Download - Tugas Ikm Manfaat K3
Makalah
Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan
Oleh :
Rangga Raufa Amri 04114705079
Muhammad Hadi Wijaya 04114708039
Aji Kusuma 04114708058
Rininta Fatma Sazamita 04114708022
Nurhafizah Utami 04114705001
Chandra Hadi Pratama 041147050
Pembimbing :
Dr. Anita Masidin, MS, Sp.Ok
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Makalah:
Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan
Oleh :
Rangga Raufa Amri 04114705079
Muhammad Hadi Wijaya 04114708039
Aji Kusuma 04114708058
Rininta Fatma Sazamita 04114708022
Nurhafizah Utami 04114705001
Chandra Hadi Pratama 041147050
Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
Palembang, Desember 2013
Pembimbing
Dr. Anita Masidin, MS, Sp.Ok
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”
Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan”. Makalah ini merupakan salah
satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
RSMH Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Anita Masidin, MS, Sp.Ok
selaku dosen dan pembimbing yang telah memberikan tugas ini, serta semua pihak yang
telah membantu hingga selesainya makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tugas ini dapat memberi manfaat bagi
yang membacanya.
Palembang, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja........................ 3
2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan....... 6
2.3 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.. . 7
2.4. Prosedur Pencegahan Agar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Dapat Tercapai ............................................................... 9
2.5. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan..... 14
BAB III SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18
BAB 1
PENDAHULUAN
Memasuki perkembangan era industri yang bersifat global seperti sekarang
ini, persaingan untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional, nasional
maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif.
Industrialisasi tidak terlepas dari sumber daya manusia, yang dimana setiap
manusia diharapkan dapat menjadi sumber daya siap pakai dan mampu membantu
tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.
Pada dasarnya kekuatan yang ada dalam suatu perusahaan terletak pada
orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Apabila tenaga kerja
diperlakukan secara tepat dan sesuai dengan harkat dan martabatnya, perusahaan
akan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dari uraian
tersebut jelaslah bahwa faktor sumber daya manusia memegang peranan yang
paling penting dan utama dalam proses produksi, karena alat produksi tidak akan
berjalan tanpa dukungan dan keberadaan sumber daya manusia.
Masalah yang sering muncul dalam perusahaan saat ini adalah kurangnya
perhatian terhadap aspek manusiawi. Bila ingin memahami perilaku karyawan,
seorang manajer atau pimpinan harus dapat menciptakan kondisi-kondisi yang
mendukung kenyamanan dan kegairahan kerja, sehingga dengan kondisi tersebut
karyawan dapat meningkatkan mutu kerjanya dan dapat meningkatkan kualitas
serta kuantitas perusahaan itu sendiri.
Tidak jarang para karyawan dalam suatu perusahaan dihadapkan pada
persoalan di dalam keluarga maupun perusahaan. Tekanan persoalan dapat berupa
aspek emosional dan fisik,terbatasnya biaya pemeliharaan kesehatan, dan
berlanjut pada terjadinya penurunan produktivitas karyawan. Pihak manajemen
perusahaan seharusnya mampu mengakomodasi persoalan karyawan sejauh yang
terkait dengan kepentingan perusahaan. Pertimbangannya adalah bahwa unsur
keselamatan dan kesehatan karyawan memegang peranan penting dalam
peningkatan mutu kerja karyawan. Semakin cukup kuantitas dan kualitas fasilitas
keselamatan dan kesehatan kerja, maka semakin tinggi pula mutu kerja
karyawannya. Dengan demikian perusahaan akan semakin diuntungkan dalam
upaya pencapaian tujuannya.
Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur
operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja. Kesehatan kerja adalah
kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan
lingkungan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi
perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan
karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terdapat beberapa pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang
didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah
pada interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan, interaksi
pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin dan
lingkungan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung
terciptanya suasana kerja yang aman. Menurut Malthis dan Jackson (2002),
keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan
dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan
pekerjaan.
Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses
merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan
dalam bekerja. Lalu Husni (2005) menyatakan bahwa keselamatan kerja bertalian
dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau
dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum
dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.
Menurut Rika Ampuh Hadiguna (2009), kecelakaan kerja merupakan
kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di
lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya,
tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat,
dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.
Dengan demikian, keselamatan kerja adalah sebagai ilmu pengetahuan
yang penerapannya sebagai unsur-unsur penunjang seorang karyawan agar
selamat saat sedang bekerja dan setelah mengerjakan pekerjaannya. Unsur-unsur
penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut.
• Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja.
• Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
• Teliti dalam bekerja.
• Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Unsur-unsur keamanan kerja dapat bersifat materil maupun nonmaterial. Unsur-
unsur yang bersifat materil diantaranya sebagai berikut.
• Baju kerja
• Helm
• Kaca mata
• Sarung tangan
• Sepatu
Unsur-unsur keamanan kerja yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut.
• Buku penunjuk penggunaan alat.
• Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
• Himbauan-himbauan.
• Petugas Keamanan.
Kesehatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan sebagai unsur-unsur
yang menunjang terhadap adanya jiwa-raga dan lingkungan kerja yang sehat.
Kesehatan kerja meliputi kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan
rohani dan jasmani saling berkaitan, terutama kesehatan rohani akan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan jasmani dan kesehatan jasmani sangat
dipengaruhi oleh kesehatan lingkungan (environmental).
Unsur-unsur penunjang kesehatan jasmani ditempat kerja adalah sebagai berikut.
• Adanya makanan dan minumn yang bergizi.
• Adanya sarana dan peralatan olah raga.
• Adanaya waktu istirahat.
• Adanya asuransi kesehatan bagi karyawan.
• Adanya sarana kesehatan atau kotak P3K (pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan).
• Adanya buku panduan mengenai K3.
• Adanya transportasi untuk kesehatan (mobil ambulan).
Unsur-unsur penunjang kesehatan rohani ditempat kerja adalah sebagai berikut.
• Adanya sarana dan prasarana ibadah.
• Adanya penyuluhan kerohanian rutin.
• Adanya tabloid atau majalah tentang kerohaniaan.
• Adanya tatalaku di tempat kerja.
• Adanya kantin dan tempat istirahat yang terkonsentrasi.
Unsur-unsur penunjang kesehatan lingkungan kerja di tempat kerja adalah sebagai
berikut.
• Adanya sarana prasarana dan peralatan bersihan, kesehatan, dan
ketertiban.
• Adanya tempat sampah yang memadai.
• Adanya WC (Water Closed) yang memadai.
• Adanya air yang memenuhi kebutuhan.
• Ventilasi udara yang cukup.
• Masuknya sinar matahari ke ruang kerja.
• Adanya lingkungan alami.
• Adanya kipas angina tau Air Conditioner (AC)
• Adanya jadwal piket kebersihan.
• Adanya pekerja kebersihan.
Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja akan lebih jelas diikat pada
bagan berikut:
Bersikap hati-hati, teliti, dan menyadari K3
Mengikuti prosedur kerja
KARYAWAN YANG SELAMAT SEBELUM,
SEDANG, DAN SETELAH BEKERJA
Adanya kesehatan; Jasmani rohani
Adanya kesehatan lingkungan kerja
Adanya keamanan; Materil nonmateril
2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan
Tujuan adanya keamanan dan kesehatan kerja adalah untuk terciptanya
keselamatan karyawan saat sedang bekerja dan setelah, imbas dari karyawan yang
selamat adalah suatu keuntungan bagi perusahaan dan karyawan itu sendiri.
Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
• Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
• Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya.
• Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
• Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
• Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
• Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
• Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
• Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
• Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
• Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan. 11.Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi dan produktivitas nasional
• Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
tersebut 13.Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara
aman dan efisien 14.Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai
dari input, proses dan out put. Selain itu penerapan program K3 juga
diharapkan dapat meningkatkan & mempertahankan kesehatan manusia
yang terlibat didalam sistem kegiatan tersebut dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan.
