Radiographic Evaluation of Arthritis:
Degenerative Joint Disease and Variations
Jon A. Jacobson, MD,
Gandikota Girish, MD,
Yebin Jiang, MD, PhD dan
Brian J. SABB, DO
Adanya penyempitan celah sendi, penting untuk membedakan inflamasi dari
kondisi degeneratif. Adanya osteophyte, sklerosis pada tulang, dan kista subchondral serta
tidak adanya gambaran inflamasi seperti erosi menunjukkan osteoarthritis. Typical
osteoarthritis melibatkan sendi tertentu pada usia pasien tertentu. Ketika osteoarthritis
melibatkan sendi yang tidak biasa (atypical), terjadi pada usia muda, atau memiliki
penampilan radiografi yang tidak biasa, maka penyebab lain kerusakan tulang rawan harus
dipertimbangkan, seperti deposisi kristal, neuropathic joint, dan hemophilia. Ada beberapa
jenis radang sendi, seperti juvenile chronic arthritis and gout arthritis, mungkin memiliki
penampilan yang bervariasi dibandingkan dengan inflamasi arthritis umum lainnya.
1
Penting:
- Dengan adanya penyempitan celah sendi, adalah penting untuk membedakan
penyebab inflammatory dari degeneratif.
- Osteoarthritis typical melibatkan sendi yang spesifik pada usia pasien tertentu.
- Osteoarthritis atypical yang terjadi pada usia lebih dini, atau dengan gambaran
radiografi yang tidak khas menunjukkan penyebab destruksi tulang rawan
kurang umum lainnya.
- Osteoarthritis atypical dapat disebabkan oleh karena trauma, penyakit deposisi
kristal (CPPD), neuropathic joint, dan hemophilia.
- Juvenile chronic arthritis dan gouty arthritis adalah dua jenis arthritis yang
memiliki penampilan berbeda dari inflamasi arthritis umum lainnya
Radiography umumnya digunakan dalam evaluasi untuk arthritis. Sebuah algoritma
dasar berdasarkan temuan radiografis dapat diikuti untuk mencapai diagnosis final dan
biasanya benar (Gambar 1). Meskipun tidak mungkin untuk mencakup semua bentuk
arthritis dengan variasinya menjadi satu skema, algoritma ini dapat digunakan sebagai
kerangka kerja untuk evaluasi, karena hal ini mencakup paling sering gambaran radiografi
arthritis pada umumnya.
Titik awal dari algoritma ini adalah penyempitan celah sendi. Langkah berikutnya
adalah untuk menentukan apakah proses ini merupakan inflamasi atau degeneratif. Kondisi
inflamasi ditujukkan adanya osteopenia dan pembengkakan jaringan lunak, adanya erosi
tulang yang merupakan temuan khas pada inflamasi. Erosi dini akan muncul sebagai garis
tipis diskontinuitas, putih, subchondral bone plate, umumnya melibatkan tepi sendi
2
Gambar 1. Diagram alur menunjukkan pendekatan untuk evaluasi radiografi radang sendi. Algoritma dimulai dengan penyempitan celah sendi dan pada awalnya menggunakan diferensiasi antara temuan inflamasi dan degeneratif untuk mencapai diagnosis akhir. (Dicetak ulang, dengan izin, dengan referensi 1.)
(Gambar 2). Penyempitan celah sendi simetris juga dapat ada. Sebaliknya, pada penyebab
degeneratif, penyempitan celah sendi ditandai dengan adanya osteophyte, sklerosis tulang;
kista subkondral, atau geodes; penyempitan celah sendi asimetris, dan tidak adanya
gambaran inflamasi seperti erosi tulang (Gambar 3).
Dalam bagian 1 dari ulasan ini (1), inflammatory arthritis yang umum dibicarakan.
Tinjauan ini pertama akan difokuskan pada penyakit sendi degeneratif, termasuk typical
osteoarthritis serta bentuk-bentuk kurang khas daripada osteoarthritis, sebagaimana dapat
dilihat pada trauma, penyakit pengendapan kristal (deposisi kristal), dan hemophilia.
Akhirnya, variasi dari algoritma akan dibahas, termasuk kondisi seperti arthritis kronis
remaja (juvenile chronic arthritis), inflammatory osteoarthritis, dan arthritis gout.
Degenerative Joint Disease
3
Gambar 2. Inflammatory arthritis (Rheumatoid arthritis). Posteroanterior radiograf menunjukkan diskontinuitas korteks tulang, menunjukkan erosi marginal (panah).
