Download - Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 1/23
y Salam sahabat
Studi kasus kontrol Anemia Ibu hamil
(Jurnal Medika Unhas)
Posted on May 24, 2007 . Filed under: artikel ilmiah |
STUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP
KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANTIMURUNG
STUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP KEJADIAN
ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANTIMURUNG MAROS TAHUN2004R idwan Amiruddin
1, Wahyuddin
2
1Staf Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas; 2 Staf Fakultas KesehatanMasyarakat -UIT.
R INGKASAN Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
faktor umur ibu, ANC, jarak kelahiran, paritas dan keluhan ibu hamil terhadap kejadian
anemia di wilayah puskesmas Bantimurung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi
kasus kelola dengan sampel ibu hamil dan bersalin sebanyak 128 responden yang diambilsecara purposive sampling. Uji statistik yang digunkan adalah analisis Odds Ratio, dan
logistik regresi. Hasil penelitian yang diperoleh sekitar 83.6 % responden mengalamianemia, dengan ANC sebagian besar kurang dari 4 kali (72.7%). Hasil analisis
bivariat ditemukan banhwa ANC tidak signifikan terhadap anemia, OR . 1.251(95%CI.0.574-2.729), demikian juga dengan keluhan dengan OR 1.354, 95 % CI. 0.673-
2.725. begitu juga paritas kurang dari satu dan lebih 4 tidak berefek terhadap anemia padaibu hamil dengan OR 1.393 , 95%CI.0.474-4.096. Sedangkan jarak
kelahiran bermakna terhadap kejadian anemia dengan OR 2.343, 95% CI.1.146-4.790. dan
variabel Umur dengan OR 2.801, 95% CI 1.089-7.207. Kesimpulan variabel yang
berhubungan adalah jarak kelahiran dan umur ibu hamil, sedangkan variabel paritas,
ANCdan adanya keluhan tidak bermakna. Dengan demikian maka disarankan bahwa untuk
menekan kejadian anemia dengan berbagai dampaknya maka pengaturan jarak
kelahiran sangat diperlukan melalui perencanaan kelahiran melalui keluarga berencana,
begitu juga dengan umur ibu, sangat penting untuk diperhatikan melahirkan pada usia 20-
35 tahun. (J Med Nus. 2004; 25:71-75)
SUMMARY In pregnancy women, anemic increases the frequency of complication to the pregnancy and
delivery. Risk of maternal mortality, prematurity number, low birth weight, and prenatal
mortality are increase. This research intend to identify the relation factors of maternal age,
ANC, delivery expanse, parity and maternal complain to the occurrence of anemic in
Bantimurung public health service. Method of the research was case control study withsamples consist of 128 respondents of pregnant and delivery women taken purposively
sampling. Statistical test was Odds ratio and regression logistic. Result of the researchobtained that approximately 83.6% respondents undergoes anemic with ANC mostly less
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 2/23
than 4 times (72.7%). Bivariate analysis shows that ANC insignificant to anemic undergoes,
OR . 1.251 (95% Cl. 0.574-2.729), as well as maternal complain with OR 1.354, 95% Cl. 0.673-2.725 and parity less than one and more than four insignificant with anemic undergoes
with OR 1.393, 95% Cl 0.474-4.096. Meanwhile deliveries expanse significant with anemicundergoes with OR 2.801, 95% Cl 1.146 -4.790 and age variable with OR 2.801, 95% Cl
1.089-7.207. It terminates that the variables related with anemic undergoes were deliveries
expanse and maternal age, meanwhile the variables of parity, ANC and maternal complaininsignificant. It is suggested in a manner to diminish anemic undergoes with all of its impact
is with dispose deliveries expanse trough family planning, as well as maternal age as a main
factors to notice, to deliver in age of 25-35 years old. (J Med Nus. 2004; 25:71-75)
LATAR BELAKANGSampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang
menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan
masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas
pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan, infeksi, dan
keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya
dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying factor), yang mana bersifatmedik maupun non medik . Di antara faktor non medik dapat disebut keadaan kesejahteraan
ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain. Kerangka konsep model analisis kematian ibu oleh Mc Carthy dan Maine menunjukkan
bahwa angka kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung dengan memperbaikistatus sosial ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu dari seluruh faktor langsung
yaitu perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.1 Ketiga hal tersebut akan berpengaruh pada tiga hasil akhir dalam
model yaitu kehamilan, timbulnya komplikasi kehamilan/persalinan dan kematian ibu. Darimodel Mc Carthy dan Maine tersebut dapat dilihat bahwa setiap upaya intervensi pada faktor
tidak langsung harus selalu melalui faktor penyebab yang langsung. 2
Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine 1 merupakan faktor penting
dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor yang dapatmempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975) melaporkan bahwa salah satu sebab
kematian obstetrik tidak langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia.3,4 Grant 5 menya-
takan bahwa anemia merupakan salah satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO 6 b
menyatakan bahwa anemia merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk 7
menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7%
untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan
meningkatnya kesakitan ibu.8Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, danangka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum
lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanitayang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.9 Soeprono.10 menyebutkan bahwa
dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinyagangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses
persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas
(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah), dan
gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-
lain).10Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 3/23
banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar
dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada trimester III berkisar 50-79%.11 Affandi 12 menyebutkan bahwa anemia kehamilan di Indonesia berdasarkan data
Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah 60%. Penelitian selama tahun 1978-1980 di 12rumah sakit pendidikan/rujukan di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita hamil dengan
anemia yang melahirkan di RS pendidikan /rujukan adalah 30,86%. Prevalensi tersebut
meningkat dengan bertambahnya paritas.9 Hal yang sama diperoleh dari hasil SKRT 1986 dimana prevalensi anemia ringan dan berat akan makin tinggi dengan bertambahnya
paritas.13 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada
kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga
dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan.6a
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh
Simanjuntak tahun 1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi.
