TRADISI PAPERAHAN PADA MASYARAKAT SUNDA DI DESASUMUR KUMBANG KECAMATAN KALIANDA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
Neli Komalasari
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
TRADISI PAPERAHAN PADA MASYARAKAT SUNDA DI DESASUMUR KUMBANG KECAMATAN KALIANDA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Neli Komalasari
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikiultural, dikatakan multikulturalkarena terdiri dari berbagai macam suku bangsa, dan dari berbagai macam sukubangsa tersebut memiliki keberagaman tradisi yang berbeda-beda. Salah satutradisi yang masih terus dilestarikan sampai saat ini, yaitu adalah tradisi yang adapada masyarakat Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda KabupatenLampung Selatan yang mayoritas penduduknya adalah suku Sunda. MasyarakatSunda di Desa Sumur Kumbang memiliki tradisi yang terbilang unik dan menarik.Masyarakat menyebut tradisi ini adalah tradisi paperahan. Paperahan diartikanoleh masyarakat Sumur Kumbang adalah suatu tradisi sedekah bumi. Kononmenurut kokolot desa Sumur Kumbang tradisi ini sudah ada sejak zaman nenekmoyang mereka dahulu, bahkan sebelum bangsa Indonesia merdeka. Tradisi inidilaksanakan dari bulan muharam sampai safar setiap tahunnya dan sudahmenjadi agenda wajib bagi masyarakat Desa Sumur Kumbang.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses pelaksanaantradisi paperahan pada masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang KecamatanKalianda Lampung Selatan? Tujannya yaitu untuk mengetahui proses pelaksanaantradisi paperahan pada masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang KecamatanKalianda Lampung Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian iniadalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan datadalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknikanalisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan tradisi paperahanmelalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan diawali dengan musawaroh,dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan kumpulan genep kamis, selanjutnya terakhiradalah penutupan yaitu disebut hari ka tujuh jumat, dilaksanankanlah suatukesibukan yang dilakukan oleh seluruh warga Desa yaitu setelah sholat subuhdilakukan penyembelihan sapi, dilanjutkan dengan masak-masak, bersamaandengan masak-masak dilaksanakanlah mamaca oleh kokolot desa SumurKumbang dan jika masak-masak sudah selesai mamaca juga selesai barulahmakan bersama di sepanjang jalan Desa Sumur Kumbang sebagai penutupan dariserangkaian proses tradisi paperahan.
TRADISI PAPERAHAN PADA MASYARAKAT SUNDA DI DESASUMUR KUMBANG KECAMATAN KALIANDA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
OlehNeli Komalasari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
PadaProgram Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan pada tanggal 2 Maret 1992 sebagai anak ke dua dari
lima bersaudara dari pasangan Ahmad Syafei dan Nur Jannah.
Penulis memulai pendidikan dasar di sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) TPI
PERKEMAS Kalianda pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di
sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bringin Jaya Bumi Agung pada tahun
2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN) I Kalianda pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai maasiswa di Universitas Lampung pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial pada program studi Pendidikan Sejarah melaui jalur ujian SNMPTN
Tertulis. Pada tahun 2012 penulis melakukan Kuliah Kerja Lapanagan (KKL) dan
pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon
Pagar Dewa Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, serta penulis juga
melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri I Sukau.
MOTTO
Bagi orang berilmu yang ingin meraih kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat, maka kuncinya hendaklah ia
mengamalkan ilmunya kepada orang-orang.
(Syaikh Abdul Qodir Jailani)
PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ini. Karya
ini kupersembahkan kepada:
Bapak Syafei dan Ibu Nur Jannah orang tua ku yang tiada henti
medoakanku dan memberikan semangat agar dapat menjadi orang
yang sukses dan memperoleh gelar sarjana.
Bapak Marben Manik dan Ibu Atima Sinurat orang tua ku yang tiada
henti medoakanku dan memberikan restunya agar dapat meraih
masa depan yang cerah dan memperoleh gelar sarjana.
Para pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang begitu berguna dalam kehidupan saat ini maupun
yang akan datang
Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tradisi
Paperahan Pada Masyarakat Sunda Di Desa Sumur Kumbang Kecamatan
Kalianda Kabupaten Lampung Selatan”.Tak lupa, sholawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang syafaatNya
selalu kita nantikan di yaumil akhir kelak.
Penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan yang penulis miliki,
sehingga mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan I Wakil Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si.Wakil Dekan II Bidang Keuangan
Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak, Drs. Zulkarnain, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Unila.
6. Bapak Drs. Syaiful, M.M.Si, M.H, selaku Ketua Program Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila.
7. Bapak Drs. Maskun, M.H. Dosen Pembimbing Akademik dan
PembimbingUtama yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan
bimbingan, kritik, saran serta nasihat dalam proses kuliah dan proses
penyelesaian skripsi.
8. Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, selaku dosen pada Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus sebagai dosen Pembimbing
Kedua, yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan kritik, saran,
dan nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
9. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum. Dosen Pembahas Utama yag telah bersedia
meluagka waktu, memberikan bimbingan, kritik, sara, serta nasihat dalam
proses penyelesaian skripsi.
10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah, dan para
pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Sejarah.
11. Keluarga besarku, terimakasih atas doa, bantuan, partisipasi dan
kekeluargaan yang indah.
12. Sahabat-sahabat seperjuanganku di Pendidikan Sejarah 2011, Anggun
Puspawati, Putri Chairia, Dea Iswary, Marliyana, Riantimala, Sariah
Harahap, Patrik Athena, Yulita, Dona, Flowry, Nina, Alfina, Rika, Windri,
Hany, Desi, Eka, Ika, Pipin, Neti, Julia, Tiwi, Nova, Umi, Ica, Suhanda,
Agung, Arif, Alan, Heri, dan Budi, terima kasih telah menjadi sahabat
yang baik dan juga penyemangat yang baik selama ini, dan juga teman-
teman lainnya di angkatan 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu. Terimakasih atas bantuan dan pertemenanan yang indah. Terima
kasih karena telah melalui masa-masa kuliah bersama.
13. Teman-teman KKN-PPL Devi Novita, Arum Candrawati, Wingga Eka
Passerra, Lusi, Mutiah Karimah, Nova, Noris Subhan, Ave Suakanila
Fauzisar, dan Muklis Effendi Yusuf. Terimakasih untuk kenangan dan
kebersamaan indah selama KKN dan PPL di SMA N 1 Sukau Lampung
Barat.
14. Kakak Tingkat dan Adik Tingkat di Program Studi Pendidikan Sejarah,
terima kasih atas bantuannya.
15. Masyarakat Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan, selaku subjek penelitian yang telah memberikan
informasi, bantuan dan data yang dibutuhkan selama penelitian skripsi.
16. Kepala Desa Sumur Kumbang Bapak Shobri beserta jajarannya yang telah
memberikan informasi dan data yang berharga.
17. Kepada Abah Santika, Abah Mahyudin, Abah Sakamdadang, Abah
Mastur, selaku kokolot (tokoh adat) Desa sumur kumbang, yang telah
memberikan informasi dan masukan yang sangat berharga, terima kasih
untuk meluangkan waktunya.
18. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan
tetapi penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
WassalamualaikumWr.Wb
Bandar Lampung, 2016
Penulis
Neli Komalasari
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ii
SANWACANA ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Analisis Masalah ......................................................................................... 6
1. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian,Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ..................... 6
1. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
2. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 6
3. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 8
1. Pengertian Kebudayaan .......................................................................... 8
2. Pengertian Proses ................................................................................... 10
3. Pengertian Tradisi .................................................................................. 10
4. Pengertian Paperahan ............................................................................ 12
5. Masyarakat Sunda .................................................................................. 15
B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 18
C. Paradigma .................................................................................................... 20
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ........................................................................................ 21
B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 23
C. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 25
1. Teknik Wawancara .................................................................................. 26
2. Teknik Dokumentasi ............................................................................... 28
3. Teknik Observasi ..................................................................................... 28
E. Teknik Pengolahan Data ............................................................................. 29
F. Teknik Analisis Data.................................................................................... 29
1. Reduksi .......................................................................................... ........ 30
2. Penyajian Data ......................................................................................... 30
3. Verivikasi Dan Penarikan Kesimpulan ................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................................... 33
1.1 Sejarah Desa Sumur Kumbang .............................................................. 33
1.2 Letak Dan Batas Administratif Desa Sumur Kumbang ......................... 35
1.3 Kependudukan Desa Sumur Kumbang .................................................. 36
1.4 Struktur Pemerintahan Desa Sumur Kumbang ...................................... 39
1.5 Sistem Kekerabatan Orang Sunda .......................................................... 42
1.6 Sistem Pertanian Pada Masyarakat Desa Sumur Kumbang ................... 44
2. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................................ 46
2.1 Keadaan Ekonomi, Sosial, Dan Budaya
Pada Masyarakat Desa Sumur Kumbang ............................................... 46
2.2 Sejarah Tradisi Paperahan Pada Masyarakat Sunda
Di Desa Sumur Kumbang ...................................................................... 49
2.3 Hari Peringatan Tradisi Paperahan Pada Masyarakat Sunda
Di Desa Sumur Kumbang ..................................................................... 52
2.4 Makna Tradisi Paperahan Pada Masyarakat Sunda
Di Desa Sumur Kumbang ...................................................................... 52
2.5 Pantangan-Pantangan Dalam Tradisi Paperahan
Pada Masyarakat Sunda Di Desa Sumur Kumbang ............................... 57
2.6 Proses Pelaksanaan Tradisi Paperahan
Pada Masyarakat Sunda Di Desa Sumur Kumbang ............................... 59
2.6.1 Tahap Persiapan (Musawaroh Paperahan) ................................... 61
2.6.2 Tahap Pelaksanaan (Kumpulan Genep Kemis) ............................. 63
2.6.3 Musawaroh Menyambut Penutupan Paperahan ........................... 71
2.6.4 Tahap Penutupan (Hari Ka Tujuh Jumat) ..................................... 73
B. Pembahasan
1. Proses Pelaksanaan Tradisi Paperahan Pada Masyarakat Sunda Di Desa
Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan…. 89
1.1 Tahap Persiapan (Musawaroh Paperahan) ...................................... 89
1.2 Tahap Pelaksanaan (Kumpulan Genep Kemis) ................................. 90
1.3 Tahap Penutupan (Hari Ka Tujuh Jumat) ........................................ 91
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 94
B. Saran ............................................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar Halaman
Tabel1.Nama-Nama Kepala Desa Sumur Kumbang ....................................... 35
Tabel2.Keadaan Penduduk Menurut JenisKelamin
Desa Sumur Kumbang ....................................................................... 37
Tabel3.Keadaan Penduduk Menurut Suku Di Desa Sumur Kumbang ............ 37
Tabel4.Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Desa Sumur Kumbang ....................................................................... 38
Tabel5.Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Pokok Masyarakat Sumur Kumbang ................................................. 38
Tabel6.Jumlah Penduduk Menurut Agama Desa Sumur Kumbang ................ 39
Tabel7.Struktur Pemerintahan Desa Sumur Kumbang .................................... 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Foto musawaroh tradisi paperahan .......................................................... 622. Foto Mamaca yang dilakukan oleh kokolot desa...................................... 653. Kitab Syeh Abdul Qodir Jaelani yang dibaca pada kemis ka hiji. ............ 664. Foto masyarakat yang melakukan makan bersama di masjid ................... 675. Kitab Syeh Abdul Qodir Jaelani yang dibaca pada kemis ka dua............. 686. Foto kepala sapi dimasukkan kedalam lubang.......................................... 757. Foto Tungku atau tempat untuk masak-masak .......................................... 778. Foto Kegiatan ibu-ibu mengolah daging sapi dan ayam
Sebagai hidangan makanan ....................................................................... 779. Foto Sayur soup dan sayur angen lada yang sudah selesai di masak ....... 7810. Foto pemuda desa yang ikut berparti sipasi mengambil daun pisang....... 7911. Foto Para masyarakat bahu membahu memindahkan makanan ............... 8012. Foto Para ibu-ibu membawa makanan ke masjid ..................................... 8013. Foto Para kokolot desa yang mamaca di masjid pada hari ka tujuh......... 8214. Foto Sesaji yang telah disediakan berupa hasil alam atau hasil kebun..... 8315. Foto Cai mujarabah (air jampe) ............................................................... 8416. Foto Seluruh masyarakat berdoa yang ipimpin oleh kokolot desa
Sebelum acara makan bersama dimulai .................................................... 8617. Foto Sisa-sisa makanan yang tida habis dikubur
didalam lubang yang sudah disediakan..................................................... 8718. Foto kokolo des memasukan bebuang dan membacakan doa sebelum
akhirnya lubang akan di tutup . …………………………………………88
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa yang besar adalah bangsa yang multikultural, dan Bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang multikultural (majemuk), dikatakan multikultural karena
terdiri dari berbagai macam suku bangsa, dan dari berbagai suku tersebut
memiliki berbagai keragaman kebudayaan yang berbeda-beda, baik dari tradisi
maupun adat istiadatnya. Kebudayaan yang tercipta merupakan jati diri dari suatu
bangsa dan membedakan dengan yang lain melalui kekhasannya masing-masing.
Kata ‘’kebudayaan’’ berasal dari kata sanskerta buddhayah, yaitu bentukjamak dari buddhi yang berarti ‘’budi’’ atau ‘’akal’’. Dengan demikiankebudayaan dapat di artikan: ‘’ yang bersangkutan dengan akal’’.Demikianlah‘’budaya’’ adalah‘’ daya dari budi’’ yang berupa cipta, karsa,dan rasa, sedangkan ‘’ kebudayaan‘’ adalah hasil dari cipta, karsa, danrasa. (Koentjaraningrat, 2000 : 18).
Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, rasa, dan
karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam kehidupan
bermasyarakat, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan.
Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat, ini
berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat. Kebudayaan itu
tercipta sebagaimana manusia telah memiliki kehidupan menetap dan berusaha
2
mengembangkan kehidupanya untuk peradaban yang lebih maju dan melestarikan
kebudayaan itu melalui tradisi dan adat istiadat yang telah ada sejak dulu kala.
Kebudayaan yang diciptakan oleh manusia itu terkonsep dalam berpikirpada wujud ide, berprilaku pada wujud aktivitas serta tradisi yang berwujudpada benda atau aktivitas. Kebudayaan dan tradisi tidak dapat terpisahkankarena didalam kebudayaan terdapat didalamnya suatu bagian tradisi,terlebih dahulu perlu diketahui bahwa budaya bangsa mengarah kepadakebudayaan nasional indonesia yaitu seluruh kebudayaan yang dimilikiseluruh bangsa indonesia, sedangkan tradisi adalah tradisi yang dimilikiberbagai suku bangsa di indonesia yang telah berkembang berabad-abadlamanya sebelum bangsa indonesia terbentuk dan merdeka (Sedyawati,2014 : 273).
Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh manusia dalam suatu
lingkup sosial dan dilakukan terus menerus secara turun-temurun dari nenek
moyang hingga dilestarikan sampai saat ini. Tradisi yang masih sangat kental
sekali dilakukan adalah salah satunya pada Suku Sunda yang ada di Desa Sumur
Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yangmayoritas
pendudukya adalah Suku Sunda. Masyarakat Sumur Kumbang memiliki tradisi
yang terbilang unik yaitu tradisi yang disebut Masyarakat setempat dengan
paperahan, atau disebut sedekah bumi, dalam tradisi paperahan ini sangat
identik sekali dengan suatu kegiatan makan bersama disepanjang jalan desa yang
ada di Sumur Kumbang. Paperahan merupakan tradisi menutup tahun yang
dilaksanakan dari bulan muharram samapi bulan safar. Tradisi ini merupakan
acara besar dan sakral yang ada di Desa Sumur Kumbang dan Desa ini yang
masih sangat kental sekali melaksanakan tradisi ini.
