50
BAB IV
METODE PENELITIAN
1.1. Rancangan Penelitian
Dalam proses pelaksanaan penelitian, terdapat berbagai kegiatan yang
memerlukan penanganan berbeda yang disesuaikan dengan karakteristik kegiatan
dan sasaran diharapkan dari pelaksanaan penelitian tersebut. Pendekatan umum
yang akan digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam karakteristik
kebutuhan antara lain:
Pendekatan terhadap kegiatan pengumpulan data dan informasi.
Pendekatan terhadap kegiatan identifikasi dan kajian materi dan
permasalahan.
Pendekatan terhadap kegiatan perumusan konsep dan penyusunan aspek
teknis, aspek lingkungan, aspek pola perilaku masyarakat, aspek pendapat
masyarakat tentang penentuan lokasi TPS dan aspek kelembagaan.
1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.2.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dibatasi berdasarkan pembagian pola ruang pada
RTRW Kota Denpasar yaitu BWK Tengah, dengan rincian sebagai berikut :
a. Sub BWK Tengah I mencakup Desa Dauh Puri Kangin, Kelurahan Dangin
Puri, sebagian Desa Dangin Puri Kauh dan sebagian Desa Dauh Puri Kaja
50
51
yang berfungsi sebagai Cathus Patha Agung Kota, pusat perdagangan kota,
pusat pemerintahan kota dan pusat pelayanan sosial budaya kota;
b. Sub BWK Tengah II mencakup Sebagian Desa Dauh Puri Kaja, sebagian
Desa Pemecutan Kaja, sebagian Kelurahan Pemecutan dan sebagian Desa
Pemecutan Klod yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kota,
pusat permukiman dan pusat perdagangan dan jasa;
c. Sub BWK Tengah III mencakup Desa Dangin Puri Kaja, sebagian Desa
Dangin Puri Kauh, Desa Dangin Puri Kangin dan Desa Sumerta Kauh yang
berfungsi sebagai pusat permukiman dan pusat perdagangan dan jasa,
pendidikan, dan kegiatan olah raga;
d. Sub BWK Tengah IV mencakup sebagian Desa Dangin Puri Klod dan Desa
Sumerta Klod yang berfungsi sebagai Pusat Permukiman, Pendidikan, pusat
perdagangan dan jasa, dan pusat pemerintahan Provinsi Bali; dan
e. Sub BWK Tengah V mencakup Kelurahan Dauh Puri, Desa Dauh Puri
Kelod dan Desa Dauh Puri Kauh yang berfungsi sebagai pusat permukiman,
perdagangan dan jasa, pelayanan kesehatan dan penidikan.
1.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai bulan maret
sampai dengan bulan Juni 2014 dengan tahapan sebagai berikut :
Bulan I : Dilakukan survey kelayakan TPS di Kota Denpasar
Bulan II : Dilakukan pengambilan, pengolahan dan analisis data
yang diperoleh baik data sekunder maupun primer.
Bulan III – IV : Penyelesaian Tesis
52
Gambar 4.1. Peta Lokasi Penelitian BWK Tengah Kota Denpasar
53
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar dengan ruang lingkup wilayah
penelitian pada BWK Tengah yang mencakup Sub BWK Tengah I, II, III, IV, dan
V. Ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi:
Analisis kebutuhan lahan yang dibutuhkan untuk pengelolaan
persampahan pada kawasan perkotaan di Kota Denpasar
Analisis lokasi dan kebutuhan TPS yang ada di kawasan perkotaan.
Analisis kondisi lingkungan di sekitar TPS, hal ini terkait dengan
pencemaran yang mungkin terjadi dari adanya kegiatan di TPS dan
berpotensi untuk merusak keindahan kota.
Analisis pola perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah khusnya
pada TPS dan pendapat masyarakat dalam penentuan lokasi TPS.
Analisis kelembagaan pengelola persampahan di Kota Denpasar.
Mengkaji kebijakan penataan TPS dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Denpasar terkait dengan masalah persampahan.
1.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
jenis alat atau bahan yang digunakan untuk proses pengumpulan data maupun
analisis data. Instrumen penelitian ini didapatkan dari tujuan dan metode
penelitian yang telah disusun sehingga mendapatkan peralatan dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
54
Tabel 4.1.
