Download - Tugas BI Ndy

Transcript
Page 1: Tugas BI Ndy

Pilihan kata dalam bahasa Indonesia disebut diksi. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting karena dengan kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat pula apa yang ingin disampaikan, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata itu.

Menurut Keraf Pilihan kata atau diksi bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan (2008:23).

Keraf mengungkapkan bahwa ada tiga kesimpulan utama mengenai diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. (2008:24).

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Mukmin menyatakan bahwa dalam pemilihan kata, yang paling utama harus diperhatikan adalah maknanya. Bentuk kata yang sama dapat berbeda dalam konteks yang lain (1996:1).

A. Jenis-Jenis Pilihan Kata atau Diksi

1. Berdasarkan makna

Keraf mengungkapkan bahwa macam-macam makna meliputi:

a. Makna Denotatif

Dikenal pula dengan istilah makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposisional. Makna denotasi menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotasi berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi, pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.

Contoh: Bunga mawar

Page 2: Tugas BI Ndy

b. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya dari sebuah kata. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Keraf menyatakan bahwa makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional (2008: 29).

Contoh: Bunga Bank

2. Struktur Leksikal

Struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata. Macam-macam struktur leksikal :

a. Sinonimi

Sinonimi adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama.

Contoh:

• Istri bersinonim dengan bini.

b. Antonimi

Antonimi adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.

Contoh:

• Bagus berantonim dengan jelek.

c. Polisemi dan Homonimi

Polisemi adalah kata yang maknanya lebih dari satu, sebagai akibat terdapatnya lebih dari sebuah komponen konsep makna pada kata-kata tersebut. Umpamanya kata kepala yang antara lain mengandung komponen konsep makna:

• Anggota tubuh manusia (hewan)

• Pemimpin atau ketua

• Orang atau jiwa

• Bagian yang sangat penting

• Bagian yang berada di sebelah atas

Page 3: Tugas BI Ndy

• Sesuatu yang bentuknya bulat atau menyerupai kepala.

Semua makna itu tergantung pada penggunaannya dalam konteks.

Homonimi adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.

Contoh :

• Petugas agraria sedang mengukur tanah yang akan dijual itu.

• Ibu mengukur kelapa terlebih dahulu sebelum mengupas pisang itu.

d. Hipernimi dan Hiponimi

Hipernimi adalah kata-kata yang maknanya melingkupi makna kata-kata yang lain. Misalnya kata bunga maknanya melingkupi makna kata-kata seperti mawar, melati, kenanga, cempaka, dan anggrek.

Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Dapat dikatakan bahwa hiponimi adalah kebalikan dari hipernimi. Contohnya mawar termasuk di dalam makna kata bunga.

B. Kata Umum dan Kata Khusus

Kata Khusus

1. Nama diri

Nama diri adalah istilah yang paling khusus, sehingga menggunakan kata-kata tersebut tidak akan menimbulkan salah paham. Nama diri bukan kata denotatif.

2. Daya sugesti kata khusus

Kata-kata yang kongkret dan khusus dengan demikian menyajikan lebih banyak informasi kepada pembaca.

Contoh:

• Gelandangan itu tertatih-tatih sepanjang trotoir.

• Orang miskin itu berjalan perlahan-lahan sepanjang trotoir.

Page 4: Tugas BI Ndy

Kata Umum

1. Gradasi kata umum

Contoh:

Sangat Umum Kurang Umum Lebih Khusus Sangat KhususHewan Kucing Anggora Catty

2. Kata Konkrit dan Kata Abstrak

Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkrit.Contoh:meja, rumah, mobil, air, cantik.

Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak.

Contoh: ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamaian.

Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.

Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konkrit, seperti: hama tanaman penggerak, penyakit radang paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa klasifikasi atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detil yang menggunakan kata konkrit.

Contoh:1.APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)

2.Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk)

3.kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.

Page 5: Tugas BI Ndy

D. Perubahan Makna

Macam-macam perubahan makna

1) Perluasan arti

Perluasan arti adalah suatu proses perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung suatu makna yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna yang lebih umum. Contohnya, dulu kata berlayar dipakai dengan pengertian: bergerak di laut dengan menggunakan layar. Sekarang semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan menggunakan alat apa saja disebut berlayar.