Berikut ini keuntungan yang diperoleh perusahaan dan karyawan itu sendiri
dengan dilaksanakannya program K3.
Keuntungan untuk perusahaan antara lain:
• Meningkatkan kinerja dan omzet perusahaan.
• Mencegah terjadinya kerugian (total loss control minimum).
• Memeliharasarana dan prasarana perusahaan.
Keuntungan untuk karyawan antara lain:
• Meningkatkan kesejahteraan rohani dan jasmani karyawan.
• Meningkatkan penghasilan karyawan dan penduduk sekitarnya.
• Untuk kinerja yang berkesinambungan.
2.3. Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau bahkan
menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit kerja di kalangan karyawan
sesuai dengan kondisi perusahaan .
Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi:
1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan
dalam menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya
melihat keadaan finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan
karyawan, maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang
minimum bahkan maksimum.
2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara
formal dimaksudkan setiap peraturan dinyatakan secara tertulis,
dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara
informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi, dan dilakukan melalui
pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.
3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan
prosedur dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
Proaktif berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus
prosedur dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan karyawan.
Sementara arti reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah
keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.
4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajat keselamatan dan
kesehatan kerja yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke
khalayak luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan
kesehatan kerja para karyawannya. Untuk menentukan apakah suatu
strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden,
kegawatan dan frekuensi penyakit-penyakit dan kecelakaan sebelum dan
sesudah strategi tersebut diberlakukan.
Berikut ini sumber dan strategi untuk meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja menurut Schuler dan Jackson (2009):
Tabel 1
Sumber dan Strategi untuk Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.4. Prosedur Pencegahan Agar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dapat Tercapai
Hal-hal yang perlu dilaksanakan menurut ILO (international Labour Organization)
untuk menghindari dan menangulangi kecelakaan ditempat kerja adalah sebagai
berikut.
1. Perbaikan peraturan perundang-undangan
Memperbaiki peraturan perundang-undangan dan bermuatan hokum yang
mengatur para pekerja, pengusaha, organisasi pekerja, organisasi
pengusaha, dan pemerintah. Perbaikan secara menyeluruh dn kontinuitas
dalam pembentukan/pembuatan undang-undang, pelaksaan undang-
undang dan pengawasan oleh badan tertentu dalam pelaksanaan undang-
undang tersebut.
2. Standarisasi
Perusahaan tersebut dalam berbagai aspek harus baik menurut penilaian
baik menurut standar nasional maupun internasional. Misalnya seperti
yang telah ditentukan oleh SII (Standar Industri Indonesia), SNI (Standar
Nasional Indonesia) dan ISO (Internasional Standarization Organization).
3. Pengawasan
Ada kesinambungan dalam pengawasan menyeluruh yang dilakukan oleh
badan tertentu baik swasta maupun pemerintah terhadap pelqaksanaan
perundang-undangan oleh pengusaha. Pegawai pengawas tersebut adalah
pegawai teknis yang berkeahlian khusus dari depaertemen tenaga kerja
yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja. Dalam pengwasan tersebut
hendaknya bersih dari sikap dan perilaku KKn (korupsi, kolusi, dan
nepotisme).
4. Riset Teknis
Penelitian dan penilaian teknis yang dilakukan oleh tenaga ahli khusus dari
luar departemen tenaga kerja yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja.
5. Riset Medis
Penelitian kesehatan, keamanan, dan keselamatan kerja yang dilakukan
oleh petugas medis misalnya oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia).
6. Pendidikan
Program endidikan dan latihan dalam rangka ahli teknologi dan
pengembangan tenaga kerja bagi perusahaan yang memperkerjakan tenaga
kerja asing.
