Download - tgs isospol
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 1/17
Sosialisasi dan stratifikasi sosial dalam proses
keperawatan
Di susun oleh :
Dhesy Pranaswati
Dosen pembimbing :
Anya
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ICHSAN MEDICAL CENTRE BINTARO
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
TANGERANG SELATAN
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 2/17
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Hanya untaian kalimat puji dan syukur yang dapat saya panjatkan
kepada Allah SWT tanpa henti. Sebab,karena ma’rurh dan inayah-Nya makalah
tentang sosialisasi dan stratifikasi sosial dalam proses keperawatan dapat
terselesaikan dengan baik.
Selain itu, saya ucapkan terima kasih kepada guru pembimbing yangtelah memberikan pengajarannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
pengetahuan serta menambah wawasan kita terhadap bahan yang akan dikaji
dalam makalah ini. Kritik dan saran sangat saya harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah yang saya susun berikutnya.
Bintaro , 03 Januari 2012
Penyusun
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 3/17
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa dan
mahasiswi dan merupakan tugas isospol.
Di harapkan para mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti tentang
sosialisasi dan stratifikasi sosial dalam proses keperawatan. Sehingga para
mahasisiwa dapat memahami dan menerapkan dalam kehidupan dan tempat
kerja.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk memperluas wawasan agar kita mengetahui tentang sosialisasi dan
stratifikasi sosial dalam proses keperawatan
2. Untuk mengetahui kegunaanya dan bisa menerapkan dalam kehidupan
dan di tempat kerja.
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 4/17
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertain Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau
nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan(role theory ). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan oleh individu.
Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat
berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami
norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk
kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami
norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk
kepribadiannya.
4. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga
masyarakat yang baru.
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam
keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua
proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat
bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi
yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu,
bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagaisosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 5/17
anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5
tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota
keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan
dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi
sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di
dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian
dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi
primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam
masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi . Dalam
proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkandalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang
lama.
Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda.
contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di
kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik
apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah.
Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider denganteman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari
tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut
adalah sebagai berikut.
Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan
militer.
Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-
kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada
pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul
dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya.
Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan adanya proses
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 6/17
soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia
lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai
dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan disukai teman
atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun
hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat
sosialisasi formal dan informal sekaligus.
Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi
partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada
penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah
penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada
kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah,nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan
keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other . Sosialisasi
partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi
imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik.
Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada
interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak
dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other .
Proses sosialisasi
Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang
dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita
diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-
kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang
dialaminya.
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-
peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang
anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari
tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 7/17
terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap
penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma
dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti
(Significant other )
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang
secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan
bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela
keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa
ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other )
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak
hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.
Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan
diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep
Diri (self concept ) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu
yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar
karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anakmembayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia,
selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap
dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau
orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini
belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan
dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang
anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan
bangga dan penuh percaya diri.
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 8/17
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan
berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika
seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak
nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu
kebenarannya.
Agen sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi.
Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa,
dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya
sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi
bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah
anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-
obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama
lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi
karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family ) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara
kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalamsuatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas
(extended family ), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat
saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi
dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak.
Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya,
misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem
keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan
keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan
manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain
dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan
pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah
pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk
kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak
sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain
dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajatdengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 9/17
peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga
mempelajari nilai-nilai keadilan.
Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca,
menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai
kemandirian (independence), prestasi (achievement ), universalisme, dan kekhasan
(specificity ). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya
dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah
harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar,
majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media
sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan
penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya
hidup masyarakat pada umumnya. Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv,
didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari
media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah
mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya
perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga
dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan
lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiritentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak
pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
Faktor-faktor interaksi sosial
1) Imitasi
Imitasi adalah proses social atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui
sikap, penampilan atau gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain.
Contoh :
a. Dalam lingkungan keluargaContohnya : cara berbicara, cara berpakaian
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 10/17
b. Dalam lingkungan masyarakat
Contohnya : Gaya rambut dan pakaian. Faktor-faktor yang mempercepat proses imitasi.
a. media audio visual seperti radio, dan televisi serta media cetak (Koran, majalah).
b. Makin kompleksnya masyarakat dan makin tingginya interaksi social.
2) Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan oleh seorang
individu kepada individu lainnya, sehingga orang yang diberi sugesti melaksanakan apa
yang disugestikannya tanpa berpikir lagi secara kritis dan rasional. Sugesti terbentuk
berasal dari orang-orang yang memiliki wibawa, kekuasaan, maupun pengaruh besar,
dalam lingkungan social. Misalnya ulama, ketua adapt, cendikiawan, sesepuh kampung,
dan sebagainya.
