Download - Tinea Capitis-Fixed 28-4-13
Tinea Capitis: Nilai prediktif dari Gejala dan Waktu Kesembuhan dengan
Pengobatan Griseofulvin
Sari
Tujuan. Untuk menunjukkan (a) nilai prediktif dari gejala dalam diagnosis tinea
capitis dan (b) tingkat dan waktu kesembuhan dengan pengobatan griseofulvin
berdosis tinggi. Metode. Penelitian ini akan dilakukan dengan melibatkan anak
usia 1 sampai 12 tahun penderita tinea capitis. Anak-anak yang positif menderita
dermatophyte akan mendapatkan obat griseofulvin minum (20-25 mg/kg /hari)
dan sampo topikal selenium sulfida selama 6 minggu. Objek yang diteliti. Tingkat
gejala tinea capitis dan tingkat kesembuhan secara mikologis dan klinis. Hasil.
Nilai Prediktif Positif dari setiap 1, 2, 3, atau 4 gejala dalam perkembangan
dermatophyte positif secara berturut-turut 88%, 82%, 78%, dan 77%. Tingkat
kesembuhan secara mikologis, klinis, dan sembuh total adalah 89%, 66%, dan
49%. Kesimpulan. Pada populasi berisiko tinggi, dimungkinkan untuk
mendiagnosis tinea capitis menggunakan satu atau lebih gejala kardinal. Obat
Griseofulvin minum dalam dosis 20 hingga 25 mg/kg/hari dengan tambahan
keramas selama 6 minggu cukup sukses untuk pengobatan.
Kata kunci: tinea capitis, griseofulvin, kesembuhan mikologis
Tinea capitis adalah infeksi dermatophyte yang banyak terjadi pada anak-
anak ditandai dengan rontoknya rambut dibeberapa bagian kulit kepala. Penyakit
tinea capitis yang diawali dengan gejala terlebih dahulu rata-rata terjadi antara 3%
sampai 8% pada anak-anak yang bersekolah di dalam kota dan yang menyerang
tanpa gejala terlebih dahulu terjadi antara 5% sampai 44%. Menurut sejarahnya,
penyakit ini kebanyakan disebabkan oleh Mikrospora, yang dapat terlihat dengan
menggunakan lampu UV. Selama 40 sampai 50 tahun terakhir, Trichophyton
tonsurans muncul sebagai penyebab utama terhitung >95% dari perkembangan
penyakit ini di Amerika Serikat. Karena spesies Tricohphyton tidak berpendar
pada lampu UV, dokter harus bergantung pada perkembangan jamur, presentasi
*tinea capitis: sjenis jamur yg menyerang kulit kepala, biasanya terjadi pada anak-anak*dermatophyte: infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur (sejenis kurap/kudis)
klinis, atau pengujian menggunakan mikroskop pada rambut-rambut yang rontok
untuk mendiagnosis tinea capitis. Literatur-literatur terbaru telah mendukung
pemanfaatan tanda-tanda dan gejala klinis dalam mengevaluasi tinea capitis, dan
kami berusaha untuk mengkonfirmasi kriteria tersebut dan memperluas
penerapannya.
Griseofulvin menjadi antijamur yang paling banyak digunakan untuk
pengobatan tinea capitis, dan sampai September 2007 menjadi satu-satunya yang
disetujui untuk pengobatan oleh Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan
Amerika. Sebuah ulasan dari Cochrane baru-baru ini menyimpulkan bahwa
pengobatan yang lebih baru menggunakan terbinafine "mungkin mirip dengan
griseofulvin dalam [pengobatan] anak-anak penderita tinea capitis yang
disebabkan oleh spesies T. tonsurans." Lama pengobatan yang lebih singkat
dengan menggunakan terbinafine dapat meningkatkan penggunaannya, tetapi
biaya yang lebih tinggi dan perawatan yang lebih lama masih diteliti. Akademi
Kesehatan Anak-anak Amerika merekomendasikan dosis tunggal harian "10-20
mg/kg/hari microsize griseofulvin (atau 5-10 mg/kg/ hari ultrasize griseofulvin)
selama 4-6 minggu" dengan pilihan pengobatan lebih lanjut selama 2 minggu di
luar ketetapan klinis sebelumnya. Kebutuhan akan pengobatan yang lebih lama
dan dosis yang lebih tinggi dikarenakan pengobatan sebelumnya yang gagal,
dengan lebih dari 39% pasien; banyak dokter menggunakan dosis 20 sampai 25
mg/kg/hari untuk microsize griseofulvin selama 6 sampai 8 minggu berdasarkan
rekomendasi informal dari para ahli. Meskipun dosis yang lebih tinggi ini secara
luas diyakini efektif, hanya ada sedikit data yang menyatakan tingkat kesembuhan
mikologis dan klinis dan durasi terapi yang dibutuhkan.
