TUGAS AKHIR
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN
YEMIMA AGNES LEONI
D121 09 272
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang begitu luar
biasa di dalam kehidupan penulis atas berkat, anugerah, dan penyertaanNya
sehingga penulis dimampukan untuk menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Studi Pengelolaan Sampah Bandara Hasanuddin”.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari banyak tantangan dan
kekurangan, namun atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak maka penulis
mampu menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan
petunjuk, terutama kepada :
1. Kedua orang tua dan saudara-saudari tercinta, serta seluruh keluarga yang
telah mendukung, memberi semangat dan nasehat yang tulus kepada
penulis.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, M.Sc. selaku Pembimbing I dan Bapak
Dr. Eng Irwan Ridwan Rahim, S.T.,M.T. selaku Pembimbing II atas segala
bimbingannya baik berupa kritikan maupun saran dalam menuntun
penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Lawalenna S., MS., M.Eng. selaku Ketua Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
iii
4. Bapak Ir. Achmad Zubair, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
5. Seluruh dosen pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama kami
menuntut ilmu di Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
6. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Teknik Sipil dan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin atas segala bantuannya.
7. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan
bantuan kepada penulis selama ini.
8. Teman-teman Jurusan Sipil angkatan 2009, Adik-adik angkatan 2010, dan
kanda-kanda senior yang telah memberikan bantuan, dukungan dan
semangat dalam terciptanya tugas akhir ini.
9. Seluruh staf PT Angkasa Pura 1 (Persero), Kantor Otoritas Bandar Udara
Wilayah V Makassar, Pihak PT. Spektra Solusindo serta semua pihak yang
telah membantu dalam proses penelitian dan pengumpulan data selama
penelitian ini berlangsung.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu
yang telah banyak membantu penulis selama studi dan penyelesaian
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan
namun telah dapat menjadi acuan bagi pembaca. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis bersedia untuk menerima saran dan kritik dari berbagai
iv
pihak untuk membantu dalam penyempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Makassar, November 2013
Penulis
v
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN
Yemima Agnes Leoni 1
D 121 09 272
Mary Selintung 2
Irwan Ridwan Rahim 3
1 Mahasiwa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin 2, 3
Staf pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Abstrak
Pengelolaan sampah di Bandara Hasanuddin perlu dilakukan secara efektif dan efisien
dengan memperhatikan elemen fungsional pengelolaan sampah. Berdasarkan aktivitas yang
terjadi di bandara, hampir dipastikan menimbulkan jumlah timbulan sampah yang tidak sedikit.
Apabila tidak ditangani dengan baik, maka sampah di Bandara Hasanuddin dapat menjadi salah
satu penyumbang sampah terbesar di TPA Tabbangae, Maros. Oleh karena itu, perlunya
mengetahui sistem pengelolaan sampah di Bandara Hasanuddin agar dapat diketahui
penanganan yang efektif dan efisien. Adapun pengambilan dan pengukuran sampel sampah
dengan menggunakan metode SNI 19-3964-1994 (metode pengambilan dan pengukuran contoh
timbulan dan komposisi sampah perkotaan) bertujuan untuk mengetahui komposisi sampah di
Bandara Hasanuddin, dimana komposisi yang diperoleh yaitu berupa sisa makanan sebesar
26,370%, plastik sebesar 24,954%, kertas sebesar 36,192%, kayu sebesar 0,559%, kaca sebesar
2,378%, sisa halaman sebesar 6,76%, kaleng/besi sebesar 2,335%, kain sebesar 0,179% serta
karet sebesar 0,264%.
Kata Kunci : Pengelolaan sampah, Elemen Fungsional Pengelolaan Sampah,Bandara
Hasanuddin, Komposisi Sampah,SNI 19-3964-1994,Sampah.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... I-1
A. Latar Belakang .................................................................... I-1
B. Rumusan Masalah................................................................ I-3
C. Hipotesis .............................................................................. I-3
D. Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................ I-3
E. Batasan Masalah .................................................................. I-4
F. Sistematika Penulisan .......................................................... I-4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... II-1
A. Kajian Umum ...................................................................... II-1
2.1 Pengertian Sampah ........................................................ II-1
2.2 Penggolongan Sampah .................................................. II-2
2.3 Pengelolaan Sampah ...................................................... II-6
2.3.1 Pengelolaan Sampah Terpadu ............................. II-7
2.3.2 Elemen Fungsional .............................................. II-12
2.3.2.1 Bangkitan atau Timbulan Sampah .......... II-14
2.3.2.2 Penanganan, Pengumpulan dan Proses
Setempat .................................................. II-17
2.3.2.3 Pemindahan (Transfer Operation) .......... II-17
2.3.2.4 Pembuangan/Pengolahan Akhir .............. II-18
2.3.3 Standardidasi Pengelolaan Persampahan ............ II-21
vii
B. Kajian Khusus...................................................................... II-22
2.4. Sumber Sampah Bandara ............................................. II-22
2.4.1 Jenis Sampah Bandara ......................................... II-22
2.4.2 Cara Prediksi Timbulan Sampah ......................... II-23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... III-1
3.1 Kerangka Penelitian ........................................................... III-1
3.2 Jenis Penelitian ................................................................... III-2
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ III-2
3.4 Bahan, Alat dan Cara Penelitian ........................................ III-2
3.5 Cara Pengambilan Sampah................................................. III-5
3.6 Sumber Data ....................................................................... III-6
3.6.1 Jenis Data ................................................................. III-6
3.6.2 Pengolahan/Analisis Data ........................................ III-7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. IV-1
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ....................................... IV-1
4.1.1 Geografis .................................................................. IV-1
4.1.2 Sejarah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Makassar .................................................................. IV-1
4.2 Timbulan dan Komposisi Sampah di Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin ............................................................ IV-5
4.2.1 Timbulan Sampah di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin .............................................................. IV-6
4.2.2 Karakteristik Komposisi Sampah ............................. IV-7
4.3 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin....................................... IV-11
4.3.1 Pengelola Sampah di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin .............................................................. IV-11
4.3.2 Sumber Sampah ....................................................... IV-13
4.3.3 Perwadahan Sampah ................................................ IV-15
4.3.4 Pengumpulan Sampah .............................................. IV-16
viii
4.3.5 Transfer dan Transport ............................................. IV-18
4.3.6 Prosesing dan Pemilahan ......................................... IV-19
4.3.7 Pembuangan Akhir ................................................... IV-19
4.4 Pembahasan ........................................................................ IV-20
4.4.1 Penilaian Sistem Alternatif Pengelolaan Sampah
Bandara Hasanuddin ................................................ IV-20
4.4.2 Penanganan Sampah Bandara Hasanuddin .............. IV-22
BAB V PENUTUP ..................................................................................... V-1
5.1 Kesimpulan......................................................................... V-1
5.2 Saran ................................................................................... V-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Volume Sampel Sampah Per Hari di Beberapa Lokasi
di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ......................... IV-7
Tabel 4.2 Komposisi Sampah di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin ............................................................................ IV-9
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hirarki Pengelolaan Sampah Padat ................................. II-7
Gambar 2.2 Skema Komposting Secara Aerob (Miller, 1998) ........... II-11
Gambar 2.3 Diagram yang Menunjukkan Hubungan
Antar-elemen Fungsional dalam Sistem Pengelolaan
Sampah ............................................................................ II-13
Gambar 2.4 Teknik Pengolahan Sampah ............................................ II-18
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................... III-1
Gambar 3.2 Alat Pengukur Volume .................................................... III-3
Gambar 3.3 Timbangan....................................................................... III-4
Gambar 3.4 Sarung Tangan ................................................................ III-4
Gambar 3.5 Beberapa Contoh Sampah Bandara ................................. III-5
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian ............................................................. IV-4
Gambar 4.2 Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ...................... IV-5
Gambar 4.3 Komposisi Sampah Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin .......................................................... IV-10
Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Spektra Solusindo yang
Beroperasi di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin ...................................................................... IV-13
Gambar 4.5 Sumber-sumber Sampah Bandara Hasanuddin (1) ........ IV-14
Gambar 4.6 Sumber-sumber Sampah Bandara Hasanuddin (2) ........ IV-15
Gambar 4.7 Perwadahan yang tersedia di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin.................................. . IV-16
Gambar 4.8 Proses Pengumpulan Sampah dari Sumbernya ............... IV-17
Gambar 4.9 Tempat Sampah yang digunakan dalam
Proses Pengumpulan ....................................................... IV-17
Gambar 4.10 Proses Pengangkutan Sampah dari TPS 1
menuju TPS 2 ................................................................. IV-18
xi
Gambar 4.11 Sampah dari TPS 1 dipindahkan ke TPS 2 ..................... IV-18
Gambar 4.12 Sampah Hasil Pemilahan di TPS 2.................................. IV-19
Gambar 4.13 Mobil Operasional Pengangkut Sampah ......................... IV-20
Gambar 4.14 Alat Insinerator Milik PT Angkasa Pura 1 ...................... IV-21
Gambar 4.15 Komposisi Pemanfaatan Sampah .................................... IV-24
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Layout Lantai Basement Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin
Lampiran 2. Layout 1st Floor Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Lampiran 3. Layout 2nd
Floor Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Lampiran 4. Denah Terminal Block Plan Komersial Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar (LT. II)
Lampiran 5. Tabulasi Data Survei Hari ke 1
Lampiran 6. Tabulasi Data Survei Hari ke 2
Lampiran 7. Tabulasi Data Survei Hari ke 3
Lampiran 8. Tabulasi Data Survei Hari ke 4
Lampiran 9. Tabulasi Data Survei Hari ke 5
Lampiran 10. Tabulasi Data Survei Hari ke 6
Lampiran 11. Tabulasi Data Survei Hari ke 7
Lampiran 12. Tabulasi Data Survei Hari ke 8
Lampiran 13. Dokumentasi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan sampah tidak akan terlepas dari masalah perilaku dan pola
hidup. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia mengalami peningkatan
sejak beberapa dekade yang lalu. Peningkatan jumlah penduduk ini turut
mempengaruhi perubahan pola konsumsi, serta gaya hidup masyarakat yang
telah menyebabkan bertambahnya jumlah timbulan sampah, jenis dan
keberagaman karakteristik sampah. Namun, ketika jumlah penduduk semakin
banyak maka produksi dan jenis sampah semakin bertambah pula maka proses
pengelolaannya juga semakin kompleks. Dalam mengatasi masalah tersebut,
diperlukan manajemen pengelolaan sampah yang baik dan tepat.
Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan secara efisien dan terarah apabila
hubungan fungsional antara elemen persampahan dapat diidentifikasi dan
dimengerti dengan jelas. Agar sistem pengelolaan sampah dapat berlangsung
efisien maka setiap elemen baik sendiri-sendiri maupun bersama harus dikelola
secara optimal dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan seperti biaya,
teknologi, pendidikan dan perilaku masyarakat.
Berdasarkan data statistik persampahan di Indonesia tahun 2008 tersebut,
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih memandang sampah
sebagai barang sisa yang tidak berguna, belum memberi nilai sebagai sumber
daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih
I-1
bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan,
diangkut dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah.
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam
pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi
akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi
yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu
sektor yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam cakupan
parsial dan temporal yang besar.
Bandara sebagai salah fasilitas umum dalam bidang transportasi yang
menghasilkan timbulan sampah dalam jumlah yang besar setiap harinya dan
oleh karena itu memerlukan suatu sistem pengelolaan sampah. Aktivitas,
jumlah pengunjung dan pengguna transportasi udara yang terjadi di bandara
merupakan salah satu faktor dari peningkatan jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan setiap harinya.
Dalam lingkup yang lebih besar masalah sampah akan menjadi bagian dari
masalah lingkungan yang lebih besar. Masalah sampah adalah masalah
bersama yang membutuhkan sinergi untuk menanganinya bersama, karena
saling berkaitan dalam sistem ekologi. Untuk itu, menangani masalah sampah
secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan.
Atas dasar inilah, penulis tertarik memilih judul sebagai tugas akhir : Studi
Pengelolaan Sampah Bandara Hasanuddin.
I-2
B. Rumusan Masalah
Permasalahan mendasar yang terkait dengan sampah bandara adalah
meningkatnya jumlah timbulan sampah dan karakteristik sampah akibat
peningkatan jumlah pengunjung dan penerbangan sampah setiap harinya. Oleh
karena itu perumusan masalah akan dibahas pada tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengelolaan Bandara Hasanuddin Makassar dalam penanganan
sumber dan berapa jumlah timbulan sampah ?
2. Bagaimana penanganan sampah Bandara Hasanuddin ?
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun hipotesis sementara yang
dibuat adalah :
1. Pengelolaan Bandara Hasanuddin dalam menangani sumber sampah tidak
terlaksana secara optimal.
2. Penanganan sampah di Bandara Hasanuddin belum efektif dan efisien.
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tugas akhir ini
adalah :
1. Mengetahui sistem pengelolaan sampah yang efektif dan efisien terhadap
sampah yang dihasilkan dari aktivitas di Bandara Hasanuddin.
I-3
2. Mengetahui penanganan yang efektif dan efisien terhadap sampah Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin
E. Batasan Masalah
Untuk mengarahkan penulis pada penelitian ini, maka diberikan batasan
agar penulis dapat lebih fokus dan terarah pada suatu batasan tertentu. Adapun
batasan masalah dalam studi ini adalah :
1. Sumber dan jumlah timbulan sampah Bandara Hasanuddin pada tahun 2013
2. Analisis prospek pengembangan sampah Bandara Hasanuddin
3. Teknik operasional pengelolaan sampah Bandara Hasanuddin pada tahun
2013
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami permasalahan yang akan dibahas dalam
laporan tugas akhir ini, maka disusunlah sistematika laporan sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, hipotesis, maksud
dan tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 : LANDASAN TEORITIS
Bab ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian.
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
I-4
Bab ini menguraikan waktu dan tempat penelitian, metode
pengumpulan data, metode analisis data, bagan alir penelitian, dan
jadwal penelitian.
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil dan pembahasan penelitian Studi
Pengelolaan Sampah Bandara Hasanuddin.
BAB 5 : PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari penulis tentang
hasil penelitian.
I-5
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Umum
2.1 Pengertian Sampah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sementara dalam
jurnal yang berjudul “Studi Timbulan dan Komposisi Sampah Bandara
Internasional Mingkabau (BIM)”, sampah adalah limbah yang bersifat padat
terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan (Damanhuri,
2004).
Secara definisi, sampah adalah semua jenis bahan buangan baik yang
berasal dari manusia atau binatang yang biasanya berbentuk padat.
Umumnya bahan-bahan tersebut dibuang karena dirasakan oleh pemiliknya
sebagai barang yang tidak berharga, tidak bernilai, dan tidak diinginkan
(Tchobanoglous, 1977 dalam buku PENGANTAR ILMU TEKNIK
LINGKUNGAN Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan).
Sedangkan menurut Hadiwiyoto (1983:12) dalam Tugas Akhir yang
berjudul “Analisis Sistem Pengangkutan Sampah Kota Makassar dengan
II-1
Metode Penyelesaian Vehicle Routing Problem (VRP)”, sampah adalah
bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang
bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya yang dari segi
ekonomis, sampah adalah bahan buangan yang tidak ada harganya dan dari
segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan
banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian
lingkungan.
2.2 Penggolongan sampah
Ada beberapa macam penggolongan sampah. Penggolongan ini dapat
didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu : asal, komposisi, bentuk, lokasi,
proses terjadinya, sifat dan jenisnya.
a. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya
1. Sampah hasil kegiatan rumah tangga, termasuk di dalamnya sampah
rumah sakit, hotel dan kantor.
2. Sampah hasil kegiatan industri/pabrik.
3. Sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan,
perikanan dan peternakan.
4. Sampah hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar dan toko.
5. Sampah hasil kegiatan pembangunan.
6. Sampah jalan raya.
II-2
b. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya
1. Sampah seragam. Sampah hasil kegiatan industri umumnya termasuk
dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas
kertas, karton, kertas karbon dan semacamnya yang masih tergolong
seragam atau sejenis.
2. Sampah campuran. Misalnya, sampah yang bersal dari pasar atau
sampah dari tempat-tempat umum yang sangat beraneka ragam dan
bercampur menjadi satu.
c. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya
1. Sampah padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng, plastik
dan logam.
2. Sampah cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bekas
cairan yang tumpah, tetes tebu, dan limbah industri yang cair.
3. Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, amonia, H2S dan
lainnya.
d. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya
1. Sampah kota (urban) yang terkumpul di kota-kota besar.
2. Sampah daerah yang terkumpul di daerah-daerah luar perkotaan.
e. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya
1. Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami.
Misalnya rontokan dedaunan.
2. Sampah non-alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatan
manusia. Misalnya plastik dan kertas.
II-3
f. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya
1. Sampah organik, terdiri atas dedaunan, kayu, tulang, sisa makanan
ternak, sayur dan buah. Sampah organik adalah sampah yang
mengandung senyawa organik dan tersusun oleh unsur karbon,
hidrogen dan oksigen. Sampah ini mudah didegradasi oleh mikroba.
2. Sampah anorganik, terdiri atas kaleng, plastik, besi, logam, kaca dan
bahan-bahan lainnya yang tidak tersusun oleh senyawa anorganik.
Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh mikroba sehingga sulit untuk
diuraikan.
g. Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya
1. Sampah makanan
2. Sampah kebun/pekarangan
3. Sampah kertas
4. Sampah plastik, karet dan kulit
5. Sampah kain
6. Sampah kayu
7. Sampah logam
8. Sampah gelas dan keramik
9. Sampah abu dan debu
h. Penggolongan sampah berdasarkan cara penanganan dan
pengolahannya
1. Komponen mudah membusuk (putrescible): sampah rumah tangga,
sayuran, buah-buahan, kotoran binatang, bangkai, dan lain-lain.
II-4
2. Komponen bervolume besar dan mudah terbakar (bulky combustible):
kayu, kertas, kain plastik, karet, kulit dan lain-lain.
3. Komponen bervolume besar dan sulit terbakar (bulky noncombustible):
logam, mineral, dan lain-lain.
4. Komponen bervolume kecil dan mudah terbakar (small combustible).
5. Komponen bervolume kecil dan sulit terbakar (small noncombustible).
6. Wadah bekas: botol, drum dan lain-lain.
7. Tabung bertekanan/gas.
8. Serbuk dan abu: organik (misal pestisida), logam metalik, non metalik,
bahan amunisi dsb.
9. Lumpur, baik organik maupun non organik.
10. Puing bangunan.
11. Kendaraan tak terpakai.
12. Sampah radioaktif.
Sampah yang berasal dari pemukiman/tempat tinggal dan daerah komersial,
selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat berkategori B3.
Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi,
sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradable sehingga sulit
terdekomposisi. Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa makanan, kertas,
kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun. Bagian anorganik
sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar, logam, dan debu. Sampah yang mudah
II-5
terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas, biasanya dalam proses
dekomposisinya akan menimbulkan bau dan mendatangkan lalat.
2.3 Pengelolaan Sampah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 18 tahun 2008,
yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah.
Pengelolaan sampah adalah sebuah upaya komprehensif menangani
sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia,
dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu Pertama, pengendalian
bangkitan (control of generation), Kedua, penyimpanan (storage). Ketiga,
pengumpulan (collection). Keempat, pemindahan dan pengangkutan
(transfer and transport). Kelima, pemrosesan (processing), dan keenam,
yaitu pembuangan (disposal) (Tchobanoglous, 1977 dalam buku
PENGANTAR ILMU TEKNIK LINGKUNGAN Seri: Pengelolaan Sampah
Perkotaan).
Pengelolaan sampah dengan keenam elemen tersebut harus dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip yang dapat menjamin kesehatan masyarakat serta
dilaksanakan menurut kaidah ekonomi, teknis, konservasi, estetika, dan
pertimbangan lainnya (Soekmana Soma, 2010).
II-6
2.3.1 Pengelolaan Sampah Terpadu
Pengelolaan sampah padat didefinisikan sebagai aplikasi teknik yang
menjamin pelaksanaan secara aman fungsi-fungsi pengumpulan, pengolahan
dan pembuangan sampah padat. Strategi dasar dalam pengelolaan sampah
padat terpadu adalah dengan membentuk suatu sistem dimana reduksi
sampah dan opsi pengelolaan bekerja secara simultan (work together)
membentuk suatu sistem yang efektif yaitu reduksi sumber, recycling, reuse
& recovery, pengolahan dan landfilling (Osmen Gultom).
