MATA KULIAH
AUDIT KEUANGAN SEKTOR PEMERINTAH
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
DI INDONESIA
DISUSUN OLEH KELOMPOK III (TIGA)
PROGRAM D-IV KELAS VIII-A KHUSUS BPKP
TAHUN 2013/2014
1. Albar Wajid Fayardi / 03 / 134060018257
2. Andy Wijaya / 04 / 134060018259
3. Edwin Maulana / 10 / 134060018271
4. Hani Zulniati / 12 / 134060018275
5. Khumaeroh / 15 / 134060018281
A. PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN PENDAPATAN - LO
1. Definisi Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali. Pendapatan-LO berbeda dengan Pendapatan-LRA yang mana pada LRA,
pendapatan didefinisikan sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
2. Pengakuan Pendapatan-LO
Pada LRA, pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan, sedangkan pada LO, Pendapatan diakui
pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya
ekonomi.
a. Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan
diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan.
b. Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah
selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan, diakui pada saat
timbulnya hak untuk menagih imbalan.
c. Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah diterima
oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
3. Pengukuran Pendapatan-LO
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing
dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Akuntansi pendapatan-LO tidak berbeda dengan pendapatan-LRA, Akuntansi
pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
pendapatan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
a. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih
dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
b. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
c. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan-LO
pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang pendapatan.
d. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring) atas
pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan
sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.
e. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring) atas
pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut.
4. Penyajian Pendapatan-LO
Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatannya.
a. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat dikelompokkan
berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan, pendapatan bukan
pajak, dan pendapatan hibah.
b. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah daerah dikelompokkan
menurut asal dan jenis pendapatan, yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan
transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing pendapatan tersebut
diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
B. PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN BEBAN - LO
1. Pengakuan
Beban diakui pada saat:
a. timbulnya kewajiban
b. terjadinya konsumsi aset
c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah.
Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar
pemerintah.
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada
pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas
dalam kegiatan operasional pemerintah.
Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan
nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.
Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah penyusutan atau
amortisasi.
Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai bada layanan umum.
Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada
prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk
pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi,
beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban
transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari
beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban
bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak
terduga.
Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Metode garis lurus (straight line method);
b. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);
c. Metode unit produksi (unit of production method).
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada periode
beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila diterima
pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
Dalam hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada
akun ekuitas.
2. Struktur dan Isi Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban,
surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional
dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal
yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti kebijakan
fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang
dianggap perlu untuk dijelaskan.
Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara jelas, dan, jika dianggap
perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut:
a. nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya
b. cakupan entitas pelaporan
c. periode yang dicakup
d. mata uang pelaporan dan
e. satuan angka yang digunakan.
Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO
b. Beban
c. Surplus/Defisit dari operasi
d. Kegiatan non operasional
e. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
f. Pos Luar Biasa
g. Surplus/Defisit-LO
Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan subjumlah lainnya apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian
tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara wajar.
3. Informasi Yang Disajikan Dalam Laporan Operasional Atau Dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan
Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber
pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas
Laporan Keuangan.
Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis
beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang
dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan maupun klasifikasi beban
menurut ekonomi, pada prinsipnya merupakan klasifikasi yang menggunakan dasar
klasifikasi yang sama yaitu berdasarkan jenis.
Contoh Format Laporan Operasional Pemerintah Pusat
Contoh Laporan Operasional Pemerintah Provinsi
Contoh Laporan Operasional Pemerintah Kabupaten/Kota
C. METODE YANG DIGUNAKAN/JURNAL STANDAR UNTUK BEBAN
PENYUSUTAN
1. Pengertian Penyusutan
Penyusutan menurut Lampiran 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
(Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual) adalah alokasi yang sistematis
atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan.
Penyusutan menurut Lampiran 2 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
(Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual) adalah penyesuaian
nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset.
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi
akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian
kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing
akun aset tetap dan akun ekuitas.
Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik dan jika
terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan
yang akan datang harus dilakukan penyesuaian.
Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban barang,
beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban bunga, beban subsidi, beban hibah,
beban bantuan sosial, dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah
daerah terdiri dari beban pegawai, beban barang, beban penyusutan aset
tetap/amortisasi, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, dan
beban tak terduga.