Tujuan pertama kami dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nilai
prediktif dari gejala tinea capitis pada kasus perkembangan dermatofit positif pada
populasi anak secara umum yang beresiko terserang tinea capitis. Tujuan kedua
kami untuk menentukan tingkat dan waktu kesembuhan mikologis dan klinis
selama 6 minggu pengobatan dengan 20 sampai 25 mg/kg/hari dengan
menggunakan obat griseofulvin minum dan keramas dua kali seminggu dengan
2,5% sampo selenium sulfida.
Metode
Desain Penelitian
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian intervensi prospektif terbuka. Penelitian ini telah disetujui oleh Dewan Riset dari Pusat Kesehatan Universitas Hospitals.
Populasi
Populasi dari penelitian ini meliputi anak-anak usia 1 sampai 12 tahun di Praktek Anak-anak, Rumah Sakit Bayi dan Anak Rainbow dengan diagnosis klinis menderita tinea capitis (kurap/kadas dikulit kepala). Kriteria yang termasuk sebagai berikut: gejala klinis yang cocok dengan tinea capitis, adanya wali yang sah saat kontrol, dan petugas kesehatan yang memberitahukan kepada perawat yang bertugas dalam peneliti. Kriteria yang dilarang adalah sebagai berikut: diketahui sensitive atau alergi terhadap griseofulvin, diketahui memiliki penyakit liver, ginjal, atau diskrasia darah yang dapat mempengaruhi metabolisme griseofulvin, kehamilan, dikenal sebagai imunitas lemah, atau telah menerima zat antijamur lainnya.
Letak
Praktek Anak-anak di Rumah Sakit Bayi dan Anak Rainbow, Cleveland, Ohio,
adalah klinik rawat jalan yang disediakan rumah sakit dan melayani terutama
masyarakat pendatang di perkotaan, dengan penghasilan rendah, penduduk Afrika
Amerika. Petugas medis meliputi penduduk sekitar dan para dokter dan perawat
pendatang.
Intervensi Penelitian
Intervensi penelitian berupa pengobatan selama 6 minggu dengan obat
griseofulvin minum dengan dosis mulai 20 sampai 25 mg/kg/hari, dan sampo
topikal selenium sulfida 2,5% dua kali seminggu untuk semua pasien dengan kulit
kepala yang secara positif terjangkit spesies dermatophyte. Terapi Sampo
dimasukkan karena pengobatan mikologis sebelumnya telah dilakukan dengan
terapi kombinasi, dibandingkan dengan hanya griseofulvin. Para keluarga
penderita diberikan pengertian bahwa sisir, topi, dan handuk seharusnya tidak
digunakan bersama-sama karena karena spora jamur dapat hidup pada benda mati.