Sumber Sampah
Reduksi Sumber
Recycling
Reuse & Recovery
Pengolahan
Sanitary Landfill
Gambar 2.1. Hirarki Pengelolaan Sampah Padat
II-7
a. Reduce (Mengurangi)
Prinsip reduce atau mengurangi sampah adalah segala aktifitas yang
mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah. Dalam penerapan
prinsip reduce sebisa mungkin dilakukan minimalisasi barang atau
material yang dipergunakan. Semakin banyak penggunaan material,
maka semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Mengurangi sampah bisa dilakukan, yaitu dengan menerapkan pola
hidup sederhana dimana selalu memperhatikan hal-hal berikut :
Menentukan prioritas sebelum membeli barang
Mengurangi atau menghindari konsumsi/penggunaan barang yang
tidak dapat didaur ulang oleh alam
Membeli produk yang tahan lama
Menggunakan produk selama mungkin, tidak terlalu menganut mode
Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah
dalam jumlah besar
Gunakan produkyang dapat diisi ulang (refill)
b. Reuse (Menggunakan kembali)
Prinsip reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak
pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Sebisa mungkin pilihlah
barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-
barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah.
Berikut ini beberapa contoh penerapan prinsip reuse :
II-8
Gunakan kembali wadah/ kemasan untuk fungsi yang sama atau
fungsi lainnya
Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat
minyak goreng
Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang
memerlukan
c. Recycle (Mendaur ulang)
Prinsip recycle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan
barang atau produk baru yang bermanfaat. Sebisa mungkin, semua
barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak
semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri
non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
proses daur ulang, yaitu sebagai berikut :
Pemisahan. Pisahkan barang-barang/material yang dapat didaur ulang
dengan sampah yang harus dibuang ke pembuangan sampah. Pastikan
material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan
bersih.
Penyimpanan. Simpan barang/material kering yang sudah dipisahkan
tadi ke dalam boks/kotak tertutup tergantung jenis barangnya,
II-9
misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas, dll. Jika akan membuat
kompos, tumpuk sampah domestik pada lokasi pembuatan kompos.
Penjualan/penjualan barang yang terkumpul dijual ke pabrik yang
membutuhkan material bekas tersebut sebagai bahan baku dijual ke
pemulung.
d. Pengomposan (Komposting)
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembap, dan aerobik atau anaerobik. Komposting adalah suatu proses
perubahan bahan-bahan organik yang dapat diurai (biodegradable) yang
terdapat di dalam sampah menjadi bahan yang stabil dan tidak berbau-
kompos. Proses ini memerlukan bantuan mikroorganisme, dalam hal ini
mikroba aerob yang tersedia di alam dan juga oksigen. Mikroba
memanfaatkan dan memecah senyawa organik dari sampah atau limbah
(waste) dengan bantuan oksigen, kemudian mengalami proses respirasi
(pernafasan) menghasilkan energi dan produk akhir berupa unsur-unsur
NH3, PO4, CO2, SO4 dan H2O. Selain itu, proses tadi mengalami sintesis
dengan bantuan energi membentuk mikroorganisme baru. Proses yang
terjadi di dalamnya merupakan reaksi kimiawi maupun biologis yang
berlangsung secara lambat (gradual) (Soekmana Soma, 2010).
II-10
waste Micro-
organism
s
NH3 PO4
End
Products SO4
CO2
H2O
More micro-organisms
Energy
Oxygen
+
+
Gambar 2.2. Skema Komposting Secara Aerob (Miller, 1998)
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan kompos tergantung dari
berbagai faktor, yaitu kelembaban, aerasi, jumlah permukaan yang
terekspos, cuaca dan temperature selama proses berlangsung. Membalik
gundukan secara periodik dengan cara mencampurkan bahan-bahan kompos
dengan menggunakan garpu atau sekop akan menambah udara yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme dan mempercepat proses. Composting
menghasilkan dua bahan yang berharga : (1) humus, yang jika ditambahkan
ke tanah akan memperbaiki struktur serta meningkatkan ketersediaan
nutrien dan kapasitas menangkap air; dan (2) mulch, mencegah erosi dan
pemadatan tanah, menjaga kelembaban dan menginsulasi tanah pada
keadaan temperatur ekstrim.
Tujuan pembuatan kompos adalah :
1. Membantu pemerintah dalam mengelola dan mengurangi sampah
Respiration
Respiration
II-11
2. Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir
(TPA)
3. Mengurangi lahan TPA
4. Menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri dan sekitarnya.
2.3.2 Elemen Fungsional
Problem yang terkait dengan pengelolaan sampah dalam masyarakat
perkotaan khususnya saat ini sangat kompleks oleh karena kuantitas dan
bervariasinya jenis sampah. Pengelolaan sampah sebagaimana telah
dijelaskan bahwa terbagi dalam enam kelompok penting, yaitu : bangkitan
sampah, pewadahan, pengumpulan, transfer dan transport, prosesing dan
pemulihan, serta pembuangan (akhir). Keenam elemen tersebut saling
bergantung satu dengan lainnya, membentuk sebuah sistem-sistem
pengelolaan sampah.
II-12
Bangkitan Sampah
Pewadahan
Pengumpulan
Transfer dan Transport Prosesing dan Pemulihan
Pembuangan Akhir
Gambar 2.3. Diagram yang Menunjukkan Hubungan Antar-elemen Fungsional
dalam Sistem Pengelolaan Sampah
Agar pengelolaan sampah dapat dilaksanakan secara efisien dan terarah
maka hubungan fungsional antara elemen persampahan harus diidentifikasi
II-13
dan dimengerti dengan jelas. Dengan memisahkan setiap kelompok elemen
persampahan maka pengelolaan persampahan dapat :
(1) Mengindentifikasi aspek dasar dan hubungan antarelemen;
(2) Mengembangkan hubungan kuantitatif (jika memungkinkan dengan
maksud untuk membandingkan satu elemen dengan elemen lainnya
secara teknis);
(3) Menganalisis masing-masing elemen; dan
(4) Mengevaluasi semua kegiatan yang terkait dengan pengelolaan
persampahan.
Pemisahan elemen-elemen ini sangat penting karena pengelolaan setiap
elemen sangat dinamis, khususnya mengikuti perkembangan teknologi dan
budaya serta bervariasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Agar sistem
pengelolaan sampah dapat berlangsung efisien maka setiap elemen baik
sendiri-sendiri maupun bersama harus dikelola secara optimal dengan
mempertimbangkan sebagai keterbatasan seperti biaya, teknologi,
pendidikan dan perilaku masyarakat.
2.3.2.1 Bangkitan atau Timbulan Sampah
Bangkitan atau timbulan sampah meliputi semua kegiatan membuang
sesuatu benda yang dirasakan oleh pemiliknya sebagai tidak memiliki nilai
lagi untuk dipertahankan (Tchobanoglous, 1977 dalam buku
PENGANTAR ILMU TEKNIK LINGKUNGAN Seri: Pengelolaan
Sampah Perkotaan). Hal yang penting dipertimbangkan dalam kaitan
II-14
bangkitan sampah yaitu mengidentifikasi sumber-sumber dan tipe sampah,
dan mengetahui tingkat bangkitan sampah serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Timbulan (kuantitas) sampah merupakan volume sampah atau berat
sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per
satuan waktu. Data ini diperlukan dalam menentukan dan mendesain jenis
atau tipe peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, desain
sistem pengolahan persampahan, dan desain TPA.
Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah :
- Reduksi di sumber dan recycling
- Peran serta masyarakat
- Faktor geografi dan faktor fisik lainnya
Timbulan sampah dapat dinyatakan dalam satuan berat kilogram per
orang perhari (kg/o/h) atau kilogram per meter-persegi bangunan perhari
(kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur perhari (kg/bed/h) dan satuan
volume liter/orang/hari (l/o/h), liter per meter-persegi bangunan per hari
(l/m2/h), liter per tempat tidur perhari (l/bed/h). Kota-kota di Indonesia
umumnya menggunakan satuan volume.
Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
a. Sampah dari permukiman, atau sampah rumah tangga.
b. Sampah dari non-permukiman yang sejenis sampah rumah tangga,
seperti dari pasar, daerah komersial dsb.
II-15
Sampah dari kedua jenis sumber ini (a dan b) dikenal sebagai sampah
domestik. Sedangkan sampah non-domestik adalah sampah atau limbah
yang bukan sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari proses
industri. Bila sampah domestik ini berasal dari lingkungan perkotaan, dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai municipal solid waste (MSW). Berdasarkan
hal tersebut di atas, dalam pengelolaan sampah kota di Indonesia, sumber
sampah kota dibagi berdasarkan :
a. Permukiman atau rumah tangga dan sejenisnya
b. Pasar
c. Kegiatan komersial seperti pertokoan
d. Kegiatan perkantoran
e. Hotel dan restoran
f. Industri
g. Kegiatan dari institusi seperti sekolah, puskesmas, rumah sakit, dan lain-
lain untuk sampah yang sejenis sampah permukiman
h. Penyapuan jalan
i. Taman-taman.
Sampah dapat dibedakan komposisinya berdasarkan sifat-sifat fisik
dan kimia. Informasi yang kita ketahui tentang komposisi sampah sangat
penting untuk mengevaluasi peralatan-peralatan yang dibutuhkan, sistem
yang harus digunakan, program pengelolaan dan rencana pengelolaan. Dari
segi ekonomi, pengelolaan sampah menjadi lebih sederhana apabila tingkat
bangkitan sampah ini dapat dikendalikan ataupun lokasinya dapat
II-16
diminimasi menjadi titik-titik sumber (point source) yang mudah dijangkau
(Soekmana Soma, 2010).
2.3.2.2 Penanganan, Pengumpulan dan Proses Setempat
Penanganan sampah setempat adalah semua kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan sampah di tempat bangkitannya. Metode penanganan
sampah setempat akan berbeda untuk setiap kegiatan yang berbeda. Untuk
mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA
seringkali penghasil sampah dianjurkan untuk memproses sampah yang
mereka hasilkan. Memproses sampah di tempat sumbernya dapat
dilakukan secara kolektif atau bersama, berupa pemadatan, pemilahan,
composting, atau cara lainnya. Tujuannya adalah untuk mengurangi
volume sampah yang harus diangkut diangkut ke TPA, mengubah bentuk
fisik sampah, dan memilah sampah yang masih dapat dimanfaatkan lagi
(Tchobanoglous, 1977 dalam buku PENGANTAR ILMU TEKNIK
LINGKUNGAN Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan).
