Download - tgas IDK II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen resiko rumah sakit adalah aktifitas klinik dan administrative yang
dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan
pengurangan resiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, personil,
pengunjung dan istitusi rumah sakit.
Proses Manajemen risiko adalah proses yang dilakukan untuk mengelola
risiko yang melekat pada setiap proses bisnis di setiap bagian dan level dalam
perusahaan baik di tingkat kantor cabang dan kantor pusat sehingga mampu
memberikan jaminan tercapainya tujuan dan mengurangi ketidakpastian yang
melekat pada suatu proses bisnis yang pada akhirnya akan menciptakan
kesempatan atau opportunity secara lebih sistematis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen resiko?
2. Apa upaya yang harus dilakukan dalam melaksanakan manajemen resiko?
3. Apa saja tahapan melakukan manajemen resiko?
4. Apa contoh dari pelaksanaan manajemen resiko?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen resiko.
2. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam melaksanakan
manajemen resiko.
3. Untuk mengetahui tahapan melakukan manajemen resiko.
1
4. Untuk mengetahui contoh dari pelaksanaan manajemen resiko.
1.4 Manfaat
Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa agar lebih memahami
manajemen risiko klinik dan kesehatan pasien rumah sakit. Serta makalah ini
juga bermanfaat untuk kelangsungan proses pembelajaran SGD, sehingga
mahasiswa bisa berkompeten.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian manajemen resiko
Menurut The Joint Commision on Accreditation of Helathcare Organization,
Manajemen Resiko adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh
rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan resiko
terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, personil, pengunjung dan institusi
rumah sakit. Sedangkan menurut American Society for Healthcare Risk
Management, Manajemen Resiko merupakan kegiatan untuk meminimalkan
potensi bahaya kepada pasien, serta menyediakan lingkungan yang aman bagi
pasien, karyawan dan pengunjung. Manajemen Resiko juga ada yang memberi
pengertian merupakan kerangka kerja untuk identifikasi sistematis, penilaian,
mengelola, pengobatan dan pemantauan risiko dengan tujuan untuk mencegah
atau meminimalkan kemungkinan reccurance risiko dan konsekuensi yang terkait
(Liverpool Women’s National Health System Foundation Trust).
2.2 Upaya yang harus dilakukan dalam melaksanakan manajemen resiko
Upaya yang harus dilakukan harus sejalan dengan tujuan organisasi, dimana
organisasi pembelajar dengan salah satu karakteristiknya perbaikan
dan pengembangan berkelanjutan (continual improvement). Untuk upaya
manajemen resiko diperlukan peran aktif dan komitmen top manajemen bersama
pembinaan kemitraan dengan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Upaya
manajemen resiko di Rumah Sakit meliputi kegiatan identifikasi resiko, analisis
resiko, penyusunan prioritas resiko, perencanaan manajemen resiko, pelaksanaan
program manajemen resiko dan monitoring resiko serta juga memperhatikan
mengenai pengelolaan pembiayaan resiko.
3
2.3 Tahapan melakukan manajemen resiko
Tahapan melakukan terdiri dari:
Identifikasi resiko
Identifikasi risiko adalah kegiatan mengidentifikasi semua risiko usaha
yang dihadapi, baik risiko yang bersifat spekulatif maupun risiko yang
sifatnya murni. Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi
risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Segala
informasi yang berkenaan dengan usaha dikumpulkan kemudian
dianalisis, bagian-bagian mana yang sekiranya akan muncul sebagai
penyebab kemungkinan terjadinya suatu kerugian.
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan
berupa mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan.
Analisis resiko
Pada tahap ini diharapkan pihak manajemen perusahaan telah mampu
menemukan bentuk dan format risiko yang dimaksud.
Menempatkan ukuran-ukuran resiko
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan
ukuran atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metodologi
penelitian yang akan digunakan.
Menempatkan alternatif-alternatif
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan telah melakukan
pengolahan data.
4
Menganalisis setiap alternative
Pada tahap ini dimana setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis
dan dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang mungkin
timbul.
Memutuskan satu alternative
Pada tahap ini setelah berbagai alternatif dipaparkan dan dijelaskan
baik dalam bentuk lisan dan tulisan oleh para manajemen perusahaan
maka diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman
secara khusus dan mendalam.