Pengkajian dan Pengumpulan Data Penelitian
Petugas kesehatan mengidentifikasi pasien dengan diagnosis klinis
menderita tinea capitis yang kemudian ditangani oleh perawat yang sedang
melakukan penelitian dari Unit Penelitian Farmasi pada Anak-Anak (UPFA)
setelah diberikan izin. Evaluasi klinis dan tanda-tanda dermatophyte dilakukan
pada saat pendaftaran dan pada minggu ke 4, 6, dan 8 (lihat lampiran). Evaluasi
meliputi penilaian gejala, riwayat kesehatan, dan kepatuhan pada proses
pengobatan (minggu ke 4 dan 6). Gejala yang dicatat meliputi (a) kerion, masa
inflamasi pada kulit kepala yang mungkin diikuti mengeringnya kulit, (b)
alopecia, didefinisikan sebagai rambut rusak atau rontok pada kulit kepala, (c)
pruritis pada kulit kepala, didefinisikan sebagai gatal seperti dilaporkan oleh
pasien atau menggaruk secara berlebihan seperti yang dicatat oleh
wali/orangtuanya, (d) lymphadenopathy, didefinisikan penyakit yang berkaitan
dengan kelenjar dikepala yang dapat dirasakan, dan (e) scaling, didefinisikan
sebagai kulit yang mengelupas dari kulit kepala. Spesies dermatophyte dapat
didapatkan dengan menggosokkan sikat gigi secara kuat di daerah kulit kepala
yang terinfeksi. Sampel ditempatkan dalam sebuah Dermapak, dibawa ke Pusat
Pengobatan Mikologi Rumah Sakit dan diproses menggunakan protokol standar.
Pengobatan pada penelitian ini diberikan dengan instruksi tertulis dan lisan
pada saat pendaftaran. Pasien dengan dermatophyte negatif diinstruksikan untuk
menghentikan pengobatan dan kembali ke dokter utama mereka. Pasien dengan
dermatophyte positif terus melanjutkan pengobatan selama 6 minggu dan
diperintahkan untuk kembali pada minggu ke 4, 6, dan 8. Perawat yang sedang
melakukan penelitian diberikan dua nomor telepon dan alamat saat ini, dan
menemui pasien setiap kunjungan penelitian. Jika pasien tidak datang,
keluarganya akan ditelepon 3 kali dan surat dikirim ke rumah. Perjalanan
sepenuhnya diganti dan pengobatan untuk penelitian diberikan secara gratis oleh
UPFA.
Metode Penghitungan
Perekrutan 100 subyek dimaksudkan untuk mendapatkan keakuratan >
95% dalam mendeteksi hubungan signifikan antara kerontokan rambut atau
kelenjar/cairan di kulit kepala dengan perkembangan jamur yang positif,
menggunakan test Fisher dua sisi (α = .05) dan dengan asumsi distribusi hasil
pertumbuhan jamur dan gejala dari penelitian sebelumnya. Diharapkan bahwa
akan ada pengurangan yang besar untuk kemudian menindak lanjuti sekitar 15%
di masing-masing titik waktu.
Karakteristik demografi populasi dalam penelitian ini dijelaskan
menggunakan frekuensi dan persen, dengan median dan rentang untuk variabel
kontinyu nonparametrik.
Nilai prediktif dari gejala klinis. Ada atau tidak adanya gejala klinis
seperti dijelaskan di atas didokumentasikan pada setiap kunjungan, dan
pertumbuhan jamur diklasifikasikan dalam positif atau negatif.
Tabel 1. Gejala tunggal pada saat Pendaftaran: Hubungan dengan Pertumbuhan
Dermatophyte Positif
Singkatan: PPV, nilai prediksi positif, NPV, nilai prediksi negatif.
Tabel 2. Beberapa Gejala pada saat Pendaftaran: Hubungan dengan Pertumbuhan
Dermatophyte Positif
Singkatan: PPV, nilai prediksi positif, NPV, nilai prediksi negatif.
Ini digunakan untuk menghitung sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif,
dan nilai prediktif negatif untuk setiap gejala secara individu, pada gejala
kombinasi spesifik, dan gejala nonspesifik pada saat kunjungan awal, dan untuk
menetapkan pengobatan klinis pada kunjungan berikutnya. Pengobatan klinis
didefinisikan sebagai penyelesaian menyeluruh dari gejala tersebut.
Tingkat kesembuhan dari populasi penelitian. Kami memeriksa tingkat
kesembuhan mikologis (pertumbuhan dermatophyte negatif), kesembuhan klinis
(tidak adanya gejala), dan kesembuhan total (sembuh baik secara mikologis dan
klinis) untuk seluruh kelompok yang diteliti. Karena tidak semua pasien datang
untuk setiap kunjungan, kami menghitung (a) tingkat yang diamati berdasarkan
data untuk semua pasien baik yang datang pada minggu ke-8 kunjungan atau yang
mencapai pertumbuhan negatif (kesembuhan mikologis) atau terbebas dari gejala
diidentifikasi dalam penelitian (kesembuhan klinis), (b) tingkat hipotesis
kesembuhan terbaik dengan menggunakan asumsi bahwa semua pasien yang
hilang untuk ditindak lanjuti mendapatkan pertumbuhan negatif atau bebas dari
gejala, dan (c) tingkat hipotetis kesembuhan terburuk dalam pengobatan dengan
menggunakan asumsi bahwa semua pasien yang hilang untuk ditindak lanjuti
tidak mencapai pertumbuhan negatif atau bebas gejala.