Gambar 3. Osteoarthritis. Posteroanterior radiograf menunjukkan penyempitan sendi interphalangeal, sclerosis subchondral, dan pembentukan osteofit (panah).
Sebuah proses degeneratif dicurigai ketika terlihat penyempitan celah sendi,
pembentukan osteophyte, sklerosis tulang, dan kista subchondral dengan tidak adanya
perubahan inflamasi (Gambar 3). Ketika penyakit sendi degeneratif melibatkan artikulasi
sinovial, istilah osteoarthritis atau osteoarthrosis digunakan. Umumnya, penyempitan celah
sendi dari osteoarthritis dikaitkan dengan pembentukan osteophyte, terutama di lutut (2).
Pada sendi pinggul dan lutut, hasil rontgen weight bearing akan meningkatkan deteksi dini
penyempitan celah sendi. Temuan osteophyte marginal biasanya digunakan untuk
mendeteksi osteoarthritis, sedangkan temuan penyempitan celah sendi, sklerosis tulang,
dan kista subchondral digunakan untuk menilai keparahan (2). Adanya celah sendi yang
menyempit, osteophyte menjadi lebih besar, peningkatan sclerosis tulang, dan kista
subkondral, atau geode, formasi dapat dilihat. Ketika osteoarthritis diidentifikasikan pada
radiografi, penting untuk mempertimbangkan sendi mana yang terlibat, usia pasien, dan
penampilan radiografi sebagai langkah berikutnya dalam algoritma.
Typical Osteoarthritis
Osteoarthritis biasanya merupakan akibat dari kerusakan artikular tulang rawan dan
keausan dari microtrauma berulang yang terjadi sepanjang hidup, meskipun faktor genetik,
keturunan, gizi, metabolik, penyakit artikular yang sudah ada sebelumnya, serta faktor
habitus tubuh dapat berkontribusi dalam beberapa kasus. Proses ini cenderung melibatkan
sendi tertentu selama dekade tertentu dari kehidupan seseorang dan sebagian bergantung
pada habitus tubuh pasien dan tingkat aktivitas fisik. Sebagai contoh, salah satu sendi
pertama yang dapat menunjukkan osteoarthritis adalah sendi acromioclavicular, di mana
pembentukan osteophyte minimal dapat dilihat pada dekade ke-4 dari kehidupan dan
sesudahnya, karena tekanan yang terjadi pada sendi (Gambar 4). Tempat lain daripada
typical osteoarthritis adalah sendi carpometacarpal pertama, sering dimulai setelah dekade
ke-5 dari kehidupan, karena sebagian tekanan yang berkaitan dengan penggunaan konstan
jempol atau kelemahan sendi (Gambar 5a) (3). Osteoarthritis juga khas melibatkan sendi
interphalangeal tangan setelah dekade 4 atau 5 dari kehidupan, hal ini berkaitan “tingkat
penggunaan” dan “pengunaan yang berlebihan” (Gambar 5b) (4).
4
5
Gambar 5. Osteoarthritis. (A) Posteroanterior dan (b) radiografi tangan posisi oblique menunjukkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit (a) sendi carpometacarpal pertama (panah) dan (b) sendi interphalangeal dan metakarpofalangealis.
Gambar 4. Osteoarthritis. Radiograf sendi anteroposterior akromioklavikularis menunjukkan penyempitan ruang sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit yang melibatkan sendi acromioclavicular (panah).
Keterlibatan sendi metakarpofalangealis tidak jarang berhubungan dengan
osteoarthritis sendi interphalangeal, meskipun jenis keterlibatan ini biasanya dengan tingkat
keparahan yang lebih rendah. Tidak seperti di sendi yang lebih besar, penyempitan celah
sendi interphalangeal dan metakarpofalangealis pada osteoarthritis mungkin simetris.
Osteoarthritis sendi metatarsophalangeal pertama adalah awal yang umum pada dekade ke-
5 dari kehidupan (Gambar 6) dan mungkin berhubungan dengan deformitas valgus hallux.
Pada orang yang berumur tua, osteoarthritis diidentifikasi melibatkan sendi lutut
dan sendi pinggul, dimulai setelah dekade 4 atau 5 kehidupan (4). Berkenaan dengan sendi
lutut, penyempitan celah sendi biasanya asimetris dan paling sering melibatkan
kompartemen medial sendi femorotibial, mungkin juga kompartemen patellofemoral 6
Gambar 7. Osteoarthritis. Radiograf lutut proyeksi anteroposterior menunjukkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah) dominan melibatkan kompartemen medial.
