STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN
ANTARA SISWA LULUSAN MI DAN SD PADA KELAS VII
MTs HUSNUL KHATIMAH ROWOSARI TEMBALANG
SEMARANG TAHUN 2007
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Dan Melengkapi
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata (S.1)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
SYAICHUNA ULWAN STALIS NIM. 3102093
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian pula skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Deklarator
Syaichuna Ulwan Stalis NIM. 3012093
ABSTRAK
Syaichuna Ulwan Stalis (NIM. 3102093). Studi Komparasi kemampuan membaca al-Qurt’an antara siswa llusan MI Dan SD Pada Kelas VII MTs Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang Tahun 2007. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2008. Penelititian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an antara siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang tahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapanngan (field research) dengan teknik komparasi. Subyek penelitian sebanyak 38 responden menggunakan penelitian populasi. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes perbuatan . Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis komparasi menggunakan rumus t-tes.Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: terdapat perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an antara siswa lulusan MI dan SD dengan perolehan mean XI 77.976 sedangkan mean X2 66.853. Standar Deviasi yang diperoleh X1 4.210 dan X2 3.845. Standar error MX1 0.941 dan standar error MX2 sebesar 0.961.penghitungan standar error MX1 dan MX2 yaitu 1.379 dan to yanh dihasilkan sebesar 8.0659. Hasil to setelah dikonsultasikan dengan t tabel 1%= 2.423 dan 5%= 1.684, menunjukkan bahwa to lebih besar dari t tabel.dengan hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an antara siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang tahun 2007. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi lembaga pendidikan dan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kompetensi guru hususnya dalam kemampuan membaca al-Qur’an.
PENGESAHAN
Nama Tanggal Tanda Tangan Drs. Abdul Wahib, M.Ag. Ketua Dra. Siti Mariam, M.Pd. Sekretaris Drs. H. Mustaqim, M.Pd. Penguji I Hamdani, M.Ag. Penguji II
MOTTO
÷ρ r& ÷ŠÎ— ϵ ø‹ n= tã È≅Ïo? u‘ uρ tβ#u™öà) ø9$# ¸ξ‹ Ï? ös? ∩⊆∪
“Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. Al Muzzammil: 4).
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sepenuhnya kepada:
• Bapak dan ibuku tercinta H.Muslih dan Hj. Rofiah.
• Istriku tersayang Tatik Nur Hidayati yang baru saja melahirkan anak
pertama.
• Anakku tercinta Muhammad Aufa Husni
• Kakak-kakakku Cholid Masyhari, S.Ag. dan Maftuhul Hadi S. Ag.
• Keponakanku Qisti Tazkia Azhari, Zidan Kautsar Azhari dan Hilal
Ramadhan.
• Saudara seperjuangan mahasiswa angkatan 2002 Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
vii
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Azza wa jalla atas limpahan
rahmat, Taufik, hidayah serta inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna
memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Untaian Shalawat dan salam senantiasa tersemai kepada revolusioner
sejati Nabi Muhammad saw, yang telah membawa risalah Islam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat
menjadi bekal hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Adalah suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan
dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas
yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam
proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis itu
sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena
beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Drs. Achmad Sudja’i selaku wali studi yang telah memberikan saran dan
bimbingan selama selama penulis menempuh pendidikan S.I Fak. Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
4. Drs.Jasuri, M. Si dan Drs. H. Rahardjo, M. Ed. St, selaku pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan, saran, dan
bimbingan serta motivasi kepada penulis.
5. Dosen pengajar beserta staff karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
viii
6. Bapak ibuku H. Muslih dan Hj. Rofiah terhormat, kakak-kakakku Cholid
Masyhari, S. Ag dan Maftuhul Hadi, S. Ag, dan segenap famili yang telah
memberikan dukungan moral dan material dengan tulus.
7. Istriku tercinta Tatik Nur Hidayati dan anakku tersayang Muhammad Aufa
Husni.
8. Teman-teman seperjuangan pak Lubis, Pakde Samsi, Pak Tape, Dai,
Sulaiman. Temen di kos Toing, Mamat, Sofyan Wildani makasih banyak
untuk semuanya.
9. Temen PPL di MTs Negeri 1 Ketileng Semarang.
10. Tim KKN XLVIII Desa Banjarsari Kec. Kandangan Kab. Temanggung.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Penulis menyadari demi perbaikan dan penyempurnaan penulisan skripsi
ini, penulis dengan rendah hati membuka serta menerima saran dan kritik yang
konstruktif dari berbagai pihak.
Sebelum penulis tutup, penulis hanya dapat mendo’akan mudah-mudahan
segala upaya, dan bantuan dari berbagi pihak dijadikan sebagai amal sholeh
mutaqobbalan dan mendapat balasan serta ridho dari Allah Swt. Dan akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin
Semarang, 29 Januari 2008
Syaichuna Ulwan Stalis NIM. 3102093
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
DEKLARASI .................................................................................................. ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv
PENGESAHAN .............................................................................................. v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 5
D. Perumusan Malasah ................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an .......................................... 9
1. Pengertian membaca Al-Qur’an ......................................... 11
2. Tujuan Membaca Al-Qur’an .............................................. 15
3. Proses Belajar membaca Al-Qur’an .................................. 15
4. Adab membaca Al-Qur’an.................................................. 17
5. Tempo membaca Al-Qur’an ............................................... 18
6. Syarat-syarat Membaca Al-Qur’an Yang Baik................... 19
B. Upaya Penumbuhan Membaca Al-Qur’an ............................... 27
1. Intern .................................................................................. 27
2. Ekstern ............................................................................... 32
C. Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Dasar (SD)................. 34
1. Madrasah Ibtidaiyah (MI) .................................................. 34 x
2. Sekolah Dasar (SD)............................................................ 35
D. Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an ........................................... 35
E. Telaah Pustaka.......................................................................... 36
F. Hipotesis Penelitian.................................................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian...................................................................... 40
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 40
C. Variabel Penelitian ................................................................... 41
D. Populasi dan Sampel ................................................................ 41
E. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 42
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pendahuluan ............................................................................. 45
B. Pengujian Hipotesis.................................................................. 46
1. Analisis pendahuluan ......................................................... 46
2. Analisis Uji Hipotesis ........................................................ 50
3. Analisis Lanjut ................................................................... 53
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 54
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 56
B. Saran-saran............................................................................... 56
C. Penutup..................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Syaichuna Ulwan Stalis
NIM : 3102093
Tempat/ Tanggal Lahir : Semarang, 09 Pebruari 1983
Alamat Asal : Dk. Krasak RT 04/III Rowosari Tembalang
Semarang 50279
Alamat Sekarang : Jl. Wolter Monginsidi Gg. Jaten 1 RT 01/VIII
Pedurungan Tengah Semarang
Jenjang Pendidikan :
1. MI Miftahul Ulum lulus tahun 1995
2. MTs. Futuhiyyah 1 lulus tahun 1998
3. MAK Futuhiyyah 1 lulus tahun 2001
4. IAIN Walisongo Semarang
Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI angkatan tahun 2002
Semarang, 29 Januari 2008
Penulis
Syaichuna Ulwan Stalis NIM. 3102093
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kitab suci al-Qur'an, merupakan mukjizat terbesar yang diberikan
oleh Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup
bagi umat manusia dan sekaligus menjadi sumber nilai-nilai keislaman
dan norma-norma hidup bermasyarakat di samping al-Sunnah, yang
terdiri dari “30 juz,114 surat dan 6236 ayat”1 yang diturunkan selama
“dua puluh dua tahun dua bulan dan dua puluh dua hari lamanya”.2
Al-Qur'an sebagai pedoman dan tuntunan hidup umat manusia
sangat penting untuk dikaji, dipahami, dan dihayati sekaligus diamalkan
bagi umat manusia khususnya umat Muslim, agar dapat terhindar dari
segala bahaya tipu muslihat syaitan. Sebagaimana hal tersebut, al-Qur'an
juga mempunyai fungsi pokok yaitu sebagai pedoman utama dalam
mengambil keputusan setiap masalah.
Membaca al-Qur'an merupakan amal yang sangat mulia dan akan
mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya merupakan
kitab suci Illahi. Al-Qur'an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang
Mukmin baik dikala senang maupun susah, dikala gembira ataupun
sedih. Malahan membaca al-Qur'an bukan saja menjadi amal dan ibadah
tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.
Dalam ajaran Islam, bukan membaca al-Qur'an saja yang menjadi
ibadah dan amal yang mendatangkan pahala dan rahmat, tetapi
mendengarkan bacaan al-Qur'an pun akan menjadi amalan shaleh.
Firman Allah swt. dalam al-Qur'an menyebutkan sebagai berikut :
)٢٠٤األعراف ( وإذا قرئ القرأن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون
1 M. Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur'an/Tafsir,(Jakarta: Bulan
Bintang, 1994), hlm. 57 2 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an, (Jakarta: Mizan, 1996), hlm. 11
1
2
“Dan apabila dibacakan al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Q.s al-A’raf : 204) 3
Inilah indahnya agama Islam hanya dengan mendengarkan bacaan
al-Qur'an saja dengan baik, dapat menenangkan jiwa yang gelisah dan
melunakan hati yang keras dan mendatangkan hidayah, hal inilah dalam
ayat tersebut dinamakan dengan rahmat. Dengan demikian membaca dan
mempelajari al-Qur'an akan dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Al-Qur'an diturunkan tidak sekedar untuk dibaca dalam arti
pelafalan kata dan kalimat-kalimatnya saja, tetapi yang paling penting
adalah pemahaman, penghayatan dan pengamalannya. Kemukjizatan al-
Qur'an antara lain terletak pada segi bahasa dan kandungannya, yang
akan nampak dan terasa manfaat kemukjizatan ini apabila mampu
memahami dan mengamalkannya secara utuh dan konsisten. Jadi
kehebatan al-Qur'an, kesempurnaan, keterlurusan, keterbaikan, dan
jaminannya untuk mengantarkan manusia pada kehidupan yang bahagia
hanya akan nyata dan terasa apabila dicoba dan benar-benar diupayakan
pengaktualisasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam memahami dan menghayati (belajar) isi kandungan al-
Qur'an dibutuhkan juga pemahaman baca tulis al-Qur'an yang baik,
karena pemahaman baca tulis al-Qur'an menjadi syarat penting yang
harus dikuasai dalam mengkaji dan memahami materi ayat-ayat al-
Qur'an. Sebagaimana perintah-Nya yang tercantum dalam al-Qur'an dan
yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW berikut ini:
ماالكر كبرأ والقلم. إقر )۵-٣: العلق(علم االنسان مالم يعلم .الذي علم ب
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.s al-‘Alaq: 3–5) 4
3 Majma, Malik Al Fahd, Alquran dan Terjemah Maknanya Dalam Bahasa Indonesia,
(Madinah:Thaba’at Almushaf Asy Syarif, 1424), hlm. 356.
3
من : قال النىب صلىاهللا عليه وسلم : عن عثمان ابن عفان رضىاهللا عنها قال 5)رواه البخارى( وإمناالعلم بالتعلم ىف الدين يرداهللا به خريايفقهه
Telah bersabda Rasullullah SAW.: barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka ia dikaruniai kefahaman agama, dan sesungguhnya ilmu pengetahuan itu hanya dapat diperoleh dengan belajar (HR. Bukhori)
Ayat dan Hadits tersebut di atas merupakan perintah dan anjuran
dari Allah Swt. yang ditujukan kepada umat manusia khususnya umat
Islam untuk senantiasa belajar membaca, karena dengan membaca (al-
Qur'an) manusia akan semakin bertambah luas ilmu pengetahuan dan
wawasannya.
M. Quraish Sihab, menyatakan bahwa : “perintah membaca
merupakan sesuatu yang paling berharga yang pernah dan dapat
diberikan kepada umat manusia. Membaca dalam aneka maknanya
adalah syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi,
serta syarat membangun peradaban”.6
Perintah belajar bukan hanya terbatas pada ruang dan waktu.
Artinya, kewajiban belajar tidak hanya terbatas pada perbedaan jenis
kelamin, tingkat usia, tingkat materi dan lain-lain semua berkewajiban
melaksanakannya karena pendidikan Islam menganut faham belajar
sepanjang hayat. Bahkan ada sebagian pendapat yang mengatakan
bahwa belajar merupakan jihad di jalan Allah SWT, karena dengan
belajar kemajuan bangsa dan agama akan dapat dicapai.
Demikian juga dengan belajar membaca al-Qur'an, seharusnya
juga dimulai sedini mungkin, karena dengan demikian anak masih
4 Ibid, hlm. 1079 5 Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhori, (Semarang:
Thaha Putra, tt.p) hlm. 26 6 M. Quraish Shihab, Op.cit., hlm. 6
4
banyak kesempatannya untuk melakukan segala aktivitas yang
berkenaan dengan pengetahuan belajar membaca al-Qur'an.
Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi :
: مسعت رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم يقول : عن أىب أمامة الباهلى قال أدبوا أوالدكم على ثالث خصال حب نبيكم وحب أهل بيته وقراءة القرأن
رواه (فان محلة القرأن ىف ظل اهللا يوم الظل إال ظله مع انبيا ئه وأصفيائه
7 )الطرباىنDidiklah anak-anakmu pada tiga perkara : Mencintai Nabimu, mencintai ahli bait, dan membaca al-Qur'an. Sebab orang-orang yang memelihara al-Qur'an itu berada dalam lindungan singgasana Allah SWT. pada hari tidak ada perlindungan selain-Nya beserta para Nabi-Nya dan orang-orang yang suci. (H.R. Thabrany)
Hadits di atas merupakan anjuran bagi setiap orang tua agar
selalu memperhatikan belajar membaca al-Qur'an anak-anaknya sedini
mungkin. Ini tujuannya adalah agar anak mulai tertanam dihatinya nilai-
nilai ajaran-ajaran Islam dan perhatiannya terhadap kecintaan dalam
mempelajari al-Qur'an sejak masih kecil, sehingga dewasanya nanti anak
akan terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan dirinya atau orang
lain.
Membaca al-Qur’an tidak begitu saja asal baca, tetapi diajarkan
membacanya dengan tartil yaitu dengan bacaan yang pelan dan tenang,
akan tetapi sesuai dengan makharijul huruf.
Dalam membaca al-Qur’an bermacam macam jalur yang
ditempuh oleh setiap mukmin, antara lain informal seperti privat,
mengaji pada kyai dan sebagainya. Juga dengan jalur formal, yaitu lewat
lembaga lembaga pendidikan Islam, misalnya Madrasah Ibtidaiyah (MI)
ataupun bisa juga di lembaga penddikan sekolah dasar (SD), sehingga
tingkat kemampuan dalam membaca al-Qur’an bervariasi. Menjadikan
anak anak dapat membaca al-Qur’an semenjak kecil, antara lain dengan
7 Jalaludin Abdurahman Ibn Abi Bakr As-Syuyuty, Al-Jami’us Shohir, (Beirut: Dar al-Fikr,
tt.p.) hlm. 14
5
memanfaatkan jalur jalur untuk membaca al-Qur’an adalah
kebijaksanaan bagi orang tua. Hal ini akan mendidik anak menjadi orang
yang shaleh dan mempunyai pondasi agama yang kuat.
Bertolak dari fenomena di atas pada penelitian ini ingin mencoba
mencari jawaban apakah ada perbedaan kemampuan membaca al-Qur'an
antara siswa lulusan MI dan SD.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diketahui bahwa al-Qur’an diturunkan
oleh Allah Swt. dalam bentuk bahasa Arab. Untuk bisa memahami,
mengajarkan dan mengamalkannya membutuhkan proses awal yaitu
membaca. Sehingga membaca merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk diajarkan kepada anak, dalam hal ini adalh peserta didik.
Melalui penjelasan di atas dapat ditentukan obyek penelitian yang
menjadi permasalahan yaitu kemampuan membaca al-Qur’an siswa
lulusan MI dan SD.Dan Penulis akan mencoba meneliti masalah tersbut
untuk dikomparasikan.Peneliti mengambil lokasi penelitian di Madrasah
Tsanawiyah Husnul Khatimah Rowosari.Sehingga dapat dirumuskan
judul dalam penilitian ini adalah “Studi komparasi kemampuan
membaca al-Qur’an antara siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII
MTs. Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang Tahun 2007”.
Karena siswanya ada yang berasal dari MI dan SD.
C. Pembatasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan dan
menafsirkan judul penelitian ini, maka lebih baiknya jika pada
pembahasan ini dijelaskan dan didefinisikan terlebih dahulu apa maksud
dan tujuan dari judul penelitian. Adapun istilah-istilah judul penelitian
ini yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
6
1. Studi Komparasi
Studi adalah “suatu penyelidikan yang kritis, hati-hati dan penuh
perhatian, kajian dan telaah”.8 Sedangkan komparasi adalah kata
yang diadopsi dari bahasa Inggris “Comparison : The act if
comparing”9 yang berarti tindakan membandingkan.
Maka yang dimaksud dengan studi komprasi adalah penelitian yang
dilakukan sebagai usaha penyelidikan untuk membandingkan antara
variabel-variabel dalam penelitian.
2. Kemampuan Membaca al-Qur'an
Kemampuan dapat berati “kesanggupan, kecakapan, atau
kekuatan”.10
Membaca adalah “aktivitas melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau dalam hati, mengeja atau dengan
melafalkan apa yang tertulis”.11
al-Qur'an, secara etimologis al-Qur'an berarti “bacaan” atau yang
dibaca, berasal dari kata qara’a yang berarti membaca.12 Hal ini
tertuang dalam al-Qur'an surat al-Qiyamaah: 18
)١٨: القيامة ( هآنر قعبات فاهنأرا قذإف
“Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”.(Q.s : al-Qiyamaah: 18)13
Dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa ayat tersebut mengandung
makna :
“Apabila malaikat telah membacakannya, maka amalkanlah syari’at-syari’at dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Dan, mungkin juga yang dimaksud adalah apabila
8 Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 1991), hlm. 1465 9 C. Ralph Taylor, Webster World University Dictionary, (Washington: Publicher
Company, 1965), hlm. 213 10 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka,
Jakarta, 2005) Cet. 1, hlm. 742. 11 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 83. 12 Muslim Nurdin, dkk., Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 1993), hlm. 49 13 Alquran dan Terjemah Maknanya, Op. Cit., hlm.999.
7
malaikat membacakan al-Qur'an itu kepadamu, maka dengarkanlah kemudian bacalah sebagaimana malaikat membacakannya kepadamu”.14 Dengan memperhatikan tafsir di atas dapat diketahui bahwa
membaca yang dimaksud pada ayat tersebut adalah membaca al-Qur'an.
Maka, definisi al-Qur'an bila dipandang dari segi bahasa mempunyai arti
membaca.
Sedangkan secara terminologi al-Qur'an adalah sumber utama
ajaran Agama Islam merupakan wahyu yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril, yang sampai
kepada kita secara mutawatir 15 yang membacanya merupakan ibadah.
Adapun yang dimaksud dengan kemampuan membaca al-Qur'an
adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan melakukan aktivitas
kompleks yang mencakup fisik dan mental dalam memahami dan
mengerti sumber utama ajaran Agama Islam dengan melalui kegiatan
melisankan pada suatu simbol-simbol huruf.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka maksud dari
judul penelitian ini adalah suatu penelitian ilmiah yang mengkhususkan
pada pengkajian bidang kemampuan membaca al-Qur'an. Yaitu suatu
usaha untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan atau persamaan
kemampuan membaca al-Qur'an siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII
MTs Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini, sebagaimana yang
dimaksud dengan judul penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur'an siswa lulusan MI pada
kelas VII MTs Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang ?
14 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jilid 29., terj. Hery Noer Ali,
(Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 249. 15 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002) Cet. 10, hlm, 249.
8
2. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur'an siswa lulusan SD pada
kelas VII MTs Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang?
3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca al-Qur'an antara
siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs Husnul Khatimah
Rowosari Tembalang Semarang?
E. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan hasilnya nanti
akan dapat membantu memberi sumbangan pemikiran dalam ;
1. Berpartisipasi memberikan solusi atas problematika pendidikan
berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar PAI yang disebabkan
pada masalah kemampuan membaca al-Qur'an.
2. Ikut serta mencarikan solusi bagi pendidik dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar al-Qur'an siswa, khususnya yang
berkaitan dengan metode belajar al-Qur'an.
3. Ikut serta memberi saran dan pertimbangan-pertimbangan bagi
pengelola pendidikan dalam pengambilan kebijakan sekolah
khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar al-Qur'an.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kitab suci al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah
swt. kepada nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tak
ada bandingannya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul ayat-ayat
Illahi yang dapat menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa
saja yang mempercayai serta mengamalkannya. Bukan itu saja, al-
Qur’an juga sebagai kitab suci yang paling penghabisan diturunkan
Allah swt. yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari'ah yang
terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu,
setiap orang yang mempercayai al-Qur’an, akan bertambah cinta
kepadanya, cinta akan membaca, mempelajari dan memahaminya serta
pula mengamalkan dan mengajarkannya sampai merata rahmatnya bagi
penghuni alam semesta.
Tujuan diturunkannya al-Qur'an ke bumi ini tidak lain adalah
untuk menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi mereka yang ingin
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur'an diturunkan tidak
hanya untuk suatu kaum atau untuk suatu abad saja, tetapi untuk seluruh
umat manusia dan berlaku sepanjang masa, karena luas ajarannya sama
dengan luasnya umat manusia. Dan tidak itu saja isi al-Qur'an terjamin
kemurnian dan keotentikannya. Sebagaimana janji dan tantangan dari
Allah swt. dalam al-Qur'an :
نا له لحافظون نا نحن نزلنا الذكر وإ )٩: احلجر ( إ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (Q.s Al-Hijr : 9)1
1 Majma, Malik Al Fahd, Alquran dan Terjemah Maknanya Dalam Bahasa Indonesia,
(Madinah:Thaba’at Almushaf Asy Syarif, 1424), hlm. 391.
9
10
Ayat di atas menurut al-Maraghi dalam Tafsirnya, merupakan
dorongan kepada Nabi saw., yang ketika berdakwah mendapat ejekan
dari kaumnya yang mengingkari atas kemukjizatan al-Qur'an. Lebih
jelasnya al-Maraghi menafsirkan ayat tersebut merupakan :
“Suatu gambaran pada permulaan zaman akan datang orang-orang yang memelihara dan melindunginya, menyeru manusia kepadanya, dan mengeluarkan bagi mereka apa yang terkandung di dalamnya berupa pelajaran, hukum, adab dan ilmu yang sesuai dengan berbagai penerimaan yang dikeluarkan oleh akal dan berbagai teori serta pendapat yang disimpulkan oleh pikiran, lalu orang-orang arif menjadikannya sebagai penerangan, dan para ahli pikir menjadikannya sebagai petunjuk. Oleh karena itu, janganlah kamu, hai Rasululah, berduka cita karena apa yang mereka katakan dan perbuat.2
Dengan memperhatikan tafsir di atas dapat diperoleh gambaran
bahwa orang-orang zaman dahulu masih merasa malu mengakui atas
kebenaran dan keotentikan al-Qur'an walaupun di dalam hatinya
membenarkan bahwa al-Qur'an merupakan wahyu yang tidak ada
keraguan di dalamnya. Oleh sebab itu, Allah swt. lebih keras
menantangnya, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Baqarah : 23 :
ه وادعوا وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثلون الله إن كند من اءكمدهشادقنيص م23: البقرة ( ت(
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”(Q.s al-Baqarah : 23)3
Pada tafsir al-Azhar ayat tersebut dijelaskan:
“Hamba yang dimaksud pada ayat tersebut adalah Muhammad Saw., pada ayat ini Tuhan telah menyatakan bahwa al-Kitab itu tidak ada keraguan padanya, merupakan petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Tetapi masih ada orang yang ragu-ragu yang
2 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jilid 23., terj. Hery Noer Ali, (Semarang:
Toha Putra, 1989), hlm. 12 3 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. Cit hlm. 12.
11
menyebabkan mereka menjadi munafik, sehingga ada yang mulanya telah menyatakan percaya tetapi hatinya tetap ragu.”4 Dengan berdasar pada ayat di atas menjadi bukti keotentikan dan
kemurnian bahwa isi al-Qur'an tidak terdapat keraguan di dalamnya
akan adanya campur tangan manusia untuk merubah dan/atau
menghilangkan sebagian atau seluruh isinya.
Setiap Mukmin yakin, bahwa membaca al-Qur'an termasuk amal
mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang
dibacanya merupakan kitab suci Illahi. Al-Qur'an adalah sebaik-baik
bacaan bagi orang Mukmin baik dikala senang maupun susah, dikala
gembira ataupun sedih. Malahan membaca al-Qur'an bukan saja menjadi
amal dan ibadah tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang
gelisah jiwanya.
Dalam ajaran Islam, bukan hanya membaca al-Qur'an saja yang
menjadi ibadah dan amal yang mendapat pahala dan rahmat, tetapi
mendengarkan bacaan al-Qur'an pun dapat menjadi amalan shaleh.
