Download - Study Cohort
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang1,2,3,4
Kebutuhan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan pada beberapa tahun
terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi pada bidang kesehatan.
Pengetahuan tentang metodologi penelitian sangat penting karena masih terdapat
beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang dipublikasikan terutama dalam hal
metodologi penelitian dan biostatistika sangat diperlukan bagi klinisi dan pengelola layanan
kesehatan agar dapat melakukan penelitian atau menelaah hasil penelitian yang telah
dipublikasikan.
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi.
Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori, yakni epidemiologi deskriptif dan
epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik terdiri dari penelitian eksperimental dan penelitian
observasional.
Studi eksperimental meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai level
intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek dari berbagai level intervensi itu.
Studi observasional peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati
(mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan)
perubahan pada variabel-variabel pada kondisi yang alami. Studi observasional mencakup studi
kohort, studi kasus kontrol, dan studi potong-lintang.
Penelitian kohort merupakan salah satu penelitian observasional yang mengikuti proses
perjalanan penyakit ke arah depan berdasarkan urutan waktu. Penelitian kohort juga merupakan
penelitian intervensional, namun dalam hal ini intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, tetapi
dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan.
2
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort
2. Mengetahui manfaat penelitian kohort
3. Mengetahui macam-macam penelitian kohort
4. Mengetahui karakteristik studi kohort
5. Mengetahui langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort
6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan studi peneltian kohort
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian1
Studi kohort merupakan studi epidemiologis non-eksperimental yang sering digunakan
untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek atau penyakit. Kata kohort berasal
dari bahasa Romawi kuno, cohort, yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke medan
perang. Model pendekatan yang digunakan dalam rancangan kohort adalah pendekatan waktu
secara longitudinal atau time-periode approach. Bila hanya diamati satu kelompok subjek untuk
memperlihatkan kejadian tertentu (misalnya insidens penyakit), maka hasil studi kohort
merupakan data deskriptif. Namun, studi kohort lebih sering dipergunakan untuk memperoleh
hubungan antara faktor risiko dengan kejadian tertentu; dalam hal ini studi kohort bersifat
analitik.
Pada studi kohort, faktor risiko diidentifikasi lebih dahulu, kemudian subjek diikuti
sampai periode tertentu untuk melihat terjadinya efek atau penyakit yang diteliti pada kelompok
subjek dengan faktor risiko dan pada kelompok subjek tanpa faktor risiko. Hasil pengamatan
dianalisis dengan teknik tertentu sehingga dapat disimpulkan apakah ada hubungan antara faktor
risiko dengan kejadian penyakit atau efek.
2.2. Jenis-Jenis Studi Kohort1,2,3,4
Studi kohort pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni kohort
prospektif dan kohort retrospektif (historical cohort study). Di samping itu, dikenal pula suatu
modifikasi studi kohort yakni nested case-control study dan case-cohort study.
Pada studi kohort prospektif dengan pembanding internal, kohort yang dipilih sama sekali
belum terpajan oleh faktor risiko dan belum mengalami efek. Subjek tersebut diikuti, dimana
secara alamiah sebagian dari mereka akan terpajan faktor risiko (kelompok terpajan) dan
sebagian lainnya tidak (kelompok kontrol). Selanjutnya dilakukan follow-up untuk mendeteksi
terjadinya efek pada kedua kelompok.
Apabila subjek yang dipilih telah terpajan faktor risiko namun belom mengalami efek,
maka dipilih kelompok kontrol dari subjek lain yang tanpa faktor risiko dan efek. Desain ini
disebut dengan studi kohort prospektif dengan pembanding eksternal.
4
Suatu modifikasi studi kohort, dengan melakukan penelusuran terhadap kelompok kohort
yang sudah mengalami efek ini disebut studi kohort retrospektif. Dalam studi kohort dapat juga
digabungkan dengan suatu studi kasus kontrol, yaitu case-cohort study dan nested case-control
study.
Pada studi kohort prospektif dengan kelompok pembanding internal, subjek diikuti
sebelum terpajan dengan faktor resiko dan efek. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok,
yakni kelompok dengan faktor risiko dan kelompok tanpa faktor risiko. Kedua kelompok
tersebut diikuti hingga waktu tertentu untuk menentuka terjadi atau tidaknya efek yang diteliti.
Sehingga dapat ditarik hubungan antara faktor risiko (variabel bebas) dengan efek yang timbul
(variabel tergantung).