Indonesia, prevalensi anemia tahun l970±an adalah 46,5±70%. Pada SKRT tahun
1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT tahun 1995 turun
menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalensi anemia gizi
khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 ± 71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah
di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3%(1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten Maros khususnya di Kecamatan Bantimurung
anemia ibu hamil pada tahun 1999 sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi76,74% dan pada tahun 2001 sebesar 68,65%.
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan
hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam
darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke
otak . Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi
yang dilahirkan. Studi di Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur bagi ibu yang tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa
risiko kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita
hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum 24
minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu faktor
kehamilan dengan risiko tinggi.
Sumber : Data primer
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN DAN UNIT ANALISISPenelitian ini menggunakan desain studi kasus kelola untuk melihat gambaran
status kesehatan ibu hamil serta faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatantersebut. Instrument studi terdiri dari kuesioner, serta formulir pemeriksaan ibu hamil, Unit
analisis adalah ibu hamil dan ibiu nifas yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas
Bantimurung kab. Maros.
B.POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi
Populasi rujukan adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Bantimurung kabupaten Maros pada periode Agustus ± September 2004.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 4/23
2. Sampel
Sampel adalah ibu hamil dan ibu bersalin yang berada di wilayah kerja PuskesmasBantimurung Kab. Maros pada saat penelitian dilaksanakan. Sampel diambil
secara purposive sampling, dengan jumlah sampel yang berhasil diperoleh sebanyak 128 ibuhamil.
C. PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA1. Pengolahan Data
Sumber : Data Primer
Tabel 1. menunjukkan bahwa analisisHubungan ANC dengan kejadian
anemia yang paling banyak menderitaanemia adalah responden dengan ANC < 4
kali dengan jumlah 53 (57.0%) orang danterendah pada responden dengan ANC ³ 4 kali sebanyak 18 orang (51.4%). Hasil analisis uji
statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.251 dengan nilai lower 0.574 dan upper 2.729.
2. Keluhan dengan Anemia Tabel 2. Analisis Keluhan dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004
Tabel 2 menunjukkan analisis hubungan
keluhan dengan kejadian anemia dan
responden yang paling banyak menderita
anemia adalah yang memiliki keluhan
dengan jumlah 39 (59,1%) orang dan
terendah pada responden yang tidak
memiliki keluhan dengan jumlah 32
51.6%)orang. Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.354 dengan nilai lower 0.673 danupper 2.725.
3. Paritas dengan Anemia
Tabel 3. Analisis Paritas dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung
Kabupaten Maros Tahun 2004
Sumber : Data Primer
Tabel 3. menunjukkan analisis hubungan
paritas dengan kejadian anemia dan
responden yang paling banyak menderita
anemia adalah pada paritas 2-3 dengan jumlah 61 (62.5%) orang dan terendah
pada responden yang paritas < 1/>4 dengan jumlah 10 (54.5%)orang. Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.393 dengan nilai lower 0.474 dan
upper 4.096.
4.Jarak Kelahiran dengan AnemiaTabel 4. Analisis Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 5/23
Sumber : Data Primer
Tabel 4. menunjukan analisis hubungan jarak kelahiran dengan kejadian anemia dan
responden yang paling banyak menderitaanemia adalah responden dengan jarak
kelahiran < 2 tahun sebanyak 41 (66,1%)
orang dan terendah pada responden dengan jarak kelahiran ³ 2 tahun sebanyak 30 (45.5%)orang.
Hasil analiis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 2.343 dengan nilai lower 1.146 dan upper
4.790.
5.Umur Ibu dengan AnemiaTabel 5. Analisis umur ibu dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004
Sumber : Data Primer
Tabel 5. menunjukan analisis hubungan umur
ibu dengan kejadian anemia dan responden
yang paling banyak menderita anemia adalah
responden dengan umur < 20 tahun dan >35 tahun sebanyak 20 (74,1%) orang dan pada umur
20-35 tahun sebanyak 51 (50.5%) orang yang menderita anemia.
Hasil analiis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 2.801 dengan nilai lower 1.089 dan upper
7.207.
B. Analisis Multivariat
Tabel 6 : Analisis Regresi Logistik Antara Jarak Kelahiran dan Umur Penderita di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten
Maros Tahun 2004
Sumber : Data Primer
Tabel 6. menunjukkan analisis hubungan
Regresi logistik antara jarak kelahiran dan
umur penderita diwilayah kerja puskesmas Bantimurung. Dan menunjukkan bahwa dari dua
variabel yang memiliki risiko kejadian anemia setelah dilakukan uji lebih lanjut diperoleh
bahwa umur memilki pengaruh lebih besar terhadap kejadian anemia.
C. Pembahasan
1. A N C dengan kejadian anemia.
Antenatal care adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga professional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal
4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC kejadian anemia pada ibu dapat dideteksi
sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil danmempersiapkan persalinannya.
Hasil analisis hububgan ANC dengan kejadian anemia didapatkan OR sebesar 1,251 dengannilai lower 0,574 dan nilai upper 2,729, oleh karena nilai 1 berada diantara batas bawah dan
batas atas maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan ANC dengan
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 6/23
kejadian anemia pada ibu hamil.