Waktu penyembuhan. Kelompok pasien telah melengkapi data mikologis
dan gejala. Pada setiap titik waktu selama pengobatan, jumlah dan persentase dari
kesembuhan mikologis, klinis, dan total yang diobservasi dari pasien-pasien ini
dilaporkan. Uji McNemar untuk melihat signifikansi perubahan digunakan untuk
membandingkan pertumbuhan positif antara kunjungan berikutnya untuk menguji
apakah ada peningkatan signifikan dalam tingkat kesembuhan yang terus
dilanjutkan selama periode penelitian.
Hasil Penelitian
Sebanyak 99 pasien terdaftar. Usia rata-rata pasien adalah 3,8 tahun
(antara 1,0-10,9 tahun), 48 (48%) adalah laki-laki dan 98 (99%) adalah Afrika
Amerika. Pada saat pendaftaran, 79 pasien (79%) memiliki perkembangan
dermatophyte positif, 19 dari mereka hilang untuk ditindak lanjuti setelah
kunjungan awal dan 19 lainnya melewatkan satu atau lebih kunjungan, sehingga
hanya ada sejumlah 41 pasien dengan data lengkap. 79 pasien dengan
perkembangan dermatophyte positif tidak berbeda secara signifikan antara usia
atau jenis kelamin dari 20 pasien dengan pertumbuhan negatif saat pendaftaran.
41 pasien dengan data yang lengkap tidak berbeda secara signifikan berkaitan
dengan usia atau jenis kelamin dari 38 pasien yang melewatkan satu atau lebih
kunjungan.
Kami menghitung frekuensi, sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediksi
positif dan negatif dari gejala tunggal (Tabel 1) dan kombinasi dari 2 atau lebih
gejala (Tabel 2) untuk pekembangan dermatophyte positif sebelum perawatan.
Kami memeriksa tingkat kesembuhan mikologi, klinis, dan total untuk
seluruh kelompok dalam penelitian. Secara keseluruhan, 26 pasien tidak mencapai
pertumbuhan negatif ataupun memiliki data sampai minggu ke-8, dan dengan
demikian tingkat pengamatan penyembuhan mikologis adalah 47/53 (89%).
Tingkat hipotesis terbaik dari kesembuhan mikologis akan menjadi 73/79 (92%)
dan kemungkinan tingkat hipotesis terburuk akan menjadi 47/79 (60%). Tingkat
kesembuhan klinis yang diamati adalah 29/53 (55%). Tingkat hipotetis terbaik
untuk kesembuhan klinis adalah 61/79 (77%) dan tingkat hipotetis terburuk adalah
29/79 (37%). Yang terakhir, tingkat kesembuhan total, didefinisikan baik sembuh
secara mikologis dan klinis, adalah 26/53 (49%), dengan tingkat hipotesis terbaik
52/79 (66%), dan tingkat hipotesis terburuk 26/79 (33%).
Gambar 1. Waktu penyembuhan.
* P <.05 dibandingkan dengan kunjungan sebelumnya.
Tiga pasien mencapai pertumbuhan negatif (kesembuhan mikologis) tetapi
kemudian memiliki pertumbuhan positif pada minggu ke-8, dan 5 pasien
mencapai kesembuhan klinis tetapi muncul gejala lagi pada minggu ke-8.
Kami kemudian memeriksa waktu kesembuhan mikologis, klinis, dan total
diantara 41 pasien yang memiliki data kunjungan lengkap, seperti disajikan pada
Gambar 1. Ada peningkatan yang signifikan dalam tingkat perkembangan negatif
(P = 0,007) dan kesembuhan klinis (P = .02) dari minggu 4 sampai 6, tapi setelah
pengobatan dihentikan, kenaikan lebih lanjut secara statistik tidak signifikan (P
= .26 dan P = .11, secara berturut-turut). Yang terahir, tingkat kesembuhan total
meningkat secara signifikan baik dari minggu 4 sampai 6 (P = .03) dan dari
minggu 6 sampai 8 (P = .03).