Melaksanakan alternatif yang dipilih
Pada tahap ini setelah alternatif dipilih dan ditegaskan serta dibentuk
tim untuk melaksanakan ini, maka artinya manajer perusahaan sudah
mengeluarkan surat keputusan (SK) yang dilengkapi dengan rincian
biaya.
Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut
Pada tahap ini alternatif yang dipilih telah dilaksanakan dan pihak tim
manajemen beserta para manajer perusahaan.
Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih
Evaluasi dan pengukuran risiko adalah kegiatan untuk menilai bagian-
bagian yang diperkirakan akan menjadi penyebab terjadinya suatu
kerugian. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik
risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih
baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih
sistematis dilakukan untuk ‘mengukur’ risiko tersebut.
5
Pada tahap ini setelah alternatif dilaksanakan dan kontrol dilakukan
maka selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan
kepada pihak manajer perusahaan.
2.4 Contoh pelaksanaan manajemen resiko
Unit rawat inap
Suatu rumah sakit yang telah dilakukan identifikasi, analisis dan
penentuan prioritas resiko ditemukan resiko utama prioritas agar dikelola
adalah pasien jatuh. Setelah hal tersebut diketahui, dilakukan perencanaan
manajemen resiko. Data – data yang dicantumkan dalam diagram pareto
ditemukan bahwa penyebab terbanyak jatuh karena jatuh dari tempat tidur
adalah di ruang rawat inap dewasa. Selanjutnya pada diagram fishbone dan
relasi diketahui bahwa penyebab terjadinya jatuh karena perencanaan
pembelian tempat tidur yang standar untuk ruang rawat yang mengutamakan
patient safety, ini disebabkan manajemen keuangan yang kurang baik dengan
dana yang kurang cukup untuk membeli tempat tidur dengan standar patient
safety. Dari kesimpulan tersebut selanjutnya disusun rencana manajemen
resiko yang bertujuan memperbaiki sebab - sebab jatuh tersebut seperti
perencanaan pembelian tempat tidur yang standard an perapian sistem
manajemen keuangan agar tersedia dana cukup. Target kemudian ditetapkan
dengan angka jatuh dari tempat tidur 0 pasien. Untuk selanjutnya setelah
terlaksana beberapa waktu dilakukan monitoring dengan memperhatikan
jumlah kejadian jatuh dan penerapan rencana manajemen resiko yang telah
disusun sebelumnya. Dan hasil dari monitoring ini menjadi bahan evaluasi
selanjutnya.
Manajemen
Suatu rumah sakit yang telah dilakukan identifikasi, analisis dan
penentuan prioritas resiko ditemukan resiko utama prioritas agar dikelola
6
adalah masalah obat yang sering kehabisan stok. Dilakukan perencanaan
manajemen resiko didapat diagram pareto bahwa stok obat yang paling sering
habis adalah stok obat generik yang digunakan oleh pasien jamkesda. Dari
diagram fishbone dan relasi diketahui penyebab terjadinya hal ini adalah
perencanaan pengadaan obat yang kurang baik serta manajemen pembayaran
jasa medis dan obat jamkesda yang kurang baik memberi dampak
mengganggu cashflow. Dari data – data tersebut dilakukan rencana
pengelolaan resiko untuk perbaikan sistem pengadaan dan upaya perbaikan
sistem pembayaran jamkesda. Untuk selanjutnya setelah terlaksana beberapa
waktu dilakukan monitoring. Dan hasil dari monitoring ini menjadi bahan
evaluasi selanjutnya.
PENGELOLAAN RESIKO
1. Buatlah pengelolaan risiko di unit rawat inap dan manajemen (masing-
masing 3 risiko) kemudian buatlah rencana kerja. Saudara selanjutnya!
2. Unit Rawat Inap
Proses penilaian risiko melalui identifikasi, analisis dan penentuan
prioritas, ditemukan risiko yang dapat terjadi di unit rawat inap, sesuai
urutan prioritasnya meliputi:
a. Pasien Jatuh;
b. Kurang perhatian pada pasien yang dirawat oleh perawat; dan
c. Pemberian dosis obat racik yang tidak tepat dan benar.