Rumusan Instrumen Penelitian
No Pertanyaan Penelitian Metode Penelitian Instrumen Responden/Informasi Output1. Mengetahui kondisi eksisting
dan estimasi kebutuhankapasitas serta lahan TPS diwilayah studi
1. Analisis Aspek Teknis Sebaran danKebutuhan Lokasi TPS : Analisis dan Evaluasi Penempatan
TPS Berdasarkan Fungsi KawasanPerkotaan
Evaluasi Timbulan Sampah
Evaluasi Lokasi TPS
Peta Pola RuangRTRW Kota Denpasar
Peta Sebaran TPS(DKP dan SurveyLapangan : Kamera danGPS)
ArcGis 10.1
Jumlah Penduduk(BPS)
Besaran TimbulanSampah BerdasarkanKlasifikasi Kota
Peta Sebaran LokasiTPS
Kapasitas TPS ArcGis 10.1. (Buffering
Bappeda KotaDenpasar
BPS Kota Denpasar
SNI
DKP Kota Denpasar
DKP Kota Denpasar
Jenis TPS danLokasi KawasanPenempatan
Jarak TPS antarTPS dan TPSdengan sumber
Daya TampungTPS dengantimbulan sampah
Kapasitas danRadius pelayananTPS
54
55
No Pertanyaan Penelitian Metode Penelitian Instrumen Responden/Informasi Output
Evaluasi Kebutuhan Lahan Masing– masing jenis TPS
Evaluasi Kebutuhan TPS di SuatuKawasan
2. Analisis Aspek Lingkungan TerkaitLokasi TPS Penilain Resiko Analisis Kualitatif
Analisis Tapak Lokasi TPS
3. Analisis Aspek KelembagaanPengelola Persampahan
FaktorPenghambat Internal Faktor Penghambat Eksternal
Radius Pelayanan)
Dimensi TPS danStandar KebutuhanLahan
Peta Radius PelayananTPS Eksisting
Kuisioner
Dokumentasi KondisiTPS
Cheklist FaktorAnalisis Tapak KondisiTPS
Kuisioner
DKP Kota DenpasarObservasi Lapangan
SNI, Peraturan danAnalisis ArcGis
DKP Kota DenpasarMasyarakatPraktisi
DKP Kota Denpasar
Kebutuhan LahanTPS Kota Denpasar
Jenis TPS danKebutuhan Lahanper Kawasan
RekomendasiTipikal dan ruangpada TPS
Rekomendasipeningkatanpelayanan sampahkhususnya padaTPS
55
56
No Pertanyaan Penelitian Metode Penelitian Instrumen Responden/Informasi Output2. Mengetahui pendapat
masyarakat sebagaipengguna sarana TPStentang penentuan lokasiTPS dan pola perilakumasyarakat dalampengelolaan sampahkhusunya pada TPS demikeberlanjutan keberadaanTPS sebagai pewadahansampah komunal
1. Analisis Pendapat MasyarakatTentang Kriteria Lokasi TPS
2. Analisis Pola Perilaku Masyarakat
Kuisioner
Daftar PertanyaanWawancara
Kamera danHandyCame
Masyarakat
Masyarakat
Pendapatmasyarakat tentangkriteria lokasi TPS
Bentuk dan faktorpembentuk polaperilakumasyarakat dalampengelolaansampah
3. Mengetahui strategipenentuan sebaran lokasi danbentuk TPS sesuai syaratatau kriteria yang ada padaSNI
1. Analisis SWOT Kuisioner
Daftar PertanyaanWawancara
Observasi Lapangan
DKP Kota DenpasarMasyarakat
Strategipengembanganpengelolaanpersampahan
56
57
1.5. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian secara umum adalah merumuskan latar belakang untuk
menentukan tujuan serta permasalahan penelitian, dilanjutkan dengan tahap
identifikasi permasalahan yang ada di lokasi studi. Untuk menjawab permasalahan
yang ada di lokasi studi maka dilakukan pendekatan melalui kajian pustaka dan
teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan.
