Download - TUGAS. 2
![Page 1: TUGAS. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082817/55cf931a550346f57b9bb8c6/html5/thumbnails/1.jpg)
TUGAS 2
Pendapat Para Ahli Tentang Psikologi Kognitif
1. Teori Kognitif Bruner
Bruner (1960) mengusulkan teorinya yang disebut free discovery
learning. menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk
konsep, teori, definisi, dan sebagainya), melalui contoh-contoh yang yang
menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Dengan kata lain siswa
dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk
memahami konsep kejujuran, misalnya, siswa pertama-tama tidak menghafal definisi
kata kejujuran tersebut melainkan dengan mempelajari contoh-contohnya yang
konkret tentang kejujuran dan dari contoh itulah siswa dibimbing untuk
mendefinisikan kata kejujuran.
Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar
mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk
menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut
pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan
kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran
yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap
jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak
dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan
konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang
sedang dipelajari.
Lawan dari pendekatan ini disebut “belajar ekspositori” (belajar dengan cara
menjelaskan). Dalam hal ini, siswa disodori sebuah informasi umum dan diminta
untuk menjelaskan informasi ini melalui contoh-contoh khusus dan konkret. Proses
belajar ini jelas berjalan secara deduktif.
Disamping itu, Bruner memgemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang
akan menjelaskan asas-asas untuk menrancang pembelajaran yang efektif di kelas.
![Page 2: TUGAS. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082817/55cf931a550346f57b9bb8c6/html5/thumbnails/2.jpg)
Menurut pandangan Bruner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif,
sedangkan teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar
memprediksikan berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan,
sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan
penjumlahan.
Teori belajar Bruner ini dalam aplikasinya sangat membebaskan siswa untuk
belajar sendiri. Karena itulah teori Bruner ini dianggap sangat cenderung bersifat
discovery (belajar dengan cara menemukan). Disamping itu karena teori Bruner ini
banyak menuntut pengulangan-pengulangan maka desain yang berulang-ulang ini
lazim disebut sebagai kurikulum spiral Bruner. Kurikulum piral menuntut guru untuk
memberi materi pembelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang
kompleks, dimana suatu materi yang sebelumnya sudah diberikan, suatu saat muncul
kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kempleks.
Dalam teori belajar, Bruner juga berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga
tahap itu adalah:
a) Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru;
b) Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang lain;
c) Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi
benar atau tidak.
Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar
dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada
empat tema pendidikan yaitu:
a. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan;
b. Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar;
c. Nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi;
d. Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan cara untuk memotivasinya.
![Page 3: TUGAS. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082817/55cf931a550346f57b9bb8c6/html5/thumbnails/3.jpg)
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat
diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam
tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat
mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang
dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas,
teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar terdapat tiga
tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat
siswa.
Cara pembelajaran berdasarkan model Bruner yaitu guru harus mempunyai
cara yang baik untuk tidak secara langsung memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat, anara lan:
1. Pembelajaran (siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila
informasi tersebut didapat sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.
2. Apabila pembelajaran telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat
lebih lama.
2. Teori Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari
diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Ausubel seorang psikologi kognitif, ia mengemukakan bahwa
yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi mengajarnya. Sebagai contoh
pelajaran berhitung bisa menjadi tidak berhasil jika murid hanya di suruh menghafal
formula-formula tanpa mengetahui arti formula-formula itu. Sebaliknya bisa lebih
bermakna jika murid diajari fungsi dan arti dari formula-formula tersebut.
Dalam aplikasinya teori Ausubel ini menuntut siswa belajar secara deduktif
(dari umum ke khusus). Secara umum, teori Ausubel ini dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a) Menentukan tujuan-tujuan intruksional;
b) Mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan, dan struktur
kognitifnya melalui tes awal, interview, pertanyaan, dan lain-lain;
![Page 4: TUGAS. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082817/55cf931a550346f57b9bb8c6/html5/thumbnails/4.jpg)
c) Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-
konsep kunci;
d) Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari materi itu;
e) Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus
dipelajari;
f) Membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja disampaikan dengan uraian
yang singkat;
g) Membelajarkan peserta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
ada dengan memberikan focus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang
ada;
h) Mengevaluasi proses dan hasil bejar
Menurut Ausubel (1968), siswa akan belajar dengan baik jika apa yang
disebut “pengatur kemajuan (belajar)” (advance organizer) didefenisikan dan
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar
adalah konsep atau informasi umum mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran
yang akan diajarkan kepada siswa. Ada tiga manfaat dari “advance organizer” ini,
yaitu :
1) Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran
yang akan dipelajari;
2) Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang
sedang dipejari siswa saat ini dan dengan apa yang akan dipelajari;
3) Dapat membantu siswa untuk memahami bahan secara lebih mudah.