2.3.2.3 Pemindahan (Transfer Operation)
Transfer operation yaitu kegiatan pemindahan sampah baik yang
berasal dari kontainer dan peralatan lainnya ke transfer depo atau transfer
station (Tchobanoglous, 1977 dalam buku PENGANTAR ILMU TEKNIK
LINGKUNGAN Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan). Di transfer depo
inilah terjadi proses penyempurnaan pembuangan sampah dari tempat
II-17
kecil ke tempat yang lebih besar, sehingga mengefisiensikan pengangkutan
ke TPA.
Timbulan Sampah
Pengumpulan
Pembuangan Akhir
Pengangkutan
Pemilahan, Pewadahan dan
Pengolahan di Sumber
Pemindahan Pemilahan dan Pengolahan
Gambar 2.4. Teknik Pengelolaan Sampah
2.3.2.4 Pembuangan/Pengolahan Akhir
Sampah saat ini hanya ada dua alternatif untuk lokasi pembuangan
akhir sampah. pertama, membuang ke dalam lapisan bumi dengan cara
yang dikenal dengan nama sanitary landfill. Kedua, membakar atau
insinerasi. Cara ketiga, yaitu membuang ke dasar laut seperti yang
dilakukan banyak kota-kota di Amerika Serikat awal abad ke-20 sudah
II-18
dilarang sejak tahun 1899 (Tchobanoglous, 1977 dalam buku
PENGANTAR ILMU TEKNIK LINGKUNGAN Seri: Pengelolaan
Sampah Perkotaan).
Pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat kesehatan dan
kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah open
dumping, yaitu sampah yang ada hanya ditempatkan begitu saja hingga
kapasitasnya tidak lagi terpenuhi. Open dumping sudah tidak diperlukan
lagi namun masih banyak dipraktekkan. Teknik ini berpotensi
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Adapun teknik yang
direkomendasikan adalah sanitary landfill, yaitu pada lokasi TPA
dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah
(Kuncoro Sejati, 2009).
Secara definisi, sanitary landfill adalah suatu kegiatan membuang
sampah setiap hari ke suatu tempat kemudian dilakukan penutupan pada
akhir kegiatan pembuangan. Proses tersebut berlangsung setiap hari dan
berjalan sesuai dengan kapasitas TPA, bergantung besar atau kecilnya
TPA. Pengolahan sampah dengan metode ini sebaiknya berjangka waktu
lebih dari satu tahun. Setelah umur landfill mencapai batas maka pada
penutupan akhir selain dilakukan pemadatan juga dilakukan penutupan
dengan lapisan kedap air (Soekmana Soma, 2010).
Metode sanitary landfill merupakan cara pengolahan akhir sampah
yang paling ekonomis, terutama apabila lahan tersedia dalam skala luas.
Segala jenis sampah dapat diolah tanpa perlu memilah lagi dan relatif
II-19
fleksibel, dalam artian penambahan sampah hanya membutuhkan sedikit
penambahan peralatan dan personal. Di samping itu, metode sanitary
landfill juga dapat menimbulkan masalah jika standar teknisnya tidak
diterapkan dengan baik. Dampak yang sering timbul adalah pencemaran
dari lindi (leachate), yaitu cairan yang dihasilkan dari proses pembusukan
sampah organik yang masuk ke dalam tanah. Dampak lain yang tidak
kalah berbahaya adalah terjadinya migrasi gas methan (CH4) dan gas
hydrogen sulfida (H2S) yang berasal dari proses dekomposisi bahan
organik secara aerobik (Soekmana Soma, 2010).
Alternatif kedua yaitu membakar atau insinerasi. Insinerasi adalah
suatu metode pembuangan sampah dengan cara membakar sampah pada
temperatur tinggi. Insinerasi dan sistem pengolahan sampah dengan
menggunakan temperatur tinggi dinamakan pengolahan termal atau
thermal treatment. Pada zaman modern saat ini, insinerasi dilakukan
dengan cerobong yang membakar sampah secara efisien, sehingga output
dari pembakaran akan menghasilkan kalor untuk energi listrik. Insinerasi
modern juga dilengkapi dengan alat pengendali pencemaran udara dan
pemantauan emisi. Pembakaran sampah seperti ini dinamakan a waste-to-
energy plant (WtE) atau energy-from-waste (EfW) (Soekmana Soma,
2010).
II-20
2.3.3 Standardisasi Pengelolaan Persampahan
Berikut adalah standar-standar yang dikeluarkan oleh Badan
Standardisasi Nasional sehubungan dengan pengelolaan sampah yang ada di
Indonesia, yaitu :
1. SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh
timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Metode pengujian ini berisi
pengertian, persyaratan, ketentuan umum, cara pelaksanaan pengambilan
dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan.
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi
penyelenggara pembangunan dalam melakukan pengambilan dan
pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah untuk mendapatkan
besaran timbulan sampah yang digunakan dalam perencanaan dan
pengelolaan sampah.
2. SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan
sampah perkotaan. Standar ini menetapkan tata cara teknik operasional
yang meliputi dasar-dasar perencanaan untuk daerah pelayanan, tingkat
pelayanan dan teknik operasional mulai dari pewadahan sampah,
pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan dan pemilahan
sampah, serta pembuangan akhir sampah. tata cara ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi pengelola dan perencana untuk menangani sampah
di kawasan perkotaan.
II-21
B. Kajian Khusus
2.4 Sumber Sampah Bandara
Sampah padat bandara umumnya berasal dari area terminal, kantor,
maupun sampah yang berasal dari pesawat. Untuk area terminal sendiri
meliputi counter, area check-in, minimarket, restoran, cafe, ruang karyawan,
area bagasi, area keberangkatan, area kedatangan serta terminal kargo. Di
samping itu ada pula sampah halaman yang berasal dari parkiran. Khusus
untuk sampah yang berasal dari pesawat, tidak semua sampah yang berasal
dari pesawat diangkut oleh pihak pengelola sampah bandara. Hal ini
dikarenakan beberapa maskapai telah menyediakan kendaraan operasional
untuk mengangkut sampah yang berasal dari pesawat menuju TPS.
2.4.1 Jenis Sampah Bandara
Sampah padat yang dihasilkan dari aktivitas di bandara umumnya
menyerupai sampah perkotaan. Sampah kota secara sederhana diartikan
sebagai sampah organik maupun anorganik yang dibuang oleh masyarakat
dari berbagai lokasi di kota tersebut. Adapun jenis-jenis sampah yang
dihasilkan dari aktivitas bandara, yaitu :
Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, di
mana sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara
alami. Dari aktivitas bandara, sampah organik yang dihasilkan berupa
II-21
sampah sisa makanan, sisa sayuran, sisa buah, kertas, kayu, daun-daunan
dan tanah.
Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi secara
alami. Contoh sampah bandara jenis ini adalah kaleng, besi, plastik,
karet, botol dan kaca.
2.4.2 Cara Prediksi Timbulan Sampah
Dalam pengukuran timbulan sampah, terdapat beberapa analisis yang
dilakukan yaitu analisis perhitungan, analisis berat, analisis keseimbangan
material dan menggunakan standar SNI 19-3964-1994 (Metode
Pengambilan dan Pengukuran Sampel Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan).
a. Analisis Perhitungan
Analisis kuantitas sampah dengan cara menghitung volume sampah
yang diangkut oleh kendaraan pengangkut sampah setiap hari ke TPA.
Perhitungan :
Volume sampah/truk x jumlah truk/hari x frekuensi
b. Analisis Berat
Analisis ini dilakukan dengan menimbang truk yang berisi sampah
kemudian dikurangi dengan berat truk. Selisih berat tersebut merupakan
berat sampah yang dihasilkan.
II-23
c. Analisis Keseimbangan Material
Analisis ini dilakukan dengan cara menentukan kesetimbangan
material di tiap sumber dan data ini diperlukan untuk mendesain program
recycle.
d. SNI 19-3694-1994 (Metode Pengambilan dan Pengukuran Sampel
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan)
Metode ini digunakan untuk mendapatkan besaran timbulan sampah
yang digunakan untuk perencanaan dari pengelolaan sampah.
o Penentuan kuantitas/timbulan sampah per harinya :
Volume timbulan sampah/hari = Vs/l
Berat timbulan sampah/hari = Bs/l
Dimana : Vs = volume sampah yang diukur (liter)
Bs = berar sampah yang diukur (kg)
U = jumlah unit penghasil sampah (unit)
o Persamaan perhitungan timbulan sampah perkotaan
qk = (100% / % sampah domestik) x qd
dimana :
qk = satuan timbulan sampah kota (l/o/h) atau (kg/o/h)
qd = satuan timbulan sampah domestik (l/o/h) atau (kg/o/h)
o Perhitungan faktor koreksi
Untuk mendapatkan data yang lebih representatif, maka diperlukan
faktor koreksi. Karena sampling dilakukan selama 8 hari berturut-
turut, faktor koreksi didapatkan dari perbandingan rata-rata dari
II-24
sampling hari yang sama dengan data sampling hari pertama,
kemudian faktor koreksi dikalikan dengan data sampling hari lainnya.
o Persamaan untuk mendapatkan faktor koreksi, adalah :
fk = 𝑋
𝑋𝑖 𝑋 =
𝑋1+𝑋2
2
dimana : X1 = data sampling hari pertama
X2 = data sampling hari terakhir
X = rata-rata sampling hari pertama dan terakhir
fk = faktor koreksi
o Dalam perencanaan jika data timbulan sampah belum tersedia, maka
dapat ditentukan dengan standar SNI 19-3964-1994 yaitu :
- Kota besar : 2 – 2,5 L/o/h atau 0,4 – 0,5 kg/o/h
- Kota sedang/kecil : 1,5 – 2 L/o/h atau 0,3 – 0,4 kg/o/h
Dikarenakan keterbatasan referensi, hingga saat ini belum diketahui
apakah metode ini dapat digunakan untuk menghitung prediksi
timbulan sampah yang berasal dari bandara atau tidak.