Proses pengendalian risiko, dilakukan perencanaan manajemen risiko dengan
suatu rencana kerja yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis risiko yang
menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah kejadian pasien jatuh. Rencana
kerjanya meliputi peningkatan sarana rumah sakit khususnya tempat tidur dan
memprioritaskan upaya perawatan sarana dan prasarana rumah sakit, sebagai
7
contoh memberi pegangan disisi dinding, memberi pagar pembatas dan membuat
selalu lantai yang bersih dan tidak licin. Meningkatkan kesadaran, pengetahuan
dan perilaku seluruh staf rumah sakit tentang pentingnya keselamatan pasien
rumah sakit. Merencanakan dan meng-implementasikan anggaran untuk
perawatan dan pengadaan cleaning service.
Pada tahap akhir, seluruh hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan
dijadikan sebagai dasar perbaikan dalam berbagai hal pada unit rawat inap.
1. Kepuasan pelanggan.
Dalam konsep sistem manajemen mutu dala memberikan pelayanan
jasa rumah sakit harus focus kepada pelanggan.
2. Menurut Saudara, metode apakah yang tepat dalam mengukur kepuasan
pelanggan di Unit Gawat darurat? (Sebutkan alasannya)
Terdapat 4 cara mengukur kepuasan pelanggan:
a. Sistem keluhan dan saran.
Cara pasien menyampaikan keluhan dan saran melalui kotak
saran, kartu komentar, saluran telepon khusus dan lain-lain.
b. Survei kepuasan pelanggan.
Pengukuran kepuasan pelanggan, diantaranya:
Directly reported satisfaction yakni pengukuran langsung
dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada
pasien tentang tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan.
8
Derived dissatisfaction yakni pengukuran yang dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan tentang seberapa
besar harapan dan hasil dari kinerja pelayanan yang telah
dirasakan pasien.
Problem analysis yakni pengukuran kepuasan yang
dilakukan dengan cara meminta responden untuk
menuliskan masalah yang berkaitan dengan pelayanan
yang telah diberikan beserta menuliskan saran-saran
untuk perbaikan dalam pelayanan.
Importance-performance analysis yakni pengukuran
kepuasan yang dilakukan dengan cara meminta
responden untuk merangking berbagai elemen dari
pelayanan yang ditawarkan berdasarkan derajat
pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja
pelayanan masing-masing elemen.
c. Ghost shopping
Cara mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau
bersikap sebagai pasien dengan tujuan untuk melihat kekurangan atau
kelebihan dari pelayanan.
d. Lost customer analysis
Cara pemberi pelayanan menghubungi pelanggan yang
berhenti atau pindah ke tempat pelayanan lain dan memantau angka
kehilangan pelanggan yang menunjukkan kelemahan dalam
memuaskan pelanggan.
9
Metode survei kepuasan pelanggan yang paling tepat
digunakan untuk mengukur kepuasan pasien – pasien (pelanggan) di
IGD. Metode survei kepuasan pelanggan bisa memberikan gambaran
yang baik mengenai tingkat kepuasan serta persepsi pasien mengenai
layanan bahkan variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pasien terhadap layanan – layanan yang ada. Walaupun
demikian ada kelemahan seperti karakteristik pasien di IGD yang
merupakan pasien dengan kondisi gawat darurat dan membutuhkan
pelayanan cepat, yang mana metode ini membutuhkan waktu yang
relatif lama yang dapat menghambat pemberian pelayanan. Begitu
juga kelemahan karena keadaan pasien IGD yang seringkali dalam
keadaan tidak stabil, kesadaran terganggu, atau keadaan mental yang
terganggu sehingga faktor-faktor tersebut menjadi kriteria eksklusi.
Bagaimana melakukan tindakan perbaikan yang berasal dari keluhan
pelanggan?
Tindakan perbaikan yang berasal dari keluhan pelanggan adalah:
1. Identifikasi dan ranking pelanggan
Pelanggan merupakan orang yang memiliki kepuasan atas
pelayanan yang mempengaruhi kemampuan RS untuk mencapai tujuan
organisasi. Pelanggan dapat dibagi menjadi pelanggan eksternal dan
pelanggan internal. Pelanggan eksternal seperti pasien dan pengunjung
lainnya. Sedangkan, pelanggan internal seperti pekerja atau bagian dari
RS yang memiliki kontribusi terhadap organisasi dan bergantung kepada
pelayanan RS untuk melayani pelanggan eksternal.
