Download - Transfusi Darah
TRANSFUSI DARAH
A. Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, definisi transfusi darah adalah
tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang darahnya telah tersedia dalam
botol kantong plastik.Usaha transfusi darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan
untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan
yang mencakup masalah-masalah pengadaan, pengolahan, dan penyampaian darah kepada orang
sakit.Darah yang digunakan adalah darah manusia atau bagian-bagiannya yang diambil dan
diolah secara khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan.Penyumbang darah
adalah semua orang yang memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfusi darah (PMI,
2002).
B. Tujuan
1. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau perdarahan
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada
klien yang mengalami anemia berat.
3. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal : faktor
pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien yang menderita
hemofilia)
C. Pengelolaan Darah
Yang dimaksud dengan pengelolaan darah adalah tahapan kegiatan untuk mendapatkan
darah sampai dengan kondisi siap pakai, yang mencakup antara lain (PMI, 2002):
a. Rekruitmen donor.
b. Pemeriksaan golongan darah.
c. Pemeriksaan uji saring.
d. Pengambilan darah donor.
e. Pemisahan darah menjadi komponen darah.
f. Pemeriksaan kococokan darah donor dengan pasien.
D. Syarat-syarat Teknis Menjadi Donor Darah
Untuk menjadi donor darah, seorang calon donor harus berusia antara 17 - 60 tahun. Pada
usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orangtua; berat badan
minimum 50 kg; temperatur tubuh secara oral antara 36,6 - 37,5°C; tekanan darah baik, yaitu
sistole 110 - 160 mm Hg dan diastole 70 - 100 mm Hg; denyut nadi teratur 50 - 100 kali/ menit;
kadar hemoglobin untuk wanita minimal 12 gr % dan pria minimal 12,5 gr %. Jumlah
penyumbangan pertahun sebanyak 3-4 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya
tiga bulan.Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum kesehatan donor.
Seseorang tidak dibolehkan menjadi donor darah pada keadaan pernah menderita
hepatitis B atau hepatitis C dan berhubungan kontrak erat dengan penderita hepatitis dalam enam
bulan terakhir, menindik atau menato badan dalam kurun waktu enam bulan terakhir, pasca
operasi gigi dalam kurun waktu 72 jam terakhir, pasca operasi kecil dalam enam bulan terakhir,
pasca operasi besar dalam 12 bulan terakhir, menerima vaksinasi polio, influenza kolera, tetanus
dipteria atau profilaksis dalam 24 jam terakhir, menerima vaksinasi virus hidup parotitis
epidemica, measles dan tetanus toxin dalam dua minggu terakhir, menerima injeksi imunisasi
rabies terapetik dalam satu tahun terakhir, memiliki reaksi alergi dalam satu minggu terakhir,
melakukan transplantasi kulit dalam satu tahun terakhir, sedang hamil dan sesudah persalinan
dalam enam bulan terakhir, sedang menyusui, ketergantungan obat, ketergantungan alkohol akut
dan kronik, menderita sifilis, menderita tuberkolosa, menderita epilepsi dan sering kejang,
menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk, mempunyai
kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia,
polisitemiavera, termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk
mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum
suntik tidak steril) dan yang terakhir adalah pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan
pada saat donor darah (PMI, 2002).
E. Pengambilan Darah Donor
Seorang calon donor yang datang ke UTD akan diminta untuk menbaca dan menjawab
sendiri persyaratan-persyaratan menjadi donor, mengisi formulir pendaftaran donor dan
diperbolehkan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti kepada petugas. Riwayat medis
calon donor akan ditanyakan. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan hemoglobin dengan
mengambil darah dari ujung jari anda untuk diperiksa. Dokter akan melalukan pemeriksaan fisik
sederhana dan tekanan darah dan akan memberikan pertanyaan sehubungan dengan isian
formulir pendaftaran. Pengambilan darah akan mengambil waktu kurang lebih 15 menit (PMI,
2002).