Diskusi
Tinea capitis adalah kondisi yang sering terjadi pada anak, dan orang tua
serta para perawat anak sangat ingin untuk mendapatkan pengobatan bagi anak-
anak yang mungkin terinfeksi karena kekhawatiran dan risiko penularannya. Di
antara 99 anak usia 1 sampai 12 tahun dengan gejala sugestif dari tinea capitis,
kami menemukan perkembangan dermatofit positif pada 79 anak (79%). Nilai
prediktif positif dari setiap gejala dalam perkembangan positif sama baiknya
dengan kombinasi atau beberapa gejala. Kami menemukan bahwa "dunia nyata"
pengobatan griseofulvin dengan dosis 20 sampai 25 mg/kg/hari selama 6 minggu
dikombinasikan dengan sampo topikal selenium sulfida 2,5% dua kali seminggu
itu cukup sukses, menghasilkan angka kesembuhan mikologis sebesar 89%,
tingkat kesembuhan klinis sebanyak 55%, dan angka kesembuhan total 49%.
Kesembuhan mikologis muncul sebelum kesembuhan klinis, dan tingkat
kesembuhan total terus meningkat 2 minggu setelah pengobatan berakhir.
Nilai prediksi positif dari gejala tunggal untuk perkembangan dermatophte
positif yang kami laporkan berdasarkan perbandingan dengan yang dikerjakan
orang lain (rambut rontok [84% vs 80% kami], kulit mengelupas [71% vs 79%
kami], gatal pada kulit kepala [75% vs 77% kami], dan luka [94% vs 84% kami]).
Hubbard menemukan bahwa perkembangan positif secara signifikan berkaitan
dengan jumlah tanda atau gejala: semua anak dengan 4 gejala (kulit mengelupas,
rambut rontok, gatal, dan luka) memiliki perkembangan dermatophyte positif, dan
tidak ada dari 6 anak dengan hanya satu gejala memiliki perkembangan positif.
Sebagai perbandingan, kami menemukan bahwa satu gejala adalah sebagai
prediksi akan sejumlah gejala lainnya, dengan interval kepercayaan hampir
identik sebesar 95% untuk nilai prediktif positif (nilai prediksi positif untuk 1
gejala sebesar 88% [1,0-0,65]; 2 gejala 82% [0,96- 0,68]; 3 gejala 78% [0,92-
0,65]; 4 gejala 77% [0,97-0,56]). Perbedaan dalam penelitian-penelitian ini dapat
dijelaskan dalam 2 faktor. Pertama, penelitian Hubbard mendefinisikan
adenopathy lebih luas dan melaporkan rata-rata yang lebih tinggi (90% vs 25%).
Kedua, kami memasukkan pasien dengan kerion (inflamasi pada kulit kepala),
dermatitis atopik, dan kondisi kulit lainnya yang tidak diikutsertakan dari
penelitian Hubbard. Relatif rendahnya nilai prediksi positif (70%) dari kerion
dimungkinan karena kesulitan pertumbuhan dalam kondisi reaksi inflamasi yang
luas. Dermatitis atopik (eksim) umum terjadi dan menginfeksi 10% sampai 20%
anak usia sekolah; ada kemungkinan bahwa beberapa pasien dengan dermatitis
atopik dengan 1 gejala, tetapi perkembangan dermatofit positif, tanpa gejala untuk
penyakit tinea capitis dan dengan gejala untuk atopik dermatitis dan dengan
demikian terjadi kesalahan klasifikasi. Ini adalah dilema "dunia nyata", yang tidak
mudah diselesaikan.
