Download - Tinea Kapitis

Transcript
Page 1: Tinea Kapitis

TINEA KAPITIS

PENDAHULUAN

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada

kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan folikel –

folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau dermatofitosis.

Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the scalp dan tinea tonsurans. Di

Amerika Serikat dan wilayah lain di dunia insiden dari tinea kapitis meningkat.

Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung pada letak

anatomi dan etiologi agents. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea kapitis, tinea favosa

(hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea corporis ( ringworm of glabrous skin

), tinea imbrikata ( ringworm hasil infeksi oleh T. concentrikum ), tinea unguium ( ringworm

of the nail ), tinea pedis ( ringworm of the feet ), tinea barbae ( ringworm of the beard ) dan

tinea manum ( ringworm of the hand).

Di klinis tinea kapitis ditemukan berbeda – beda dari dermatofitosis non inflamasi

dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi bersisik yang

eritematous dan kerontokan rambut atau alopesia dan dapat berkembang menjadi inflamasi

yang berat berupa abses yang dalam disebut kerion, ysng mempunyai potensi menjadi

jaringan parut dan menyebabkan alopesia yang menetap. Keadaan penyakit ini tergantung

pada interaksi antara host dan agen penyebab.

DEFINISI

Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata yang

disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton.

ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan Microsporum,

misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii, M. canis,

M. ferrugineum

Page 2: Tinea Kapitis

EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, kejadian penyakit ini tidak lama tercatat oleh badan kesehatan

masyarakat, karena kebenaran insiden tidak di ketahui. Laporan insiden tertinggi ditemui

pada anak usia sekolah di Amerika dan Afrika.

Tinea kapitis terjadi lebih dari 92,5 % dari dermatofitosis pada anak – anak berumur

kurang dari 10 tahun. Penyakit ini jarang pada orang dewasa. Meskipun kejadiannya mungkin

dapat dijumpai pada pasien – pasien tua. Tinea kapitis insidennya tersebar luas di beberapa

daerah perkotaan di Amerika Serikat.

Di dunia internasional tinea kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan di

Amerika Utara, Sentral Amerika dan Amerika Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan

India

Di Asia Tenggara, angka infeksi telah dilaporkan menurun cepat dari 14 % ( rata –

rata dari anak perempuan dan laki – laki ) sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir karena

keadaan sanitasi umum dan hygien perorangan telah membaik. Di Selatan Eropa penyakit ini

jarang.

PATOGENESIS

Penyebab dari tinea kapitis adalah jamur keratinofilik. Menurut Elewski (1996) jamur

penyebab tinea kapitis secara invivo hidup pada keratin yang terbentuk lengkap pada bagian

rambut yang sudah mati. Jamur menyebabkan keratolisis karena adanya enzim keratinase,

walaupun banyak juga jamur penghasil keratinase yang tidak menyebabkan tinea kapitis

(Epidermophyton floccosum dan Trichophyton consentrikum). Penjelasan mengenai

keratolisis masih belum diketahui, sehingga pembuktian keratolisis hanya berdasarkan

pengurangan keratin secara tidak langsung. Rockman (1990) mengemukakan bahwa insiden

tinea kapitis pada anak dan prepubertas terjadi karena menurunnya asam lemak dalam sebum.

Infeksi dimulai dengan invasi dermatofita melalui perifolikuler stratum korneum, hifa

tumbuh ke dalam folikel dan berkembang dengan membentuk rangkaian spora dan berhenti

tiba-tiba pada pertemuan antar sel yang berinti dan yang mempunyai keratin yang tebal. Pada

ujung hifa ditemui Adamson’s Fringe bagian luar intrapilari hifa membelah membentuk

rantai spora ektotrik. Selama pertumbuhan rambut jamur ikut tumbuh kearah batang rambut

yang menyebabkan patahnya rambut dan terjadi alopesia. Hifa tidak ditemukan pda rambut

yang terdapat di atas kulit.4 Jamur ini biasanya menyerang lapisan kulit dan kadang-kadang

mampu menginvasi bagian luar dari kulit, stratum korneum atau bagian tubuh lain yang

mempunyai keratin seperti rambut dan kuku. Dari inokulasi tampak hifa tersebar sentrifugal