Seorang asisten atau laboran akan bersama calon pendonor dan calon pendonor diminta
untuk beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi berbaring. Lama penyumbangan bervariasi
terbantung dari banyak tidaknya penyumbang darah. Pengambilan donor darah dilakukan secara
bergantian.Darah yang diambil sekitar 250cc atau 350 cc, kira-kira 7-9% dari volume rata-rata
orang dewasa.Darah dikumpulkan ke dalam kantung plastik 250 ml yang mengandung 65 – 75
mL CPC (Citrate Phosphate Dextrose) atau ACD (Acid Citrate Dextrose). Volume tersebut akan
digantikan oleh tubuh dalam waktu 24-48 jam dengan minum yang cukup (PMI, 2002).
Setelah menyumbangkan darah, pendonor dipersilahkan menuju ruang istirahat sambil duduk
untuk memberikan kesempatan tubuh menyesuaikan diri sambil menikmati hidangan. Kartu
donor akan diberikan sebelum meninggalkan ruangan (PMI, 2002).
F. Skrining atau Pemeriksaan Uji Saring
Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari
donor kepada resipien.Untuk mengurangi potensi transmisi penyakit melalui transfusi darah,
diperlukan serangkaian skrining terhadap faktor-faktor risiko yang dimulai dari riwayat medis
sampai beberapa tes spesifik. Tujuan utama skrining adalah untuk memastikan agar persediaan
darah yang ada sedapat mungkin bebas dari penyebab infeksi dengan cara melacaknya sebelum
darah tersebut ditranfusikan.
Untuk skrining donor darah yang aman maka pemeriksaan harus dilakukan secara
individual (tiap individual bag atau satu unit darah).Jenis pemeriksaan yang digunakan sesuai
dengan standard WHO, dalam hal ini meliputi pemeriksaan atas sifilis, hepatitis B, hepatitis C
dan HIV. Metode tes dapat menggunakan uji cepat khusus (rapid test), automated test maupun
ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Laboratorium yang menguji 1-35 donasi per
minggu sebaiknya menggunakan rapid test.Laboratorium yang menguji 35-60 donasi per minggu
sebaiknya menggunakan metoda uji aglutinasi partikel dan yang menguji lebih dari 60 donasi per
minggu sebaiknya menggunakan EIA. Metode yang umum digunakan di UTD cabang adalah
rapid test (Depkes RI, 2001).
Dalam mempertimbangkan berbagai pengujian, perlu disadari data yang berkaitan dengan
sensitivitas dan spesifitas masing-masing pengujian. Sensitivitas adalah suatu kemungkinan
adanya hasil tes yang akan menjadi reaktif pada seorang individu yang terinfeksi, oleh karena itu
sensitivitas pada suatu pengujian adalah kemampuannya untuk melacak sampel positif yang
selemah mungkin. Spesifisitas adalah suatu kemungkinan adanya suatu hasil tes yang akan
menjadi non-reaktif pada seorang individu yang tidak terinfeksi, oleh karena itu spesifitas suatu
pengujian adalah kemampuannya untuk melacak hasil positif non-spesifik atau palsu (Depkes RI,
2001).
Dalam mempertimbangkan masalah penularan penyakit melalui transfusi darah, perlu
diingat bahwa seorang donor yang sehat akan memberikan darah yang aman. Donor yang paling
aman adalah donor yang teratur, sukarela, dan tidak dibayar.Jelasnya bahwa para donor yang
berisiko terhadap penyakit infeksi harus didorong agar tidak menyumbangkan darahnya (Depkes
RI, 2001).
G. Indikasi Pemberian Darah dan Komponen Darah
Faktor keamanan dan keefektifan transfusi darah bergantung pada indikasi transfusi darah
dan pemberian komponen darah yang tepat. Transfusi darah atas indikasi yang tidak tepat tidak
akan memberi keuntungan bagi pasien, bahkan malah menambah resiko yang tidak perlu (WHO,
2002). Keputusan untuk melakukan transfusi darah harus selalu berdasarkan penilaian yang tepat
dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium.