Paperahan itu sendiri menurut masyarakat sunda yang ada di DesaSumur
Kumbang adalah suatu tradisi sedekah bumi. Menurut mitologi atau kepercayaan
masyarakat Desa Sumur Kumbang, paperahan merupakan perintah langsung dari
3
leluhur masyarakat setempat yakni Ki Buyut Sapid yang mana menurut sejarah
Desa Sumur Kumbang beliau masuk ke Desa Sumur Kumbang pada tahun 1901,
dahulu Desa Sumur Kumbang merupakan tanah rawan dan hutan belantara
bahkan menurut kisahnya dahulu orang yang masuk hutan ini pasti sakit dan
meninggal dan diserahkanlah daerah ini kepada Ki Buyut Sapid, Ki Buyut Sapid
yang mengurus dan pencetus perkampungan di Sumur Kumbang, oleh karena itu
perintah langsung melaksanakan paperahan ini berlangsung hingga saat ini
(Wawancara dengan kepala Desa Sumur Kumbang, Bapak Shobri, 26 September
2015 pada pukul 13.00 WIB).
Dilihat dari sudut pandang ilmiah cerita mitologi desa ini sebagai anggapan yang
bukan berarti harus wajib menjadi patokan masyarakat melakukan tradisi ini.
Namun tradisi ini sebagai tujuan untuk melestarikan khasanah tradisi bangsa
Meskipun dahulunya menurut mitologi tradisi ini dijalankan tujuanya untuk
menghindarkan bala-bala dan memohon keselamatan untuk warga Desa karena
mengingat desa ini tanah yang rawan, oleh karena itu paperahan dahulu
dilaksanakan supaya desa menjadi damai, sejahtera, dan rukun serta akur. Seiring
berjalanya waktu tradisi paperahan ini tidak terpaku lagi oleh mitologi tersebut.
Paperahan ini dimaknai sebagai bentuk rasa terima kasih masyarakat Sumur
Kumbang atas limpahan rezeki dan segala nikmat yang telah Tuhan berikan baik
nikmat jasmani maupun rohani.
Tradisi paperahan ini memiliki makna yang merupakan wujud syukur warga Desa
Sumur Kumbang kepada Tuhan YME atas limpahan rezeki dan kesehatan, dalam
tradisi ini juga dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi dan menjalin keakraban,
4
dan juga tradisi paperahan ini dikaitkan dengan penyelamatan Hutan Gunung
Rajabasa, sebab sebagai manusia bukan hanya memanfaatkan apa yang sudah
diambil di bumi tetapi juga harus memberikan sedekah terhadap bumi, khususnya
tanah sebagai tempat tinggal mahluk hidup. Tanah merupakan masalah pokok
dalam kehidupan masyarakat, karena sumber kehidupan masyarakat berasal dari
tanah. Hampir seluruh masyarakat desa hidup bertani dan berhuma, yaitu
mengolah tanah. Dengan kata lain, mati hidupnya masyarakat desa tergantung
kepada tanah, oleh karena itu ini adalah salah satu tujuan dari dilakukanlah tradisi
paperahan, sebab masyarakat mengambil air minum dari bumi makanpun
diambil dari bumi bahkan pulangpun juga ke bumi, bumi juga telah memberikan
dan menyediakan apa yang dibutuhkan oleh manusia. Tradisi paperahan ini yang
uniknya sangat menggambarkan menyatunya manusia dengan alam betapa tidak
bahwasanya tradisi ini tidak digelar di sebuah gedung atau balai desa, tetapi di
jalan desa, dari halaman masjid sampai di seluruh jalan desa sampai ke ujung
jalan harus terisi (Wawancara dengan kokolot desa Sumur Kumbang, Abah
Santika, 27 September 2015 pada pukul 14.00 WIB).
Dalam sejarahnya proses tradisi paperahan ini dahulu sempat dilaksanakan
hannya satu kali saja di bulan safar yakni tepat hari jumat karena berbagai sebab
dan alasan bahwa dahulu menurut masyarakat di desa ini masyarakatnya tidak
begitu ramai dan terjadi paceklik dan disarankan dilaksanakan tiga kali aja,
menurut cerita masyarakat, setelah dilaksannakan tiga kali paperahan itu
munculah penyakit seperti koreng,benjol-benjol dan penyakit, bahkan penyakit
itu tidak sembuh dan tidak terselamatkan banyak masyarakat yang meninggal,
dan dikumpulkan lagi untuk memusawarohkan paperahan ini untuk kembali ke
5
tujuh kali, tujuh kali yang dimaksudkan adalah enam kali kumpulan genep kemis
dan hari ke tujuh disebut hari ka tujuh jumat, setelah kembali tujuh kali
kemudian penyakit-penyakit tersebut tidak muncul lagi.
Proses pelaksanaan tradisi paperahan di Desa Sumur Kumbang ini terbilang unik
dan menarik untuk kita ketahui mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan
samapai tahap penutupan, dalam tahap persiapan diawali dengan musawaroh
(musyawarah) oleh kokolot desa (tokoh adat atau orang yang dipertua di desa),
parabot desa (kepala desa beserta pembantu-pembantunya) dan juga masyarakat
desa, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan kumpulan genep kemis (pertemuan 6
kamis), selanjutnya terakhir adalah penutupan yaitu disebut hari ka tujuh jumat
(hari ke tujuh jumat) sebagai puncak paperahan, tepatnya di hari jumat bulan
safar diadakanlah makan bersama di jalan desa oleh seluruh warga Desa Sumur
Kumbang sebagai penutupan dari serangkaian proses tradisi paperahan
(Wawancara dengan kokolot desa Sumur Kumbang, abah Mahyudin, 27
September, 2015 pada pukul 16.00 WIB).
Dari observasi yang telah peneliti lakukan, maka fakta yang terdapat dilapangan
bahwa tradisi paperahan dilakukan oleh masyarakat Sunda yang tinggal di Desa
Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan yang merupakan tradisi
yang sudah ada dari zaman nenek moyang terdahulu dan harus tetap dilestarikan
karena menurut kepercayaan (mitologi) masyarakat sekitar tradisi paperahan
merupakan titah langsung dari Ki Buyut Sapid yang merupakan leluhur bagi
masyarakat Sumur Kumbang. Pada penelitian ini peneliti merasa tertarik untuk
meneliti dan menggali informasi mengenai proses tradisi paperahan mulai dari
6
tahap persiapan, pelaksanaan sampai penutupan, karena tradisi ini terbilang unik
dan sangat menarik untuk penulis teliti.
B. Analisis Masalah
1. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian adalah bagaimanakah proses pelaksanaan tradisi paperahan pada
masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Lampung
Selatan?
C. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi
paperahan pada masyarakat Sunda Di Desa Sumur Kumbang Kecamatan
Kalianda Lampung Selatan.
2. Kegunaan
Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua
orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun
kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis, adalah menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya
mengenai kebudayaan Sunda tradisi paperahan pada Masyarakat Sunda di
Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan .
7
b. Secara praktis, dapat dijadikan sebagai bahan informasi kepada peminat
kebudayaan yang ingin mengetahui proses tradisi paperahan serta menambah
wawasan bagi penulis dan pembaca tentang tradisi paperahan Pada
Masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Lampung
Selatan.
3. Ruang Lingkup
Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, perlu penulis berikan
batasan ruang lingkup yang akan mempermudah pembaca memahami isi karya
tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :
a. Objek Penelitian : Tradisi paperahan pada masyarakat Sunda
Di Desa Sumur Kumbang Kecamatan
Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.
b. Subjek Penelitian: Masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang
c. Tempat Penelitian: Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda
d. Waktu penelitian : 2016
e. Konsentrasi ilmu : Antopologi Budaya
8
REFERENSI
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.Halaman 181.
Edi Sedyawati. 2014. Kebudayaan di Nusantara. Depok: Komunitas Bambu.Halaman 273.
Wawancara dengan kepala Desa Sumur Kumbang, Bapak Shobri, 26 September2015 pada pukul 13.00 WIB.