Tahap selanjutnya adalah menetapkan metode yang tepat untuk penelitian
ini, metode tersebut harus terkait dengan aspek teknis, aspek kelembagaan dan
aspek lingkungan. Untuk menganalisis permasalahan yang ada maka dibutuhkan
data-data penunjang, data diperoleh melalui dua sumber yakni data primer dan
data sekunder, tahap terakhir adalah melakukan analisis dan menarik kesimpulan
dari penelitian ini, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Diluar substansi penelitian ini, terdapat kegiatan penting yang tidak kalah
pentingnya yaitu penentuan jadwal penelitian berdasarkan pada identifikasi
permasalahan yang ada. Pembatasan masalah juga menjadi hal yang penting agar
penelitian ini sesuai tujuan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan,
pembatasan ini meliputi ruang lingkup permasalahan beserta aspek-aspeknya.
58
TUJUAN PENELITIAN
KAJIAN LITERATUR
SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA
Data Primer
Kondisi Wilayah Eksisting
Kondisi TPS tipologi TPS
Zonasi Kawasan
Kondisi Lingkungan Sekitar TPS
Quisioner
Data Primer
Rencana Tata Ruang Wilayah
Data Kependudukan
Jumlah Sarana dan Prasarana Sampah
Peta Pola Ruang
Peta Sebaran TPS
Peta Topografi
Peta Kemiringan Lahan
Data Timbulan Sampah
Data Kelembagaan
ANALISIS DATA
Aspek Teknis
Analisis Timbulan Sampah
Analisis KebutuhanFasilitas TPS
Analisis Kebutuhan Lahandan Lokasi TPS
Aspek Kelembagaan
Analisis Kualitas SDMpada Instansi Pengelola
Analisis KebutuhanPersonil PengelolaPersampahan
Aspek Lingkungan
Analisis Jenis TPSTerhadap SektorKerusakan Lingkungan
Analisis TapakTerhadap Lingkungan
Strategi Pengembangan TPS Pada Kawasan Perkotaan
KESIMPULAN
Isu Masalah Pertanyaan Penelitian
1. Jumlah dan Kapasitas TPS yang terbatas danbentuk TPS belum memenuhi syarat atau kriteriaSNI dengan pertimbangan fungsi kawasan.
2. Belum adanya arahan dan strategi yang jelasdalam dalam penentuan lokasi dan sebaran TPSdengan kondisi keterbatasan lahan.
1.Menganalisis kelayakan TPS berdasarkan aspek teknispenentuan lokasi dan fasilitas pada TPS, aspeklingkungan dan aspek kelembagaan pengelolaanpersampahan
2.Menyusun rekomendasi yang tepat sesuai dengankriteria dan syarat, terkait dengan penentuan lokasi TPSdan Kebutuhan lahanya
Aspek Pendapat Pola perilakuMasyarakat
Jarak TPS Dengan TimbulanSampah
Jarak TPS Dengan RutePengangkutan
Penggunaan Lahan TPS Pola Perilaku Masyarakat
Gambar 4.2. Bagan Alir Tahapan Penelitian
59
1.5.1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat primer maupun
sekunder dengan teknik pengumpulan data tertentu yang menghasilkan berbagai
data sebagai masukan dalam proses analisis penelitian. Berikut adalah beberapa
kegiatan yang dilakukan pada pengumpulan data primer dan sekunder antara lain:
Tabel 4.2. Kebutuhan dan Sumber Data
No Jenis Data Sumber Data
A Data Primer1 Jenis-jenis TPS di lokasi studi. DKP Kota Denpasar
2 Sebaran lokasi dan kondisi TPS di wilayah studi.Survey dan DKP KotaDenpasar
3 Kapasitas tempat pengumpulan sampah. DKP Kota Denpasar
4Wawancara atau menyebar kuisionerr agar mendapatinformasi.
Survey
B Data Sekunder1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar Bappeda Kota Denpasar2 Kapasitas penampungan sampah. DKP Kota Denpasar3 Jumlah Penduduk Kota Denpasar BPS Kota Denpasar4 Data timbulan sampah. DKP Kota Denpasar5 Jumlah sarana dan prasarana persampahan, khususnya di TPS DKP Kota Denpasar
6Tugas pokok dan fungsi dari pengelola persampahan,khususnya yang menangani TPS.