Page 3: Tinea Kapitis

di stratum korneum. Jamur kemudian menginvasi keratin yang ada di rambut. Daerah yang

terlibat semakin luas mengikuti pertumbuhan rambut dan tampak di permukaan kulit pada

hari ke-12 - 14. Infeksi menyebabkan rambut rapuh dan pada minggu ke-3 rambut yang rusak

telah jelas terlihat. Infeksi berlangsung selama 8-10 minggu dan menyebar ke dalam stratum

korneum dan pada rambut sekitarnya. Diameter area infeksi ± 3,5-7 cm. Infeksi dapat sembuh

secara alami pada saat pubertas. Akan tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti.

Diduga jumlah kadar asam lemak tersaturasi yang bersifat fungistatik meningkat pada masa

pubertas, dan hal ini yang menyebabkan tinea kapitis jarang pada orang dewasa.

GEJALA KLINIS

Ada tiga bentuk manifestasi klinis :

a) Bentuk Gray patch : lesi inflamasi ringan multipel dan bersisik, rambut mudah putus,

warna rambut menjadi abu-abu, mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi

alopesia.

Gambar 1: Gray patch

b) Bentuk Black Dot ringworm : tampak alopesia dengan titik-titik hitam di tengahnya,

yang terdiri dari batang rambut yang patah tepat pada permukaan kulit atau di bawah

permukaan kulit kepala.

Gambar 2: Bentuk Black Dot ringworm

c) Kerion Selsi : dimulai dengan ruam eritematosa, skuama, papel, disertai rambut yang

putus, dapat disertai peradangan akut berupa indurasi yang mengeluarkan pus,

Page 4: Tinea Kapitis

keadaan ini disebut sebagai kerion selsi. Pada penyembuhan akan menimbulkan

jaringan parut yang menetap

Gambar 3: Kerion Selsi

DIAGNOSIS

Anamnesis

Infeksi dimulai dengan adanya papul kecil yang eritematomatosa disekitar kulit kepala,

alis mata dan bulu mata. Setelah beberapa hari papul eritematosa berubah menjadi pucat dan

keabuabuan, kusam, tidak bercahaya dan rapuh. Rambut bisa menjadi patah beberapa milimeter

dari permukaan kulit kepala. Lesi menyebar berbentuk papul-papul sesuai dengan tipe tinea

kapitis. Keluhan gatal biasanya dirasakan minimal, tapi bisa terus-menerus. Adanya kebotakan di

daerah infeksi.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik kelainan terbatas pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata. Lesi

basah, purulen selain itu terjadi inflamasi dan nodul yang nyeri. Pada keadaan berat dapat terjadi

alopesia dan pembesaran kelenjar getah bening servikal.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis

adalah :

a. Lampu Wood

Pemeriksaan dengan menggunakan lampu wood adakalanya dapat digunakan untuk melihat

jamur. Prosedurnya adalah dengan menyorotkan cahaya di ruangan yang gelap. Fluoresensi

positif pada tinea kapitis yang disebabkan genus Microsporum yang menimbulkan warna

kebiruan atau hijau kebiruan

Page 5: Tinea Kapitis

Gambar 4. Pemeriksaan dengan lampu Wood

b. Kultur

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu dilakukan kultur. Dengan kultur kita bisa

mengetahui jamur atau organisme penyebab tinea kapitis.