1) Komponen Darah
a. Asal Komponen
Darah yang diambil langsung dari donor yang disebut dengan Whole Blood (WB)
bercampur dengan antikoagulan yang sudah tersedia dalam kemasan kantong darah
dengan tujuan mencegah penggumpalan darah donor sehingga dapat disimpan dan
diberikan ke pasien.Dari kantong tersebut darah dapat dipisah-pisahkan menjadi Sel
Darah Merah pekat atau dikenal dengan istilah Packed Red Cell (PRC), Platelet Rich
Plasma (PRP), Cryoprecipitate dan Thrombocyte Concentrate (TC)), Fresh Frozen
Plasma (FFP), sehingga dari satu kantong tersebut dapat dipergunakan untuk lebih dari
satu pasien secara tepat. (Guide Preparation Use and Publishing Europe, 2002)
b. Fungsi Komponen
Sel darah merah pekat atau Packed Red Cells diberikan pada kasus kehilangan darah
yang tidak terlalu berat, transfusi darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume
plasmanya normal.Sel darah merah pekat cuci atau Wash Packed Cells diberikan pada penderita
yang alergi terhadap protein plasma.Konsentrat Trombosit atau Thrombocyte Concentrate
diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit. Plasma segar
beku atau Fresh Frozen Plasma diberikan pada 6 penderita hemofili. Cryoprecipitate diberikan
untuk penderita hemofili dan Von Willebrand.
Macam-macam daftar bentuk darah yang dipisahkan, indikasi pemberian komponen
darah dan masa simpannya.:
no Bentuk darah Indikasi Masa
simpan
Keterangan
1 Darah lengkap 1. Perdarahan
2. Anemia
3. Renjatan
oligonemik
4. Kelaianan
darah seperti
anemia
aplastic
21 hari
2 Eritrosit
terkonsentrasi
Anemia kronis
dimana volume
sirkulasi tidak
bertambah
21 hari Khususnya untuk pasien jantung,
anemia berat, sepsis, pasien sangat
muda ataupun sangat tua
3 Darh lengkap
segar
Pendarahan dengan
trombositopenia
(trombosit
<40.000/mL
12 jam
4 Darah baru Tranfusi tukar pada
neontus
2 hari Bila kadar kalim pasien masih
rendah
5 Eritosit cucian 1. Hemoglobinuria
noktrunal paroksimal
2. Resipien yang
memiliki antibody
terhadap
leukosit/trombosit
3. Reaksi transfusi
6 jam Leukosit belum dapat hilang
seluruhnya
terhadap antigen
plasma
4. Pasca transplantasi
organ
5. Pasien dengan
defisiensi imunitas
6 Eritrosit beku Sama seperti indikasi
untuk eritrosit cucian
6 jam setelah
dicairkan
Pembuatn mahal
7 Plasma kering 1. Untuk
meningkatkan volume
sirkulasi
2. Luka bakar
8 tahun Umur 3 jam setelah dicairkan
8 Plasma beku
segar
Defisiensi faktor
pembekuan seperti
hemofilia, pasca
transfuse masif,
kelebihan dosis
coumarin dan
antikoagulan
indandione
Harus segera dipakai setelah
dicairkan
9 Konsentrasi
Fraksi Protein
plasma
1. Untuk
meningkatkan volume
sirkulasi
2. Luka bakar
2 tahun Tidak mengandung fibrinogen
10 Albumin Hipoalbumin 3 jam setelah
preparasi
11 Fibrinogen afibrinogenemia 3 jam setelah
preparasi
12 Krepisipitat Defisiensi factor VII
13 Factor VIII
kering
Hemophilia 3 jam setelah
preparasi
14 Konsentrasi
trombosit
Trombositopenia
karena berbagai
macam sebab
2-3 hari
Sumber: James, D.C., 1981. Blood Transfusion and Notes on Realted Aspects of Blood Clotting
and Heamoglobinopathies. In: James, D.C., Scientific Foundation of Anesthesia. London :WB
Saunders, 375-91
Macam-macam Komponen Darah
a. Darah lengkap (whole blood)
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan
golongan ABO dan Rh yang diketahui.Infuskan selama 2 sampai 3 jam, maksimum 4
jam/unit.Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan
untuk stabilisasi.Bisanya tersedia dalam volume 400-500 ml dengan masa hidup 21
hari.Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi masalah sirkulasi.
Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.
Indikasi:
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
2. Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari volume
darah total
b. Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena sebagian
plasma telah dihilangkan (80 %).Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama 2 sampai 4
jam, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.Hindari menggunakan
komponen ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat.Masa hidup komponen
ini 21 hari.