2. Keluhan selama hamilKehamilan adalah peristiwa alami yang melibatkan perubahan fisik dan emosional dari
seorang ibu, utamanya pada umur kehamilan 1 ± 3 bulan pertama kebanyakan ibu hamilmengalami beberapa keluhan seperti pusing, mual, kadang ± kadang muntah. Keadaan ini
akan berlangsung sementara dan biasanya hilang dengan sendirinya pada kehamilan lebih
dari 3 bulan. Dari hasil analisis hubungan keluhan selama hamil dengan kejadian anemiadidapatkan nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas yaitu nilai lower 0,673 dan nilai
upper 2,725, maka tidak terdapat hubungan antara faktor keluhan ibu selama hamil dengan
kejadian anemia.
3. Parietas
Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun
lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada
kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.Karena selama hamil
zat ± zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya . Berdasarkan hasil
analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara parites dengan kejadian anemia
pada ibu hamil, karena nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas dengan OR sebesar
1,393 dan nilai lower 0,474 dan nilai upper 4,096. 4. Jarak Kelahiran.
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan
kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat ± zat gizi belum optimal, sudahharus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.
Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa reponden paling banyak menderita anemia pada jarak kehamilan < 2 tahun. Hasil uji memperlihatkan bahwa jarak kelahiran mempunyai
risiko lebih besar terhadap kejadian anemia, karena nilai 1 berada antara batas bawah dan
batas atas dengan OR sebesar 2,343 dengan nilai lower 1,146 dan nilai upper 4,790.
5. Umur
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat ± alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20 ± 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahundapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum
optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat
± zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran
dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
Hasil analisis didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap
kajadian anemia, dengan OR sebesar 2,801 dengan nilai lawer 1,089 dan nilai upper 7,207.
KESIMPULAN DAN SARANA. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis status kesehatan ibu hamil di Kecamatan Bantimurung Kab Marosdidapatkan
1. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun berisiko lebih besar untuk menderitaanemia
2. ANC ibu hamil kurang dari 4 kali tidak berisiko untuk menderita anemia3. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia
4. Paritas > 3 orang tidak berisiko lebih besar untuk menderita anemia
5. Adanya keluhan tidak berisiko lebih besar untuk menderita anemia.
B. SARAN1. Perencanaan kehamilan/persalinan sangat penting dilaksanakan pada umur 20 sampai
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 7/23
35 t untuk menekan ke jadian anemia pada i u hamil.
2. Program K B sangat di per lukan untuk mengatur jarak kelahiran sehingga kelahiran ber ikutnya dapat lebih dar i dua tahun.
3. Mesk i pun secara statistik ANC tidak bermakna, namun tetap sangat di per lukan adanyakun jungan yang teratur bagi i bu hamil untuk memer iksakan kehamilannya, sebagai upaya
deteksi dini kelainan kehamilan.
4. Per lu penelitian lan jutan terhadap var iabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini,misalnya kebiasaan i bu ser ta fak tor sosial budaya yang lain. DAFTAR R KAN
1. McCar thy J and Maine D, 1992. A Framework for Analyzing the Determinants of Maternal Mor tality. Studies in Family Planning Vol 23 Number 1 January/February 1992, pp.
23-33. 2. Pratomo H dan Wikn josastro GH, 1995. Pengalaman Puskesmas dalam Upaya
Keselamatan Ibu : Pilot Pro ject di Beberapa Puskesmas. Jurnal Jar ingan Epidemiologi
Nasional. Edisi 1 tahun 1995, hal. 1-8.
3. Hutabarat H, 1981. Kematian Maternal. Ma jalah Obstetr i dan Ginekologi Indonesia. Vol. 7
No. 1 Januar i 1981, hal. 5-35.
4. Vijayaraghavan, Bradman GV, Nair K M, R ao NP 1990. Evaluation Of National
Nutr itional Anaemia Prophylaxis Programme. Ind. J. Procd 1990, 57, pp. 182-189.
5. Grant J.P, 1992. Situasi Anak-anak di Dunia 1991. Unicef
6a. WHO, 1992. R epor t of Work ing Group on Anemia. WHO R epor t, pp 17020.
6b. ____, 1994. Maternal Health and Safe Motherhood Programme : R esearch Progress
repor t 1987-1992. Maternal Health and Safe Motherhood Programme Division of Family
Health WHO Geneva.
_____, 1994. R epor t of the WHO Informasl Consultation on Hookworm Infection and
Anemia in Gir ls and Women. Schitosomiasis and Intestinal Parasites Unit Division of
Control of Tropical Disease, Geneva 5-7 December 1994
7. Chi IC, 1981. Kematian Ibu pada Dua Belas R umah Sak it Pendidikan di Indonesia : Sebuah Analisis Epidemiologi. Ma jalah Obstetr i dan Ginekologi Indonesia. Vol. 7 No. 4
Ok tober 1981, hal. 223-235. 8. Thangaleela T, Vijayalakshmi P, 1994. Prevalence of Anaemia in Pregnancy. The Indian
Journal of Nutr ition and Dietetics. Feb 1994. 31(2), pp. 26-29. 9. Soe joenoes A, 1983. Beberapa Hasil Pengamatan K linik pada Ibu Hamil dengan Anemia
(Satu Studi di R umah Sak it Pendidikan/ru jukan di Indonesia). Ma jalah Obstetr i danGinekologi Indonesia. Vol. 2 No. 9 Apr il 1983, hal. 83-89.