Gambar 2.1. Skema penelitian kohort prospektif dengan kelompok kontrol internal.1
Berbeda dengan studi kohort dengan pembanding internal, pada studi kohort dengan
pembanding eksternal penelitian dimulai dengan kelompok subjek dari populasi yang berbeda,
yakni satu kelompok dengan faktor risiko dan kelompok lain tanpa faktor risiko. Desain ini lebih
sering digunakan ketimbang studi kohort dengan studi kelompok pembanding internal, karena
umumnya lebih mudah untuk memilih subjek yang belum terpajan dan menunggu terjadinya
pajanan pada sebagian subjek tersebut. Meskipun memakai dua kelompok subjek yang berbeda,
studi ini tidaklah sama dengan studi kasus-kontrol. Pada studi kohort titik tolak penelitian
Penelitian mulai disini
Apakah terjadi efek?
Diikuti prospektif
Subjek tanpa faktor risiko
dan tanpa efek
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Ya
Ya
Tidak
Tidak
5
didasarkan pada perbedaan ada tidaknya faktor risiko, sedangkan pada studi kasus-kontrol
pemilahan berdasarkan pada ada tidaknya efek.
Keunggulan dari penelitian kohort dengan pembanding eksternal adalah biaya penelitian
yang relatif murah karena data yang dipakai sebagai kelompok kontrol berasal dari sensus atau
statistik kesehatan regional atau nasional. Penelitian jenis ini umumnya digunakan pada lapangan
kerja kedokteran atau kesehatan lingkungan untuk meneliti faktor risiko yang jarang terjadi atau
dianggap berbahaya.
Kelemahan dari penelitian ini terletak pada populasi subjek yang berbeda sehingga dapat
mengandung variabel perancu. Kelemahan lain adalah adanya kemungkinan ketidaklengkapan
atau ketidaksesuaian data kontrol untuk kebutuhan penelitian.
Gambar 2.2. Skema penelitian kohort retrospektif.1
Jenis modifikasi lainnya yaitu kohort retrospektif, dimana subjek diamati dalam kurun
waktu tertentu terhadap faktor risiko kemudian dinilai efek yang terjadi. Bedanya, faktor risiko
dan efek telah terjadi di masa lalu. Faktor risiko di masa lalu umumnya berasal dari lingkungan
dan penelitian dihitung sejak subjek terpajan. Penelitian ini hanya dapat dilakukan apabila data
Penelitian mulai disini
Apakah terjadi efek?
Diikuti prospektif
Subjek tanpa faktor risiko
dan tanpa efek
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Ya
Ya
Tidak
Tidak
6
mengenai faktor risiko dan efek tercatat lengkap pada catatan medik atau sumber lainnya.
Analisis dapat dilakukan dengan memasukkan unsur waktu.
Keunggulan studi ini adalah lebih ekonomis, baik dari segi biaya dan waktu, daripada
desain prospektif. Studi ini juga dinilai lebih unggul daripada studi kasus-kontrol karena kedua
kelompok berasal dari populasi yang sama sehingga bias dapat dihindari.
Ada kelemahan yang sulit dihindari dalam studi ini, yaitu dalam menentukan saat subjek
terpajan faktor risiko yang diteliti. Selain itu peneliti juga tidak dapat mengontrol keadaan dan
kualitas pengukuran yang telah dilakukan oleh orang lain pada masa lalu.
Dalam metodologi penelitian, dikenal desain hibrid, yaitu menggabungkan dua atau lebih
desain dasar. Dua desain hibrid yang terkenal adalah case-control study dan nested case-control
study. Pada dasarnya, kedua desain tersebut adalah studi kasus-kontrol yang dilakukan dalam
studi kohort.
Data yang digunakan dalam desain ini adalah data yang diperoleh dari studi kohort. Saat
merancang studi kohort sudah diduga terdapatnya variabel tertentu sebagai faktor risiko
timbulnya efek, tetapi karena biaya pemeriksaannya yang mahal, maka pemeriksaan ditunda
hingga studi kohort selesai. Setelah penelitian selesai, maka akan diperoleh sejumlah subjek
dengan efek positif yang berasal dari kelompok terpajan dan kontrol. Subjek dengan efek positif
tersebut dijadikan kasus dalam studi case-cohort. Pemilihan kontrol dilakukan secara random
pada kelompok awal kohort (yang tidak mengalami efek). Dengan demikian akan diperoleh dua
kelompok, yakni yang mengalami efek (kelompok kasus) dan sampel dari kohort awal
(kelompok kontrol). Pemeriksaan hanya dilakukan pada kedua kelompok ini saja.