Indikasi :
1. Pasien dengan kadar Hb rendah
2. Pasien anemia karena kehilangan darah saat pembedahan
3. Pasien dengan massa sel darah merah rendah
c. White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu
diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan
dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan
dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia)
d. Leukosit –poor RBCs
Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95 %,
digunakan bila kelebihan plasma dan antibody tidak dibutuhkan. Komponen ini tersedia
dalam volume 200 ml, waktu pemberian 1 ½ sampai 4 jam.
Indikasi:
Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise)
e. Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan atau
jumlah trombosit yang rendah.Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit, untuk
pemberian biasanya memerlukan beberapa kantong.Komponen ini diberikan secara
cepat.Hindari pemberian trombosit jika klien sedang demam.
Klien dengan riwayat reaksi tranfusi trombosit, berikan premedikasi antipiretik
dan antihistamin. Shelf life umumnya 6 sampai 72 jam tergantung pada kebijakan
pusat di mana trombosit tersebut didapatkan. Periksa hitung trombosit pada 1 dan 24 jam
setelah pemberian.
Indikasi:
1. Pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit, peningkatan
pemecahan trombosit
2. Pasien dengan leukemia dan marrow aplasia
f. Fresh Frozen Plasma (FFP)
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat
kehilangan darah akut.Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah (factor
V, VIII, dan IX).Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah
besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat
kalsium. Shelf life 12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan
pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
Indikasi:
1. Pencegahan perdarahan postoperasi dan syok
2. Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan
3. Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan.
g. Albumin 5 % dan albumin 25 %
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah dan
pengganti protein.Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag.Volume yang
diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien.Hindarkan untuk mencampur albumin
dengan protein hydrolysate dan larutan alkohol.
Indikasi :
1. Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau infeksi
2. Terapi hyponatremi
H. Pertimbangan Pediatrik dan Gerontik
Pediatrik
a. Pada anak-anak, 50 ml darah pertama harus diinfuskan lebih dari 30 menit. Bila
tidak ada reaksi terjadi, kecepatan aliran ditingkatkan dengan sesuai untuk
menginfuskan sisa 275 ml lebih dari periode 2 jam
b. Darah untuk bayi baru lahir dicocok silangkan dengan serum ibu karena mungkin
mempunyai antibody lebih dari bayi tersebut dan memungkinkan identifikasi
yang lebih mudah tentang inkompabilitas
c. Dosis untuk anak-anak bervariasi menurut umur dan berat badan (hitung dosis
dalam milliliter per kilogram berat badan)
d. Tranfusi sel darah merah memerlukan waktu infus yang ketat (untuk
mempermudah deteksi dini reaksi hemolitik yang mungkin terjadi)
e. Penggunaan penghangat darah mencegah hipotermi yang menimbulkan disritmia
f. Gunakan pompa infus elektronik untuk memantau dan mengontrol akurasi
kecepatan tetesan
g. Gunakan vena umbilikalis pada bayi baru lahir sebagai tempat akses vena
h. Tranfusi pada bayi baru lahir hanya boleh dilakukan oleh perawat atau dokter
yang kompeten dan berpengalaman (prosedur ini memerlukan ketrampilan tingkat
tinggi)
i. Tinjau kembali riwayat tranfusi anak
Gerontik
1. Riwayat sebelumnya (anemia dengan gagal sumsum tulang, anemia yang
berhubungan dengan keganasan, perdarahan gastrointestinal kronik, gagal ginjal
kronik)
2. Terdapat kemungkinan bahaya pada jantung, ginjal, dan sistem pernafasan
(atur kecepatan aliran jika klien tidak mampu menoleransi aliran yang telah
ditetapkan), sehingga waktu tranfusi lebih lambat
3. Defisit sensori dapat terjadi (konsultasikan dengan rekam medik atau anggota
keluarga terhadap reaksi tranfusi darah sebelumnya)
4. Premedikasi dapat menyebabkan mengantuk
5. Integritas vena mungkin melemah, pastikan kepatenan kateter atau jarum sebelum
melakukan tranfusi
I. Masa Penyimpanan Komponen
Darah Lengkap atau Whole Blood disimpan pada suhu 2O – 6O C hingga 21 hari (dengan
CPD) dan hingga 35 hari (dengan CPDA), Packed Red Cells disimpan pada suhu 2O – 6O C
hingga 21 hari (dengan CPD), dan hingga 35 hari (dengan CPDA), Thrombocite Concentrate
disimpan pada suhu 20O – 24O C hingga 3 hari, Buffy Coat disimpan pada suhu 20O – 24O C
segera dipakai (24 jam), Fresh Frozen Plasma disimpan pada suhu < -18O C (beku) hingga 1
tahun (bila cair 6 jam), Cryoprecipitate disimpan pada suhu < -18O C (beku) hingga 1 tahun
(bila cair 6 jam), Wash Packed Cells setelah dicuci segera dipakai (< 4 jam), (Rahmawati B,
2005).