Tingkat kesembuhan mikologis, klinis, dan total yang dilaporkan di sini
dalam rentang yang dilaporkan untuk pengobatan tinea capitis baik dengan
griseofulvin dan terbinafine. Tingkat kesembuhan mikologis setelah pengobatan
dengan griseofulvin berkisar dari 62% menjadi 96% dan dengan terbinafine
berkisar dari 61% menjadi 86%: perbedaan ini dapat terjadi karena tren sekuler di
daya tahan dermatophyte, dosis, dan lama pengobatan, penggunaan terapi topikal
tambahan dan waktu pengetesan. Ada kemungkinan bahwa angka kesembuhan
total yang dilaporkan di sini akan terus meningkat dengan tindak lanjut yang lebih
panjang lagi. Beberapa penelitian telah meneliti hasil dari pengobatan griseofulvin
pada dosis 20 sampai 25 mg/kg/hari. Dalam beberapa penelitian yang diterbitkan
baru-baru ini, Elewski et al melaporkan bahwa kesembuhan total dan kesembuhan
mikologis secara signifikan lebih baik dalam 6 minggu pengobatan terbinafine
dibandingkan dengan griseofulvin, meskipun kesembuhan klinis sendiri tidak
secara signifikan berbeda antara 2 cara pengobatan tersebut. Sebuah analisis
sekunder tidak menunjukkan efek dari dosis pada hasil pengobatan, tetapi hanya
13,3% (49/434) dari pasien dalam penelitian tersebut telah menerima >20
mg/kg/hari griseofulvin, dan dosis griseofulvin yang lebih tinggi sebagaimana
diatur dalam penelitian ini mungkin setara atau unggul dibandingkan terbinafine.
Tingkat perkembangan dermatophyte positif antara anak-anak dengan
gejala tinea capitis dalam penelitian ini sama dengan di penelitian lain. Meskipun
perkembangan biasanya dianggap sebagai "standar emas" untuk mendiagnosis
tinea capitis, pada kenyataannya sensitivitas yang dilaporkan pada perkembangan
jamur dermatofita mungkin sangat dekat dengan tingkat yang didokumentasikan
dalam studi ini. Elewski et al mempelajari 1.549 anak-anak dengan gejala tinea
capitis yang positif berdasarkan sampel rambut: 17% memiliki perkembangan
dermatophyte negatif secara serempak, menghasilkan sensitivitas terhitung
sebanyak 83% (dibandingkan 79% dalam penelitian ini).
Kami berspekulasi bahwa 20 anak-anak dalam penelitian kami dengan
gejala tinea capitis tetapi memiliki perkembangan negative yang mana
dimungkinkan perkembangan negatif tersebut salah. Untuk mendukung hipotesis
ini, kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam rata-rata setiap
gejala tunggal di antara anak-anak dengan perkembangan negatif dibandingkan
dengan mereka dengan perkembangan positif (rontok rambut 75% vs 75%, secara
berturut-turut, P = 1,0; gatal 85% vs 71 %, P = .26, kulit mengelupas 95% vs 91%,
P = 1,0; inflamasi kulit kepala 30% vs 18%, P = 0,23; luka 20% vs 27%, P =
0,77). Juga sebagai pendukung, 6 (30%) dari 20 anak-anak dengan perkembangan
negatif memiliki kerion, masa inflamasi kulit kepala yang umumnya dianggap
patognomonik (karakteristik dari suatu penyakit) untuk penyakit tinea capitis. Jika
hipotesis ini benar, maka dihitung nilai prediktif positif untuk gejala klinis yang
dilaporkan di sini, meskipun sesuai dengan yang dilaporkan dari penelitian lain,
benar-benar mewakili perkiraan tingkat perkembangan positif. Jika demikian,
maka nilai prediksi positif yang benar dari gejala penyakit tinea capitis akan
menjadi jauh lebih tinggi.
Kelebihan penelitian ini meliputi penggunaan kelompok yang besar
dengan beberapa kriteria eksklusif, perkembangan dari kulit kepala untuk
memverifikasi diagnosis, tindak lanjut, dan cara pengobatan "dunia nyata". Juga,
kita melibatkan anak-anak dengan kondisi kulit yang sebelumnya telah
didiagnosis menderita dermatitis atopik, dan anak-anak dengan kerion, sehingga
hasilnya bisa digeneralisasi untuk populasi yang lebih luas.