Prosedurnya meliputi:

1. Mencabut sedikit rambut atau menusuk lesi yang berisi nanah pada area kepala yang

terkena

2. Selain itu untuk mendapatkan nanah, gosokkan cotton steril pada lesi

3. Kirim spesimen yang didapat ke laboratorium, Hasil labor ini didapatkan setelah 2-3

minggu. Pada umumnya hasil labor dapat mengidentifikasi jenis dari dermatofita

penyebab tinea kapitis. Disamping itu perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut untuk

melihat hasil kultur bakteri. Pembiakan dapat dilakukan pada :

a. Agar Dekstrosa Sabouraud (SDA)

SDA dapat dipakai untuk menumbuhkan jamur akan tetapi dapat juga menumbuhkan

kuman tertentu sehingga ditambahkan antibiotik pada medium ini. Antibiotik yang

digunakan adalah kloramfenikol dan sikloheksimid.

b. Dermatophyte Test Medium (DTM)

DTM merupakan media khusus untuk menumbuhkan jamur dermatofit. Sebagai anti

kuman yaitu gentamisin dan klortetrasiklin sedangkan sikloheksimid sebagai anti

jamur kontaminan. Positif bila adanya perubahan warna dari kuning menjadi merah

karena pengaruh metabolit dermatofit.

c. Pemeriksaan Mikroskop

Seringkali diagnosis tinea kapitis dapat ditegakkan hanya dengan melihat keadaan lesi

pada pasien. Walaupun demikian sebaiknya untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan

pemeriksaan dengan mengambil bahan kerokan dari tempat lesi dan diletakkan di atas slide

Page 6: Tinea Kapitis

dan diteteskan KOH (potassium hidroksi) kemudian dilihat dibawah mikroskop.Dilakukan

dengan mikroskop cahaya, mula-mula dilihat dengan pembesaran 10x10 kemudian

dilanjutkan dengan pembesaran 10x45. Preparat langsung dari kerokan kulit dengan larutan

KOH 10% - 20%, dapat terlihat hifa atau spora dan miselium. Fungsi KOH untuk melarutkan

debris dan lemak, KOH 10% dapat melarutkan debris dan lemak dari kerokan kulit, rambut

dan mukosa, sedangkan KOH 20% merupakan pelarut yang kuat dan biasanya dipakai untuk

spesimen kuku. Pada sedian rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar

(makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam

rambut(endotriks). Kadang-kadang terlihat pula hifa pada sediaan rambut.

Gambar 5. Microsporum canis dilihat dengan menggunakan KOH

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosa dari tinea kapitis, khususnya pada anak – anak memberi kesan eritematous,

tambalan sisik dan alopesia. Rambut rapuh dan tak bercahaya , infiltrat, lesi ulserasi dapat

menjadi tanda. Dermatitis seboroik, psoriasis, lupus erytrematosus, alopesia areata, impetigo,

trikotilomania, pyoderma, folikulitis decalcans dan sifilis sekunder adalah merupakan

pertimbangan diferensial diagnosa. Pemeriksaan dengan KOH setiap bulan menentukan

kepantasan diagnosa jika hal itu sebuah tinea

PENATALAKSANAAN

Pengobatan dermatofitosis mengalami kemajuan sejak tahun 1958. GENTLES (1958)

dan MARTIN (1958) secara terpisah melaporkan, bahwa griseofulvin peroral dapat

menyembuhkan dermatofitosis yang ditimbulkan pada binatang percobaan. Sebelum zaman

Page 7: Tinea Kapitis

griseofulvin pengobatan dermatofitosis hanya dilakukan secara topikal dengan zat – zat

keratolitik dan fungistatik.

Pada masa sekarang dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberian

griseofulvin yang bersifat fungistatik.

Griseofulvin akan terkumpul pada lapisan keratin pada rambut, kuku menimbulkan

resistensi terhadap invansi jamur, namun pengobatan harus berlangsung dalam waktu lama

karena waktu yang dibutuhkan griseofulvin untuk menghasilkan lapisan keratin yang resisten

cukup lama sekitar 4 – 6 minggu. Griseofulvin menimbun keratin berlapis – lapis di rambut

dan kuku, membuat mereka menjadi resisten terhadap invasi jamur. Terapi infeksi keratin

memerlukan waktu yang cukup lama dan kontinu agar dapat digantikan oleh keratin yang

resisten, biasanya 4 – 6 minggu. Pada lesi yang mengalami peradangan, kompres sering

diperlukan untuk membersihkan pus dan sisik-sisik infeksi. Kemajuan terapi di monitor

dengan pemeriksaan klinik yang rutin dengan bantuan lampu wood untuk fluoresensi dari

spesies seperti M. audouinii dan M. canis.