DKP Kota Denpasar
7 Peta topografi. Bappeda Kota Denpasar8 Peta kemiringan lahan. Bappeda Kota Denpasar9 Peta Pola Ruang dengan skala kedalaman peta 1:25.000. Bappeda Kota Denpasar
10 Peta sebaran penduduk dengan skala kedalaman peta 1:25.000 Bappeda Kota Denpasar
11Lokasi sebaran TPS yang dituangkan dalam peta skala kota(1:25.000).
Survey dan DKP KotaDenpasar
1.5.2. Analisis Aspek Teknis Sebaran dan Kebutuhan Lokasi TPS
Analisis aspek teknis bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis
pengelolaan sampah di Kota Denpasar khususnya pada lokasi TPS, analisis
dilakukan dengan cara membandingkan antara kondisi eksisting dengan standar
60
pada SNI dan rencana tata ruang kota Denpasar. Hasil analisis berupa kesesuain
lahan dan kebutuhan ruang TPS yang sesuai dengan fungsi kasawan berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah. Langkah – Langkah dalam analisis teknis ini
meliputi:
1. Menganalisis dan mengevaluasi penempatan TPS berdasarkan fungsi
kawasan perkotaan, analisis dengan metode ini adalah dengan cara
menentukan lokasi TPS berdasarkan jarak dari TPS terhadap sumber
sampah atau jarak dari satu TPS terhadap TPS lainnya.
Mengevaluasi lokasi dan kebutuhan lahan TPS eksisting dilakukan dengan
teknik overlay, teknik overlay ini dapat dilakukan dengan software
(Gambar 4.3). Dengan teknik overlay ini dapat diketahui jarak antara TPS
dengan sumber sampah dan jarak antara satu TPS dengan TPS lainnya.
Gambar 4.3. Ilustrasi Proses Overlay Antara Peta Pola Ruang Dengan PetaSebaran TPS
Untuk mengetahui luas masing – masing TPS, dalam software dilakukan
pendetailan objek dengan merubah skala peta, dengan begitu objek yang
berupa symbol dengan merubah bentuk polygon. Jika objek sudah berubah
menjadi polygon maka software dapat mengolahnya menjadi data numerik
berupa luas area (Gambar 4.4).
61
Gambar 4.4 Ilustrasi Proses Perhitungan Luas TPS
2. Mengevaluasi timbulan sampah di wilayah studi, hal ini dilakukan untuk
membandingkan antara kapasitas TPS dengan sampah yang dihasilkan
oleh penduduk.
3. Mengevaluasi lokasi TPS, hal ini bertujuan untuk mengetahui radius
pelayanan TPS di suatu kawasan. Radius pelayanan TPS sangat
bergantung pada daya tampung TPS tersebut, maka setiap jenis TPS
memiliki radius pelayanan yang berbeda-beda.
4. Mengevaluasi kebutuhan lahan untuk masing-masing jenis TPS, hal ini
terkait dengan kebutuhan lahan yang dibutuhkan untuk menyediakan TPS
di suatu kawasan.
5. Mengevaluasi kebutuhan TPS di suatu kawasan, dilakukan berdasarkan
radius pelayanannya.
1.5.3. Analisis Aspek Lingkungan Terkait Lokasi TPS
Kegiatan pengolahan sampah bagaimanapun juga selalu menimbulkan
potensi untuk mencemari lingkungan karena didalamnya terjadi proses
pengolahan kimia dan biologi, maka analisis aspek lingkungan ini dilakukan agar
mengetahui resiko yang mungkin terjadi akibat adanya kegiatan penampungan
62
sampah di TPS. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif, analisis
kualitatif ini menampilkan matriks antara suatu kegiatan dengan resiko kerusakan
lingkungan yang mungkin akan terjadi.