Sebagaimana firman-Nya telah disebutkan:
)٢٠٤: األعراف (وإذا قرئ القرأن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون “Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Q.s al-A’araf : 204)5
Inilah indahnya ajaran Islam, hanya dengan mendengarkan
bacaan al-Qur'an saja dengan baik bisa menjadi rahmat sehingga dapat
menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakan hati yang keras dan
mendatangkan hidayah. Dengan demikian membaca dan mempelajari al-
Qur'an akan mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur'an
Dalam kamus besar bahasa Indonesia membaca diartikan
sebagai “aktivitas melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis
4 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 1, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982), hlm. 149. 5 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. Cit hlm. 256.
12
dengan melisankan atau dalam hati, mengeja atau dengan melafalkan
apa yang tertulis”.6
Dalam al-Qur'an, yang dijelaskan oleh M. Quraish Shihab
kata membaca berasal dari bahasa Arab “qara’a yang terulang
sebanyak tiga kali dalam al-Qur'an”7 yaitu :
a. al-Qur'an surat al-Israa’ : 14
)١٤: اإلسراء ( بنفسك اليوم عليك حسيبا إقرأ كتابك كفى“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.”(Q.s al-Israa’ : 14)8
b. al-Qur'an surat al-‘Alaq : 1
لقالذي خ كبم رأ باس١: العلق (إقر( “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”.(Q.s al-‘alaq : 1)9
c. al-Qur'an surat al-‘Alaq : 3
مكر )٣: العلق (إقرأ وربك األ “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.”(Q.s al-‘Alaq: 3)10
Lebih lanjut M. Quraish Shihab juga membedakan antara
membaca yang berakar dari kata qara’a dengan tala tilawatan,
dimana kata yang terakhir ini digunakan untuk obyek bacaan-bacaan
yang sifatnya suci dan pasti benar (mis. al-Qur'an). Sedangkan kata
qara’a mengandung pengertian yang masih luas yaitu obyek bacaan
yang datangnya dari Allah swt. atau dapat selainnya.11
Dengan demikian membaca al-Qur'an yang dimaksud adalah
aktivitas melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan
melisankan atau dalam hati, mengeja atau dengan melafalkan apa
6 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 83. 7 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 168. 8 Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 426. 9 Ibid, hlm. 1079. 10 Ibid. 11 M. Quraish Shihab, loc.cit.
13
yang tertulis, berkenaan dengan sumber utama ajaran agama Islam
yang “diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dari permulaan
surat al-Fatihah sampai akhir surat al-Nas.12
Dengan bertolak dari definisi di atas maka yang dimaksud
dengan kemampuan membaca al-Qur'an adalah aktivitas kompleks
yang mencakup fisik dan mental untuk digunakan melihat tulisan dan
mengerti serta dapat melisankan apa yang tertulis di dalam al-Qur'an.
Perintah membaca dalam Islam merupakan perintah yang
paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia. Karena,
membaca merupakan jalan yang dapat menghantarkan manusia
mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna. Sehingga, tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa membaca, adalah syarat utama guna
membangun peradaban.
Alangkah baiknya perintah belajar membaca ini bila dimulai
sejak dini, karena membaca merupakan komponen utama dalam
memahami dan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, sehingga
dengan membaca orang akan bertambah informasi-informasi yang
dapat menambah wawasan pengetahuannya.
Menurut Mulyono Abdurrahman yang mengambil
pendapatnya Lenner, menyebutkan bahwa :
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kendala dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.13 Demikian juga dengan belajar membaca al-Qur'an, seharusnya
juga dimulai sedini mungkin, karena dengan mulai belajar al-Qur'an
sedini mungkin, anak masih banyak kesempatannya untuk melakukan
12 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits Dirasah Islamiah 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada), hlm. 55. 13Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), Cet. 1, hlm. 200.
14
segala aktivitas yang berkenaan dengan pengetahuan belajar al-
Qur'an. Hal ini bertujuan agar anak mulai tertanam dihatinya nilai-
nilai ajaran-ajaran Islam dan perhatiannya terhadap kecintaan dalam
mempelajari al-Qur'an sejak masih kecil, sehingga dewasanya nanti
anak akan terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan dirinya atau
orang lain.
Membaca al-Qur'an dalam Islam, tergolong amalan yang
banyak mendatangkan manfaat dan kebaikan di dunia maupun di
akhirat kelak bagi orang yang melakukannya. Kebaikan di dunia bagi
orang yang membaca al-Qur'an dapat terhindar dari segala godaan
syaitan yang akan menyesatkan hidupnya di dunia, sedangkan
kebaikan di akhirat adalah orang yang banyak membaca al-Qur'an
akan mendapat pembelaan di akhirat kelak, sebagaimana Hadits
Rasulullah SAW:
مسعت رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عن أىب أمامة الباهلى قال ه :يقول ألصحاب إقرأوا القرأن فإنه يأتى يوم القيامة شفيعا رواه (
14)مسلم
Dari Abu Umamah Al Bahali berkata; aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda : bacalah al-Qur'an karena dia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela bagi orang yang membacanya.(H.R. Muslim)
Membaca al-Qur'an sebagaimana Hadits tersebut di atas
merupakan ativitas yang sangat positif sekali apabila dapat dilakukan
secara terus-menerus dilakukan oleh setiap Muslim karena dia (al-
Qur'an) akan membela bagi siapa saja yang membacanya di hari
kiamat kelak. Dengan melihat begitu pentingnya membaca al-Qur'an
maka sudah seharusnya ada metode-metode belajar membaca al-
Qur'an guna melatih anak-anak dalam hal memahami dan menghayati
isi kandungan al-Qur'an.
14 Imam Muslim, Shahih Muslim Juz I, (Bairut: Dar al-Kutub, tt.p.), hlm. 553.
15
2. Tujuan Membaca al-Qur,an
Kitab suci al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Itu merupakan rahmat bagi seluruh alam. Satu-satunya mu’jizat yang
kekal sepanjang masa. Kitab suci al-Qur’an juga merupakan kitab suci
yang terahir yang diturunkan Allah. Isinya mencakup seluruh pokok
syari’at yang ada pada kitab-kitab sebelumnya. Karena itu setiap orang
yang membaca al-Qur’an dengan hati khusyu’ dan mengharapkan ridho
dari Allah Swt., niscaya bertambahlah keimanan dan kecintaannya. Selain
itu pula di dalamnya berisi kandungan wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk
bagi siapa saja yang mngimani dan mengamalkannya.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al-Baqarah ayat 2
yang berbunyi:
)2:البقره( يب فيه هدى للمتقني ذ لك الكتا ب الر
"Kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." (Q. S. al-Baqarah: 2) Ayat di atas mengungkapkan tujuan yuang dicapai seseorang
ketika membaca al-Qur’an yaitu sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa. Artinya Orang Islam yang mengaku dirinya beriman dalam
menjalankan hidup agar senantiasa menjadikan al-Qur’an sebagai
pedoman hidup.
3. Proses Belajar membaca Al-Qur'an
Bagi manusia belajar merupakan suatu kewajiban yang mesti
dijalankan, karena jendela wawasan informasi ilmu pengetahuan
dapat diperoleh hanya dengan belajar. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW :
قال النىب صلىاهللا عليه وسلم : عن عثمان ابن عفان رضىاهللا عنها قال 15)رواه البخارى(من يرداهللا به خريايفقهه فىالدين وإمناالعلم بالتعلم:
15Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhori, (Semarang:
Thaha Putra, tt.) hlm. 26.
16
“Telah bersabda Rasullullah SAW.: barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka ia dikaruniai kefahaman agama, dan sesungguhnya ilmu pengetahuan itu hanya dapat diperoleh dengan belajar” (HR. Bukhori)
Belajar merupakan “usaha melatih daya, agar berkembang
sehingga dapat berfikir, mengingat, dan sebagainya”.16 Belajar juga
mengandung pengertian “terjadinya perubahan dari persepsi dan
perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan
kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap”.17
Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Menurut Crow and Crow belajar adalah: “Modification of
behavior accompanying growth processes that are brought about
through adjustment to tensions inceptive sensory stimulation”.18
Yaitu perubahan tingkah laku yang diiringi dengan proses
pertumbuhan yang ditimbulkan melalui penyesuaian diri terhadap
keadaan lewat rangsangan atau dorongan.
Sedangkan menurut Ernest R. Hilgard dan Gordon H. Bower
bahwa belajar merupakan :
“Process by which an activity originates or is changed through to an en countered situation provided that the characteristic of the change in activity can not be explained on basic of native response tendencies, maturation, or temporary states of the organism (ex. Fatigue, drugs, etc.)”.19 Maksudnya, belajar merupakan aktivitas yang dilakukan
secara teratur yang proses ini dapat menimbulkan perubahan karakter
dalam tindakan yang tidak dapat dijelaskan dasar keaslian,
kecenderungan, respon, pemaksaan seorang anak/kedudukan
16M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 21. 17Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002),
cet. 3, hlm. 45. 18Crow and Crow, Human Development and Learning, (New York, American Book
Company, 1956), hlm. 215 . 19Ernest R. Hilgard, Gordon H. Bower, Theories of Learning, (New York: Division of
Meredith Publishing Company, 1966), hlm. 2.
17
sementara atas organisme, (misalnya: kelelahan, obat-obatan, dan
lain-lain).
Al-Qur'an, adalah kitab suci bagi umat Islam yang
diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia dan sekaligus
menjadi sumber nilai-nilai keislaman dan norma-norma hidup
bermasyarakat di samping Hadits/al-Sunnah yang sangat penting
untuk dikaji dan dipelajari.
Belajar memahami dan menghayati isi kandungan ayat-ayat
al-Qur'an dibutuhkan pemahaman baca tulis al-Qur'an yang baik,
karena hal ini menjadi syarat penting yang dipakai dalam mengkaji
dan memahami materi ayat-ayat al-Qur'an.
4. Adab Membaca al-Qur'an
Meskipun al-Qur'an juga merupakan bacaan dalam konteks
bahasa, tetapi berbeda cara membacanya dengan kitab-kitab lain. Ini
karena, al-Qur'an merupakan kitab suci yang berisi qalam Allah yang
harus dimuliakan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi
orang yang akan membaca al-Qur'an supaya dalam membacanya
mendapat keberkahan dan rahmat dari Allah swt. yaitu :
a. Disunatkan membaca sesudah berwudlu, karena ia termasuk dzikir yang paling utama.
b. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan membaca al-qur'an.
c. Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat. d. Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca. e. Membaca ta’awwuz, pada permulaannya. f. Membaca basmalah pada permulaan setiap surat, kecuali surah
at-Taubah. g. Membacanya dengan tartil. h. Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya. i. Meresapi makna dan maksud ayat-ayat al-qur'an. j. Membaguskan suara dengan membaca al-qur'an. k. Mengeraskan bacaan al-qur'an karena membacanya dengan suara
jahar lebih utama. 20
20 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS., (Jakarta: Pustaka
Litera Antar Nusa, 2001), cet. ke-6., hlm. 269 –273.
18
5. Tempo Membaca Al-Qur’an
Dalam seni suara seperti nyanyian dikenal istilah tempo untuk
menunjukkan apakah suatu lagu dibawakan dengan cepat dan bersemangat
seperti lagu-lagu mars atau dengan lambat dan khidmat seperti dalam lagu
hymne. Seni membaca al-Qur’an juga tidak terlepas hubungannya dengan
masalah tempo ini.
Ahli tajwid memberi istilah untuk tempo bacaan al-Qur’an dengan
maratibul qiraah. Maratib (tingkatan) tempo bacaan dalam pengucapan
huruf yang normal (tidak terlalu cepat atau lambat) diukur dari jumlah
harakat (ketuk) yang dipergunakan. Dalam bacaan terdapat hokum mad
atau ghunnah yang berhubungan dengan tempo berapa lama suatu
pengucapan. Standar yang dipergunakan adalah harakat (ketuk) selama
gerakan membuka dan menutup jari tangan bagi tiap harakat (klasik) atau
lebih kurang setengah detik. Tempo bacaan ini berkisar antara satu hingga
enam harakat.
Ada empat macam tempo yang disepakati ahli tajwid yaitu:
a. Tempo Tartil
Membaca baca dengan pelan dan tenang maksudnya tidak
tergopoh-gopoh namun tidak pula terseret-seret. Huruf diucapkan
dengan jelas satu persatu, tepat menurut makhraj dan sifatnya.
Terpelihara dengan baik ukuran panjang pendeknya serta berusaha
mengerti kandungan maknanya.
b. Tempo Tahqiq
Bacaan dengan tempo ini pada dasarnya sama dengan tartil.
Perbedaannya dalam bacaan ini lebih dipelankan dan apabila perlu
ukurannya dapat melebihi tartil. Tempo ini hanya dipergunakan dalam
pelajaran hingga hingga murid akan lebih dapat menangkap maksud
dan mempraktekkannya.
c. Tempo Hadr
Bacaan Hadr merupakan lawan dari tartil yaitu membaca cepat tapi
tetap menjaga hokum-hukumnya.cepat mengandung pengertian bukan
19
kecepatan keluar huruf dari mulut tapi menggunakan ukiuran yang
terpendek. Jadi jelas bacaan hadr tetap menjaga peraturan yang
berlaku.
d. Tempo Tadwir
Bacaan tadwir adalah bacaan yang memakai ukuran pertengahan
antara tartil dan hadr.21Dalam penelitian ini ukuran membaca al-
Qur’an yang penulis maksudkan adalah bacaan yang tartil.
6. Syarat-syarat membaca al-qur'an yang baik
Dengan melihat hal-hal di atas, maka perlu diperhatikan
bahwa membaca al-Qur'an tidak boleh sembarang dan gegabah ada
syarat-syarat tertentu yang perlu diperhatikan oleh orang yang akan
membacanya yang disebut dengan adab membaca al-Qur'an, jika
tidak mampu melaksanakan semua minimal sebagaian besar sudah
dapat melakukannya. Misalnya :
a. Tartil dalam membaca al-Qur'an
Tartil membaca al-Qur'an adalah membaca al-Qur'an dengan
bacaan pelan-pelan dan terang serta memberikan kepada setiap
huruf hak-haknya seperti membaca panjang dan idgham.22
Dalam hal ini adalah membaguskan bacaan
huruf/kalimah/ayat-ayat secara perlahan-lahan/tidak tegesa-gesa,
satu persatu, tidak bercampur aduk ucapannya, teratur, terang dan
sesuai dengan hukum ilmu-ilmu tajwid. Sebagaimana dalam
firman-Nya :
)٤: املزمل (ورتل القرأن ترتيال “Dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan”.(Q.S. Muzzammil : 4)23
21 A. Nawawi Ali, Pedoman Membaca Al-Qur’an (ilmu tajwid), (Semarang: PT. Mutiara
Sumber Widya, 1997), hlm. 26-28. 22 Manna Khalil al-Qattan, Op. Cit . 270. 23 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., hlm 988.
20
Dalam Tafsir al-Maraghi dijelaskan :
“Tartil yang dimaksud pada ayat di atas adalah menghadirkan hati ketika membaca, tidak hanya sekedar mengeluarkan huruf-huruf dari tenggorokan dengan mengerutkan muka, mulut dan irama nyanyian, sebagaimana biasa dilakukan oleh para Qari’. Sehingga hikmah tartil adalah memungkinkan perenungan hakekat-hakekat ayat dan detail-detailnya, misalnya sampai pada disebutkannya nama Allah swt.”.24 Dengan demikian, membaca al-Qur'an dengan tartil akan
lebih banyak mendatangkan rahmat dan tuntunan kepada orang
yang membacanya serta dapat membuat penghormatan kepada al-
Qur'an.
b. Ketepatan pada Tajwid
Tajwid adalah ilmu yang “memberikan kepada huruf akan
hak-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan
asalnya, serta menghaluskan pengucapannya dengan cara yang
sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-
paksakan”.25 Dengan demikian ketepatan pada Tajwid dapat
diukur dengan betul dan tidaknya pelafalan huruf-huruf al-
Qur'an, yang berkaitan dengan tempat berhenti, panjang
pendeknya bacaan huruf, dan lain sebagainya.
Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-
kaidah tertentu yang harus dipedomani dalam pelafalan huruf-
huruf dari makhrajnya di samping harus pula diperhatikan
hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya
dalam cara pelafalannya. Oleh karena itu ia tidak dapat diperoleh
hanya sekedar dipelajari namun juga harus melalui latihan,
praktek dan menirukan orang lain yang sudah baik bacaannya.
Adapun Ilmu Tajwid sebagai disiplin ilmu membahas
beberapa di antaranya yaitu :
24 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jilid 29., terj. Hery Noer Ali,
(Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 182. 25 Manna Khalil al-Qattan, Op. Cit., hlm. 265.
21
a. Tentang hukum nun sukun atau tanwin, yang terdiri dari
bacaan :
- Izhar (إظهار) menurut ethimologi berarti memperjelas
dan menerangkan. Sedangkan dalam istilah tajwid adalah melafalkan huruf-huruf Izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung. Dengan demikian apabila ada nun sukun atau
tanwin bertemu dengan huruf hijaiyyah ( , هاء , ه مهزغني , عني , خاء , حاء ) wajib hukumnya dibaca Izhar.
- Iqlab (إقالب ) menurut ethimologi berarti merubah
sesuatu dari bentuknya.
Sedangkan menurut istilah Tajwid berarti meletakan
huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan
memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang
disembunyikan (huruf mim). Dengan demikian apabila
ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf
hijaiyyah : ( باء) wajib hukumnya dibaca Iqlab.
- Idgham (إدغام ) menurut ethimologi berarti memasukan
sesuatu ke dalam sesuatu. Bacaan Idgham ini dibagi
dua yaitu Idgham Bighunnah (إدغام بغنه ) dan Idgham
Bila Ghunnah (إدغام بالغنه).
Idgham Bighunnah (إدغام بغنه ), yaitu apabila ada nun
sukun atau tanwin bertemu dengan huruf hijaiyyah : ياء واو, ميم , نون ,
Dan Idgham Bila Ghunnah ( yaitu apabila ,( بالغنهإدغام
ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf
hijaiyyah : راء, الم
22
- Ikhfa’(إخفاء) menurut ethimologi berarti
menyembunyikan.
Sedangkan menurut istilah ilmu Tajwid berarti
melafalkan huruf antara Izhar dan Idgham, tanpa
tasydid dan disertai dengan dengung. Maka apabila ada
nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf hijaiyyah
selain yang telah disebutkan maka wajib hukumnya
dibaca Ikhfa’.
b. Tentang hukum mim sukun, yang terdiri dari bacaan :
- Ikhfa’ safawi (إخفاء شفوي) menurut ethimologi
berarti menyembunyikan. Sedangkan menurut istilah
ilmu Tajwid berarti melafalkan huruf yang sifatnya
antara Izhar dan Idgham (tanpa tasydid), disertai
dengan dengung. Dengan begitu apabila ada mim
sukun berjumpa dengan huruh hijaiyyah : باء maka
hukumnya dibaca Ikhfa’ Safawi. - Idgham mutamasilain (إدغام متماثلني) menurut
ethimologi berarti memasukan sesuatu ke dalam
sesuatu. Dan menurut istilah ilmu Tajwid berarti
memasukan huruf yang sukun ke dalam huruf yang
berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang
bertasydid. Sehingga apabila ada mim sukun berjumpa
dengan huruh hijaiyyah : ( ميم) maka hukumnya
dibaca Idgham mutamasilain.
23
- Izhar Safawi ( menurut ethimologi berarti ( شفويإظهار
memperjelas dan menerangkan. Sedangkan menurut
istilah Tajwid berarti melafalkan huruf-huruf izhar dari
makhrajnya tanpa dengung. Maka apabila ada mim
sukun berjumpa dengan huruh hijaiyyah selain باء dan
.wajib hukumnya dibaca Izhar Safawi .ميم
c. Tentang bacaan mad, adapun pembagiannya adalah
sebagai berikut :
- Mad thabi’i ( ىمد طبيع ). Yaitu apabila ada nun sukun
setelah kasrah, mim sukun setelah dlamah, dan alif sukun setelah fathah.
- Mad jaiz (مد جائز). Yaitu apabila ada huruf mad
sesudahnya terdapat hamzah tetapi bukan merupakan satu kalimat.
- Mad Wajib ( واجبمد ). Yaitu apabila ada huruf mad
sesudahnya terdapat hamzah tetapi masih dalam satu kalimat.
d. Tentang Waqaf
Secara ethimologi waqaf berarti berhenti atau menahan.
Sedangkan dalam istilah Tajwid waqaf berarti
memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak
dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya. Adapun jenis-
jenisnya adalah sebagai berikut:
- Waqaf Lazim (harus)
Waqaf lazim juga disebut juga waqaf taam (sempurna)
karena berhentinya setelah kalimat sempurna dan tidak
berkaitan dengan kalimat sesudahnya. Biasanya waqaf
lazim ditandai dengan huruf mim.
24
- Waqaf Ja’iz (boleh)
Yaitu bacaan yang boleh diwashal dan juga boleh
disambung. Waqaf jenis ini terbagi menjadi dua yaitu :
waqaf kafi dan waqaf hasan.
Waqaf kafi adalah bacaan yang boleh diwashal atau
diwakaf, akan tetapi waqaf lebih baik daripada washal.
Dinamakan demikian karena berhenti di tempat itu
dianggap cukup, tidak membutuhkan kalimat
sesudahnya sebab secara lafal tidak ada kaitannya.
Waqaf kafi dalam al-Qur'an ditandai dengan قلي( ).
Waqaf hasan adalah bacaan yang boleh washal atau
waqaf, akan tetapi washal lebih baik dari wakaf.
Dinamakan demikian karena berhenti di tempat itu
lebih baik. Dalam al-Qur'an waqaf hasan ditandai
dengan )صلي(
- Waqaf Muraqabah (terkontrol)
Waqaf Muraqabah disebut juga dengan ta’anuqul-
waqfi (dua waqaf berhenti). Yaitu terdapatnya dua
tempat waqaf di lokasi yang berdekatan, akan tetapi
hanya boleh berhenti pada salah satu tempat saja.
- Waqaf Mamnuu’ (dilarang)
Yaitu berhenti di tengah-tengah kalimat yang belum
sempurna yang dapat mengakibatkan perubahan
pengertian, karena mempunyai kaitan yang sangat erat
secara lafal dan makna dengan kalimat sesudahnya.
Oleh karena itu, dilarang berhenti di tempat seperti ini.
Waqaf Mamnuu’ dalam al-Qur'an ditandai dengan )ال( .
25
- Waqaf Saktah Lathifaf (berhenti sejenak)
Yaitu memutuskan suara (selama dua harakat) di akhir
kata, tanpa bernafas. Dalam al-Qur'an ditandai dengan
)س( .
c. Ketepatan pada makhrajnya
Ketepatan pada makhraj dapat diukur dari betul atau
tidaknya mengeluarkan huruf-huruf hijaiyyah pada makhrajnya.
Setiap huruf hijaiyyah mempunyai tempat yang berbeda-beda,
sehingga apabila ingin melafalkannya membutuhkan kejelian dan
pemahaman sifat-safat tersebut. Adapun pembagian sifat
keluarnya huruf-huruf hijaiyyah dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:26
No. Nama Huruf Kelompok Huruf Sifat-Sifatnya 1. Hamzah Halqiyah
(tenggorokan) Jahr, syiddah, istifal, infitah, ishmat.
2. Ba’ Syafawiyah (bibir)
Jahr, syiddah, qalqalah, istifal, infitah, idzlaq
3. Ta’ Nith’iyah (Langit-langit)
Syidah, istifal, infitah, hams, ishmat
4. Tsa Litsawiyah (gusi) Hams, rakhawah, istifal, infitah, ishmat
5. Jim Syajariyah (tengah lidah)
Jahr, syiddah, qalqalah, istifal, infitah, ishmat
6. Ha Halqiyah Hams, rakhawah, istifal, infitah, ishmat
7. Kha Halqiyah Isti’la, hams, rakhawah, infitah, ishmat
8. Dal Nith’iyah Jahr, syiddah, qalqalah, istifal, infitah, ishmat
9. Dzal Litsawiyah Jahr, rakhawah,
26 M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-lagu Tilawaatil Qur’an dilengkapi dengan Tajwid
dan Qasidah (Surabaya: Apollo, 1997), cet. 3, hlm. 169-173.