II-25
Mulai
Pengambilan Data Sekunder :
Profil Bandara Hasanuddin Makassar
Peta Bandara Hasanuddin Makassar
Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Bandara
Pengambilan dan Pengukuran Sampel
dengan metode SNI 19-3964-1994
Data Primer :
Timbulan sampah dan komposisi sampah
area parkiran, area kargo, area terminal yang
meliputi keberangkatan, kedatangan, check
in, counter, ruang karyawan, minimarket,
cafe, serta restoran.
Analisis Data dan
Pembahasan
Analisis kondisi
eksisting Bandara
Hasanuddin dalam
penanganan sumber dan
timbulan sampah
Penanganan yang efektif
dan efisien terhadap
sampah Bandara
Internasional Sultan
Hasanuddin
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
Penilaian sistem
alternatif pengelolaan
sampah Bandara Sultan
Hasanuddin
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Data primer :
Sumber Sampah Bandara Hasanuddin
Jenis sampah Bandara Hasanuddin
Waktu pengangkutan sampah
TPA yang menampung sampah Bandara
Hasanuddin
Biaya retribusi yang dibayarkan kepada
TPA
III-1
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey. Bentuk penelitian ini
dilakukan dengan cara wawancara, observasi langsung terhadap sistem
pengelolaan sampah, serta pengambilan dan pengukuran sampel timbulan
dan komposisi sampah dengan metode SNI 19-3964-1994 untuk
mendapatkan informasi yang lebih tepat, dan dapat dipercaya berupa data
primer dan data sekunder sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk
mendukung penulisan tugas akhir ini.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) hari berturut-turut yang
berlokasi di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Sementara
waktu penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 23 September – 1
Oktober 2013.
3.4 Bahan, Alat dan Cara Penelitian
a. Materi yang diteliti adalah : sampah yang berada di Bandar Udara Sultan
Hasanuddin, Makassar yang berasal dari area parkiran, area kargo, serta
area terminal yang meliputi keberangkatan, kedatangan, check in,
counter, ruang karyawan, minimarket, cafe, serta restoran. Adapun
penggolongan sampah yang akan diteliti meliputi :
1. Sampah sisa makanan
2. Sampah plastik
III-2
3. Sampah kertas
4. Sampah sisa halaman (meliputi daun-daunan dan tanah)
5. Sampah kain
6. Sampah kayu
7. Sampah kaca
8. Sampah logam (termasuk kaleng/besi)
9. Sampah karet
b. Alat
1. Alat pengambil contoh berupa kantong plastik
2. Alat pengukur volume
Gambar 3.2 Alat pengukur volume
Alat ini terbuat dari tripleks berukuran (20 x 20 x 100) cm dengan
kapasitas volume sebesar 40 liter.
3. Timbangan (15kg)
III-3
Gambar 3.3 Timbangan
4. Perlengkapan berupa alat pemindah seperti sekop dan sarung tangan
Gambar 3.4 Sarung Tangan
c. Cara pengerjaan pengambilan dan pengukuran sampel :
1. Menentukan lokasi pengambilan sampel
Gambar 3.5 Beberapa Contoh Sampah Bandara
2. Menentukan jumlah tenaga pelaksana yaitu 3 orang
3. Menyiapkan peralatan
III-4
4. Melaksanakan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah
a. Semua sampah yang telah diambil dari sumber sampah, kemudian
dikumpulkan.
b. Membagi sampah yang telah terkumpul sesuai dengan sumber
sampah dan kemudian digabungkan untuk dijadikan sampel
sampah.
c. Mengukur berat sampel dengan menggunakan timbangan.
d. Memasukkan sampel ke dalam kotak ukur dan menghentakkan
kotak sebanyak 3 kali untuk mengukur volume sampel.
5. Menghitung komposisi sampah sebagai berikut :
a. Setelah mengukur volume, sampah dikeluarkan dari dalam kotak
ukur.
b. Dari sampel tersebut, sampah dipilah sesuai dengan kategori yaitu
sampah sisa makanan, plastik, kertas, kain, kayu, kaca, kaleng/besi,
karet, serta sisa halaman.
c. Mengukur berat dari tiap sampel yang telah dipilah terlebih dahulu.
3.5 Cara Pengambilan Sampah
Pengambilan dan pengukuran sampel timbulan dan komposisi sampah
dengan berdasarkan metode SNI 19-3964-1994. Adapun metode sampling
dilakukan dengan sampel tidak acak (nonrandom sampling). Unsur yang
terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor
lain yang sebelumnya sudah direncanakan peneliti, dalam hal ini sampel
III-5
diambil di setiap lokasi yang telah ditentukan sebagai sumber sampah di
Bandara Hasanuddin. Jenis dari metode sampling yang digunakan yaitu
purposive sampling, di mana sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu. Tujuan dari pengambilan sampel pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui timbulan dan komposisi sampah di setiap sumber sampah di
Bandara Hasanuddin
3.6 Sumber Data
3.6.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Data
sekunder terdiri atas :
Profil Bandara Hasanuddin Makassar
Peta Bandara Hasanuddin Makaassar
Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Bandara
Sedangkan data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil
wawancara, observasi langsung, serta pengambilan dan pengukuran sampel
timbulan dan komposisi sampah yang dilaksanakan selama 8 (delapan) hari
berturut-turut. Adapun data primer yang dikumpulkan berupa :
Sumber Sampah Bandara Hasanuddin
Jenis Sampah Bandara Hasanuddin
Timbulan sampah dan volume sampah Bandara Hasanuddin
Waktu pengangkutan sampah
Biaya retribusi yang dibayarkan kepada TPA
III-6
3.6.2 Pengolahan/Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan
penelitian. Analisis data dibagi dalam beberapa bagian analisis, yaitu
sebagai berikut :
1. Analisis Kondisi Eksisting Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
dalam Penanganan Sumber dan Timbulan Sampah serta Pengelola
Sampah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
2. Penilaian sistem alternatif pengelolaan sampah Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin
3. Penanganan yang efektif dan efisien terhadap sampah Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin
III-7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi
4.1.1 Geografis
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terletak antara 05003'39"
LS – 119033'16" BT dan berjarak 22 km dari Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Luas bandara yaitu 817,532 Ha.
4.1.2 Sejarah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, sebelumnya bernama
Bandar Udara Internasional Hasanuddin. Bandara ini dioperasikan oleh PT.
Angkasa Pura I. Bandara Sultan Hasanuddin mengalami proses perluasan
dan pengembangan yang dimulai tahun 2004. Bagian dari pengembangan
antara lain terminal penumpang baru berkapasitas 7 juta penumpang per
tahun, apron (lapangan parkir pesawat) yang berkapasitas tujuh pesawat
berbadan lebar, landas pacu baru sepanjang 3.100 meter x 45 meter, serta
taxiway.
Bandar Udara Hasanuddin pada tahun 1935 dibangun oleh Pemerintah
Hindia Belanda dengan nama Lapangan Terbang Kadieng, yang terletak
sekitar 22 kilometer disebelah utara Kota Makassar dengan konstruksi
lapangan terbang rumput. Lapangan terbang dengan landasan rumput yang
IV-1
berukuran 1,600 m x 45 m (Runway 08-26) diresmikan pada tanggal 27
September 1937, ditandai dengan adanya penerbangan komersial yang
menghubungkan Surabaya - Makassar dengan Pesawat jenis Douglas D2/F6
oleh perusahaan KNILM (Koningklijke Netherland Indische Luchtvaan
Maatschappij).
Pada tahun 1942 oleh pemerintah pendudukan Jepang, landasan tersebut
ditingkatkan dengan konstruksi beton berukuran 1,600 m x 45 m yang
sekarang menjadi Lapangan Terbang ini diubah namanya menjadi Lapangan
Terbang MANDAI. Tahun 1945 pemerintah SEKUTU (Hindia Belanda)
membangun landasan baru dengan konstruksi onderlaag (Runway 13-31)
berukuran 1745 m x 45 m ,yang mengerahkan 4000 orang ex tentara
Romusha.
Pada tahun 1950 diserahkan kepada Pemerintah Indonesia yang dikelola
oleh Jawatan Pekerjaan Umum Seksi Lapangan Terbang dan selanjutnya
tahun 1955 dialihkan kepada Jawaban Penerbangan Sipil, sekarang
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang kemudian memperpanjang
landasan pacu 2.345 m x 45 m sekaligus mengubah lapangan terbang
menjadi pelabuhan Udara Mandai. Tahun 1980, landasan 13-31
diperpanjang menjadi 2.500 m x 45 m dan pada tahun ini nama Pelabuhan
Udara Mandai diubah menjadi Pelabuhan Udara Hasanuddin, kemudian
pada tahun 1981 dinyatakan sebagai Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi
Haji dan pada tahun 1985 Pelabuhan Udara Hasanuddin berubah nama
menjadi Bandar Udara Hasanuddin.
IV-2
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 / 1987 tanggal 9 Januari
1987 disusul tanggal 3 Maret 1987 Bandar Udara Hasanuddin
diserahterimakan pengelolaannya dari Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara kepada Perum Angkasa Pura I yang kemudian pada tanggal 1 Januari
1993 berubah status menjadi PT (Persero) Angkasa Pura I.
Pada tanggal 30 Oktober 1994, Bandar Udara Hasanuddin dinyatakan
sebagai Bandar Udara Internasional sesuai dengan keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 61/1994 tanggal 7 Januari 1995 dan diresmikan
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan. Pada
tanggal 28 Maret 1995 yang ditandai dengan penerbangan Perdana oleh
Malaysian Airlines System (MAS) langsung dari Kuala Lumpur ke Bandar
Udara Hasanuddin Makassar, disusul kemudian dengan penerbangan Silk
Air yang menghubungkan Changi Singapore dengan Bandar Udara
Hasanuddin, hal ini tidaklah berarti bahwa pada tanggal 28 Maret 1995
Bandar Udara Hasanuddin pertama kali melayani penerbangan
Internasional, akan tetapi sejak tahun 1990 Bandar Udara Hasanuddin
digunakan sebagai Bandar Udara Embarkasi / Debarkasi Haji langsung dari
Makassar ke Jeddah pp.