Wawancara dengan tokoh adat Desa Sumur Kumbang, Abah santika, 27September 2015 pada pukul 14.00 WIB.
Wawancara dengan tokoh adat Desa Sumur Kumbang, Abah Mahyudin, 27September 2015 pada pukul 16.00 WIB.
Wawancara dengan tokoh adat Desa Sumur Kumbang,Abah Mastur, pada tanggal28 September 2015 pada pukul 14.00 WIB
8
II. TINJAUAN PUSATAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi terwujudnya kelakuan
(Soekanto, 1981 : 238).
Kata ‘’Kebudayaan’’ dan ‘’culture’’. Kata ‘’kebudayaan’’ berasal darikata sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti‘’budi’’ atau ‘’akal’’. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan : ‘’yang bersangkutan dengan akal’’. Demikianlah ‘’budaya’’ adalah ‘’daya dari budi’’ yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan ‘’kebudayaan ‘’ adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu(Koentjaraningrat, 2000 : 181).
Menurut Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Budayamendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuandan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harusdidapatnya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupanmasyarakat (Sukidin dkk, 2003 : 4 ).
Menurut Kroeber dan Klukhohn (1950) dikutip oleh Munandar Soelaemandalam
bukunya Ilmu Budaya Dasar mengajukan konsep kebudayaan sebagai kupasan
kritis dari definisi-definisi kebudayaan (konsensus) yang mendekat. Definisinya
adalah: kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantaap, pikiran,
perasaan dan reaksi yang diperoleh terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang
9
menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia,
termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan
terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterkaitan terhadap nilai-
nilai (Munandar Soelaeman, 2005 : 20).
Dari berbagai konsep kebudayaan di atas dapat disimpulkan bahwa Kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Subyek utama dalam kebudayaan adalah manusia dan kebudayaan adalah wadah
bagi manusia untuk beraktivitas dan berinteraksi, tidak ada satu masyarakatpun
yang tidak memiliki kebudayaan, begitu pula sebaliknya tidak akan ada
kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara
kebudayaan dengan masyarakat. Manusia dan kebudayaan memang tidak dapat
dipisahkan, kebudayaan terlahir karena adanya kepentingan dari manusia untuk
saling memperkuat diri dalam suatu tradisi yang ada dalam kebudayaan dan
mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan ini tidak terlepas dari hakikat
manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk yang berintelektual sehingga dalam
kehidupanya manusia selalu melakuakan langkah-langkah sistematis untuk
mencapai tujuanya.
Suku Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari barat pulau Jawa
Indonesia, yang terkenal dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah
administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Lampung. Orang Sunda
dikenal memiliki sifat ramah, dan sopan, selain itu Suku Sunda juga memiliki
tradisi yang terbilang khas dan unik untuk kita ketahui seperti tradisi masyarakat
Sunda di Desa Sumur Kumbang Kalianda Lampung Selatan. Masyarakat ini
10
masih menjalankan tradisi dari nenek moyang hingga saat ini yaitu tradisi
paperahan yang merupakan tradisi sedekah bumi yang tujuanya adalah sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan YME dan dilaksanakan
sebagai agenda wajib bagi warga Desa tersebut.
2. Pengertian Proses
Menurut (Koentjaraningrat, 1984:154)
Proses adalah berlangsungnya peristiwa dalam ruang waktu atau perkembangan
yang mengandung serangkaian perubahan
Sedangkan menurut (Ali, 1985:24) proses adalah serangkaian tindakan yang harus
dilalui dengan harapan agar segala yang diinginkan dapat terwujud (Dalam
Skripsi Rina Waryani, 2012:10).
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses adalah
serangkaian peristiwa dalam ruang dan waktu dengan serangkaian perubahan
dengan harapan agar segala yang diinginkan dapat terwujud. Bagi masyarakat
Sumur Kumbang proses yang dilaksanakan dalam tradisi paperahan mulai dari
tahap persiapan, pelaksanaan, sampai tahap penutupan. Dalam penelitian ini juga,
peneliti ingin mengungkapkan mengenai proses Tradisi paperahan pada
Masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan.
3. Pengertian Tradisi
Untuk memahami pengertian tradisi Paperahan, terlebih dahulu perlu dipahami
mengenai pengertin tradisi, yaitu:
11
Menurut Soebadio (1983) dikutip oleh Mursal Esten dalam bukunya Kajian
Transformasi Budaya, tradisi adalah kebiasaan turun-temurun sekelompok
masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Tradisi
memperlihatkan bagaimna anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam
kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib atau
keagamaan. Didalam tradisi diatur bagaimana manusia berhubungan dengan
manusia lain atau kelompok manusia dengan kelompok manusia yang lain,
bagaimana manusia bertindak terhadap lingkunagannya dan bagaimana perilaku
manusia terhadap alam yang lalu ia berkembang menjadi suatu sistem, memiliki
pola dan norma yang sekaligus juga mengatur penggunaan sanksi dan ancaman
terhadap pelanggaran dan penyimpangan (Esten, 1999 : 21).
Menurut Edward Shils dikutip oleh Edi Sedyawati dalam bukunya yang
membahas pengertian ‘’tradisi’’ mengemukakakan bahwa pada dasarnya suatu
pola perilaku itu dapat disebut sebagai ‘’tradisi’’ apabila telah berlangsung secara
berkelanjutan sekurang-kurangnya sepanjang tiga generasi. Pengertian
‘’generasi’’ dalam hal ini tidak hanya dipahami dalam arti masa hidup biologis
seseorang beserta semua sebayanya, tetapi dapat juga dalam arti ‘’angkatan’’
dalam suatu lingkungan orang-orang dengan karir tertentu (Sedyawati, 2014 :
259).
Berdasarkan konsep tentang tradisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi
itu merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun dan telah
berlangsung dalam waktu yang lama. Tradisi yang telah ada dari zaman nenek
moyang tersebut juga perlu diwarisi dari generasi kegenerasi agar tidak punah.
12
Seperti halnya tradisi paperahan dari masyarakat Sunda yang ada di Desa Sumur
Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan ini yang memiliki
keunikan tradisi dari berbagai keunikan tradisi yang ada yakni tradisi paperahan
karena tradisi ini masih sangat kental sekali dilaksanakan setiap tahunnya
meskipun di zaman yang semakin canggih ini, masyarakat Desa Sumur Kumbang
tetap tidak melupakan tradisi dari leluhurnya terdahulu, hal inilah yang dapat
menjadi contoh bagi desa-desa yang lainya.
4. Pengertian Paperahan
Menurut mitologi (kepercayaan) masyarakat Desa Sumur Kumbang paperahan
merupakan perintah langsung dari leluhur masyarakat setempatyang bernama Ki
Buyut Sapid dikisahkan beliau masuk ke Desa Sumur Kumbang pada tahun
Tahun 1901, dahulu Sumur Kumbang merupakan tanah rawan dan hutan
belantara dahulu orang yang masuk hutan ini pasti sakit dan meninggal dan
diserahkanlah daerah ini kepada Ki buyut Sapid, beberapa orang masuk kedaerah
ini tidak akan selamat dikarenakan daerah yang rawan. Ki Buyut Sapid yang
mengurus dan pencetus perkampungan di Desa Sumur Kumbang. Oleh karena itu
perintah langsung melaksanakan paperahan ini berlangsung hingga saat ini dan
dijalankan secara turun temurun (Wawancara dengan kepala Desa Sumur
Kumbang, Bapak Shobri, 26 September 2015 pada pukul 13.00 WIB).
Paperahan diartikan oleh masyarakat adalah sebagai suatu tradisi sedekah bumi,
yang mana dalam tradisi paperahan ini sangat identik sekali dengan suatu
kegiatan makan bersama disepanjang jalan desa yang ada di Sumur Kumbang,
makan bersama di sepanjang jalan desa ini dilakukan pada hari ka tujuh jumat,
13
sebagai hari puncak paperahan, dan warga beramai-ramai akan makan bersama
disepanjang jalan desa Sumur Kumbang, disamping makan bersama dijalan desa
ini disedekahkanlah berbagai hasil alam masyarakat baik berupa beras, umbi-
umbian, buah-buahan, makanan dan juga hasil ternak yang masyarakat miliki.