10
2. Identifikasi harapan pelanggan dan standar profesional
Identifikasi harapan pelanggan dapat dilakukan dengan cara analisis
keluhan pelanggan dan diskusi serta wawancara terarah. Hasil analisis,
diskusi serta wawancara tersebut diharapkan dapat diketahui jelas
masalah dan harapan pelanggan kepada pelayanan RS. Selain berasal dari
harapan pelanggan, adanya standar profesional juga memberi faktor
lainnya yang mempengaruhi kualitas pelayanan.
3. Terjemahkan harapan pelanggan dan standar profesional ke dalam
operasional. Setelah harapan dan standar profesional diketahui, standar
tersebut diterapkan ke dalam standar prosedur operasional RS dan
disosialisasikan agar dapat diterapkan dalam layanan.
Total Quality Management.
Dalam konsep Total Quality Management ada 8 (delapan) prinsip yang
merupakan kunci keberhasilan suatu rumah sakit. Jelaskan secara rinci kelima
prinsip tersebut!
Total Quality Manajemen pada rumah sakit adalah metode untuk
mendorong keterlibatan pimpinan dan seluruh staf medis serta karyawan
rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit secara berkesinambungan. Total Quality Manajemen merupakan
suatu filosofi manajemen yang bertujuan mengintegrasikan seluruh fungsi
organisasi agar terfokus pada pemenuhan kebutuhan serta keinginan
pelanggan dan pencapaian tujuan organisasi.
11
Terdapat 8 elemen TQM:
1. Ethics / etika
2. Integrity / integritas
3. Trust / kepercayaan
4. Training /diklat
5. Teamwork / kerja sama
6. Leadership / kepemimpinan
7. Recognition / akredibilitas
8. Communication / komunikasi
Model Total Quality Manajemen di atas menunjukkan suatu philosophy
bahwa mutu yang diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan,
perencanaan, design, dan peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci
tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.
Ethics, integrity, dan trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan,
keadilan, ketulusan dan memberikan peluang untuk semua orang untuk
ikut serta dalam proses pelaksanaannya. Ethics, integrity, dan trust
berjalan beriringan, tetapi memberikan kontribusi yang berbeda dan
saling melengkapi dalam TQM. Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan
akan menjalankan hal - hal yang dianggap baik oleh perusahaan dan
menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang dianggap buruk.
Integrity termasuk didalamnuya sebagai kejujuran, moralitas, nilai,
keadilan, dan ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan
antara komponen perusahaan terhadap konsumen. Trust, kepercayaan di
12
antara karyawan dan pihak-pihak terkait terhadap perusahaan akan
memperlancar proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan.
2) Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and
leadership.
Dengan dasar yang kuat dengan pilar penyangga akan memberi
kekuatan dalam mencapai “atap“ yang menjadi tujuan TQM, yaitu
recognition. Bricks terdiri atas training yang sangat penting bagi
karyawan untuk meningkatkan produktifitasnya, teamwork yang akan
sangat berpengaruh dalam kecepatan dan cara penyelesaian masalah,
dan leadership, bisa dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM.
3) Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.
Binding Mortar adalah elemen kunci yang melingkupi
keseluruhan model dari TQM. Komunikasi merupakan jembatan yang
menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak
tertuju ke sasaran akan mengakibatkan rubuhnya model TQM. Kesatuan
dari keseluruhan elemen kunci ini disatukan dengan suatu komunikasi
yang tepat, yang tepat sasaran dan tepat ide. Komunikasi yang baik
dalam TQM diperlukan antara seluruh elemen organisasi, supplier, dan
konsumen.
4) Roof adalah recognition.
Recognition menjadi elemen terakhir dari TQM. Diharapkan
elemen ini mampu memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan
karyawan individual. Dengan seseorang memperoleh suatu pengakuan,
akredibilitas, maka secara otomatis akan terjadi perubahan yang luar
biasa dalam kepercayaan diri, self esteem, produktivitas, dan kualitas
kerja yang sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan.