26
istifal, infitah, ismat 10. Ra Dzalaqiyah
(pinggir lidah) Jahr, inhiraf, takrir, pertengahan, istifal, infitah, idzlaq
11. Zay Asaliyah (ujung lidah)
Jahr, shafir, rakhawah, istifal, infitah, ishmat
12. Sin Asaliyah Shafir, hams, rakhawah, istifal, infitah, ishmat
13. Syin Syajariyah (tengah lidah)
hams, rakhawah, istifal, infitah, ishmat
14. Shad Asaliyah Isti’la, ithbaq, shafir, hams, rakhawah, ismat.
15. Dhad Syajariyah Jahr, isti’la’, ithbaq, istithalah, rakhawah,
16. Tha Nith’iyah Jahr, syiddah, isti’la, ithbaq, qalqalah, ishmat
17. Zha Litsawiyah Jahr, isti’la, ithbaq, rakhawah, ishmat
18. ‘Ain Halqiyah Jahr, pertengahan, istifal, infitah, ishmat
19. Ghain Halqiyah Jahr, isti’la, infitah, rakhawah, ishmat
20. Fa Syafawiyah Hams, rakhawah, infitah, idzlaq
21. Qaf Lahawiyah (tekak) Jahr, syiddah, isti’la’, qalqalah, ishmat
22. Kaf Lahawiyah Syiddah, hams, istifal, infitah, ishmat
23. Lam Dzalaqiyah Jahr, inhiraf, istifal, infitah, idzlaq
24. Mim Syafawiyah Jahr, pertengahan, istifal, gunnah, idzlaq
25. Nun Dzalaqiyah Jahr, istifal, infitah, ghunnah, idzlaq
26. Ha’ Halqiyah Hams, rakhawah, istifal, infitah, ishmat
27. Wau Syafawiyah Jahr, rakhawah, istifal, layin, ishmat, khafa
28. Ya Syajariyah Jahr, rakhawah, istifal, infitah, layin,
27
ishmat, khafa
B. Upaya Penumbuhan Membaca Al Qur'an
1. Intern
Keluarga dalam tinjauan sosiologis adalah unit pertama dan
istitusi pertama dalam masyarakat yang terdiri dari suami dan istri dan
anak-anak, yang diakui oleh anggota masyarakatnya.27 Dimana hubungan
yang terdapat didalamnya sebagian besarnya bersifat hubungan-hubungan
langsung. Disitulah terbentuknya tahap-tahap awal proses
pemasyarakatan, dan melalui interaksi dengannya ia memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam
hidup dan dengan itu ia memperoleh ketentraman dan ketenangan.28
Suatu keluarga sebagaimana suatu bangsa tidak akan bisa hidup
tenang dan bahagia tanpa adanya peraturan, kendali, dan disiplin yang
tinggi. Kepincangan dalam menerapkan peraturan mengakibatkan
kepincangan dalam kehidupan. oleh sebab itu dalam keluarga perlu
adanya suatu peraturan yang mengikat anak sehingga anak akan selalu
taat dalam mematuhi peraturan keluarga tersebut sebagaimana contoh
peraturan yang berkaitan dengan waktu belajar, yang mana hal ini harus
mendapatkan pengawasan secara langsung dari keluarga terutama dari ibu.
Kemampuan membaca al Qur'an anak dalam keluarga merupakan
hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar dan
tatanan perilku di masyarakat. Dengan anak yang disiplin dalam
berperilaku keagamaan berarti separoh tugas orang tua (ibu) telah selesai.
Kemampuan membaca al Qur'an anak muncul karena adanya
motivasi dan dorongan dari berbagai pihak : orang tua terutama ibu dan
bapak dan lingkungan sekitar. Kreativitas itu muncul sebagai reaksi dari
berbagai faktor diantaranya adalah kewibawaan orang tua (ibu).
27 Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000), hlm. 162. 28 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: PT Al-Husna Zikra, 1995), hlm. 346.
28
Secara bahasa disiplin berarti ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan, tata tertib dan sebagainya. Menurut pandangan penulis bahwa
disiplin adalah proses mengarahkan atau mengabdikan kehendak-
kehendak langsung, dorongan-dorongan, keinginan atau kepentingan-
kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai
efek yang lebih besar.
Begitu pula kedisiplinan dalam membaca al Qur'an menurut ajaran
agama dapat tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
ketaatan, kepatuhan, kesetiaaan, keteraturan dam ketertiban.
Dengan demikian jelas bahwa anak akan bisa konsisten terhadap
peraturan yang dibuatnya sendiri sehingga kemampuan membaca al Qur'an
anak akan bisa lebih maju apabila anak diberi suatu kepercayaan dari
orang tua terutama ibu. Orang Tua harus memberikan kebebasan yang
penuh bagi anak dalam belajar tentang membaca al Qur'an. Anak harus
dilatih untuk menjadi pemimpin, karena betapapun kecil dan sederhananya
suatu persoalan, akan membutuhkan perhitungan yang jelas dan tepat.29
Sebagai orang tua yang bertanggungjawab atas masa depan dan
perkembangan anak-anaknya sudah sewajarnyalah mengetahui hal-hal apa
yang dapat meningkatkan prestasi belajar yang merupakan bagian dari
keberhasilan pendidikan anak.
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa tujuan kedisiplinan
belajar dalam kreativitas adalah untuk membuat peserta didik terlatih dan
terkontrol dalam belajar baik dalam bidang keagamaan maupun yang
lainnya, sehingga ia memiliki kecakapan cara belajar tentang agama yang
baik. Selain itu juga merupakan proses pembentukan perilaku yang baik
hingga ia mencapai suatu pribadi yang luhur, yang tercermin dalam
kesesuaian perilaku dengan norma-norma atau aturan-aturan belajar yang
ditetapkan serta kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan diri
sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar, sehingga tujuan anak
yang terpenting dan mendasar akan bisa tercapai.
29Ibid, hlm. 256.
29
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, kita perlu membuat
planning terlebih dahulu tentang bagaimana metode atau cara yang harus
kita gunakan untuk mencapai tujuan yang ingin kita capai dengan hasil
yang sebaik mungkin, karena kedisiplinan dan kemampuan membaca al
Qur'an anak sangat diperlukan dalam mendidik anak supaya anak dengan
mudah menerapkan pengetahuan atau pengertian sosial antara lain
mengenai hak milik orang lain, mengerti dan segera menuntut untuk
menjalankan kewajiban dan secara langsung menjauhi larangan, mengerti
tingkah yang baik dan buruk, belajar mengendalikan keinginan dan
berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukum, mengorbankan
kesenangan sendiri tanpa peringatan orang lain.
Keberhasilan membaca al Qur'an anak dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam diri individu
yang belajar (Faktor Internal), ada yang berasal dari luar diri individu
(faktor eksternal). Jika diuraikan, kondiasi individual pelajar ini dapat
dibedakan menjadi dua kelompok kondisi atau faktor yaitu:
a. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kreativitas seseorang. Orang yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan berlainan kreativitas dari orang yang dalam
kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan
kreativitas dibawah anak-anak yang kekurangan gizi, merasa cepat
lelah, mudah mengantuk, dan tidak mudah menerima pelajaran.
Dengan demikian jelas bahwa kreativitas itu memerlukan kesehatan
jasmani dan rohani, kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi
yang seimbang, baik jasmani maupun rohani selaras. 30
Disamping kondisi fisiologis umum itu, hal yang tidak kalah
pentingnya adalah kondisi pancaindera, terutama penglihatan dan
pendengaran. Sebagaian besar yang dipelajarai oleh manusia dipelajari
30Harahap, E.I Lantang, Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta: Gunung Agung, 1987),
hlm. 161.
30
dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran. Orang belajar
kreatifitas dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan
observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan
keterangan guru, mendengarkan ceramah mendengarkan keterangan
orang lain dalam diskusi, dan sebagainya. Karena pentingnya peranan
penglihatan dan pendengaran inilah maka dalam lingkungan
pendidikan formal orang melakukan berbagai penelitian untuk
menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat
dilihat dan didengar.31
b. Kondisi Psikologis
Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh
terhadap proses kreativitas yang juga bersifat psikologis itu. Beberapa
faktor psikologis yang utama akan dikemukakan di sini secara singkat.
a.) Minat
Yaitu keinginan, kemauan, kehendak, atau hasrat yang kuat
terhadap sesuatu. Minat sangat mempengaruhi terhadap proses
dan hasil kreativitas tidak usah dipertanyakan. Kalau seorang tidak
berminat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa
dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.
Sebaliknya kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh
minat maka dapat diharapakan bahwa hasilnya akan lebih baik.
b.) Kecerdasan
Yaitu kemampuan untuk memahami dan menghadapi situasi dan
kondisi sekitar dengan tepat dan cepat, termasuk dalam pengertian
ini apa yang secara awam disebut pintar, yaitu kemampuan dengan
cepat menangkap dan memahami sesuatu bahan pelajaran baru.
Telah menjadi hal hal yang cukup populer bahwa kecerdasan
besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang
mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan.
31 Sumadi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989), hlm.
10-11.
31
Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu
belajar daripada orang yang kurang cerdas.
c.) Bakat
Yaitu potensi atau kemampuan terpendam yang sangat menonjol
di dalam bidang tertentu, misalnya dalam bidang olahraga, seni,
keilmuwan dan lain sebagainya. Di sini bakat sangat merupakan
faktor yang terbesar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
kreativitas seseorang.32
d.) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar kreativitas
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil
belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar
bertambah.33
e.) Kemampuan-kemampuan kognitif
Kemampuan-kemampuan kognitif yang terpenting adalah
persepsi, ingatan, dan berfikir. Kemampuan seseorang dalam
melakukan persepsi, dalam mengingat, dan dalam berfikir besar
pengaruhnya terhadap belajarnya.
Umumnya individu yang cerdas, yang berbakat di bidang yang
dipelajari, yang minat terhadap yang dipelajari besar, yang mampu
menaruh perhatian lebih besar terhadap yang dipelajari, yang keadaan
mental psikologisnya tidak terganggu, dan yang fisiknya sehat, jauh
lebih mudah berhasil dalam belajar dibandingkan yang kurang cerdas;
yang kurang berbakat dan berminat, yang tidak bisa memusatkan
perhatian (konsentrasi) yang mentalnya agak tergganggu, dan yang
sedang sakit.
32 Ibid, hlm. 12 33Ibid
32
2. Ekstern
a. Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan
diantara anggota-anggota keluarganya bersifat bebas. Dalam keluarga
juga pertama kali diletakkan dasar-dasar pengalaman kepada anak,
keluarga juga merupakan tempat utama dan pertama bagi anak.
Hubungan antar sesama anggota keluarga yang harmonis,
sakinah, saling mengasihi, menghormati akan mendorong terbentuknya
sikap percaya diri anak. Kasih sayang dan perhatian dari orang tua dan
saudara-saudaranya membantu perkembangan emosional kearah yang
positif.
Faktor lingkungan keluarga ini meliputi faktor orang tua,
suasana rumah, dan keadaan sosial ekonomi keluarga. Di dalam
rumah banyak kondisi yang mempengaruhi perkembangan membaca al
qur'an. Rumah-lah yang dianggap sebagai lingkungan pertama yang
membangkitkan kemampuan alamiah anak untuk membaca al qur'an.
Jika suasana rumah kurang menunjang, maka kematangan yang siap
berkembang untuk bersikap kreatif tersebut akan rusak. Lebih jauh,
kondisi rumah yang kurang menguntungkan sejak masa kanak-kanak
tersebut akan bertahan dan meluluhkan perkembangan kreativitas
selanjutnya. 34
b. Sekolah
Sekolah merupakan badan yang penting setelah keluarga. Di
dalam sekolah anak belajar bergaul dengan lingkungan yang lebih luas,
anak bergaul dengan guru dan teman-temannya. Dalam pergaulan
itulah anak mendapat pengalaman-pengalaman yang tidak ditemui di
rumah. Pergaulan yang baik antara guru dan teman-temannya dapat
mendorong perilaku keagamaan anak, perhatian, kasih sayang, dan
34 Reni Akbar- Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak : Mengenal Sifat, Bakat dan
Kemampuan Anak, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), hlm. 30.
33
kesadaran guru dalam membimbing anak merupakan faktor yang
penting dalam pembentukan kemampuan membaca al qur'an siswa.
Lingkungan sekolah kadang merupakan salah satu factor yang
penting dalam pembentukan kemampuan membaca al qur'an anak. Dan
yang termasuk faktor ini meliputi : interaksi guru dengan murid, cara
penyajian, hubungan antar murid.
Banyak sekali yang dapat dilakukan guru di sekolah untuk
merangsang dan meningkatkan daya fikir, sikap dan prilaku kreatif
siswa, baik melalui kegiatan dalam maupun di luar kelas.
c. Masyarakat
Dalam masyarakat, individu tumbuh dan berkembang dan di
dalamnya ada peraturan-peraturan yang merupakan norma-norma
sosial yang menjadi dasar individu untuk saling mengadakan interaksi.
Lingkungan masyarakat yang baik, saling menghormati hak
dan kewajiban masing-masing serta saling mengasihi sesamanya
merupakan lingkungan yang baik yang dapat mendorong dan
mempersubur tumbuhnya tingkah laku keagamaan seseorang.
Apabila masing-masing faktor tersebut dapat berperan aktif,
berfungsi secara optimal, maka faktor-faktor tersebut diatas akan
mendorong terbentuknya kreativitas seseorang.
Setelah mengetahui faktor-faktor yang dapat menunjang
kreativitas anak, maka sebagai guru dan orang tua dituntut untuk
mampu menciptakan kondisi dan suasana yang mendukung
terciptanya suasana belajar dan bergaul yang baik dan efektif bagi
anak didik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa faktor- faktor
yang mempengaruhi kreatifitas anak adalah:
a. Faktor dalam atau faktor pembawaan, ialah segala sesuatu yang telah
dibawa manusia sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang
bersifat kebutuhan.