10. Soeprono R , 1988. Anemia pada Wanita Hamil. Berkala Ilmu Kedok teran FakultasKedok teran Universitas Gad jah Mada Jilid XX Nomor 4 Desember 1988, hal. 121-135.
11. Husaini MA, 1989. Prevalensi Anemia Gizi. Buletin Gizi 2 (13) 1989, hal. 1-4.
Husaini MA dan kawan-kawan, 1989. Study Nutr itional Anemia. An Assessment of
Information Compilation for Suppor ting and Formulating National Policy and Program.
Ker ja sama Direk torat Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi, Depkes. Jakar ta 10 Maret 1989. 12. Affandi B, 1995. Kesehatan R eproduksi, Hak R eproduksi dan R ealita Sosial. Seminar
Hak dan Kesehatan R eproduksi. Yogyakar ta 1-2 Mei 1995.
13. Ristr ini, 1991. Anemia Ak i bat Kurang Zat Besi, Keadaan, Masalah dan Program
Penanggulangannya. Medika. Tahun 17 No. 1 Januar i 1991, hal. 37-42.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 8/23
Blog ini
Di-link Dari Sini
selusuri
Blog ini
Di-link Dari Sini
selusuri
23 Desember 2008
ANEMIA PADA IBU HAMIL
A. DEFINISI ANEMIA
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12
g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih
rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar
hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau
lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester kedua (Suheimi, 2007).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,
sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel
darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun,
kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam
sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi
dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa
penyembuhan dari penyakit.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 9/23
B. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang
makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65%
dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya
sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldesteron.
C. ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalam makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.
D. GEJALA KLINIS
Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa
hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa
ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat
berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya
sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia
akan jelas.
E. DERAJAT ANEMIA Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada
criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (11 gr/dl), anemia ringan
(8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata
rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63
mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.
F. DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup
mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab
wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 10/23
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya
gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan
(inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya
tahan terhadap infek¬si dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus,
dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri¬natal, dan lain-lain)
G. PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi
mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan
maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang
diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu
pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan
gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna
hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya
H. PENCEGAHAN ANEMIA
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi
daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna
hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu
diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi
pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan
menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiapkehamilan akan menguras
persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena
itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.
Diposkan oleh Syakira Husada di 05:02
Kamis, 22 Mei 2008
Faktor Resiko K ejadian Anemia pada Ibu Hamil
Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Bppsdmk, Jakarta - Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor
oleh :Dra. Hj. E. Nina Herlina MKes, Ir. Fauzia Djamilus, Mkes
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia relatif tinggi
dibandingkan dengan negara lain di ASEAN yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 11/23
(SKRT,1995). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (1997) menunjukkan bahwa
terdapat penurunan AKI dari 390 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Depkes 1998,
angka kematian ibu sekitar 3-6 kali lebih besar dari negara-negara lain di ASEAN dan 50 kali lebih
besar dari angka di negara lebih maju. Diharapkan pada tahun 2010, AKI menurun menjadi 225 per
100.000 kelahiran hidup.
Wiknyosastro (1999) menyatakan bahwa kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetriklangsung. Kematian obstetrik tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang
sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, millitus
malaria dan anemia.Royston (1994) juga mengemukakan bahwa salah satu penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan dan diperburuk oleh
kehamilan ibu sendiri, penyakit tersebut antara lain adalh anemia.
Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr% disebut menderita anemia dalam
kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat
menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu
dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia utein, perdarahan post
partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb
kurang dari 4 gr% dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi
pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan
cadangan zat besi kurang (Prawirohardjo,2002).
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan
kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau
perdarahan frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20%
(Prawirohardjo ,2002). Sedangkan menurut SKRT (1995) dalam profil kesehatan Kota Bogor (2002)
angka anemia ibu hamil yaitu 51,8% pada trimester I, 58,2% pada trimester II, dan 49,4% pada
trimester III. Adapun penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian anemia
pada ibu hamil sekitar 51% dan pada ibu nifas 45% serta karena Kurang Energi Protein
(Depkes,2003).
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (2000) untuk deteksi anemia pada kehamilan maka pemeriksaan
kadar Hb, ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb <>
Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet zat besi meminumnya
secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet zat besi untuk
kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet zat besi dan penyerapan/respon tubuh
terhadap tablet besi kurang baik sehingga tidak terjadi peningkatan kadar HB sesuai dengan yang
diharapkan. Faktor lain yang berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit infeksi bakteri,
parasit usus seperti cacing tambang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memegang
peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil.
Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil, Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bogor.
Tujuan Umum
Dianalisis hubungan antara beberapa faktor yang diduga merupakan resiko kejadian Anemia pada
Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bogor.
Tujuan Khusus
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 12/23
1. Diketahuinya besarnya kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,
2. Diketahuinya hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas
Kota Bogor,
3. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah
Puskesmas Kota Bogor,
4. Diketahuinya hubungan antara paritas dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,
5. Diketahuinya hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas
Kota Bogor,
6. Diketahuinya hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Wilayah
Puskesmas Kota Bogor, Diketahuinya hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian anemia di
Wilayah Puskesmas Kota Bogor,
7. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi ibu hamil dengan kejadian
anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,
8. Diketahuinya hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah
Puskesmas Bogor.
METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional.