Gambar 6. Osteoarthritis. Radiograf kaki proyeksi anteroposterior menunjukkan penyempitan celah sendi metatarsophalangeal pertama, sclerosis, dan pembentukan osteofit (panah).
(Gambar 7) (5). Demikian pula, penyempitan celah sendi pinggul adalah asimetris, dengan
migrasi femoral head ke superior lebih umum daripada migrasi medial (Gambar 8) (6).
Dysplasia acetabular yang mendasari dikaitkan dengan migrasi superolateral. Pada early
osteoarthrosis sendi pinggul, a frog leg view sering akan menunjukkan rim atau collar
osteophyte yang mungkin lebih sulit divisualisasikan pada radiograf proyeksi
anteroposterior.
Osteoarthritis yang dijelaskan di atas dapat sedikit bervariasi. Apapun, ketika
osteoarthritis yang teridentifikasikan, maka penting untuk mempertimbangkan sendi mana
yang terlibat, tingkat keparahan perubahan radiografi, distribusi osteoarthritis, dan usia
pasien untuk membuat perbedaan antara typical osteoarthritis dan atypical osteoarthritis.
Atypical Osteoarthritis 7
Gambar 8. Osteoarthritis. (A) anteroposterior dan (b) Radiografi proyeksi Frog leg hip l menunjukkan penyempitan celah sendi aspect superolateral, sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan osteofit (panah) dengan buttressing dari leher femoralis..
Jika temuan radiografi pada osteoarthritis diidentifikasikan, tetapi sendi yang
terlibat tidak umum, tingkat keparahan dari temuan tersebut berlebihan atau tidak biasa,
atau usia pasien yang tidak biasa, maka penyebab kurang umum lainnya untuk kerusakan
tulang rawan dan osteoarthritis harus dipertimbangkan. Kemungkinan penyebab untuk
penampilan yang tidak khas pada osteoarthritis ini termasuk trauma, penyakit kristal
deposisi, neuropathic joint, dan hemophilia. Penyebab lain yang mungkin adalah congenital
dan development anomalies, seperti dysplasia, yang mengganggu biomekanika normal.
Trauma adalah penyebab paling umum untuk atypical osteoarthritis. Hal ini
mungkin merupakan sequela (a) dari peristiwa traumatik sebelumnya yang menyebabkan
kerusakan tulang rawan dan osteoarthritis dipercepat atau (b) cedera berulang yang tidak
biasa dan berlebihan, yang dapat dilihat pada atlet atau mungkin berhubungan dengan
pekerjaan. Misalnya, remote athletic injury mungkin menghasilkan penampilan percepatan
osteoarthrosis pada lutut atau pinggul. Petunjuk untuk diagnosis ini adalah usia pasien yang
relatif muda, keterlibatan sendi yang tidak khas (Gambar 9), ditandai keterlibatan
ekstremitas bawah yang asimetris, atau keparahan yang tidak biasa. Contoh lain dari
atypical osteoarthritis adalah karena tekanan kerja yang berlebihan dan cedera berulang
yang atypical karena usia pasien dan keterlibatan sendi yang tidak biasa, seperti siku.
Penyakit pengendapan kristal kalsium pirofosfat dihidrat (CPPD) dapat
menyebabkan kondrokalsinosis dan kalsifikasi dari sinovium, kapsul sendi, tendon, dan
8
Gambar 9. Atypical osteoarthritis oleh karena trauma. Radiografi pergelangan kaki proyeksi Mortise menunjukkan penyempitan ruang sendi, sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan osteofit (panah).