34
Kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan
dan lain sebagainya, yang dibawa sejak lahir, ikut menentukan
kepribadian anak atau seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula.
Panjang pendeknya leher, besar kecilnya tenggorokan, susunan urat
syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan tulang-tulang, juga akan
mempengaruhi kreatifitas anak.
b. Faktor luar atau faktor lingkungan ialah segala sesuatu yang ada di luar
manusia baik yang hidup maupun yang mati.35 Dalam hal ini faktor
lingkungan anak bertempat tinggal, berkomunikasi, latar belakang
pendidikannya maupun yang lainnya. Demikian pula tradisi, dapat
istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di keluarga dan
masyarakat.
Dari uraian tersebut jelas bahwa pengaruh faktor lingkungan
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pergaulan dan
kehidupannya sehari-hari dari kecil maupun besar, terhadap
perkembangan dan kemampuan anak dalam membaca al qur'an.
C. Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar.
1. Madrasah Ibtidaiyah.
Kalau dilihat dari segi histories pendidikan madrasah di Indonesia ada dua
jenis, yaitu Madrasah Diniyyah dan Madrasah Versi SKB Tiga Menteri.
Madrasah adalah tempat proses belajar mengajar ajaran islam secara
formal yang mempunyai kelas (dengan sarana antara lain meja, bangku
dan papan tulis) dan kurikulum secara klasikal.
Madrasah Ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan Islam yang menjadikan
mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran utama yang diberikan
sekurang-kurangnya 30% dari mata pelajaran umum. Madrasah Ibtidaiyah
adalah setingkat dengan sekolah dasar. Dari pelajaran di atas diketahui
bahwa pelajaran agama lebih dominan daripada umum, sehingga siswa
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk belajar membaca al-Qur’an.
35 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm, 72.
35
2. Sekolah Dasar
Sekolah adalah tempat anak didik mendapat pelajaran yang diberikan oleh
guru dan berijazah. Sedangkan sekolah dasar adalah lembaga pemndidikan
yang menyelenggarakan program pendidikan sebagai dasar untuk
mempersiapkan siswanya yang dapat ataupun tidak dapat
melanjutkanpelajarannya ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi, untuk
menjadi warga negara yang baik.
Pendidikan agama adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan
kepribdian anak yang sesuai dengan ajaran Islam.Materi pelajaran agama
di SD dirangkum dalam mata pelajaran PAI yang di dalamnya juga ada
pelajaran al-Qur’annya. Sehingga untuk belajar membaca al-Qur’an
mempunyai waktu yang terbatas.
D. Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kemampuan membaca al-
Qur’an
Selama ini sekolah sudah dipercaya untuk menjalankan tugas
mendidik, dari generasi ke generasi dianggap sudah memenuhi tugasnya
secara etis dan jujur. Dari sudut pandang yang bersifat akal sehat, jelaslah
bahwa sekolah dapat membuat perbedaan, bahwa sejak masuk sekolah pada
usia 5 than dan keluar pada usia 18 tahun, suatu transformasi pendidikan telah
terjadi.Disekolah yang efektif dalam mengajarkan pelajaran agama akan lebih
baik dibandingkan dengan sekolah yang tidak efektif. Disekolah yang efektif
performa murid cenderung cebderung baik untuk semua muridnya, sementara
semua murid cenderung mempunyai performa yang jelek dalam sekolah yang
kurang efektif. Hal ini dipengaruhi oleh 11 faktor penting:
1. Kepemimpinan professional
2. Visi dan tujuan bersama
3. Suatu lingkungan pembelajaran
4. Konsentrasi pada belajar dan mengajar
5. Harapan tinggi
6. Dorongan positif
7. Memonitor kemajuan
36
8. Hak dan kewajiban murid
9. Pengajaran yang punya tujuan
10. Suatu organisasi pembelajaran
11. Kemitraan sekolah rumah36
Potensi pengaruh latar belakang pendidikan terhadap pencapaian
murid secara pribadi amat sangat penting bagi mereka yang memperhatikan
administrasi persekolahan dan terutama bagi mereka yang memperhatikan
peningkatan kesamaan.37 Dengan teori tersebut madrasah ibtidaiyah sebagai
lembaga pendidikan yang lebih efektif dalam pengajaran pelajaran agama dan
mempunyai jam pelajaran agama yang banyak termasuk pelajaran membaca
al-Qur’an, lulusannya mempunyai hasil belajar yang baik dalam bidang agama
khususnya kemampuan membaca al-Qur’an dibandingkan dengan lulusan
sekolah dasar yang mempunyai alokasi waktu pelajaran agama yang sedikit.
E. Telaah Pustaka
Penelitian semacam ini bukanlah penelitian yang pertama kali
dilakukan oleh mahasiswa, banyak sekali mahasiswa yang telah
membahas dan mengkajinya, diantaranya :
1. Ahmad Muadib
Dalam skrispsinya yang berjudul studi komparatif efektifitas
dan keberhasilan pembelajaran al-Qur'an antara TPQ 08 Sabilul
Huda Karangayu Cepiring yang menggunakan metode qira’ati
dengan siswa pengajian Musholla Kalireja Kangkung yang
menggunakan metode Baghdadi, menyimpulkan bahwa keduanya
mempunyai perbedaan, sehingga penggunaan metode Baghdadi perlu
adanya upaya penyempurnaan menjadi metode yang mudah dan
prkatis.38
36 John MacBeath, Improving School Efectivenes: Memperbaiki Efektivitas Sekolah,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2005), hlm. 12. 37 Ibid, hlm. 87. 38 Ahmad Muadib, Studi Komparatif Efektifitas dan Keberhasilan Pembelajaran al-
Qur'an antara TPQ 08 Sabilul Huda Karangayu Cepiring yang menggunakan metode
37
2. Ahmad Mustadir
Dalam skripsinya yang berjudul “studi komparatif kecakapan
membaca al-Qur'an antara siswa yang berlatar belakang belajar
metode Iqra’ dan Baghdadi di MI Miftahul ‘Ulum Karangdowo 01
Weleri Kendal. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan kecakapan
membaca al-Qur'an yang signifikan antara siswa yang berlatar
belakang belajar metode Iqra’ dan Baghdadi di MI Miftahul ‘Ulum
Karangdowo 01 Weleri Kendal.39
3. Irkham
Dalam skripsinya yang berjudul “Studi komparasi prerstasi belajar
pendidikan agama Islam antara siswa lulusan TK kuncup harapan dan RA
mambaul hikmah di SDN Ketanggan 01 Kec. Gringsing Kab Batang”.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa lulusan TK Kuncup Harapan
mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan lulusan RA
mamba’ul hikmah dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam.40
F. Hipotesis Penelitian
Dengan memperhatikan keterangan-keterangan yang telah
disampaikan di atas, maka agar penelitian ini lebih terarah dan
memberikan tujuan yang tegas, maka perlu adanya pengajuan hipotesa.
Hipotesa merupakan “jawaban sementara dari suatu penelitian, yang
harus diuji kebenarannya dengan jalan riset”. 41
Oleh karena itu hipotesa adalah dugaan, yang mungkin dapat benar
dan mungkin juga dapat salah. Hipotesa akan diterima jika fakta dapat
qira’ati dengan siswa pengajian Musholla Kalireja Kangkung, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2000)
39 Ahmad Mustadir, Studi Komparatif Kecakapan Membaca al-Qur'an antara siswa yang Berlatar Belakang Belajar Metode Iqra’ dan Baghdadi di MI Miftahul ‘Ulum Karangdowo 01 Weleri Kendal, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2005)
40 Irkham, Studi Komparasi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam antara Siswa Lulusan TK Kuncup harapan dan RA Mamba’ul Hikmah di SDN Ketanggan 01 Kec. Gringsing Kab. Batang, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006)
41 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990), Cet. 6, hlm. 78.
38
membuktikan kebenarannya, dan akan ditolak jika hipotesa tidak ada
keterkaitan dengan fakta atau tidak dapat membuktikan kebenarannya.
Menurut Ibnu Ronny Kountur, hipotesis adalah dugaan sementara
atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan
data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut.42
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
“terdapat perbedaan kemampuan membaca al-Qur'an antara siswa
lulusan MI dan SD pada siswa kelas VII MTs Husnul Khatimah
Rowosari Tembalang Semarang tahun 2007.
42 Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM,
2004), hlm. 93.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan tujuannya, penelitian merupakan usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran
suatu peristiwa atau suatu pengetahuan, yang dilakukan dengan memakai
metode-metode penelitian.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara
ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.1
Sebagaimana telah dipahami bahwa untuk mencapai derajat yang
reliabel dan terpercaya, penelitian memiliki persyaratan-persyaratan yang
ketat untuk bisa memberikan penggarisan dan bimbingan yang cermat dan
teliti. Syarat-syarat ini diperlukan agar pada penelitian memperoleh
ketepatan, kebenaran, dan pengetahuan yang bernilai ilmiah tinggi.
Untuk memenuhi syarat-syarat penelitian yang bernilai ilmiah tinggi
sebagaimana ketentuan di atas, maka metode penelitian ini akan diuraikan
beberapa hal guna mendukung pelaksanaan uji analisis pada bab IV,
diantaranya yaitu :
1. Tujuan Penelitian
2. Waktu dan tempat penelitian
3. Variabel penelitian
4. Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel
5. Teknik pengumpulan data
6. Teknik analisis data
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006),
hlm. 2.
39
40
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan
adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.2 Tujuan
penelitian secara umum adalah untuk memperoleh gambaran tentang
hubungan, atau pengaruh, atau perbandingan antara variabel yang
diteliti, yaitu variable kemampuan membaca al-Qur’an.
Sehubungan dengan penelitian tentang “studi komparasi
kemampuan membaca al-Qur'an antara siswa lulusan MI dan SD pada
kelas VII MTs Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang”
tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh hasil kajian lapangan tentang kemampuan
membaca al-Qur'an siswa lulusan MI Pada kelas VII MTs Husnul
Khatimah Rowosari Tembalang Semarang.
2. Untuk memperoleh hasil kajian lapangan tentang kemampuan
membaca al-Qur'an siswa lulusan SD pada kelas VII MTs Husnul
Khatimah Rowosari Tembalang Semarang.
3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca al-Qur'an antara
siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs Husnul Khatimah Rowosari
Tembalang Semarang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian skripsi berjudul “ STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN
MEMBACA AL QUR’AN ANTARA SISWA LULUSAN MI DAN SD
PADA KELAS VII MTS HUSNUL KHATIMAH ROWOSARI
TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2007” dilaksanakan pada
tanggal 1 sampai 31 Oktober 2007.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1989), cet. 6, hlm. 49.
41
2. Tempat penelitian
Penelitian skripsi ini bertempat di MTs Husnul Khatimah
Rowosari Tembalang Semarang yang beralamatkan di Jl. At Taqwa
Rowosari RT 01/IV Tembalang Semarang dengan identitas sekolah
sebagai berikut :
a. Nama Madrasah : MTs Husnul Khatimah
b. Tahun Berdiri : 1983
c. Status Madrasah : Swasta
C. Variabel Penelitian
Kata Variabel berasal dari bahasa nggris Variable dengan arti:
“ubahan”,“faktor tak tetap” atau “gejala yang diubah-
ubah”.3Berdasarkan judul penelitian studi komparasi ini, maka muncul
variabel penelitian yaitu kemampuan membaca al-Qur'an. Variabel ini
dapat diukur dengan berbagai indikator diantaranya :
1. Ketepatan pada tajwidnya;
Ketepatan pada tajwid ukurannya adalah betul atau tidaknya
mengucapkan huruf-huruf al-Qur'an, yang berkaitan dengan tempat
berhenti, panjang bacaan huruf, dan lain sebagainya.
2. Ketepatan pada makhrajnya;
Ketepatan pada makhraj ukurannya adalah betul atau tidaknya
mengeluarkan huruf-huruf hijaiyyah pada makhrajnya.
D. Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.4 Sedangkan sampel
adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam
penelitian yang dipilih dari kelompok yang lebih besar dimana
pemahaman dari hasil penelitian akan diberlakukan.5 Secara keseluruhan
3 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),
hlm. 36. 4 Suharsimi Arikunto, Op. Cit. hlm. 102. 5 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada), hlm. 133.