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2005.
Populasi dan Sampel
Populasi Seluruh ibu hamil trimester I dan II di 5 Kota Bogor. Besar sample bila ditinjau dari tujuan
penelitian, yang ingin diketahui adalah proporsi dari variabel independen (umur, paritas, tingkat
pendidikan, jarak kehamilan, frekuensi ANC, kepatuhan konsumsi tablet Fe, pengetahuan kesehatan
reproduksi, frekuensi konsumsi makanan, pola makan, dan variabel dependen anemia ibu hamil.
Disamping itu juga ingin dilihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,
untuk itu besar sample minimal harus dihitung sesuai kebutuhan analisa.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan memperhatikan hal sebagai berikut:
1. Status Anemia (kadar Hb).
2. Umur Ibu hamil.
3. Paritas.
4. Jarak kehamilan.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 13/23
5. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe.
6. Frekuensi ANC.
7. Pengetahuan kesehatan reproduksi.
8. Pola konsumsi makanan.
Pengolahan Data dan Analisa data.
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan bantuan komputer menggunakan
paket aplikasi SPSS for Windows. Agar kompatibel dengan rancangan analisis data, dilakukan proses
coding pada masing-masing variabel.
Analisis Univariat.
Analisis ini dilakukan untuk melihat magnitude permasalahan pada masing-masing variabel yang
diamati melalui prosedur statistik deskriptif dilihat kecenderungan pemusatan dari masing-masing
variabel. Semua variabel berskala kategorik, kecenderungan pemusatan data dianalisis dengan caramenentukan proporsi (prosentase) dari masing-masing kategori pengamatan pada tiap variabel.
Analisis Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen (umur, tingkat pendidikan,
paritas, jarak kehamilan, frekuensi konsumsi makanan, pola makan, kepatuhan konsumsi suplemen
Fe, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan reproduksi) dengan variabel dependen (kejadian anemia)
di uji dengan Chi Square pada 0.05 dan untuk mengetahui besarnya factor risiko dilihat dari nilai
Odds ratio
HASIL DAN PEMB AHASAN
Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada
criteria WHO yaitu 11 gr/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar
hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl 1.18, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan
tertinggi 14.00 mg/dl.
Gambaran Faktor Risiko Kejadian Anemia
Rata-rata umur ibu hamil adalah 27-72 tahun, bervariasi dengan usia minimum 17 tahun dan usia
maksimum 45 tahun. Sebagian besar ibu hamil berusia antara 20 tahun hingga 35 tahun yaitu
sebesar 80%. Sebagian besar frekuensi persalinan ibu hamil >2 kali sebanyak 75%. Rata-rata jarakkehamilan ibu hamil adalah selama 2-15 th , bervariasi dengan jarak kehamilan terendah selama 1
tahun dan jarak kehamilan tertinggi selama 10 tahun. Rata-rata kepatuhan menkonsumsi tablet Fe
pada ibu hamil adalah sebesar 2.65, bervariasi dengan nilai terendah 0 tahun yaitu tidak menkonsumi
tablet Fe dan nilai tertinggi 5 (lebih dari nilai median). Sebagian besar ibu hamil menkonsumsi tablet
Fe secara patuh yaitu sebanyak 81%.
Hubungan Antar Faktor Risiko dengan Kejadian Anemia
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 14/23
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi
untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya,
berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987)
menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu
hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannyamenyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia
semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu
hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara
20 tahun hingga 35 tahun. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang
tidak bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia (p > 0.05).
Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran
(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak
bermakna (p > 0.05). Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 1.454 dengan 95% CI 0.567-3.726.
Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalamianemia dibanding yang paritas rendah.
Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran
pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme
biologis dan pemulihan factor hormonal. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan
bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini
secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Anemia
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat
mencegah ibu hamil dari anemia. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan
bahwa semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka
kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).
Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Anemia
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr
Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet
Fe) Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah frekuensi
antenatal care , maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga
tidak bermakna (p > 0.05)
Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan
cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet
Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya
anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang
dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 15/23
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang patuh, maka akan
semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05) . Bila
dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 2.429 dengan 95% CI 836-7.052. Artinya ibu hamil yang kurang
patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2.429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding
yang patuh konsumsi tablet Fe
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap
individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap
orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu
KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan,
maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan kebermaknaan
(p > 0.05).
Kesimpulan
1. Rata-rata kadar hemoglobin ibu adalah sebesar 11.28 1.18 mg/dl dan proporsi ibu hamil yang
tenderita anemia sebesar 42%,
2. Ada hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia,
3. Ibu hamil yang jumlah persalinan banyak mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 52%,
4. Ibu hamil yang kurang patuh menkonsumsi tablet Fe mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar
58.8%,
5. Tidak ada hubungan antara umur, jarak kehamilan, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan
reproduksi ibu hamil dengan kejadian anemia.
Saran
1. Pada pengambil kebijakan dibidang kesehatan, perlu lebih dikembangkan lagi program KB, karena
jumlah persalinan yang banyak berdampak pada tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil,
2. Pada pengelola program kesehatan khususnya program ibu dan anak, perlu strategi lain dalam
merencanakan program penyuluhan kesehatan umumnya, khususnya tentang pentingnya kesehatan
reproduksi dan Gizi bagi ibu hamil.
y Salam sahabat
Evidence base Epidemiologi anemia
deficiensi zat besi pada ibu hamil
di Indonesia
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 16/23
Posted on October 8, 2007 . Filed under: artikel ilmiah |
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL DI
INDONESIA ( EVIDENCE BASED)Ridwan Amiruddin. Ermawati Syam.