Selain ini Bandar Udara Hasanuddin jauh sebelumnya melayani
penerbangan lintas Internasional di wilayah Yuridiksi
pengawasan/pengendalian Kawasan Timur Indonesia Makassar UCA
(Upper Control Area) yang mencakup wilayah udara melalui sebagian
Kalimantan bagian barat hingga perbatasan negara Papua New Guinea
IV-3
disebelah timur, dan dari perbatasan wilayah Udara Australia disebelah
selatan hingga perbatasan wilayah Udara Philipina dan Oakland (Amerika
Serikat) disebelah utara.
Bandar Udara Hasanuddin juga merupakan pintu gerbang udara di
Kawasan Timur Indonesia dan Propinsi Sulawesi Selatan khususnya,
dimana Bandar Udara ini telah memberikan corak tersendiri sebagai Bandar
Udara Transit yang diarahkan turut mendukung dan mengembangkan
pariwisata, mobilisasi arus penumpang serta berpartisipasi dalam
perdagangan dan industri.
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian
IV-4
Gambar 4.2 Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
4.2 Timbulan dan Komposisi Sampah di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin
Timbulan sampah yang dihasilkan dari kegiatan di Bandara Internasional
Sultan hasanuddin berasal dari area parkiran, area kargo, pesawat, serta area
terminal yang meliputikeberangkatan, kedatangan, check in, counter, ruang
karyawan, minimarket, cafe, serta restoran. Rata-rata timbulan sampah per
hari di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dipengaruhi oleh jumlah
penumpang, baik penumpang yang datang maupun berangkat dikarenakan
IV-5
pola konsumtif masyarakat. Adapun data timbulan sampah yang akan
dipaparkan dengan menggunakan satuan liter/hari.
Perhitungan komposisi sampah dilakukan dengan mengacu pada SNI 19-
3964-1994 (Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan) selama 8 (delapan) hari berturut-turut pada
tanggal 24 September – 1 Oktober 2013 dengan cara mengambil sampel
pada setiap sumber sampah yang dapat digunakan untuk mewakili
keseluruhan timbulan sampah yang berasal dari aktivitas yang terjadi
bandara.
4.2.1 Timbulan Sampah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Perhitungan untuk volume sampah yang dihasilkan dari aktivitas di
Bandara Hasanuddin dapat diketahui dengan menggunakan metode
perhitungan sampah berdasarkan ritasi mobil pengangkut yang digunakan,
dimana diperoleh hasil rata-rata sampah yang diangkut sebesar 7,65 m3/hari.
Dari hasil rata-rata ini, merupakan 60% dari total sampah yang dihasilkan di
Bandara Hasanuddin dikarenakan 40% dari sampah bandara telah melalui
proses daur ulang (recycling).
Adapun asumsi yang digunakan berdasarkan pengamatan ritasi mobil
sebagai berikut.
Ritasi I (17.30-11.00), asumsi sampah yang diangkut sebesar 5,1 m3.
Ritasi II (11.00-17.30), asumsi sampah yang diangkut sebesar 2,55 m3.
IV-6
4.2.2 Karakteristik Komposisi Sampah
Untuk mengetahui karakteristik komposisi sampah di Bandara
Hasanuddin, maka dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel dengan
mengacu pada SNI 19-3964-1994.Sampel sampah yang telah diambil,
ditimbang berat dan diukur volume dengan menggunakan bak ukur yang
telah disiapkan.
Berikut hasil pengukuran timbulan sampah yang terdapat di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin disajikan dalam Tabel 4.1 sebagaimana
terlampir berikut ini.
Tabel 4.1 Volume Sampel Sampah Per Hari di Beberapa Lokasi di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin
Sumber
Sampah
Volume Sampel (liter)
Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
Counter* 132,4 67,2 26,8 86,6 68 68,8 73,2 84
Area Check in 118 85,2 62 118 76,8 38 32,8 68
Minimarket 8,8 8,8 10,8 6,8 24,2 18 21,6 10
Parkiran** 92,4 70 61,6 102 119,4 104 74,4 101,2
Kargo** 116,8 64,8 60,4 62 66,8 30 78,8 52
Restoran 184,8 234 40,4 77,2 81,2 138 110,8 118
Keberangkatan 66,8 35,2 82 19,2 51,4 25 55,2 17,2
Ruang
karyawan 2,2 7,6 15,6 20,8 33,2 20,8 32 2,2
Café 80 134 52,8 42 33,2 84 42 56
Kedatangan 30 20,8 76 26 14,2 32 39,2 32
Bagasi 14 58,8 38,8 43,6 27,4 46 31,2 48
Ket : * Pengambilan sampel pada Counter 25-48
* * Pengambilan sampel secara keseluruhan area
IV-7
Data pada Tabel 4.1 diperoleh setelah melakukan pengambilan sampel
pada beberapa sumber sampah seperti counter, area check-in, minimarket,
parkiran, kargo, restoran, keberangkatan, ruang karyawan, café, kedatangan,
serta bagasi. Setiap sumber sampah diambil satu sampel sampah, kecuali
pada area kargo dan parkiran jumlah sampel merupakan total sampah per
hari yang dihasilkan. Sedangkan untuk area counter, volume sampel berasal
dari sampah yang dihasilkan pada counter nomor 25-48.
Setelah sampel sampah dikumpulkan, dilakukan proses pengukuran
volume dengan memasukkan sampel sampah ke dalam bak ukur yang
disediakan dengan ukuran (20 x 20 x 100)cm, lalu dipadatkan. Setelah
sampah dipadatkan di dalam bak ukur, maka dilakukan pembacaan
ketinggian bak ukur untuk menghitung volume dari sampel sampah tersebut.
Sebelum dilakukan pengukuran volume, sampel sampah ditimbang
terlebih dahulu.Setelah dikeluarkan dari bak ukur, dilakukan pemisahan
sampah berdasarkan komposisinya.Dari setiap komposisi yang telah
dipisahkan, kemudian ditimbang dan dihitung persentase komposisi sampah
tersebut.Adapun komposisi sampah bandara dapat dilihat dalam Tabel 4.2
terlampir sebagai berikut.
IV-8
Tabel 4.2 Komposisi Sampah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Berdasarkan data Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa komposisi sampah
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin terdiri dari sisa makanan, plastik,
kertas, kain, kayu, kaca, sisa halaman, kaleng/besi, serta karet. Sisa
makanan memiliki nilai komposisi sebesar 26,370% yang umumnya berasal
dari restoran maupun cafe. Komposisi sisa makanan merupakan
penyumbang kedua terbesar setelah kertas yang memiliki nilai komposisi
sebesar 36,192%. Kertas ini sebagian besar berasal dari area counter, area
check-in, serta terminal kargo.
Sedangkan komponen sampah berupa plastik berada di urutan ketiga
terbesar jenis sampah yang dihasilkan dengan nilai komposisi rata-rata yaitu
24,954% Komponen sampah berupa kayu umumnya berasal dari terminal
kargo dengan nilai komposisi sebesar 0,559%. Adapun komponen sampah
terkecil berupa kain dengan nilai komposisi sebesar 0,179%.Berikutnya
Komponen
Sampah
Komposisi Sampah (%) Rata-
Rata Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
sisa
makanan 26,301 22,811 33,098 20,836 25,859 27,324 25,278 29,454 26,370
Plastik 22,376 22,873 26,079 27,023 22,927 22,283 31.47 24,599 24,954
Kertas 41,473 36,310 29,846 39,864 36,347 39,427 31.078 35,194 36,192
Kain 0,395 0,244 0,098 0,172 0 0,155 0 0,365 0,179
Kayu 0,318 0,658 0,499 0,26 0,285 1,774 0,26 0,42 0,559
kaca 1,549 5,609 2,909 0,765 3,529 1,086 2,918 0,662 2,378
sisa
halaman 5,759 5,924 6,127 7,77 8,504 6,888 6,386 6,797 6,769
kaleng/besi 1,713 5,572 1,303 3,311 1,642 1,014 2,371 1,75 2,335
Karet 0,115 0 0,042 0 0,908 0,049 0,239 0,758 0,264
Jumlah 100,000
IV-9
komponen sampah berupa kaca, kaleng/besi, serta karet masing-masing
memiliki nilai komposisi sebesar 2,378%, 2,335%, dan 0,264%. Adapun
komponen sampah lainnya berupa sisa halaman memiliki nilai komposisi
sebesar 6,769%. Sisa halaman umumnya berupa sisa daun.
Gambar 4.3 Komposisi Sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Berdasarkan gambar 4.3, dapat diketahui bahwa komposisi sampah
terbesar adalah kertas sebesar 36,192%, sedangkan komposisi sampah
terkecil adalah kain sebesar 0,179%. Di samping itu, komposisi sampah
berupa sisa makanan sebesar 26,370%, plastik sebesar 24,954%, kayu
sebesar 0,559%, kaca sebesar 2,378%, sisa halaman sebesar 6,76%,
kaleng/besi sebesar 2,335%, serta karet sebesar 0,264%.
26.370%
24.954%
36.192%
0.179%0.559%
2.378%
6.769%
2.335% 0.264%
Komposisi Sampah
Sisa Makanan
Plastik
Kertas
Kain
Kayu
Kaca
Sisa Halaman
Kaleng/besi
Karet
IV-10
4.3 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin
Secara umum pengelolaan sampah meliputi timbulan sampah,
pewadahan, pengumpulan, transfer dan transport, prosesing dan pemulihan,
serta pembuangan akhir.Adapun pengelolaan sampah Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin dikelola oleh PT Angkasa Pura 1 yang bekerja sama
dengan PT Spektra Solusindo.
4.3.1 Pengelola Sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
PT. Spektra Solusindo adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak
dalam bidang Integrated facility Management (Housekeeping, Landscaping,
Sanitation, Pest Management). Dalam pelaksanaan pekerjaannya selalu
menjunjung tinggi prinsip-prinsip profesionalisme, hal ini ditunjukkan
dengan telah didapatkannya Sertifikat ISO 9001-2008 No. JKT 0500366
dari Loyd’s Register Indonesia.
PT. Spektra Solusindo telah menempatkan sejumlah
housekeeper/serviceman yang telah melalui proses seleksi yang ketat dan
telah mengikuti tahapan-tahapan training yang diberikan oleh tenaga-tenaga
trainer yang profesional di bidangnya. Staf ahli tersebut bertugas secara
konsisten melatih, mendidik, dan mengawasi pelaksanaan operasional di
berbagai proyek yang berbeda. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, PT.