Menurut kokolot desa Sumur Kumbang tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek
moyang terdahulu, bahkan sebelum bangsa Indonesia merdeka tradisi ini sudah di
laksanakan. Paperahan dilaksanakan dari bulan muharam sampai safar setiap
tahunnya dan sudah menjadi agenda wajib bagi masyarakat Desa Sumur
Kumbang.
Tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Sumur Kumbang kepada Tuhan
YME atas limpahan rezeki, kesehatan, ketentraman, dan segala nikmat yang telah
Tuhan berikan, dibalik ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan YME,
paperahan ini juga dilakukan oleh masyarakat dengan alasan bahwasanya
masyarakat sudah tinggal di bumi, makan di bumi, minum di bumi bahkan
pulangpun juga ke bumi. Oleh karena itu sebagai bentuk terima kasih terhadap
bumi yang telah Tuhan ciptakan ini masyarakat mengekspresikanya melalui
tradisi paperahan.
Tradisi paperahan merupakan bentuk rasa syukur kepada Gusti Allah (Tuhan
YME) karena telah diberi keberkahan tinggal di Desa Sumur Kumbang.Tradisi
paperahan ini juga dikaitkandengan penyelamatan Hutan Gunung Rajabasa
dimana merupakan tempat masyarakat tinggal, karena sebagai manusia bukan
hanya memanfaatkan apa yang sudah diambil di alam, tetapi juga harus
memberikan sedekah terhadap bumi, oleh karena itu ini adalah salah satu tujuan
14
dari dilakukannya tradisi paperahan ini, sebab masyarakat mengambil air minum
dari bumi makananpun diambil dari bumi bahkan pulangpun juga ke bumi
(Wawancara dengan kokolot desa Sumur Kumbang, Abah Mastur, 26 September
2015 pada pukul 14.00 WIB).
Tradisi yang tidak boleh sembarangan dilakukan ini memerlukan peran para
kokolot desa dalam hal ini sangat berperan penting dalam pelaksannaan tradisi ini
karena mereka yang mengetahui seluk beluk tentang tradisi paperahan. Selama
paperahan ini dari bulan muharram samapai safar warga desa harus mengikuti
perilaku dan aturan tidak tertulis dan mengikuti pantanganya. Sesuai dengan
pepatah Sunda ciri sabumi, cara sadesa artinya setiap desa memiliki adat
istiadatnya masing-masing. Meskipun di zaman modern sekarang ini Masyarakat
sekitar masih sangat percaya dengan pantangan-pantangan yang ada dalam tradisi
ini dan harus di taati, masyarakat menganggap jika melanggar akan terkena
musibah dan gangguan dari yang gaib bahkan menyebabka kematian
(Wawancara dengan kokolot desa Sumur Kumbang, Abah Mahyudin, 27
September 2015 pada pukul 16.00 WIB).
Trasisi paperahan melalui tahapan-tahapan yang tidak boleh terputus mulai dari
tahap persiapan, tahap pelaksanaan sampai tahap penutupan, dalam tahap
persiapan diawali dengan musawaroh (musyawarah) oleh kokolot desa (tokoh adat
atau orang yang dipertua di desa), parabot desa (kepala desa beserta pembantu-
pembantunya) dan juga masyarakat desa, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan
kumpulan genep kemis (pertemuan 6 kamis), selanjutnya terakhir adalah
penutupan yaitu disebut hari ka tujuh jumat (hari ke tujuh jumat), tepatnya di hari
15
jumat bulan safar diadakanlah penyedekahan hasil bumi masyarakat baik berup
beras, umbi-umbian, berbagai buah-buahan, dan hewan ternak yang berupa olahan
makanan dari hewan yang telah di kurbankan untuk tradisi ini, beserta dilanjutkan
dengan makan bersama oleh seluruh warga Desa Sumur Kumbang.
Sebelum makan bersama dimulai yaitu sebagai tahap penutupan, dilaksanankanlah
suatu kesibukan di pagi hari yang dilakukan oleh seluruh warga desa bergotong
royong yaitu setelah sholat subuh dilakukan penyembelihan sapi (pemotongan
sapi), dilanjutkan dengan masak-masak dan mamaca (membaca Kitab Syech
Abdul Qodir Jaelani), dan jika masak-masak sudah selesai mamaca juga selesai
barulah makan bersama di sepanjang jalan Desa Sumur Kumbang sebagai
penutupan dari serangkaian proses tradisi paperahan (Wawancara dengan kokolot
desa Sumur Kumbang, Abah Santika, 27 September 2015 pada pukul 14.00
WIB).
Tradisi paperahan ini dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat sunda
di Desa Sumur Kumbang dengan harapan agar tradisi ini terus dilestarikan dari
generasi kegenerasi agar tidak punah. Dalam tradisi paperahan ini menyikap
antara hubungan manusia dengan lingkungan masyarakatnya, hubungan manusia
dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
5. Pengertian Masyarakat Sunda
Terlebih dahulu perlu diketahui mengenai definisi masyarakat. Definisimasyarakat menurut Selo Soemardjan masyarakat adalah orang yanghidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Idianto Muin, 2006:22).Sedangkan menurut Paul B.Horton masyarakat adalah sekumpulanmanusia yang relatif mandiri, yang hidup bersama-sama dalam jangkawaktu yang cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu,
16
memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besarkegiatan dalam kelompok itu. (Idianto Muin. 2006:22).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia
yanghidup bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama dalam satu
wilayah tertentu sehingga menghasilkan kebudayaan.
Sedangkan definisi Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasaldari bagian barat pulau Jawa,Indonesia. Secara antropologi-budayadapat dikatakan, bahwa yang disebut suku bangsa sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun mnggunakan bahasa-ibu bahasa sundaserta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal sertabertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang juga disebuttanah pasundan atau tatar sunda. Secara kultural daerah pasundan itudisebalah Timur dibatasi oleh sungai-sunagi Cilosari dan Citanduy,yang merupakan perbatasan bahasa (Koenjaraningrat, 1982:300).
Akan tetapi diluar Jawa Barat terdapat pula kampung-kampung yang
menggunakan bahasa Sunda, seperti di Kabupaten Pandeglang, Anyer, Lebak dan
di daerah transmigrasi di daerah Lampung dan Sumatra Selatan. Kebudayaan
Sunda yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang dikalangan orang
Sunda yang pada umumnya berdomisili di tanah Sunda (Ekadjati, 1995:8).
Dalam perkembangan lain istilah sunda digunakan pula dalam konotasimanusia atau kelompok manusia, yaitu dengan sebutan urang sunda(orang sunda). Menurut (warnaen et.al., 1987:1). Orang sunda adalahorang yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orangsunda. Didalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkanketurunan dan berdasarkan sosial budaya. Menurut kriteria pertama,seorang atau sekelompok orang bias disebut orang sunda, jika orangtuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun keduanya,orang sunda, dimanapun ia atau mereka berada dan dibesarkan.Menurut kriteria kedua, orang sunda adalah orang atau sekelompokorang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya sunda dandalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dannilai-nilai budaya sunda(Ekadjati, 1995:7).Nama Sunda itu sendiri berasal dari kata ‘’saunda’’, berarti lumbungbermakna (subur dan makmur), sunda dari kata ‘’sonda’’, berarti
17
bahagia, Sunda, dari kata ‘’sonda’’, berarti sesuai dengan keinginanhati, Sunda dari kata ‘’sundara’’ berarti lelaki yang tampan dan Sundadari kata ‘’Sundari’’, berarti wanita yang cantik. Orang sunda adalahmereka yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang-orang lain sebagaiorang Sunda. Orang-orang lain itu baik orang-orang Sunda sendirimaupun orang-orang yang bukan Sunda (Suryani, 2011:116).