42
populasi pada penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas VII MTs
Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang yang berjumlah 38
anak. Dengan demikian sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah sampel populasi, jadi semua populasi termasuk sampel
penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengambil data yang akurat penelitian ini menggunakan
satu pendekatan dalam penelitian lapangan (field research). Pendekatan
ini digunakan untuk mendapatkan data dan persoalan-persoalan konkrit
dalam lapangan penelitian. Namun untuk keperluan mengumpulkan
bahan-bahan penelitian dan pendapat-pendapat dalam menyusun
landasan teori digunakan studi pustaka, dengan metode deduktif, yaitu
proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran tersebut dengan suatu
pengetahuan yang bersifat umum dan dijadikan untuk menilai suatu
kejadian yang bersifat khusus.
Dalam pendekatan field research ini metode yang digunakan
adalah metode Tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.6
Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa tes perbuatan, yaitu
dalam hal ini tes soal yang jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Dalam penelitian ini metode tes akan digunakan untuk menjaring
data tentang kemampuan membaca al-Qur'an dengan menggunakan
instrumen daftar cek (checklist).
Pada pelaksanaan tes lisan responden membaca ayat al-Qur'an
yang telah ditentukan, kemudian peneliti membubuhkan tanda check
pada jawaban a, b, c, d, atau e yang dianggap benar diberi nilai sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.
6 Suharsimi Arikunto, Op. Cit. hlm. 139.
43
F. Teknik Analisis Data
Setelah data semua tersedia maka langkah selanjutnya adalah
analisis data atau pengolahan data. Secara garis besar, pekerjaan analisis
data meliputi 3 langkah yaitu :
1. Persiapan
Kegiatan persiapan ini adalah mengecek semua kelengkapan
data yang dihasilkan dari pengumpulan data sesuai dengan metode
yang digunakan. Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil tes
lisan dimasukan ke dalam tabel dan diberi skor pada setiap alternatif
jawaban responden, yaitu dengan mengubah data tersebut ke dalam
bentuk-bentuk angka kuantitatif.
Adapun kriteria jawaban dari pedoman tes lisan sebagai
berikut:
a. alternatif jawaban a diberi skor 5 dengan kriteria sangat tinggi
b. alternatif jawaban b diberi skor 4 dengan kriteria tinggi
c. alternatif jawaban c diberi skor 3 dengan kriteria sedang
d. alternatif jawaban d diberi skor 2 dengan kriteria rendah
e. alternatif jawaban e diberi skor 1 dengan kriteria sangat rendah
2. Tabulasi
Kegiatan tabulasi meliputi pemberian skor terhadap item-item
yang perlu, memberi kode, mengubah jenis data yang disesuaikan
dengan dengan teknik analisis yang digunakan.
3. Uji Statistik
Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan tingkat kemampuan antar variabel maka penelitian
semacam ini sering disebut dengan penelitian komparasi.
Sedangkan untuk menghitung besar komparasi pada hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini akan digunakan teknik statistik.
Sedangkan analisis uji hipotesisnya dengan menggunakan teknik
analisis t-test yaitu :
44
T tes =
21
11
21
NxNxSD
MxMx
+
−
dimana :
ttest : Hasil perbandingan antara X1 dan variable X2
Mx1 : Mean dari sampel X1 (kemampuan Membaca Al-
Qur'an siswa lulusan MI)
Mx2 : Mean dari sampel X2 (kemampuan Membaca Al-
Qur'an lulusan SD)
SDc : Standar deviasi kombinasi antara mean variabel X1 dan
mean variabel X2
4. Analisis lanjut
Analisis lanjut merupakan pengelolaan lebih lanjut dari hasil uji
hipotesis.7 Dalam analisis lanjut akan dibuat semacam interpretasi
dari hasil yang telah diproses antara variable X1 dan variable X2.
Dalam pelaksanaannya langkahnya adalah membandingkan nilai t-
test dengan data tabel taraf signifikan 1% dan taraf signifikan 5%.
Jika nilai t-test lebih besar dari taraf signifikan 1% atau pada taraf
5% maka hipotesis penelitian diterima, jika sebaliknya nilai t-test
kurang dari taraf signifikan 1% maupun 5% maka hipotesis ditolak.
Sedangkan untuk mneguatkan analisis lanjut ini, penulis juga
memaparkan data dan analisis data dari hasil wawancara. Data
wawancara ini terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar
membaca anak-anak dalam obyek penelitian dan pengaruhnya
terhadap kemampuan membaca al-Qur'an.
7 Sutrisno Hadi, Statistik, jilid II, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1978), hlm. 221
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini, penulis akan menganalisis data tentang kemampuan
membaca al-Qur'an antara siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs
Husnul Khatimah Rowosari Tembalang Semarang, apakah terdapat
perbedaan kemampuan membaca al-Qur'an pada dua sampel tersebut
sebagaimana pada hipotesis penelitian.
Untuk menganalisis data yang telah diperoleh dan untuk menguji
hipotesis, penelitian ini menggunakan teknik statistik dengan rumus t-test.
Hal ini karena penelitian ini bersifat komparatif, yaitu penelitian yang
diarahkan untuk mengetahui perbedaan dengan cara membandingkan antara
dua sampel penelitian.
Adapun pelaksanaan pembahasannya dilakukan melalui tiga tahap
yaitu : Pendahuluan (persiapan dan tabulasi deskripsi data hasil penelitian),
uji statistik, analisis lanjut.
A. Pendahuluan
Dalam analisis pendahuluan ini data yang disajikan adalah tabel
dari nilai test kemampuan membaca al-Qur'an siswa lulusan MI dan
SD pada kelas VII MTs Husnul Khatimah Rowosari Tembalang
Semarang, yang telah dinilai sesuai dengan indikator kemampuan
membaca al-Qur'an yaitu tajwid dan makhraj dengan kriteria
penilaiannya adalah :
1. kriteria sangat tinggi ( a ) diberi skor 5.
2. kriteria tinggi ( b ) diberi skor 4.
3. kriteria sedang ( c ) diberi skor 3.
4. kriteria rendah ( d ) diberi skor 2
5. kriteria sangat rendah ( e ) diberi skor 1.
45
46
B. Pengujian Hipotesis
Dalam pengajuan hipotesis ini terdapat suatu hipotesis yang akan
diuji, yaitu untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an
antara siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs. Husnul Khatimah
Rowosari Semarang. Untuk mempermudah penghitungan analisis hipotesis
digunakan tiga tahap, yaitu: analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis dan
analisis lanjut.
1. Analisis pendahuluan
Dalam analisis pendahuluan ini peneliti menyajikan data-data
tentang hasil penelitian.
a. Data tentang hasil tes siswa lulusan MI
Untuk mengetahui nilai dari kemampuan menbaca al-Qur’an
siswa lulusan MI dengan jumlah skor setiap responden, dapat dilihat
pada table berikut ini.
TABEL I
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR'AN SISWA LULUSAN MI
Resp Kemampuan Membaca al-Qur'an Tajwid Makhraj Nilai
R_1 80 81 80.5 R_2 78 75 76.5 R_3 84 78 81.0 R_4 76 75 75.5 R_5 87 88 87.5 R_6 80 76 78.0 R_7 85 79 82.0 R_8 75 70 72.5 R_9 77 72 74.5 R_10 74 69 71.5 R_11 72 71 71.5 R_12 79 79 79.0 R_13 86 82 84.0 R_14 75 69 72.0 R_15 84 80 82.0 R_16 81 73 77.0 R_17 82 78 80.0 R_18 82 81 81.5 R_19 76 74 75.0
47
R_20 80 76 78.0 R_21 81 75 78.0
Jumlah 1674 1601 1637.5
b. Data tentang hasil tes siswa lulusan SD
Untuk mengetahui nilai dari kemampuan menbaca al-Qur’an
siswa lulusan SD dengan jumlah skor setiap responden, dapat dilihat
pada table berikut ini.
TABEL II
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR'AN SISWA LULUSAN SD Resp Kemampuan Membaca al-Qur'an
Tajwid Makhraj Nilai R_1 67 65 66.0 R_2 72 70 71.0 R_3 64 66 65.0 R_4 67 67 67.0 R_5 65 64 64.5 R_6 71 67 69.0 R_7 68 64 66.0 R_8 69 73 71.0 R_9 65 68 66.5
R_10 65 66 65.5 R_11 66 64 65.0 R_12 70 72 71.0 R_13 60 63 61.5 R_14 58 61 59.5 R_15 69 70 69.5 R_16 75 76 75.5 R_17 62 64 63.0
Jumlah 1133 1140 1136.5
Setelah data-data tentang hasil tes siswa lulusan MI dan SD
dimasukkan dalam tabel di atas, selanjutnya data dimasukkan ke dalam
tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan membaca al-Qur’an
siswa kelas VII lulusan MI
48
TABEL III
Nilai Frekuensi Nilai Frekuensi 87,5 1 77,0 1 84,0 1 76,5 1 82,0 2 75,5 1 81,5 1 75,0 1 81,0 1 74,5 1 80,5 1 72,5 1 80,0 1 72,0 1 79,0 1 71,5 2 78,0 3
Tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan membaca al-Qur’an siwa kelas
VII lulusan SD.
TABEL IV
Nilai Frekuensi Nilai Frekuensi 75,5 1 65,5 1 71,0 3 65,0 2 69,5 1 64,5 1 69,0 1 63,0 1 67,0 1 61,5 1 66,5 1 59,5 1 66,0 2
Hasil distribusi di atas menunjukkan bahwa nilai tertinggi dan terendah
pada siswa lulusan MI dan Sd adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan membaca al-Qur’an siswa lulusan MI, skor tertinggi
adalah 87.5 dan skor terendah adalah 71.5.
b. Kemampuan membaca al-Qur’an siswa lulusan SD, skor tertinggi
adsalah 75.5 dan skor terendah adalah 59.5.
Berdasarkan nilai tes kemampuan membaca al-Qur’an dapat
ditentukan interval nilainya.
a. Interval nilai siswa lulusan MI M = 1 + 3,3 log 21
= 1 + 4.36 = 5.36 R = H – L = 87,5 – 71,5 = 16
49
i = MR
= 36.5
16
= 2.98
Interval F Klasifikasi Persentase 83.5 – 87.5 2 Sangat tinggi 9.523% 80.5 – 82.5 5 Tinggi 23.80% 77.5 – 79.5 5 Sedang 23.80% 74.5 – 76.5 5 Rendah 23.80% 71.5 - 73.5 4 Sangat rendah 19.04% 21 100%
b. interval nilai siswa yang berasal dari SD
M = 1 + 3,3 log 17 = 1 + 4.06 = 5.06 R = H – L = 75,5 – 59,5 = 16
i = MR
= 06.5
16
= 3.16
Interval F Klasifikasi Persentase 71.5 – 75.5 1 Sangat tinggi 5.88% 68.5 - 70.5 5 Tinggi 29.41% 65.5 – 67.5 5 Sedang 29.41% 62.5 – 64.5 4 Rendah 23.52% 59.5 – 61.5 2 Sangat rendah 11.76% 17 100%
50
2. Analisis Uji Hipotesis.
Analisis uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan diterima atau
tidaknya hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian.
Analisis ini digunakan untuk mencari mean dari dua kelompok.
Hal tersebut dilakukan dengan cara memasukkan nilai distribusi di atas,
tentang kemampuan membaca al-Qur’an siswa lulusan MI danSD ke
dalam table sebagai berikut:
Kemampuan membaca al-qur’an siswa kelas VII lulusan MI (X1) dan lulusan SD (X2)
No X1 x1 x1
2 X2 x2 x22
1 80,5 2,524 6,370 66,0 -0,853 0,727 2 76,5 -1,476 2,178 71,0 4,147 17,197 3 81,0 3,024 9,144 65,0 -1,853 3,433 4 75,5 -2,476 6,130 67,0 0,147 0,021 5 87,5 9,524 90,705 64,5 -2,353 5,536 6 78,0 0,024 0,000576 69,0 2,147 4,609 7 82,0 4,024 16,192 66,0 0,853 0,727 8 72,5 -5,476 29,986 71,0 4,147 17,197 9 74,5 -3,476 12,082 66,5 -0,353 0,124 10 71,5 -6,476 41,938 65,5 -1,353 1,830 11 71,5 -6,476 41,938 65,0 -1,853 3,433 12 79,0 1,024 1,048 71,0 4,147 17,197 13 84,0 6,024 36,288 61,5 -5,353 28,654 14 72,0 -5,976 35,192 59,5 -7,353 54,066 15 82,0 4,024 16,192 69,5 2,647 7,006 16 77,0 -0,976 0,952 75,5 8,647 74,770 17 80,0 2,024 4,096 63,0 -3,853 14,845 18 81,5 3,524 12,418 19 75,0 -2,976 8,856 20 78,0 0,024 0,000576 21 78,0 0,024 0,000576 ∑ 1x = -0,02
∑ 2
1x = 372,227728
∑ 2x =0,0003
∑ 22x =
251,372
Dari tabel tersebutdi atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai
siswa lulusan MI dan SD adalah sebagai berikut:
51
Mx1 = 1
1
NxX∑
= 21
5,1637
= 77,976
Mx2 =2
2
NxX∑
= 17
5,1136
= 66,853
Jadi nilai rata-rata kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas VII
lulusan MI adalah 77.976, sedangkan nilai rata-rata kemampuan membaca
al-Qur’an siswa kelas VII lulusan SD adalah 66.853.
