Transcript

{t); Pikiran Rakyato Senin o Selasa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

2 (D 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1518 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

OPeb oMar OApr OMei eJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes

PragmatismeAkut Mahcisiswlerhadap Perpustakaan

PERPUSTAKAAN itu ter-letak di jalan PramoedyaAnanta Toer 142. Tentu saja,

nama jalan ini tidak tercantum dalampeta di kawasan Jatinangor, Kab.Sumedang. Sebuah kawasan pen-didikan yang dikelilingi oleh institusipendidikan macam Universitas Pa-djadjaran, Universitas Winaya Mukti,Institut Kope-rasi Indonesia, danSekolah Tinggi Pemerintahan DalamNegeri (STPDN). Pramoedya AnantaToer, salah satu penulis besar danterkemuka di Indonesia, ditahbiskanmenjadi "jalan fiksi'' penanda alamatperpustakaan ini.

Perpustakaan itu bemama BaruApi. Begitu kita menginjakkan kakimasuk ke dalam, ruang berukuran se-kitar 7x6 meter dipenuhi oleh 'banyaknya rak buku. Mayoritas buku-buku yang ada di perpustakaan inimerupakan kajian-kajian humaniora(sejarah, filsafat, budaya, agama, poli-tik, dsb.). "Yang enggak ada cumakomik [epang," tutur Anton Solihin,empunya perpustakaan ini. Selainbuku-buku benema humaniora, terda-pat juga kumpulan kliping koran danmajalah yang telah terbundel rapi.Misalnya, tiga bundel kliping Majalahmusik Aktuil, hingga klipingan koranmulai dari tentang dangdut, budayadaerah, hingga soal politik.

Perpustakaan ini pun tak hanyamenyajikan buku, tetapi juga pelbagaifilm-film yang menandai dunia art-ci-nema modem ini. Kita bisa mene-mukan koleksi film-film sineas Prancismacam film-nva "Bande a Pan" karyaJean Luc Godard, atau film "\Julesand [tm" karya Francois Truffaut, ataukarva-karva dari Robert Bresson,]acques Tati, [ern Renoir, hinggakarya-karva film mulai dari Italia hing-ga ranah Skandinavia bahkan duniasinema Asia seperti India, Cina, Iran,Korea, dan Jepang tertata dalamkoleksi perpustakaan ini. Bahkan takhanya dari ranah asing, perpustakaanini pun dengan baik menyimpan danmendokumentasikan film-filmberkualiras dari tanah sendiri macam

"Bandung Lautan Api" (Alarn Sura-widjaja, 1974), "Kabut Surra Ungu"(Sjuman Ojaja, 1979), hingga "Se-cangkir Kopi Pahit" (Teguh Karya,1985). "Koleksi dalam perpustakaanini untuk buku sekitar 8.000 judul,kalau film sekitar 2.000 judul, kalaumusik lupa deh berapa yah," ujar An-ton.

Perpustakaan yang berdiri sejaktahun 1999 ini memang menjadi oasedi tengah kekakuan perpustakaan for-mal yang ada di institusi kampus-kam-pus. Apalagi [atinangor sebagai se-buah kawasan pendidikan berada disimpang jalan ketika hadimya malJatinangor Town Square seakan men-jadi daya magnet tersendiri bagi paramahasiswa di kawasan Jatinangordiban-ding dengan maraknya komuni-tas li-terasi atau jumlah perpustakaandi kawasan tersebut. "Paling-paling ju-ga banyak rental komik dibandingkandengan perpustakaan yang banyaktersebar di Jatinangor," ujar Anton.

Wawancara yang ditakukan padaSelasa (1/6) di Perpustakaan Batu Apidengan sang pengelola Anton Solihinini banyak menyoroti soal apreasidaya baca hingga alarn pikir praktisdan pragmatis dunia mahasiswa dalarnmenyelarni dunia perpustakaan.

Apa sih yang paling penting dalam se-buM penyelenggaraan perpustakaan?