7. Pelatihan
Program pendidikan keterampilan baik dengan penyelesaian sendiri
maupun melalui badan-badan lain.
8. Pengarahan
Memberikan penyegaran terhadap tenaga kerja melalui penataan ruang
kerja, pembaruan peralatan kerja maupun dengan cara penyuluhan. Dapat
juga dilakukan dengan pemberian jenjang karir dan pendidikan atau
penelitian.
9. Asuransi
Suatuperlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk satuan berupa uang
sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang
dalam pelayanan sebagai akibat dari peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenaga berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan
meninggal dunia.
10. Persuasi
Upaya realisasi pelaksaan keselamatan, kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja dimasing-masing perusahaan yang dikomandoi sekaligus
penanggung jawabnya adalah pimpinan perusahaan.
11. Riset Psikologis
Penelitian terhadap aspek psikologis tenaga kerja dilingkungan
perusahaan, dilakukan oleh tenaga ahli pemerintah maupun swasta.
Misalnya suasana kerja, kerja yang dipaksakan, pekerjaan yang rentan
terhadap kecelakaan.
12. Riset Statistik
Penelitian terhadap keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja yang
diukur secara kuantitatif dan yang hasilnya dapat dijadikan pedoman oleh
semua karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua:
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan
tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan peralatan
pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.
2. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak
aman. Contohnya, penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan,
getaran, penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah,
jadwal kerja, dan lain-lain.
Menurut Veithzal Rivai (2003) pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi timbulnya penyakit.
Pada umumnya perusahaan sulit mengembangkan strategi untuk
mengurangi timbulnya penyakit-penyakit, karena hubungan sebab-akibat
antara lingkungan fisik dengan penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan sering kabur. Padahal, penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih merugikan, baik bagi
perusahaan maupun pekerja.
2. Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja.
Mewajibkan perusahaan untuk setidak-tidaknya melakukan pemeriksaan
terhadap kadar bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan
menyimpan catatan mengenai informasi yang terinci tersebut. Catatan ini
juga harus mencantumkan informasi tentang penyakit-penyakit yang dapat
ditimbulkan dan jarak yang aman dan pengaruh berbahaya bahan-bahan
tersebut.
3. Memantau kontak langsung.
Pendekatan yang pertama dalam mengendalikan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan adalah dengan membebaskan tempat kerja
dari bahan-bahan kimia atau racun. Satu pendekatan alternatifnya adalah
dengan memantau dan membatasi kontak langsung terhadap zat-zat
berbahaya.
4. Penyaringan genetik.
Penyaringan genetik adalah pendekatan untuk mengendalikan penyakit-
penyakit yang paling ekstrem, sehingga sangat kontroversial. Dengan
menggunakan uji genetik untuk menyaring individu-individu yang rentan
terhadap penyakit-penyakit tertentu, perusahaan dapat mengurangi
kemungkinan untuk menghadapi klaim kompensasi dan masalah-masalah
yang terkait dengan hal itu.
Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan
oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini
meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan,
pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar
yang berbahaya (Dessler, 2007). Masalah kesehatan karyawan sangat beragam
dan kadang tidak tampak. Penyakit ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan
seperti flu, hingga penyakit yang serius yang berkaitan dengan pekerjaannya
(Malthis dan Jackson, 2002). Schuler dan Jackson (1999) menjelaskan bahwa
dalam jangka panjang, bahaya-bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan
dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak dan ginjal; penyakit paru-paru
putih, cokelat, dan hitam; leukimia; bronkitis; emphysema dan lymphoma; anemia
plastik dan kerusakan sistem saraf pusat; dan kelainankelainan reproduksi (misal
kemandulan, kerusakan genetic, keguguran dan cacat pada waktu lahir).
Menurut Bennet Silalahi (1995) perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang
diderita tenaga kerja, yaitu:
1. Penyakit umum
Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang, dan
hal ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat, karena itu harus
melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja.