Setelah diketahui nilai rata-rata (mean) dari masing-masing
kelompok, maka langkah selanjutnya adalah mencari standar deviasi (SD)
dari setiap sampel yang menggunakan rumus sebagai berikut:
SDx1 = 1
21
Nxx∑
= 21
227,372
= 725,17
= 4,210
SDx2 = 2
22
Nxx∑
= 17
372,251
= 786,14
= 3,845
Dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa Standar Deviasi
kemampuan membaca al-Qur’an siswa lulusan MI adalah 4.210,
52
sedangkan Standar Deviasi kemampuan membaca al-Qur’an siswa lulusan
SD adalah 3.845.
Dengan diperolehnya SD1 dan SD2 maka selanjutnya dapat dicari
standar Error dari M1 dan M2 yaitu:
SEMx1 = 11
1
−Nx
SDX
= 121
210,4−
= 20210,4
= 472,4210,4
= 0,941
SEMx2 = 12
2
−NxSDx
= 121
842,3−
= 20842,3
= 472,4842,3
= 0,961 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Standar Error
siswa lulusan MMI adalah 0.941 sedangkan standar error mmean siswa
lulusan SD adalah 0.961.
Langkah selanjutnya adalah mencari Standar Error perbedaan
antara M1 dan M2 dengan menggunakan rumus:
SEMx1-Mx2 = 22
21 MxMx SESE +
= 961,0941,0 +
= 902,1
53
= 1,379
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan
membaca al-Qur’an antara siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs.
Husnul Khatimah Rowosari Semarang, maka langkah selanjutnya adalah
mencari nilai “t” dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
to = 2
21
1 MxMxSEMxMx
−
−
= 379,1
863,66976,77 −
= 379,1123,11
= 8,0659
Selanjutnya untuk mengetahui atau menguji nilai “t” apakah
signifikan atau tidaknya suatu hipotesis yang telah diajukan maka dicari
Derajat kebebasan dengan menggunakan rumus:
df = ( Nx1 + Nx2 ) – 2
= ( 21 + 17 ) – 2
= 38 – 2
= 36
3. Analisis Lanjut
a. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah siswa yang berasal dari
MI lebih tinggi Skor Kemampuan membaca al-Qur’annya daripada
siswa lulusan SD pada kelas VII MTs. Husnul Khatimah Rowosari
Tembalang Semarang.
Untuk menguji signifikan perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an
siswa lulusan MI dan SD, peneliti meletakkan batasan 5% dan 1%.
Dari data yang telah diolah diperoleh:
1. Sampel lulusan MI
N = 21
Mx1 = 77.976
SD = 4.210
54
SeMx1 = 0.941
2. Sampel lulusan SD
N = 17
Mx2 = 66.853
SD = 3.845
SeMx2 = 0.961
Sedangkan hasil Standar error perbedaan M1 dan M2 adalah 1.379,
dan derajat kebebasan yaitu 36 dan to adalah 8.0659.
Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan nilai to dengan
tt 5% yaitu 1.684 dan 1% yatu 2.423.
Upaya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan
membaca al-Qur’an siswa lulusan MI dan SD dapat dinyatakan dengan
analisis uji “t” yang dikonsulktasikan pada table taraf kepercayaan.
Ternyata nilai t tabel baik pada taraf signifikansi 5% dan 1% semuanya
lebih kecil dari t observasi (to): 1.684 < 8.0659 > 2.423. Dengan kata
lain, nilai t yang diperleh dari penghitungan lebih besar daripada nilai t
tabel pada taraf signifikansi 1% dan 5%. Artinya analisis dalam skripsi
ini “signifikan”.
b. Dengan demikian, berdasarkan bukti empirik yang diperoleh
dilapangan, Ha yang berbunyi ada perbedaan kemampuan membaca al-
ur’an anara siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs. Husnul
Khatimah Rowosari Tembalang Semarang diterima. Artinya,
berdasarkan bukti-bukti yang diperleh lewat kerja penelitian, terdapat
perbedaan yang signifikan antara siswa lulusan MI dan SD dalam hal
kemampuan membaca al-Qur’an.
C. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian memiliki kelebihan dan keterbatasan-
keterbatasan tertentu. Seperti halnya dengan penelitian yang penulis
lakukan ini, juga tidak terlepas dari adanya keterbatasan, diantaranya :
55
1. Keterbatasan lokasi
Penelitian ini hanya dilakukan di MTs. Husnul Khatimah
Rowosari Semarang. Oleh Karena itu penelitian ini hanya berlaku di
tempat penelitian dan tahun yersebut.
2. Keterbatasan Waktu.
Waktu merupakan factor yang sangat penting dalam
penyelesaian penelitian ini. Sementara penelitian ini hanya satu
bulan sehingga masih terdapat banyak kekurangan.
3. Keterbatasan biaya.
Biaya merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka
mensukseskan penelitian ini.
Walaupun demikian hasil penelitian ini yang menyatakan ada
perbedaan kemampuan membaca Al-Qur'an antara siswa lulusan MI
dan SD, dapat juga dijadikan acuan awal bagi penelitian-penelitian
selanjutnya. Dan, penelitian ini juga dapat dijadikan acuan bagi
orang tua, guru, dan lingkungan bahwa salah satu faktor yang dapat
mendukung anak berprestasi belajar di Madrasah Tsanawiyah adalah
dapat dengan meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an-nya.
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil yang telah dicapai dan dianalisis dengan
analisis komparatif sebagaimana yang tercantum pada bab IV, maka
hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca al-Qur'an siswa lulusan MI, berdasarkan hasil
penelitian diketahui rata-ratanya adalah 77.976 dan dikategorikan
cukup.Dengan hasil tersebut dapat dapat diketahui bahwa proses
belajar mengajar al-Qur’an yang diterima siswa lulusan MI berhasil.
2. Kemampuan membaca al-Qur’an siswa lulusan SD, berdasarkan
hasil penelitian diketahui rata-ratanya adalah 66.853 dan
dikategorikan cukup baik. Dengan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa proses belajar mengajar al-Qur’an yang diterima siswa
lulusan SD berhasil.
3. Dengan berdasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan
metode komparatif yang diperoleh harga to = 8.0659 lebih besar
dari harga tt dengan db/df = 36 pada tt 5% = 1.684 dan, to = 8.0659
jauh lebih besar dari harga tt 1 % = 2.423 yang berarti signifikan.
Jadi hipotesis “terdapat perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an
antara siswa lulusan MI dan SD pada kelas VII MTs Husnul
Khatimah Rowosari Tembalang Semarang Tahun 2007” dapat
diterima.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil ksemipulan tersebut di atas, maka penulis
memberanikan diri untuk memberi beberapa saran yang berkaitan
dengan hasil uji hipotesis di atas, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi lembaga pendidikan dan guru hendaknya dapat lebih
meningkatkan pro aktifnya dengan memotivasi siswa untuk
56
57
senantiasa belajar al-Qur'an selain di sekolah, sehabis pulang
sekolah agar prestasi belajar pada pelajaran-pelajaran agama dapat
ditingkatkan, terutama pelajaran yang berhubungan pelajaran
membaca al-Qur’an.
2. Bagi siswa Madrasah Ibtidaiyyah dan Sekolah Dasar agar senantiasa
selalu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an untuk menjadi
bekal hidup di zaman modern yang serba canggih dan menggiurkan
ini.
3. Bagi Orang tua yang menginginkan anaknya mempunyai budi
pekerti/akhlak yang luhur di dalam masyarakat hendaknya
memperhatikan sikap dan tingkah laku anak dalam kegiatan sekolah,
yaitu dengan memberikan perhatian khusus berupa motivasi belajar
maupun pemenuhan fasilitas belajar.
C. Penutup
Alhamdulillah atas segala rahmat dan hidayah dari Allah Swt.
yang telah diberikan kepada peneliti, dan atas izin-Nya pula peneliti
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan tidak ada
halangan yang menyulitkan. Akan tetapi peneliti menyadari masih
banyak kekurangan dan keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu saran
dan kritik yang konstruktif sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Dan peneliti berharap semoga penulisan skripsi ini
bermanfaat bagi peneliti khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya,
Amin.
----oo0oo----
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 1999, cet. 1. Al-Attas, Syed Muhammad al-Naquib, (editor), Aims And Objectives of Islamic
Education, Jeddah : King Abdulaziz University, 1979 cet. 1. Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid
I, Semarang : Thoha Putra, ttt. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, Jakarta, 2002, cet. 1. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998, cet. 11 Crow and Crow, Human Development and Learning, New York: American Book
Company, 1956 Darajat, Zakiah, Dkk., Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ___________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000, cet. 4. ___________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
2001, cet. 2 Dirjen Binbaga Islam Depag RI, Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam
pada Sekolah Umum Negeri, Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Depag RI, 1999
___________________ , Metode-Metode Membaca Al-Qur'an di Sekolah Umum,
Jakarta: Depag RI, 1998 , Juklak Kurikilum GBPP Pendidikan Agama Islam SLTP,
Jakarta, Depag RI, 1994 ____________________, Al Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1989. ____________________, Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam Terpadu,
Jakarta, Depag RI, 1995 ____________________, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Depag
RI, 2001
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002, cet. 10. Hadjar, Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996 Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi, 2000 Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2002, cet. 3. Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung, Mandar Maju,
1990, cet. 6. Munthali’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, Semarang :
Gunungjati, 2002, cet. 1. Nasution, S., Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 1999 cet. 3. Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, Jakarta, 2002, cet. 1. Usman, M. Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002 Poerwadarminta,W.J.S., Kamus Umum bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai
Pustaka, 1982, cet. 6. Salim, Peter dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:
Modern English Press, 1991 Subana, Metode Statistika Ed. 6, Bandung : Tarsito, 1995 _______________, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta:
Bumi Aksara, 2001, cet. 2, Taylor, C. Ralph,. Webster World University Dictionary, Washington: Publicher
Company, 1965 Thoha, Chabib, dan Abdul Mu’ti (Peny), PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan
Proses belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Semarang : Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Belajar, Yogyakarta, 1998
Thoha, Chabib, H.M., Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, cet. 1.
UU No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Dan
Penjelasannya, Yogyakarta; Media Wacana Press, 2003, cet. 1 A. Data Khusus Kemampuan Siswa MI Al-Wathoniyyah 02
Tlogosari
Dengan berdasarkan dari hasil wawancara dengan siswa kelas VI
MI Al-Wathoniyyah 02 Tlogosari yang berjumlah 38 orang diperoleh
data sebagai berikut :
1. Ada 21 siswa kelas VI MI Al-Wathoniyyah 02 Tlogosari yang
belajar al-Qur'an di TPQ, dengan perinciannya sebagai berikut:
Tabel. 1
DATA SISWA KELAS VI MI AL-WATHONIYYAH 02 TLOGOSARI YANG BELAJAR AL-QUR'AN DI TPQ
No. Resp. Nama Responden
01. Ahmad Muta’al 02. Angga Ardiansyah 03. Alfiatul Rohmah 04. Choirul Anwar 05. Dwi Rahmana 06. Fahma Fitrotul M 07. Iskhilmi Hidayah 08. Jamal Ijtaba’ 09. Lulu’ Masnur 10. Laela Nafalia 11. Mujtahid Ma’ruf 12. Muhammad Adib 13. Nur Rohmah 14. Rofida Ulya 15. Siti Zaenun 16. Siska Septia Dewi 17. Siti Zubaeda 18. Tunisya Mayasiwi 19. Ulul Albab 20. Vicky Fitria 21. Ferry Mafrudho
2. Ada 17 siswa kelas VI MI Al-Wathoniyyah 02 Tlogosari yang
belajar al-Qur'an tidak di TPQ, dengan perinciannya sebagai berikut:
Tabel. 2
DATA SISWA KELAS VI MI AL-WATHONIYYAH 02 TLOGOSARI YANG TIDAK BELAJAR AL-QUR'AN DI TPQ
No. Resp. Nama Responden
01. Ali Farkhan 02. Afshoul Anam 03. Agung Prayogo 04. Dian Anggraeni 05. Ismail Sholeh 06. Indro Wibowo 07. Khotibul Umam 08. Lukman Arif M 09. Muhammad Irsyad 10. Majid Abdul Aziz 11. Muhammad Anim 12. Putri Day Okika 13. Rosa Kayika 14. Siti Maftuhah 15. Siti Mualifah 16. Suci Lestari 17. Yanti Fitri D.