2. Metode Penyusutan pada Akuntansi Berbasis Akrual
Penghitungan besarnya penyusutan setiap periode ditentukan menggunakan metode
penyusutan. PSAP 07 tentang Aktiva Tetap menyediakan tiga metode yang dapat
digunakan yakni :
a. Metode garis lurus (straight line method); atau
Penyusutan per periode = Nilai yang dapat disusutkan
Masa Manfaat
b. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
Penyusutan per periode = (Nilai yang dapat disusutkan akumulasi penyusutan
periode sebelumnya) X Tarif Penyusutan*
*tarif penyusutan dihitung dengan rumus
1x 100% x 2
Masa Manfaat
c. Metode unit produksi (unit of production method)
Penyusutan per periode = Produksi Periode berjalan X Tarif Penyusutan**
**tarif penyusutan dihitung dengan : Nilai yang dapat disusutkan
Perkiraan Total Output
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai
dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Metode penyusutan bebas untuk dipilih.
Secara umum ketiga metode tersebut selalu diasosiasikan dengan tingkat kerumitan
penghitungan penyusutannya. Dalam hal ini, metode garis lurus adalah metode yang
paling populer karena dirasakan paling sederhana. Yang paling dirasa rumit, adalah
metode saldo menurun ganda.
Akan tetapi, di luar dari pertimbangan kerumitan, sebenarnya metode penyusutan
dapat dikaitkan dengan karakteristik aset dan cara serta intensitas pemanfaatannya.
Jika unit manfaat bersifat spesifik dan terkuantifikasi, maka perhitungan penyusutan
yang lebih logis dan proporsional dapat dilakukan dengan memakai metode unit
produksi. Jika intensitas pemanfaatan bersifat menurundalam artian pemanfaatan di
masa awal pengabdian aset tetap lebih intensif daripada di akhir, maka perhitungan
penyusutan yang lebih logis dan proporsional dapat dilakukan dengan memakai
metode saldo menurun berganda. Akan tetapi jika unit masa manfaat kurang spesifik
dan tidak terkuantifikasi, atau kalaupun spesifik dan terkuantifikasi tetapi perhitungan
hendak dilakukan semudah mungkin, maka perhitungan penyusutan yang lebih logis
dan proporsional dapat dilakukan dengan memakai metode garis lurus.
3. Jurnal Standar Penyusutan pada Akuntansi Berbasis Akrual
Walaupun aset tetap terdiri atas berbagai jenis aset yang menunjukkan nilai perolehan
masing-masing, penyusutannya disajikan hanya dalam satu akun Akumulasi
Penyusutan. Nilai buku yang tersajikan dalam neraca juga merupakan nilai buku
keseluruhan aset tetap. Nilai perolehan aset tetap, jumlah penyusutan dan
akumulasinya serta nilai buku per jenis aset tetap disajikan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan. Jurnal standar atas beban penyusutan adalah sebagai berikut :
Beban Penyusutan xxxxx
Akumulasi Penyusutan xxxxx
4. Pengungkapan Penyusutan di dalam Catatan atas Laporan Keuangan
Paragraf 79 PSAP 07 menyatakan bahwa informasi penyusutan yang harus
diungkapkan dalam laporan keuangan adalah :
a. Nilai penyusutan
b. Metode penyusutan yang digunakan
c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
d. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
Keempat hal di atas harus disajikan dalam Neraca dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Secara lebih rinci, hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan adalah :
a. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi yang diuraikan dalam Catatan atas Laporan keuangan adalah
yang menyangkut penetapan metode penyusutan dan perubahannya, jika ada.
b. Daftar Aset Tetap dan Penyusutannya
Dalam rangka pengungkapan secara penuh, di dalam Catatan atas Laporan
Keuangan juga dapat dimuat rincian dari daftar aset dan penyusutannya guna
menunjukkan nilai perolehan bruto, akumulasi penyusutan, dan nilai buku untuk
tiap masing-masing individu aset dan kelompoknya. Apabila disajikan
catatanuntuk masing-masing aset tetap maka besarnya penyusutan dan akumulasi
penyusutan merujuk ke akun Akumulasi Penyusutan
D. PERBEDAAN BEBAN ATK - LO DAN BELANJA ATK - LRA
Sebelum kita membahas mengenai perbedaan antara beban dan belanja alat tulis kantor
(ATK), sebaiknya kita sedikit membahas mengenai perbedaan antara beban dan belanja
pada akuntansi berbasis akrual.
Berikut merupakan tabel mengenai perbedaan antara beban dan belanja dalam akuntansi
berbasis akrual :
Perbedaan Beban Belanja
Definisi Penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset
atau timbulnya kewajiban.