2) Penyempitan arti

Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari makna yang baru. Contohnya: kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut semua orang yang cendekiawan, sekarang dipakai untuk gelar pendidikan strata I.

3) Ameliorasi

Ameliorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana arti yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Contohnya, kata istri lebih baik daripada kata bini.

4) Peyorasi

Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Contoh: kata bini dianggap tinggi pada jaman dulu, sekarang dirasakan sebagai kata kasar.

5) Metafora

Metafora adalah perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek.

Contoh: kata putri malam (untuk bulan).

6) Metonimi

Metonimi sebagai suatu proses perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasikan menurut tempat atau waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat.

Page 6: Tugas BI Ndy

Contoh: Jika kita berbicara mengenai Istana Merdeka maka yang dimaksud adalah Presiden Republik Indonesia.

E. Bahasa Standar (baku) dan Substandar (tak baku)

Bahasa standar adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomi atau menduduki status sosial yang cukup dari suatu masyarakat. Pada umumnya bahasa ini digunakan dalam bentuk tulis. Bahasa substandar adalah bahasa yang digunakan dalam pergaulan.

F. Kata ilmiah dan kata popular

Kata ilmiah adalah kata yang digunakan pada tulisan-tulisan ilmiah,pertemuan-pertemuan resmi, dan diskusi-diskusi ilmiah. Contoh: kataharmonis menggantikan kata sesuai.

Kata populer adalah kata yang dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisanmasyarakat.

Contoh: kata gelandangan lebih dikenal daripada kata tunakarya.

G. Jargon

Jargon mengandung beberapa pengertian. Pertama, jargon adalah katakata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggapkurang sopan atau aneh. Kedua, jargon diartikan sebagai bahasa yang timbuldari percampuran bahasa-bahasa, dianggap sebagai bahasa perhubungan.Ketiga, jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatubidang tertentu.

H. Kata Slang

Kata slang adalah kata percakapan yang tinggi atau murni. Kadang, kataslang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupapengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yanglain.

I. Idiom

Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya.

Page 7: Tugas BI Ndy

J. Bahasa Artifisial

Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannyauntuk menyatakan suatu maksud.

K. Kriteria Pemilihan Kata

Menurut Mukmin terdapat tiga kriteria pemilihan kata, yaitu :

1) ketepatan

2) kebenaran

3) kelaziman (1996:3)

1. Ketepatan

Memilih kata dengan tepat akan memungkinkan orang dengan cepat memahami maksud Anda.

2. Kebenaran

Kebenaran di sini menyangkut pengejaan atau pembentukan kata. Pengejaan adalah penulisan kata yang sesuai dengan aturan yang berlaku, khususnya kaidah tata bahasa, terutama masalah pembentukan kata jadian.

a. Bentuk-bentuk berpasangan

Pasangan bentuk bermiripan dapat digolongkan menjadi

1) pasangan yang seasal;

2) pasangan yang bersaing;

3) pasangan yang terancukan.

b. Bentuk berawalan

c. Kata berakhiran

3. Kelaziman

Salah satu bentuk kelaziman yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah ucapan atau sapaan selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat petang, dan selamat malam.

Page 8: Tugas BI Ndy

L. Syarat ketepatan dalam pemilihan kata

1. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi

Contoh: :

• Bunga mawar

• Bunga bank

2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim

Contoh:

• Pengubah

• Peubah

3. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaanya

Contoh:

• Intensif – insetif

• Preposisi – proposisi

4. Dapat memahami dengan tepat makna kata - kata abstrak.

Contoh : Kebijakan, kebajikan, kebijaksanaan.

5. Dapat memakai kata penghubung yang berpasang secara tepat.

Contoh:

• Antara….dan….

• Tidak….tetapi…

6. Dapat membedakan kata-kata umum dan kata khusus.

Contoh:

• Kata umum : melihat

• Kata khusus : melirik, melotot, mengamati, mengawasi.

7. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri

Page 9: Tugas BI Ndy

8. Hati-hati dalam penggunaan bahasa asing

9. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatic

10. Menggunakan kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus

11. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

Page 10: Tugas BI Ndy

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.

Mukmin, Suhardi. 1996. Bentuk dan Pilihan Kata. Palembang: Departemen Pendiikan dan Kebudayaan.


Top Related