan februari tahun 2014 6
KelurahanSasaran
(target)Pencapaian Persentase
1.
2.
3.
4.
Rawasari
Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung
190
270
186
86
184
275
186
84
96,8%
101,9%
100%
97,7%
Jumlah 732 729 99,6%
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa jumlah balita (6-11 bulan) yang
mendapat vitamin A pada bulan februari tahun 2014 adalah sebanyak 729 orang
(99,6%). Dari empat Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Rawasari, Kelurahan
Simpang III Sipin merupakan Kelurahan yang mendapat persentase pencapaian
tertinggi yaitu sebanyak 101,9% (275 bayi dari target 270 bayi).
26
rawasari Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung Jumlah0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Grafik 4.1 Jumlah balita (6-11 bulan) yang mendapat vi-tamin A pada bulan februari tahun 2014
Kelurahan Sasaran (target) Pencapaian
Tabel 4.7 Jumlah balita (6-11 bulan) yang mendapat vitamin A
pada bulan agustus tahun 2014 6
No KelurahanSasaran
(target)Pencapaian
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Rawasari
Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung
190
270
186
86
182
262
179
78
95,8
97
96,2
90,7
Jumlah 732 701 95
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa jumlah balita (6-11 bulan) yang
mendapat vitamin A pada bulan agustus tahun 2014 adalah sebanyak 701 orang
(95%). Dari empat Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Rawasari, Kelurahan
Simpang III Sipin merupakan Kelurahan yang mendapat persentase pencapaian
tertinggi yaitu sebanyak 97% (262 bayi dari target 270 bayi).
27
rawasari Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung Jumlah0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Grafik 4.2 Jumlah balita (6-11 bulan) yang mendapat vi-tamin A pada bulan agustus tahun 2014
Kelurahan Sasaran (target) Pencapaian
4.3.2 Distribusi Jumlah Balita (12-59 bulan) yang Mendapat Vitamin A di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari pada Bulan Februari dan
Agustus Tahun 2014
Tabel 4.8 Jumlah balita (12-59 bulan) yang mendapat vitamin A
pada bulan februari tahun 20146
No KelurahanSasaran
(target)Pencapaian
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Rawasari
Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung
981
1.152
1.027
389
956
1.017
997
362
97,5
88,3
97,1
93,1
Jumlah 3.549 3.332 93,9
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa jumlah balita (12-59 bulan) yang
mendapat vitamin A pada bulan februari tahun 2014 adalah sebanyak 3.332 orang
(93,9%). Dari empat Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Rawasari, Kelurahan
Rawasari merupakan Kelurahan yang mendapat persentase pencapaian tertinggi
yaitu sebanyak 97,5% (956 balita dari target 981 balita).
28
rawasari Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung Jumlah0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Grafik 4.3 Jumlah balita (12-59 bulan) yang mendapat vi-tamin A pada bulan februari tahun 2014
Kelurahan Sasaran (target) Pencapaian
Tabel 4.9 Jumlah balita (12-59 bulan) yang mendapat vitamin A
pada bulan agustus tahun 20146
No KelurahanSasaran
(target)Pencapaian
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Rawasari
Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung
981
1.152
1.027
389
968
1.025
1.012
374
98,7
89
98,5
96,1
Jumlah 3.549 3.379 95
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa jumlah balita (12-59 bulan) yang
mendapat vitamin A pada bulan agustus tahun 2014 adalah sebanyak 3.379 orang
(95%). Dari empat Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Rawasari, Kelurahan
Rawasari merupakan Kelurahan yang mendapat persentase pencapaian tertinggi
yaitu sebanyak 98,7% (968 balita dari target 981 balita).
29
rawasari Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung Jumlah0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Grafik 4.4 Jumlah balita (12-59 bulan) yang mendapat vi-tamin A pada bulan agustus tahun 2014
Kelurahan Sasaran (target) Pencapaian
4.3.3 Distribusi Jumlah Ibu Nifas yang Mendapat Vitamin A di Wilayah
Kerja Puskesmas Rawasari Tahun 2014
Tabel 4.10 Jumlah ibu nifas yang mendapat vitamin A pada tahun 2014 6
No KelurahanSasaran
(target)Pencapaian
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Rawasari
Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung
387
634
403
190
387
634
403
190
100
100
100
100
Jumlah 1.514 1.514 100
Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan bahwa jumlah ibu nifas yang mendapat
vitamin A pada tahun 2014 adalah sebanyak orang1.514 ibu nifas (100%). Dari
empat Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Rawasari, pencapaian pemberian
vitamin A semuanya 100%.
30
Rawasari Simpang III Sipin
Mayang Mangurai
Beliung Jumlah0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Grafik 4.5 Jumlah ibu nifas yang mendapat vitamin A pada tahun 2014
Kelurahan Sasaran (target) Pencapaian
31
DISKUSI
Dari hasil penelitian tentangProgram Pemberian Vitamin A pada semua
keluruhan di wilayah kerja Puskesmas Rawasari memberikan hasil yang cukup
memuaskan. Dapat dilihat dari pemberian vitamin A pada balita di tahun 2014
pada tiap kelurahan secara umum dengan hasil diatas 90%. Hal ini menandakan
cukup meratanya pemberian vitamin A pada balita, namun tidak secara
keseluruhan. Pemberian vitamin A pada ibu nifas mencapai 100% artinya seluruh
ibu nifas mendapatkan vitamin A pada tahun 2014.