ligamen. Selain itu, penyakit deposisi kristal (CPPD) dapat menyebabkan arthropathy yang
dapat muncul sebagai atypical osteoarthritis. Meskipun temuan radiografi CPPD muncul
agak mirip dengan osteoarthritis, mereka tidak khas karena distribusi sendi, pembentukan
kista subchondral yang luas, dan berhubungan dengan deposisi kalsium, termasuk
kondrokalsinosis. Sebagai contoh, arthropathy CPPD khas melibatkan sendi radiocarpal
pergelangan tangan dan sendi metakarpofalangealis kedua dan ketiga tangan (Gambar 10)
(6). Kondrokalsinosis dari triangular fibrocartilage sering terjadi, meskipun pengendapan
kalsium di ligamen karpal intrinsik (khususnya pada ligamentum lunotriquetral) dan kapsul
sendi juga dapat terlihat (7). Pada lutut, yang merupakan sendi yang paling sering terkena
penyakit pengendapan kristal (CPPD), perubahan degeneratif yang tidak proporsional
patellofemoral adalah khas (Gambar 11) dan berhubungan dengan kondrokalsinosis, yang
mempengaruhi meniscus fibrocartilage dan tulang rawan hyalin (8). Deposisi kalsium
dalam tendon gastrocnemius adalah temuan lain yang dapat dilihat pada penyakit deposisi
kristal (CPPD) di lutut (Gambar 11) (8). Tempat lain dari kondrokalsinosis meliputi
simfisis pubis dan labrum pinggul (9).
9
Gambar 10. Penyakit deposisi kristal (CPPD) di tangan. Radiografi proyeksi posteroanterior menunjukkan penyempitan sendi metakarpofalangealis kedua dan ketiga, sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan osteofit (kepala panah). Perhatikan kondrokalsinosis dari triangular fibrocartilage (panah), dan osteoarthritis yang parah dari sendi carpometacarpal pertama.
Karena temuan kondrokalsinosis saja tidak spesifik (penyebab lain diantaranya
termasuk hemochromatosis dan hiperparatiroidisme), jika ada temuan bersama dari
arthropathy CPPD, menunjukkan penyakit deposisi kristal (CPPD) sebagai penyebabnya.
Penting untuk mempertimbangkan diagnosis hemochromatosis ketika temuan radiografi
CPPD diidentifikasikan, karena ada tumpang tindih yang substansial dalam temuan
radiografinya. Pada hemochromatosis, keterlibatan yang lebih luas dari sendi kedua sampai
kelima sendi metakarpofalangealis, dan hooklike pada metakarpal os radius atau drooping
osteophyte lebih umum dijumpai (Gambar 12) (9).
Penyebab lain penampilan atypical osteoarthritis mencakup early neuropathic joint.
Dalam situasi ini, hilangnya mekanisme umpan balik dari sensasi dan proprioception 10
Gambar 11. Penyakit deposisi kristal (CPPD) pada lutut. (A) anteroposterior dan (b) radiografi lateral yang menunjukkan kondrokalsinosis melibatkan menisci (panah) dan tulang rawan hyalin, osteoarthritis sendi dominan mengenai patellofemoral (panah lurus), dan pengapuran asal tendon gastrocnemius (panah melengkung).
Gambar 12. Hemochromatosis. Radiograf tangan proyeksi posteroanterior menunjukkan osteoartritis sendi metakarpofalangealis, dengan hooklike osteofit (panah).
Gambar 13. Neuropathic joint. (A) anteroposterior dan (b) radiografi kaki proyeksi lateral yang menunjukkan penyempitan celah sendi, sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan osteofit (panah). Perhatikan kemiringan navicular plantar dan pes planus.
menyebabkan ketidakstabilan sendi dan perubahan degeneratif selama kegiatan sehari-hari.
Sementara temuan karakteristik daripada neuropathic joint --yaitu sclerosis, fragmentasi,
dan subluksasi-- jelas pada tahap lanjut dari proses ini, perubahan awal pada neuropathic
joint akan sering muncul sebagai atypical osteoarthritis (10). Petunjuk utama untuk
diagnosis early neuropathic joint adalah distribusi perubahan radiografi, yang tergantung
pada penyebab neuropati. Misalnya, keterlibatan midfoot adalah khas dengan diabetes
mellitus, dimana terlihat temuan penyempitan celah sendi, sklerosis tulang, dan osteophyte
(Gambar 13). Temuan ini bersamaan dengan temuan kalsifikasi arteri lebih lanjut
menunjukkan diagnosis neuropathic joint, dan berkorelasi dengan riwayat pasien adalah
penting. Penyebab lain dari neuropathic joint termasuk sifilis atau tabes dorsalis
(melibatkan sendi ekstremitas bawah dan tulang belakang) dan syrinx (melibatkan sendi
bahu bilateral).