J. Efek samping tranfusi darah
1. Alergi
Penyebab:
1. Alergen di dalam darah yang didonorkan
2. Darah hipersensitif terhadap obat tertentu
Gejala:
Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria,
wheezing), demam, nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest, kolaps
sirkulasi
Intervensi:
1. Lambatkan atau hentikan tranfusi
2. Berikkan normal saline
3. Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan
4. Berikan oksigenasi jika diperlukan
5. Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan
kortikosteroid
6. Apabila diresepkan, sebelum pemberian tranfusi berikan diphenhidramin
2. Anafilaksis
Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah membentuk
antibodi IgA
Gejala:
Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi,
kram abdomen, terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter darah
atau plasma.
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Lanjutkan pemberian infus normal saline
3. Beritahu dokter dan bank darah
4. Ukur tanda vital tiap 15 menit
5. Berikan ephineprine jika diprogramkan
6. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika diperlukan
Pencegahan:
Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan
plasma dari SDM tersebut, gunakan darah dari donor yang menderita defesiensi IgA.
3. Sepsis
Penyebab:
Komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri atau endotoksin.
Gejala:
Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok, syok
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Ambil kultur darah pasien
3. Pantau tanda vital setiap 15 menit
4. Berikan antibiotik, cairan IV, vasoreseptor dan steroid sesuai program
Pencegahan:
Jaga darah sejak dari donasi sampai pemberian
4. Urtikaria
Penyebab:
Alergi terhadap produk yang dapat larut dalam plasma donor
Gejala:
Eritema lokal, gatal dan berbintik-bintik, biasanya tanpa demam
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Ukur vital sign tiap 15 menit
3. Berikan antihistamin sesuai program
4. Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada lagi
Pencegahan:
Berikan antihistamin sebelum dan selama pemberian tranfusi
5. Kelebihan sirkulasi
Penyebab:
Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau diberikan terlalu cepat
Gejala:
Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala hebat, nadi, tekanan
darah dan pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan vena jugularis meningkat
Intervensi:
1. Tinggikan kepala klien
2. Monitor vital sign
3. Perlambat atau hentikan aliran tranfusi sesuai program
4. Berikan morfin, diuretik, dan oksigen sesuai program
Pencegahan:
Kecepatan pemberian darah atau komponen darah disesuaikan dengan kondisi klien,
berikan komponen SDM bukan darah lengkap, apabila diprogramkan minimalkan
pemberian normal saline yang dipergunakan untuk menjaga kepatenan IV
6. Hemolitik
Penyebab:
Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor, resipien
menjadi tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam system ABO
Gejala:
Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun, dyspnea, mual dan
muntah, menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria, perdarahan abnormal, oliguria,
nyeri punggung, syok, ikterus ringan.Hemolitik akut terjadi bila sedikitnya 10-15 ml
darah yang tidak kompatibel telah diinfuskan, sedangkan reaksi hemolitik lambat dapat
terjadi 2 hari atau lebih setelah tranfusi.
Intervensi:
1. Monitor tekanan darah dan pantau adanya syok
2. Hentikan tranfusi
3. Lanjutkan infus normal saline
4. Pantau keluaran urine untuk melihat adanya oliguria
5. Ambil sample darah dan urine
6. Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau pemeriksaan darah
untuk anemia yang berlanjut
Pencegahan:
Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan golongannya
dan saat darah diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering karena salah
mengidentifikasi).