13
Total Quality Manajemen akan dapat terlaksana dengan baik ketika
memperhatikan 5 (lima) prinsip, yang meliputi:
1. Komitmen manajemen atau pimpinan rumah sakit, dilakukan dengan
melaksanakan penyelesaian masalah dengan “Deming Wheel” yaitu
perencanaan (plan), implementasi (do), evaluasi/monitoring (check), dan
tindakan perbaikan (act) melalui tindak lanjut hasil evaluasi,
mengkomunikasikan setiap perubahan maupun perbaikan pada proses
selanjutnya.
2. Keterlibatan seluruh staf medis dan karyawan RS, salah satu poin penting
adalah pelibatan seluruh staf medis dan karyawand dalam proses
manajemen mutu. Hal ini dilakukan dengan pelaksanaan pelatihan atau
pelibatan dalam pelatihan yang berhubungan dengan program
peningkatan mutu RS, pembuatan skema usulan perbaikan bersama
dengan staf dan karyawan, serta pengukuran dan identifikasi berbagai
usulan yang diberikan. Staf dan karyawan dibentuk menjadi tim-tim kerja
yang mengutamakan teamwork dalam memecahkan masalah.
3. Perancangan kebijakan yang berdasarkan fakta, seluruh kebijakan yang
diambil dalam kaitannya dengan manajemen mutu haruslah dibuat
berdasarkan data statistik yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data di lapangan dan menggunakan pendekatan statistik
yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Pengembangan berkelanjutan, dengan memantau serta mengukur seluruh
proses yang telah dilaksanakan secara sistematik, melibatkan berbagai
pihak dan mengembangkan perbaikan-perbaikan juga terus-menerus
dilakukan kepada standar-standar yang telah ada untuk kemudian
diterapkan.
5. Fokus kepada pelanggan, dilakukan kepada pelanggan eksternal maupun
internal. Hal ini dilakukan antara lain dengan menjalin kemitraan dengan
14
supplier sebagai pelanggan internal dan peningkatan perhatian dan
pelayanan kepada seluruh staf medis dan karyawan, bersungguh-sungguh
untuk menerapkan standar mutu dan menjadikan persepsi serta keinginan
pelanggan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu rumah sakit.
Patient safety
Jelaskan Pengertian, Standar, Langkah dan Program menuju
Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit.
Keselamatan pasien adalah bebas, bagi pasien, dari harm, cedera
(penyakit, cedera fisik, psikologis, social, penderitaan, cacat, kematian, dll )
yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial, terkait dengan
pelayanan kesehatan.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien menjadi lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Standar keselamatan pasien terdiri dari :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
15
4. Penggunaan metode –metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah menuju keselamatan pasien di rumah sakit :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
2. Pimpin dan dukung staf anda.
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
4. Kembangkan sistem pelaporan.
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Program menuju keselamatan pasien yang diterbitkan World Alliance
for Patient Safety :
1. Global patient safety challenge
2. Patients for Patient Safety
3. Taxonomy for patient safety
4. Research for patient safety16
5. Solutions for patient safety
6. Reporting and learning
7. Safety inaction
8. Technology for patient safety
9. Care of acutely ill patients
10. Patient safety knowledge at your fingertips
KASUS :
Pasien H.P.P. tiba di rumah sakit dan dilayani di Instalasi Gawat Darurat,
kemudian dikonsulkan ke OBSGIN. Pada saat bersamaan hanya ada seorang
Spesialis ObsGin namun ia sedang melakukan kuretase dan tidak mau menangani
karena akan ke rumahsakit lain untuk menangani pasien lain. Kondisi pasien
memburuk, dikonsulkan ke SpOG lain yang “SEDANG SIBUK VISIT”.
Kemudian pasien dibawa ke ICU untuk mencoba mengatasi syok. Pasien
meninggal di rumah sakit 5 jam kemudian tanpa dutangani oleh Sp.OG.
Pertanyaan :
Pasien siapakah dia? Siapa yang harus bertanggung jawab? Apa yang harus
dilakukan agar kejadian tidak berulang (Gunakan konsep Manajemen Risiko).