Spektra Solusindo berpedoman pada 5 hal yang saling mendukung yaitu
sumber data manusia yang jujur, disiplin dan terlatih serta dilengkapi
dengan peralatan kerja yang cukup, chemical yang sesuai dengan kebutuhan
IV-11
untuk bekerja secara efektif dan efisien, berpedoman terhadap Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang telah baku, system monitoring, reporting
dan program kerja yang berjenjang (harian, mingguan, dan bulanan) yang
telah disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Jumlah pegawai PT. Spektra Solusindo yang bekerja di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin sebanyak 254 orang yang terdiri dari Chief
Supervisor1 orang, Supervisor4 orang, Administrasi 1 orang, Group
Leader14 orang, serta serviceman234 orang. Serviceman sendiri terdiri dari
teknisi 2 orang, pest control 2 orang, tim collector 13 orang, tim kaca 10
orang, tim spider 11 orang, tim kristal 17 orang, tim toilet 83 orang, dan tim
lantai 96 orang.
Berikut lampiran struktur organisasi PT. Spektra Solusindo yang bekerja
di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
IV-12
CHIEF SUPERVISOR
DANNIYAL
SUPERVISOR
KAROLUS M.
SUPERVISOR
MUNARSYAD
SUPERVISOR
HARIS
SUPERVISOR
HARIYANTO
ADM
ANASTASIA
ANTI
GROUP LEADER
HASAN BASRI
MANSYUR
SUWARDI
RAHMAN
GROUP LEADER
SRI WAHYUNINGSIH
MUNAWAR
HALIDE
DEDY BAHTIAR
GROUP LEADER
SYAHRIL
HARDIYANTO
MURSALIM
BAKRI
GROUP LEADER
KARMIATI
ISMAIL
SERVICEMAN SERVICEMAN SERVICEMAN SERVICEMAN
Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Spektra solusindo yang Beroperasi di
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
4.3.2 Sumber Sampah
Timbulan sampah yang terdapat di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin berasal dari area parkiran, area kargo, serta area terminal yang
meliputi keberangkatan, kedatangan, check in, counter, bagasi, ruang
karyawan, minimarket, cafe, serta restoran. Adapun biaya retribusi yang
dikenakan untuk setiap sumber sampah seperti , minimarket, cafe, serta
restoran, dikenakan biaya retribusi dengan kisaran Rp 15.000 – Rp 150.000.
Di setiap sumber timbulan terdapat perwadahan yang digunakan untuk
menampung sampah yang dihasilkan sebelum diangkut oleh tim collector.
Gambar 4.5 sumber-sumber Sampah Bandara Hasanuddin (1)
IV-13
IV-14
Gambar 4.6 Sumber-sumber Sampah Bandara Hasanuddin (2)
Gambar 4.5 dan gambar 4.6 merupakan gambar dari sumber-sumber sampah
di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
4.3.3 Perwadahan Sampah
Di setiap sumber sampah telah disediakan tempat perwadahan untuk
menampung sampah sebelum dikumpulkan oleh petugas collector.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, perwadahan di setiap
sumber sampah tidak dibedakan untuk setiap jenis sampah.Sehingga dalam
setiap tempat sampah terdapat berbagai jenis sampah, baik sampah basah
maupun sampah kering.Adapun volume tempat sampah yang umum
digunakan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sebesar 80 liter.
IV-15
Berdasarkan hasil wawancara dengan Supervisor pengelola sampah
bandara, data mengenai jumlah tempat sampah berupa standing ashtray
yang tersedia di area terminal penumpang Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin hingga pertengahan tahun 2013 sebesar 184 buah.
Sedangkan untuk area parkiran jumlah perwadahan yang dimiliki
sebanyak 18 buah, dan area kargo berjumlah 5 buah.
Gambar 4.7 Perwadahan yang tersedia di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin
4.3.4 Pengumpulan Sampah
Metode pengumpulan sampah dari sumbernya dilakukan dalam 3 shift
jam kerja, yaitu pukul 07.00, 15.00, dan 19.00. Petugas pengangkut disebut
sebagai collector yang memiliki tugas untuk mengumpulkan sampah dari
tiap sumbernya.Dalam setiap shift, umumnya terdapat 5 petugas
collectordan 1 koordinator. Alat yang digunakan berupa tempat sampah
suloberwarna kuning dan tempat sampah sulo hijau.Adapun jumlah tempat
sampah sulo kuning yang dimiliki sebanyak 2 buah dengan kapasitas 200
IV-16
liter, sedangkan tempat sampah sulo hijau yang memiliki kapasitas 600 liter
sebanyak 3 buah. Waktu yang digunakan untuk mengumpulkan sampah dari
sumbernya umumnya memakan waktu 1 jam.
Meskipun demikian, apabila timbulan sampah di sumber sampah tidak
terlalu besar, maka pengumpulan baru akan dilakukan pada shift berikutnya.
Gambar 4.8 Proses pengumpulan sampah dari sumbernya
Gambar 4.9 Tempat sampah yang digunakan dalam proses pengumpulan
IV-17
4.3.5 Transfer dan Transport
Setelah dilakukan pengumpulan dari setiap sumber sampah, sampah-
sampah tersebut dikumpulkan terlebih dahulu pada suatu tempat yang dapat
disebut sebagai tempat penampungan sementara (TPS) 1. Apabila telah
terkumpul semua, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa menuju TPS
2 dengan menggunakan motor pengangkut. Inilah yang disebut sebagai
proses transfer sampah.
Gambar 4.10 Proses pengangkutan sampah dari TPS 1 menuju TPS 2
Gambar 4.11 Sampah dari TPS 1 dipindahkan ke TPS 2
IV-18
4.3.6 Prosesing dan Pemilahan
Setelah semua sampah telah terkumpul di TPS 2, maka petugas
melakukan pemilahan terhadap sampah-sampah yang masih bisa bernilai
guna.Sampah-sampah yang dipisahkan pada tahapan ini umumnya berupa
plastik-plastik maupun kertas/karton.Setelah pemilahan selesai dilakukan,
adapun sampah-sampah yang tidak mengalami pemilahan, kemudian
diangkut oleh mobil pengangkut sampah menuju TPA Tabbangae, Maros.
Gambar 4.12 Sampah hasil pemilahan di TPS 2
4.3.7 Pembuangan Akhir
Sampah yang telah melalui proses pemisahan di TPS 2, kemudian
diangkut menuju TPA Tabbangae, Maros dengan menggunakan mobil
pengangkut sampah standar milik PT Angkasa Pura 1 yang memiliki ukuran
bak sebesar (3 x 2 x 1,2)m. Waktu operasional mobil pengangkut sampah
dibagi menjadi 2 shift, yaitu :
Pagi : 07.30-11.00 (dibawa ke TPA pukul 11.00)
Sore : 15.00-17.30 (dibawa ke TPA pukul 17.30)
IV-19
Biaya retribusi yang dikeluarkan oleh pihak bandara disesuaikan dengan
mobil pengangkut yang digunakan.Untuk mobil pengangkut sampah standar
dikenakan tarif sebesar Rp 2.500.000/bulan.
Gambar 4.13 Mobil Operasional Pengangkut Sampah
4.4 Pembahasan
4.4.1 Penilaian Sistem Alternatif Pengelolaan Sampah Bandara Hasanuddin
Dalam menyikapi pengelolaan sampah di Bandara Hasanuddin, pihak PT
Angkasa Pura 1 telah menyediakan suatu sistem alternatif yaitu dengan
metode insinerasi (pembakaran) untuk mengurangi timbulan sampah yang
akan dibuang ke TPA.
Insinerator adalah suatu teknik dalam pengolahan sampah dengan cara
membakar dengan temperatur tinggi (thermal treatment), dan mengubah
menjadi debu, gas, partikulat, dan panas (Crutcher, 1993 dalam buku
IV-20
PENGANTAR ILMU TEKNIK LINGKUNGAN Seri: Pengelolaan Sampah
Perkotaan).
Saat ini alat insinerator yang dimiliki oleh PT Angkasa Pura 1 berjumlah
1 buah, namun alat tersebut belum dipergunakan sebelum mendapat izin
pengoperasian alat dari pihak yang terkait. Adapun rencana terhadap hasil
dari pembakaran hanya akan dibuang. Di samping itu, belum diketahui
kapasitas sampah yang akan dibakar dengan menggunakan alat ini.
Gambar 4.14 Alat Insinerator Milik PT Angkasa Pura 1
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu
karyawan divisi Teknis PT Angkasa Pura 1, alat insinerator ini akan
digunakan untuk membakar semua jenis sampah padat yang dihasilkan dari
aktivitas di Bandara Hasanuddin. Metode pengoperasian alat ini dengan
menggunakan bahan bakar solar dan listrik untuk menghidupkan mesin dari
alat ini.
Namun, aplikasi insinerator di Indonesia kurang sesuai karena kadar air
sampah sangat tinggi (>80%) sehingga sebagian besar energi yang
digunakan untuk membakar adalah untuk menguapkan air. Di samping itu,
teknik ini baru akan berfungsi dengan baik bila kualitas sampah yang diolah
IV-21
memenuhi syarat tertentu, seperti tidak terlalu banyak mengandung sampah
basah dan mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi.
Meskipun banyak ahli meragukan kemampuan penyaring di cerobong
insinerator, dengan segala kekurangannya insinerator telah diterapkan di
beberapa negara karena efektif dapat mereduksi sampah hingga 95-96%. Di
samping itu, apabila dimanfaatkan dengan baik, output dari pembakaran
dapat menghasilkan kalor untuk energi listrik.
Di samping itu, pengolahan alternatif yang sedang direncanakan oleh
pengelola sampah bandara yaitu menyiapkan tempat sampah terpisah untuk
memisahkan antara sampah basah dengan sampah kering di sumber sampah
sehingga memudahkan dalam proses pemilahan yang biasa terjadi di TPS 2.
4.4.2 Penanganan Sampah Bandara Hasanuddin
Ketika membicarakan penanganan sampah, maka kita tidak terlepas dari
pemisahan sampah organik dan anorganik, usaha daur ulang sampah,
penyediaan TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan TPA (Tempat
Pembuangan Akhir), ketersediaan fasilitas, tenaga kebersihan, pelayanan
pengumpulan sampah yang memadai, serta himbauan kepada masyarakat
untuk membuang sampah pada tempatnya.