Perdarahan intraarticular berulang, seperti yang terlihat dengan hemophilia, yang
dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan dan gambaran radiografi atypical osteoarthritis
11
(Gambar 14). Meskipun erosi tulang karena peradangan sinovial sekunder dapat dilihat,
seringkali osteophyte, sklerosis tulang, dan kista subkondral yang paling jelas. Kombinasi
dari erosi tulang dan pembentukan osteophyte menciptakan penampilan yang tidak teratur
pada permukaan artikular. Ketika melihat perubahan-perubahan degeneratif ini, adalah
mungkin distribusi atypical joint dan usia muda yang berlawanan dengan karakteristik
typical osteoarthritis (Gambar 15). Gambaran lain dari hemophilia termasuk kehilangan
celah sendi agak lebih simetris, adanya pembentukan kista subchondral berlebihan, dan
mungkin efusi akibat dari perdarahan. Selain osteopenia, pertumbuhan epifisis berlebih
mungkin terlihat, karena hiperemia kronis pada usia anak (11). Pada lutut, perpanjangan
atau squaring daripada patela dan pelebaran intercondylar notch dapat terlihat (Gambar 14).
Perdarahan berulang dapat menghasilkan kelainan yang meluas dan merusak dikenal
sebagai hemophilia pseudotumor, paling sering melibatkan tulang paha dan pelvis.
Seringkali tumpang tindih antara gambaran radiografi hemophilia dan juvenile chronic
arthritis; namun, keterlibatan lutut, pergelangan kaki, dan siku lebih sering terjadi pada
hemophilia. Korelasi dengan riwayat pasien juga penting dalam diagnosis hemophilia.
Penyebab kurang umum lain untuk gambaran atypical osteoarthritis termasuk
dysplasia epifisis, ochronosis, dan akromegali. Pada dysplasia epifisis, beberapa sendi
12
Gambar 14. Hemofilia. Radiograf lutut proyeksi anteroposterior pada penderita pria berusia 20-tahun menunjukkan penyempitan celah sendi yang agak simetris, sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan osteofit (panah), dengan pelebaran intercondylaris notch (panah). Perhatikan flattening daripada permukaan distal kondilus femoralis.
Gambar 15. Hemofilia. Radiograf kaki proyeksi lateral menunjukkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah).
mungkin akan terlibat, dengan permukaan artikular yang irreguler dan bentuk abnormal
dari epiphyses. Ochronosis, sebuah istilah yang menggambarkan pigmentasi abnormal
dalam gangguan alkaptonuria, berhubungan dengan kalsifikasi multiple disc yang khas.
Pada akromegali, temuan radiografi lainnya termasuk spade-shaped falang distal, pelebaran
dini daripada celah sendi, peningkatan ketebalan daripada tumit, scalloping vertebral
bagian posterior, dan pembesaran mandibula dan sinus.
Variasi Algoritma
Dalam algoritma disajikan sebagai suatu pendekatan terhadap diagnosis arthritis
pada radiografi, penyempitan celah sendi digunakan sebagai titik awal, terutama untuk
menekankan pada perbedaan penting antara inflammatory arthritis dan degeneratif ketika
penyempitan celah sendi terlihat. Namun, ada beberapa kondisi yang tidak tepat masuk ke
dalam algoritma; ini termasuk juvenile chronic arthritis, inflammatory arthritis dengan
osteoarthritis sekunder, erosive atau inflammatory osteoarthritis, gout, dan lupus
eritematosus sistemik. Meskipun tidak dibahas di sini, sinovitis villonodular berpigmen dan
sinovial osteochondromatosis dapat menyebabkan osteoarthritis sekunder dengan erosi
tekanan, terutama jika kondisi ini berlangsung lama dan melibatkan kapasitas joint kecil.
Juvenile Chronic Arthritis
Kategori juvenile chronic arthritis terdiri dari Still disease (atau seronegatif chronic
arthritis), juvenile-onset adult-type rheumatoid arthritis, juvenile-onset ankylosing
spondylitis, psoriatic arthritis, arthritis of inflammatory bowel disease, dan
spondyloarthropathies seronegatif lainnya, serta jenis arthritis lainnya (12). Diskusi ini
terutama akan fokus pada Still disease karena merupakan jenis yang paling umum, sekitar
70% kasus adalah juvenile chronic arthritis.