Beberapa anti mikotik terbaru termasuk itraconazol, terbinafine, dan fluconazol, telah

dilaporkan sebagai obat yang efektif dan aman. Pengobatan yang efektif dan aman untuk

tinea kapitis dengan infeksi endotriks spesies termasuk T. tonsurans, itraconazol digunakan

secara teratur regimen denyut dengan kapsul ( 5 mg/.kg/hari selama 1 minggu, 3 denyut

dalam 3 minggu terbagi), dan itraconazol regimen denyut dengan oral solution ( 3 mg/kg/hari

untuk 1 minggu, 3 denyut, ie, dalam 1 minggu perbulan ).

Terbinafine tablet dengan dosis 3 – 6 mg/kg/hari digunakan ± 2 – 4 minggu dan telah

berhasil digunakan untuk T. tonsurans.M. canis relatif resisten untuk jenis obat ini, tetapi obat

ini merupakan terapi yang efektif jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Petunjuk

umum untuk tinea kapitis dengan BB > 40 kg ( 250 mg / hari ), Untuk BB 20 – 40 kg ( 125

mg / hari), Untuk BB 10 – 20 kg ( 62,5 mg / hari ) selama 2 – 4 minggu.

Tablet fluconazol atau suspensi oral ( 3 – 6 mg / kgbb/ hari ) diatur untuk 6 minggu.

Dalam suatu pengobatan lebih dari seminggu ( 6 mg /kg/ hari ) dapat di atur jika indikasi

klinik ditemukan pada saat itu.

Pada infeksi ektotriks ( misalnya M. audouinii, M. canis ), pengobatan dalam jangka yang

lama diharuskan. Meskipun ketoconazol oral dapat di terima sebagai alternatif lain dari

griseofulvin tetapi tidak dapat dipercaya sebagai terapi pilihan karena resiko hepatotoksik dan

biayanya yang mahal.

Page 8: Tinea Kapitis

Oral steroid dapat membantu mengurangi resiko dan meluasnya alopesia yang permanen

pada terapi kerion. Hindari penggunaan kortikosteroid topikal selama terapi infeksi

dermatofitosis.

PROGNOSIS

Penumpahan spora jamur dapat berlangsung beberapa bulan walaupun perawatan

aktif, karena itu, menahan pasien dengan tinea capitis keluar untuk bersekolah adalah tidak

praktis. Penyebab kegagalan pengobatan termasuk reinfeksi, ketidakpekaan relatif dari

organisme, penyerapan obat yang kurang optimal, dan kurangnya kepatuhan dengan program

pengobatan yang relatif lama. T tonsurans dan spesies Microsporum adalah penyebab

tersering pada kasus rekuren. Jika jamur masih dapat diisolasi dari lesi kulit setelah selesai

pengobatan, tetapi tanda-tanda klinis telah membaik, adalah direkomendasikan untuk

melanjutkan rejimen asli selama sebulan lagi.

Page 9: Tinea Kapitis

STATUS PASIEN

POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN – RSUD LANGSA

Identitas Pribadi

Nama : NH

Umur : 6 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Lr. Meutia, Langsa Kota

Pekerjaan : Siswa

Suku : Aceh

No. CM : 0–37–33–28

Tanggal pemeriksaan : 30 Juni 2010

Anamnesa

Keluhan Utama : Rambut patah-patah

Keluhan Tambahan : Gatal pada rambut yang patah

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pasien datang dibawa oleh ibunya dengan keluhan rambut mudah patah dan

tercabut. Pasien juga mengeluhkan gatal pada daerah kulit kepala. Hal ini mulai

dirasakan pasien sejak dua bulan yang lalu. Awalnya hanya berupa ketombe di mana

pasien merasakan kulit kepala terasa tebal. Kemudian kulit kepala terasa gatal dan

rambut menjadi mudah patah dan tercabut sehingga sebagian kepala pasien nampak

botak. Pasien juga mengeluh rasa sakit jika sedang menyisir rambut.