Sugesti akan berlangsung cepat atau lambat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Usia
b. Kemampuan intelektual
c. Keadaan fisikd. Kepribadian
Orang untuk tersugesti diantaranya sebagai berikut :
a. Kurang bersikap kritis
b. Berpendidikan rendah
c. Pemberi sugesti mempunyai otoritas. Contohnya nasihat ulama akan lebih didengar
dan dipatuhi dari pada nasihat tokoh intelektual.
d. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu.
3. Identifikasi
4. Simpati
5. Empati
6. Motivasi
2.2 Pengertian Stratifikasi Sosial
Sistem pembedaaan individu atau kelompok dalam masyarakat, yang
menempatkannya pada kelas-kelas social yang berbeda-beda secara hierarki dan
memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada
suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Setiap individu di dalam masyarakat memiliki
status social yang berbeda-beda. Perbedaan status social ini diawali dengan adanyasikap menghargai hal-hal tertentu, baik yang berupa materi (harta benda) maupun
bukan materi. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap suatu hal akan
menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lain
sehingga setiap orang yang memilikinya akan menjadi upaya untuk menyamankan
kedudukan dan perlakuan terhadap seseorang, dalam kenyataan sehari-hari sangat
sulit atau bahkan tidak mungkin dapat diwujudkan
Pengertian Menurut Pitrim A. Sorokin, sistem stratifikasi social adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat ,
yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah.
Dasar dan inti sistem stratifikasi masyarakat adalah adanya ketiakseimbangan
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 11/17
pembagian hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu-individu atau
kelompok-kelompok dalam suatu sistem social.
Pengertian Menurut Soerjono Soekamto, stratifikasi social adalahpembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda
secara vertical.
Pada umumnya, stratifikasi social didasarkan pada kedudukan yang diperoleh
melalui serangkaian usaha perjuangan berdasarkan kepiawaian seseorang dalam
melangsungkan interaksinya di dalam masyarakat.
Macam-macam Stratifikasi Sosial
Dibedakan menajadi 2, yaitu:
Berdasarkan status yang diperoleh secara alami:
Stratifikasi Berdasarkan Perbedaan Usia (Age Stratification)
Dalam stratifikasi social berdasarkan usia ini, umumnya anggota masyarakat
yang berusia lebih muda mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda dengan
anggota masyarakat yang lebih tua. Pada kelompok masyarakat tertentu, anak tertua
mempunya status lebih tinggi dari pada anak yang lebih kecil atau muda.
Stratifikasi BerdasarkanSenioritasSenioritas menyangkut usia dan jenjangpengalaman akan sesuatu hal kenaikan pangkat atau golongan. Untuk mengisi posisi
tertentu, diutamkan karyawan yanglbih tua atau lebih lama masa kerjanya. Bahkan
sering terjadi seorang yang lebih tua dijadikan ketua atau guru tanpa memandang
kemampuan sesungguhnya yang dimiliki orang tsb.
Stratifikasi Berdasarkan jenis Kelamin
Perbedaan status social pada kebanyakan kelompok masyarakat juga dapat
disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin. Perbedaan status ini sangat dipengaruhi
oleh adat / tradisi, misalkan ajaran mengenai harkat wanita dan pria dalampergaulan sehari-hari, pria selalu disanjung dengan sebutan seorang “pemimpin”,
upah kerja buruh pria lebih tinggi dari upah kerja buruh wanita meskipun dengan
produktivitasnya dan jam kerja yang sama. Stratifikasi Berdasarkan Kekerabatan
Pada umumnya dalam suatu sistem kekerabatan terdapat perbedaan hak dan
kewajiban antara ayah, ibu, anak, serta cucu. Oleh sebab itu, posisi merak secara
hieraki juga akan memiliki status social yang berbeda atau berada pada tingkatan
hak dan kewajiban yang berbeda-beda.
Stratifikasi Berdasarkan Keanggotaan dalam kelompok Tertentu
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 12/17
Stratifikasi ini terjadi dalam kelompok etnik dan ras tertentu, yang berbeda-
beda hak dan kewajibannya. Sehubungan dengan hal diatas, sering kita jumpai suku,
agama, dan warna kulit lainya.
Berdasarkan status yang diperoleh melalui serangkaian usaha.
Stratifikasi Sosial dalam Pendidikan
Orang-orang yang mampu menyelesaikan pendidikan formal sampai jenjang
yang lebih tinggi umumnya memperoleh hak dan kewajiban yang lebih beragam,
sehingga status social yang diperolehnya-pun akan lebih beragam. Sehubungan
dengan itu, jelas bahwa tingakat pendidikan seseorang atau kelompok tertentu aka
membedakan hak dan kewajibannya dengan individu atau kelompok lain, yang pada
akhirnya akan menentukan kelas social yang mereka tempati:
Stratifikasi dalam Bidang Pekerjaan
Stratifikasi ini sangat tampak pada instansi organisasi yang dikelola secara
modern, dimana terdapat kedudukan yang berbeda-beda untuk pekerjaan sejenis.