Still disease memiliki tiga subtipe: pauciarticular, polyarticular, dan sistemik. Yang
paling umum adalah penyakit pauciarticular (60% kasus), yang melibatkan sendi perifer
yang lebih besar seperti lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan dan 13
mempengaruhi 1-4 sendi (13). Subtipe lain termasuk penyakit polyarticular (20% kasus),
umumnya mempengaruhi sendi tangan, pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki, dan
kaki secara bilateral (Gambar 16). Subtipe ketiga, penyakit sistemik (20% kasus) mungkin
atau tidak mungkin terkait dengan arthritis tetapi ditandai dengan demam, limfadenopati,
ruam, hepatosplenomegali, perikarditis, miokarditis, dan anemia.
Gambaran radiografi umum arthritis dari Still disease termasuk pembengkakan
jaringan lunak dan osteopenia, namun ada beberapa perbedaan yang jelas bila
dibandingkan dengan adult rheumatoid arthritis. Perbedaan ini mencakup penyempitan
celah sendi yang terlambat dan perubahan erosif, mungkin periostitis, gangguan
pertumbuhan, dan, fase lanjut, fusi sendi (Gambar 16). Adanya periostitis adalah
disebabkan periosteum yang melekat relatif longgar pada anak-anak dibandingkan dengan
14
Gambar 16. Juvenile Chronic Artrhitis: Still Disease. (A) radiograf tangan proyeksi posteroanterior menunjukkan penyempitan celah sendi dan perubahan inflamasi pada beberapa sendi, dengan pertumbuhan epifisis berlebih dan gangguan pertumbuhan lainnya karena fusi epifisis yang dini. (B) Bilateral radiograf lutut proyeksi anteroposterior menunjukkan uniform penyempitan celah sendi (panah), osteopenia, dan pertumbuhan epifisis berlebih dengan pelebaran interconylaris notch (panah). Perhatikan osteoartritis sekunder.
pada orang dewasa. Gangguan pertumbuhan termasuk pertumbuhan epiphyses berlebih
disebabkan karena hiperemia kronis dan undergrowth tulang karena fusi prematur growth
plate.
Penyempitan celah sendi tanpa Erosi atau Osteophyte
Dalam algoritma disajikan, langkah pertama adalah untuk menentukan apakah ada
erosi atau osteophyte dalam penyempitan celah sendi. Dengan tidak adanya erosi atau
osteophytes, seseorang harus mengandalkan distribusi keterlibatan sendi, karakteristik
penyempitan celah sendi, dan tanda-tanda peradangan sekunder untuk sampai pada
diagnosa yang benar. Misalnya, jika penyempitan celah sendi melibatkan sendi
interphalangeal distal pada pasien 60 tahun tanpa osteopenia periarticular atau
pembengkakan jaringan lunak, maka cenderung early osteoarthritis (Gambar 17). Jika
penyempitan celah sendi lutut tetapi melibatkan sendi simetris dengan osteopenia
periarticular, maka cenderung arthritis inflamasi seperti rheumatoid arthritis (Gambar 18).
Jika penyempitan celah sendi melibatkan satu sendi dengan pembengkakan jaringan lunak
dan osteopenia periarticular, maka dipertimbangkan early septic arthritis.
15
Gambar 17. Early osteoarthritis. Radiograf proyeksi posteroanterior dari jari menunjukkan penyempitan celah sendi proksimal dan distal interphalangeal dengan subchondral sclerosis minimal dan osteofit relatif sedikit.
Arthritis Inflamasi dengan Osteoarthritis Sekunder
Seorang pasien dengan arthritis kronis dan mungkin diobati sebagai arthritis
inflamasi kronis dapat berkembang menjadi osteoarthritis sekunder. Penilaian
menggunakan algoritma yang disajikan akan menjadi sulit dalam situasi ini, karena
kombinasi erosi dan osteophyte mungkin ada yang melibatkan sendi yang sama. Ada
beberapa gambaran radiografi yang menunjukkan inflammatory arthritis dengan
osteoarthritis sekunder. Banyak kali, gambaran yang paling jelas adalah keterlibatan sendi
biasanya tidak khas mengenai osteoarthritis, seperti sendi metakarpofalangealis. Ketika
osteophyte diidentifikasikan dalam situasi ini, salah satu penyebab awalnya dapat
dipertimbangkan atypical osteoarthritis. Namun, temuan lain arthritis inflamasi mendasari
sering ada, seperti kehilangan celah sendi yang simetris dan bukti adanya erosi (Gambar
19). Penyembuhan erosi dapat menunjukkan margin yang halus atau sklerotik. Distribusi
karakteristik kelainan sendi dengan inflammatory arthritis juga dapat dilihat, seperti
keterlibatan secara bilateral, simetris, proksimal dari ekstremitas atau keterlibatan bilateral
metatarsophalangeal joint ke 5, seperti terlihat pada rheumatoid arthritis. Temuan
kehilangan simetris joint space dengan osteophyte juga menunjukkan inflammatory
arthritis dengan osteoarthritis sekunder (gambar 20).