Suku Sunda terkenal dengan kepribadiannya yang ramah, lemah lembut dan
sangat sopan. orang Sunda sebagai masyarakat budaya yang sudah tua dan mampu
bertahan hingga kini dan memiliki pandangan hidup ditengah-tengah masyarakat
dan budaya lainya. Hubungan manusia dengan sesama manusia dalam masyarakat
Sunda didasari oleh ‘’sikap silih asih, silih asah dan silih asuh’’artinya saling
mengasihi, saling mengasah dan saling mengasuh.
Jadi, masyarakat Sunda adalah sekumpulan orang-orang Sunda yang hidup
bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama dalam satu wilayah atau
daerah tertentu sehingga menghasilkan kebudayaan. Dewasa ini Orang Sunda
tidak berdomisili di satu tempat saja, melainkan telah terpencar dibeberapa tempat
yang terpisah. Selain itu, mereka hidup bercampur dengan atau berada di tengah-
tengah etnis lain.
Masyarakat Sunda yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia, tidak terkecuali
di daerah Lampung khususnya di Lampung Selatan kecamatan Kalianda di Desa
Sumur Kumbang yang kebanyakan mayoritas penduduknya adalah suku Sunda
yang berasal dari Provinsi Banten dari kabupaten Pandeglang tepatnya dari daerah
Rampones, Pamarayan, Ciomas, dan Menes, dan ada juga dari luar kabupaten
pandeglang seperti Anyer, Lebak, dan Serang. Menurut Shobri kepala Desa
Sumur Kumbang dalam profil Desa Sumur Kumbang menyebutkan penduduk
18
Desa Sumur Kumbang berjumlah 334 Kk atau 1246 jiwa yang terdiri dari 640
jumlah laki-laki dan 606 jumlah perempuan. Sebagian besar penduduk berasal
dari etnis Sunda berjumlah 1143 jiwa, sedangkan dari penduduk asli Lampung
berjumlah 40 jiwa, Padang berjumlah 8 jiwa dan Jawa Tengah berjumlah 12 jiwa
(Profil Desa Sumur Kumbang, 2015).
Masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang menyebut dirinya sebagai Urang
Sunda Banten (orang Sunda Banten), karena mayoritas menggunakan bahasa
Sunda kasaratau loma (bahasa kasar atau akrab) namun mereka juga biasa
berbahasa Sunda lemes (halus) tetapi untuk kesehariannya mereka berbahasa
Sunda kasar, contoh bahasa yang mereka gunakan adalah seperti jika bahasa
Sunda Banten menyebut mau kemana kamu ‘’nde’ kamana sia’’tetapi jika bahasa
Sunda halus seperti di daerah Priangan dan Sukabumi bahasanya ’’ bade’ kamana
maneh’’.Jika ingin menyebut kak Eka mau makan tidak, bahasa Sunda Bantenya
adalah ‘’teh eka maneh arek hakan teu’’sedangkan bahasa Priangan ‘’teh eka
bade’ tuang heula’’.
B. Kerangka Pikir
Tradisi paperahan merupakan tradisi yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat
Sunda di Desa Sumur Kumbang Tradisi paperahan ini berlangsung hingga saat
ini tradisi yang dijalankan secara turun temurun ini tujuanya sebagai bentuk
sedekah bumidan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME. Karena diberi
keberkahan untuk tinggal di Sumur Kumbang. Menurut kepercayaan masyarakat
sekitar makna melakukan paperahan ini dimaksudkan bahwa sebagai manusia
19
yang menempati alam/bumi ini haruslah memberikan sedekah atau sebagian apa
yang telah dinikmati agar alam dapat bersahabat dengan manusia.
Trasisi paperahan melalui tahapan-tahapan yang tidak boleh terputus mulai dari
tahap persiapan, tahap pelaksanaan sampai tahap penutupan, dalam tahap
persiapan diawali dengan musawaroh, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan
kumpulan genep kemis, selanjutnya terakhir adalah penutupan yaitu disebut hari
ka tujuh jumat, tepatnya di hari jumat bulan safar diadakanlah makan bersama
oleh seluruh warga Desa Sumur Kumbang.
Sebelum makan bersama dimulai yaitu sebagai tahapan penutupan,
dilaksanankanlah suatu kesibukan di pagi hari yang dilakukan oleh seluruh warga
desa bergotong royong yaitu setelah sholat subuh dilakukan penyembelihan sapi,
dilanjutkan dengan masak-masakdan mamaca, dan jika masak-masak sudah
selesai mamaca juga selesai barulah makan bersama disepanjang jalan Desa
Sumur Kumbang sebagai penutupan dari serangkaian proses tradisi paperahan.
20
C. Paradigma
Keterangan:
: Garis kegiatan
Proses Pelaksanaan
Tradisi Paperahan
Persiapan
(Musawaroh)
Penutupan
(hari ka tujuh jumat)
^Penyembelihan sapi
^Masak-Masak
^Mamaca
^makan bersama dijalan desa
Pelaksanaan
(Kumpulan Genep Kemis)
21
REFERENSI
Soerjono Soekanto. 1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.Halaman 238.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.Halaman 181.
Sukidin dkk. 2003. Pengantar Ilmu Budaya. dalam E.B. Tylor (ed) primitiveculture. Surabaya: Percetakan Insan Cendekia. Halaman 4.
Munandar Soelaeman. 2005. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika Aditama.Halaman 20.
Koentjaraningrat dalam skripsi Rina Waryani. 2012. Tinjauan Deskriptif TentangUpacara Hajat Sasih Di Kampung Naga Kecamatan Selawu KabupatenTasikmalaya Jawa Barat. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Halaman10.
Muhammad Ali dalam skripsi Rina Waryani. 2012. Tinjauan Deskriptif TentangUpacara Hajat Sasih Di Kampung Naga Kecamatan Selawu KabupatenTasikmalaya Jawa Barat. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Halaman10.
Mursal Esten. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa. Halaman21.
Edi Sedyawati. 2014. Kebudayaan di Nusantara. Depok: Komunitas Bambu.Halaman 259
Idianto Muin. 2006. Sosiologi. Jakarta: Erlangga. Halaman 22.
Loc.cit.
Koentjaraningrat. 1982. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:Djambatan. Halaman 300.
Edi S. Ekadjati. 1995. Kebudayaan Sunda. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.Halaman 7.
Elis Suryani. 2011. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bogor: Ghalia Indonesia.Halaman 116.
22
Sumber lain:
Wawancara dengan kepala desa Sumur Kumbang, Bapak Shobri, 26 September2015 pada pukul 13.00 WIB.
Wawancara dengan tokoh adat Desa Sumur Kumbang, Abah Mastur, 26September 2015 pada pukul 13.30 WIB.
Wawancara dengan tokoh adat Desa Sumur Kumbang, Abah Mahyudin, 27September 2015 pada pukul 16.00 WIB.
Wawancara dengan tokoh adat Desa Sumur Kumbang, Abah santika, 27September 2015 pada pukul 14.00 WIB.
21
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian.
Metode digunakan agar penelitian dapat dengan mudah penulis ketahui
kebenaranya melalui cara-cara yang dapat di buktikan keabsahan kebenaranya
serta penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya, Dalam
suatu penelitian diperlukan suatu metode untuk memecahkan masalah yang akan
penulis hadapi. Melalui metode tersebut diharapkan suatu hasil penelitian akan
dicapai dengan mudah dan tersusun dengan baik. Oleh karena itu metode
penelitian sangat penting kegunaanya.
Menurut Husin Sayuti Metode adalah cara kerja yang dapat memahami objek
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Sayuti, 1980:32).
Sedangkan menurut Winarno Suracmad, metode adalah suatu cara utama yang
dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian
hipotesis dengan menggunakan tehnik serta alat tertentu. (Surachmad, 1978:121).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa metode adalah cara
kerja yang digunakan oleh seorang peneliti untuk memecahkan suatu masalah-
22
masalah dengan menggunakan teknik-teknik yang telah di tentukan untuk
mencapai tujuanya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dan metode deskriptif.