Rusnah.Septi Tolanda.Irma DamayantiBAB IPENDAHULUAN A. Latar belakangAngka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatunegara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia.
Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang
anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung
atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan
dengan meningkatnya kesakitan ibu.1Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab
utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu
anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga
diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesiamenderita anemia gizi.
2Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling
lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masihcukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo,2002). Badan kesehatan dunia
(W orld H ealth Org anizat ion/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yangmengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan
pertambahan usia kehamilan.1,4
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung dinegara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen
(atau sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang
berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar
8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang.3Di Indonesia
prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001). Lautan J
dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74%)
menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi.4Mengingat besarnya dampak
buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu
kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini.B. R umusan masalah
1. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kejadian anemia defisiensi zat besi diIndonesia?
2. Program apakah yang diterapkan dalam menanggulangi masalah anemia defisiensi zat besi
di Indonesia?
3. Apa isu terbaru tentang anemia defisiensi zat besi? C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran epidemiologi, program penanggulangan, dan isu
terbaru tentang anemia defisiensi zat besi di Indonesia.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi kejadian anemia defisiensi zat besi di
Indonesia.
b. Untuk mengetahui program yang diterapkan dalam menanggulangi masalah anemia
defisiensi zat besi di Indonesia.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 17/23
c. Untuk mengetahui isu terbaru tentang anemia defisiensi zat besi.
D. Manfaat penulisan
1. Manfaat praktis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi lembaga terkait dalam merumuskan program penanggulangan masalah anemia defisiensi zat besi di Indonesia.
2. Manfaat keilmuan
Makalah ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan serta
menjadi salah satu bacaan yang bermanfaat.
3. Manfaat bagi penulis
Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat khususnya
masalah anemia defisiensi zat besi.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang anemia defisiensi zat
besiAnemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan
jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang
darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa
karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan
vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.Anemiadefisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,
sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengangambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (S erum I ron = SI) dan
jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (T ot al I ron Bind in g Capacit y/TIBC )meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang
atau tidak ada sama sekali.4Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemiadefisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya
gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat
besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari
penyakit.B. Anemia defisiensi zat besi pada kehamilanAnemia defisiensi besi pada wanita
hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama
dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (W orld H ealth Org anizat ion/WHO)
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan.
Menurut WHO 40%
kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakananemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak
jarang keduanya saling berinteraksi.41. Patofisiologi anemia pada kehamilan.Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang
makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat
45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3
bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta,
yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. 2. EtiologiEtiologi anemia defisiensi
besi pada kehamilan, yaitu :a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran
darah. b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.c. Kurangnya
zat besi dalam makanan.d. Kebutuhan zat besi meningkat.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 18/23
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.
3. Gejala klinisWintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi
besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya
yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakitdasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan
jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin <
7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.4 Nilai ambang batas yang
digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun
1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (�11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl),dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata
kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
34. Dampak anemia defisiensi zat besi pada ibu
hamilAnemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka
kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya
kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada
wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka
kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih
sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang
anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Soeprono menyebutkan bahwa dampak
anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya
gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses
persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan
gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain). BAB IIPEMBAHASAN A. Epidemiologi anemia defisiensi zat besi pada ibu
hamil di Indonesia
1. Frekuensi
Grafik 1Prevalensi 10 Kelompok Penyakit Terbanyak di Indonesia Tahun 20015
S umber: S tud i morbid it as S u senas 2001, Bad an Litban gke s; publ ik asi hasil S urke snas 2001 Grafik 1
menunjukkan bahwa di Indonesia, secara umum anemia merupakan penyakit ke-4 yang prevalensinya terbanyak setelah gilut, refraksi penglihatan, dan ISPA, dengan prevalensi
sebesar 20%. Grafik 2Prevalensi Anemia Menurut SKRT 1995 dan 2001Di Indonesia6 S umber: SKRT 1995 d an 2001 Grafik 2 menunjukkan bahwa ibu hamil merupakan salah
satu kelompok penderita anemia dengan prevalensi 50,9% pada tahun 1995, kemudianmengalami penurunan pada tahun 2001 menjadi 40,1%. Hal ini disebabkan karena
penanggulangan anemia yang difokuskan pada ibu hamil berupa suplementasi zat besi.Jadi, berdasarkan kedua grafik diatas dapat diperoleh informasi bahwa dari 20% prevalensi anemia
di Indonesia pada tahun 2001, sebanyak 40,1% diantaranya adalah ibu hamil. Jenis anemia
yang dominan adalah anemia karena kekurangan zat besi.
1. Distribusi
a. Distribusi Menurut Orang
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 19/23
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai
risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan
ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan
ibu mengalami anemia. Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat
mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin
rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia
semakin besar.