Berdasarkan pengamatan langsung di Bandara Hasanuddin, dapat
diketahui bahwa tidak adanya penanganan yang efektif di sumber sampah.
Di mana hanya terdapat satu jenis pewadahan untuk menampung sampah di
setiap sumbernya. Maka dari itu, penanganan yang perlu dilakukan
IV-22
sehubungan dengan hal ini yaitu perlu adanya penyediaan fasilitas
perwadahan yang membedakan jenis sampah yang dihasilkan di sumber
sampah. Apabila penanganan ini dilakukan, maka akan membantu dalam
mengefisienkan pemisahan sampah di TPS dalam upaya daur ulang.
Adapun penanganan sampah organik yang dihasilkan dari aktivitas di
Bandara Hasanuddin hingga saat ini belum dilakukan secara efektif dan
efisien. Maka dari itu perlunya penanganan terhadap jenis sampah organik
yaitu berupa pemanfaatan menjadi bahan kompos. Selain dapat mengurangi
jumlah sampah yang diangkut menuju TPA, sampah yang dijadikan kompos
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Di samping itu, perlu pula perhitungan jumlah timbulan sampah serta
komposisi sampah yang dihasilkan di Bandara Hasanuddin sehingga
tersedia data apabila ingin dilakukan prediksi terhadap jumlah timbulan
sampah di tahun-tahun yang akan datang serta masyarakat dapat mengetahui
timbulan sampah yang dihasilkan dari aktivitas yang terjadi di Bandara
Hasanuddin.
Sedangkan dalam hal penyediaan TPS, tenaga kebersihan, serta
pelayanan pengumpulan sampah di Bandara Hasanuddin saat ini sudah
terlaksana dengan baik.
Sistem pengolahan sampah terbaik untuk Indonesia saat ini adalah sistem
de-sentralisasi. Sistem ini bertujuan mengurangi arus sampah ke TPA
dengan membagi-bagi pengolahan sampah tersebut di beberapa titik yaitu
sebagai berikut.
IV-23
1. Pengolahan langsung di sumber sampah
2. Pengolahan di TPS
3. Pengolahan di TPA
Gambar 4.15 Komposisi Pemanfaatan Sampah
Berdasarkan hasil timbulan sampah dan komposisi pemanfaatan sampah
di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin yang ditunjukkan dalam
gambar 4.15, maka dilakukan analisis pengolahan sampah yang
kemungkinan dapat dilakukan untuk mengurangi volume sampah antara
lain:
1. Daur Ulang (Recycle)
Daur ulang merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah padat
yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemprosesan,
pendistribusian, dan pembuatan produk/material bekas pakai. Material
anorganik yang dapat didaur ulang antara lain sebagai berikut :
33,139%
61,146%
5,715%
Komposisi Pemanfaatan Sampah
Sampah organik
(pengomposan)
Sampah anorganik (daur
ulang)
Sampah yang dapat
bernilai ekonomis
IV-24
a. Botol bekas wadah kecap, saus, sirup, minuman, dll; baik yang putih
bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
b. Kertas, terutama kertas bekas yang berasal dari counter, area check-
in, maupun kertas yang berasal dari area kargo.
c. Kaleng/besi yang berasal dari sisa minuman ataupun besi yang tidak
terpakai.
d. Plastik bekas botol mineral, jerigen, sedotan, dll.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai komponen sampah kertas
dan plastik dapat didaur ulang karena jumlahnnya relatif besar yaitu
36,192% dan 24,954%. Total sampah yang dapat didaur ulang yaitu
sebesar 61,146%. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara
dengan petugas kebersihan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin,
petugas-petugas yang bertugas memisahkan dan mengumpulkan sampah-
sampah tersebut di TPS 2. Hal ini bertujuan pula untuk mengurangi
jumlah timbulan sampah yang akan diangkut menuju TPA Tabbangae.
Sedangkan untuk komponen sampah berupa kaca, kaleng/besi, karet,
kain dan kayu dengan total komposisi sebesar 5,715% kurang efektif
apabila dilakukan daur ulang dan jika diolah dengan skala kecil kurang
ekonomis.Meskipun demikian, keempat jenis sampah ini tetap dapat
bernilai ekonomis.
2. Pembuatan Kompos (Composting)
Composting dapat berfungsi mengendalikan bahaya pencemaram yang
mungkin terjadi sekaligus menghasilkan keuntungan. Bahan-bahan
IV-25
organik yang sering dipakai untuk composting di antaranya dedaunan,
rerumputan, dahan dan ranting serta sisa-sisa makanan. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui komposisi sampah sisa halaman dan sisa makanan
sebesar 6,769% dan 26,370%. Apabila dijumlahkan, maka persentase
sampah bandara yang dapat dijadikan kompos yaitu sebesar 33,139%.
Teknologi pengomposan sampah beragam, baik secara aerob maupun
anaerob, dengan atau tanpan bahan tambahan. Bahan tambahan yang
biasa digunakan adalah cacing dan mikroorganisme dekomposer. Secara
garis besar proses pembuatan kompos adalah sebagai berikut.
1. Memisahkan sampah dari bahan-bahan anorganik agar tidak merusak
mesin cacah dan menggangu proses pembuatan kompos.
2. Masukkan sampah ke dalam mesin cacah.
3. Tambahkan bahan yang sudah dicacah diberikan tambahan
mikroorganisme agar dapat mempercepat proses pembusukan dan
menjadi bahan baku kompos.
4. Aduk campuran hingga merata, lalu tambahkan air hingga kadar air
campuran bahan berkisar 20-30%.
5. Masukkan hasil campuran di ruang/lantai pengomposan yang sudah
disiapkan.
6. Tutup rapat kompos dengan plastik terpal. Suhu bahan akan
meningkat akibat fermentasi hingga 55-60%, lalu menurun. Bila suhu
sudah stabil, berarti proses pengomposan sudah selesai.
IV-26
7. Lihat hasil proses pengomposan setelah 2-10 minggu. Kompos yang
sudah matang akan berubah warna.
8. Keringkan kompos yang sudah matang sampai kadar air 20-30%, lalu
giling.
9. Saring kompos, kemudian kemas dan simpan di tempat yang kering
dan teduh.
IV-27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin, Makassar dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengamatan terhadap pengelolaan sampah di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin, maka dapat diketahui bahwa
pengelolaan sampah dimulai dari sumber sampah hingga pengangkutan
menuju Tempat Pembuangan Akhir Tabbangae, Maros. Di setiap sumber
sampah telah tersedia pewadahan untuk menampung sampah sebelum
akhirnya dikumpulkan oleh petugas yang disebut collector untuk
kemudian dibawa menuju TPS 1. Setelah itu, terjadi proses transfer
sampah dari TPS 1 ke TPS 2. Ketika sampah berada di TPS 2, terjadi
proses pemilahan sampah sebelum akhirnya dibawa menuju TPA oleh
mobil pengangkut sampah milik PT Angkasa Pura 1. Adapun jumlah
timbulan sampah bandara yang diangkut ke TPA Tabbangae rata-rata
sebesar 7,65 m3/hari. Dari hasil rata-rata ini, merupakan 60% dari total
sampah yang dihasilkan di Bandara Hasanuddin dikarenakan 40% dari
sampah bandara telah melalui proses daur ulang (recycling).
2. Berdasarkan data timbulan sampah dan komposisi sampah di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin maka penanganan sampah yang efektif
V-1
dan efisien terhadap sampah yang dihasilkan adalah daur ulang dan
pengomposan. Di mana sampah komposisi sampah yang dapat didaur
ulang sebesar 61,146% dan komposisi sampah yang dapat dijadikan
kompos sebesar 33,139%. Sedangkan sisanya sebesar 5,715% yang
terdiri dari kayu, kain, kaleng/besi dan karet dapat dimanfaatkan menjadi
barang bernilai ekonomis. Di samping itu, perlu pula penanganan
pewadahan terpisah untuk jenis sampah organik dan anorganik. Adapun
rencana penanganan sampah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
yaitu dengan cara insinerasi. Namun, cara ini kurang efektif apabila
digunakan untuk menangani sampah basah.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan proses pemisahan sampah di sumbernya agar
memudahkan proses pemilahan sampah di TPS sehubungan dengan
proses daur ulang dan pengomposan terhadap sampah yang dihasilkan.
2. Sebaiknya pihak Bandara Internasional Sultan Hasanuddin melakukan
pengukuran terhadap timbulan sampah dan komposisi sampah sehingga
tersedia data apabila ingin dilakukan prediksi terhadap timbulan sampah
bandara di tahun-tahun yang akan datang.
3. Setelah diketahui proses pengembangan terhadap sampah yang
dihasilkan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, maka perlu
dilakukan kajian sehingga proses pengolahan sampah secara daur ulang
maupun composting dapat dilakukan secara efektif.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Rizki dan Zaiwa, M. Deni. Studi Timbulan dan Komposisi Sampah Bandara
Internasional Minangkabau (BIM). Jurusan Teknik Lingkungan Universitas
Andalas, Padang.
Gultom, Osmen. Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan Secara Terpadu. Pusat
Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif, Batan,
Khaeruddin. 2011. Studi Karakteristik Sampah Pada Tempat Pembuangan Akhir
Tamangapa dan Kaitannya Dalam Upaya Daur Ulang. Jurusan Teknik
Sipil Unhas, Makassar.
Marwati, Eka dan Rahardyan, Benno. Kondisi Eksisting Dan Proyeksi Sampah
Untuk Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Purnaini, Rizki. 2011. Perencanaan Pengelolaan Sampah di Kawasan Selatan
Universitas Tanjungpura. Jurusan Teknik Sipil Untan, Pontianak.
S, Joseph Christian. 2011. Analisis Sistem Pengangkutan Sampah Kota Makassar
Dengan Metode Penyelesaian Vehicle Routing Problem (VRP). Jurusan
Teknik Mesin Unhas, Makassar.
Sejati, Kuncoro. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu. Kanisius.
Soma, Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan
Sampah Perkotaan. IPB Press. Bogor.
Sudradjat, R. 2006. Seri Agritekno: Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya.
Bogor.
Suwerda, Bambang. Bank Sampah (Kajian Teori dan Penerapan). Pustaka
Rihama.
DOKUMENTASI