Matriks dalam analisis kualitatif ini terdiri dari matriks analisis peluang
dan matriks analisis besarnya resiko, matriks analisis peluang digunakan untuk
menilai kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari kegiatan di
TPS. Matriks analisis besarnya resiko digunakan untuk menilai konsekuensi
pengaruhnya terhadap lingkungan, penilaian terhadap resiko tersebut dinyatakan
dengan klasifikasi resiko tinggi, sedang dan resiko rendah. Resiko yang mungkin
muncul dari adanya kegiatan pengolahan sampah di TPS meliputi:
1. Pencemaran air lindi.
2. Bau tidak sedap.
3. Meningkatnya penyakit di warga sekitar TPS.
4. Penurunan jumlah flora
5. Penurunan jumlah fauna.
6. Perubahan tata guna lahan.
7. Menurunnya estetika kota.
Proses akhir analisis ini adalah dengan cara mengkombinasikan bobot
yang ada pada matriks peluang dan matriks besaran resiko, jika hasil dari
kombinasi tersebut menunjukkan resiko rendah dan tidak merusak estetika kota
maka TPS ini dinyatakan aman bagi kelestarian lingkungan. Sebaliknya, jika hasil
pembobotan menunjukkan resiko tinggi, merusak estetika kota dan berpotensi
menimbulkan penyakit maka TPS ini dinyatakan tidak aman bagi kelestarian
63
lingkungan dan keamanan kesehatan manusia, sebaiknya tidak di letakkan dekat
dengan lingkungan tempat manusia beraktivitas. Tabel 4.3 di bawah akan
menampilkan contoh pemberian bobot pada masing – masing resiko yang
mungkin terjadi akibat adanya pembangunan TPS.
Tabel 4.3.
Contoh Penilain Resiko Metode Analisis Kualitatif Penentuan Lokasi TPS
No ResikoNilai
PeluangNilai
BesaranNilai
Resiko1 Pencemaran Air Lindi B 1 T2 Bau Tidak Sedap C 2 S
3Meningkatnya penyakit diwarga sekitar TPS
D 3 R
4 Penurunan Jumlah flora D 3 R5 Penurunan jumlah fauna D 3 R6 Perubahan tata guna lahan B 2 S7 penurunan estetika kota A 1 T
Keterangan :A. Paling berpeluang mencemari 1. Resiko Tinggi T = TinggiB. Berpeluang mencemari 2. Resiko Sedang S = SedangC. Sedang 3. Resiko Rendah R = RendahD. Tidak berpeluang mencemariE. Aman bagi lingkungan
Berdasarkan pembobotan pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pencemaran
air lindi dan penurunan estetika kota menjadi masalah yang sangat serius untuk
ditangani karena beresiko tinggi. Resiko bau tidak sedap dan perubahan tata guna
lahan menjadi prioritas kedua, karena nilai resikonya sedang dalam hal
pencemaran lingkungan. Penilaian resiko rendah tidak berarti sudah aman
sehingga tidak perlu untuk ditangani, meskipun beresiko rendah untuk mencemari
lingkungan tetap harus ditangani. Hal tersebut dilakukan karena dikhawatirkan
64
pada masa yang akan datang akan menjadi masalah yang serius bagi keberlanjutan
lingkungan perkotaan.
Penentuan nilai peluang dan nilai resiko dihitung berdasarkan menggunakan
kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat, instansi pengelola persampahan,
pakar dibidang persampahan dan praktisi bidang lingkungan. Sampel untuk
masyarakat dipilih berdasarkan karakteristik TPS yang ada di masing-masing
fungsi kawasan, TPS yang dimaksud contohnya adalah TPS pada kawasan
perdagangan, TPS pada kawasan permukiman kepadatan rendah, TPS pada
kawasan permukiman padat dan TPS pada kawasan perkantoran.
Penentuan banyaknya sampel dihitung berdasarkan radius pelayanan TPS, artinya
populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat disekitar TPS yang dipilih secara
acak atau random sampling. Dalam random sampling setiap anggota populasi
mempunyai kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel, random di sini bukan berarti serampangan atau secara kebetulan,
akan tetapi juga dipilih dan ditentukan berdasarkan ciri-ciri khusus (Kartono,
1990). Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel menggunakan
rumus Slovin yaitu:
= + 1Keterangan :
n = ukuran sampael
N = ukuran populasi
e = Nilai kritis/batas ketelitian yang diinginkan/derajat kecermatan
65
Evaluasi aspek lingkungan juga memperhatikan keberadaan TPS terhadap estetika
kota, secara teori TPS sebaiknya dekat dengan sumber sampah atau permukiman.