Desain nested case-control study dapat dianggap varian case-cohort, namun terdapat
perbedaan dalam pemilihan subjek. Setiap ada subjek yang mengalami efek dicarikan
pasangannya satu atau lebih dari sisa kohort yang tidak mengalami efek dan yang masih berada
dalam pengamatan. Jadi mereka yang loss to follow-up tidak mempunyai kesempatan untuk
menjadi kontrol. analisis dilakukan sama seperti pada studi kasus-kontrol.
Kelebihan kedua desain ini adalah:
1. Jauh lebih efisien oleh karena pengukuran faktor risiko hanya dilakukan pada subjek
yang mengalami efek dan kontrol yang dipilih, jadi tidak semua subjek kohort
diperiksa
7
2. Subjek yang mengalami efek berasal dari populasi yang sama dengan kohort secara
keseluruhan
3. Dapat digunakan untuk meneliti beberapa penyakit sekaligus, berbeda dengan studi
kasus kontrol yang hanya dapat meneliti satu jenis penyakit
Namun, kedua desain ini cenderung untuk mengalami kesalahan pengukuran karena
faktor risiko baru diperiksa setelah ditemukan kasus, yang dapat memakan waktu lama sehingga
spesimen darah atau jaringan menjadi rusak. Kelemahan lain terletak pada keterbatasan
penggunaannya, yaitu peneliti memilih faktor risiko dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium yang mahal. Untuk itu perlu diperhatikan fasilitas laboratorium yang tersedia.
Masalah pengambilan sampel juga menjadi kelemahan dalam desain ini.
2.3. Langkah-langkah Pada Studi Kohort1,2,3,4
Untuk melaksanakan suatu studi kohort, dianjurkan melakukan persiapan disertai dengan
tahapan-tahapan kegiatan yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaannya.
1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
Langkah awal dari suatu studi kohort adalah merumuskan masalah atau
pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan
hipotesis penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi hipotesis tersebut,
akan tercermin berbagai variabel yang menjadi variabel penelitian, baik
yang bersifat variabel bebas, variabel terikat (dependent) maupun variabel-
variabel lainnya yang harus menjadi perhatian peneliti, antara lain variabel
kendali (kontrol), variabel pengganggu serta variabel lainnya yang harus
dipertimbangkan.
2. Penetapan populasi kohort
Dalam memilih populasi kohort harus diperhatikan beberapa hal tertentu seperti
berikut:
a. Populasi kohort sedapat mungkin agak stabil
b. Populasi kohort dapat bekerja sama selama penelitian
c. Populasi kohort mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow-up selama
penelitian
d. Populasi kohort memiliki derajat keterpaparan yang cukup
e. Anggota kohort tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.
8
Dalam hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan kelompok
kontrol betul-betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang menderita (suspect
case) efek yang akan diteliti. Subjek yang terpilih dari populasi harus memenuhi
kriteria pemilihan, meliputi kriteria inklusif dan eksklusif.
Disebut kriteria inklusif adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi
target dan populasi kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria
yang sesuai dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal
tersebut dapat dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas -batas tertentu, tetapi
hal ini harus dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut
yang merupakan jarak antara idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi.
Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang telah
memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena
beberapa hal antara lain:
a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu
pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian, umpamanya bila terdapat
predisposisi atau faktor genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
b. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi, umpamanya
mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.
c. Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat
untuk dapat berpartisipasi.
d. Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi. Sumber
populasi kohor dapat berasal dari berbagai kelompok populasi.
1) Kelompok penduduk yang tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan
kesehatan tertentu.
2) Kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau instansi tertentu.
3) Kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan yang menggunakan
pelayanan tertentu seperti kelompok akseptor, kelompok dengan pengobatan
radiasi dan lain-lain.
4) Kelompok penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.
5) Untuk populasi yang tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal dari:
a. Kelompok kohort yang sama
9
b. Populasi umum asal populasi kohort
c. Populasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi
kohort yang terpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.
Semua anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatan dimulai.
Dalam memilih populasi kohort ada beberapa faktor yang secara rinci perlu
diperhatikan pula;
a. Komparabilitas sampel, artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki
atribut yang sama (tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol
untuk menghindari bias seleksi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
b. Frekuensi faktor risiko, artinya bila faktor risiko tinggi maka diusahakan
memilih populasi penelitian yang berasal dari masyarakat umum (komunitas).