Yang paling penting itu apresiasi.Apresiasi jadi penekanan pentingdalarn penyelenggaraan perpustakaankarena berdasarkan pengalaman saya,banyak orang yang tidak mengenalbuku, film, dan musik yang bagus danberkualitas. Penyebabnya mungkin sa-ja karena sejak pendidikan dasar tidakdididik untuk memiliki rasa ingin tahuyang besar. Banyak kasus seperti ini didunia mahasiswa jadinya. Merekatidak memiliki rasa ingin tahu dan ke-butuhan akan informasi yang lebih lu-as. Misal, banyak mahasiswa sejarahyang tidak menyukai kesejarahan ataubanyak mahasiswa sasrra Inggris yangtidak suka sasrra-sastra Inggris.

Sebagai perpustakaan yang berdiri dikawasan pendidikan dan dikelilingibanyak kampus, apakah ini menjadi

Kliping Humas Unpad 2010

------------~~-------------------------------------~---

Apa perbedaan kentara dengan ke-hadiran mal di ]atinangar bagiperpus-takaan Batu Api. Keberadaan sebuahperpustakaan di kawasan pendidikanyang tarik-menarik dengan sebuah mal Ketika infmmasi sudah menjadi sesu-yang lebih banyak menawarkan sisi hibu- atu yang penting, apa yang Anda lihatran, apa yang menjadi daya saingperpus- dari daya baca mahasiswa!takaan untuk menarik minat mahasiswa Tidak banyak berubah. Dunia ma-itu sendiri! hasiswa sudah terlalu akut dengan

Tekanan sepetti itu memang terasa. cara praktis dan pragmatismenya.Sekarang setelah terbangunnya mal Mahasiwa datang dan pinjam bukuJatinangor Town Square (jatos), hibu- sebatas untuk tugas kuliah atau bukuran bagi para mahasiswa jadi lebih yang memang di onstruksi positifmudah. Mal telah menyediakan dan oleh media. Keti a media bilangmenyajikan pelbagai hiburan yang buku ini bagus, baru mulai banyakmenarik minat mahasiswa. Kalau yang diburu orang. Masih sangat jarangsaya perhatikan, dulu sebelum muncul inisiatif dari mahasiswa un-berdirinya mal banyak komunitas-ko- tuk mencari informasi di luar konteksmunitas di Jatinangor yang rutin tugas kuliah atau skripsi. Namun,menyelenggarakan acara kayak bedah saya melihat pe ustakaan ini me-buku atau nonton film bareng, tetapi mang menjadi sebuah pilihan lainsekarang kuantitasnya memang jadi dari perpustakaa -perpustakaan for-berkurang. Namun tetap saja, saya mal di kampus. Kayak, anak-anakmelihat perpustakaan Batu Api dilihat dari jurusan eksakta (rnaternatika,dari sisi alternatif Tiap malam kita fisika, kimia) datang ke sini karena