Semua pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah.
Penyajian di
LK
Disajikan di Laporan
Operasional
Disajikan di Laporan Realisasi
Anggaran
Pengakuan Diakui pada saat timbulnya
kewajiban, terjadinya konsumsi
aset, atau terjadinya penurunan
manfaat ekonomi atau potensi
jasa.
Terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas
pelaporan.
Pengelompokan Menurut klasifikasi ekonomi
dan klasifikasi fungsi
Menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi, dan
fungsi
Perbedaan antara beban dan belanja yang diuraikan pada tabel diatas juga berlaku bagi
transaksi pembelian ATK. Pembelian atas ATK akan dicatat sebagai beban pada Laporan
Operasional dan dicatat sebagai belanja pada Laporan Realisasi Anggaran.
Untuk mempermudah pemahaman, maka akan dijelaskan menggunakan contoh seperti
dibawah ini :
Pada Kabupaten ABBA, SKPD XY melakukan transaksi :
1. Membeli Alat Tulis Kantor senilai Rp 800.000,00 dan dibayar dengan UP
2. Realisasi belanja barang dan jasa untuk ATK yang dibayar secara LS sebesar Rp
20.000.000 berdasarkan SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa.
3. Persediaan ATK per akhir tahun adalah sebesar Rp 600.000,00
Transaksi diatas akan dicatat oleh Unit Akuntansi Finansial dan Unit Akuntansi
Pelaksanaan Anggaran, sebagai berikut :
1. Unit Akuntansi Finansial
JURNAL
No Jurnal D (Rp) K (Rp)a. Beban Barang - ATK 800.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 800.000b. Beban Barang - ATK 20.000.000
RK-PPKD 20.000.000c. Persediaan 600.000
Beban Barang - ATK 600.000
BUKU BESAR
Akun D (Rp) K (Rp)Beban Barang - ATK 20.200.000
LAPORAN OPERASIONAL
Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan 230.000.000 Beban Operasional :
Beban Gaji dan Tunjangan 20.500.000Beban Barang-ATK 20.200.000Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000Beban jasa 5.300.000Beban Penyusutan 50.000.000
Jumlah Beban operasional 109.000.000Surplus (defisit) Operasional 121.000.000
JURNAL PENUTUP
Akun D (Rp) K (Rp)Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan 230.000.000
Beban Gaji dan Tunjangan 20.500.000 Beban Barang-ATK 20.200.000 Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000 Beban jasa 5.300.000 Beban Penyusutan 50.000.000 Ekuitas Dana 121.000.000
RK-PPKD 129.300.000 Ekuitas Dana 129.300.000
Jumlah 359.300.000 359.300.000
2. Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran
JURNAL
No Jurnal D (Rp) K (Rp)a. Belanja Barang dan Jasa - ATK 800.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 800.000b. Belanja Barang dan Jasa - ATK 20.000.000
RK-PPKD 20.000.000
NERACA SALDO
Akun D (Rp) K (Rp)Belanja Barang dan Jasa - ATK 20.800.000
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Keterangan Anggaran Realisasi SelisihPendapatan Retribusi Kesehatan 190.000.000 200.000.000 10.000.000Belanja :
Belanja Gaji 21.000.000 20.500.000 -500.000Belanja Barang dan Jasa - ATK 21.500.000 20.800.000 -700.000Belanja Barang dan Jasa - Obat obatan
14.000.000 13.000.000 -1.000.000
Belanja Modal Ambulance 280.000.000 275.000.000 -5.000.000Jumlah Belanja 336.500.000 329.300.000 -7.200.000Surplus (defisit) (146.500.000) (129.300.000) 17.200.000
JURNAL PENUTUP
Akun D (Rp) K (Rp)RK-PPKD 129.300.000Pendapatan Retribusi Kesehatan 200.000.000Belanja Gaji 20.500.000Belanja Barang dan jasa-ATK 20.800.000Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000Belanja Modal Ambulance 275.000.000Jumlah 329.300.000 329.300.000
E. FORMAT LAPORAN PERUBAHAN SAL DAN LAPORAN PERUBAHAN
EKUITAS
1. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran lebih merupakan laporan yang menyajikan
informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal,
SiLPA/SiKPA, koreksi, dan SAL akhir (PMK 238/2011).
Dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat
terjadi keadaan yang menyebabkan sisa lebih pembiayaan anggaran dan sisa kurang
pembiayaan anggaran. Saldo Anggaran Lebih merupakan akumulasi sisa
lebihpembiayaan anggaran dan sisa kurang pembiayaan anggaran. Saldo anggaran
lebih mirip dengan laba ditahan pada perusahaan swasta.
Saldo Anggaran Lebih (SAL) adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi
SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta
penyesuaian lain yang diperkenankan(PP 71/2010) atau merupakanakumulasi Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) /Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran (SiKPA)
tahun anggaran yang lalu dan tahun anggaran yang bersangkutan setelah ditutup,
ditambah/dikurangi dengan koreksi pembukuan. SAL diperoleh dengan terlebih
dahulu memperhitungkan Surplus/Defisit dan SiLPA/SiKPA. Surplus/Defisit
tersebut diperoleh dari realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dikurangi realisasi
Belanja Negara selama 1 (satu) periode pelaporan. Perhitungan dan Angka SAL
pada tahun berjalan akan digunakan sebagai dasar perhitungan SAL tahun
berikutnya.
SiLPA/SiKPA diperoleh dari Surplus/Defisit ditambah realisasi Pembiayaan Bersih
selama 1 (satu) periode pelaporan. SAL akhir periode pelaporan diperoleh dari SAL
awal periode pelaporan ditambah SiLPA/SiKPA ditambah atau dikurangi Koreksi
Pembukuan SAL dan dikurangi penggunaan SAL selama 1 (satu) periode pelaporan.
a. Penyimpanan Dana Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Pada akhir tahun anggaran dana SAL yang diperoleh berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan disimpan oleh:
1) Bendahara Umum Negara dalam bentuk Rekening Milik Bendahara Umum
Negara.
2) Bendahara Pengeluaran dalam bentuk uang persediaan.
3) Bendahara satuan kerja Badan Layanan Umum dalam bentuk Rekening Kas
Badan Layanan Umum, kas tunai (cash on hand).
b. Penggunaan dan Pengelolaan SAL
SAL diutamakan untuk digunakan dalam rangka membiayai defisit APBN tahun
anggaran berjalan. Penggunaan SAL dilaksanakan sesuai Undang-Undang
mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. SAL dilaporkan dalam
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah Pusat dalam Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat. SAL sebagaimana merupakan bagian dari ekuitas
dana dalam Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
SAL yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dapat terjadi
selisih/perbedaan antara angka SAL menurut buku dan angka SAL menurut
fisik. Apabila terjadi selisih/ perbedaan angka SAL maka Direktur Jenderal
Perbendaharaan selaku Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat melakukan
penelitian penyebab terjadinya selisih/perbedaan angka SAL untukmenetapkan
langkah penanganan yang diperlukan. Hasil penelitian yang telah dilakukan
dilaporkan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara paling
lambat sebelum diajukannya Rancangan Undang-Undang yang mengatur
mengenai pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun anggaran berkenaan.
c. Format Laporan Perubahan Saldo Anggaran lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos
berikut, yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan
saldo anggaran lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya, lain-lain dan Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan.
Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.
LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo
anggaran dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus
menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL
dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki
perbedaan.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secarakomparatif
dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
1) Saldo Anggaran Lebih awal;
2) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
3) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
4) Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan
5) Lain-lain;
6) Saldo Anggaran Lebih Akhir.
2. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)merupakan laporan yang menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.Laporan Perubahan Ekuitas sekurang-kurangnya menginformasikan
pos-pos Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO pada
periode bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:
a. Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya;
b. Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
Selain itu, Saldo ekuitas di Neraca merupakan saldo akhir ekuitas pada Laporan
Perubahan Ekuitas.
a. Format Laporan Perubahan Ekuitas
suatu entitas pelaporan perlu menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur
yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang dijelaskan pada Catatan
atas Laporan Keuangan.Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-
kurangnya pos-pos:
1) Ekuitas awal
2) Surplus/defisit – LO pada periode bersangkutan
3) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas
4) Ekuitas akhir.
Format Laporan Perubahan Ekuitas untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan
yang diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Perubahan
Ekuitas untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri
Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri yang mengatur tentang format Perubahan Ekuitas mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang
pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.05/2010 Tentang Pengelolaan Saldo
Anggaran Lebih
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan)
http://tenof.wordpress.com/tag/saldo-anggaran-lebih/
http://kamuskeuangandaerah.com/index.php/Laporan_Perubahan_Saldo_Anggaran_Lebih_
%28LPSAL%29