Dari pencapaian yang telah diraih pada tahun 2014,diharapkan pada tahun
berikutnya pencapaian pemberian vitamin A pada balita dapat ditingkatkan lagi,
sehingga pencapaiannya dapat mencapai 100% , seperti pemberian vitamin A
pada ibu nifas. Hal itu dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran
masyarakat, khususnya ibu yangmemiliki balita tentang pentingnya vitamin A
bagi tumbuh kembang anak balita.
Puskesmas terkait dapat melakukan sosialisasi tentang pentingnya vitamin
A pada ibu-ibu yang memiliki balita secara intensif dan kontinyu.Berdasarkan
pengamatan peneliti bahwa, pada umumnya ibu-ibu yang memiliki balita tidak
mengetahui jadwal pemberian vitamin A dan tidak mengetahui tempat pemberian
vitamin A. Oleh karena itu, dari pihak puskesmas khususnya yang memegang
program pemberian vitamin A, dapat mensosialisasikan vitamin A dari segi
manfaat, jadwal pemberiaan dan tempat pemberian vitamin A tersebut kepada
masyarakat.
32
BAB V
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan Gambaran Pelaksanaan Pemberian Vitamin
A di Puskesmas Rawasari Kota Jambi tahun 2014, maka ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jumlah balita (6-11 bulan) yang mendapat vitamin A pada bulan februari tahun
2014 adalah orang 729 (99,6%). Dari empat Kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Rawasari, Kelurahan Simpang III Sipin merupakan Kelurahan yang
mendapat persentase pencapaian tertinggi yaitu sebanyak 101,9% (275 bayi
dari target 270 bayi).
2. Jumlah balita (6-11 bulan) yang mendapat vitamin A pada bulan agustus tahun
2014 adalah sebanyak 701 orang (95%). Dari empat Kelurahan di wilayah
kerja Puskesmas Rawasari, Kelurahan Simpang III Sipin merupakan Kelurahan
yang mendapat persentase pencapaian tertinggi yaitu sebanyak 97% (262 bayi
dari target 270 bayi).
3. Jumlah balita (12-59 bulan) yang mendapat vitamin A pada bulan februari
tahun 2014 adalah sebanyak 3.332 orang (93,9%). Dari empat Kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Rawasari, Kelurahan Rawasari merupakan Kelurahan
yang mendapat persentase pencapaian tertinggi yaitu sebanyak 97,5% (956
balita dari target 981 balita).
4. Jumlah balita (12-59 bulan) yang mendapat vitamin A pada bulan agustus
tahun 2014 adalah sebanyak 3.379 orang (95%). Dari empat Kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Rawasari, Kelurahan Rawasari merupakan Kelurahan
yang mendapat persentase pencapaian tertinggi yaitu sebanyak 98,7% (968
balita dari target 981 balita).
5. Jumlah ibu nifas yang mendapat vitamin A pada tahun 2014 adalah sebanyak
1.514 orang (100%).
33
7.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, cakupan pencapaian pemberian
vitamin A pada balita dan ibu nifas di puskesmas Rawasari tahun 2014 secara
umum sudah bagus. Pencapaian ini bisa dilihat dari persentase perkelurahan yang
didapat. Namun diharapkan pada pemberian vitamin A pada tahun 2015 dapat
meningkat lagi.
Pada tahun berikutnya diharapkan pencapaian pemberian vitamin A dapat
ditingkatkan lagi dengan cara meningkatkan sosialiasi vitamin A. Sosialiasasi
mengenai manfaat pemberian vitamin A, waktu pemberian vitamin A dan dimana
mendapatkan vitamin A tersebut. Hasil pengamatan peneliti selama di puskesmas,
rata-rata balita yang belum mendapatkan vitamin A dikarenakan belum
mengetahui kapan jadwal pemberian vitamin A dan dimana vitamin A dapat
diperoleh.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Vitamin A (serial online).
Diunduh dari URL: http://www.skripsipedia.com/. (Diakses 25 Juli 2014).
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Podoman pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi. 2000.
3. Naibaho E, Gambaranpemberiankapsul vitaminauntukibu nifasolehpenolong
persalinandi wilayah kerjapuskesmas poriaha kecamatan tapiannauli
kabupatentapanuli tengah. Semarang: Program Studi IlmuGizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011.
4. Gsianturi. Vitamin A (serial online). Diunduh dari URL:
http://gizi.depkes.go.id/ (diakses tanggal 25 Juli 2014).
5. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan. Panduan
Manajemen Suplementasi Vitamin A , Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2009
6. Laporan vitamin A Puskesmas Rawasari. Kota Jambi; 2014
7. Triana V. Macam-macam vitamin dan fungsinya dalam tubuh manusia.
Jakarta: Dian Rakyat; 2007.
8. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta: 2004.
9. Rahmasari R. Klasifikasi, fungsi dan metabolisme vitamin. Malang: 2000.
10. Kurniasih M. Managemen dasar langkah-langkah menyelesaikan masalah.
Jakarta: Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi; 2012.
11. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan. Panduan
Manajemen Suplementasi Vitamin A , Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2009.
12. Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A (serial online).
Diunduh dari URL: http://www.skripsipedia.com/. (diakses 25 Juli 2014).
35