Kelemahan penelitian ini meliputi tingginya angka pasien yang gagal
untuk ditindak lanjuti dan kemungkinan akan ketidak patuhan dalam
mengkonsumsi obat, yang akan cenderung mengurangi hasil dan meremehkan
efektivitas pengobatan. Secara keseluruhan, 24 dari 79 pasien dengan
perkembangan positif (30%) tidak kembali pada minggu ke 4, dan 33 (42%) tidak
kembali (masing-masing) pada minggu ke 6 dan 8. Kami berspekulasi tetapi tidak
dapat membuktikan bahwa pasien yang bergejala adalah yang paling mungkin
untuk kembali. Kepatuhan pengobatan tidak diukur secara obyektif, dan keluarga
sering "lupa" untuk membawa botol obat mereka kembali pada setiap kunjungan.
Kepatuhan untuk meminum obat minum harian selama 6 minggu mungkin
rendah, dan ini akan menurunkan tingkat kesembuhan. Ini sangat menantang
untuk melakukan penelitian longitudinal pada penduduk perkotaan dengan
penghasilan rendah; insentif dan kunjungan rumah mungkin dapat meningkatkan
kepatuhan dalam penelitian masa depan. Kelemahan tambahan lainnya dari
penelitian ini adalah bahwa kita tidak mengikuti atau memperlakukan 20 anak
dengan gejala tinea capitis dan perkembangan dermatofit awal negatif. Meskipun
kami berhipotesis bahwa anak-anak itu memiliki penyakit yang benar dan
perkembangan negatif yang salah, itu akan memperkuat kesimpulan penelitian
kami untuk mendokumentasikan peningkatan klinis anak-anak dalam pengobatan.
Dua dari 3 pasien yang dikembalikan dari perkembangan negatif ke positif
setelah pengobatan berakhir tidak memiliki gejala terkait dan mungkin telah
berubah menjadi tanpa gejala awal. Beberapa penelitian telah mengkonfirmasi
adanya penyakit ini dengan tanpa gejala awal, dengan kisaran mulai dari 5% pada
populasi yang berisiko rendah sampai 44% di antara anak-anak perkotaan yang
ada di tempat penitipan. Hubungan antara tanpa gejala awal (perkembangan
positif tanpa gejala) dengan penyakit (perkembangan positif dengan gejala)
sangatlah kompleks, dengan bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak yang
mempunyai tipe jamur yang sama selama periode waktu tertentu cenderung akan
muncul gejala daripada mereka yang memperoleh beberapa tipe jamur. Abdel-
Rahman et al melaporkan dari pusat tempat penitipan bahwa sensitivitas dan
spesifisitas perkembangan dermatofit positif bagi gejala tinea capitis (kulit
mengelupas dan / atau rambut rontok ditambah satu atau lebih "indikator klinis")
adalah 66,1% dan 66,5%, secara berturut-turut.
Meskipun terbinafine telah disetujui untuk pengobatan tinea capitis pada
anak-anak, banyak dokter terus menggunakan griseofulvin karena lebih murah,
memiliki catatan keamanan yang baik, dan pilihan bagi banyak perencanaan
asuransi. Data kami mendukung pengobatan dengan 20 sampai 25 mg/kg/hari
griseofulvin minum ditambah dengan keramas dengan sampo selenium sulfida
2,5% selama minimal 6 minggu sebagai pengobatan yang cukup sukses untuk
anak-anak dengan gejala tinea capitis dan perkembangan dermatofit positif.
Kami juga memberikan bukti bahwa pada populasi berisiko tinggi
sangatlah wajar bagi dokter untuk membuat diagnosis tinea capitis menggunakan
satu atau lebih gejala kardinal tanpa mendapatkan perkembangannya. Penelitian
tambahan diperlukan, tetapi mengingat sensitivitas tak sempurna dari
perkembangan jamur, tampak bahwa gejala tinea capitis mungkin sebenarnya
lebih dapat diandalkan sebagai prediktor penyakit dibandingkan perkembangan
jamur. Perkembangan jamur pada kulit kepala dengan diagnosis tinea capitis
mungkin memerlukan biaya $ 60 sampai $ 100 dan memakan waktu hingga 2
minggu, yang meningkatkan biaya perawatan, penanganan yang tertunda, dan
meningkatkan kemungkinan penyakit menyebar. Jika ada kebingungan dari
diagnosis atau kekambuhan, perkembangan dapat menjadi alat diagnosis yang
tepat. Namun, penggunaan kriteria klinis untuk diagnosis awal pada populasi
perkotaan dengan penghasilan rendah, yang didominasi penduduk Afrika Amerika
seperti didukung dalam penelitian ini.