Sebaliknya, bila faktor risiko rendah atau jarang ditemukan, maka populasi
penelitian dapat dipilih dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko
tinggi untuk menderita penyakit yang diteliti.
c. Frekuensi penyakit di mana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian
penyakit dalam masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang
disertai dengan waktu follow-up yang lebih lama.
d. Derajat sensitivitas pengamatan dimana setiap peningkatan faktor risiko
dengan presisi yang tinggi akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang
diperlukan akan menjadi bertambah besar pula.
e. Representatif populasi penelitian , artinya populasi yang dipilh sedapat
mungkin mendekati ciri-ciri yang diinginkan untuk dianalisis, baik untuk
kelompok studi maupun untuk kelompok kontrol.
f. Tingkat asesibilitas, artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan
informasi lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan
faktor risiko dan proses terjadinya penyakit.
3. Identifikasi subjek penelitian
Subjek pada pengamatan kohort dapat dengan efek negatif maupun dengan efek
positif. Pada studi kohort prospektif, kedua kondisi ini dapat terjadi pada akhir
pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat dijumpai baik pada kelompok
terpapar (kelompok target) maupun pada kelompok yang tidak terpapar (kelompok
10
kontrol). Pada pengamatan kohort prospektif dengan kontrol internal, kelompok
kontrol terbentuk secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohort yang tidak
terpapar dengan faktor resiko yang diamati.
Pada bentuk kohort dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai keuntungan
tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal dari
populasi yang sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapat dilakukan
follow-up dengan tata cara dan waktu yang sama.
Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada kelompok target
dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa taktor risiko internal (seperti
rentannya kelompok target terhadap gangguan kesehatan atau penyakit tertentu),
dapat pula sebagai faktor risiko eksternal (misalnya faktor lingkungan atau perilaku
maupun kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah seseorang
terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di samping itu, perbedaan
faktor risiko antara dua kelompok yang diamati dapat pula hanya berbeda pada
intensitas, kualitas, dan waktu keterpaparan, seperti perokok aktif dan mereka yang
berada di sekitar perokok aktif tersebut.
Pada penelitian kohort, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya tidak
diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota kelompok target,
terutama bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek
dengan faktor risiko (kelompok target) jauh lebih besar bila dibanding dengan
kelompok kontrol. Namun dalam beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu
dipertimbangkan, misalnya apabila peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh
pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel terbatas,
atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil bila
dibanding dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila variabel luar cukup
banyak ragamnya, teknik matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap
dipaksakan, akan mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecil sehingga sulit
mengambil kesimpulan yang definitif.
Untuk penelitan kohort, perlu mendapatkan perhatian utama dalam menentukan
efek secara standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak menderita
11
penyakit yang diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya negatif palsu
cukup besar bila tidak dilakukan standar penentuan diagnosis.
4. Memilih kelompok kontrol
Kelompok kontrol dalam penelitian kohort adalah kumpulan subjek yang tidak
mengalami pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target.
Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok kontrol dapat dalam beberapa
bentuk:
a. Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target dengan variabel
faktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol tanpa variabel tersebut pada
populasi vang sama.
b. Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variabel lingkungan,
di mana kelompok target berada/hidup pada lingkungan tersebut sedangkan
kelompok kontrol bebas dari pengaruh lingkungan bersangkutan.
c. Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol dipilih dari
mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas, kualitas,
kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih rendah) dibanding kelompok target.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pemilihan kelompok kontrol pada rancangan
kohor biasanya tidak disertai dengan teknik matching. Keadaan tanpa teknik
matching biasanya pada pemilihan kelompok kontrol seperti berikut.
a. Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.
b. Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok yang
terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan kelompok tanpa
risiko (kontrol).
Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada pemilihan kelompok
kontrol adalah pada kondisi berikut:
a. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara teliti
dan mendalam.
b. Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.
c. Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.
5. Mengamati timbulnya efek
12
Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara
bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu pengamatan prospektif
kohort tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul,
dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan
penyakit/masalah kesehatan yang diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya
timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag
positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan
tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai
faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan
dibutuhkan masa pengamatan hanya 9 bulan untuk setiap subjek.
Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan hanya pengamatan
tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir, tetapi dapat
pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara periodik
menurut interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir penelitian. Di
samping itu, dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara kelompok target dan
kelompok kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu sebagai unit analisis
sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan skala rasio.
Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat harus dilakukan
berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk
mengurangi bias, sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem "blind" di mana
penilai tidak mengetahui apakah yang dinilainya adalah kelompok target atau
kelompok kontrol, walaupun hal demikian agak sulit diterapkan.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohort adalah
hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan
yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, bila sejak awal
diketahui bahwa ada subjek yang akan berpindah tempat, sebaiknya tidak
diikutsertakan pada penelitian. Bila subjek dipilih dengan teknik matching, maka
setiap subjek yang hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari
pengamatan. Apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar,
pengamatan harus dihentikan.