hapit. Namun, awalnya saya tidak be- mahasiswa! memutarkan film yang notabene tidak memang mencari buku-buku human-gitu ambil pusing untuk kebutuhan Ketika saya rnencari-cari buku, akan tayang di bioskop dalam mal. iora yang tidak disediakan di perpus-mahasiswa. Misal, ketika saya dapat berdasarkan selera pribadi saya dulu Saya melihat justru ruang-ruang kecil takaan mereka.komplet majalah Intisari atau dapat tentu saja buku yang bakal saya pilih. macam perpustakaan Batu Api ini se- Perpustakaan-perpustakaan formalbuku-buku humaniora tua, tetapi Kadang saya tidak peduli jika buku itu bagai sepercik perlawanan. Sebab, di karnpus-kampus itu sangat kaku.temyata kebanyakan mahasiswa tidak temyata tidak dipinjam oleh maha- yang saya lihat sekarang kondisi sosial Maksudnya, hanya menyediakantettarik dengan hal-hal semacam itu, siswa. Saya berpikir, hanya untuk ini seperti diseragamkan. Seperti tiap buku-buku yang sesuai dengan juru-Setelah saya mati, temyata kebu- "menvelamatkan" atau mendokumen- saya pergi kemanapun saya seolah di- san mereka. Jadinya, mahasiswanyatuhan mahasiswa itu sangat praktis. tasikan buku-buku langka tersebut. bombardir dengan pelbagai budaya juga begitu. Anak sastra InggrisMisalnya, seorang mahasiswa sedang Kemudian saya berpikir untuk popular yang cenderung seragam. Tiap hanya baca buk -buku sastra Inggris,mendapat tugas untuk meneliti keris, menekankan apresiasi para mahasiswa kali saya makan di restoran musiknya anak FlSIP hanya baca-baca bukumaka yang ia cari di koleksi perpus- terhadap buku-buku. Beberapa tahun melayu macam ST12, atau pergi ke soal demokrasi clan politik, atau anaktakaan ini yaitu buku yang berjudul lalu, saya banyak membeli buku-buku mal musiknya juga pop melayu yang Fikom hanya baca buku seputar ko-keris. la tidak akan mau ketika di- psikoanalisis macam Erich Fromm dan sama. Untuk itu, saya melihat perpus- munikasi. Padahal ilmu itu sudahsodori buku misalnya mengenai ben- Sigmund Freud atau buku-buku semi- takaan Batu Api menyediakan alter- sangat multidimensi. Namun, alamda-benda tajam. Yah, analoginya otika Roland Barthes. Awalnva, jarang natif pilihan bagi para mahasiswa pikir praktis dan pragmatis di duniasepetti itu. Jadi, akhirnya lima tahun banget yang pinjam. Namun se arang, dalam mengkonsumsi informasi agar kampus itu sudah sangat kuat diterakhir saya mencoba untuk beradap- temyata mengalami lonjakan gat konstruksi sosial yang terjadi tidaklah dunia mahasiswa jadinya. Apalagitasi dan mengakomodasi kebutuhan- tajam karena kajian itu mem g lagi begitu seragam, misalnya kalau mau dengan munculnya intemet. Yah,kebutuhan semacam itu. Ketika kebu- tren di dunia mahasiswa j sosial. rrfendengarkan musik Sunda buhun dunia praktis dan pragmatis makintuhan mahasiswa jurusan sastra Rusia Dulu, di perpustakaan ini sa menye- atau gamelan bisa datang ke Batu Api. tambah jadi. (Idhar Resmadi) ***~----~--~-------~~------~~~~----------~----~~

paradoks bagipara mahasiswa dalammengapresiasi perpustakaan itu sendiri!

Pada saat awal saya buka perpus-takaan, harapan saya besar terhadapkeberadaan perpustakaan ini. Apalagiberdiri di kawasan pendidikan kayakJatinangor. Saya berharap akan men-jadi penyalur informasi dan menyedi-akan referensi tersendiri. Koleksi per-pustakaan ini merupakan buku-bukuyang saya dapat bany.ak di ternpatbuku bekas kayak di Palasari atau Ci-

unruk mendapatkan buku-buku sastraRusia itu susah mereka dapat di per-pustakaan kampusnya, akhirnya sayaperbanyak buku-buku sastra Rusiaberbahasa Indonesia. Atau buku-bukunaskah drama atau buku lingkungan,yang memang tidak tersedia di perpus-takaan kampus mereka. Banyak kasusmenarik kayak gitu.

Karena kebutuhan dunia mahasiswayang terlalu praktis dan pragmatis,bagaimana mengakonux/asi kebutuhan

HEYKAl SYA'8AN

diakan komik-komik Jepang, tetapitemyata itu jadi tekanan tersendiri.ltu menuntut update tiap minggu. ltuyang memberatkan. Malah banyakmahasiswa yang justru meminjamkomik Jepang dibandingkan denganbuku. Sekarang, komik itu sudah sayahilangkan sehingga di sini hanyatersedia buku teks saja-.

Lantas apa yang membuat Batu Apibisa bertahan!

Salah satu yang membuat Batu Apibisa bettahan karena memang sayatidak mengontrak sewa tempat. Inimumi merupakan rumah saya pribadi.Banyak komunitas-komunitas di jati-nangor yang membuat hal serupa, mi-sal bikin perpustakaan-perpustakaan diJatinangor, tetapi mereka cepat kolapskarena memang biaya sewa tempatyang begitu maha\. Pendapatan me-mang belum bisa diharapkan banyak.


Top Related