Pasien tersebut adalah pasien rumah sakit dan yang bertanggung jawab atas
keadaan pasien adalah direksi apabila belum terdapat sistem yang dapat
memastikan pasien akan mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan dari
personel yang terkait, dalam hal ini dokter praktek umum sebagai dokter jaga di
IGD dan dokter spesialis obsgin sebagai dokter ahli.
17
Sesuai dengan konsep manajemen resiko, yang pertama harus dilakukan
adalah Risk assessment yang mencakup identifikasi resiko, analisis resiko dan
penyusunan prioritas resiko. Pada kasus di atas telah ditentukan bahwa resiko
yang terjadi adalah keterlambatan pelayanan oleh dokter praktek umum sebagai
dokter jaga di IGD dan dokter spesialis obsgin sebagai dokter ahli yang berakibat
pasien meninggal dunia. Jika dibuat suatu diagram fishbone, diagram relasi dan
diagram pohon, akan terlihat bahwa sumber masalah terletak pada manajemen
RS yang kurang baik yaitu dalam manajemen SDM dalam koordinasi dokter
praktek umum yang jaga saat di IGD dengan dokter spesialis sebagai dokter ahli.
Harus ditelaah ulang apakah dokter praktek umum yang di IGD sudah benar
melakukan konsultasi kepada dokter spesialis obsgyn. Selanjutnya perlu ditelaah
apakah RS telah memiliki standar dan peraturan mengenai wewenang seorang
dokter praktek umum untuk menangani pasien yang HPP. Keterlambatan
pelayanan sistem rujukan dari IGD, apakah telah terdapat sistem manajemen
yang baik yang memastikan selalu terdapat dokter praktek umum yang jaga di
IGD dan apakah telah ada standar prosedur operasional yang baku mengenai
pelaporan dan rujukan pasien IGD yang membutuhkan pertolongan oleh dokter
spesialis. Sistem lainnya yang harus ditelaah adalah sistem informasi RS, apakah
mendukung komunikasi yang dibutuhkan antar bagian di RS untuk pelaporan
pasien dari IGD ke dokter spesialis yang dibutuhkan.
Dari hasil analisis di atas kemudian dapat disusun suatu rancangan
manajemen resiko dan rencana kerja, antara lain mencakup standar pelayanan
minimun RS, pembuatan peraturan mengenai koordinasi (konsultasi) antar dokter
jaga di IGD dengan dokter spesialis dan batas kewenangan seorang dokter
praktek umum saat jaga di IGD, pembuatan sistem pelaporan dan rujukan dari
IGD kepada dokter spesialis serta pembenahan sistem informasi RS. Rencana ini
kemudian disosialisasikan ke seluruh staf dan karyawan RS dan diterapkan
sebagai bagian dari pengelolaan resiko.
18
Disusun suatu target yang akan dicapai mengenai resiko pasien mengalami
keterlambatan pelayanan dan kemudian dilakukan monitoring untuk melihat
outcome dari pengelolaan resiko yang telah berjalan setelah jangka waktu
tertentu. Hasil dari monitoring tersebut kemudian digunakan sebagai bahan
evaluasi dan bahan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
31. Kesimpulan
1. Manajemen Resiko adalah aktivitas klinik dan administratif yang
dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan
pengurangan resiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, personil,
pengunjung dan institusi rumah sakit.
2. Dalam melaksanakan manajemen resiko ada beberapa tahap yang harus
ditempuh, yaitu : Identifikasi resiko, Analisis resiko, Menempatkan
ukuran-ukuran resiko, Menempatkan alternatif-alternatif, Menganalisis
19
setiap alternative, Memutuskan satu alternative, Melaksanakan alternatif
yang dipilih, Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut, Mengevaluasi
jalannya alternatif yang dipilih.
32. Saran
Kami merasa pada makalah ini mempunyai banyak kekurangan,
karena kuranganya referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah
ini, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
pada pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Jadikan makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para
mahasiswa berfikir aktif dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
http:// Mumtaz _ Mumtaz _ Mumtaz _ Mumtaz _ Mumtaz .Tahap-tahap
dalam Manajemen Risiko.htm
http://jemmiWeb - HijauSegar - Manajemen Resiko.htm
20