Tetapi hal yang tidak kalah pentingnya adalah kenyamanan hunian di permukiman
tersebut, oleh karena itu TPS yang dibangun hendaknya memenuhi ketentuan
perancangan kota yang baik. Evaluasi TPS berdasarkan konsep perancangan kota
menggunakan analisis tapak, analisis ini merupakan salah satu cara untuk melihat
keterkaitan antara fisik buatan dengan fisik alamiah. Beberapa komponen yang
dievaluasi antara meliputi :
b. Kejelasan lokasi tapak
c. Sirkulasi tapak terhadap kawasan sekitar
d. Kedudukan tapak terhadap sumber suara/kebisingan
e. Kedudukan tapak terhadap arah angin
Berdasarkan komponen-komponen yang ada pada analisis tapak, maka setiap TPS
yang ada di wilayah studi harus memenuhi syarat yang ada pada komponen
analisis tapak (Tabel 4.4). Setiap TPS harus memenuhi syarat tersebut agar dapat
menciptakan lingkungan perkotaan yang baik dan menciptakan kenyamanan bagi
penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan.
Kondisi ideal ditinjau dari tapak kawasan, seharusnya TPS tidak merusak
lingkungan dan tidak mengganggu kenyamanan penduduk. Faktor-faktor yang ada
pada analisis tapak seharusnya dapat terpenuhi seluruhnya , jika ada syarat yang
tidak dapat terpenuhi maka akan disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan.
66
Tabel 4.4.
Kondisi Ideal TPS Terhadap Faktor – faktor Analisis Tapak
FaktorAnalisisTapak
JenisTPS
KejelasanLokasi
SirkulasiKendaraan
SirkulasiPejalanKaki
AnginZona
Kebisingan
TPS TipeTerbuka
√ √ √ √ √
TPS TipaTertutup
√ √ √ √ √
TPS Kontainer √ √ √ √ √
Seluruh jenis TPS harus memiliki kejelasan lokasi yang dipetakan di setiap
kecamatan, kejelasan lokasi TPS ini harus sejalan dengan pola ruang yang ada
dalam RTRW. Seluruh jenis TPS harus memenuhi syarat tidak mengganggu
sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, serta harus mempertimbangkan arah
hembusan angin dan memiliki zona penyangga kebisingan.
1.5.4. Analisis Pendapat Masyarakat Tentang Kriteria Penentuan Lokasi
TPS di Kota Denpasar
Analisis pendapat masyarakat tentang kriteria penentuan lokasi TPS ini
terdiri dari tiga kriteria penentuan lokasi TPS yaitu :
1. Pendapat masyarakat tentang kriteria jarak TPS terhadap timbulan sampah.
Kriteria yang disampaikan kepada responden untuk dipilih adalah :
a. ≤ 250 m b. 251 m s/d 500 m c. 501 m s/d 750 m
d. 751 m s/d 1 km e. > 1 km
67
2. Pendapat masyarakat tentang kriteria jarak TPS terhadap rute
pengangkutan sampah. Kriteria yang disampaikan kepada responden untuk
dipilih adalah :
a. ≤ 50 m b. 51 m s/d 100 m c. 101 m s/d 150 m
3. Kriteria masyarakat tentang kriteria penggunaan lahan lokasi TPS.
a. Tanah kosong b. Sawah, kebun, tegalan c. Hutan, belukar
d. Pemukiman, perumahan e. Perkantoran, perdagangan dan jasa
1.5.5. Analisis Pola Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Persampahan
Khususnya Pada TPS
Proses Analisis Pola Perilaku masyarakat akan diawali dengan penggalian
informasi – informasi tentang bentuk – bentuk dan faktor pembentuk perilaku
dalam mengelola sampah melalui observasi lapangan. Dalam proses observasi,
peneliti melakukan wawancara yang bersifat mendalam untuk memperoleh makna
yang utuh dari sebuah informasi dan mengambil dokumentasi terhadap kondisi
yang terkait dengan informasi berikan oleh informan atau narasumber. Kriteria
informasi dalam penelitian kualitaif adalah informasi yang dapat mengungkap dari
sebuah fenomena.