2. Penyakit akibat kerja
Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai
pekerjaannya. Faktor penyebab bisa terjadi dari golongan fisik, golongan
kimia, golongan biologis, golongan fisiologis dan golongan psikologis.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat
kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja
dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja,
yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja.
Menurut Rizky Argama (2006), program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan
penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja
diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:
1. Moral.
Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan.
Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan
keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum.
Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang
mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap
pihak pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan
peraturan perundang undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan
para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas
kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi.
Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi
cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.
Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada
pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.5. Manfaat Program Keamanan, kesehatan, dan Keselamatan Kerja
Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat
melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Menurut Robiana Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan antara lain:
1. Pengurangan Absentisme.
Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit kerja
dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera
dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.
Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami
cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula
kemungkinan klaim pengobatan/kesehatan dari mereka.
3. Pengurangan Turnover Pekerja.
Perusahaan yang menerapkan program K3 mengirim pesan yang jelas pada
pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan
mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan
tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
4. Peningkatan Produktivitas.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Sulistyarini (2006) di CV.
Sahabat klaten menunjukkan bahwa baik secara individual maupun bersama-
sama program keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap
produktivitas kerja.
Malthis dan Jackson (2002) menyebutkan, manfaat program keselamatan dan
kesehatan kerja yang terkelola dengan baik adalah:
1. Penurunan biaya premi asuransi
2. Menghemat biaya litigasi
3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja
mereka yang hilang
4. Biaya yang lebih rendah untuk melatih pekerja baru
5. Menurunnya lembur
6. Meningkatnya produktivitas
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem manajemen K3 adalah sistem manajemen yang terintregasi untuk
menjalankan dan mengembangkan kebijakan k3 yang telah ditetapkan perusahaan
serta menanggulangi resiko bahaya yang mungkin terjadi di perusahaan. Sistem
manajemen k3 mempunyai tujuan yang apabila tujuan-tujuan tersebut telah
tercapai, dapat membawa manfaat bagi perusahaan atau industri, lingkungan dan
juga bagi pekerja yang bersangkutan, dimana manfaan tersebut dapat berupa
manfaat secara langsung maupun tidak langsung.
Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan
program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan
dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Menurut Robiana Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan antara lain:
1. Pengurangan Absentisme.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.
3. Pengurangan Turnover Pekerja
4. Peningkatan Produktivitas.
Malthis dan Jackson (2002) menyebutkan, manfaat program keselamatan dan
kesehatan kerja yang terkelola dengan baik adalah:
1. Penurunan biaya premi asuransi
2. Menghemat biaya litigasi
3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja
mereka yang hilang
4. Biaya yang lebih rendah untuk melatih pekerja baru
5. Menurunnya lembur
6. Meningkatnya produktivitas
3.2. Saran
Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan adanya
manajemen k3. Agar kebijakan-kebijakan yang disusun oleh manajemen k3 dapat
terlaksana dengan baik maka diperlukan sosialisasi secara terus menerus oleh
oknum-oknum yang bersangkutan dengan bidang tersebut, sosialisasi tersebut
dapat berupa promosi kesehatan kerja pada setiap dunia kerja agar semua orang
mementingkan keselamatan kerja itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad. 1995. Psikologi Industri, Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty.
Heidjrachman Ranupandojo dan Sua Husnan. 2002. Manajemen Personalia.
Yogyakarta:BPFE-UGM.
Luce Neni. 2005. Pengaruh Gaji, Pendidikan dan Jaminan Sosial terhadap
Produktivitas Kerja (Studi pada Karyawan Bank BPD Jawa Tengah
Cabang Semarang). Skripsi Ilmu Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
STIKUBANK.
Prabu Mangkunegara. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Rika Ampuh Hadiguna. 2009. Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk
Efisiensi dan Efektifitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sjafri Mangkuprawira dan Aida V. Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya
Manusia.Bogor: PT. Ghalia Indonesia.