1. Pendekatan Kualitatif
Sedangkan pendekatan kualitatif adalah suatu Penelitian menuju ke strategi
penelitian observasi parstisipan, wawancara mendalam, dan sebagainya yang
memungkinkan peneliti memperoleh informasi yang bersifat empiris yang hendak
dipecahkan oleh penelitiMenurut Ridjal (Bungin, 2001:82).
Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata,
kalimat, gambar, serta penjelasan tentang data hasil penelitian dan sifatnya
observasi partisipan melalui wawancara mendalam untuk memperoleh informasi
sebanyak-banyaknya guna mendapatkan gambaran dari objek yang ditelikti secara
sistematisdari suatu peristiwa yang diteliti dan lebih akurat.
2. Metode Deskriptif
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian
pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta
(fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya (Nawawi, 1993: 73), jadi dapat
disimpulkan bahwa metode deskripsi adalah suatu metode yang menggambarkan
dan melukiskan objek penelitian yang digunakan sebagai prosedur dalam
memecahkan suatu masalah berdasarkan kebenaran fakta dengan kedaan
23
sebenarnya. Dalam penelitin ini, penulis menggunakan deskriptif bertujuan untuk
mendapatkan data yang lebih sistematis dan akurat mengenai proses pelaksanaan
Tradisi Paperahan Pada Masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang Kecamatan
Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya ingin
diperoleh (Noor, 2011: 48). Menurut Suharsimi Arikunto (2011:161), variabel
penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.Sumadi Suryabrata (2011:25) mengemukakan bahwa: “ variabel
diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, variabel
merupakan segala sesuatu objek yang akan kita teliti yang menjadi objek dalam
pengamatan penelitian yang datanya ingin kita peroleh, maka variabel yang
diajukan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu ‘’Tradisi Paperahan
pada Masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan’’.
1. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah konsep atau
variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari
suatu konsep atau variabel. Dimensi dapat berupa: perilaku, aspek, atau
sifat/karekteristik (Noor, 2011:97).Dengan demikian, maka operasional variabel
24
adalah definisi suatu konsep yang menspesifikasikan suatu kegiatan, sehingga
obyek yang kita amati dan kita teliti dapat diukur dengan jelas.
Dalam penelitian ini penulis merumuskan definisi operasional variabel dari tradisi
paperahan yang meliputi: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan, dan tahap
penutupan. Tradisi paperahan pada Masyarakat Sunda di Desa Sumur Kumbang
Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.
2. Informan
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh lebih banyak informasi mengenai tradsi
paperahan maka penulis menggunakan informan. Informan dalam penelitian ini
adalah orang yang memiliki kaitan langsung dan mengerti tentang tradisi
paperahan, agar lebih terbukti dan terpercaya informasinya, maka peneliti
menetapkan informan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Tokoh masyarakat atau tokoh adat. Tokoh adat disini dimaksudkan adalah
orang yang dianggap memahami secara mendalam tentang tradisi paperahan.
Informan memiliki kesediaan waktu yang cukup.
2. Dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakanya.
3. Orang yang memahami objek yang diteliti tentang pelaksanaan tradisi
paperahan.
4. Informan harus memiliki pengalaman pribadi tentang tatacara pelaksanaan
tradisi paperahan.
Informan yang ditemui oleh peneliti dalam penelitian ini merupakan rekomendasi
dari Kepala Desa Sumur Kumbang. Kepala desa memberi pengarahan kepada
peneliti untuk menemui informan lainya seperti kokolot desaSumur Kumbang
25
terdiri dari Abah Santika, Abah Mahyudin, Abah Mastur, abah Sakam Dadang
dan Bapak Shobri, karena beliau-beliau inilah sesepuh yang mengerti tentang
paperahan. Disamping beberapa tokoh tersebut peneliti juga melakukan
wawancara dengan masyarakat sekitar yang mengetahui tentang pelaksanaan
tradisi paperahan di Desa Sumur Kumbang.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Sumur Kumbang, Wilayah Desa Sumur
Kumbang, secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan. Desa Sumur Kumbang ini dilihat dari kota kalianda
letaknya berada didaerah pinggiran atau kaki kawasan lindung Gunung Rajabasa
Register 3. Dari pusat kota ke desa ini adalah 5 km jika ditempuh dengan
kendaraan sekitar 15 menit. Mayoritas penduduk Desa Sumur Kumbang adalah
Suku Sunda. Di desa Sumur Kumbang ini masih memegang teguh tradisi nenek
moyang yang telah ada sejak dahulu yang berupa tradisi paperahan yang
diadakan setiap akhir tahun.
Desa ini menjadi objek penelitian karena desa ini memiliki tradisi yang unik yang
berbeda dengan desa-desa yang lain kerena desa ini tradisinya masih sangat kental
sekali dan sampai saat ini masih memegang teguh tradisi ini, hal ini menjadi
alasan peneliti untuk mengetahui seperti apa tradisi paperahan yang dijalankan
masyarakat sunda di Desa Sumur Kumbang ini setiap tahunya.
D. Teknik Pengumpulan Data
26
Agar penelitian ini mendapatkan data yang akurat dan relevan maka peneliti
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti:
1. Teknik Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi
mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaaan, dan
sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee) (Bungin,
2011 : 155). Metode pengumpulan data wawancara ini sangat populer dan banyak
digunakan dalam berbagai penelitian.
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara (Arikunto, 2011:198).
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada kepala Desa Sumur Kumbang,
tokoh adat /masyarakat, serta masyarakat Desa setempat yang mengetahui
mengenai prosesi tradisi paperahan tersebut.
a. Wawancara Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyampaikan beberapa pertanyaan
yang sudah disiapkan pewawancara sebelumnya (Nawawi, 1993:185), jadi
wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu
membuat pertanyaan dan kemudian menyusun pertanyaan dalam bentuk daftar-
daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan.
27
Dalam wawancara ini peneliti awalnya mewawancarai Bapak Kepala Desa Sumur
Kumbang yaitu Bapak Shobri yang mengetahui proses tradisi paperahan di Desa
Sumur Kumbang, kemudian tokoh masyarakat/adat setempat seperti Abah
Mahyudin, Abah masturdan Abah Santika yang mengetahui secara jelas mengenai
tradisi paperahan tersebut dan dapat menjelaskan bagaimana proses
pelaksanaanya, setelah itu peneliti mewawancarai masyarakat desa setempat yang
ikut serta melaksanakan dan berpartisipasi dalam tradisi paperahan tersebut
seperti Bapak Eki dan Ibu Maskanah.
Alasan penulis menyusun daftar pertanyaan dilakukan agar dapat mempermudah
peneliti dalam menanyakan pada informan mengenai informasi terkait tradisi
paperahan tersebut, sehingga melalui wawancara terstruktur informasi yang
hendak dicari dapat tersusun dengan baik dan kemungkinan pertanyaan yang
terlewatkan menjadi sedikit sehingga informasi yang diperoleh bisa diperoleh
lebih lengkap.
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur dapat dilakukan pada awal penelitian, karena
terkadang informan memberikan keterangan terkadang muncul jawaban yang
tidak terduga yang tidak akan muncul pada saat wawancara terarah dilakukan, dan
hal itu bisa menambah informasi yang diperoleh terkait informasi yang akan
diteliti. Berdasarkan pernyataan tersebut maka teknik wawancara tidak terstruktur
digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi secara langsung
melalui tanya-jawab dengan informan, sehingga mendapat informasi yang lebih
28
jelas mengenai proses tradisi paperahan pada masyarakat Sunda di Desa Sumur
Kumbang.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dapat melalui
gambar,foto,dokumen,surat,catatan dll. Melalui teknik dokumentasi ini data
semakin akurat dan dapat diuji kebenarannya dan dapat dilihat secara langsung.
Sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan
harian, cendera mata, laporan, artefak, dan foto. Sifat utama data ini tak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi waktu silam. Teknik dokumntasi ini
digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimana jalanya proses trdisi paperahan
di Desa Sumur Kumbang melalui pendokumentasian.
3. Teknik Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala
yang diteliti (Usman, 2011:54). Menurut Suharsimi Arikunto (2011:199)
observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan seluruh
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indra.