3. Teori Belajar Gagne
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan
penelitian mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar dan hierarki belajar.
Dalam penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium
untuk menguji penerapan teorinya.
Proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien, memerlukan
beberapa unsur, diantaranya : guru, siswa, kepala sekolah, media, strategi
pembelajaran dan sebagainya. Namun pada prosesnya tidak sedikit hambatan-
hambatan yang merintang sehingga proses tersebut harus terhambat jalannya, baik
disebabkan oleh siswa itu sendiri, media, strategi, ataupun guru.
![Page 5: TUGAS. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082817/55cf931a550346f57b9bb8c6/html5/thumbnails/5.jpg)
Aspek penting juga merupakan rangkaian akhir dari desain instruksional
adalah pelaksanaan evaluasi atau penilaiaan. Penilaiaan atau evaluasi pada dasarnya
adalah memberikan pertimbangan, harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil
yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.
a. Hasil-Hasil Belajar Menurut Gagne
Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut
kemampuan-kemampuan (capabilities) Gagne, 1988). Menurut Gagne ada lima
kemampuan. Ditinjau dari segi hasil yang diharapkan dari suatu pengajaran atau
instruksi, kemampuan-kemampuan itu perlu dibedakan, karena kemampuan-
kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia, dan juga
karena kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan ini berbeda-beda.
1) Keterampilan Intelektual
Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan-keterampilan
intelektual yang dipelajari oleh seseorang. Keterampilan-keterampilan intelektual ini,
untuk bidang studi apa pun, dapat digolongkan berdasarkan kompleksitasnya.
Perbedaan yang berguna antara keterampilan-keterampilan intelektual untuk tujuan-
tujuan pengajaran.
2) Strategi-strategi Kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan
tertentu bagi belajar dan berpikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern,
suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses
internasional yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan
mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar mengingat dan berpikir (Gagne,
1985). Beberapa tulisan Bruner (1961, 1971) menguraikan operasi dan kegunaan
strategi-strategi kognitif dalam memecahkan masalah.
Walaupun siswa menggunakan strategi-strategi khusus dalam melaksanakan
tugas-tugas belajar, untuk memudahkan, strategi-strategi kognitif itu dikelompokkan
sesuai dengan fungsinya. Pengelompokan itu disarankan oleh Weinstein dan Mayer
(1986). Adapun strategi-strategi yang dimaksud adalah :
![Page 6: TUGAS. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082817/55cf931a550346f57b9bb8c6/html5/thumbnails/6.jpg)
a. Strategi-strategi Menghafal (rehearsal strategies)
b. Strategi-strategi elaborasi
c. Strategi-strategi Pengaturan (Organizing strategies)
d. Strategi-strategi Metakognitif
e. Strategi-strategi Efektif
3) Keterampilan-keterampilan Motorik
Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan
fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan
intelektual, misalnya bila membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik,
atau dalam pelajaran sains, bagaimana menggunakan berbagai macam alat, seperti
mikroskop, berbagai alat listrik dalam pelajaran fisika, dan buret, alat distilasi dalam
pelajaran kimia.
4. Teori Bandura (observational learning)
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan
(E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan
aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan
dan nilai mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari
umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal. Tingkah laku
mengaktifkan kontigensi lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis
kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan
sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif
dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh pelajar (ada
penguatan oleh model) Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh
pembelajar). Pemrosesan kode-kode simbolik. Skema hubungan segitiga antara
lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang
kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi
dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri
pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”.
![Page 7: TUGAS. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082817/55cf931a550346f57b9bb8c6/html5/thumbnails/7.jpg)
Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai
pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi
referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan,
mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran
sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan
merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus
dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi
pembelajar.