16
Gambar 18. Rheumatoid arthritis. Radiograf lutut proyeksi anteroposterior menunjukkan penyempitan celah sendi simetris yang difuse
Gambar 19. Rheumatoid arthritis dengan secondary early osteoarthritis. Radiograf tangan proyeksi posteroanterior menunjukkan penyempitan celah sendi yang seragam (uniform) dari setiap sendi metakarpofalangealis. Perhatikan erosi kecil (kepala panah) dan osteofit kecil (panah).
Inflamasi atau Osteoarthritis Erosif
Inflamasi atau Erosive Osteoartritis
Osteoarthritis inflamasi atau erosif dapat dipandang sebagai variasi dari
osteoarthritis dalam hal itu umumnya melibatkan sendi interphalangeal tangan, dan
osteophyte cukup jelas terlihat. Gambaran yang khas adalah erosi central yang
menghasilkan dua konveksitas dari permukaan sendi, kelihatan seperti sayap burung camar
(wing of seagull) (Gambar 21). Central erosi ini jangan dibuat bingung dengan erosi
marjinal rheumatoid arthritis. Sinovitis proliferatif ada, dan peradangan akibat dari sendi
yang terlibat dapat mengakibatkan ankilosis (14).
17
Gambar 20. Rheumatoid arthritis dengan osteoartritis sekunder. Radiograf pinggul proyeksi anteroposterior menunjukkan penyempitan celah sendi pada setiap sendi pinggul. Perhatikan erosi kecil (kepala panah) dan osteofit (panah). Keterlibatan sacroiliac joint juga ada dengan gambaran penyempitan celah sendi, irreguler, dan sclerosis.
Gambar 21. Inflamasi atau erosif osteoarthritis. Radiograf jari proyeksi posteroanterior menunjukkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit sendi interphalangeal distal dengan erosi central (panah).
Gambar 22. Gout. Radiograf tangan proyeksi posteroanterior menunjukkan erosi sklerotik (panah), dengan jaringan lunak pembengkakan dan ruang bersama yang luas.
Gout
Arthritis gout disebabkan oleh kristal monosodium urat, yang menampilkan
birefringence negatif yang kuat pada pemeriksaan cahaya terpolarisasi. Gambaran
radiografi gout tidak sesuai dengan algoritma yang disajikan, karena penyempitan celah
sendi terjadi fase akhir (Gambar 22). Selain itu, erosi merupakan salah satu ciri bahwa
mereka sering dekat sendi tetapi tidak secara spesifik marginal dan mereka memiliki tepi
yang sklerotik yang menghasilkan gambaran punched-out appearance (Gambar 23) (15).
Osteopenia periarticular juga tidak ada. Petunjuk lain untuk diagnosis gout adalah adanya
jaringan lunak yang ditandai pembengkakan dari deposisi tophus gout. Pengapuran tophi
seperti ini jarang terjadi karena tidak adanya bersamaan dengan penyakit ginjal. Kerusakan
tulang ditandai terjadi pada kasus berat, disertai pembengkakan jaringan lunak
(Gambar 24). Tempat yang paling umum untuk keterlibatan gout adalah sendi
metatarsophalangeal pertama pada kaki. Sendi lain, seperti sendi interphalangeal dari
tangan dan kaki adalah tidak biasa, meskipun asam urat dapat terjadi pada sendi lain juga
(Gambar 25). Tempat lain yang khas untuk erosi gout adalah tulang tarsal. Gambaran
luscent yang berbetuk bulat di sekitar sendi mungkin merupakan erosi atau tophi
intraosseous. Gout juga dapat menghasilkan pembengkakan jaringan lunak dari bursitis,
seperti bursitis olecranon. Karena temuan radiografi terkadang membingungkan dan
tampak tidak biasa, mungkin akan membantu untuk mengingat, "Jika ragu, pikirkan asam
urat."
18
Sistemik Lupus Eritematosus
Gambaran radiografi lupus eritematosus sistemik (SLE) mungkin tidak jelas,
penyempitan celah sendi dan erosi biasanya tidak sering. Temuan yang paling umum pada
SLE adalah adanya subluksasi sendi metakarpofalangealis tanpa erosi; temuan tersebut
19
Gambar 23. Gout. Radiograf kaki proyeksi anteroposterior menunjukkan multiple punched-out sclerotic erosions (panah), dengan pembengkakan jaringan lunak.
Gambar 25. Gout. Radiograf lutut proyeksi anteroposterior menunjukkan multiple punched-out sclerotic erosions (panah), dengan pembengkakan jaringan lunak (kepala panah).
Gambar 24. Gout. Radiografi jari proyeksi posteroanterior menunjukkan central sendi interphalangeal distal (panah).
sering diidentifikasikan hanya pada radiografi posisi oblique dan tidak dapat
diidentifikasikan pada proyeksi posteroanterior (Gambar 26). Osteopenia periarticular dan
jaringan lunak pembengkakan dapat terlihat.
KESIMPULAN
Setelah penyempitan celah sendi dikenali, adanya erosi menunjukkan sebuah
arthritis inflamasi, sedangkan adanya osteophyte menunjukkan arthritis degeneratif. Ketika
osteoarthritis disarankan, penting untuk memperhitungkan distribusi keterlibatan sendi,
tingkat keparahan penyakit, dan usia pasien untuk mempertimbangkan penyebab kurang
20
Gambar 26. Sistemik lupus eritematosus. (A) Posteroanterior dan (b) radiografi tangan proyeksi oblique menunjukkan reducible subluksasi dan swan neck deformity pada beberapa sendi (kepala panah).
umum dari kerusakan tulang rawan. Kita juga harus familiar dengan arthritis yang tidak
jelas masuk ke dalam algoritma, seperti arthritis gout.
Referensi:
1. JacobsonJA, GirishG, JiangY, Resnick D. Radiographic evaluationofarthritis:
inflammatory conditions. Radiology 2008; 248 (2): 378–389.
2. Kijowski R, Blankenbaker DG, Stanton PT, Fine JP, De Smet AA. Radiographic
findings of osteoarthritis versus arthroscopic findings of articular cartilage
degeneration in the tibiofemoral joint. Radiology 2006; 239: 818–824.
3. Sonne-Holm S, Jacobsen S. Osteoarthritis of the first carpometacarpal joint: a study
of radiology and clinical epidemiology—results from the Copenhagen
Osteoarthritis Study. Osteoarthritis Cartilage 2006; 14:496–500.
4. Arden N, Nevitt MC. Osteoarthritis : epidemiology. Best Pract Res Clin Rheumatol
2006 ; 20:3–25.
5. Preidler KW, Resnick D. Imaging of osteoarthritis. Radiol Clin North Am 1996; 34:
259–271,x.
6. Bencardino JT, Hassankhani A. Calcium pyrophosphate dehydrate crystal
deposition disease. Semin Musculoskelet Radiol 2003;7: 175–185.
7. Yang BY, Sartoris DJ, Djukic S, Resnick D, Clopton P. Distribution of calcification
in the triangular fibrocartilage region in181patients with calcium pyrophosphate
dehydrate crystal deposition disease. Radiology 1995; 196:547–550.
21
8. Yang BY, Sartoris DJ, Resnick D, Clopton P. Calcium pyrophosphate dehydrate
crystal deposition disease: frequency of tendon calcification abouttheknee. J
Rheumatol 1996; 23:883–888.
9. Steinbach LS, Resnick D. Calcium pyrophosphate dehydrate crystal deposition
disease revisited. Radiology 1996; 200:1–9.
10. Aliabadi P, Nikpoor N, Alparslan L. Imaging of neuropathic arthropathy. Semin
Musculoskelet Radiol 2003;7: 217–225.
11. Kerr R. Imaging of musculoskeletal complications of hemophilia. Semin
Musculoskelet Radiol 2003;7: 127–136.
12. Resnick D. Diagnosis of bone and joint disorders. 3rd ed. Philadelphia, Pa:
Saunders, 1995; 972.
13. Azouz EM. Arthritisin children: conventional and advanced imaging. Semin
Musculoskelet Radiol 2003; 7:95–102.
14. Greenspan A. Erosive osteoarthritis. Semin Musculoskelet Radiol 2003;7:155–159.
15. Gentili A. Advanced imaging of gout. Semin Musculoskelet Radiol 2003;7:165–
174
22