13
Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari pengamatan, dapat dilakukan
perhitungan person years pada akhir pengamatan.
a. Bila subjek menolak ikut/drop-out selama penelitian, sedangkan kegiatan
penelitian tetap teruskan, dapat dilakukan analisis hasil sebagai berikut :
1. Usahakan keterangan tentang keadaan insiden mereka yang drop-
out/menolak ikut
2. Bandingkan sifat karakteristik tertentu mereka yang menolak/drop out
dengan populasi kohort
3. Follow-up mereka yang menolak drop out melalui sarana lain
4. Melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada kelompok kohort
untuk menilai kecenderungan penyakit yang diteliti dari waktu ke waktu.
b. Perhitungan person years dilakukan terutama pada:
1. Anggota kohort memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya
2. Sejumlah anggota kohort meninggal atau drop-out selama masa penelitian
c. Perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out:
1. Adakan perhitungan nilai rate maksimal (mereka yang drop out dianggap
menderita semua)
2. Adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap
tidak menderita)
3. Adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out sama keadaannya
dengan yang tidak drop out
4. Adakan perhitungan dengan menambahkan penyebut sebesar setengah dari
jumlah drop out.
Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah mengalami
keterpaparan merupakan hal yang cukup penting dan sangat mempengaruhi hasil
penelitian kohort. Penentuan dimulainya follow-up merupakan hal yang penting dan
berbagai hasil yang diamati sangat dipengaruhi oleh waktu awal follow-up tersebut.
Hal ini erat hubungannya dengan awal keterpaparan maupun awal setiap anggota
kelompok memasuki pengamatan. Hal lain yang juga sangat penting dalam
penelitian ini adalah lamanya masa pengamatan.
6. Perhitungan hasil penelitian
14
Perhitungan hasil penelitian dilakukan dengan menghitung risiko relatif (relative risk,
RR) atau disebut juga dengan risk ratio. RR diketahui dengan membandingkan
insidens efek pada subjek dengan risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa
risiko.
Tabel 2.1. Analisis dasar studi kohort.1
Faktor
Risiko
Efek
Ya Tidak Jumlah
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Risiko relatif dihitung dengan rumus RR= a/(a+b) : c/(c+d). Dimana sel a merupakan
subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek, sel b merupakan subjek dengan
faktor risiko tetapi tidak mengalami efek, sel c merupakan subjek tanpa faktor risiko
tetapi mengalami efek dan sel d merupakan subjek tanpa faktor risiko dan tidak
mengalami efek.
Sebagai contoh dikemukakan suatu studi kohort yang mencari hubungan antara
kebiasaan mandi di kali dengan infeksi saluran kemih pada anak usia 7-12 tahun.
Dalam periode 10 tahun didapatkan infeksi saluran kemih pada kelompok anak yang
mandi di kali 30/1000 anak per tahun pengamatan, sedangkan pada anak yang tidak
mandi di kali adalah 12/1000 anak per tahun pengamatan. Sehingga risiko relatif
menjadi = 30/1000 : 12/1000 = 2,5.
2.3. Kelebihan dan Kekurangan Studi Kohort1,2,3,4
Seperti pada jenis desain penelitian, studi kohort mempunyai beberapa keuntungan dan
kekurangan, yang harus dengan cermat dipertimbangkan oleh peneliti dalam pemilihannya untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
2.3.1. Kelebihan Studi Kohort
Kelebihan dalam studi ini adalah:
15
1. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti
2. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan
antara faktor risiko dengan efek secara temporal
3. Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif
4. Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor
risiko tertentu
5. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi kohort
memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang
makin meningkat
2.3.2. Kekurangan Studi Kohort
Adapun kekurangan studi ini adalah
1. Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
2. Sarana dan biaya biasanya mahal
3. Studi kohort seringkali rumit
4. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang
5. Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor risiko
dapat menganggu analisis hasil
6. Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti
membiarkan subjek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap merugikan pasien
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Tambunan Taralan, dkk. 2008. Studi Kohort. Dalam: Sastroasmoro, Sudigdo (eds).
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto
2. Gordis, Leon. 2004. Epidemiology. Philadelphia : Elsevier Saunders
3. Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : Penerbit EGC
4. Noor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi. Makassar : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin