Download - tinea capitis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung
pada letak anatomi dan etiologi agents. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas
tinea kapitis, tinea favosa (hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea
corporis (ringworm of glabrous skin), tinea imbrikata (ringworm hasil infeksi oleh
T. concentrikum), tinea unguium (ringworm of the nail), tinea pedis (ringworm of
the feet), tinea barbae (ringworm of the beard) dan tinea manum (ringworm of the
hand).1
Tinea kapitis adalah salah satu kelainan di sistem dermatologi yang
menyerang rambut. Penyakit ini digolongkan sebagai mikosis superfisialis atau
dermatofitosis dan disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit kepala,
alis dan bulu mata dengan kecenderungan menyerang batang rambut dan akar
folikel rambut. Kelainan ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia, bahkan kadang-kadang ditandai gejala yang lebih berat, yaitu kerion.2
Tinea kapitis telah menjadi masalah serius di Indonesia dan di dunia. Di
dunia, prevalensi tinea kapitis tertinggi terjadi di Afrika, Asia dan Eropa
Tenggara. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat insidennya rendah. Di Amerika
serikat, jumlah penderita tinea kapitis 3-8 % dari populasi anak-anak (Richardson,
2003). Sebuah penelitian di Australia menunjukkan bahwa penduduk etnis Arab
paling sering terkena tinea kapitis (42%), disusul etnis Nuer dan Dinka (22%) dan
Afganistan (14%) (McPherson et al., 2005). Sementara itu, penelitian tinea kapitis
di India didapatkan bahwa terdapat 4,9 % orang dewasa terkena tinea kapitis.3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tinea kapitis?
2. Bagaimana etiologi dari tinea kapitis?
3. Bagaiamana patogenesis dari tinea kapitis ?
4. Bagaimana gejala klinis dari tinea kapitis ?
5. Bagaimana cara mendiagnosa tinea kapitis ?
6. Bagimana penatalaksanaan dari tinea kapitis ?
7. Bagaimana prognosis dari Tinea kapitis ?
1.3 Tujuan
1. Memahami dan mengetahui definisi tinea kapitis
2. Memahami dan mengetahui etiologi dari tinea kapitis
3. Memahami dan mengetahui patogenesis dari tinea kapitis
4. Memahami dan mengetahui gejala klinis dari tinea kapitis
5. Memahami dan mengetahui cara mendiagnosa tinea kapitis
6. Memahami dan mengetahui penatalaksanaan dari tinea kapitis
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
penyakit kulit pada khususnya.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan
oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk
onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis
dan epidermophytosis.1
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan
bulu mata yang disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan
Trichophyton.4
2.2 SINONIM
Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans.1
2.3 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum,misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii,
M. canis, M.ferrugineum. Di Indonesia penyebab terbanyak adalah M. canis dan T.
tonsurans.1
2.3.1 Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.
Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:
Tabel 2.1 Spesies Microsporum
SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)
Microsporum audouinii Anthropophilic
Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)
Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)
Microsporum ferrugineum Anthropophilic
Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)
Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)
Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau
powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin
melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7
hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin
saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon2
2.3.2 Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian
tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi
pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.2
Trichophyton tonsurans dapat menyerang beberapa bagian tubuh manusia
terutama pada bagian kulitkepala dan rambut. Berbentuk pensil dengan ujung-
ujung yang tumpul dan berdinding halus. Tiap-tiap spesies berbeda dalam
morfologi dan pigmentasinya.1
Tricophyton Tonsurans memperbanyak diri dengan membelah, biasanya
banyak juga cepat, dan memungkinkan untuk menghasilkan cabang-cabang yang
pendek. Koloninya biasa dalam bentuk serbuk.1
Tabel 2.2 Spesies Trichophyton
SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)
Ajelloi Geophilic
Concentricum Anthropophilic
Equinum zoophilic (horse)
Erinacei zoophilic (hedgehog)
Flavescens geophilic (feathers)
Gloriae Geophilic
Interdigitale Anthropophilic
Megnini Anthropophilic
Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) / anthropophilic
Phaseoliforme Geophilic
Rubrum Anthropophilic
Schoenleinii Anthropophilic
Simii zoophilic (monkey, fowl)
Soudanense Anthropophilic
Terrestre Geophilic
Tonsurans Anthropophilic
Vanbreuseghemii Geophilic
Verrucosum zoophilic (cattle, horse)
Violaceum Anthropophilic
Yaoundei anthropophilic
2.4 EPIDEMIOLOGI
Tinea kapitis sering mengenai anak – anak berumur antara 4 dan 14 tahun.
Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi
penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus –
kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman – teman atau anggota keluarga.
Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan
seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus – kasus yang disebabkan oleh
Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak kucing.4
Di Amerika Serikat, kejadian penyakit ini tidak lama tercatat oleh badan
kesehatan masyarakat, karena kebenaran insiden tidak di ketahui. Laporan insiden
tertinggi ditemui pada anak usia sekolah di Amerika dan Afrika.2 Tinea kapitis
terjadi lebih dari 92,5 % dari dermatofitosis pada anak – anak berumur kurang
dari 10 tahun. Penyakit ini jarang pada orang dewasa. Meskipun kejadiannya
mungkin dapat dijumpai pada pasien – pasien tua.2 Di dunia internasional tinea
kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan di Amerika Utara, Sentral
Amerika dan Amerika Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India.1 Di
Asia Tenggara, angka infeksi telah dilaporkan menurun cepat dari 14 % ( rata –
rata dari anak perempuan dan laki – laki ) sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir
karena keadaan sanitasi umum dan hygien perorangan telah membaik. Di Selatan
Eropa penyakit ini jarang.1
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah
0,4% (1996-1998), RSCM Jakarta 0,61 -0,87% (1989-1992), manado 2,2-6%
(1990-1996) dan Semarang 0,2%. Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara
tahun 2001-2006 insidennya dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli
Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr.Soetomo antara 0,31% - 1,55%.
Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Graypatch (37,5%). Tipe
Blackdot tidak ditemukan.5
2.5 PATOGENESIS
Infeksi ektotrik ( diluar rambut )
Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang
rambut dan di batang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir
anagen saja. Sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut.
Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut
tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki
daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamson’s
fringe, dan dari sini hifa berpolifrasi dan membagi menjadi atrokonidia yang
mencapai korteks rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-
rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang
menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya atrokonidia ektotrik yang
tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada juga.5
Infeksi Endotrik ( didalam rambut )
Kurang lebih sama dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan
atrokonodia hanya tinggal di dalam batang rambut menggantikan keratin
intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat
rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikular
hilang meninggalkan black dot. Infeksi endotrik juga lebih kronis karena
kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.5
2.6 GEJALA KLINIS
Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas:4
1. Grey patch ringworm.
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak – anak. Penyakit mulai
dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah
rasa gatal. Warna rambut menjadi abu – abu dan tidak berkilat lagi. Rambut
mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset
tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga
dapat terbentuk alopesia setempat.1,4
Tempat – tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat
dalam klinik tidak menunjukkan batas – batas daerah sakit dengan pasti. Pada
pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada
rambut yang sakit melampaui batas – batas grey tersebut. Pada kasus – kasus
tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu diagnosis.
Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii biasanya disertai
tanda peradangan ringan, hanya sekali – sekali dapat terbentuk kerion.4
Gambar 1. Gray patch Ringworm
2. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang
padat disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum
gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila
penyebabnya adalah Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan
jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang
– kadang dapat terbentuk.1
Gambar 2: kerion
3. Black dot ringworm
Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan
Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya
menyerupai kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang
terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang
hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, Ujung
rambut yang patah kalau tumbuh kadang – kadang masuk ke bawah permukaan
kulit.1
Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan
biakan jamur Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih
berat, bila disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton
verrucosum, yang keduanya bersifat zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang
menyebabkan tinea kapitis, walaupun demikian bentuk klinis granuloma, kerion ,
alopesia dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah di tulis.1,4
Gambar 3: Black dot ringworm
4. Favus
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk
cawan (skutula), serta ntibo bau busuk seperti bau tikus “ntib odor”. Rambut di
atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila
menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen.
Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. ntibo. Oleh
karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang
menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-
penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.4
Favus, favosa tinea juga disebut, adalah infeksi dermatophytic inflamasi
kronis biasanya disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang, favus
disebabkan oleh Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophytes var
quinckeanum, atau Microsporum gypseum.Favus biasanya mempengaruhi kulit
kepala rambut tetapi juga dapat menginfeksi kulit berbulu dan kuku.Agen
penyebab mouse favus adalah T mentagrophytes var quinckeanum, juga disebut
Trichophyton quinckeanum, yang dapat menyebabkan favus pada manusia,
meskipun jarang.4
Favus adalah 1 dari 3 pola utama infeksi rambut (ectothrix, endothrix,
favus).Biasanya, rambut tidak seperti yang terinfeksi berat seperti dalam
trichophytosis disebabkan oleh Trichophyton tonsurans.Rambut dapat tumbuh,
dan sering, rambut panjang diamati pada keadaan penyakit.Fitur yang paling
karakteristik adalah pembentukan ruang udara antara hifa dalam rambut yang
terinfeksi.Ruang udara ini (udara terowongan) bentuk sebagai akibat dari otolisis
hifa.Arthroconidia jarang terlihat dalam rambut.Rambut yang terinfeksi seperti
yang biasa disebut favus-jenis rambut. Dalam sera pasien, atibody terhadap jamur
penyebab ditemukan oleh aglutinasi arang dan uji imunodifusi, namun peran yang
tepat dari atibody tidak jelas.1
Menurut berat ringannya penyakit, 3 tahap utama dijelaskan.
Tahap pertama: Hanya eritema kulit kepala terlihat, terutama di sekitar
folikel. Rambut tidak longgar atau rusak.
Tahap kedua: Pembentukan scutula terlihat dengan awal kerontokan rambut.
Tahap Ketiga: Tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit
kepala (setidaknya sepertiga); rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya
jaringan parut. Pembentukan scutula baru di pinggiran plak adalah umum.
Bentuk khas dari scutulum, kerak cangkir berbentuk kuning yang
mengelilingi rambut dan menembus pusat, adalah khas.Scutula membentuk plak
padat, masing-masing terdiri dari miselia dan puing-puing epidermis.Seringkali,
infeksi bakteri sekunder terjadi pada plak.Penghapusan Plak meninggalkan basis
eritematosa lembab.Massa padat kerak kuning mungkin soliter atau banyak, dan
pada pasien yang terkena dampak parah, melibatkan seluruh kulit kepala.Bau
pemalu biasanya hadir.Kulit berbulu mungkin menunjukkan krusta kuning
serupa.1
Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan
papulosquamous di mana scutula khas mungkin jelas.Sebagai sebuah
onikomikosis, favosa tinea menyerupai bentuk-bentuk tinea unguium.5
Gambar 4: Favus
2.7 PENEGAKAN DIAGNOSA
1) Gejala Klinis
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila pada anak-anak dan dewasa
(lebih jarang) dengan kulit kepala berskuama, alopesia, limfadenopatiservikal
posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk
pustul atau abses,Grey patch ringworm, kerion, dissecting cellulitis atau black
dot ringworm.5,12
2) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur Microsporum canis,
Microsporum audouinii dan Microsporum ferrugineum memberikan
fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan pteridin. Jamur
lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresen negatif
artinya warna tetap ungu yaitu Microsporum Gypsiumdan spesies
Trichophyton (kecuali Trichophyton schoenleinii penyebab tinea favosa
memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur
yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.1,4
b. Pemeriksaan sediaan KOH
Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Kasabasah
digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan
rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain
skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya
potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut, folikel rambut
dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang
menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia olehkarena rambut-
rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada
pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu
pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau
tepatdibawah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi
endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium
didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut. 1,4
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua
garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet
(artrospora) pada kelainan kulit lama dan atau sudah diobati. Pada sediaan
rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar
(makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di
dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada
sediaan rambut. 1,4
c. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril
dandigosokkan diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril
dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di
kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur.
Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic
(Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau
Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh
jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh
karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya
berartijamurdematofitpositif.4
2.8 DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding untuk tinea kapitis terdapat dalam beberapa kondisi,
tergantung dari presentasi klinisnya. Dibawah ini tabel untuk mempermudah
memilah diagnosis banding tinea kapitis sesuai dengan gambaran klinisnya.6,7
Tabel 2.3 Diagnosis banding berdasarkan gambaran Klinis.
Gambaran Klinis Diagnosa Banding
Grey patch Ringworm Psoriasis scalp Dermatitis Atopik
- Papul atau plak hipopigmentasi - Plak eritematosa - plak eritematosa
- Plak berskuama
- Bentuk kelainan oval
- Skuama tebal berwarna putih atau perak - Berskuama
- Rambut berwarna abu-abu, dan
mudah patah serta lepas dari
akarnya
- Gatal
- Rambut dapat rontok
- Linkenifikasi
- Keluhan rasa gatal
Blackdots
- Bentuk kelainan oval
- Rambut patah
- Terdapat sisa ujung rambut
yang patah
Alopecia areata
- Bentuk kelainan oval
- Gambaran kulit normal atau sedikit
kemerehan
- Tidak ada keluhan gatal
Trichotilomania
- Bentuk kelainan oval
- Rambut hilang
- Kulit dasar normal
Favus
- Papul eritematosa
- Plak
- Sikatriks
- Krusta berbentuk cawan
(skutula)
- Rambut ada/rontok
Dermatitis Seboroik
- Bayi: cradle cap, krusta tebal, pecah-
pecah, berminyak
- Dewasa: Makula/plak,
eritematosa/kekuningan, terdapat skuama
dan krusta tipis-tebal yang
basah/berminyak
Psoriasis
- Plak eritematosa
- Skuama tebal, berwarna
putih/perak.
- Gatal
- Rambut dapat rontok
Kerion
- Radang luas
Karbunkel
- Nyeri
- Radang luas eritematosa
- abses berisi pus
- Fistul
2.8.1 Alopecia Areata
Alopecia areata adalah keadaan rontoknya rambut yang bersifat rekuren
dan nonscarring. Biasanya bersifat jinak dan asymtomatik tetapi dapat
menimbulkan stress emosi dan psikososial. Gambaran kulit yang ditinggalkan
halus dan sedikit kemerahan. Gambaran daerah yang kehilangan rambut
kebanyakan berbentuk oval. Tidak ada perubahan epidermal yang terjadi dan
berhubungan dengan hilangnya rambut.6
2.8.2 Dermatitis Seboroik
Gambaran klinis pada dermatitis seboroik pada kulit kepala dapat
bervariasi, dari ringan, berskuama halus sampai tersebar, dan tebal. Dermatitis ini
dapat menyebar dari kepala menuju dahi dan dibelakang dapat sampai pada leher
dan bawah telinga pada samping kiri dan kanannya.7 Ruamnya pada bayi usia dua
sampai sepuluh minggu sangat khas yang disebut cradle cap, dengan krusta tebal,
pecah-pecah dan berminyak. Sedangkan pada dewasa dapat berupa makula atau
plak, kemerahan atau kekuningan, terdapat skuama dan krusta tipis sampai tebal
yang kering, basah atau berminyak.8,9
2.8.3 Trichotillomania
Adalah sebuah kelainan kompulsif yang menghasilkan kebotakan dimana
pasien mencabut rambutnya sendiri. Trichotillomania adalah salah satu kelainan
kejiwaan primer yang pencetusnya adalah diri sendiri. Biasanya pasien mengakui
bahwa ia mencabut rambutnya sendiri, yang biasanya dilakukan saat pasien
melakukan aktivitas seperti membaca, menulis, menonton televisi atau
mengendarai mobil. Lesinya biasanya berupa hilangnya rambut dengan dasarnya
berupa kulit normal.9
2.8.4 Psoriasis scalp12
Psoriasi pada kulit kepala adalah kelainan kulit yang menghasilkan
peningkatan, kemerahan dan seringkali patch bersisik. Kelaian ini dapat berupa
multiple patch pada kulit kepala, dapat mengenai seluruh kulit kepala dan dapat
juga menyebar sampai ke dahi, leher bagian belakang dan dibawah telinga.
Penyakit ini tidak menular, seperti halnya tipe psoriasis yang lain penyebab pasti
belum diketahui. Banyak yang percaya bahwa penyakit ini adalah hasil dari
kelainan sistem imun yang menyebabkan bertambah cepatnya waktu pergantian
kulit. Gejala klinis pada penyakit ini adalah adanya plak kemerahan, sisik
berwarna putih/perak, gatal, rontoknya rambut dan kulit kering. Meskipun
psoriasis bukanlah penyebab rontoknya rambut, tetapi intensitas garukan dan
tindakan paksa untuk melepas sisik, dan juga faktor stress dapat menyebabkan
rontoknya rambut.
2.8.5 Karbunkel 13
Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Karbunkel adalah
kumpulan furunkel. Biasanya etiologinya adalah staphylococcus aureus.
Gambaran klinisnya, keluhan pasien biasanya nyeri, kelainan berupa nodul
eritematosa berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat pustul. Kemudian melunak
menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik lalu memecah membentuk
fistel.
2.8.5 Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal, yang umumnya mengenai bayi atau anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
linkenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).10,14
2.9 Terapi
1. Sistemik
Obat antijamur yang menjadi pilihan pertama dalam mengatasi tinea kapitis
secara sistemik adalah Griseofulvin yang bersifat fungisidal dengan dosis 10-
25 mg/kg BB/hari untuk anak-anak dan 500 mg/hari untuk dewasa. Lama
terapi berkisar antara 8-10 minggu tergantung pada organisme penyebab.
Selama terapi, pasien juga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
berlemak tinggi untuk mempercepat tingkat absorbsi obat.10,15
Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu:16
a. Terbinafin
Obat ini bersifat fungisida sehigga dapat diberikan dalam waktu yang lebih
singkat yaitu selama 2-4 minggu. Dosis yang digunakan yaitu 62,5 mg/hari
untuk pasien dengan berat < 20 kg, 125 mg/hari untuk pasien dengan berat
20-40 kg dan 250 mg/hari untuk pasien dengan berat > 40 kg.
b. Ketokonazol
Obat ini dapat diberikan dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari untuk anak-anak
dan 200 mg/hari untuk dewasa. Lama terapi berkisar antara 7-14 hari.
Penggunaan obat ini terutama pada anak-anak dibatasi karena bersifat
hepatotoksik.
c. Flukonazol
Obat ini cukup efektif untuk mengatasi tinea kapitis terutama pada anak-
anak. Dosisnya yaitu 3-5 mg/kg BB/hari selama 4 minggu.
Pada kasus cerion celsi, dapat diberikan obat tambahan berupa kortikosteroid
yaitu prednison dengan dosis 3x5 mg/hari atau prednisolon 3x4 mg/hari untuk
mengurangi terjadinya sikatrik, nyeri dan pembengkakan.
d. Griseofulvin
Pada tahun 1958, Williams dan Marten mendokumentasikan efektivitas
terapi oral dengan griseofulvin pada tinea kapitis , dan penggunaan obat ini telah
secara signifikan mengurangi angka penyakit secara epidemic. Berkat
ditemukannya griseofulvin penggunaan X-ray untuk pembotakan yang telah
digunakan sebelum itu oleh Sabouraud pada awal abad 19 telah mulai
ditinggalkan begitu juga penggunaan thallium asetat. Walau bagaimanapun tinea
kapitis terus berlanjut menjadi penyakit yang biasanya diderita oleh anak-anak
dan biasanya menyentuh 10%-20% dari populasi bila terjadi wabah epidemik.
Sejak akhir tahun 1950, Griseofulvin telah dijadikan gold standart pada tinea
kapitis, meskipun dosis dan durasinya berbeda pada tiap pasien, secara umum
dosis yang digunakan adalah 10-20 mg/kg/hari selama delapan sampai duabelas
minggu. Griseofulvin adalah obat fungistatik dan berfungsi menghambat sintesis
asamnukleid dan mengganggu perkembangbiakan inti sel dalam metaphase yang
akhirnya mencegah pembentukan dinding sel jamur. Griseofulvin pun memiliki
efek anti-inflamasi. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, dan biasanya
direkomendasikan untuk diminum bersamaan dengan makanan berlemak, karena
hal itu akan meningkatkan absorpsi obat dan meningkatkan bioavailabilitasnya.
Durasi dari terapi tergantung dari mikroorganisme penyebabnya (T.Tonsurans
membutuhkan terapi yang lebih lama).
Efek samping obat ini adalah mual dan erupsi eksantematosa pada 8%-
15% kasus, dan obat ini berkontraindikasi pada kehamilan. Beberapa studi telah
membandingkan penggunaan Griseovulfin dengan ketokonazole sebagai terapi
tinea kapitis pada anak-anak dan telah dinyatakan bahwa ketokonazole aman dan
efektif meskipun belum menunjukan kemampuan yang lebih baik daripada
griseovulfin, yang dimana menunjukan efek yang lebih cepat. Griseovulfin aman
dan efektif pada anak selama diberikan pada dosis yang sesuai.4
e. Itrakonazole
Itrakonazole mempunyai aktifitas fungistatik dan fungisidal, meskipun lebih
banyak berfungsi sebagai fungstatik dengan memakan ergosterol pada membran
sel jamur yang akhirnya membuat perubahan permeabilitas membran sel. Dosis
yang direkomendasikan adalah 100 mg/hari selama 4 minggu atau 5 mg/kg/ hari
pada anak-anak, dimana sama efektif dengan griseofulvin dan terbinafine (table
4). Obat ini sangat lipofilik dan keratinofilik dan obat ini bertahan dalam stratum
korneum selama 3 sampai 4 minggu setelah pemberian.4 Obat ini cocok sebagai
pengganti ketokonazol yang mempunyai sifat hepatotoksik terutama bila
diberikan lebih dari 10 hari.
2. Topikal
Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian shampoo desinfektan
antijamur, antara lain yaitu:16
a. Shampoo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5
menit baru dibilas.
b. Shampoo ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggudidiamkan 5
menitbaru dibilas.
c. Shampoo povidon iodine digunakan 2 kali / mingguselama 15 menit.
2.10 Komplikasi
Komplikasi dari tinea kapitis yang dapat terjadi di antaranya:11,17
1. Alopesia sikatrik permanen, akibat jamur yang bersifat merusak rambut dan
struktur di sekitarnya sehingga terjadi kerusakan rambut yang parah.
2. Infeksi berulang, akibat pengobatan yang tidakadekuat.
2.11 Prognosis 18
Jika pengobatan telah lengkap dan penyembuhan telah tercapai, prognosis
umumnya baik.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Tinea kapitis yang disebut juga Ringworm of the scalp and
hair/tinea tonsurans/herpes tonsurans, adalah penyakit dermatofit yang
yang menyerang kulit kepala dan rambut. Penyakit ini ditandai dengan
lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan bila terjadi keadaan klinis
yang berat disebut kerion. Secara klinis tinea kapitis terbagi menjadi tiga
bentukan khas yaitu Grey patch ringworm, kerion dan black dot ringworm.
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus
Trichophyton dan Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T.
mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.
Tinea kapitis kebanyakan menginfeksi anak – anak yang berumur
antara 4 dan 14 tahun. Trichophyton tonsurans menjadi penyebab lebih
dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kepadatan
penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan
seseorang mendapatkan penyakit ini.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan
dengan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung
dengan KOH atau kultur jamur. Pada pemeriksaan mikroskopik akan
terlihat spora di luar rambut atau di dalam rambut.
Secara garis besar pengobatan Tinea kapitis membutuhkan waktu
yang lama dan ketelatenan pasien. Obat-obat yang digunakan yaitu topikal
dan sistemik. Penggunaan topikal saja akan sulit sekali menyembuhkan
penyakit ini, jadi biasanya preparat topikal dikombinasikan dengan
sistemik. Contoh obat topikal seperti shampoo selenium sulfat, dan
ketokonazole sedangkan preparat sistemik dapat berupa griseovulfn,
ketokonazole, terbinafrin dan lain.lain.
Prognosis penyakit ini tergantung keadaan klinis, keparahan, dan
ketelatenan terapi. Terapi yang non adekuat dapat mengakibatkan reaktivasi dari
penyakit ini.