7. Demam Non-Hemolitik
Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit yang
ditranfusikan.
Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise, sakit
kepala
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Lanjutkan pemberian normal saline
3. Berikan antipiretik sesuai program
4. Pantau suhu tiap 4 jam
Pencegahan:
Gunakan darah yang mengandung sedikit leukosit (sudah difiltrasi)
8. Hiperkalemia
Penyebab:
Penyimpanan darah yang lama melepaskan kalium ke dalam plasma sel
Gejala:
Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan QRS
melebar, kelemahan ekstremitas, nyeri abdominal
9. Hipokalemia
Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi dapat
dipengaruhi oleh alkalosis respiratorik
Gejala:
Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen ST depresi,
poliuria, kelemahan otot, bising usus menurun
10. Hipotermia
Penyebab:
Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin
diberikan melalui kateter vena sentral.
Gejala:
Menggigil, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung/cardiac arrest
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Hangatkan pasien dengan selimut
3. Ciptakan lingkungan yang hangat untuk pasien
4. Hangatkan darah sebelum ditranfusikan
5. Periksa EKG
K. Infeksi yang ditularkan melalui tranfusi
1. AIDS
Penyebab:
Darah donor HIV seropositif
Gejala:
Demam, keringat malam, letih, berat badan menurun, adenopati, lesi kulit seropositif
terhadap virus HIV
2. Kontaminasi bakteri
Penyebab:
Kontaminasi pada saat penyumbangan atau persiapan, bakteri endotoksin melepaskan
endotoksin.
Gejala:
Serangan dalam 2 jam tranfusi (menggigil, demam, nyeri abdomen, syok, hipotensi
yang nyata
3. Cytomegalovirus (CMV)
Virus CMV dapat berada pada orang dewasa yang sehat. Pasien-pasien dengan
imunosupresi berisiko tinggi tertular CMV
Gejala:
Letih, lemah, adenopati, demam derajat rendah
4. Hepatitis
Hepatitis A dan hepatitis B jarang, penyakit hati kronik lebih umum dengan Hepatitis C
daripada hepatitis B
Gejala:
Terjadi dalam dalam beberapa minggu sampai bulan setelah tranfusi, mual, muntah,
ikterus, malaise, kadar enzim hati tinggi
5. GVHD (Graft versus host desease)
Penyebab:
Limfosit donor yang normal bereproduksi di dalam tubuh resipien yang mengalami
gangguan kekebalan, limfosit menyerang jaringan resipien karena dianggap sebagai
protein asing.
Gejala:
Demam, ruam kulit, diare, infeksi, gangguan fungsi hati (jaundice, supresi sumsum
tulang)
Intervensi:
Berikan metotresat dan kortikosteroid jika diprogramkan
Pencegahan;
Berikan darah yang tidak diradiasi jika diprogramkan, berikan darah yang telah
dicuci dengan saline jika diprogramkan
L. Manajemen efek tranfusi
Pedoman untuk mengatasi reaksi tranfusi yang dibuat oleh American
Assotiation of Blood Banks adalah:
a. Hentikan tranfusi untuk membatasi jumlah darah yang diinfuskan
b. Beritahu dokter
c. Pertahankan jalur IV tetap terbuka dengan infus normal saline
d. Periksa semua label, formulir, dan identifikasi pasien untuk menentukan apakah pasien
menerima darah atau komponen darah yang benar
e. Segera laporkan reaksi tranfusi yang dicurigai pada petugas bank darah
f. Kirimkan sample darah yang diperlukan ke bank darah sesegera mungkin, bersama-
sama dengan kantong darah yang telah dihentikan, set pemberian, larutan IV yang
diberikan, dan semua formulir dan label yang berhubungan.
g. Kirim sampel lainnya (misal urin)
h. Lengkapi laporan institusi atau formulir “reaksi tranfusi yang dicurigai”
i. Peralatan yang harus disiapkan (obat-obatan seperti: aminophilin, difenhidramin,
hidroklorida, dopamine, epinefrin, heparin, hidrokortison, furosemid, asetaminofen,
aspirin; set oksigenasi; kit kateter foley; botol kultur darah; cairan IV; selang IV)