Metode yang digunakan dalam analisis pola perilaku masyarakat ini adalah
metode deskriptif. Penggunaan metode deskriptif dimaksudkan untuk mendukung
desain penelitian dengan paradigma kualitatif, yaitu kemampuan metode ini dalam
memberikan penggambaran yang jelas, menyeluruh dan utuh terhadap situasi
sosial yang diteliti (Stainback,2003). Sehingga penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif, akan mampu memberikan informasi-informasi yang dapat
68
menggambarkan situasi wilayah studi untuk mencapai tujuan dalam mencari
esensi makna dibalik fenomena kondisi persampahan. Selanjutnya prosedur
penelitian akan dilakukan dengan reduksi data dan kategorisasi untuk memperoleh
gambaran yang lebih terfokus guna mempermudah dalam proses analisis yang
dilakukan dengan model display atau penyajian informasi dalam bentuk bagan
yang menggambarkan pola pengelolaan sampah oleh masyarakat. analisis perilaku
masyarakat ini untuk memberikan gambaran tentang :
Deskripsi bentuk perilaku masyarakat dalam mengelola sampah khusnya
pada TPS.
Deskripsi faktor pembentuk perilaku masyarakat dalam mengelola sampah
khususnya pada TPS.
Setelah mengetahui bentuk dan faktor pembentuk perilaku masyarakat
dalam mengelola sampah akan dianalisis interaksi hubungan bentuk dan faktor
pembentuk perilaku masyarakat dalam mengelola sampah khususya pada TPS.
1.5.6. Analisis Aspek Kelembagaan Pengelola Persampahan
Analisis kelembagaan ini adalah untuk mengevaluasi kinerja dari institusi
yang mengelola persampahan dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Denpasar. Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi faktor
yang menghambat institusi dalam melakukan penanganan sampah di Kota
Denpasar, faktor penghambat tersebut dapat berasal dari internal dan eksternal,
antara lain:
69
a. Faktor penghambat internal meliputi:
Kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pada institusi
pengelola persampahan.
Kurangnya pengawasan terhadap pekerja di lapangan.
Kurangnya pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi institusi.
b. Faktor penghambat eksternal meliputi:
Aturan atau kebijakan yang tidak mendukung program penanganan
sampah di Kota Denpasar.
Terbatasnya aset yang dimiliki oleh institusi.
Data yang digunakan untuk analisis kelembagaan ini menggunakan data primer
yang diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner pada instansi terkait,
wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Informasi yang diperoleh dari
kuisioner akan diberi skor sesuai dengan banyaknya jawaban yang diperoleh
untuk satu jawaban. Jawaban terbanyak akan diolah menjadi variabel-variabel
yang akan menentukan permasalahan utama di dalam institusi yang menangani
persampahan.
1.5.7. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk mengevaluasi perkembangan daerah dan sumber daya manusia
yang ada di daerah. Analisis ini menekankan pada kemampuan aparatur
pemerintah daerah untuk memahami kondisi nyata di wilayahnya, pemahaman
kondisi wilayah sangat penting karena setiap potensi yang ada di wilayah tersebut
dapat menjadi peluang agar wilayah tersebut dapat berkembang.
70
Analisis SWOT ini secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan atau memahami setiap potensi dan
permasalahan yang ada di suatu wilayah. Faktor kekuatan dan kelemahan
merupakan faktor internal sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor
eskternal yang dihadapi oleh organisasi/instansi, hasil dari analisis SWOT ini pada
akhirnya dapat dijadikan bahan pertimbangan para pemangku kepentingan di
daerah untuk mengambil keputusan yang tepat agar daerahnya berkembang sesuai
dengan yang direncanakan.
Selanjutnya Rangkuti (2009) mengemukakan bahwa dalam penyusunan
analisis SWOT ada 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu :
a. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data,
tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasikasian dan pra-analisis.
Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu External Fcator
Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE), dimana EFE yang
meliputi Opportunities dan Threat, sedangkan EFE meliputi Strength dan
Weakness. Berikut ini adalah cara – cara penyusunan matrik External
Factor Evaluation (EFE) :
1. Tentukan faktor – faktor yang menjadi peluang dan acaman dalam
kolom 1.
2. Beri bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Faktor – faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak strategis.
71
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi tempat
penelitian. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya
kecil diberi rating +1). pemberian nilai rating ancaman adalah
kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar ratingnya
adalah 1. sebaliknya jika nilai ancaman sedikit, ratingnya 4.