Riwayat Pemakaian Obat:

Pasien sebelumnya dibawa berobat oleh ibunya ke Puskesmas dan diberikan obat

shampo, salap hidrokortison dan beberapa obat pulvis yang tidak diketahui isinya.

Page 10: Tinea Kapitis

Riwayat Penyakit Keluarga:

Abang pasien juga mengalami penyakit yang sama dan muncul pada saat yang sama

dengan pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Disangkal

Pemeriksaan Fisik

Status Dermatologis

Lokasi : Regio Capitis

Pada inspeksi ditemukan adanya rambut yang patah, mudah dicabut dan dijumpai juga

skuama pada kulit kepala.

Pemeriksaan Laboratorium: Tidak dilakukan

Diagnosis Banding:

1. Tinea kapitis

2. Alopesia aerata

3. Dermatitis seboroik

Diagnosis Sementara

Tinea kapitis

Penatalaksanaan

Umum: Menjaga kebersihan kepala, tangan dan tubuh dengan cara selalu mencuci tangan dan

mandi dengan air yang bersih.

Hindari menggaruk tempat lesi.

Khusus: Griseofulvin 150 mg tab 1x1

Mikonazol krim oles pagi dan malam

Antihistamin tablet 2x1

Vitamin C tab

Page 11: Tinea Kapitis

Diskusi

Diagnosis penyakit pada pasien ini dapat ditegakkan melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan gatal pada kulit kepala disertai rasa

sakit ketika menyisir rambut. Melalui inspeksi didapatkan rambut yang patah sebagian dan

ada sebagian dari kulit kepala yang menjadi botak. Ditemukan juga skuama yang tebal pada

kulit kepala yang terlibat.

Penegakan diagnosis penyakit ini dapat dibantu dengan menggunakan pemeriksaan

lampu Wood dan pemeriksaan KOH. Pada pemeriksaan lampu Wood diharapkan akan

terlihat florosensi kuning keemasan pada daerah yang terlibat sedangkan pada pemeriksaan

KOH akan dijumpai adanya pseudohifa. Namun, karena gejala klinis yang khas sudah dapat

diperhatikan pada pasien ini, pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

Griseeofulvin merupakan obat terpilih untuk mengobati penyakit ini. Namun

diperlukan kedisiplinan dalam terapi karena pengobatan dapat memakan waktu yang lama.

Antihistamin diberikan untuk mengurangkan rasa gatal. Garuka dapat menyebabkan

terjadinya ekskoriasi dan mempermudah perpindahan dermatofit dari satu lokasi ke lokasi

yang lain di tubuh. Vitamin C diberikan sebagai antioksidan yang meningkatkan kekebalan

tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.

Penyakit ini sangat mudah ditularkan dari satu individu dengan individu lain lewat

perkongsian peralatan pribadi seperti sisir dan pakaian. Dengan itu, perlu diperhatikan untuk

tidak berkongsi peralatan tersebut agar tidak terjadi penulara dari satu individu yang sudah

terinfeksi ke individu yang lain.

Page 12: Tinea Kapitis

DAFTAR PUSTAKA

Kao GF, 2009. Tinea Capitis. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1091351-overview (Diakses pada 30 Juni 2010)

Nasution MA, 1992. Diagnosis dan Penatalaksanaan Dermatofitosis. Available at http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/35_DiagnosisdanPenatalaksanaanDermatofitosis.pdf/35_DiagnosisdanPenatalaksanaanDermatofitosis.html (Diakses pada 30 Juni 2010)

Siregar RS, 2002. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta


Top Related