Misalnya, stratifikasi antara seseorang manajer dengan pelaksana administrasi
(staff), asisten dosen dengan guru besar (professor) di perguruan tinggi, terutama
dengan perwira dalam jenjang kepangkatan militer.
Stratifikasi dalam Bidang Ekonomi
Stratifikasi ini sangat bergantung pada tingkat kesejahteraan masyarakatyang bersangkuta. Kriteria “orang kaya” di kota metropolitan sangat berbeda dengan
“orang kaya” di kota pedesaan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stratifikasi
Kekayaan
Adalah criteria ekonomi, maka orang-orang yang berpenghasilan tinggi atau
besar akan menempati lapisan social yang tinggi pula. Contoh, seorang pengusaha
yang sukses, akan berada pada lapisan kelas atas. Kondisi ini menghasilkan kelassocial yang disebut “the have” dan “the have not” atau orang-orang kaya dan orang-
orang miskin.
Kekuasaan (Power)
Orang-orang yang memperoleh kesempatan menjadi pemimpin, baik melalui
suatu mekanisme pemilihan umun maupun secara turun-temurun (pada Negara
sistem monarki), akan menempati kelas social yang lebih tinggi.
Kehormatan/kebangsawanan
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 13/17
Golongan bangsawan, baik pada masyarakat tradisional maupun pada
masyarakat modern, selalu menduduki kelas social yang lebih tinggi. Biasanya orang
keturunan kelas bangsawan ini akan menjadi orang berada dan menyandang status
social orang tuanya tersebut.
Pendidikan
Pada masyarakat yang mulai berkembang atau masyarakat pra-industri,
pendidikan menjadi suatu amat penting, sehingga orang-orang yang memiliki
pendidikan tinggi secara otomatis akan menempati lapisan social yang tinggi pyula.
Misalnya, kelompok sarjana dinegara manapun mempunyai status social yang lebih
tinggi daripada kelompok yang hanya menyelesaikan jenjang pendidikan menengah
dan kejuruan.
Sifat-sifat Stratifikasi Social
Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi:
Stratifikasi Sosial Terbuka
Di dalam stratifikasi social terbuka (open stratification), kelas-kelas social
tidak bersifat tertutup, artinya seseorang dapat saja masuk ke dalam kelas social
tertentu yang dinginkan ataupun keluar setelah mencapai kelas social yang lebih
tinggi. Seseorang dapat pula dikeluakan apabila tidak sanggup melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kelas social yang disandangnya.
Sistem stratifikasi social pada masyrakat terbuka didorong oleh beberapa factor
sebagai berikut:
Perbedaan ras dan sistem nilai budaya (adapt istiadat)
Perbedaan ini menyangkut warna kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang
etnik.
Pembagian tugas (spesialisasi)
Pembagian tugas yang semakin jelas hamper semua masyarakat
menghasilkan spesialisasi (kekhususan) dalam bidang-bidang tertentu.
Kelangkaan hak dan kewajiban
Apabila pembagian atau alokasi hak dan kewajiban tidak merata, maka akan
terjadi kelangkaan yang menyangkut stratifikasi social di dalam masyarakat.
Stratifikasi Sosial Tertutup
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 14/17
Pada sistem stratifikasi social tertutup (closed stratification), terdapat
pembatasan terhadap kemungkinan pindahnya kedudukan seseorang dari suatu
lapisan ke lapisan social lainnya. Jadi, dalam sisitem stratifikasi social tertutup
bersifat tetap. Satu-satunya jalan supaya berada pada suatu lapisan kelas tertentu
adalah melalui kelahiran. Pada stratifikasi ini, gerak social tidak dapat terjadi karena
seseorang tidak dapat naik, atau bahkan turun ke kelas social lainya. Misalnya,
stratifikasi social yang berlaku pada sisitem kasta dalam agama Hindu di India.
Pada sisitem kasta, kedudukan seseorang sudah ditentukan berdasarkan
kelahiran dan biasanya berlaku turun-temurun. Seseorang yang dilahirkan dengan
kasta tertentu akan sulit untuk berpindah kedudukannya menjadi kasta lain yang
lebih tinggi. Namun, untuk turun kasta dimungkinkan terjadi jika seseorang
melakukan perbuatan tercela atau melanggar adapt sehingga ia diturunkan kastanya
sebagai bentuk hukuman
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar
pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan
anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki
kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akandigolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara
lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan
menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab
orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yangtidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan
kekayaan.
Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas
dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa
pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang
yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 15/17
Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial
masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat
dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh
seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional
seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-
gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya,
sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk
memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah
palsu dan seterusnya.
5/15/2018 tgs isospol - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-isospol 16/17
BAB III PENUTUP
3.1 KesimpulanSosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory ).
Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Sratifikasi sosial adalah sistem pembedaaan individu atau kelompok dalam
masyarakat, yang menempatkannya pada kelas-kelas social yang berbeda-beda
secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pulaantara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya