Download - Tanggung jawab sosial organisasi bisnis
Tanggung Jawab Sosial Organisasi Bisnis (CSR)
Penggunaan istilah Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau atau Corporate Social
Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin meningkatnya praktek
tanggung jawab sosial perusaan, dan diskusi-diskusi global, regional dan nasional tentang CSR.
Istilah CSR yang mulai dikenal sejak tahun 1970-an, saat ini menjadi salah satu bentuk
inovasi bagi hubungan perusahaan dengan masyarakat dan konsumen. CSR kini banyak
diterapkan baik oleh perusahaan multi-nasional maupun perusahaan nasional atau lokal. CSR
adalah tentang nilai dan standar yang berkaitan dengan beroperasinya sebuah perusahaan dalam
suatu masyarakat. CSR diartikan sebagai komitmen usaha untuk beroperasi secara legal dan etis
yang berkonstribusi pada peningkatan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal dan masyarakat luas dalam kerangka mmewujudkan pembangunan berkelanjutan.
CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan dimasyarakat.
Etika yang dianut merupakan bagian dari budaya (corporate culture); dan etika yang dianut
masyarakat merupakan bagian dari budaya masyarakata. Prisnsip-prinsip atau azas yang berlaku
di masyarakat juga termasuk berbagai peraturan dan regulasi pemerintah sebagai bagian dari
sistem ketatanegaraan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Selain definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR yakni Komitmen perusahaan dalam
pengembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam kaitannya dengan karyawan beserta
keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan peningkatan
kualitas hidup mereka (WBCSD, 2002). Sedangkan menurut Commission of The European
Communities, 2001, mendefinisikan CSR sebagai aktifitas yang berhubungan dengan kebijakan-
kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan penekanan pada bidang sosial dan lingkungan
dalam operasi bisnis mereka dan interaksi dengan stakeholder .
Dari sudut pandang strategis, suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung
jawab sosialnya bagi masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai
mengabaikan tanggung jawabnya, masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk
membatasi otonomi bisnis.
Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggung jawab yakni :
1. Tanggung jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang bernilai bagi
masyarakat.
2. Tanggung jawab hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang ditentukan
oleh pemerintah
3. Tanggung jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan umum
mengenai bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.
4. Tanggung jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan bersifat
sukarela.
Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum dinilai sebagai
tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah tanggung jawab dasar terpenuhi
maka perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya yakni dalam hal etika dan
kebebasan memilih.
Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan CSR
sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :
1. Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang
berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dianggap
baik oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.
2. Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan karena pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap
akan dihargai karena tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
3. Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena
tindakan yang dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
4. Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder
untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan
kerja dalam pengambilan keputusan manajemen.
Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1. Manfaat bagi Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan tentunya akan menimbulkan citra positif perusahaan di mata
masyarakat dan pemerintah.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan perusahaan akan
lebih erat dalam situasi win-win solution.
3. Manfaat bagi Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah merasa memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari
pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial.
Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1. Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung
menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial.
2. Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan
penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak
tanggung jawab sosial .
3. Strategi Akomodatif
Strategi Akomodatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan dikarenakan
adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut
4. Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk
memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan
akan terbangun.
Regulasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Perusahaan
Di Indonesia sendiri, munculnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) menandai babak baru pengaturan CSR. Selain itu, pengaturan tentang CSR
juga tercantum di dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU
PM). Walaupun sebenarnya pembahasan mengenai CSR sudah dimulai jauh sebelum kedua
undang-undang tersebut disahkan. Salah satu pendorong perkembangan CSR yang terjadi di
Indonesia adalah pergeseran paradigma dunia usaha yang tidak hanya semata-mata untuk
mencari keuntungan saja, melainkan juga bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi
sosial.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007
tanggal 16 Agustus 2007 yang tercantum dalam bab V pasal 74. Dalam pasal 74 di sebutkan
sebagai berikut :
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.Yang
dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam”
adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.
Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan
sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber
daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang terkait.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Sedangkan pengaturan di dalam UU PM, yaitu di dalam Pasal 15 huruf b adalah sebagai berikut:
“Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”
Kemudian di dalam Pasal 16 huruf d UU PM disebutkan sebagai berikut:
“Setiap penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup.”
Diposkan oleh indri ramadhani di 03.51
CSR ( Corporate Social Responsibility )
Pengertian Dasar CRSCSR ( corporate social responsibility) atau Tangung Jawab Perusahaan menurut Milton Friedman (Bertens,2004;292) adalah Tanggung jawab moral dari suatu perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Tentunya dalam hal ini tanggung jawab perusahaan bisa diarahkan kepada : Dirinya sendiri (perusahaan),karyawan,perusahaan lain. Ada 4 hal yang termasuk didalam apa yang disebut sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, yaitu :1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan social yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas.2. Keuntungan ekonomis.3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan.Akhir-akhir ini aktivitas CSR memperlihatkan kecenderungan yang sangat meningkat baik di indonesia maupun di berbagai negara. Komitmen untuk melakukan tanggung jawab secara sosial disadari bahwa keuntungan dan keberlangsungan suatu perusahaan, secara jangka panjang, hanya bisa didapatkan dengan adanya kesejahteraan masyarakat. Tentunya akan menjadi tidak adil jika suatu perusahaan tidak bertanggung jawab,bila perusahaan meraup keuntungan yang besar sementara masyarakat masih dililit kemiskinan.Permasalahan yang masih terasa sampai saat ini adalah pemahaman mengenai CSR masih belum merata. Masih banyak perusahaan yang mengangap bahwa mereka telah membayar pajak pada pemerintah sehingga upaya untuk mengentaskan kemiskinan misalnya adalah kewajiban pemerintah.Indonesia memang memiliki budaya gotong royong,dan falsafah hidup saling membantu. Falsafah dan budaya ini seharusnya direfleksikan pada budaya perusahaan. Persoalannya ,hanya sebagian perusahaan-perusahaan besar dan perusahaan multinasional saja yang sudah melakukan program strategis perusahaan.CSR memang selama ini banyak berorientasi korporat dalam artian dijalankan oleh perusahaan dengan membawa nama perusahaan dalam rangka menciptakan citra positif dari perusahaan tersebut. CSR memang pada awalnya hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat resiko yang tinggi khususnya berhubungan dengan lingkungan seperti Perusahaan Minyak,Perkebunan dan sejenisnya. Seiring dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi dan semakin banyak perusahaan yang menjalankan CSR, perusahaan akhirnya berusaha untuk bagaimana menjadi program CSR bagian integrasi dari keseluruhan komunikasi perusahaan. Bagi perusahaan yang memiliki beberapa merek, maka mulai terpikirkan bagaimana Corporate CSR bisa menjadi ”Umbrella atau payung” bagi product CSR sehingga tercipta sebuah sinergi yang saling menguntungkan baik bagi karyawan,masyarakat, perusahaan dan tentunya masing-masing merek.
B. Perkembangan CSR di Indonesia.Dalam pelaksanaannya di Indonesia, perkembangan dan pelaksanaan CSR mengalami beberapa era pergeseran yang lebih membidik kepada bagaimana perusahaan dapat diberi keuntungan jika melakukan CSR dan bagaimana perusahaan dapat melakukan strategi perusahaan dalam hal ini termasuk juga program strategi pemasaran perusahaan tersebut.Era Pertama, Pelaksanaan CSR di Indonesia dimana kegiatan-kegiatan tersebut merupakan suatu wujud pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga pada era ini masih menunjukkan bahwa program CSR lebih dianggap sebagai sebuah ”hutang” yang harus dibayar dan bukannya suatu kewajiban.Tidak heran jika diera pertama ini program CSR yang dilakukan masih fokus pada lingkungan disekitar perusahaan atau pabrik dimana mereka beroperasi.Era Kedua, dengan melihat faktor pertama tadi,kemudian memunculkan program CSR yang dilakukan tidak lagi hanya dilakukan disekitar perusahaan atau pabrik saja tetapi juga berskala nasional. Inilah era dimana CSR bukan lagi sebagai sebuah proses ”membayar hutang”,tetapi perusahaan mulai menuinjukkan tanggung jawab sosialnya.Era Ketiga, dengan melihat banyaknya kompetitor dan bagaimana perusahaan harus bisa membuat berlangsungnya kehidupan perusahaan secara jangka panjang, serta persaingan merek produk yang semakin ketat, maka perusahaan harus menjalankan Program-program CSR yang dilakukan beberapa merek tersebut. Hal ini menandakan bahwa perkembangan CSR menuju ke era Branded CSR yaitu Program CSR yang memberikan manfaat bagi semua pihak. Masyarakat diuntungkan dan tentunya memberikan citra positif bagi sebuah merek.
C. Langkah Dalam Melaksanakan CSRNaum tidak semua program Branded CSR mendatangkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk menghindari kegagalan program Branded CSR yang hanya menghabiskan biaya tanpa memberikan hasil,ada beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan.1. CCBO Analysis (Cause-Business-Brand-Objection Analysis)Menjalankan sebuah pogram CSR tidak cukup hanya menghadirkan sebuah program social tanpa adanya analisis secara mendalam terhadap kesesuaian program tersebut dengan misi dan tujuan perusahaan atau merek kita. Menjalankan sebuah program CSR tanpa adanya kesesuaian dengan business and brand mission justru bisa menjadi bumerang dan menimbulkan persepsi skeptis bahwa kegiatan CSR tersebut diadakan hanya untuk memanfaatkan kesulitan atau permasalahan yang dialami masyarakat. Apabila program CSR yang dijalankan sesuai dengan business and brand mission, maka konsumen dan masyarakat juga akan semakin percaya denga citra merek yang diciptakan selama ini.Contoh : Body Shop yang dari awal kemunculannya telah menunjukkan perhatiannya pada dunia ketiga, yaitu tidak melakukan uji coba pada binatang serta menolak kekerasan dalam rumah tangga. Isu-isu sosial yang dimunculkan Body Shop tentunya tidak menimbulkan persepsi skeptis karena memang dari awal kehadirannya,merek Body Shop memang memiliki citra yang sama dengan program CSR yang dilakukan.Contoh lain :Avon : Program Avon Walk For Breast Cancer untuk melayani kebutuhan atau permasalahan wanita yang masih belum terlayani dengan baik. Avon telah memulia program ini jauh sebelum perusahaan lain memikirkan tentang isu ini dan ini tentu saja sesuai dengan business and brand mission nya yang
memang melayani wanita.Kalbe Farma dengan berbagai mereknya : Procold dengan Puskemas Keliling sejak Tahun 2004, Promag dengan Promag Mulia Tahun 2005 Woods, dengan program Pelangi Solusi bekerjasama dengan Polisi tahun 2004 dengan membagi-bagikan masker. Cerebrofot Peduli Anak Bangsa dengan pemberian beasiswa.Entrostop sejak tahun 2004 dengan pembuatan MCK.2. Branded CSR Execution.Seringkali kegiatan CSR yang dilakukan justru tergantung pada pihak ketiga,. Dengan kata lain, ide dan pembuatan program lebih banyak datang dari pihak ketiga yang belum tentu memiliki business and brand mission yang sama meskipun acara yang diadakan masih tetap sesuai.Rekan kerjasama yang dipih oleh sebuah merek untuk mengadakan kegiatan CSR akan mempengaruhi total image yang muncul dibenak pelanggan dan masyarakat terhadap merek kita. Jangan sampai muncul confliting image dimana antara pihak yang mengeksekusi, misalnya organisasi LSM yang justru image-nya berbeda dengan brand image yang ingin kita capai.3. Branded Your CSR Internally.Sebuah kegiatan CSR yang komprehensif tidak harus berarti menkontribusikan sejumlah uang dalam jumlah yang besar. Yang terpenting adalah bagaimanan mengutilisasi semua sumber daya yang ada khususnya pengetahuan dan keahlian karyawan.
D. 5 Kriteria Penting Dalam Menjalankan Program CSR1. Sustainable empowermentPerusahaan harus mempu melaksanakan program CSR yang bersifat empowerment, yang bertujuan memberdayakan beneficciary self-reliant secara ekonomis maupun sosial.2. Strategis alliance dengan organisasi nirlaba.Kemitraan adalah factor penting dalam membangun obyektivitas misi dan vissi sebuah program CSR. Selai itu, kemitraan dengan pihak ketiga yang independent dan kridibel hampir pasti akan diinterprestasikan oleh public sebagai endorsement.3. Employee participationSebuah program CSR yang berhasil menggalang partisipasi aktif karyawan perusahaan yang bersangkutan adalah program CSR yang bisa dibilang berhasil. Mewujudkan ”employee volunteerism” adalah tidak mudah.Kesan dari sebuah program CSR yang melibatkan relawan-relawan dari karyawan sendiri jauh lebih kuat dibandingkan apabila hanya CEO atau direktur dan beberapa karyawan saja berpartisipasi dalam acara launcing. Oleh karena itu, program CSR yang powerfull adalah sense of belonging-nya sangat kuat terlihat tidak hanya pada pimpinan perusahaan,tetapi seluruh karyawan .4. CSR harus mampu membangun buffer sosial dan politik bagi perusahaan.Apabila sebuah perusahaan bergerak di sektor ekstaktif yang rentan terhadap timbulnya masalah lingkungan,yang perlu diupayakan adalah memiliki sebuah program CSR yang berhubungan dengan nature preservation. Dalam implementasinya,perusahaan akan secara otomatis harus membangun hubungan dengan aktivis-aktivis lingkungan dan juga para pambuat kebijakan di bidang environmental management.
5. Perspektif PR adalah high-profileSebuah program CSR yang kuat adalah yang stand out, yang mudah dilihat,didengar dan diingat orang. Untuk bisa menjadi high-profile, tidak hanya memperhatikan skala kegiatan yang dilaksanakan sebagai bagian dari sebuah program CSR,tetapi juga strategi PR yang mendukung program tersebut.
E. Manfaat CSRKeberhasilan suatu CSR dapat dilihat pada perubahan perilaku masyarakat sebagai hasil dari kegiatan CSR yang dilakukan. Juga memperkuat image brand atau perusahaan yang pada akhirnya pada pengingkatan pangsa pasar, meski hal ini hanya dapat terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Hasil riset menyatakan konsumen lebih cenderung membeli produk yang memiliki tanggung jawab sosial.Lainnya adalah terhindarnya perusahaan dari ”gesekan” dengan masyarakat khususnya masyarakat lingkungan dimana perusahaan berada. Kasus Freeport dan Newmont merupakan pelajaran berharga bagi kita untuk tidak mengulangi hal yang sama.Keberhasilan perusahaan dalam menjalankan CSR dapat juga berdampak terhadap nilai saham, dengan peningkatan jumlah investor di pasar bursa saham yang tertarik membeli saham atas dasar simpati dan rasa percaya pada perusahaan.Manfaat CSR juga akan didapatkan bagi ”orang dalam” atau karyawan, tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat akan memberikan rasa bangga,dan rasa percaya diri dari para karyawan terhadap perusahaan.Agar dapat berdaya guna, mengkomunikasikan CSR sebaiknya dengan meletakkan program komunikasi CSR sebagai bagian yang integral dari komunikasi perusahaan. Pesan CSR dirancang agar sejalan dengan Communication platform yang dibuat atas dasar visi dan misi perusahaan.Selain itu juga komunikasi harus dijalankan secara terencana,terarah untuk setiap stakeholders dan dilakukan secara berkelanjutan.
Budaya Organisasi Dapat Mempengaruhi Perilaku Etis
Budaya perusahaan pada dasarnya mewakili norma – norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hierarki organisasi. Bagi organisasi yang masih didominasi oleh pendiri, maka budayanya akan menjadi wahana untuk mengkomunikasikan harapan - harapan pendiri kepada para pekerja lainnya. Demikian pula jika perusahaan dikelola oleh seorang manajer senior otokratis yang menerapkan gaya kepemimpinan top down. Disini budaya juga akanberperan untuk mengkomunikasikan harapan – harapan manajer senior itu.
Isu dan kekuatan suatu budaya memengaruhi suasana etis sebuah organisasi dan perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah organisasi yang punya kemungkinan paling besar untuk membentuk standar dan etika tinggi adalah budaya yang tinggi toleransinya terhadap risiko tinggi, sedang, sampai rendah dalam hal keagresifan, dan fokus pada sarana selain itu juga hasil.
Manajemen dapat melakukan beberapa hal dalam menciptakan budaya yang lebih etis, yaitu:
1. Model peran yang visibel Karyawan akan melihat sikap dan perilaku manajemen puncak (Top Manajemen) sebagai acuan / landasan standar untuk menentukan perilaku dan tidakan - tindakan yang semestinya diambil.
2. Komunikasi harapan etis Ambiguitas etika dapat diminimalisir dengan menciptakan dan mengkomunikasikan kode etik organisasi.
3. Pelatihan etis Pelatihan etis digunakan untuk memperkuat standar, tuntunan organisasi, menjelaskan praktik yang diperbolehkan dan yang tidak, dan menangani dilema etika yang mungkin muncul.
Contoh- contoh Budaya OrganisasiContoh Budaya Organisasi Dalam Perusahaan
Budaya Organisasi mempunyai contoh seperti yang terjadi di setiap perusahaan, yang muncul berdasarkan peralanan hidup para pegawai. Tapi pada umumnya budaya organisasi terletak pada pendiri perusahaan itu sendiri berperan penting. Karena merekalah yang mengambil keputusan dan memberi arah strategi organisasi yang biasanya disebut juga budaya organisasi.
Dan biasanya budaya organisasi di setiap perusahaan mempunyai budaya organisasi sendiri. Ini karena terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
1. Lingkungan Usaha: Dimana suatu perusahaan itu akan beroperasi dan menetukan langkah apaa yang harus diambil perusahaan tersebut.
2. Adanya nilai – nilai konsep dasar dan keyakinan suatu perusahaan.Acara rutin yang diselenggarakan suatu perusahaan untuk memberi reward – reward pada karyawannya. Adanya jaringan yang dimiliki setiap perusahaan berbeda – beda.
3. PEMBENTUKAN BUDAYA ORGANISASI PADA
PERUSAHAAN4.
5. A. PENDAHULUAN
6. Budaya organisasi banyak digunakan pada organisasi perusahaan,
bahkan ada juga perusahaan membuat papan nama dengan tulisan
yang menunjukkan budaya organisasi mereka di tempat-tempat yang
menarik perhatian. Misalnya di depan pintu masuk kantor, atau di
dekat tempat para karyawan melayani pelanggan. Konsep budaya
organisasi mulai berkembang sejak awal tahun 1980-an. Konsep
budaya organisasi diadopsi dari konsep budaya yang lebih dahulu
berkembang pada disiplin ilmu antropologi, Sobirin (2007:128-129).
7. Budaya organisasi menurut Schein dalam Sobirin (2007:132) adalah
pola asumsi dasar yang dianut bersama oleh sekelompok orang
setelah sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini kebenaran
pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi
internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada
anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi,
berpikir dan mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan
persoalan-persoalan organisasi.
8. Budaya organisasi sangatlah penting untuk dipahami karena “budaya
organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berprilaku dan
harus menjadi patokan dalam setiap program pengembangan
organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini terkait dengan
bagaimana budaya itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu
budaya itu dapat dikelola oleh organisasi,” Muhammad Baitul
Alim (psikologi zone.com).
9.
10. B. PEMBAHASAN11.12. 1. Unsur-unsur Budaya Organisasi
13. Jocano dalam Sobirin (2007:152-153) menyatakan bahwa budaya
organisasi terdiri dari unsur utama, yakni yang bersifat idealistik dan
yang bersifat perilaku atau behavioral. Unsur budaya organisasi
idealistik merupakan ideologi organisasi yang tidak mudah berubah
meskipun di sisi lain organisasi harus berubah untuk beradaptasi
dengan lingkungannya. Ideologi ini bersifat terselubung, tidak nampak
di permukaan dan hanya orang-orang tertentu saja yang tahu apa
sesungguhnya ideologi mereka dan mengapa organisasi tersebut
didirikan.
14. Unsur behavioral memiliki sifat kasat mata, muncul ke permukaan
dalam bentuk perilaku sehari-hari para anggotanya dan bentuk-bentuk
lain seperti disain arsitektur organisasi. Bagi orang luar organisasi,
unsur ini sering dianggap sebagai representasi dari budaya sebuah
organisasi karena lebih mudah diamati, dipahami dan diinterpretasikan
meskipun seringkali interpretasi antara orang luar dan anggota
organisasi berbeda. Budaya organisasi lebih baik dipahami
berdasarkan pengamatan terhadap perilaku dan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh para anggota organisasi.
15. Bagian luar organisasi tersebut oleh Schein dalam Sobirin (2007:158)
disebut sebagai artefak. Artefak bisa berupa bentuk arsitektur
bangunan, logo atau jargon, cara berkomunikasi, cara berpakaian,
atau cara bertindak yang bisa dipahami oleh orang luar organisasi.
Dalam perbankan misalnya, kita bisa melihat bahwa mereka
berpakaian sangat formal, dengan perkantoran yang biasanya tertata
dengan rapi, bersih dan modern. Prilaku karyawan bank juga terlihat
ramah tetapi formal dan tegas, dengan motto mereka yang biasanya
terpasang dengan indah di belakang pegawai-pegawai yang melayani
para nasabahnya. Misalnya saja bank Mandiri memiliki slogan “Prosper
with us” atau Bank BRI dengan slogannya, “Melayani dengan Hati”.
16. Sebenarnya antara ideologi dan prilaku behavioral merupakan bagian
yang tidak bisa saling terpisahkan. Digambarkan sebagai suatu yang
berlapis-lapis seperti bawang, bagian yang kelihatan, bisanya paling
mudah untuk diubah. Sehingga tidak mengherankan bahwa kadang-
kadang visi dan misi sudah diubah tetapi unsur-unsur prilaku lainnya
belum berubah. Misalnya saja berkaitan pernyataan visi dan misi
organisasi. Hampir setiap lembaga pada saat ini memiliki apa yang
disebut dengan visi dan misi organisasi yang biasanya tertulis di
tempat-tempat strategis di kantor mereka. Yang perlu diperhatikan
adalah kesesuaian antara visi dan misi tersebut dengan prilaku para
anggota organisasi. Karena kalau tidak terjadi keserasian, pasti akan
terlihat lucu. Misalnya sebuah pertokoan yang memiliki slogan
“Pelanggan adalah Raja” tetapi pada saat tempat parkir penuh,
ternyata ada space parkir strategis yang kosong namun ada tulisannya
“khusus untuk pimpinan”. 17.
18. 2. Bagaimana Budaya Organisasi Terbentuk
19. Robbins (2003:729) menyatakan bahwa proses penciptaan budaya
organisasi terjadi dalam tiga cara. Pertama, para pendiri hanya
mempekerjakan dan mempertahankan karyawan yang memiliki pola
pikir sama dan sependapat dengan cara-cara yang mereka tempuh.
Kedua, mereka mengindoktrinasikan dan mensosialisasikan para
karyawan ini dengan cara berpikir dan cara berperasaan mereka. Bila
organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi terlihat sebagai penentu
utama keberhasilan. Pada titik ini, keseluruhan kepribadian pendiri
menjadi tertanam ke dalam budaya organisasi.
20. Robbins (2003:724) membedakan budaya yang kuat dan budaya yang
lemah. Budaya yang kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada
prilaku karyawan dan lebih langsung terkait dengan pengutangan turn-
over karyawan. Dalam budaya yang kuat, nilai inti organisasi dipegang
secara mendalam dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak
anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen
mereka pada nilai-nilai tersebut, maka makin kuat budaya tersebut.
Budaya yang kuat juga memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di
kalangan anggota mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi.
Kebulatan maksud tersebut selanjutnya membina keakraban,
kesetiaan, dan komitmen organisasi.21.22. 3. Bagaimana Pemimpin Membentuk Budaya
23. Brown (1998:743) menyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan
budaya melalui apa yang mereka katakan dan apa yang mereka
lakukan. Schein dalam Yukl (1998:300-301) mengemukakan peranan
pemimpin dalam budaya organisasi, dimana para pemimpin
mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan budaya
dan memperkuat aspek-aspek budaya dengan mekanisme sebagai
berikut :
24. a. Perhatian (attention)
25. Perhatian para pemimpin berarti para pemimpin di dalam menjalankan
kepemimpinannya akan mengkomunikasikan prioritas-prioritas, nilai-
nilai, perhatian mereka dengan cara menanyakan, memberi pendapat,
memuji, dan menyampaikan kritik. Pemimpin yang memarahi seorang
bawahan karena tidak mengetahui masalah yang terjadi di unit
kerjanya, misalnya, akan memiliki efek yang kuat dalam
mengkomunikasikan nilai-nilai dan perhatian. Pemimpin yang tidak
menanggapi sesuatu maka hal ini menyampaikan pesan bahwa hal itu
tidak penting. Sebagai contoh, restoran cepat saji McDonald dikenal
kebersihannya karena secara berulang-ulang pendiri perusahaan
menceritakan bagaimana dia mengejar-ngejar lalat untuk menjaga
agar para pelanggan yang sedang menikmati hidangannya tidak
terganggu oleh lalat tersebut. Cerita ini diterjemahkan para pegawai
bahwa perusahaan sangat peduli pada kebersihan dan peduli kepada
pelanggannya.
26. b. Reaksi terhadap Krisis
27. Reaksi pemimpin dalam menghadapi krisis, merupakan potensi bagi
para pegawai untuk mempelajari nilai-nilai dan asumsi-asumsi.
Misalnya perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan
cukup serius tetapi menghindari pemberhentian pegawai (PHK) dan
membuat kebijakan untuk membuat para pegawai bekerja dengan
waktu lebih pendek dan dengan demikian menerima pemotongan gaji.
Pemimpin tersebut mengkomunikasikan dengan kuat bahwa ia
mempertahankan pekerjaan para pegawai, dan berdasarkan
prilakunya tersebut para pegawai meyakini bahwa pemimpinnya
menjunjung tinggi nilai kebersamaan.
28. c. Pemodelan Peran
29. Para pemimpin mengkomunikasikan nilai-nilai dan harapan-harapan
mereka melalui tindakan mereka sendiri. Hal tersebut khususnya
tindakan-tindakan yang memperlihatkan kesetiaan istimewa,
pengorbanan diri, dan pelayanan yang melebihi apa yang ditugaskan.
Seorang pemimpin yang membuat sebuah kebijakan atau prosedur
tetapi tidak memberikan perhatian yang besar terhadap hal tersebut
maka dalam hal ini pemimpin mengkomunikasikan pesan bahwa hal
itu tidaklah penting atau tidak diperlukan. Seorang pemimpin yang
bekerja keras dan selalu tepat waktu, misalnya, akan
mengkomunikasikan bahwa bekerja keras dan tepat waktu merupakan
hal yang penting dan dihargai dalam organisasi. Sebaliknya pemimpin
yang selalu meminta anak buahnya untuk disiplin tetapi dia sendiri
tidak disiplin maka sekeras apapun dia menyerukan kedisiplinan,
karyawan tetap akan menganggap bahwa kedisiplinan bukanlah hal
yang penting dalam organisasi.
30. d. Alokasi Imbalan-imbalan
31. Kriteria-kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan
imbalan-imbalan seperti peningkatan upah, atau promosi
mengkomunikasikan apa yang dinilai oleh pemimpin dan organisasi
tersebut. Pengakuan formal dan acara-acara seremonial dan pujian
yang tidak formal mengkomunikasikan perhatian serta prioritas
seorang pemimpin. Ketiadaan pengakuan terhadap kontribusi dan
keberhasilan mengkomunikasikan bahwa hal tersebut bukan
merupakan hal yang penting. Pemberian simbol-simbol terhadap
status orang-orang tertentu juga mengkomunikasikan tentang apa
yang penting dalam perusahaan. Pembedaan status yang terlalu
mencolok tentu saja menunjukkan bahwa organisasi tidak menjunjung
tinggi nilai kebersamaan. Misalnya saja perusahaan-perusahaan di
Amerika Serikat relatif menggunakan simbol-simbol perbedaan status
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Keistimewaan
tersebut misalnya berupa ruang makan dan tempat parkir khusus.
32. e. Kriteria Menyeleksi dan Memberhentikan Karyawan
33. Para pemimpin dapat mempengaruhi budaya dengan merekrut orang
yang memiliki nilai-nilai, ketrampilan-ketrampilan, atau ciri-ciri tertentu
dan mempromosikan mereka ke posisi-posisi kekuasaan. Para pelamar
yang tidak cocok dapat diskrining dengan prosedur-prosedur formal
dan informal, dan ada juga prosedur-prosedur untuk meningkatkan
seleksi diri sendiri, seperti memberi kepada pelamar informasi yang
realistis tentang kriteria dan persyaratan bagi keberhasilan dalam
organisasi. Kriteria serta prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengeluarkan atau memberhentikan para anggota dari sebuah
organisasi mengkomunikasikan juga nilai-nilai serta perhatian dari
pemimpinnya.34.35. 4. Kepemimpinan dan Budaya Etis Organisasi
36. Apakah sebenarnya pemimpin? Leman (2008:3) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai seni, kemampuan untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pemimpin
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mempangaruhi dan
menggerakkan orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
37. Peran kepemimpinan dalam organisasi sangat esensial, dan
kepemimpinan sudah menjadi kajian sejak lama. Secara tradisional
telah dikenal konsep-konsep kepemimpinan seperti u ntuk suku Jawa
Serat Rama yang memuat Hastabrata dan Serat Suryaraja, Lontara
Lagaligo untuk suku Bugis Makassar, Kitab Puspakerma bagi suku Sasak
- - di Lombok, Adab Fata A untuk suku Melayu. Bagi suku suku yang tidak
mengenal tulisan seperti suku Dayak di Kalimantan dan suku Baliem di
- Irian, biasanya pewarisan nilai nilai budaya dilakukan secara lisan oleh
ketua adat secara turun temurun.
38. Budaya etis organisasi mendapat perhatian yang semakin besar,
terutama setelah terungkapnya budaya tidak etis Enron Corp. yang
membawa kebangkrutan serta kepailitan besar di AS pada akhir tahun
2001. Budaya tidak etis Enron Corp. tersebut berupa penekanan yang
berlebihan terhadap pertumbuhan laba perusahaan, juga penekanan
imbalan kepada karyawan yang semata-mata berupa bonus uang.
Bahkan salah seorang CEO-nya, Jeff Skilling, mengatakan bahwa
segala sesuatu dapat diselesaikan dengan uang di Enron. Termasuk
loyalitas pun bisa dibeli dengan uang. Oleh karena itu berkaitan
dengan etika, Robbins (2003:740) memberikan saran untuk
menciptakan budaya yang etis dengan cara sebagai berikut :
39. Menjadi model yang kelihatan, karena karyawan akan melihat
perilaku manajemen puncak sebagai tolok ukur merancang prilaku
yang tepat. Bila manajemen senior terlihat suka mengambil prilaku
atau cara-cara yang etis, maka hal ini memberikan kesan yang kuat
bahwa kaidah etis diharapkan untuk diikuti karyawan.
40. Komunikasikan harapan etis, karena ambiguitas etis bisa
diminimalisir oleh penyebaran kode etik organisasi. Kode etik tersebut
harus menetapkan nilai-nilai utama organisasi dan kaidah etis yang
diharapkan untuk diikuti karyawan.
41. Berikanlah pelatihan etis, dalam bentuk lokakarya, seminar, dan
program-progam pelatihan etis. Gunakanlah sesi pelatihan untuk
mendorong standar prilaku organisasi, untuk mengklarifikasi praktik
apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dan juga untuk mengajukan
dilema etis yang mungkin dihadapi oleh para karyawan.
42. Berikanlah imbalan terhadap prilaku etis, dan hukuman terhadap
prilaku tidak etis. Penilaian kinerja karyawan haruslah mencakup
sarana yang diambil untuk mencapai sasaran dan hasil, dan juga
prilaku etika yang bersangkutan. Tindakan etis, masuk dalam penilaian
positif kinerja, sedangkan perilaku tidak etis harus mendapat hukuman
secara kasat mata.
43. Sediakanlah mekanisme yang bersifat melindungi karyawan yang
melaporkan prilaku tidak etis tanpa takut ditegur. Sangat penting bagi
organisasi untuk mengadakan konselor etik, obudsmen, atau pejabat
etik.
44.
45. C. PENUTUP
46. Budaya organisasi merupakan sesuatu yang biasa diterapkan pada
organisasi perusahaan, sebagai suatu bukti yang jelas ada perusahaan
membuat papan nama dengan tulisan yang menunjukkan budaya
organisasi mereka di tempat-tempat yang menarik perhatian.
47. Budaya organisasi dapat juga membentuk budaya kerja yang memiliki
tujuan untuk mengubah sikap dan juga prilaku SDM yang ada agar
dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai
tantangan di masa yang akan datang.
48. Menurut Furnham dan Gunter (1993), budaya merupakan alat perekat
sosial dan menghasilkan kedekatan, sehingga dapat memperkecil
diferensiasi dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi juga
memberikan makna bersama sebagai dasar dalam berkomunikasi dan
memberikan rasa saling pengertian. Jika fungsi budaya ini tidak
dilakukan dengan baik, maka budaya secara signifikan dapat
mengurangi efisiensi organisasi.
49. Peranan pemimpin dalam budaya organisasi sangat esensial, para
pemimpin mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan
dan memperkuat aspek-aspek budaya organisasi baik melalui
perkataan maupun prilakunya, sehingga budaya organisasi akan
terbentuk. Ada yang berpendapat lebih ekstrim, bahwa budaya
organisasi bersumber dari kepemimpinan dan pemimpin, karena
pemimpinlah yang pada dasarnya memiliki otoritas. Otoritas bisa
dalam bentuk persetujuan, ketidaksetujuan, ataupun penghargaan
atas prilaku anggota organisasi, sehingga akhirnya melembaga dan
terbentuk menjadi budaya organisasi.
50.
51. DAFTAR PUSTAKA
52.
53. Suprapto, research.mercubuana.ac.id/.../...54.
55. organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-manf...
–56.57. www.psikologizone.com › Industri Organisasi58.59. Budiatmawati, Ike, Nurani, Panduan Organisasi, Pengaruh Prilaku
Individu Terhadap Efektifitas Organisasi, syadiashare.com/panduan-
organisasi-pengaruh-prilaku-individu-terh...60.61. www.anneahira.com/artikel-umum/perilaku-organisasi.htm -62.63. www.membuatblog.web.id/.../kepemimpinan-dalam-organisasi.html -