Hal ini ditegaskan kembali dalam suatu penelitian oleh Ridwan Amiruddin di
wilayah kerja Puskesmas Bantimurung Maros, yang memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur Ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung, MarosTahun 20042
Umur ibu
(thn)
Anemia
Total OR (Lower/Upper
Limit) Ya Tidak
< 20, >35 20 (74,1%) 7 (25,9%) 27 2,801
20-35 51 (50,5%) 50 (49,5%) 101 (1,089/7,207)
Total 71 (55,5%) 57(44,5%) 128
S umber : Ridwan Amirudd in d al am J ur nal M ed ik a Unhas, d ipubl ik asik an t ahun 2007 Berdasarkan Tabel 1,ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih berisiko
menderita anemia dari pada ibu hamil usia 20-35 tahun.b. Distribusi Menurut Tempat
Tabel 2
Prevalensi Anemia Gizi Besi Pada Ibu Hamil (Bumil) di 27 Propinsi
di Indonesia Tahun 1992
No. Propinsi Prevalensi (%)
1 DI Aceh 56,5
2 Sumatera Utara 77,9
3 Sumatera Barat 82,6
4 Riau 65,6
5 Jambi 74,2
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 20/23
6 Sumatera Selatan 58,3
7 Bengkulu 46,8
8 Lampung 60,7
9 DKI Jakarta 67,6
10 Jawa Barat 71,5
11 Jawa Tengah 62,3
12 DI Yogyakarta 73,9
13 Jawa Timur 57,8
14 Bali 71,1
15 N T B 71,3
16 N T T 59,7
17 Kalimantan Barat 55,2
18 Kalimantan Tengah 73,9
19 Kalimantan Selatan 64,9
20 Kalimantan Timur 70
21 Sulawesi Utara 48,7
22 Sulawesi Tengah 45,5
23 Sulawesi Selatan 50,5
24 Sulawesi Tenggara 71,2
25 M a l u k u 69,8
26 Irian Jaya 71,4
27 Timor Timur 48
Sumber : SKRT Tahun 1992
Indonesia
63,5
Berdasarkan Tabel 2, provinsi dengan prevalensi anemia terbesar adalah
Sumatera Barat (82,6%), dan yang terendah adalah Sulawesi Tengah.
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 21/23
c. Distribusi Menurut Waktu Grafik 3Prevalensi Anemia Pada Bumil di IndonesiaBerdasarkan Data SKRT 1992-2001
63,5%
50,9%
40,1%
S umber : Dat a SKRT 1992-2001 Grafik 3 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka
penderita anemia dari tahun 1992-2001. Hal ini menunjukkan keberhasilan program
pemerintah dalam hal penanggulangan anemia pada ibu hamil.Pada suatu penelitian yang
diadakan di beberapa praktek bidan swasta dalam kotamadya Medan, ditemukan bahwa
terjadi peningkatan penderita anemia dengan makin tuanya usia kehamilan. Besarnya angka
kejadia anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%,
dan trimester III sebesar 70%. 4Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan,
zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akanmeningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel
darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin.
Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 ± 350 mg akibat kehilangan darah.
Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat
kebutuhan kondisi tidak hamil.
1. Determinan
Pada ibu hamil, beberapa faktor risiko yang berperan dalam meningkatkan prevalensi anemiadefisiensi zat besi, antara lain :a. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. Wanita yang
berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya,
berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe
(1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin
rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil
maka presentasi anemia semakin besar . b. Pendarahan akutc. Pendidikan
rendahd. Pekerja berate. Konsumsi tablet tambah darah < 90 butirf . Makan < 3 kali dan
kurang mengandung zat besi. B. Program penanggulangan anemia defisiensi zat besi
pada ibu hamil di Indonesia Berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan
antara lain:71. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu
tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil
sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya dapat melaluiPuskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa.2. Buku pedoman
pemberian zat besi bagi petugas tahun 1995, dan poster-poster mengenai tablet besi sudahdibagikan.3. Buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi petugas tahun
1996.4. Sejak tahun 1993 sampai sekarang, kemasan Fe yang tadinya menimbulkan baukurang sedap sekarang sudah mengalami perbaikan yaitu tablet salut yang dikemas sebanyak
30 tablet per bungkus aluminium dengan komposisi yang sama. Namun program di lapanganmenunjukkan bahwa belum semua ibu hamil mendapatkan tablet besi sesuai yang diharapkan
program yaitu 90 tablet. Cakupan distribusi tablet tambah darah ibu hamil pada tahun 2001
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 22/23
(Fe1: 67,49% dan Fe3: 63,08%) (SKRT 2001).C. Isu Terbaru KUR ANG ASAM FOLAT
BISA SEBABKAN BAYI CACAT
Source : http://www.padusi.com
Posted by : Dandrian on 29 Dec 2006
Kekurangan asam folat pada ibu hamil, berdasarkan penelitian, bisa menyebabkan
terjadinya kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Bayi mengalami cacat pada otak dan sumsum
tulang belakang.
Menurut dr Noroyono Wibowo SpOG, Kepala Subbagian Fetomaternal Departemen
Obestetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), dalam semiloka
manfaat asam folat yang diselenggarakan di Jakarta, beberapa waktu lalu, asam folat merupakan
enzim untuk memproduksi DNA (Deoxyribose Nucleic Acid).
´Asam folat juga penting dalam membantu pembelahan sel. Asam folat juga bisa mencegahanemia dan menurunkan risiko terjadinya NTD (Neural Tube Defects) dan sebagai
antidepresan,´ kata Bowo.Sering kali para ibu tidak mengetahui dirinya kekurangan asam
folat karena sebagian besar kehamilan terjadi tanpa direncanakan. ´Kebanyakan pasutri
(pasangan suami istri) tidak pernah merencanakan kehamilan. Tahu-tahu ibu langsung hamil
setelah telat datang bulan. Mereka baru datang ke dokter setelah positif hamil beberapa
minggu.´Karena itu, ibu pun sering tidak membekali diri dengan gizi yang mencukupi ketika
sebelum dan sesudah kehamilan. ´Kalau kehamilan direncanakan, maka ia akanmempersiapkan gizi yang baik sebelum hamil. Padahal, kebutuhan asam folat untuk ibu
hamil harus disiapkan sejak sebelum kehamilan.´Di Indonesia sendiri belum ada data pasti berapa besarnya prevalensi adanya penyakit kelainan sumsum tulang belakang. ´Jumlah
angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi. Kematian bayi ini belum diidentifikasi penyebabnya apa, karena belum ada data. Salah satu penyebab kematian bayi adalah
kekurangan asam folat,´ ujar Bowo.Kekurangan asam folat menyebabkan bayi lahir dengan bibir sumbing, bayi dengan berat badan rendah, Down¶s Syndrome, dan keguguran. ´Bayi
mengalami kelainan pembuluh darah. Rusaknya endotel pipa yang melapisi pembuluh darah,
menyebabkan lepasnya plasenta sebelum waktunya.´Kelainan lainnya adalah bayi mengalami
gangguan buang air besar dan kecil, anak tidak bisa berjalan tegak dan emosi tinggi. Pada
anak perempuan saat dewasa tidak mengalami menstruasi.Pada ibu hamil kekurangan folat
menyebabkan meningkatnya risiko anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu, dan
pucat.Sumber makanan yang mengandung asam folat adalah hati sapi (liver), brokoli, jeruk,
bayam, dan sebagainya. ´Roti dan susu juga mengandung asam folat tinggi, sebab kini susu
dan tepung terigu telah difortifikasi mengandung asam folat,´ jelas Dr Tim Green PhD dari
Department of Human Nutrition University of Otago New ZealandHanya saja hati sapi
mengandung vitamin A cukup tinggi. Pemberian vitamin A pada ibu hamil sangat tidak
dianjurkan karena menyebabkan gangguan kehamilan. Oleh sebab itu, pengganti hati sapi
adalah susu.Kebutuhan asam folat untuk ibu hamil dan usia subur sebanyak 400
mikrogram/hari atau sama dengan dua gelas susu. ´Mengonsumsi folat tidak hanya ketikahamil, tetapi sebelum hamil sangat dianjurkan. Banyak negara telah melakukan kebijakan
dalam pengurangan NTD dengan mewajibkan ibu mengonsumsi asam folat,´ tuturnya. BAB
IIIKESIMPULAN DAN SAR AN A. Kesimpulan
5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 23/23
1. Secara umum di Indonesia, anemia merupakan penyakit ke-4 yang prevalensinya terbanyak
dengan prevalensi sebesar 20% (Studi morbiditas Susenas 2001, Badan Litbangkes; publikasi
hasil Surkesnas 2001). Sebanyak 40,1% diantaranya adalah ibu hamil dengan jenis anemia
yang dominan adalah anemia karena kekurangan zat besi (SKRT 1995 dan 2001).
2. Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih berisiko
menderita anemia dari pada ibu hamil usia 20-35 tahun (Ridwan Amiruddin, 2004).
3. Provinsi dengan prevalensi anemia terbesar adalah Sumatera Barat (82,6%), dan yang
terendah adalah Sulawesi Tengah (SKRT 1992).
4. Terjadi penurunan angka penderita anemia dari tahun 1992-2001, yaitu 63,5% pada tahun
1992, 50,9% pada tahun 1995, dan menjadi 40,1% pada tahun 2001 (SKRT 1992,1995,dan
2001).5. Determinan kejadian anemia defisiensi zat besi adalah umur ibu < 20 tahun dan >
35 tahun. Pendarahan akut, pendidikan rendah, pekerja berat, konsumsi tablet tambah darah <
90 butir, makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi. B. Saran
1. Diperlukan upaya yang lebih baik lagi oleh pemerintah dalam hal menekan angka penderita anemia defisiensi zat besi di Indonesia.
2. Perlu adanya penyuluhan yang lebih responsible tentang pentingnya suplemen zat besi dan
bahaya anemia bagi ibu hamil.
3. Perlu adanya pendistribusian tablet besi yang lebih merata di seluruh pelosok tanah air.
DAFTAR PUSTAKA 1. http://www. bppsdmk .depkes.go.id. F aktor Re siko K ejad ian Anemia pad a I bu Hamil. Akses 17 September
2007.2. http://ridwanamiruddin.wordpress.com. S tud i K asu s K ontrol F aktor Biomed is
T erhad ap K ejad ian Anemia I bu Hamil Di P u ske smas Bant imurun g. Akses 17 September
2007.
3. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehid upan : Buku Ajar Ilmu Gizi . Jakarta : EGC.
4. http://library.usu.ac.id. Anemia Def isiensi Be si Pad a W anit a Hamil Di Beber apa P r aktek
Bid an S wast a Dal am K ot a Mad ya M ed an. Akses 17 September
2007.5. http://bankdata.depkes.go.id. P rof il K e sehat an Indone sia : P encapaian Indone sia
S ehat d i Tahun 2001. Akses 23 September 2007.6. Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004.
Anal isis S ituasi Gizi d an K e sehat an Masyar ak at. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VIII.7. http://www.skripsi-tesis.com. F aktor - f aktor yan g Berhubun g an Den g an
Rend ahnya Caku pan F e I bu Hamil d i K abu paten Ben gkulu S el at an P ro pinsi Ben gkulu Tahun
2003. Akses 17 September 2007.