Lampiran
Protokol Kunjungan Penelitian
Kunjungan 1-Kunjungan awal (Hari 1)
1. Izin pemberitahuan tertulis.
2. Kesesuaian dengan kriteria entri.
3. Riwayat medis yang signifikan meliputi tanggal lahir, riwayat medis masa
lalu/saat ini, obat-obatan masa lalu/saat ini, lama dan jenis infeksi masa
lalu/sekarang, dan informasi rumah tangga.
4. Contoh dari perkembangan dermatophte untuk mengkonfirmasi diagnosis
klinis.
5. Pemeriksaan fisik untuk stigmata dari tinea corporis, eksim, dan psoriasis.
6. Penilaian untuk kriteria klinis seperti yang tercantum di atas. Pruritis kulit
kepala akan secara lisan dilaporkan oleh penderita dan orang tua/wali.
7. Berat penderita diperoleh untuk menghitung dosis griseofulvin.
8. Obat yang diberikan akan dicatat.
9. Obat untuk penelitian dan sampo akan dibagikan kepada penderita.
10. Penyidik akan menginstruksikan subjek dan anggota rumah tangga tentang
kebersihan yang tepat untuk mencegah penyebaran infeksi.
11. Pasien dan wali akan diinformasikan melalui surat bahwa jika perkembangan
awal negative, mereka akan dirujuk kembali ke petugas perawatan primer
mereka dan tidak akan melanjutkan studi.
Kunjungan 2 - Minggu ke-4
1. Berat.
2. Contoh untuk perkembangan dermatofit.
3. Obat penelitian dan sampo ditiadakan.
4. Ujian untuk kriteria klinis seperti yang tercantum di atas. Pruritis kulit kepala
akan dilaporkan secara lisan oleh penderita dan orang tua / wali.
5. Efek samping dicatat.
6. Pelaporan lisan oleh orang tua / wali dalam mematuhi cara pengobatan.
Kunjungan 3-Minggu ke-6
1. Sampel untuk perkembangan dermatofit.
2. Obat penelitian dan sampo pengobatan selesai.
3. Ujian untuk kriteria klinis seperti yang tercantum di atas. Pruritis kulit kepala
akan secara lisan dilaporkan oleh penderita dan orang tua / wali.
4. Efek samping dicatat.
5. Pelaporan lisan oleh orang tua / wali dalam mematuhi aturan pengobatan.
Kunjungan 4-Minggu 8
1. Sampel untuk perkembangan dermatofit.
2. Ujian untuk kriteria klinis seperti yang tercantum di atas. Pruritis kulit kepala
akan secara lisan dilaporkan oleh penderita dan orang tua / wali.
3. Penyelesaian Ringkasan Subyek Penelitian
4. Efek samping dicatat.
Pernyataan
Kami berterima kasih kepada Nancy Isham dan Dr M Ghannoum,
Direktur, baik bagi Pusat Mikologi Medis, University Hospitals, Cleveland.
Terimakasih kepada perawat penelitian Roberta Ksenisch, RN, dan koordinator
penelitian Bonnie Rosolowski, RRT, CCRC, dari Unit Penelitian Farmasi untuk
Anak-Anak (UPFA). Kami menyampaikan terimakasih atas dukungan dari PPRU
melalui Unit Bantuan Penelitian Farmasi untuk Anak-Anak dari Institut Nasional
Kesehatan Anak dan Pengembangan Manusia (HD 31.323-12). Proyek ini tidak
akan mungkin terjadi tanpa dukungan UPFA.
Hak Cipta dari Clinical Pediatrics adalah milik Sage Publications, Inc dan
isinya tidak dapat digandakan atau di-email ke beberapa situs atau diposting ke
laman tanpa izin tertulis pemegang hak cipta. Namun, pengguna dapat mencetak,
men-download, atau meng-email untuk penggunaan individu.