Teknik observasi ini dilakukan secara langsung oleh peneliti meninjau kelokasi
penelitian untuk mengolah data yang didapat agar akurat di Desa Sumur
KumbangKecamatan KaliandaKabupaten Lampung Selatan. Untuk mengamati
29
bagaimana proses pelaksanaan tradisi paperahan di Desa Sumur Kumbang
Kecamatan kalianda Kabupaten Lampung Selatan.
E. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan meliputi penyelesaian data-data yang
diperoleh dan memilah-milah data yang kira-kira dibutuhkan untuk penelitian
serta membuang data-data yang tidak diperlukan. Kemudian melakukan kritikan.
Kritikan terhadap data yang bersifat intern atau dengan kedua-duanya. Setelah
melakukan pengeritikan terhadap data baru kemudian menyusun sebuah
rancangan wacana data. Terakhir setelah menyusun sebuah rancangan wacana
data maka dapat dilakukan analisis data.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan bukan
berupa angka-angka atau kuantitatif. Setelah melakukan klarifikasi data lapangan
langkah selanjutnya adalah menarik abstraksi-abstraksi teoritis terhadap
informasi lapangan. Analisis data dalam penelitian ini berlangsung bersamaaan
dengan proses pengumpulan data atau melalui tiga tahapan model alir dari Miles
dan Huberman (1992:20), yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi
(Bungin, 2011:296).
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisi data adalah sebagai berikut:
30
1. Tahap Reduksi Data
Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang
telahterkumpul. Data lapangan tersebut selanjutnya dipilih,dalam arti menentukan
derajat relevansinya dengan maksud penelitian. Selanjutnya, data yang terpilih
disederhanakan, dalam arti mengklarifikasikan data atas dasar tema-tema.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian,
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari catatan tertulis
dilapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak diperlukan
sehingga dapat diverifikasikan dan memperoleh kesimpulan.
Data dari lapangan berupa sumber lisan maupun tulisan yang kemudian di tulis
direduksi, dirangkum, difokuskan kepada hal yang akan diteliti yakni proses
pelaksanaan tradisi paperahan dan disusun secara sistematis. Data yang direduksi
memberikan gambaran tentang hasil pengamatan peneliti dalam mencari data
yang diperlukan. Data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif tentang
keadaan masyarakat dari berbagai aspek baik dari segi ekonomi, sosial, politik,
budaya masyarakat di Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan.
2. Tahap Penyajian Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan penyajian informasi melalui bentuk teks naratif
terlebih dahulu.Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan sementara dalam
31
pengambilan tindakan.Untuk melihat gambaran secara keseluruhan dari penelitian
ini, maka diperlukan matrik naratif untuk mendiskripsikan hasil penelitian ini.
Dalam penulisan matrik naratif dibutuhkan kemampuan interpretative sehingga
penyajian data akan lebih baik. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan
hasil temuan dari kegiatan wawancara terhadap informan serta menampilkan
dokumen sebagai penunjang data. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap
ini sebagai berikut:
1. Mencari informasi mengenai makna tradisi paperahan pada masyarakat
Sunda di Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan.
2. Mengamati proses pelaksanaan tradisi paperahan pada hari puncak yaitu hari
ka tujuh jumat.
3. Mendeskripsikan data mengenai jalanya proses pelaksanaan tradisi
paperahan yang diadakan di Desa Sumur Kumbang.
3. Verifikasi Dan Penarikan Kesimpulan
Pada tahapan ini penarikan kesimpulan dilakukan secara teliti dan cermat dengan
melakukan verifikasi meninjau ulang pada catatan-catatan yang ada di lapangan
sehingga data dapat teruji kebenarannya. Hasil wawancara dari informan
kemudian ditarik kesimpulannya dan disesuaikan dengan masalah dan tujuan
penelitian. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:
32
1. Menggabungkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh di lapangan
mengenai proses tradisi paperahan pada masyarakat Sunda di Desa Sumur
Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.
2. Menarik kesimpulan tentang tahapan dan proses pelaksanaan tradisi
paperahan yang ada di Desa Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan.
33
REFERENSI
Husin Sayuti. 1980. Pengantar Metodolologi dan Riset. C.V. FajarAgung.Jakarta: Halaman 32.
Winarno Surachmad. 1978. Dasar dan Teknik Research Pengantar MetodologiIlmiah. Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 121.
Burhan Bungin. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta:Halaman 82.
Hadari Nawawi.1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress. Halaman 73.
Juliansyah Noor. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana. Halaman 48.
Suharsimi Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 161.
Sumadi Suryabrata. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Halaman 2.
Juliansyah Noor.Op.cit. Halaman 97.
Burhan Bungin. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. Halaman 155.
SuharsimiArikunto.Op.cit. Halaman 198.
Hadari Nawawi.Op.cit. Halaman 183.
Husaini Usman. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.Halaman 54.
Suharsimi Arikunto.Op.cit. Halaman 199.
Miles Huberman. 1992. Analisis data kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.Halaman 20.
Burhan Bungin.Op.cit. Halaman 296.
94
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan datahasil penelitian dan pembahasan maka dapa disimpulkan bahwa
proses pelaksanaan tradisi paperahan pada masyarakat Sunda di Desa Sumur
Kumbang Kcamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari tiga
tahapan yaitu:
1. Tahap persiapan dilakukan dengan terencana dengan melakukanmusawaroh
yang dihadiri oleh tokoh agama, kokolot desa, kepala desa dan juga diikuti
oleh masyarakat desa Sumur Kumbang.
2. Tahap Pelaksanaan dilakukan dengan melalui tahapan kumpulan dari bulan
muharam sampai bulan safar yang dilaksanakan tidak hanya satu kali
kumpulan, tetapi terdiri dari enam kumpulan yang dimulai dari kumpulan
kemis kahiji, ka dua, ka tilu, ka opat, ka lima, sampai kemis ka genep yang
dilaksanakan ditempat yang telah ditentukan.
3. Tahap penutupan ditutup oleh doa yang dipimpin oleh kokolot desa Sumur
Kumbang dan diakhiri dengan makan bersama yang sudah disediakan oleh
para ibu-ibu, makan bersama dilaksanakan di jalan desa Sumur Kumbang.
95
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyampaikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Tradisi paperahan merupakan tradisi yang sudah sejak lama ada di desa Sumur
Kumbang sudah selayaknya tradisi ini terus dilestarikan dan dipertahankan
secara turun temurun sampai kegenerasi berikutnya agar tradisi ini tidak punah
tergerus zaman yang semakin modern.
2. Sebagai keragaman tradisi dan untuk memperkaya khasanah tradisi bangsa
Indonesia sudah selayaknya generasi muda turut ikut mempelajari dan
melestrikan tradisi paperahan ini.
3. Kepada seluruh elemen Desa Sumur Kumbang dan kepada pemerintah daerah
bukan hannya masyarakat sudah selayakya ikut melestarikan dan
mempertahankan tradisi ini dan ikut berpartisipasi.
96
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
. . 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Ekadjati, Edi, S. 1995. Kebudayaansunda.Jakarta: PT DuniaPustaka Jaya.
Esten, Mursal. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa.
Huberman, Miles. 1992. Analisis data kualitatif.Jakarta:Universitas Indonesia.
Koentjaraningrat. 1982. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:Djambatan.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi.Jakarta: Erlangga.
Nawawi, Hadari.1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.
Sayuti, Husin. 1980. Pengantar Metodolologi dan Riset. Jakarta: C.V.FajarAgung.
Sedyawati, Edi. 2014. Kebudayaan di Nusantara. Depok: Komunitas Bambu.
Soekanto, Soerjono. 1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soelaeman, Munandar. 2005. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika Aditama.
Sukidin dkk. 2003. Pengantar Ilmu Budaya. dalam E.B. Tylor (ed) primitiveculture. Surabaya: Percetakan Insan Cendekia.
Surachmad,Winarno. 1978. Dasar dan Teknik Research Pengantar MetodologiIlmiah. Bandung: Penerbit Tarsito.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Usman, Husaini. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.