4. Pemberian bobot dan rating tersebut berdasarkan pada hasil
pengumpulan data berupa studi pustaka, kuisioner, observasi lapangan
dan wawancara.
5. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan pembobotan pada kolom 4, hasilnya
berupa skor pembobotan untuk masing - masing faktor yang nilainya
bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor).
6. Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. nilai total ini
menunjukan bagaimana perusahaan tersebut bereaksi terhadap faktor -
faktor strategis.
Apabila penyusunan analisis faktor - faktor strategis eksternal (peluang
dan ancaman) telah selesai, langkah selanjutnya adalah penyusunan analisis faktor
- faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan). berikut ini adalah cara - cara
penyusunan matrik Internal Factor Evaluation (IFE) :
72
1. Tentukan faktor - faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan lokasi
penelitian.
2. Beri bobot masing - masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan
pengaruh faktor - faktor tersebut terhadap lokasi penelitian (semua
bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing - masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap lokasi penelitian. Faktor
yang bersifat positif (semua faktor yang masuk katergori kekuatan)
diberi nilai mulai dari +1 (poor) sampai dengan +4 (outstanding.
Pemberian nilai rating kelemahan adalah kebalikanya. Misalnya, jika
nilai kelemahanya sangat besar ratingya adalah 1. sebaliknya jika nilai
kelemahanya sedikit ratingnya 4.
4. Pemberian bobot dan rating tersebut berdasarkan pada hasil
pengumpulan data berupa studi pustaka, kuisioner, observasi lapangan
dan wawancara
5. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4, hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing - masing faktor yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor).
6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh skor
pembobotan bagi lokasi penelitian.
73
b. Tahap Analisis
1. Matrik SWOT
Setelah pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan
semua informasi tersebut dalam model perumusan strategi, yaitu
matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik
SWOT adalah alat lanjutan untuk mengembangkan 4 (empat) tipe
pilihan strategi alternatif yaitu SO, WO, ST DAN WT (lihat Tabel
4.4). kunci keberhasilan penggunaan matriks SWOT adalah
mempertemukan faktor kunci internal dan eksternal membentuk satu
strategi.
Tabel 4.5.
Matrik SWOT
Matrik SWOT
Internal Factor Evaluation
Strength (S) :
Tentukan faktor - faktor
kekuatan internal
Weakness (W) :
Tentukan faktor - faktor
kelemahan internal
External Factor
Evaluation
Opportunities (O) :
Tentukan faktor -
faktor eksternal
Identifikasi Strategi SO :
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Identifikasi Strategi WO :
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
Threat (T) :
Tentukan faktor -
faktor ancaman
eksternal
Identifikasi Strategi ST :
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Identifikasi Strategi WT :
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
74
2. Diagram SWOT
Berdasarkan matrik IFE dapat diketahui posisi sumbu X dengan rumus
berikut : X = Total Kekuatan - Total Kelemahan. Berdasarkan matrik
EFE dapat diketahui posisi sumbu Y dengan rumus sebagai berikut :
Y = Total Peluang - Total Ancaman. Berdasarkan matrik IFE dan
EFE tersebut maka dapat diketahui dimana posisi pada sumbu X dan Y
atau (X,Y) berada.
Gambar 4.5. Diagram SWOT
c. Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap pengambilan keputusan adalah menentukan strategi apa yang paling
memungkinkan dalam mengembangkan pengelolaan sampah di Kota
75
Denpasar khususnya pada TPS. Cara menentukannya adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan salah satu dari empat alternatif strategi yang paling
memungkinkan sesuai dengan letak koordinat sumbu X dan Y, yaitu :
a. Strategi SO (Strengths And Opportunities) atau strategi Progresif.
Yaitu strategi yang menggunakan seluruh kekuatan (strength)
untuk memanfaatkan peluang (Opportunities).
b. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities) atau strategi Turn
Around, yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) untuk memanfaatkan peluang (Opportunities).
c. Strategi ST (Strength and Threas) atau strategi Diversifikasi, yaitu
strategi yang untuk menggunakan kekuatan (Strength)yang dimiliki
perusahaan dengan cara menghindari ancaman.
d. Strategi WT (Weaknesses and Threas) atau strategi Defensif, yaitu
strategi yang didasarkan pada kegiatan bersifat defensif dan
ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.